Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH PENDIDIKAN FORMAL NON FORMAL DAN

INFORMAL TERHADAP PRESTASI PENDIDIKAN


Posted on 1 Januari 2012by arief Rahman s
I.I Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hal mutlak yang wajib dimiliki oleh semua individu, di dalam setiap
ajaran agama menganjurkan agar setiap individu wajib berusaha untuk mendapatkan
pendidikan. Pendidikan dapat diperoleh melalui jalur formal, non formal dan informal.

Pendidikan dalam lingkungan keluarga (non formal) memiliki peranan yang sangat
penting. Ini karena setiap individu mendapatkan pendidikan yang pertama berasal dari
lingkungan keluarga. Selain dari keluarga pendidikan dapat diperoleh pula dari
lingkungan formal, dalam hal ini sekolah atau lembaga formal lainnya yang
berkompeten dalam bidang pendidikan. Dalam lingkungan formal ini setiap individu
akan mendapatkan pendidikan yang lebih luas mengenai pedoman dan etika moral
kemanusiaan untuk bekalnya dalam menghadapi pergaulan di masyarakat.Lingkungan
ketiga yang menjadi penentu sukses tidaknya pendidikan iindividu adalah lingkungan
masyarakat (informal), lingkungan ini menuntut pengaplikasian pendidikan yang telah
didapat oleh seorang individu baik dari lingkungan keluarga maupun dari lingkungan
formal.

1.2 Perumusan Masalah


Pembahasan materi ini meliputi :
Latar Belakang Pendidikan.
Pengertian pendidikan
Pengertian Lingkungan Pendidikan
Masalah masalah yang mempengaruhi dalam lingkungan pendidikan
Pengaruh lingkungan formal, non formal dan informal terhadap lingkungan
pendidikan.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Menggali informasi mengenai pengaruh lingkungan pendidikan formal, non formal
dan informal terhadap prestasi pendidikan.
2. Melengkapi salah satu tugas mata kuliah.
3. Mengenalkan arti, bentuk dan fungsi lingkungan pendidikan.
4. Sebagai sumbangsih pengetahuan untuk masyarakat mengenai Pengaruh
lingkungan pendidikan.
5. Mencari sumber informasi untuk dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-
hari.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pendidikan
Tujuan pendidikan adalah suatu factor yang amat sangat penting di dalam pendidikan,
karena tujuan merupakan arah yang hendak dicapai atau yang hendak di tuju oleh
pendidikan. Begitu juga dengan penyelenggaraan pendidikan yang tidak dapat
dilepaskan dari sebuah tujuan yang hendak dicapainya. Hal ini dibuktikan dengan
penyelenggaraan pendidikan yang di alami bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan yang
berlaku pada waktu Orde Lama berbeda dengan Orde Baru. Demikian pula sejak Orde
Baru hingga sekarang, rumusan tujuan pendidikan selalu mengalami perubahan dari
pelita ke pelita sesuai dengan tuntutan pembangunan dan perkembangan kehidupan
masyarakat dan negara Indonesia.

Pengertian Pendidikan menurut Para Ahli


1. John Dewey.
Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara
intelektual, emosional ke arah alam dan sesama manusia.

2. M.J. Longeveled
Pendidikan adalah usaha , pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak agar tertuju kepada kedewasaannya, atau lebih tepatnya membantu anak agar
cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
4. Frederick J. Mc Donald
Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat
(behavior) manusia.
5. H. Horne
Pendidikan adalah proses yang terus-menerus dari penyesuaian yang berkembang
secara fisik dan mental yang sadar dan bebas kepada Tuhan.

7. Ki Hajar Dewantara
Pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, serta jasmani
anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan menghidupkan anak
yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.

8. Ahmad D. Marimba
Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.

11. Edgar Dalle


Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan
pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung di
sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar
dapat mempermainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap untuk
masa yang akan datang.
12. Hartoto
Pendidikan adalah usaha sadar, terencana, sistematis, dan terus-menerus dalam upaya
memanusiakan manusia.

13. Ngalim Purwanto


Pendidikan adalah segala urusan orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak
untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan.

15. W.P. Napitulu


Pendidikan adalah kegiatan yang secara sadar, teratur, dan terencana dalam tujuan
mengubah tingkah laku ke arah yang diinginkan.

Pengertian Pendidikan Menurut Undang-Undang dan GBHN


Rumusan tujuan pendidikan yang dikemukakan di dalam Ketetapan MPRS dan MPR
serta UUSPN No. 2 Tahun 1989 dan GBHN adalah sebagai berikut:
1. Tap MPRS No. XXVII/ MPRS/ 1996 Bab II Pasal 3 dicantumkan: Tujuan
pendidikan membentuk manusia Pancasila sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan
seperti yang dikehendaki Pembukaan dan Isi Undang-Undang Dasar 1945.
2. Tap MPR No. IV/ MPR / 1978 menyebutkan Pendidikan Nasional berdasarkan
Pancasila dan bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan
mempertebal semangat kebangsaan, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia
pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.

3. Di dalam Tap MPR No. II / MPR/ 1988 dikatakan: Pendidikan Nasional


bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkeperibadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas, dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.
4. Di dalam UU No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II
pasal 4 dikemukakan: Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
penetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

5. UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional Pendidikan adalah


usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
6. GBHN Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup.
Dari beberapa pengertian pendidikan di atas, pada dasarnya pengertian pendidikan
yang dikemukakan memiliki kesamaan yaitu usaha sadar, terencana, sistematis,
berlangsung terus-menerus, dan menuju kedewasaan. Pendidikan adalah usaha
manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam sekitarnya. Pendidikan
diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal kemudian mengolah
informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia (Peserta
Didik) untuk dapat membuat manusia (Peserta Didik) itu mengerti, paham, dan lebih
dewasa serta mampu membuat manusia (Peserta Didik) lebih kritis dalam berpikir.

2.2 Pengertian Lingkungan Pendidikan


Lingkungan pendidikan adalah organisasi atau kelompok manusia yang karena suatu
dan lain hal memikul tanggung jawab atas terlaksananya pendidikan. Manusia selama
hidupnya selalu akan mendapat pengaruh dari keluarga, sekolah dan masyarakat luas.
Ketiga lingkungan itu sering di sebut tripusat pendidikan, yang akan mempengaruhi
manusia secara bervariasi. Seperti diketahui, setiap bayi manusia dilahirkan dalam
lingkungan keluarga tertentu, yang merupakan lingkungan pendidikan penting sampai
anak mulai masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Oleh karena itu, keluarga
sering dipandang sebagai lingkungan pendidikan pertama dan utama.

Makin bertambah usia manusia, peranan sekolah dan masyarakat luas makin penting,
namun peranan keluarga tidak terputus. Di dalam UU RI No. 2 tahun 1989 tentang
Sisdiknas, peranan ketiga dari pusat pendidikan itu menjiwai berbagai ketentuan di
dalamnya. Pasal 1 ayat 3 menetapkan bahwa Sisdiknas adalah satu keseluruhan yang
terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan yang
lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional, pasal
selanjutnya, menetapkan tentang dua jalur pendidikan, yakni jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah (meliputi keluarga, kelompok belajar, dan
sebagainya).

Sedangkan penjelasan UU No 2 tahun 1989 itu menetapkan tentang tanggung jawab


bersama keluarga, masyarakat dan pemerintahan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Oleh karena itu, kajian tentang peranan dan fungsi setiap pusat pendidikan tersebut
sangat penting, karena akan memberikan wawasan yang tepat serta pemahaman yang
luas dan menyeluruh tentang lingkup kegiatan dan upaya pendidikan itu.

2.2.1 Fungsi Lingkungan Pendidikan


Manusia memiliki sejumlah kemampuan yang dapat dikembangkan melalui
pengalaman. Pengalaman itu terjadi karena interaksi manusia dengan lingkungannya,
baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial manusia secara efesien dan efektif
itulah yang disebut dengan lingkungan pendidikan, khususnya pada tiga lingkungan
utama pendidikan yakni keluarga, sekolah dan masyarakat.
Secara umum fungsi pendidikan adalah membantu peserta didik dalam berinteraksi
dengan berbagai lingkungan sekitarnya (fisik, sosial dan budaya), utamanya berbagai
sumber daya pendidikan yang tersedia, agar dapat dicapai tujuan pendidikan yang
optimal.

2.2.2 Tripusat Pendidikan


Manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat dan ketiganya disebut
tripusat pendidikan. Lingkungan pendidikan yang mula-mula tetapi terpenting adalah
keluarga. Pada masyarakat yang masih sederhana dengan struktur sosial yang belum
kompleks, cakrawala anak sebagaian besar masih terbatas pada keluarga. Pada
masyarakat tersebut keluarga mempunyai dua fungsi: Fungsi produksi dan fungsi
konsumsi. Kedua fungsi itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap anak.
Kehidupan masa depan anak pada masyarakat tradisional umum tidak jauh berbeda
dengan kehidupan orang tuanya. Pada masyarakat tersebut, orang tua mengajar
pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk hidup; orang tua pula yang
melatih dan memberi petunjuk tentang berbagai aspek kehidupan, sampai anak
menjadi dewasa dan berdiri sendiri. Tetapi pada masyarakat modern di mana
industrialisasi semakin berkembang dan memerlukan spesialisasi, maka pendidikan
yang semula menjadi tanggung jawab keluarga itu kini sebagian besar diambil alih oleh
sekolah dan lembaga-lembaga sosial lainnya.
Pada tingkat yang paling permulaan fungsi ibu sebagai sudah diambil alih oleh
pendidikan prasekolah. Pada tingkat spesialisasi yang rumit, pendidikan keterampilan
sudah tidak berada pada ayah lagi sebab sudah diambil alih oleh sekolah-sekolah dan
perguruan tinggi.
Bahkan fungsi pemberntukan watak dan sikap mental pada masyarakat modern
berangsur-angsur diambil alih oleh sekolah dan organisasi sosial lainnya seperti
perkumpulan pemuda dan pramuka, lembaga-lembaga keagamaan, media massa, dan
sebagainya.

Peranan lingkungan sangat berpengaruh terhadap kemajuan dan prestasi pendidikan.


Hal ini dikarenakan setiap individu yang terlibat dalam proses pendidikan saling
berinteraksi menjadi satu kesatuan dengan lingkungannya.

Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :


1. Pendidikan Formal
2. Pendidikan Informal
3. Pendidikan Non Formal

Pendidikan dalam lingkungan keluarga memiliki peranan penting terhadap


perkembangan anak. Orang tua bertanggung jawab terhadap semua peningkatan dan
kemajuan pendidikan anak-anaknya. Begitu juga dengan lingkungan sekolah, disana
para guru bertanggung jawab terhadap kemajuan prestasi anak didiknya. Selain
lingkungan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat juga sangat berperan penting
dalam peningkatan prestasi anak didik yaitu dengan peran sertanya dalam pendidikan
luar sekolah

Pendidikan merupakan hal mutlak yang harus dipenuhi oleh setiap individu, baik anak-
anak, dewasa maupun orang tua. Ada istilah mengatakan tidak ada kata terlambat
untuk belajar Betapa penting dan perlunya pendidikan itu bagi anak-anak. Dan jelaslah
pula mengapa anak-anak itu harus mendapat pendidikan. Pendidikan ialah segala
usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk memimpin
perkembangan jasmani dan rohaninya ke arah kedewasaan. Pendidikan ialah
pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak-anak, dalam
pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar berguna bagi diri sendiri dan bagi
masyarakat.

Lingkungan adalah kesatuan tempat dan unsur yang membentuk dan mendukung suatu
komunitas baik kecil maupun besar yang menjadi pendukung hidup dalam kehidupan
suatu makhluk hidup. Lingkungan dapat berupa biotik (hidup) maupun abiotik (tak
hidup). Selain unsur yang nampak ada juga unsur yang tidak nampak seperti sifat,
kelakuan, pola pikir, ideolodi, keyakinan, dan sebagainya. Selain itu lingkungan dapat
diartikan pula sebagai tempat berkumpulnya satu individu dengna individu lainnya.

a. Lingkungan Formal ( Sekolah)


Adalah lingkungan tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lain di sebuah
tempat belajar/sekolah.

Di antara tiga pusat pendidikan, sekolah merupakan sarana yang secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Seperti telah dikemukakan bahwa karena
kemajuan zaman, keluarga tidak mungkin lagi memenuhi seluruh kebutuhan dan
aspirasi generasi muda terhadap iptek. Semakin maju suatu masyarakat semakin
penting peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk dalam
proses pembangunan masyarakat itu.

Dari sisi lain, sekolah juga menerima banyak kritik atas berbagai kelemahan dan
kekurangannya, yang mencapai puncaknya dengan gagasan Ivan Illich untuk
membebaskan masyarakat dari wajib sekolah dengan buku yang terkenal Bebas dari
Sekolah. Meskipun gagasan itu belum dapat diwujudkannya, termasuk di negara
Meksiko, namun kritik terhadap sekolah patut mendapat perhatian.
Oleh karena itu, kajian ini terutama diarahkan kepada pencarian berbagai upaya yang
dapat dilakukan untuk meningkatkan peranan dan fungsi sekolah untuk tantangan.
Asumsi kajian ini adalah sekolah harus diupayakan sedemikian rupa agar
mencerminkan suatu masyarakat Indonesia di masa depan itu, sehingga peserta didik
memperoleh peluang yang optimal dalam menyiapkan diri untuk melaksanakannya
peran itu. Oleh karena itu, sekolah seharusnya menjadi pusat pendidikan untuk
menyiapkan manusia Indonesia sebagai individu, warga masyarakat, warga negara dan
warga dunia di masadepan.
b. Lingkungan Non Formal (Keluarga)
Adalah lungkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya
dalam satu keluarga. Keluarga merupakan pengelompokan primer yang terdiri dari
sejumlah kecil orang karena hubungan semenda dan sedarah. Keluarga dapat berbentuk
inti maupun keluarga yang diperluas . Pada umumnya jenis kedualah yang banyak
ditemui dalam masyarakat Indonesia. Meskipun ibu merupakan anggota keluarga yang
mula-mula paling berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, namun pada akhirnya
seluruh anggota keluarga itu ikut berinteraksi dengan anak.

Di samping faktor iklim sosial itu, faktor-faktor lain dalam keluarga itu ikut pula
mempengaruhi tumbuh kembangnya anak, seperti kebudayaan, tingkat kemakmuran,
keadaan perumahannya, dan sebaginya. Dengan kata lain, tumbuh kembang anak
dipengaruhi oleh keseluruhan situasi dan kondisi keluarga.

c. Lingkungan Informal (Masyrakat)


Adalah lingkungan atau tempat berkumpulnya individu satu dengan individu lainnya
dalam satu lingkungan, baik dalam lingkungan desa satu ataupun dengan desa lainnya.

Kaitan antara masyarakat dan pendidikan dapat ditinjau dari tiga segi yaitu:
1. Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik dilembagakan maupun yang
tidak dilembagakan.
2. Lembaga-lembaga kemasyarakatan dan/atau kelompok sosial di masyarakat, baik
langsung maupun tidak langsung, ikut mempunyai peranan dan fungsi edukatif.
3. Dalam masyarakat tersedia berbagai sumber belajar, baik yang dirancang maupun
yang dimanfaatkan. Perlu pula diingat bahwa manusia dalam bekerja dan hidup sehari-
hari akan selalu berupaya memperoleh manfaat dari pengalaman hidupnya itu untuk
meningkatkan dirinya. Dengan kata lain, manusia berusaha mendidik dirinya sendiri
dengan memanfaatkan sumber-sumber belajar yang tersedia di masyarakatnya dalam
bekerja, bergaul, dan sebagainya.
2.3 Masalah-Masalah Yang Mempengaruhi dalam Lingkungan Pendidikan
a. Masalah pendidikan Formal
Pendidikan formal umumnya didirikan oleh pemerintah atau lembaga tertentu yang
berkompeten dalam bidang pendidikan. Contohnya Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Dasar Luar Biasa, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama dan seterusnya.
Pendidikan formal ini selain didirikan oleh pihak pemerintah juga didirikan pula oleh
Pihak Swasta. Keberadaan pihak swasta menjadikan pendidikan formal semakin mudah
untukdidapat.Dari keberadaan pendidikan formal, masalah yang sering muncul adalah
kurangnya tenaga pendidik yang profesional. Banyak para guru dalam mengajar tidak
menggunakan metode pengajaran yang baik dan kurangnya jiwa pendidik, mereka
hanya bisa mengajar tapi tidak bisa mendidik.
b. Masalah Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal berada dalam lingkungan keluarga. Baik buruknya pendidikan
keluarga ditentukan oleh kepala keluarga masing-masing dalam memanajemen
keluarganya. Masalah yang sering muncul dalam lingkungan pendidikan non formal
adalah kurangnya perhatian keluarga kepada anak, minimnya keadaan keuangan
keluarga sehingga banyak anak-anak mereka yang tidak mampu mengenyam
pendidikan tinggi.

c. Masalah Lingkungan Pendidikan Informal


Pendidikan informal adalah pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat, selain
yang bentuknya formal ada juga yang tidak formal. Masalah yang sring terjadi dalam
pendidikan informal adalah kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemahaman
pendidikan, sehingga pergaulan dalam masyarakat menjadi rudak dan individu tersebut
tidak bisa mengartikan betapa pentingnya pendidikan bagi dirinya sendiri kelak
maupun bagi masyarakat sekitar.

2.4 Pengaruh Lingkungan Formal, Informal dan Non Formal terhadap


Lingkungan Pendidikan
a. Pengaruh Lingkungan Formal
lingkungan sekolah, sangat berperan pada individu tersebut dimana ia bisa belajar dari
mulai usai 4 tahun hingga 23 tahun atau dari mulai TK sampai Perguruan Tinggi. Dari
guru atau sekolah individu dapat menerima berbagai pelajaran yang nantinya dapat
digunakan untuk bergaul dalam lingkungan masyarakat. Pelajaran di sekolah baik yang
pelajaran teori maupun praktek akan sangat bermanfaat bagi perkembangan individu di
dalam lingkungan non formal dan informal.

Dalam lingkungan pendidikan formal ini seorang individu akan diajarkan banyak sekali
pengetahuan yang belum pernah ia miliki, dari pengetahuan pribadi, sosial, keagamaan
sampai ke pengetahuan yang berasal dari luar kebudayaannya. Di sini seorang individu
akan mendapat pengakuan dan legalitas dengan didapatkannya surat tanda tamat
belajar setelah ia berhasil melewati proses pembelajaran dengan kurun waktu tertentu.

Dengan pendidikan yang di dapatkan dari sekolah , seorang anak akan menjadi cerdas
emosinya. Kecerdasan emosi adalah bekal terpenting dalam mempersiapkan anak
menyongsong masa depan, karena dengannya seseorang akan dapat berhasil dalam
menghadapi segala macam tantangan, termasuk tantangan untuk berhasil secara
akademis.

Sebuah buku yang baru terbit berjudul Emotional Intelligence and School Success
(Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh
positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada
sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko
yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter,
yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan
berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan
pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80
persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh
kecerdasan otak (IQ).
Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami
kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang
bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani
akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter atau
mempunyai kecerdasan emosi tinggi akan terhindar dari masalah-masalah umum yang
dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas,
dan sebagainya.

Pendidikan karakter di sekolah sangat diperlukan, walaupun dasar dari pendidikan


karakter adalah di dalam keluarga. Kalau seorang anak mendapatkan pendidikan
karakter yang baik dari keluarganya, anak tersebut akan berkarakter baik selanjutnya.
Namun banyak orang tua yang lebih mementingkan aspek kecerdasan otak ketimbang
pendidikan karakter. Selain itu Daniel Goleman juga mengatakan bahwa banyak orang
tua yang gagal dalam mendidik karakter anak-anaknya entah karena kesibukan atau
karena lebih mementingkan aspek kognitif anak. Namun ini semua dapat dikoreksi
dengan memberikan pendidikan karakter di sekolah.

Namun masalah, kebijakan pendidikan di Indonesia juga lebih mementingkan aspek


kecerdasan otak, dan hanya baru-baru ini saja pentingnya pendidikan budi pekerti
menjadi bahan pembicaraan ramai. Ada yang mengatakan bahwa kurikulum
pendidikan di Indonesia dibuat hanya cocok untuk diberikan pada 10-20 persen otak-
otak terbaik. Artinya sebagian besar anak sekolah (80-90 persen) tidak dapat mengikuti
kurikulum pelajaran di sekolah. Akibatnya sejak usia dini, sebagian besar anak-anak
akan merasa bodoh karena kesulitan menyesuaikan dengan kurikulum yang ada.
Ditambah lagi dengan adanya sistem ranking yang telah memvonis anak-anak yang
tidak masuk 10 besar, sebagai anak yang kurang pandai. Sistem seperti ini tentunya
berpengaruh negatif terhadap usaha membangun karakter, dimana sejak dini anak-
anak justru sudah dibunuh rasa percaya dirinya. Rasa tidak mampu yang
berkepanjangan yang akan membentuk pribadi yang tidak percaya diri, akan
menimbulkan stress berkepanjangan. Pada usia remaja biasanya keadaan ini akan
mendorong remaja berperilaku negatif. Maka, tidak heran kalau kita lihat perilaku
remaja kita yang senang tawuran, terlibat kriminalitas, putus sekolah.

b. Pengaruh Lingkung Non formal


Para ahli, baik Piaget maupun Kohlberg (Papalia, et.al, 1998; Parke dan Hetherington,
1994; Santrock, 1999; Singgih, 1991; Rice, 1993) nampaknya sependapat bahwa orang
tua mempunya peran besar bagi pembentukan dan perkembangan moral seorang anak.
Tanggunga jawab orang tua untuk menanamkan nilai-nilai moral, etika, budi pekerti
bahkan nilai religiusitas sejak dini kepada anak-anaknya akan membekas di dalam hati
sanubarinya. John Locke mengibaratkan bahwa hati dan otak pada diri seorang anak
masih berupa lembaran kertas kosong putih bersih (tabula rasa). Lembaran itu masih
bersifat murni, sehingga apapun yang terisi di atas lembaran itu sangat tergantung dari
orang tua bagaimana ia menulis, mencoret, menggambar atau mewarnainya. Sementara
itu, mendidik dan membimbing anak pun merupakan sebuah seni tersendiri.
Tergantung bagaimana tipe pola asuh yang dipergunakan oleh orang tua dalam
membimbing anak-anaknya, apakah ia menggunakan pola asuh otoriter, permisif,
demokratis, atau situasional.
Demikian pula, pendidikan yang telah diterima sejak masa anak-anak akan
mempengaruhi pola piker dan perilaku dalam diri remaja. Karena itu, tidak bias
diabaikan peran dan tanggung jawab orang tua, yang kemudian mendapat pengaruh
dari lingkungan pendidikan (sekolah), media masa, maupun situasi social politik
Negara. Seorang psikolog yang mendirikan aliran ekologis. Urie Brofenbrenner
mengungkap bahwa microsystem, mesosystem, exosystem, macrosystem, dan
cronosystem, memang mempengaruhi pola piker, dan perilau individu, termasuk
moralitasnya (Papalia, Olds dan Feldman, 1998;2001). Hal ini memang tergantung
individu sejauh mana ia menyikapi semua system tersebut. Makin terampil dalam
menyerap nilai-nilai positif dan menjauhi nilai-nilai negative, maka makin baik pula ia
dalam menerapkan nilai-nilai moral itu dalam kehidupan bermasyarakat.

Di dalam keluarga individu dididik untuk menjadi seorang anak yang baik, yang tahu
sopan santun dan etika serta mempunyai moral sifat yang terpuji. Selain dari keluarga
pendidikan etika dan moral ini diperoleh juga dari pendidikan formal di sekolah dan
pendidikan informal di masyarakat.

Dari mulai lahir seorang anak akan didik dalam lingkungan keluarga (non formal) dari
yang tidak mengerti menjadi mengerti dan seterusnya hingga mereka dapat mengerti
benar tentang bagaimana cara hidup yang baik, berprilaku dan bersopan santun.
Selanjutnya seorang individu akan memasuki pendidikan Formal setelah mengalami
penggembelengan dalam lingkungan pendidikan keluarga.

C. Pengaruh Lingkungan Informal


Lingkungan pendidikan yang ketiga yang tidak kalah penting dan menjadi penentu
berhasil tidaknya pendidikan pada lingkungan pendidikan non formal dan formal
adalah pendidikan informal (pendidikan masyarakat). Di sini mereka akan bergaul
langsung dengan masyarakat yang mempunyai beraneka ragam sifat dan kepribadian.
Mereka dituntut untuk bisa mengaplikasikan hasil dari pendidikan keluarga dan
sekolah. Di dalam lingkungan pendidikan informal seorang individu akan diberikan
pembelajaran mengenai bagaimana menentukan sikap, bermusyawarah dan
sebagainya.

Pendidikan innformal adalah pendidikan yang dilakukan secara teratur, dengan sadar
dilakukan, tetapi tidak terlalu ketat mengikuti peraturan-peraturan yang tetap seperti
pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan informal pada umumnya
dilaksanakkan tidak dalam lingkungan fasik sekolah, maka pendidikan informal
diidentik dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena itu pendidikan informal
dilakukan diluar sekolah, maka sasasran pokok adalah angota masyarakat.

Sebab itu program pendidikan informal harus dibuat sedermikian rupa agar bersifat
luess tetapi lugas, mnamun tetap menarik minap para konsumen pendidikan.
Berdasakan penelitian dilapangan, pendidikan informal sangat dibutuhakan oleh
angota masyarat yang belum sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti
pendidikan formal karena sudah perlanjur lewat umur atau terpaksa putus sekolah,
karena suatu hal. Akhirnyan tujuan terpenting dari pendidikan informal adalah
program-program yang didasarkan kepada masyarakat harus sejalan dan trintegrasi
dengan program-program pembagunan yang di butuhkan oleh rakyat.

Ketiga lingkungan pendidikan baik Formal, Non Formal dan Informal sangat
berpengaruh besar terhadap perkembangan dan keberhasilan pendidikan seorang
individu. Dari uraian di atas jelas pembelajaran yang didapatkan dari seorang individu
tidak hanya berasal dari satu lingkungan pendidikan saja, melainkan dari ketiga
lingkungan pendidikan sehingga antara yang satu dengan yang lain saling
menyempurnakan dan akhirnya akan menghasilkan didikan yang ideal atau dalam
istilah lain akan dihasilkan seorang insan kamil (manusia yang sempurna yang berguna
bagi bangsa dan agama).

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha manusia dalam meningkatkan pengetahuan tentang alam
sekitarnya. Pendidikan diawali dengan proses belajar untuk mengetahui suatu hal
kemudian mengolah informasi tersebut untuk diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
hari.
Lingkungan pendidikan sendiri dapat dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
a. Pendidikan Formal
b. Pendidikan Informal
c. Pendidikan Non Formal

Dalam pergaulannya di masyarakat, individu harus mempunyai etika dan sopan santun.
Untuk mendapatkan pembelajaran sopan santun dan etika ini dimulai dari pendidikan
nonformal dalam keluarga, dari pendidikan formal di sekolah dan pendidikan informal
di masyarakat.

B. Saran
Untuk peningkatan prestasi belajar individu dalam menempuh pendidikan yang
berkualitas, maka saran yang penulis berikan antara lain :
a. Meningkatkan ketertarikan individu terhadap pendidikan dengan berusaha
mengambil hikmah dan pelajaran yang berasal dari ketiga lingkungan pendididikan.
b. Berusaha meningkatkan iman dan taqwa, sehingga individu dapat berperilaku dan
berbuat sesuai dengan ajaran agama yang mulia.
c. Meningkatkan peran serta lingkungan pendidikan semaksimal mungkin untuk dapat
membimbing dan mengarahkan individu untuk lebih berprestasi dalam pendidikan
mereka.
Daftar pustaka
Bolandcapzlock 2011. Pengaruh Pendidikan Formal, Non Formal Dan Informal
Terhadap Prestasi Pendidikan http://bolandcapzlock.wordpress.com/
Sejathi 2011. Tujuan Pendidikan http://id.shvoong.com/social- sciences/education
/2108589-tujuan-pendidikan/#ixzz1QlE3dtDW
Iconhamzah 2011. Pengertian Pendidikan Nonformal http://id.shvoong.com/writing-
and-\speaking/2147682-pengertian-pendidikan- nonformal /#ixzz1QlbWJ9kS
Atmie aisty 2009. Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Perkembangan Moral
Remaja.http://aizholic.blogspot.com/2009/11/pengaruh pendidikan-
keluargaterhadap.html
pondokibu.com. 2009. Dampak Pendidikan Karakter Terhadap Akademi Anak
http://pondokibu.com/parenting/pendidikan-psikologi-anak/dampak- pendidi kan -
karakter-terhadap-akademi-anak/

Sumber: https://ariefrahmans.wordpress.com/2012/01/01/pengaruh-pendidikan-formal-non-formal-
dan-informal-terhadap-prestasi-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai