Anda di halaman 1dari 32

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN,

SOSIAL, DAN EMOSI BAB


3
OLEH :

1. EGI WIKANDA / 9901818015


2. IJANG PERMANA SIDIK / 9901818010
3. LINA KOMALASARI / 9901818024
4. MARIANUS A.G SERA / 9901818002
RUANG LINGKUP

1. MENJELASKAN PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN , SOSIAL DAN EMOSI


2. MENJELASKAN PENGARUH KONTEK SOSIAL TERHADAP
PERKEMBANGAN MELALUI PENDEKATAN BRONFENBRENNER
3. MENJELASKAN PENGARUH KONTEK SOSIAL TERHADAP
PERKEMBANGAN MELALUI PENDEKATAN ERIKSON
4. MENJELASKAN TEORI KOHLBERG DAN PIAGET TENTANG
PERKEMBANGAN MORAL, SELF CONCEPT DAN SELF ESTEEM
PERKEMBANGAN

Proses
biologis Perkembangan

Proses Proses
sosial kognitif
PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN

Perkembangan Kepribadian secara psikologis merupakan suatu proses


yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan
menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud (FJ
Monks)

G.W. Allport berpendapat “Personality is the dynamic


organization within the individual of those psychophycal
sistem, that determines his unique adjusment to his
environment”.
PERKEMBANGAN SOSIAL

• Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah


kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya
dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat

• Perkembangan sosial adalah kemajuan yang progresif melalui


kegiatan yang terarah dari individu dalam pemahaman atas warisan
sosial danformasi pola tingkah lakunya yang luwes. Hal itu disebabkan
oleh adanya kesesuaian yang layak antara dirinya dengan warisan
sosial itu (Djaali)
PERKEMBANGAN EMOSI

Emosi merujuk kepada suatu perasaan pikiran-pikiran yang khas, suatu


keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan
untuk bertindak. Daniel Goleman

Emotional development refers to the ability to recognize, express, and manage


feelings at different stages of life and to have empathy for the feelings of
others. Hearron, P. F. and V. Hildebrand
BENTUK EMOSI

Menurut Goleman:
• Kemarahan
• Kesedihan
• Rasa Takut
• Kenikmatan Fisik
• Cinta Kognitif
Sosial
• Terkejut
• Jengkel
• Malu
PENDEKATAN BRONFENBRENNER TENTANG PENGARUH
KONTEKS SOSIAL TERHADAP PERKEMBANGAN

1. Teori Ekologi
Bronfenbrenner (Urie
Bronfenbrenner 1917-2005)
Berfokus pada konteks sosial yang
menjabarkan bagaimana orang-
orang di sekitar kehidupan individu
dapat mempengaruhi
perkembangan sosial mereka.

Lima sistem lingkungan teori ekologi


Bronfenbrenner:
2. Konteks Sosial Perkembangan Bronfenbrenner
Konteks (Anita Woolfolk; 107)
Situasi yang mengelilingi dan berinteraksi dengan pikiran, perasaan, dan
tindakan untuk membentuk perkembangan dan pembelajaran.

Konteks
Internal
Konteks Internal (fisik) : genetika

Konteks
Eksternal Konteks Eksternal (Sosial) : Lingkungan, dimana
anak menghabiskan sebagian besar waktunya dan
banyak mempengaruhi perkembangan anak
Konteks Sosial : KELUARGA
(1) Gaya Pengasuhan
Gaya Karakteristik Orangtua Karakteristik Anak
Pengasuhan
Otoratif Mendorong anak untuk lebih mandiri Percaya diri tinggi, berani mengambil resiko,
dengan memberi kebebasan, namun berani berpendapat, dan berhasil di sekolah
masih dalam batasan dan kontrol orang
tua
Otoriter Membatasi dan menghukum tanpa Lebih berfikir bagaimana caranya
penjelasan menyenangkan orang tua bukan
memecahkan masalah, kurang keterampilan
sosial
Permisif Orang tua memberi kebebasan kepada Tidak dewasa, kurang kontrol diri, tidak
(Memanjakan) anak dengan memberi sedikit termotivasi
pembatasan
Pengabaian Orang tua tidak terlalu peduli urusan Kurang kontrol diri dan tidak punya tujuan
anak-anak jangka panjang, mudah frustasi, dan tidak
taat

(Paul & Kauchak; 64)


Konteks Sosial : KELUARGA
(2) Keluarga yang Berubah dalam Masyarakat yang Berubah
Hal ini meliputi keluarga yang kedua orang tuanya bekerja di luar rumah dan anak
dalam keluarga cerai.

Anak dari kedua orang tua Anak dari keluarga yang


yang berkerja bercerai

Orang tua yang memiliki kondisi kerja Perlu adanya sistem pendukung
yang buruk, seperti kerja lembur, jam (teman, saudara), hubungan positif
kerja panjang, dan stress pekerjaan yang terus berlanjut antara ayah dan
cenderung lebih mudah marah di ibu yang sudah bercerai, memenuhi
rumah dan menyebabkan kurangnya kebutuhan keuangan, dan kualitas
pengasuhan yang efektif terhadap sekolah akan bisa membantu anak
anak. menyesuaikan diri dengan keadaan
stress perceraian (Cox & Harter, 2001
dalam Jhon W. Santrock, 2015: 93).
Konteks Sosial : TEMAN SEBAYA
Fungsi dari teman sebaya adalah untuk menyediakan sumber informasi dan
perbandingan mengenai dunia di luar keluarga. Lima jenis status teman
sebaya menurut ahli pengembangan (Wentzel & Asher, 1995 dalam
Santrock, 2012: 381)
Status teman sebaya Karakteristik
Anak populer Memberikan bantuan, mendengarkan dengan cermat, merasa
bahagia, bertindak seperti diri sendiri, menunjukkan antusiasme dan
kepedulian terhadap sesama serta percaya diri tanpa terlihat
sombong. Menerima nominasi positif lebih banyak

Anak rata-rata Menerima jumlah rata-rata dari kedua nominasi positif dan negatif
Anak terabaikan Jarang dinominasikan sebagai sahabat, namun bukan berarti tidak
disukai oleh sesamanya
Anak yang ditolak Jarang dinominasikan sebagai sahabat dan sering tidak disukai
oleh teman-temannya
Anak kontroversial Sering dinominasikan sebagai sahabat maupun teman yang tidak
disukai
Konteks Sosial : SEKOLAH
Konteks sekolah bervariasi sejak masa kanak-kanak awal, sekolah
dasar hingga remaja (Minuchin & Shapiro, 1983 dalam Jhon W.
Santrock, 2015: 103)

Tahapan Sekolah Perkembangan Sosial

Anak Usia Dini Berinterkasi dengan 1 atau 2 guru dan teman sebaya yang
terbatas pada satu kelas.
Anak Sekolah Dasar Berinteraksi dengan kelompok sebaya dan mulai menjalin
persahabatan
Anak Remaja Berinteraksi dengan teman sebaya dari latar budaya yang luas
dan kepentingan yang lebih luas
TEORI PSIKOSOSIAL ERIKSON
KEPERCAYAAN DAN KETIDAKPERCAYAAN

• 0 – 18 bulan
• Bayi baru terahir ke dunia
• Ibu memiliki peran besar
• Anak memerlukan rasa
aman
• Rasa aman akan
membawa pada
kepercayaan
MANDIRI DAN KERAGU-RAGUAN

• 18 Tahun – 3 Tahun
• Perkembangan
Psikomotorik
• Pengaruh orangtua masih
dominan
• Orangtua jangan terjebak
pada Protective and Over
Protective
INISIATIF DAN RASA BERSALAH

• 3-6 tahun
• Tumbuhnya rasa penasaran
• Keinginan untuk
mengeksplor
• Orangtua masih memiliki
peran dominan
KEMEGAHAN DAN INFERIORITAS

• 6-12 tahun
• Lingkungan Sekolah (SD)
• Perkembangan sangat
dipengaruhi kawan-kawan.
IDENTITAS DAN KEBINGUNGAN

• 12-18 tahun
• Dipengaruhi kawan sebaya
• Membutuhkan sosok panutan
KEINTIMAN DAN KETERASINGAN

• Dewasa Awal
• Sudah memiliki konsep diri
yang jelas
• Siap hidup bersama orang
lain
DAYA REGENERASI DAN PENYIBUKAN DIRI

• Dewasa Pertengahan
• Keinginan membimbing
generasi setelahnya.
INTEGRITAS DAN KEPUTUSASAAN

• Dewasa Akhir
• Refleksi diri
• Kepuasan
MORAL DEVELOPMENT (PERKEMBANGAN MORAL)

*Etimologis : Moral, dari bahasa latin “Mos”, jamaknya


“Mores” : tata cara, adat istiadat
*KBBI (1989) : Moral : akhlak, budi pekerti, susila
*Ahli Psikologi : Moral : Sikap dan keyakinan yang dimiliki seseorang,
membantu memutuskan yang benar dan yang salah.

Teori Perkembangan Moral : Jean Piaget & Lawrence Kohlberg


“for years, Lawrence Kohlberg’s theory of moral development,
which was based in part on piaget’s idea” (Anita, 2016)
Perkembangan Moral Kohlberg
Pramoral

Heteronomi

Otonomi

Catatan terhadap Teori Perkembangan Kohlberg


* menekankan pada pemikiran moral daripada perilaku moral. Alasan moral
terkadang dapat menjadi dalih untuk perilaku yang tidak bermoral.
* cenderung berorientasi pada hak individu.
Implementasi Pembelajaran Moral
1. Atmosfer dan suasana moral, orientasi moral.
2. Menyelenggarakan pendidikan karakter.
3. Membuat program pendidikan moral kognitif : diskusi
4. Pembelajaran pelayanan
5. pembelajaran moral : bahan pembelajaran untuk model
pembelajaran orang dewasa
SELF CONCEPT
Self concept : cara pandang seseorang terhadap dirinya sendiri,
melihat kelebihan dan kekurangan yang dimiliki.

Harter, Pajares & Schunk : “in psychology, self concept generally refers
to our perceptions of our selves-how we see our abilities, attitudes,
attributes, beliefes” (dalam Anita, 2016: 126).

Self concept : gambaran mental diri mendorong untuk bertindak,


bersikap, bertutur kata untuk menunjukkan gambaran diri itu.
SELF CONCEPT DALAM PEMBELAJARAN

persepsi diri siswa akan kemampuannya (“saya bagus di fisika”) dan


sikap (“saya suka fisika”)

Siswa remaja, self concept akademik : “bagaimana dengan cepat


mereka belajar” dan self concept khusus/ spesifik dalam pelajaran :
“seberapa bagusnya mereka dalam matematika”

Anak-anak kecil (younger children) cenderung memiliki positif dan


optimis self concept.

Siswa yang lebih tua sedikit optimis, lebih realistis dan mengejek.
Perkembangan self concept tidak sama di setiap kebudayaan.
Orang tua Barat dan Eropa VS Orangtua Asia

Hubungan Harapan
dalam
Keluarga orangtua

Masalah Kondisi
Ekonomi Fisik

Pengalaman Kematangan
Ajaran Agama Biologis

Tuntutan Self Dampak


Sosial Concept media massa
SELF ESTEEM
Self Esteem (harga diri) : pandangan keseluruhan dari individu
tentang dirinya sendiri (John W. Santrock, 2015: 113).

Apa yang saya rasakan tentang diri saya sendiri (O’Mara et al.,
dalam Anita Woolfolk, 2016: 129)

Self Esteem adalah suatu penilaian subyektif yang dibuat


oleh individu sebagai hasil evaluasi mengenai dirinya.
Upaya untuk meningkatkan harga diri siswa, yaitu
sebagai berikut: (Anita, 2016: 129)

a. Kegiatan pengembangan pribadi,


b. Program harga diri,
c. Perubahan struktural di sekolah yang lebih menekankan pada
kerjasama, partisipasi siswa, dan kebanggaan etnis.
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai