Anda di halaman 1dari 4

TUGAS INDIVIDU BIOFARMASETIKA

CARA UNTUK MENGOPTIMALKAN KETERSEDIAAN HAYATI PADA


PEMBERIAN RUTE REKTAL

Disusun Oleh : Febri Amalia Aristanto 1704015088

Kelas : 6K

Dosen Pengampu : Yudi Srifiana, M .Farm., Apt

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA

FAKULTAS FARMASI DAN SAINS

JAKARTA

2020
CARA UNTUK MENGOPTIMALKAN KETERSEDIAAN HAYATI PADA
PEMBERIAN RUTE REKTAL

Secara rektal supositoria digunakan untuk distribusi sistemik, karena dapat diserap oleh
mukosa dalam rektum. Aksi kerja awal dapat diperoleh secara cepat, karena obat diabsorpsi
melalui mukosa rektal langsung masuk kedalam sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan
obat dari enzim didalam saluran gastro-intestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam
hepar. Obat yang diabsorpsi melalui rektal beredar dalam darah tidak melaluihati dahulu hingga
tidak mengalami detoksikasi atau biotransformasi yang mengakibatkan obat terhindar dari tidak
aktif. Penyerapan direktum dapat terjadi dengan tiga cara yaitu :

 Lewat pembuluh darah secara langsung


 Lewat pembuluh getah bening
 Lewat pembuluh darah secara tidak langsung melalui hati

Penyerapan hanya terjadi pada pembuluh darah secara langsung lewat inferior dan vena
intermedier yang berperan dan membawa zat aktif melalui vena iliaca ke vena cava inferior.
Menurut Quecauviller dan Jund bahwa penyerapan dimulai dari vena haemorrhoidalles inferior
terutama vena haemorrhoidalles superior menuju vena porta melalui vena mesentricuminferior.
Saluran getah bening juga berperan pada penyerapan rektal yaitu melalui salurantoraks yang
mencapai vena subclavula sinistra. Menurut Fabre dan Regnier pengaruh tersebut hanya berlaku
pada obat-obat yang larut lemak.

Mukosa rektum dalam keadaan tertentu bersifat permeabel sempurna. Penyerapan rectum
kadang-kadang lebih baik dari penyerapan bukal. Selain itu penyerapan juga tergantung pada
derajat pengosongan saluran cerna jadi tidak dapat diberlakukan secara umum. Bahkan beberapa
obat tertentu tidak diserap oleh mukosa rektum. Banyak obat yang tidak diresorbsi secara teratur
dan lengkap dari rektum, sebaiknya diberikan dosis yang melebihi dosis oral dan digunakan pada
rektum kososng, akan tetapi setelah obat di absorbsi efek sistemisnya lebih cepat dan lebih kuat
dibandingkan per oral, berhubung vena-vena bawah dan tengah dari rektum tidak tersambung
pada sistem porta dan obat tidak melalui hati pada peredaran darah pertama, sehingga tidak
mengalami perombakan FPE (first pass effect). Pengecualian adalah obat yang diserap dibagian
atas rektum dan oleh vena rektalis superior disalurkan ke vena porta dan kemudian ke hati,
misalnya thiazinamium. Dengan demikian penyebaran obat di dalam rektum yang tergantung
dari basis supositoria yang digunakan dapat menentukan rutenya kesirkulasi darah.

Terdapat beberapa faktor yang harus diatasi untuk obat dapat diserap setelah pemberian
rektal. Jika obat diberikan dalam bentuk supositoria, pelelehan atau pencairan basis harus terjadi
dan hal ini akan menentukan penyebaran dosis ke seluruh rektum. Obat juga harus melarut pada
cairan rektal yang jumlahnya terbatas, antara 1 ml sampai 3 ml. Jumlah obat yang tersedia untuk
diserap bisa dikurangi oleh isi lumen, adsorpsi isi lumen dan defekasi. Obatkemudian harus
berdifusi melewati air dan lapisan mucus menuju epithelium.
Obat bisa diserap melalui sel epitel atau melalui tight junction, dengan mekanisme
transport pasif. Vena balik dari kolon dan vena di rektum atas merupakan vena portal menuju ke
hati. Jika obat diberikan pada bagian atas rektum, maka obat akan diangkut ke sistem portadan
akan mengalami metabolism lintas pertama di hati. Satu-satunya cara menghindari metabolisme
lintas pertama adalah memberikan obat pada bagian bawah rektum.

Absorpsi obat melalui epitel rektal melibatkan dua rute transport yaitu rute transelular
dan rute paraselular. Mekanisme pengambilan pada rute transelular bergantung pada lipofilisitas
sedangkan rute paraselular adalah difusi obat melalui ruang antara sel-sel epithelial. Absorpsi
rektal dari obat bergantung pada beberapa sifat obat seperti koefisien partisi dan ukuran
molecular. Koefisien partisi yang kecil, ukuran molecular yang besar, muatan dan kemampuan
pembentukan ikatan hydrogen yang tinggi adalah faktor-faktor yang menyebabkan absorpsi yang
rendah dari obat. Faktor lainnya adalah adanya feses yang bisamengubah absorpsi obat. Larutan,
suspensi dan supositoria merupakan bentuk sediaan yangumum untuk pemberian rektal.
Kandungan rektal umumnya bersifat basa dan larutan basa biasanya cepat diserap dibandingkan
larutan yang bersifat asam. Larutan berair dan alcohol diserap dengan cepat sedangkan suspense
dan supositoria absorpsinya lambat dan kontinyu.

Metode utama yang digunakan untuk memperbaiki absorpsi rektal dari obat termasuk :

 Modifikasi formulasi untuk memperbaiki tahap pelarutan dari obat-obat yang kelarutannya


dalam air kurang baik.
 Modifikasi fungsi barrier dari mukosa membran rektal.
 Modifikasi kimia dari obat untuk meningkatkan koefisien partisi.

Absorpsi obat setelah pemberian rektal dapat bervariasi, tergantung pada penempatan
supositoria atau larutan obat di dalam rektum. Sebagian dari obat dapat diabsorpsi i melalui l
vena hemoroid bawah, dimana obat langsung masuk ke dalam sirkulasi sistemik, beberapa obat
dapat diabsorpsi melalui vena hemoroid superior, yang masuk ke dalam vena mesenterika ke
pembuluh darah portal ke hati, dan dimetabolisme sebelum absorpsi.

Keuntungan pemberian obat lewat rectal :

 Bentuk sediaan relatif besar dapat ditampung dalam rectum


 Rute rektal aman dan nyaman bagi pasien usia lanjut dan muda
 Pengenceran obat diminimalkan karena volume cairan residu rendah
 Rektum umumnya kosong
 Adjuvant absorpsi memiliki efek lebih jelas daripada di saluran pencernaan bagian atas
 Enzim degradatif d dalam lumen rektal berada pada konsentrasi yang relatif rendah
 Terapi dapat dengan mudah dihentikan
 Eliminasi lintas-pertama
Beberapa faktor harus diatasi untuk obat yang akan diserap setelah pemberian rektal. Jika
obat diberikan sebagai supositoria, pelelehan l atau pencairan basis harus terjadi dan tahap ini
sebagian akan menentukan penyebaran dosis melalui rektum. Obat harus larut dalam cairan
rektum terbatas, yang telah diperkirakan antara 1 dan 3 ml. Jumlah obat yang tersedia untuk
absorpsi dapat berkurang banyak dengan degradasi oleh isi lumen, adsorpsi isi luminal dan
defekasi.

Pelepasan obat per rektal jika dalam bentuk supositoria, pelelehan atau pencairan basis
harus terjadi dan hal ini kan menentukan penyebaran dosis ke seluruh rektum kemudian molekul
obat akan di absorpsi dengan mekanisme transport pasif. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelepasan obat per rektum antara lain factor fisiologi (seperti kandungan kolon, pH dan tidak ada
kemampuan dapar dari rektum) dan factor fisiko kimia dari obat. Perjalanan obat melalui per
rektal jika obat di absopsi di vena hemorroid bawah/tengahobat akan di bawa ke vena cava
melalui vena iliaca menuju jantung untuk di distribusi sehingga akan menimbulkan efek (tanpa
melewati hati terlebih dahulu) sementara jika di absorpsi divena hemoroid superior obat akan
menuju vena porta melalui vena mesentricum inferior yang selanjutnya ke organ hati sebelum di
distribusi untuk memberikan efek.

Anda mungkin juga menyukai