Anda di halaman 1dari 15

MATA KULIAH MANAJEMEN ZISWAF

“MANAJEMEN ZAKAT, INSTITUT MANAJEMEN ZAKAT”


(Makalah ini disusun sebagai bukti tugas kelompok)

Dosen Pengampu:

Dr. Syarifah Gustiawati, M.E.I.

Disusun Oleh:
Ira Lestari 191105040047

Siswi Rismaningsih 191105040066

Siti Nur Adela 191105040070

FAKULTAS AGAMA ISLAM


EKONOMI SYARIAH VI A
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur, kami panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Tuhan yang
Maha Esa karena atas karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini sebagai
bukti mengerjakan tugas kelompok mata kuliah Manajemen ZISWAF dengan baik dan tepat
waktu. Tak lupa shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpah kepada Rasul Allah,
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam serta kepada para keluarganya, para sahabatnya,
para alim ulama dan kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman.
Makalah ini dibuat sebagai syarat bukti dalam menyelesaikan tugas kelompok mata
kuliah Manajemen ZISWAF dengan judul “MANAJEMEN ZAKAT, INSTITUT
MANAJEMEN ZAKAT”. Dengan dibuatnya makalah ini, kami berharap semoga pembaca
dapat mengetahui dan mempelajari terkait judul tersebut serta semoga dengan adanya laporan
ini dapat memberikan manfaat dalam mencari ilmu, meningkatkan dan menambah wawasan
pengetahuan seputar judul makalah yang kami sajikan. Kami juga ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Dr. Syarifah Gustiawati, M.E.I. selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Manajemen
Ziswaf Universitas Ibn Khaldun Bogor.
2. Rekan-rekan kelas Ekonomi Syariah 6A yang selalu saling mendukung satu sama lain
dalam hal kelancaran tugas makalah ini.

Bogor, 04 April 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................3
2.1 Definisi Manajemen Zakat......................................................................................3
2.2 Ayat Tentang Manajemen Zakat.............................................................................4
2.3 Konsep Darar Pengelola Zakat ..............................................................................4
2.4 Tujuan manajemen zakat .......................................................................................5
2.5 Institut manajemen zakat di Indonesia....................................................................6
2.6 Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik .........................................7
2.7 Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat ............................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan............................................................................................................10
3.2 Saran .....................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................11

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Manajemen syariah adalah seni dalam mengelola semua sumber daya yang
dimiliki dengan metode syariah yang telah tercantum dalam kitab suci atau yang telah
diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. Konsep syariah yang diambil dari hukum Al
Quran sebagai dasar pengelolaan unsur- unsur manajemen agar dapat menggapai
target yang ditujui, yang membedakan manajemen syariah dengan manajemen umum
adalah konsep Ilahiyah dalam implementasi sangat berperan.
Zakat adalah rukun islam ke-4 yang merupakan sebuah sejumlah harta tertentu
yang wajib dikeluarkan oleh umat islam untuk diberikan kepada orang yang
membutuhkan. Besaran dan batas yang diberikan telah diatur dalam aturan agama
islam. Zakat juga memiliki bagian-bagian lainnya seperti zakat maal yang merupakan
zakat harta yang diperoleh selama 1 tahun, zakat fitrah yang dikeluarkan sebelum hari
raya idul fitri, shadaqah dan infaq yang dikeluarkan secara suka rela tanpa ada aturan
yang mengatur dan masih banyak lagi. Pengelolaan dana zakat ini apabila
dimanfaatkan dengan benar dapat menjadi potensi yang besar bagi kemajuan umat
islam pada khususnya dan masyarakat secara umum.
Namun dibalik kewajiban dari zakat dan manfaat yang dihasilkan, penerapan
dan pemanfaatan dana zakat masih kurang maksimal. Zakat dirasa masih kurang
digalakkan dan kurang disosialisasikan. Melihat permasalahan tersebut, maka banyak
bermunculan organisasi-organisasi yang bergerak di bidang zakat baik organisasi
pemerintah maupun organisasi swasta. Organisasi zakat ini mengelola berbagai data
dana zakat dari mulai data wajib membayar zakat, data wajib menerima zakat hingga
data berbagai pengolahan keuangan dana zakat tersebut. Namun sayangnya sebagain
besar lembaga zakat melakukan pengelolaan data ini masih secara manual sehingga
mengakibatkan pemanfaatan dana zakat kurang maksimal dan tidak menjangkau
banyak kalangan. Selain itu, pelaporan dana zakat yang dikerjakan manual juga rentan
mengalami kesalahan, padahal pelaporan disini harus dapat diakses oleh setiap
masyarakat karena yang dikelola disini adalah dana masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

1
Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas tersebut, maka dapat dibuat suatu
rumusan masalah, diantaranya:
1. Apa Definisi manajemen zakat?
2. Apa Ayat tentang manajemen zakat?
3. Bagaimana Konsep dasar pengelola zakat?
4. Apa Tujuan manajemen zakat?
5. Bagaimana Institut manajemen zakat di Indonesia?
6. Apa saja Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik?
7. Bagaimana Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat?

1.3 Tujuan

Berdasarkan dari uraian rumusan masalah di atas tersebut, maka dapat dibuat
suatu tujuan masalah, diantaranya:
1. Untuk mengetahui Apa Definisi manajemen zakat.
2. Untuk mengetahui Apa Ayat tentang manajemen zakat.
3. Untuk mengetahui Bagaimana Konsep dasar pengelola zakat
4. Untuk mengetahui Apa Tujuan manajemen zakat.
5. Untuk mengetahui Bagaimana Institut manajemen zakat di Indonesia.
6. Untuk mengetahui Apa saja Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang
baik.
7. Untuk mengetahui Bagaimana Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola
Zakat.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Manajemen Zakat


Manajemen dalam bahasa Inggris disebut dengan management diambil dari
kata manage yang berarti mengurus, mengatur melaksanakan, mengelola,
sedangkan management itu sendiri memiliki dua arti, yaitu pertama sebagai kata
benda yang berarti direksi atau pimpinan. Kedua berarti ketata laksanaan, tata
pimpinan, pengelolaan. Kata manajemen dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
memiliki arti penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran.
Dalam bahasa Arab, manajemen diartikan dengan nazzama yang berarti mengatur,
menyusun, mengorganisir, menyesuaikan, mengontrol, menyiapkan,
mempersiapkan. Menurut Stoner, manajemen adalah proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Kata zakat secara bahasa berasal dari kata zaka-yazku- zaka’an-wa zakwan
yang berarti berkembang dan bertambah. Menurut al-Azhary sebagaimana yang
dikutip oleh Yusuf Qardhawi, yang berkembang bukan hanya harta dan kejiwaan
orang kaya, akan tetapi juga harta dan kejiwaan orang miskin. Zakat juga
digunakan untuk arti taharah (suci), barokah, dan salah (baik). Yusuf Qardhawi
mendefinisikan zakat sebagai bagian yang telah terukur dari harta yang
diwajibkan Allah Ta’ala untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak. Zakat
juga diartikan sebagai mengeluarkan sesuatu tersebut. Dalam UU No. 23 Tahun
2011 tentang Pengelolaan Zakat, disebutkan pengertian zakat, yaitu sebagai:
‚harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk
diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Berdasarkan pengertian manajemen dan zakat di atas, maka manajemen zakat
dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan lembaga zakat dengan atau
melalui orang lain, melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan
pengendalian sumber daya organisasi yang efektif dan efisien.

3
Dalam UU No. 23 Tahun 2011, disebutkan pengertian pengelolaan zakat, yaitu
‛Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat‛.
UU Pengelolaan Zakat sebelumnya yaitu UU No 38 tahun 1999, mendefinisikan
pengelolaan zakat sebagai: Kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan
terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta pendayagunaan zakat‛.

2.2 Ayat Tentang Manajemen Zakat


Q.S At-Taubah Ayat 103
‫ك َس َك ٌن لَّهُ ۗ ْم َوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ َ‫ص ٰلوت‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ۗ ْم اِ َّن‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن اَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّك ْي ِه ْم بِهَا َو‬
Artinya: “Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan
menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu
(menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha
Mengetahui”.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa (Ambillah sedekah dari sebagian harta
mereka, dengan sedekah itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka) dari
dosa-dosa mereka, maka Nabi saw. mengambil sepertiga harta mereka kemudian
menyedekahkannya (dan berdoalah untuk mereka). (Sesungguhnya doa kamu itu
menjadi ketenangan jiwa) rahmat (bagi mereka) menurut suatu pendapat yang
dimaksud dengan sakanun ialah ketenangan batin lantaran tobat mereka diterima.
(Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui).

2.3 Konsep Dasar Pengelola Zakat


Pengelolaan zakat memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang.
Semua aktifitas dan faktor-faktor terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana,
terorganisir, bahkan terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Hal ini
diperlukan agar pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dn efisien.
Dalam konteks pengelolaan zakat, tujuan zakat akan tercapai manakala zakat
dikelola secara baik berdasarkan prinsip- prinsip manajemen. Dengan kata lain,
manajemen zakat merupakan perantara bagi tercapainya kesempurnaan
pelaksanaan zakat. Oleh karena itu, dalam pengumpulan zakat mestinya
didasarkan pada prinsip-prinsip manajemen. Agar tercipta pengelolaan yang baik,
suatu negara yang mayoritas berpenduduk muslim seperti Indonesia, pemerintah

4
seharusnya membentuk suatu badan tertentu yang mengurusi masalah pengelolaan
zakat, dibentuklah BAZ (Badan Amil Zakat). Organisasi ini sudah terbentuk mulai
pusat sampai daerah. Atas keseriusan pemerintah menangani pengelolaan zakat,
maka pada tahun 1999 pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam kondisi demikian, kewajiban
mengumpulkan zakat di Indonesia harus dilakukan oleh amil-amil zakat. Oleh
karena itu, dapat dipahami bahwa dalam konteks ke Indonesiaan khitab ayat
tersebut adalah amil zakat yang diwakili oleh BAZ.

2.4 Tujuan Manajemen Zakat


Pasal 3 UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat menyebutkan tujuan
dari pengelolaan zakat, yaitu:
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat;
dan
b. Meningkatan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan
penanggulangan kemiskinan.

Berdasarkan pasal di atas, ada 2 (dua) tujuan dari pengelolaan zakat. Pertama,
meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan. Yang dimaksud dengan
efektifitas dan efisiensi adalah pendayagunaan sumber daya untuk mencapai taraf
hasil yang ditetapkan. Hubungan antara pendayagunaan sumber daya dengan
pencapaian taraf hasil harus diperantarai oleh dukungan perangkat yang memadai,
yaitu:
1. Tersedianya teknologi pelaksana pekerjaan;
2. Tersedianya struktur kelembagaan;
3. Tersedianya sumber daya manusia yang mumpuni;
4. Terdapat dukungan dalam pengelolaan dari pemerintah dan masyarakat;
5. Kepemimpinan yang mampu mengarahkan seluruh mekanisme pengelolaan
zakat.

Kedua, kemanfaatan zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan


penanggulangan kemiskinan. Kemiskinan mendapat perhatian dalam agama
Islam. Hal tersebut disebabkan oleh dampak ikutan yang muncul akibat
kemiskinan. Kemiskinan dapat memunculkan multi dimensi keburukan.
Kemiskinan menimbulkan kekafiran, meningkatkan angka kriminalitas,

5
menyebabkan keretakan rumah tangga, menyebabkan munculnya generasi yang
lemah secara fisik, karena tidak mendapatkan asupan gizi yang layak, dan lemah
secara pendidikan, karena ketiadaan biaya. Kemiskinan menciptakan manusia
yang kurang berkualitas. Karena kemiskinan orang tidak dapat menjalankan
ibadah dengan sempurna, karena dalam beribadah ada syarat materi yang harus
dipenuhi, seperti dalam ibadah haji

2.5 Institut Manajemen Zakat/ Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia


Pasca disahkannya UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, maka
ada 2 (dua) bentuk lembaga pengelola zakat di Indonesia, yaitu Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). BAZNAS dapat
membentuk Unit Pengumpul Zakat (UPZ). BAZNAS adalah lembaga pengelola
zakat yang dibentuk pemerintah. BAZNAS terdiri dari BAZNAS Pusat yang
disebut dengan BAZNAS, BAZNAS Provinsi, dan BAZNAS Kabupaten/Kota.
Lembaga Amil Zakat yang selanjutnya disingkat LAZ adalah lembaga yang
dibentuk masyarakat yang memiliki tugas membantu pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Sedangkan UPZ adalah satuan
organisasi yang dibentuk oleh BAZNAS untuk membantu pengumpulan zakat.
BAZNAS merupakan lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan
zakat secara nasional37. Anggota BAZNAS berjumlah 11 orang, 8 orang dari
unsur masyarakat, dan 3 orang dari unsur pemerintah38. Persyaratan untuk dapat
diangkat sebagai anggota BAZNAS paling sedikit harus:
a. warga negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Bertakwa kepada Allah SWT
d. Berakhlak mulia
e. Berusia minimal 40 (empat puluh) tahun
f. Sehat jasmani dan rohani
g. Tidak menjadi anggota partai politik, miliki kompetensi di bidang pengelolaan
zakat; dan
h. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan yang
diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun.

6
Dalam rangka pengelolaan zakat di provinsi dan kabupaten/kota, dibentuk
BAZNAS Provinsi dan BAZNAS Kabupaten/Kota. BAZNAS Provinsi dibentuk
oleh Menteri Agama atas usulan gubernur, sedangkan BAZNAS Kabupaten/Kota
dibentuk oleh Menteri Agama atas usulan walikota atau bupati. Dalam kerja
pengelolaan zakat, BAZNAS Provinsi, Kabupaten/Kota dapat membentuk Unit
Pengumpul Zakat (UPZ).
Selain BAZNAS dan UPZ, lembaga lain yang melakukan tugas pengelolaan
zakat adalah Lembaga Amil Zakat. Pembentukan LAZ wajib mendapat izin
menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh menteri. Syarat untuk menjadi lembaga
amil zakat, adalah sebagai berikut:
a. Terdaftar sebagai organisasi kemasyarakatan Islam yang mengelola bidang
pendidikan, dakwah, dan sosial;
b. Berbentuk lembaga berbadan hukum
c. Mendapat rekomendasi dari BAZNAS; d. memiliki pengawas syariat;
d. Kemampuan teknis, administratif, dan keuangan untuk melaksanakan
kegiatannya; bersifat nirlaba;
e. Memiliki program untuk mendayagunakan zakat bagi kesejahteraan umat; dan
f. Bersedia diaudit syariat dan keuangan secara berkala.

UU Zakat No. 23 Tahun 2011 tidak menyebutkan tentang struktur minimal


yang harus dimiliki oleh Lembaga Pengelola Zakat, akan tetapi dalam pasal 6 (5)
UU No. 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat disebutkan bahwa organisasi
badan amil zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawas, dan unsur
pelaksana. Ketiga unsur ini masih layak dijadikan pedoman bagi Lembaga
Pengelola Zakat dalam membentuk pengurus pengelola zakat. Ketiga unsur ini
merupakan unsur minimal yang harus dimiliki oleh setiap lembaga pengelola
zakat.

2.6 Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik


Lembaga/Imstitut pengelola zakat hendaknya memiliki indikator pengelolaan
yang baik, diantaranya sebagai berikut:
1. Memiliki system, prosedur, dan aturan yang jelas.
Adanya sistem, prosedur dan peraturan yang jelas membuat lembaga zakat
dapat terus berjalan, walaupun ada pergantian kepengurusan, karena sistemnya

7
telah terbangun dengan baik. Sehingga lembaga zakat tidak tergantung pada
person atau induvidu.
2. Memiliki manajemen yang terbuka (open management).
Lembaga Pengelola Zakat mengelola dana publik, maka sudah sepatutnya
melakukan pengelolaan secara terbuka. Dengan melibatkan masyarakat, dan
memungkinkan masyarakat untuk dapat mengakses kegiatan dan dana zakat
yang dikelola lembaga pengelola zakat. Dengan manajemen terbuka dapat
terjadi control dan pengawasan.
3. Mempunyai rencana kerja.
Perencanaan merupakan hal yang penting dilakukan oleh lembaga pengelola
zakat. Memiliki perencanaan merupakan indikator lembaga yang dikelola
secara sungguh-sungguh dan professional. Lembaga pengelola zakat
hendaknya melakukan perencanaan yang baik. Karena perencanaan dapat
menjadi dasar evaluasi dan mengetahui keberhasilan organisasi
4. Memiliki system akutansi dan manajemen keuangan.
Lembaga pengelola zakat sebagai lembaga publik yang mengelola dana
masyarakat harus memiliki system akutansi dan lembaga keuangan yang baik.
Manfaatnya adalah akuntablilitas dan transparansi lebih mudah diwujudkan
dan keamanan dana publik lebih terjaga, serta efisiensi dan efektifitas lebih
mudah dilakukan. Sebagai penerapan prinsip transparansi, lembaga pengelola
zakat melakukan audit.
5. Memiliki system akutansi dan manajemen keuangan.
Lembaga pengelola zakat sebagai lembaga publik yang mengelola dana
masyarakat harus memiliki system akutansi dan lembaga keuangan yang baik.
Manfaatnya adalah akuntablilitas dan transparansi lebih mudah diwujudkan
dan keamanan dana publik lebih terjaga, serta efisiensi dan efektifitas lebih
mudah dilakukan. Sebagai penerapan prinsip transparansi, lembaga pengelola
zakat melakukan audit keuangan dan kinerja yang dilakukan oleh auditor
internal ataupun dengan mengundang auditor eksternal
6. Melakukan publikasi.
Kinerja yang telah dilakukan atau dana yang telah dihimpun dan disalurkan
harus dipublikasikan kepada masyarakat, sebagai perwujudan prinsip
akuntabilitas dan transparansi. Publikasi dilakukan lewat media massa seperti
surat kabar, majalah, atau media elektronik seperti televisi dan internet.

8
7. Melakukan perbaikan terus menerus.
Untuk kebaikan dan peningkatan kinerja, lembaga engelola zakat hendaknya
melakukan evaluasi dan perbaikan secara terus menerus51. Lembaga
Pengelola Zakat dapat menerapkan siklus PDCA yaitu (Plan, Do, Check, Act),
yaitu dimulai dengan rencana, kemudian aksi atau tindakan, kemudian
melakukan evaluasi, apabila ada yang kurang, akan diperbaiki. Setelah
diperbaiki, kemudian melakukan aksi atau tindakan lagi. Siklus tersebut
berulang-ulang sehingga dapat dilakukan perbaikan secara terus menerus yang
akan mendapatkan hasil yang maksimal.

2.7 Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat


Berdasarkan UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pasal 34 dan
35 bahwa yang berhak memberikan pengawasan adalah menteri, gubernur,
bupati/walikota, dan juga masyarakat pada masing-masing wilayah domisili.
Menteri yang dimaksud adalah Menteri Agama Republik Indonesia, dalam hal ini
adalah pejabat Kementerian Agama. Pejabat Kementerian Agama yang memiliki
kewajiban dan tanggung jawab dalam bidang perzakatan adalah pejabat yang
berada pada Direktorat Pemberdayaan Zakat, seperti Direktur Pemberdayaan
Zakat, para Kasubdit atau Kasi, atau orang-orang Kementerian Agama yang
memiliki spesialisasi dan pengalaman dalam bidang zakat. Yang dimaksud dengan
masyarakat, antara lain adalah tokoh agama, tokoh masyarakat, akademisi, atau
professional yang mengatahui fikih zakat, dan peraturan pengelolaan zakat di
Indonesia.
Pengawasan dilakukan terhadap kinerja BAZNAS dan LAZ secara internal
oleh pengawas internal pada masing- masing lembaga. Sedangkan secara eksternal
oleh pemerintah dan masyarakat. Ruang lingkup pengawasan meliputi keuangan,
kinerja BAZNAS atau LAZ, pelaksanaan peraturan perundangan dan prinsip-
prinsip syariah. Komisi pengawasan dapat meminta bantuan akuntan publik untuk
membantu kerja pengawas. Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap rancangan
program kerja, pelaksanaan program kerja pada tahun berjalan dan tahun buku
berakhir. Hasil pengawasan disampaikan kepada badan pelaksana, dan dewan
Pembina untuk dibahas tindak lanjutnya, sebagai bahan pertimbangan atau bahan
prnjatuhan sanksi apabila ditemukan unsur pelanggaran.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Manajemen zakat dapat didefinisikan sebagai proses pencapaian tujuan
lembaga zakat dengan atau melalui orang lain, melalui perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian sumber daya organisasi
yang efektif dan efisien
2. Ayat tentang manajemen Zakat ada dalam QS. At-Taubah ayat 103.
3. Dalam Konsep dasar pengelolaan zakat, Pengelolaan zakat memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang. Semua aktifitas dan faktor-faktor
terkait dengan aktifitas tersebut mesti terencana, terorganisir, bahkan
terkontrol dan dievaluasi tingkat capaiannya. Hal ini diperlukan agar
pengelolaan zakat dapat dilakukan secara efektif dn efisien.
4. Tujuan manajemen zakat yaitu: Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat; dan Meningkatan manfaat zakat untuk
mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
5. Institut Manajemen Zakat/ Lembaga Pengelola Zakat di Indonesia adalah
BAZNAS dan LAZ pasca disahkannya UU no 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. BAZNAS dapat membentuk UPZ.
6. Indikator Lembaga/Institut Pengelola Zakat yang baik diantaranya ada 7
yaitu: Memiliki system, prosedur, dan aturan yang jelas; Memiliki
manajemen yang terbuka; Mempunyai rencana kerja; Memiliki system
akutansi dan manajemen keuangan; Melakukan publikasi; Melakukan
perbaikan terus menerus.
7. Pengawasan pada Institut/Lembaga pengelola Zakat Berdasarkan UU No.23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, pasal 34 dan 35 bahwa yang berhak
memberikan pengawasan adalah menteri, gubernur, bupati/walikota, dan juga
masyarakat pada masing-masing wilayah domisili.

10
DAFTAR PUSTAKA

Direktorat Pemberdayaan Zakat, Modul Penyuluhan Zakat, (Jakarta: Direktorat


Pemberdayaan Zakat, 2013), h. 79-81.

Handoko, T. Hani, Manajemen edisi 2, (Yogyakarta: BPFE,2003).

Jannah, M., Aqsal Sahid, M., & Rismayanti, E. (2016). DEFENISI SEJARAH DAN FUNGSI
MANAJEMEN ZAKAT. 4(1), 1–23.

John Echols dan Hassan Shadily, 2005, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia,
Cet.XXVI, hal.372

Maguni, W. (2013). Peran Fungsi Manajemen Dalam Pendistribusian Zakat : Distribusi Zakat
Dari Muzakki Ke Mustahik Pada (Badan Amil Zakat) Baz. Jurnal Al-’Adl, 6(1), 157–
183.

Najiyah, F., Khasanah, U., & Asas, F. (2021). Manajemen zakat di Indonesia. 2(1), 38–44.

Qardhawi, Yusuf, Fiqh al-Zakat, Kairo: Muassasah al-Risalah, 1983.

Supena, I. (2015). Management of Zakat. 33–34.

Undang-undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat

11
12

Anda mungkin juga menyukai