Anda di halaman 1dari 17

1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kata teknologi bertasal dari Bahasa Yunani technologia. Techne artinya

kemampuan dan logia artinya ungkapan. Sebagian besar orang mengaitkan teknologi

dengan komputer, mesin atau hal-hal yang berkaitan dengan peranti keras padahal

teknologi juga bisa diartikan sebagai cara yang sistematis dalam menyelesaikan

masalah (Smaldino, et al., 2008: 4).

Pendidikan, seperti teknologi, cukup luas dalam hal apa yang dicakupnya.

Kata pendidikan berasal dari Bahasa Latin, ducare artinya memimpin, mengarahkan,

dan membimbing dan awalan e yang artinya dari atau keluar dari. Derivasi dari

istilah modern informatif karena menunjukkan bahwa pendidikan melibatkan tujuan

dan atau proses dukungan atau bimbingan menuju pencapaian tujuan itu (Spector,

2012: 6).

Contoh penyandingan teknologi pendidikan antara lain video tutorial untuk

melakukan sesuatu, forum diskusi secara daring melalui Learning Mamagement

System (LMS), database yang mengandung informasi rinci. Jadi, secara sederhana

dapat dikatakan bahwa teknologi yang membantu seseorang untuk mempelajari

sesuatu adalah teknologi pendidikan (Spector, 2012: 8).

Sebuah definisi ilmiah dapat dijadikan landasan teknis dan teoritis serta

memerlukan pengetahuan khusus untuk memahaminya dan diperoleh dari hasil

penelitian. Definisi kelak akan menentukan konsep dan prinsip yang akan digunakan

sebagai landasan suatu bidang kajian. Definisi dalam lingkup Teknologi Pendidikan,

merupakan hal yang menjadi acuan dalam menentukan kawasan dan bidang garapan

teknologi pendidikan. Sebab, melalui sebuah definisi suatu bidang dapat didefinisikan

dengan beberapa cara: berdasarkan peran yang dimainkan oleh para praktisi, berdasar

1
2

pada cakupan pengetahuan tertentu atau menurut persyaratan profesi dalam bidang itu

(Marriner – Tomey dalam Seels, 1994: 2).

Teknologi Pendidikan secara berkala selalu mengalami proses pengkajian diri

(self-examination) yang dilakukan secara kolektif untuk menghasilkan definisi resmi

mengenai bidang. Definisi teknologi pendidikan itu sendiri telah berkembang mulai

dari tahun 1963 hingga berkembang sampai definisi terbaru saat ini, yakni definisi

Teknologi Pendidikan tahun 2008. Sebagai dasar konseptual, definisi Teknologi

Pendidikan (Educational Technology) sangat penting untuk dipahami dalam teori

maupun pengaplikasiannya pada dunia pendidikan Indonesia. Pada pembahasan

makalah ini akah dibahas mengenai definisi teknologi pendidikan tahun 1994 dan

2008 sebagai definisi terbaru dari AECT (Association for Educational

Communication and Technology) sebagai dasar pemahaman konteks teknologi

pendidikan yang lebih luas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, adapun rumusan

masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan definisi Teknologi Pendidikan oleh AECT?

2. Apa saja komponen-komponen definisi TP AECT 2004?

C. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penulisan

makalah ini adalah untuk memahami:

1. Perkembangan definisi Teknologi Pendidikan oleh AECT

2. Komponen-komponen definisi TP AECT 2004

2
3

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Bidang

Menurut kamus besar bahasa Indonesia konsep adalah gambaran rancangan,

rumusan, ide, atau proses yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

lain.

Yusufhadi Miarso dalam bukunya menyatakan bahwa setiap konsep

memerlukan “istilah” atau “nama” yang diciptakan sebagai lambang untuk

mengidentifikasi konsep yang dimaksud. Sehingga, tumbuh dan berkembangnya

suatu konsep tidak akan terlepas dari konteks dimana konsep itu dapat tumbuh, serta

apa dan bagaimana awal perkembangan konsep itu sendiri.

Berikut ini akan dibahas konsep Teknologi Pendidikan berdasarkan

perkembangan definisi menurut para pakar yang tergabung dalam Association for

Educational Communications and Technology (AECT). AECT sendiri merupakan

sebuah asosiasi profesional dari ribuan pendidik dan kegiatan lain yang diarahkan

menuju peningkatan instruksi melalui teknologi.

(1) Rumusan tahun 1963

Dewi Salma dalam bukunya wawasan teknologi pendidikan mengutip dari Reiser

(2002:8) menyatakan bahwa Department of Audiovisual Instruction yang

merupakan cikal bakal AECT mendefinisikan rumusan yang berbunyi “the design

and use of messages which control learning process”. Berdasarkan rumusan

tersebut, design di anggap sebagai prosedur yang dilakukan bersifat sistematis

sebagaimana suatu kegiatan desain pembelajaran seperti yang dilaksanakan

sekarang ini karena pada saat itu disiplin ilmu teknologi pendidikan belum dikenal

maka proses belajar tidak menunjuk pada jenjang pendidikan tertentu. Rumusan
3
4

tahun 1963 menyatakan bahwa inti teknologi pendidikan adalah pesan dan materi

ajar yang disampaikan oleh pengajar ke peserta didik. Dalam hal ini, belajar dan

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tergantung dari materi tersebut. Agar

materi ajar tersebut dapat dicerna dengan baik, dua proses yang harus dilakukan

adalah merancang materi ajar, kemudian memanfaatkan materi tersebut bagi

proses belajar.

(2) Rumusan tahun 1972

Definisi tahun 1972 menyatakan bahwa: teknologi pendidikan sebagai bidang yang

berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha

sistematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasia, dan pemanfaatan

berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses

tersebut”. Pada tahun 1972 sudah mengalami kemajuan terkait dengan: (1)

teknologi pendidikan tidak hanya terkait dengan merancang, memanfaatkan pesan

untuk mengendalikan proses belajar; (2) teknologi pendidikan sudah menjadi

bidang garapan atau suatu profesi terkait dengan penyelenggaraan fasilitas belajar.

Dan (3) proses belajar dikelola lebih baik, tidak hanya tentang pesan atau materi

ajar yang disampaikan, namun proses belajar dapat terjadi karena adanya

pemanfaatan sumber belajar yang dikelola dengan baik. Pada tahun ini AECT

sudah menjelaskan apa sebenarnya yang maksud teknologi pendidikan itu sendiri,

yaitu bidang garapan, atau suatu profesi berkaitan dengan penyelenggaraan yang

sistematis dari suatu proses belajar, pada jenjang apapun.

(3) Rumusan tahun 1977

Pada tahun 1977 AECT mengeluarkan definisi yang sangat terkenal mengenai

Teknologi Pendidikan yang diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dan

terpadu, yang menyangkut orang, prosedur, ide, alat, dan organisasi untuk

4
5

menganalisis masalah-masalah yang berkaitan dengan segala aspek belajar

manusia, merancang, melaksanakan, mengevaluasi, serta mengelola pemecahan

tersebut ( AECT, 1977: 1).

Dalam hal ini dinyatakan bahwa teknologi pendidikan memecahkan masalah

belajar dan bekerja sebagai proses. Selanjutnya pemecahan masalah tercermin

dalam rumusan sumber belajar (learning resources) yang dikaji secara ilmiah

melalui prosedur pengembangan (development function) dan dikelola dengan baik

agar mudah dimanfaatkan dan di akses oleh peserta didik (learner). Sehingga

domain, kawasan, atau ruang lingkup teknologi pembelajaran meliputi 4

komponen yaitu: pembelajar, sumber belajar/komponen sistem pembelajaran,

pengembangan dan pengelolaan.

Berikut ditampilkan domain dari teknologi pendidikan berdasarkan AECT tahun

1977:

Gambar 2.1 Skema domain teknologi pendidikan (AECT, 1977:3)

Pada tahun ini istilah “teknologi pendidikan” dibedakan dengan “teknologi

instruksional/pembelajaran”. Dimana dalam hal ini teknologi pembelajaran di

rumuskan oleh AECT sebagai berikut: teknologi instruksional adalah sub-set

teknologi pendidikan, berdasarkan konsep bahwa pengajaran adalah sub-set

5
6

pendidikan. teknologi instruksional adalah proses kompleks yang melibatkan

orang, prosedur, ide, perangkat, dan organisasi, dan mengelola solusi untuk

masalah-masalah tersebut, dalam situasi di mana pembelajaran adalah tujuan dan

terkendali (AECT, 1977:3).

Pembelajaran adalah tujuan dan terkendali merupakan ciri perbedaan antara

kepentingan teknologi pendidikan pada proses pembelajaran secara umum

bergerak dalam keseluruhan bidang pendidikan dan mengusahakan terciptanya

keseimbangan dan hubungan kerja sama yang selaras dalam berbagai profesi

pendidikan lain. Sedangkan teknologi pembelajaran merujuk pada proses belajar

yang terarah dan terpantau, dalam cakupan khusus seperti didalam kelas pada

kegiatan belajar.

(4) Rumusan tahun 1994

Setelah sekian lama kemudian, AECT kembali meluncurkan rumusan pada tahun

1994 yang ditulis oleh Seels dan Richey (1994:1). Dimana definisi mengerucut

dalam istilah yang digunakan yaitu teknologi pembelajaran. Teknologi

pembelajaran didefinisikan sebagai: “Teori dan praktik penyusunan desain,

pengembangan, manajemen, dan evaluasi proses dan sumber untuk belajar” (Seels

& Richey, 1994). Dalam teknologi pembelajaran ini muncullah istilah teori dan

praktik yang bermakna mendalam. Terjadi penekanan dalam teknologi

pembelajaran pada definisi tahun ini terkait teori-teori yang memandu para praktisi

untuk dapat menerapkannya dalam kinerja sehari-hari. Sehingga masukan yang

diterima dari praktik dalam kinerja sehari-hari tersebut diteliti agar jika terjadi

kekeliruan dalam teori yang telah ada dapat diperbaiki atau diralat. Pada definisi

tahun 1994 ini juga mencantumkan sumber-sumber belajar untuk mengembangkan

6
7

teknologi pembelajaran melalui penelitian dan penerapan sehari-hari di sekolah

guna mendukung proses belajar.

Pada definisi tahun 1994 ini menekankan bidang teknologi pembelajaran sebagai

suatu bidang garapan sekaligus terapan, sementara definisi tahun 1977

menekankan peran para praktisi. Sehingga domain teknologi pembelajaran pada

definisi tahun 1994 (Seels & Richey) meliputi 4 domain (komponen), yaitu:

- Teori dan Praktik

- Desain, pengembangan, manajemen, pemanfaatan dan evaluasi

- Proses dan sumber untuk belajar

- Untuk keperluan belajar

(5) Rumusan tahun 2004

Selang sepuluh tahun kemudian, definisi pada tahun 2004 ini sama dengan yang

dikeluarkan oleh AECT pada tahun 2008 yang dikemukakan oleh januszewski dan

Molenda (2008, hlm.2) mengenai teknologi pendidikan adalah kajian dan praktis

etis dalam memfasilitasi belajar dan meningkatkan kinerja melalui penciptaan,

pemanfaatan dan pengelolaan proses dan sumber teknologikal tepat guna. Definisi

pada tahun 2004 ini tahun 1994 meliputi 4 domain (komponen), yaitu: meliputi 9

domain, yaitu: kajian, praktis etis, memfasilitasi belajar, meningkatkan kinerja,

menciptakan, memanfaatkan, mengelola, proses, dan sumber.

Terdapat persamaan rumusan antara definisi tahun 1994 dengan definisi tahun

2004 tercermin dalam penerapan teori dan praktik, model serta penerapan sumber

belajar. Namun pada definisi tahun 2004 tidak lagi mencantumkan adanya bidang

garapan (design, development, utilization, management, and evaluation). Sebagai

gantinya, pada definisi tahun 2004 ini menambahkan “create, use, dan manage”.

7
8

Ketiga definisi ini ternyata bermakna lebih mendalam dan menunjukkan kegiatan

atau profesi yang dimiliki oleh praktisi bersifat lintas bidang, atau kawasan.

Pada definisi tahun 2004 ini juga istilah pembelajaran/instructional diganti dengan

pendidikan/educational sebagai nama keilmuannya. Seperti dijelaskan sebelumnya

mengenai definisi pada tahun 1977 bahwa pendidikan mencakup aspek luas

dibandingkan dengan pembelajaran, sementara pada definisi tahun 2004

menunjukkan keinginan dan keluasan profesi dan tanggung jawab dari para ahli

dan profesional teknologi pendidikan yang mencakup aspek luas, tetapi tetap

berada dalam konteks peningkatan potensi manusia. Sehingga secara khusus,

proses belajar terjadi di segala jenjang pendidikan dan berlaku pula untuk

penyelenggaraan proses belajar di organisasi (pendidikan dan pelatihan).

Definisi ini senantiasa berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu dan

teknologi yang mendukung dan memengaruhinya. Hal ini ditunjukkan pada gambar

2.2.

Gambar 2.2 Definisi Teknologi Pendidikan (Sumber: Seels&Richey, 2004:122)

8
9

B. Komponen Definisi

Konsepsi dari Teknologi Pendidikan telah dan sedang berkembang begitu

juga dengan kawasan bidang garapannya. Definisi yang ada saat ini, bisa saja

kemudian berubah namun tetap memiliki esensi yang sama atau bahkan lebih jelas.

Makna definisi diambil dari tiap komponen.

Januszewski dan Molenda (2008: 1-12) menjelaskan tentang komponen serta

gambaran apa yang diperbuat dan pelajari oleh tenaga profesi dalam bidang yang

bersangkutan berdasarkan definisi Teknologi Pendidikan berdasarkan definisi AECT

tahun 2004, yaitu:

1. Studi dan Etika Praktik

Studi diartikan sebagai kumpulan informasi dan analisis melalui konsep penelitian

tradisional. Penelitian merupakan ujung tombak atau generator dari lahirnya ide-

ide baru dan proses evaluatif untuk meningkatkan praktik. Penelitian pada

teknologi pendidikan tumbuh sebagai pencarian untuk membuktikan bahwa media

dan teknologi adalah sarana yang efektif untuk pembelajaran dan diperlukan untuk

perkembangan dan perbaikan ilmu pengetahuan melalui penelitian dan refleksi.

Definisi teknologi pendidikan saat ini mulai mepertimbangkan etika praktek

sebagai sesuatu yang penting untuk mencapai kesuksesan, karena tanpa hal

tersebut sukses adalah hal yang mustahil dicapai. Etika praktik mengacu pada

standar etika praktis sebagaimana yang didefinisikan oleh Komite Etika AECT

tentang apa saja yang harus dilakukan oleh praktisi Teknologi Pendidikan dan

dimaksudkan untuk membantu anggota secara individu dan kolektif dalam

mempertahankan perilaku profesional tingkat tinggi.. Kode etik AECT membagi

tiga kategori: komitmen individu, seperti melindungi hak ,,,,; komitmen sosial

seperti pernyataan yang dapat dipercaya tentang pendidikan atau sumbangan

9
10

dalam pelayanan bidang;komitmen bidang seperti peningkatan pengetahuan dan

keterampilan bidang.

2. Facilitating Learning

Pergeseran pandangan tentang pembelajaran dan pengajaran yang tercermin dalam

teori-teori belajar kognitif dan konstruktivis telah mendorong pemikiran ulang

tentang hubungan antara pengajaran dan pembelajaran. Definisi pertama mengacu

pada merancang dan menggunakan pesan yang mengendalikan proses

pembelajaran. Definisi selanjutnya tidak terlalu eksplisit tapi terus menyiratkan

hubungan yang relatif langsung antara pengajaran yang dirancang dengan baik,

pengajaran yang disampaikan dengan baik, dan pembelajaran yang efektif.

Pergeseran paradigma pembelajaran yang memberikan peran dan tanggung jawab

lebih besar kepada peserta didik sehingga peran teknologi pendidikan berubah

menjadi memfasilitasi daripada mengendalikan. Kuncinya, teknologi bukan

menyediakan informasi yang banyak atau memberikan soal dan latihan tapi lebih

ke arah untuk menyediakan ruang masalah dan alat untuk mengeksplorasinya

sehingga membantu menciptakan lingkungan di mana belajar menjadi lebih

mudah.

Memfasilitasi meliputi mendesain lingkungan belajar, pengorganisasian sumber

belajar, dan menyediakan alat media untuk belajar. Kegiatan belajar dapat

berlangsung melalui tatap muka (face to face), atau berlangsung di lingkungan

virtual atau yang disebut sebagai pembelajaran jarak jauh.

Jenis pembelajaran paling sederhana adalah mengingat informasi. (perkins, 1992).

(pembelajaran) selain berkenaan dengan ingatan juga berkenaan dengan

pemahaman. Penilaian yang membutuhkan paraphrase atau pemecahan masalah

10
11

dapat merangsang pemahaman. Penilaian tersebut lebih menantang untuk

dirancang, disusun, dan dievaluasi.

Tujuan pembelajaran yang lebih ambisius lagi adalah menerapkan pengetahuan

dan keterampilan secara aktif melalui simulasi masalah atau fakta pada kehidupan

sehari-hari. Pembelajaran yang mendalam menyiratkan pendekatan pengajaran

dan penilaian yang berbeda dari pembelajaran di permukaan, sehingga pergeseran

dalam konotasi ini memiliki implikasi yang mendalam untuk proses dan sumber

daya apa yang tepat untuk diterapkan.

3. Improving

Bidang yang diklaim untuk masyarakat umum harus mampu memberikan manfaat

untuk umum. Dalam hal teknologi pendidikan, untuk meningkatkan kinerja paling

sering memerlukan klaim efektivitas: bahwa proses mengarah pada produk

berkualitas, dan bahwa produk mengarah pada pembelajaran yang efektif,

perubahan dalam kapabilitas yang membawa dampak pada aplikasi dunia nyata.

dalam pendekatan ini, desainer lebih menekankan pada daya tarik instruksi dan

sejauh mana peserta didik diberdayakan untuk memilih tujuan mereka sendiri dan

jalur belajar mereka sendiri. mereka lebih mungkin mengukur keberhasilan dalam

hal pengetahuan yang dipahami secara mendalam, dialami, dan dapat diterapkan

pada masalah-masalah dunia nyata sebagai kebalikan dari ukuran yang kurang

otentik atau melekat pada pembelajaran, tes objektif semacam itu. desain seperti

itu, bagaimanapun, masih perlu direncanakan agar pembelajaran terjadi dalam

kerangka waktu tertentu dengan beberapa tujuan dalam pikiran dan sumber daya

untuk memenuhi tujuan tersebut. di antara pihak-pihak yang telah berhasil

menyepakati tujuan, efisiensi dalam mencapai tujuan-tujuan itu tentu akan

dianggap sebagai nilai tambah.

11
12

Kinerja berkaitan dengan kesanggupan peserta didik untuk menggunakan dan

mengaplikasikan kemampuan yang baru didapatkannya. Peningkatan kinerja

memperkuat konotasi pembelajaran yang baru bukan hanya pengetahuan tapi juga

kemampuan yang dapat digunakan. Selain itu, untuk membantu peserta didik

mencapai kinerja yang lebih baik, perangkat teknologi pendidikan dapat

membantu guru dan perancang untuk meningkatkan kinerja sehingga membantu

organisasi mencapai tujuan. Oleh karena itu, teknologi pendidikan mengklaim

mempunyai kekuatan untuk meningkatkan produktivitas baik pada level individu

maupun organisasi.

4. Creating

Penciptaan (creating) mengacu pada penelitian, teori dan praktek dalam

pembuatan materi pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan sistem

pembelajaran dalam beberapa setting yang berbeda, formal dan nonformal.

Bidang teknologi pendidikan menjadi saksi evolusi format media dan dasar-dasar

teoritis untuk bahan dan system yang diciptakan: dari film bisu ke program

pembelajaran ke multimedia ke berbasis web.

Sistem pendekatan, sebagai contoh, prosedur untuk menganalisa masalah

pembelajaran, mendesain dan mengembangkan solusi, mengevaluasi dan merevisi

keputusan yang dibuat, untuk kemudian diimplementasikan. Apa yang diciptakan

bukan hanya bahan pembelajaran dan lingkungannya tapi juga online database

atau portofolio. Teknologi pendidikan memberikan kemungkinan untuk

menciptakan material dan sistem pembelajaran yang efektif melalui proses-proses

pengembangan tertentu.

12
13

5. Using

Pemanfaatan (using) mengacu pada teori dan praktek yang terkait dengan

membawa peserta didik berhubungan dengan kondisi dan sumber belajar.

Pemanfaatan dimulai dengan seleksi metode dan bahan yang sesuai. Seleksi yang

baik didasarkan pada evaluasi bahan untuk menentukan apakah sumber yang ada

sesuai dengan audiens dan tujuan yang ingin dicapai. Kemudian pertemuan

peserta didik dengan sumber belajar terjadi dengan mengikuti beberapa prosedur,

di bawah bimbingan seorang instruktur, perencanaan dan pelaksanaan yang dapat

sesuai dengan label penggunaan. jika sumber daya melibatkan media atau metode

yang tidak dikenal, kegunaannya dapat diuji sebelum digunakan.

6. Managing

Pengelolaan (managing) berkaitan dengan manajemen perorangan dan manajemen

informasi yang mengacu pada masalah pengorganisasian orang-orang dan

perencanaan, pengendalian, penyimpanan dan pengolahan informasi. Orang yang

bertanggung jawab dalam pengelolaan adalah orang yang berjiwa pemimpin

sebagai dan didukung praktik etis teknologi pendidikan.

7. Appropriate technological

Tepat (appropriate) digunakan untuk menjelaskan kata teknologi yang tepat pada

proses dan sumber daya, yang menandakan kecocokan dan kesesuaian dengan

tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Hal ini merupakan implikasi bahwa

professional di bidang teknologi pendidikan senantiasa memperbaharui

pengetahuan pada bidang dan menggunakan pengetahuan tersebut dalam membuat

keputusan.

13
14

Teknologi mengandung arti aplikasi sistematis atau ilmu atau pengetahuan yang

terorganisir untuk tugas-tugas praktis. Istilah teknologi ini mencakup proses dan

sumber.

8. Process

Dapat didefinisikan sebagai serangkaian kegiatan yang diarahkan pada hasil yang

spesifik. Teknologi pendidikan seringkali mengidentifikasikan proses sebagai

aktivitas desain, pengembangan, dan menghasilkan sumber belajar, yang

tergolong sebagai proses dalam arti luas dari teknologi pendidikan.

9. Resources

Sumber daya telah diperluas dengan inovasi teknologi dan dengan pengembangan

pemahaman baru mengenai bagaimana alat-alat teknologi dapat membantu peserta

didik belajar. Sumber belajar dapat berupa orang, media/alat, teknologi, dan

materi yang didesain untuk membantu pembelajar.

Definisi konsep teknologi pendidikan senantiasa berubah dan mengalami

revisi, hingga pada definisi AECT 2008 sebagai pedoman definisi terbaru. Teknologi

pendidikan dimaknai sebagai konsepsi yang lebih luas dibadingkan dengan teknologi

pembelajaran, seperti makna pendidikan yang lebih luas dibandingkan dengan

pembelajaran. Namun hal tersebut dapat pula berbeda apabila dinilai dari kriteria yang

berbeda. Pada dasarnya keduanya merupakan pendekatan menyeluruh untuk

meningkatkan kinerja (performance) dalam bidang pembelajaran maupun pelatihan

(training).

14
15

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teknologi pendidikan pada awal kemunculannya pada tahun 1963, merupakan

komunikasi audiovisual yang semula berorientasi pada “benda, indera dan wujud

konkret”, digantikan dengan konsep proses (pendekatan sistem dan pengembangan

instruksional). Sehingga memicu perubahan nama dari Departement of Audiovisual

Instruction menjadi the Association for Educational Communication and Technology

(AECT). Definisi Teknologi Pendidikan berkembang sebanyak 5 kali hingga akhirnya

dapat dirumuskan definisi teknologi pendidikan oleh AECT pada bukunya di tahun

2008. Perkembangan definisi ini menggambarkan perubahan paradigma yang penting

bagi teknologi pendidikan, dan mensintesiskan bagian terbesar dari konsep-konsep

yang berasal dari orientasi sebelumnya, serta memperkenalkan banyak konsep baru di

bidang itu. Berdasarkan definisi teknologi pendidikan yang terbaru dari AECT:

“educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and

improving performance by creating, using, and managing appropriate technological

processes and resources.”

Definisi ini sedikit berbeda dengan definisi-definisi sebelumnya. Pertama,

istilah studi mencakup kegiatan penelitian yang meliputi bentuk yang lebih luas dari

inkuiri termasuk penelitian refleksti. Kedua, definisi ini mengeksplisitkan keberadaan

praktek etis. Ketiga, objek dari teknologi pendidikan menjadi facilitating learning

yang diklaim lebih sesuai. Keempat, teknologi pendidikan memposisikan

pendidikan/pembelajaran sebagai center dari teknologi pendidikan. Kelima,

penggunaan improving performance mengacu pada kriteria kualitas berdasarkan

15
16

tujuan dari memfasilitasi pembelajaran. Keenam, definisi ini menjelaskan fungsi

utama dari kawasan (creating, using, and managing) secara lebih luas dan eklektik.

Ketujuh, definisi menekankan pada penggunaan alat/media dan metode (technology

and resource) kawasan dengan tepat, sesuai dengan kemampuan pebelajar dan

konteks penggunaannya.

B. Saran

Berdasarkan pemaparan makalah ini, saran yang dapat diberikan adalah

sebagai berikut:

1. Teknologi pendidikan merupakan bidang kajian ilmu dan profesi yang eklektik,

sehingga kawasan teknologi pendidikan tidak dapat dipandang secara sempit hanya

pada aspek belajar dan pembelajaran di kelas

2. Teknologi pendidikan merupakan bidang kajian ilmu yang selalu berkembang,

sehingga dibutuhkan research dan difusi inovasi agar dapat diaplikasikan secara

luas.

16
17

DAFTAR PUSTAKA

Barbara B. Seels&Rita C. Richey. (2004). Teknologi Pembelajaran: Definis dan

Kawasannya, terjemahan Dewi S. Prawiradilaga, Raphael Rahardjo, dan Yusufhadi

Miarso. Jakarta: Penerbitan Universitas Negeri Jakarta.

Januszweski, Alan & Michael Molenda. (2008). Educational Technology; A Definition with

Comentary. New York: Lawrence ErlbaumAssociates.

Miarso, Yusufhadi. (2004). Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Pustekkom

Diknas bersama Prenada Media.

Prawiradilaga, Dewi Salma. (2012). Wawasan Teknologi Pendidikan, Jakarta: Kencana

Prenada Media Group.

Satgas AECT. (terjemahan 1986). Definisi Teknologi Pendidikan. Jakarta: CV.Rajawali

Spector, J.Michael. (2012). Foundation of Educational Technology. New York & London;

Routledge Taylor and Francis Group

17

Anda mungkin juga menyukai