Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MANAJEMEN FUNDRAISING

Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah : Manajemen
Zakat dan Wakaf

Dosen Pengampu : Widi Nopiardo, M. A

Disusun Oleh :

Zellyn Dwiffa Mauly : 2030401150

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BATUSANGKAR


2021

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt yang telah
melimpahkan karunia dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga makalah manajemen
ziswaf yang berjudul “Manajemen Fundraising” dapat diselesaikan. Penulis yakin
tanpa ridha dan izin-Nya tidak mungkin makalah ini dapat terwujud. Salawat dan salam
semoga senantiasa tercurah limpahkan ke hadirat Nabi besar Muhammad saw, beserta
para sahabatnya dan umatnya hingga akhir zaman. Aamiin.

Zakat merupakan salah satu instrument dalam ekonomi Islam yang menjadi potensi
mengangkat derajat kaum lemah dan model penyeimbang ekonomi yang dapat
menjembatani antara para muzzaki dan mustahik zakat dalam menekan ketimpangan
pendistribusianharta.

Seiring dengan meluasnya perkembangan dakwah islam dan meningkatnya semangat


umat islam untuk mempelajari islam, meningkat pula semangat untuk mengamalkan nilai
nilai islam dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam bidang ekonomi. Dengan
demikian, pengetahuan atas ilmu ekonomi islam sangat dibutuhkan dalam upaya
mempelajari dan menerapkan sistem ekonomi islam yang berlandaskan pedoman
manusia, yaitu Al-Quran dan As-sunnah.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna, maka
dari itu penulis harap kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan baru bagi kita semua.

Ciamis, 16 April2021

Penulis

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...........................................................................................................i

DAFTARISI............................................................................................................ii

BAB1 PENDAHULUAN.......................................................................................1
ii
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Maksuddan Tujuan.......................................................................................2

BAB2 PEMBAHASAN..........................................................................................3

2.1 Pengertian.....................................................................................................3

2.2 Tujuan Dan Unsur Unsur Fundraising.........................................................4

2.3 Metode Dan StrategiFundraising.................................................................6

2.4 Membangun KemitraanDalamFundraising..................................................8

2.5 Kendala PengupulanZakat..........................................................................10

BAB3 PENUTUP..................................................................................................14

3.1 Simpulan
....................................................................................................................14

3.2 Saran
....................................................................................................................14

DAFTARPUSTAKA.............................................................................................15

ii
i
BAB I
PENDAHULUA
N

1.1 LATARBELAKANG
Indonesia merupakan negara dengan mayoritas muslim terbanyak di dunia,
hal ini menjadi faktor utama besarnya potensi zakat di indonesia. Karena dalam
tingkat perekonomia dan taraf hidup rakyatnya, indonesia telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat.

Dalam pembahasan kali ini pemakalah membahas potensi zakat lalu di


kaitkan dengan Lembaga Amil Zakat,maka dari itu kita akan berfokus pada
aktifitas Fundraising (Penggalangan Dana) di lembaga itu sendiri. Untuk
keberhasilan yang maksimal dalam pengumpulan dana zakat yang tentunya akan
disalurkan kembali kepada yang lebih berhakmenerimanya, maka menjadi
keniscayaan bagi Setiap Lembaga Amil Zakat agar aktifitas fundraising dikelola
dengan manajerial yang baik dan profesional.

Mengelola aktifitas fundraising yang baik, maka dibutuhkan manajemen


yang baik, dikarenakan menggalang dana atau menghimpun dana bukanlah yang
yang mudah banyak proses dan dinamika yang harus dilalui, harus ada proses
manajemen dalam menjalankan fundraising dari mulai proses perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan penganwasan.

Dalam merencanakan fundraising poin- poin yang harus diperhatikan adalah


organisasi harus mengetahui keadaan lingkungan dimana organisasi itu berada,
kemudian objek fundraising kita segmentasinya siapa, apakah individu,
perusahaan atau yayasan, setelah semuanya dilakukan makalembaga atau
organisasi membuat strategi dan taktik yang akan digunakan dalam fundraising
untuk mencapai target yang telahditentukan.

Sudah cukup banyak Lembaga Amil Zakat yang berdiri di Indonesia,


diantaranya Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, LAZISNU, LAZISMU dan masih
banyak lainnya.

1
1.2 RUMUSANMASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Manajemen Fundraising ?
2. Apa Tujuan Dan Unsur Unsur Fundraising?
3. Bagaimana Metode Dan Strategi Fundraising?
4. Bagaimana Cara Membangun Kemitraan Dalam Fundraising?
5. Apa Kendala Dalam Pengum Pulan Zakat ?

1.3 TUJUANMAKALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari ManajemenFundraising.
2. Untuk Mengetahui Tujuan Dan Unsur Unsur Fundraising.
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Metode Dan Strategi Fundraising.
4. Untuk Mengetahui Cara Membangun Kemitraan DalamFundraising.
5. Untuk Mengetahui Apa Saja Kendala Dalam PengumpulanZakat.
2.1 PENGERTIAAN
BAB II

PEMBAHASAN

Secara etimologi manajemen memiliki arti yaitu seni untuk mengatur atau mengelola.
Kata majemen sendiri berasal dari bahasa Perancis yaitu ménagement. Manajemenpada
intinya adalah sebuah seni mengatur, mengelola atau
mengarahkan anggota organisasi untuk melakukan usaha-usaha tertentu demi mencapai
tujuan organisasi. Manajemen juga dapat diartikan sebagai usaha untuk mencapai sebuah
tujuan melalui usaha oranglain.

Manajemen secara umum merupakan kegiatan untuk mengatur, memimpin,


mengelola, mengembangkan dan mengendalikan. Ilmu manajemen merupakan
sebuah kajian ilmu dan seni perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan
pengawasan terhadap usaha yang dilakukan oleh anggota organisasi serta
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang
telah dimanfaatkan sebelumnya.

Fundraising merupakan pengumpulan dana. Fundraising compain berarti


kampanye pengumpulan dana. Fundraising juga dapat diartikan sebagai kegiatan
dalam rangka menghimpunan dana dari masyarakat dan sumber daya lainnya dari
masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau pemerintah)
yang akan digunakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional
organisasi/lembaga sehingga mencapai tujuannya.

Sedangkan Hasanudin dalam jurnal Manajemen Dakwah mengatakan bahwa


yang dimaksud dengan “fundraising adalah kegiatan menghimpun dana dan
sumber daya lainnya dari masyarakat (baik individu,kelompok, organisasi,
perusahaan ataupun pemerintah) yang akan dig

unakan untuk membiayai program dan kegiatan operasional lembaga yang


pada akhirnya untuk mencapai misi dan tujuan dari lembaga tersebut”

Jadi yang dimaksud dengan Manajemen Fundraising adalah ilmu dan seni
dalam mengelola kegiatan fundraising dengan memanfaatkan semua sumber daya
yang ada melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan agar tujuan dari fundraising dapat tercapai secara efektif dan efisien.
2.2 TUJUAN DAN UNSUR UNSUR MANAJEMENFUNDRAISING
A. Tujuan ManajemenFundraising
Adapun kegiatan fundraising memiliki 5 (lima) tujuan pokok, yaitu:
1). Menghimpun dana
Menghimpun dana adalah tujuan fundraising yang paling dasar.
Pengertian dana disini adalah barang atau jasa yang memiliki nilai
material, karena fundraising yang tidak menghasilkan dana maka tidak
ada sumber daya di hasilkan. Apabila sumber daya sudah tidak ada,
maka lembaga akan kehilangan kemampuan untuk terus menjaga
kelangsungannya, sehingga pada akhirnya akan mati.
2). Menghimpun Donator
Lembaga yang melakukan fundraising harus terus menambah jumlah
donatutrnya, untuk menambah jumlah donasi maka ada dua cara yang
dapat ditempuh, yaitu menambah donasi dari setiap donatur atau
menambah jumlah donatur pada saat setiap donatur mendonasikan
dana yang tetap sama.
3). Menghimpun Simpatisan Dan Pendukung
Seseorang atau sekelompok orang yang telah berinteraksi dengan
aktivitas fundraising yang di lakukan oleh sebuah LSM, mereka
kemudian terkesan melihat positif dan bersimpati. Akan tetapi mereka
tidak memiliki kemampuan untuk memberikan sesuatu (dana) sebagai
donasi karena ke tidak mampuan mereka.
4). Membangun Citra Lembaga
Fundraising yang di lakukan oleh sebuah LSM, baik langsung maupun
tidak langsung akan membentuk citra lembaga. Fundraising adalah
garda terdepan yang menyampaikan informasi dan interaksi ini akan
membentuk citra lembaga dalam benak khalayak. Citra ini bisa
bersifat positif bisa pula bersifat negatif, dengan citra ini setiap orang
akan mempresepsi lembaga dan ujungnya adalah bersikap atau
menunjukkan perilaku terhadap lembaga. Jika citra lembagapositif
maka mereka akan mendukung, bersimpati dan akhirnya memberikan
donasi. Sebaliknya kalau citranya negatif maka mereka
akanmenghindari, antisipasi dan mencegah orang untuk melakukan
donasi.
5). Memuaskan Donatur
Tujuan memuaskan donatur adalah tujuan yang bernilai jangka
panjang meskipun kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-hari.
Karena jika donatur puas maka mereka akan mengulang lagi
mendonasikan dananya kepada sebuahlembaga.

B. Unsur Unsur ManajemenFundraising


Adapun unsur-unsur fundraising, sebagaimana dijelaskan Purwanto
yaitu berupa:
1. Analisis kebutuhan, yaitu berisi tentang kesesuaian dengan syari’ah,
laporan dan pertanggung jawaban, manfaat bagi kesejahteraan umat,
pelayanan yang berkualitas, silaturahmi dankomunikasi.
2. Segmentasi donator/muzakki adalah sebuah metode tentang
bagaimana melihat donator dan muzakki secara kreatif, baik
perorangan, organisasi dan lembaga berbadan hukum. Artinya perlu
melihat segmentasi sebagai seni mengidentifikasi dan memanfaatkan
beragam peluang yang muncul dimasyarakat.
3. Identitas. Profil donator dan muzakki, hal ini difungsikan untuk
mengetahui lebih awal identitas calon donator/muzakki itu sendiri.
Profil donator/muzakki perseorangan dapat berbentuk biodata atau
CV, sedangkan untuk calon donatur/muzakki organisasi atau lembaga
hukum dalam bentuk company profillembaga.
4. Produk. Dalam pengelolaan zakat produk tidak bisa hanya
didefinisikan sebagai sesuatu yang disukai atau tidak disukai, yang
diterima seseorang dalam sebuah transaksi, tetapi lebih tepat apabila
produk diartikan sebagai kompleksitas yang terdiri dari ciri-ciri yang
berwujud dan tidak berwujud. Produk adalah hal yang bisa ditawarkan
untukmemenuhikebutuhandankeinginanmuzakki,karenaproduk tidak
hanya berbentuk barang tetapi juga jasa. Produk lembaga zakat merupakan
produk layanan yang memudahkan donator dan muzakki menunaikan
kewajiban zakatnya.

2.3 METODE DAN STRATEGIFUNDRAISING


A. MetodeFundraising
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan metode adalah cara
yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud (dengan ilmu
pengetahuan, dsb.) (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994:. 580). Secara
etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari penggalan
kata “meta” yang berarti “melalui” dan “hodos” berarti “jalan”. Bila
digabungkan maka metode bisa diartikan “jalan yang harus dilalui”. Dalam
pengertian yang lebih luas, metode bisadiartikan sebagai “segala sesuatu
atau cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan”
(Lutfi, 2008:120).
Ada pula yang mengartikan secara etimologi istilah metode berasal
dari bahasa Yunani, yakni dari kata “metodos” yang berarti cara atau jalan,
dan “logos” artinya ilmu Sedangkan secara semantic dapat diartikan bahwa
metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu
tujuan dengan hasil yang efektif dan efisien. (Yusuf dan Anwar, 1995: 1).
Efektif artinya antara biaya, tenaga dan waktu seimbang. Efisien artinya
suatu yang berkenaan dengan pencapaian suatu hasil (Syukir, 1983:99).
Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka
menghimpun atau menggalang dana zakat, infak dan sedekah serta sumber
daya lainnya dari masyarakat (baik individu, kelompok organisasi dan
perusahaan) yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk mustahik (Sani,
2010: 12)

B. StrategiFundraising
Strategi merupakan suatu komponen penting dalam organisasi
pelayanan sosial dalam melakukan kegiatanfundraising.
Porter (1998:74) menjelaskan makna terpenting dari pemahaman
strategi adalah mengambil tindakan yang berbeda dari pesaing atau
organisasi pelayanan lain untuk mencapai tujuannya yang berisi langkah-
langkah program yang akan mewujudkan visi dan misi. Maka, ditengah
persaingan fundraising saat ini yang dilakukan oleh organisasi pelayanan
sosial perlu didukung dengan strategi fundraising yang baik agar pencapaian
dari aktivitas fundraising tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang
diharapkan oleh sebuah organisasi pelayanan sosial.
Young, et al (2007:124-125) mengemukakan bahwa strategi
penggalangan dana merupakan kunci sukses sebuah kegiatan penggalangan
dana. Strategi penggalangan dana ibarat peta dalam perjalanan organisasi
sosial. Sebuah strategi penggalangan dana akan menunjukkan bagaimana
cara mendapatkan hasil terbaik dari usaha penggalangan dana yang
dilakukan.
Dalam hal ini, Sargeant (2010:151) melihat bahwa strategi fundraising
merupakan elemen dari pendekatan untuk mencapai tujuan dan berguna
untuk membedakan aktivitas penggalangan dana dari organisasi pelayanan
sosial yang lainnya. Strategi fundraising yang biasa digunakan oleh
organisasi pelayanan sosial, meliputi;
1. Dialogue fundraising. Strategi yang dilakukan dengan berdialog
langsung atau beratatap muka dalam pencarian sumber dana yang
dilakukan oleh penggalang dana di organisasi pelayanansosial.
2. Corporate fundraising. Strategi yang dilakukan dengan melakukan
kerjasama dengan perusahaan. Strategi yang diterapkan seperti; Cause
Related Marketing (CRM), promosi bersama, pengajuanproposal.
3. Multichannel fundraising. Strategi dengan menggunakan keberagaman
media dan saluran seperti; penggunaan website secara online, melalui
telepon, sertakomunitas.
4. Retention and development donor. Strategi dalam mempertahankan
loyalitas donatur dan pengembangan donatur, seperti; membangun
hubungan dengan donatur dan penciptaan pelayanan kepadadonatur.

Norton (2002:51) mengungkapkan bahwa strategi menggalang dana


merupakan tulang punggung kegiatan menggalang dana yang akan
dilakukan. Organisasi pelayanan sosial perlu memberikan perhatian penuh
sejak awal pada setiap langkah yang akan diambil untuk menggalang dana
agar segalanya berjalan lancar. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal
fundraising membutuhkan strategi yang tepat. Berbagai strategi
penggalangan dana, yang dijelaskan oleh Young, et al (2007:125) yaitu:

1. Perseorangan. Strategi perseorangan yang dapat digunakan untuk


mendapatkan donasi dari sumber ini adalah permohonan tatap muka
(face to face), surat langsung, kampanye, kegiatan spesial, bujukan
dari pintu ke pintu, penjualan produk, dan iklan layananmasyarakat
2. Perusahaan. Beberapa strategi yang dapat diterapkan yaitu proposal
proyek, bantuan barang dan jasa, kontribusi karyawan, promosi
bersama, sponsorship kegiatan atau publikasi serta bantuan biaya
pelayanan yangdikeluarkan.
3. Menggalang dana dalam komunitas yang lebih kecil. Bagi organisasi
yang berada di kota-kota yang kecil, penggalangan dana. dapat
dilakukan dalam skala yang lebih kecil di tingkat lokal ataukomunitas
4. Menggalang dana di internet. Akses internet merupakan cara
termudah, tercepat dan termurah untuk mendapatkan informasi
sekarang ini. Fasilitas e-mail dapat digunakan utnuk mendistribusikan
news-letter, brosur dan laporan-laporan, mengirim undangan kegiatan
atau mengedukasi pembaca. Bagi 24 organisasi yang memiliki
website, mereka bisa memasang tarif untuk pemasangan iklan di web
site tersebut
5. Menggalang dana melalui telepon. Telepon bisa menjadi media yang
efektif untuk memperbarui dukungan dari donatur atau untuk
menghubungi donatur yang tidak merespon penggalangan dana yang
organisasi lakukan seperti misalnya suratlangsung.

2.4 MEMBANGUN KEMITRAAN DALAMFUNDRAISING


Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi pelayanan kemanusiaan yang
berbasis agama. Lembaga Amil Zakat juga terdapat kegiatan ekonomi dalam
aktifitas organisasi, meskipun hal tersebut bukan menjadi prioritasnya. Fokus
kegiatan ekonomi yang dilakukan adalah pengumpulan dana zakat, infaq dan
shodaqoh. Sesuai data di atas potensi terbesar zakat di Indonesia berasal dari
zakat, infaq dan shodaqoh. Di sisi lain, infaq dan shodaqoh bersifat sunnah suatu
pengertian mendapat pahala jika dilakukan dan tidak berdosa jika tidakdilakukan.

Kegiatan ekonomi yang dilakukan berbeda dengan prinsip ekonomi dalam


organisasi profit dan sektor publik, organisasi non-profit seperti LAZ sangat
bergantung pada fundraising untuk mendukung program dan mensukseskan misi
meraka.

Menurut Meyer untuk menciptakan organisasi yang efektif dibutuhkan dana


yang cukup dan keterampilan membangun hubungan yang baik antara
individu, pribadi dan donatur serta dengan komunitas. Pendapat serupa
menyatakan bahwa hubungan interpersonal yang ada dalam keseluruhan proses
fundraising sangat berpengaruh. Hal ini bersifat non-profit yang diwujudkan
dengan sebuah program pelayanan. Dalam penjelasan tersebut fundraising
diartikan sebagai penentu dari eksistensi sebuah organisasinon-profit.

Meyer (2013) memberikan lima komponen yang perlu dilakukan dalam


prosesfundraising:

1) Mengerti dan saling menghargai budaya dari organisasitersebut;


2) Memiliki akses agar dapat memahami sumber dana yangdimiliki;
3) Membangun hubungan yang baik antarsesama;
4) Memiliki perencanaan dan strategiimplementasi;
5) Memiliki sistem pengelolaan dan penyalurandana.

Sargeant dan Shang menyebutkan beberapa hal penting yang perlu


dilakukan untuk membangun hubungan, antara lain (Sargeant & Shang,2010):

1) finds you;
2) gets to knowyou;
3) keeps in touch withyou;
4) tries to ensure that you get what you want from them in every aspect of
their dealings withyou;
5) checks that you are getting what they promisedyou.

Lima hal di atas merupakan hal yang perlu organisasi pahami dan jaga untuk
memastikan hubungan antara organisasi dan donatur dapat terjadi dalam jangka
panjang. Pertama yaitu dengan menemukan donatur, kemudian dilanjutkan
dengan saling mengenal satu sama lain. Selanjutnya menjaga komunikasi yang
baik dan memastikan bahwa donatur telah mendapatkan apa yang seharusnya.
Terakhir, perlu memeriksa kembali apakah donatur telah mendapatkan apa
yang telah dijanjikankepadanya.

Tidak hanya itu, dalam menjaga hubungan dengan donatur juga dapat
dilakukan dengan memberikan apresiasi secara langsung. Hal ini sangat penting
dilakukan terutama bagi Lembaga yang bergerak di bidang non-profit seperti
Lembaga Amil Zakat. Pemberian apresiasi ini dilakukan sebagai rasa terima kasih
kepada donatur atas kepercayaan yang telah diberikan kepada lembaga untuk
mengelola dana zakatnya.

2.5 KENDALA PENGUMPULANZAKAT


Zakat, di samping termasuk dalam kategori ibadah mahdlah, juga memiliki
dimensi sosial-ekonomi. Oleh karena itu zakat memiliki peranan yang sangat

Prioritas masalah yang ada dalam regulator adalah:

1. Perbedaan pendapat (khilafiyah) mengenai fiqihzakat;


2. Rendahnya koordinasi antara regulator denganOPZ;
3. Rendahnya peran Kementerian Agama dalam pengelolaanzakat;dan
4. Zakat belum menjadi obligatorysystem.

Salah satu contoh masalah khilafiyah fikih zakat adalah dalam pro-kontra
zakat profesi. Sebagian ulama mendukung adanya zakat profesi, namun sebagian
yang lain menganggap zakat profesi adalah bid’ah atau sesuatu yang diada-adakan
dalam agama. Perbedaan pendapat dalam masalah fikih, termasuk fikih zakat,
adalah sesuatu yang biasa dalam agama Islam, namun demikian agar umat Islam
tidak bingung dan menghindari perpecahan, perlu ditetapkan satu pendapat yang
diambil sebagai pegangan. Institusi yang dapat menyelesaikan masalah khilafiyah
fikih zakat ini adalah pemerintah sebagai pemegang kekuasaan.Prioritas masalah
zakat selanjutnya adalah rendahnya koordinasi antara regulator zakat dengan
OPZ. Sebagian OPZ, terutama OPZ besar bentukan masyarakat, cenderung
memiliki egoisme organisasi yang jugabesar.

Sejarah panjang OPZ dalam membesarkan organisasinya memberikan


pengaruh terhadap cara pandangnya terhadap memandang regulator. Sebagian
informan mengungkapkan bahwa salah satu prioritas masalah pengelolaan zakat
lainnya adalah rendahnya peran Kementerian Agama (Kemenang) dalam
pengelolaan zakat. Perhatian Kemenang terhadap zakat jauh lebih kecil
dibandingkan perhatiannya terhadap pengelolaan haji. Kemenang menyerahkan
urusan pengelolaan zakat kepada BAZNAS.

Prioritas masalah zakat terakhir adalah belumnya zakat menjadi obligatory


system dalam sistem negara. Akibatnya kesadaran masyarakat dalam menunaikan
zakat menjadi rendah. Seorang wajib zakat yang sudah mengetahui kewajiban
zakat menjadi kurang terdorong untuk membayar zakat karena tidak adanya
sanksi (punishment) ataupun insentif (reward) yang tetapkan olehpemerintah.

Prioritas masalah pada OPZ adalah:


1. Jumlah Lembaga Amil Zakat yang terlalubanyak;
2. Mahalnya biayapromosi;
3. Rendahnya efektifitas program pedayagunaanzakat;
4. Rendahnya sinergi antar stakeholder zakat;dan
5. Terbatasnya sumberdaya manusia (SDM) amilzakat.

Sebagian informan yang berasal dari OPZ pemerintah mengatakan bahwa


salah satu prioritas masalah zakat adalah terlalu banyaknya OPZ bentukan
masyarakat (LAZ). Menurut mereka zakat seharusnya dikelola oleh negara
sebagaimana di zaman Rasulullah saw dimana zakat dikelola oleh baitul maal.
Pertumbuhan LAZ yang cukup pesat dalam beberapa tahun terakhir dianggap
sebagai ancaman terhadap sistem pengelolaan zakat nasional. Pertumbuhan
kuantitas yang tidak diiringi dengan peningkatan kualitas dapat menjadi faktor
yang dapat menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap OPZ secara
keseluruhan. Dari sekian banyak OPZ yang ada, baru 43 OPZ yang terdaftar di
Forum Zakat (FOZ) dan baru 12 OPZ diantaranya yang memiliki ijin dari
pemerintah.

Prioritas masalah zakat selanjutnya adalah mahalnya biaya promosi. OPZ


sebagai pengelola zakat memiliki satu peran utama yaitu penghimpunan dana
zakat. Dalam aktivitasnya menghimpun dana dari masyarakat OPZ perlu
melakukan promosi kepada masyarakat luas. Sebagai organisasi yang bersifat
mandiri, OPZ harus membayar biaya promosi dari dana sendiri. Akibatnya biaya
promosi diambil dari dana yang telah dikumpulkan dari masyarakat yang
sebenarnya diharapkan oleh para muzaki dapat digunakan untuk membantu
mustahik zakat terutama golongan fakir miskin.Rendahnya efektifitas program
pendayagunaan zakat dianggap sebagai prioritas masalah pengelolaan zakat.
Efektifitas yang dimaksud adalah ketepatan dan kesinambungan program
pendayagunaan zakat dalam memberikan kemaslahatan kepada mustahik. Masih
banyak OPZ yang membuat program pendayagunaan zakat untuk sekedar pamer
di media. Sehingga pada saat selesai diliput oleh media, program pendayagunaan
berakhir.

Selain masih rendahnya sinergi antara OPZ dengan regulator, ternyata


prioritas masalah juga ada pada lemahnya sinergi antara OPZ. OPZ yang telah
berhasil membesarkan organisasinya masing-masing dianggap memiliki egoisme
organisasi yang akhirnya sulit membuat organisasinya bekerja sama dengan OPZ
lain. Kesamaan tujuan semua OPZ dalam memberikan kemaslahatan pada
mustahik tidak serta merta membuat OPZ dapat bersinergi dengan baik. Padahal
Allah swt telah memberikan arahan agar hamba-hamba-Nya dapat saling
bersinergi dalam kebaikan dan ketaqwaan.

Prioritas masalah pada muzaki/mustahik adalah:


1. Mustahik yang cenderungkarikatif;
2. Rendahnya kepercayaan muzaki kepada OPZ dan regulator;
3. Rendahnya kesadaran muzaki dalam menunaikan zakat secara benar
sesuai syariat;

4. Rendahnya pengetahuan muzaki tentang fikihzakat.

Prioritas masalah pertama yang datang dari sisi muzaki/mustahik adalah


mustahik yang cenderung karikatif atau konsumtif. Salah satu tujuan utama OPZ
adalah mengubah status mustahik menjadi muzaki. Mustahik zakat yang masih
mampu berusaha diberdayakan sedemikian rupa sehingga dapat mandiri dan hidup
sejahtera. Namun demikian, banyak mustahik yang konsumtif. Dana zakat yang
diberikan kepadanya untuk menjadi produksi justru digunakan untuk konsumsi.
Akhirnya banyak program pemberdayaan yang mengalami kegagalan.

Prioritas masalah zakat yang berasal dari sisi muzaki/mustahik lainnya


adalah rendahnya kepercayaan muzaki kepada OPZ dan regulator. OPZ adalah
organisasi yang mengandalkan dana publik untuk menjalankan semua
aktivitasnya. Sehingga aspek kepercayaan masyarakat (trust) menjadi sangat
penting. Semakin tinggi tingkat kepercayaan masyarakat, maka semakin tinggi
pula tingkat penghimpunan dana OPZ. Namun sayangnya hingga saat ini masih
banyak muzaki yang belum percaya dengan OPZ, sehingga lebih memilih
menyalurkan dana zakatnya secara langsung kepadamustahik.

Rendahnya kesadaran muzaki dalam menunaikan zakat secara benar sesuai


syariat juga menjadi prioritas masalah zakat dari sisi muzaki. Salah satu
contohnya adalah muzaki masih gemar menyalurkan zakat secara langsung
kepada mustahik. Penyaluran zakat secara langsung dapat menimbulkan masalah
baru. Prioritas masalah selanjutnya adalah rendahnya pengetahuan muzaki tentang
fikih zakat.

Rendahnya pengetahuan tentang fikih zakat ini menyebabkan rendahnya


kesadaran menunaikan zakat bagi para muzaki. Banyak muzaki yang tidak
mengetahui apakah dirinya sudah wajib zakat atau belum, bagaimana pentingnya
kedudukan zakat dalam agama Islam, bagaimana beratnya ancaman Allah bagi
orang yang tidak menunaikan zakat, dan bagaimana cara menyalurkan zakat
dengan benar.

BAB III
PENUTUP

3.1 SIMPULAN
Ilmu manajemen merupakan sebuah kajian ilmu dan seni perencanaan,
pengarahan, pengorganisasian dan pengawasan terhadap usaha yang dilakukan
oleh anggota organisasi serta pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk
mencapai tujuan organisasi yang telah dimanfaatkan sebelumnya. Fundraising
juga dapat diartikan sebagai kegiatan dalam rangka menghimpunan dana dari
masyarakat dan sumber daya lainnya dari masyarakat yang akan digunakan untuk
membiayai program dan kegiatan operasional organisasi/lembaga sehingga
mencapaitujuannya.

Adapun kegiatan fundraising memiliki 5 (lima) tujuan pokok, yaitu: 1)


Menghimpun dana, 2) Menghimpun Donator, 3) Menghimpun Simpatisan Dan
Pendukung, 4) Membangun Citra Lembaga, 5) Memuaskan Donatur
Strategi merupakan suatu komponen penting dalam organisasi pelayanan
sosial dalam melakukan kegiatan fundraising. Maka, ditengah persaingan
fundraising saat ini yang dilakukan oleh organisasi pelayanan sosial perlu
didukung dengan strategi fundraising yang baik agar pencapaian dari aktivitas
fundraising tersebut dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan oleh sebuah
organisasi pelayanan sosial. Sehingga, pendekatan tersebut dilakukan untuk
pengembangan tindakan organisasi dalam mencari sumber pendanaan. Hal
ini, dimaksudkan agar penggalangan dana yang dilakukan oleh organisasi pelayanan
sosial bisa dilakukan secara efisien dan tepatsasaran.

3.1 SARAN
Apabila dalam makalah ini terdapat kata-kata yang salah ataupun kurang
tepat, kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun sangat diharapkan
penulis untuk kesempuranaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
DAFTAR PUSTAKA

Widad Lujjatul Azhar. 2014. Manajemen Fundraising Lembaga Amil Zakat


Mizan Amanah Bintaro [Skripsi]. Jakarta [ID]: Universitas Islam Negeri

Rohmawati Siti. 2018. Analisis Manajemen Fundraising Zakat Infaq


Shodaqoh (ZIS) Di Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh (LAZIS) Baiturrahman
Semarang [Skripsi]. Semarang [ID]: Universitas Islam Negeri Walisongo

Susilawati Nilda. 2018. Analisis Model Fundraising Zakat, Infak, dan


Sedekah Di Lembaga Zakat. Al-Infaj. 4(1):110

Eri Sudewo. 2012. Manajemen ZIS. Jakarta:IMZ. Hal:142

Abidah Atik. 2016. Analisis Strategi Fundraising Terhadap Peningkatan


Pengelolaan ZIS Pada Lembaga Amil Zakat Kabupaten Ponorogo. Kodifikasia.
10(1):172-173

Sani, M. Anwar, Jurus Menghimpun Fulus: Manajemen Zakat Berbasis


Masjid, Jakarta: Gramedia, 2010.

Huda Nurul Dkk. 2014. Prioritas Solusi Permasalahan Pengelolaan Zakat


Dengan Metode AHP (Studi Di Banten Dan Kalimantan Selatan). Al-Iqtishad.
6(2):228-230

Anda mungkin juga menyukai