Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Ira Lestari 191105040047
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Definisi Manajemen Zakat......................................................................................3
2.2 Ayat Tentang Manajemen Zakat.............................................................................4
2.3 Konsep Darar Pengelola Zakat ..............................................................................4
2.4 Tujuan manajemen zakat .......................................................................................5
2.5 Institut manajemen zakat di Indonesia....................................................................6
2.6 Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik .........................................7
2.7 Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat ............................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya yang
dimiliki dengan metode syariah yang telah tercantum dalam kitab suci atau yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Konsep syariah yang diambil dari hukum Al
Quran sebagai dasar pengelolaan unsur- unsur manajemen agar dapat menggapai
target yang ditujui, yang membedakan manajemen syariah dengan manajemen umum
adalah konsep Ilahiyah dalam implementasi sangat berperan.
Zakat adalah rukun islam ke-4 yang merupakan sebuah sejumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh umat islam untuk diberikan kepada orang yang
membutuhkan. Besaran dan batas yang diberikan telah diatur dalam aturan agama
islam. Zakat juga memiliki bagian-bagian lainnya seperti zakat maal yang merupakan
zakat harta yang diperoleh selama 1 tahun, zakat fitrah yang dikeluarkan sebelum hari
raya idul fitri, shadaqah dan infaq yang dikeluarkan secara suka rela tanpa ada aturan
yang mengatur dan masih banyak lagi. Pengelolaan dana zakat ini apabila
dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi potensi yang besar bagi kemajuan umat
islam pada khususnya dan masyarakat secara umum.
Namun dibalik kewajiban dari zakat dan manfaat yang dihasilkan, penerapan
dan pemanfaatan dana zakat masih kurang maksimal. Zakat dirasa masih kurang
digalakkan dan kurang disosialisasikan. Melihat permasalahan tersebut, maka banyak
bermunculan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang zakat baik organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta. Organisasi zakat ini mengelola berbagai data
dana zakat dari mulai data wajib membayar zakat, data wajib menerima zakat hingga
data berbagai pengolahan keuangan dana zakat tersebut. Namun sayangnya sebagain
besar lembaga zakat melakukan pengelolaan data ini masih secara manual sehingga
mengakibatkan pemanfaatan dana zakat kurang maksimal dan tidak menjangkau
banyak kalangan. Selain itu, pelaporan dana zakat yang dikerjakan manual juga rentan
mengalami kesalahan, padahal pelaporan disini harus dapat diakses oleh setiap
masyarakat karena yang dikelola disini adalah dana masyarakat.
1
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas tersebut, maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah, diantaranya:
1. Apa Definisi manajemen zakat?
2. Apa Ayat tentang manajemen zakat?
3. Bagaimana Konsep dasar pengelola zakat?
4. Apa Tujuan manajemen zakat?
5. Bagaimana Institut manajemen zakat di Indonesia?
6. Apa saja Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik?
7. Bagaimana Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat?
1.3 Tujuan
Berdasarkan dari uraian rumusan masalah di atas tersebut, maka dapat dibuat
suatu tujuan masalah, diantaranya:
1. Untuk mengetahui Apa Definisi manajemen zakat.
2. Untuk mengetahui Apa Ayat tentang manajemen zakat.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep dasar pengelola zakat
4. Untuk mengetahui Apa Tujuan manajemen zakat.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Institut manajemen zakat di Indonesia.
6. Untuk mengetahui Apa saja Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang
baik.
7. Untuk mengetahui Bagaimana Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola
Zakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Dalam UU No. 23 Tahun 2011, disebutkan pengertian pengelolaan zakat, yaitu
‛Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat‛.
UU Pengelolaan Zakat sebelumnya yaitu UU No 38 tahun 1999, mendefinisikan
pengelolaan zakat sebagai: Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat‛.
4
seharusnya membentuk suatu badan tertentu yang mengurusi masalah pengelolaan
zakat, dibentuklah BAZ (Badan Amil Zakat). Organisasi ini sudah terbentuk mulai
pusat sampai daerah. Atas keseriusan pemerintah menangani pengelolaan zakat,
maka pada tahun 1999 pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam kondisi demikian, kewajiban
mengumpulkan zakat di Indonesia harus dilakukan oleh amil-amil zakat. Oleh
karena itu, dapat dipahami bahwa dalam konteks ke Indonesiaan khitab ayat
tersebut adalah amil zakat yang diwakili oleh BAZ.
Berdasarkan pasal di atas, ada 2 (dua) tujuan dari pengelolaan zakat. Pertama,
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan. Yang dimaksud dengan
efektifitas dan efisiensi adalah pendayagunaan sumber daya untuk mencapai taraf
hasil yang ditetapkan. Hubungan antara pendayagunaan sumber daya dengan
pencapaian taraf hasil harus diperantarai oleh dukungan perangkat yang memadai,
yaitu:
1. Tersedianya teknologi pelaksana pekerjaan;
2. Tersedianya struktur kelembagaan;
3. Tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni;
4. Terdapat dukungan dalam pengelolaan dari pemerintah dan masyarakat;
5. Kepemimpinan yang mampu mengarahkan seluruh mekanisme pengelolaan
zakat.
5
menyebabkan keretakan rumah tangga, menyebabkan munculnya generasi yang
lemah secara fisik, karena tidak mendapatkan asupan gizi yang layak, dan lemah
secara pendidikan, karena ketiadaan biaya. Kemiskinan menciptakan manusia
yang kurang berkualitas. Karena kemiskinan orang tidak dapat menjalankan
ibadah dengan sempurna, karena dalam beribadah ada syarat materi yang harus
dipenuhi, seperti dalam ibadah haji
6
Dalam rangka pengelolaan zakat di provinsi dan kabupaten/kota, dibentuk
BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. BAZNAS Provinsi dibentuk
oleh Menteri Agama atas usulan gubernur, sedangkan BAZNAS Kabupaten/Kota
dibentuk oleh Menteri Agama atas usulan walikota atau bupati. Dalam kerja
pengelolaan zakat, BAZNAS Provinsi, Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ).
Selain BAZNAS dan UPZ, lembaga lain yang melakukan tugas pengelolaan
zakat adalah Lembaga Amil Zakat. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin
menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Syarat untuk menjadi lembaga
amil zakat, adalah sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. Berbentuk lembaga berbadan hukum
c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d. memiliki pengawas syariat;
d. Kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan
kegiatannya; bersifat nirlaba;
e. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
f. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.
7
telah terbangun dengan baik. Sehingga lembaga zakat tidak tergantung pada
person atau induvidu.
2. Memiliki manajemen yang terbuka (open management).
Lembaga Pengelola Zakat mengelola dana publik, maka sudah sepatutnya
melakukan pengelolaan secara terbuka. Dengan melibatkan masyarakat, dan
memungkinkan masyarakat untuk dapat mengakses kegiatan dan dana zakat
yang dikelola lembaga pengelola zakat. Dengan manajemen terbuka dapat
terjadi control dan pengawasan.
3. Mempunyai rencana kerja.
Perencanaan merupakan hal yang penting dilakukan oleh lembaga pengelola
zakat. Memiliki perencanaan merupakan indikator lembaga yang dikelola
secara sungguh-sungguh dan professional. Lembaga pengelola zakat
hendaknya melakukan perencanaan yang baik. Karena perencanaan dapat
menjadi dasar evaluasi dan mengetahui keberhasilan organisasi
4. Memiliki system akutansi dan manajemen keuangan.
Lembaga pengelola zakat sebagai lembaga publik yang mengelola dana
masyarakat harus memiliki system akutansi dan lembaga keuangan yang baik.
Manfaatnya adalah akuntablilitas dan transparansi lebih mudah diwujudkan
dan keamanan dana publik lebih terjaga, serta efisiensi dan efektifitas lebih
mudah dilakukan. Sebagai penerapan prinsip transparansi, lembaga pengelola
zakat melakukan audit.
5. Memiliki system akutansi dan manajemen keuangan.
Lembaga pengelola zakat sebagai lembaga publik yang mengelola dana
masyarakat harus memiliki system akutansi dan lembaga keuangan yang baik.
Manfaatnya adalah akuntablilitas dan transparansi lebih mudah diwujudkan
dan keamanan dana publik lebih terjaga, serta efisiensi dan efektifitas lebih
mudah dilakukan. Sebagai penerapan prinsip transparansi, lembaga pengelola
zakat melakukan audit keuangan dan kinerja yang dilakukan oleh auditor
internal ataupun dengan mengundang auditor eksternal
6. Melakukan publikasi.
Kinerja yang telah dilakukan atau dana yang telah dihimpun dan disalurkan
harus dipublikasikan kepada masyarakat, sebagai perwujudan prinsip
akuntabilitas dan transparansi. Publikasi dilakukan lewat media massa seperti
surat kabar, majalah, atau media elektronik seperti televisi dan internet.
8
7. Melakukan perbaikan terus menerus.
Untuk kebaikan dan peningkatan kinerja, lembaga engelola zakat hendaknya
melakukan evaluasi dan perbaikan secara terus menerus51. Lembaga
Pengelola Zakat dapat menerapkan siklus PDCA yaitu (Plan, Do, Check, Act),
yaitu dimulai dengan rencana, kemudian aksi atau tindakan, kemudian
melakukan evaluasi, apabila ada yang kurang, akan diperbaiki. Setelah
diperbaiki, kemudian melakukan aksi atau tindakan lagi. Siklus tersebut
berulang-ulang sehingga dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus yang
akan mendapatkan hasil yang maksimal.
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen zakat dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan
lembaga zakat dengan atau melalui orang lain, melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi
yang efektif dan efisien
2. Ayat tentang manajemen Zakat ada dalam QS. At-Taubah ayat 103.
3. Dalam Konsep dasar pengelolaan zakat, Pengelolaan zakat memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang. Semua aktifitas dan faktor-faktor
terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana, terorganisir, bahkan
terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Hal ini diperlukan agar
pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dn efisien.
4. Tujuan manajemen zakat yaitu: Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan Meningkatan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
5. Institut Manajemen Zakat/ Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia adalah
BAZNAS dan LAZ pasca disahkannya UU no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. BAZNAS dapat membentuk UPZ.
6. Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik diantaranya ada 7
yaitu: Memiliki system, prosedur, dan aturan yang jelas; Memiliki
manajemen yang terbuka; Mempunyai rencana kerja; Memiliki system
akutansi dan manajemen keuangan; Melakukan publikasi; Melakukan
perbaikan terus menerus.
7. Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat Berdasarkan UU No.23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pasal 34 dan 35 bahwa yang berhak
memberikan pengawasan adalah menteri, gubernur, bupati/walikota, dan juga
masyarakat pada masing-masing wilayah domisili.
10
DAFTAR PUSTAKA
Jannah, M., Aqsal Sahid, M., & Rismayanti, E. (2016). DEFENISI SEJARAH DAN FUNGSI
MANAJEMEN ZAKAT. 4(1), 1–23.
John Echols dan Hassan Shadily, 2005, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia,
Cet.XXVI, hal.372
Maguni, W. (2013). Peran Fungsi Manajemen Dalam Pendistribusian Zakat : Distribusi Zakat
Dari Muzakki Ke Mustahik Pada (Badan Amil Zakat) Baz. Jurnal Al-’Adl, 6(1), 157–
183.
Najiyah, F., Khasanah, U., & Asas, F. (2021). Manajemen zakat di Indonesia. 2(1), 38–44.
11
12