Renaldi 2020.04.027
FAKULTAS FEBI
PRODI PERBANKAN SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM AL QUR’AN AL ITTIFAQIAH
(IAIQI)
INDRALAYA OGAN ILIR SUMATERA SELATAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan taufiknya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan.
Makalah ini berisi tentang tata pengelolaan ziswaf di Indonesia. Penulis
sadar bahwa dalam penyusunan makalah ini tentunya terdapat kekurangan dan
kekhilafan, baik kata dan kalimat. Untuk kebaikan dan sempurnanya makalah ini,
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dari dosen pengampu dan
teman-teman sekalian. Dan akhirnya semoga dapat bermanfaat bagi penyusun
khususnya dan pembaca pada umumnya
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Tata Kelola ZISWAF Era Reformasi ................................................. 3
B.Tata Kelola Wakaf Di Indonesia ........................................................ 6
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
berjiwa amanah dan memiliki sifat kejujuran yang tinggi,
implementasi fungsi manajemen ZISWAF bukan hanya sebagai urusan pribadi
melainkan ZISWAF merupakan urusan masyarakat yang harus dipegang oleh
pengurus yang profesional.
Berdasarkan latar belakang diatas, dalam makalah ini akan membahas
tentang tata kelola ZISWAF Era Reformasi dan tata kelola Wakaf Di
Indonesia.
B. Rumusan Masalah
Adapun Rumusan Masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Bagaimana Tata Kelola ZISWAF Era Reformasi?
2. Bagaimana Tata Kelola Wakaf Di Indonesia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui tata kelola ziswaf era reformasi
2. Untuk Mengetahui Tata Kelola Wakaf Di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
KH. Ali Yafie, Menggagas Fiqh Sosial Dan Soal Lingkungan Hidup, Asuransi Hingga
Ukhuwah,(Bandung: Mizan, 1994), h. 233-234.
3
pembayaran zakat serta pajak. Artinya, bagi masyarakat
yang telah membayar zakat, maka pembayaran pajaknya adalah
dikurangi sejumlah zakat yang telah dibayarkan.
Manajemen zakat di Indonesia di atur berdasarkan pada Undang
Undang No.23 Tahun 2011 pasal 1 tentang Pengelolaan Zakat
bahwasanya terdapat dua lembaga yang memiliki tugas untuk mengelola,
mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat yaitu zakat yaitu Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Dalam undang-undang republic Indonesia nomor 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat yaitu Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Penunaian zakat merupakan
kewajiban bagi umat yang mampu sesuai dengan syariat islam. Zakat
merupakan pranata keagamaan yang bertujuan untuk meningkatkan
keadilan, kesejahteraan masyarakat, dan penanggulan kemiskinan. Dalam
rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus dikelola
secara melembaga sesuai dengan syariat islam,
amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan
akuntabilitas sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efiesensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat.2
Organisasi pengelolaan zakat dilakukan amil zakat yang dibentuk
oleh pemerintah baik itu oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah. Pemerintah pusat membentuk badan amil zakat nasional yang
berkedudukan di provinsi, kabupaten atau kota dan kecamatan.3
Pengorganisasian zakat perlu pula diatur sebaik-baiknya agar
pelaksanaan zakat dan dikoordinasikan dan diarahkan. Ini perlu
dilakukan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat.
Peranan pemerintah diperlukan dalam hal ini, agar organisasi yang
2
Undang-undang republic Indonesia nomor 23 tahun 2011
3
Undang-undang No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal. 6 .
4
mengurus zakat dapat berkembang dengan baik, prinsip-prinsip
pengorganisasian berikut perlu dilaksanakan yaitu :
a. Penanggung jawab tertinggi sebaiknya pemerintah atau pejabat
tertinggi dalam strata pemerintahan setempat.
b. Pelaksanaanya adalah suatu lembaga tetap dengan pegawai yang
bekerja penuh secara profesional.
c. Kebijaksanaan harus dirumuskan secara jelas dan dipergunakan
sebagai dasar perencanaan, pengumpulan dan pendayagunaan zakat,
sumber dan sasaran pemanfaatannya untuk waktu tertentu.
d. Program pendayagunaan zakat harus terinci supaya lebih efektif dan
produktif bagi pengembangan masyarakat.
e. Mekanisme pengawasan dilakukan melalui peraturan- peraturan,
administrasi, baik ketatausahaan maupun pembukuan.4
Adapun infak dan shadaqah diatur dalam Pasal 1 ayat 3 dan pasal 1
ayat 4 Undang-Undang No.23 tahun 2011 yaitu infak adalah harta yang
dikeluarkan oleh seseorang atau badan uasaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum. Dan shadaqah adalah harta atau nonharta yang
dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar zakat untuk
kemaslahatan umum. 5
Sedangkan wakaf diatur dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf pasal 1 ayat 1 bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah.6
Tata cara pengumpulan dana ZIS dilakukan dengan cara pemungutan
atau pemotongan yang sebelumnya telah disepakati oleh instansi. Selain
dana zakat, badan amil zakat dapat juga menerima dana infaq, shodaqoh,
hibah, wasiat, warisan dan kafarat. Dalam hal ini penghitungan muzzaki
4
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta :
Universitas Indonesia, UI- Press , 1988), h. 65.
5
Undang-Undang No.23 tahun 2011 Pasal 1 ayat 3 dan pasal 1 ayat 4
6
Undang-Undang No.41 Tahun 2004 Tentang Wakaf pasal 1 ayat 1
5
dapat melakukannya sendiri atau dapat meminta bantuan kepada badan
amil zakat sesuai dengan ketentuan syariah islam. Dana zakat yang telah
dibayarkan kepada badan amil zakat dikurangkan dari laba atau
pendapatan sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai
dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
7
Huda Nurul, Anggraini Desti, Rini Nova, Hudori, Mardoni Yosi, 2014, Akuntabilits
Sebagai sebuah Solusi Pengolalan Wakaf, Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3,
Desember 2014, di unduh tgl 23 Agustus 2017
6
lembaga yang independen dan profesional guna menjalankan amanah sebagai
regulator dan operator (nazir).8
Dalam mengelola wakaf diatur dalam Pasal 42, 43, dan 44 Undang-undang
No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf sebagai berikut:
a. Wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan
tujuan, fungsi, dan peruntukkannya.;
b. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh harus
dilaksanakan sesuai dengan prinsip syari’ah.;
c. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf dilakukan secara
produktif.;
d. Dalam hal pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf diperlukan
penjamin, maka digunakan lembaga penjamin syariah.
Dalam mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf, dilarang
melakukan perubahan peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin
tertulis dari Badan Wakaf Indonesia. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) hanya dapat diberikan apabila harta benda wakaf ternyata tidak dapat
dipergunakan sesuai dengan peruntukan yang dinyatakan dalam ikrar
wakaf.9
Pengelola wakaf di Indonesia dilakukan oleh lembaga wakaf yang secara
khusus mengelola wakaf dalam bentuk aset tetap dan atau wakaf tunai, serta
beroperasi secara nasional adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI). Tugas
lembaga ini adalah mengkoordinir yang sudah ada dan mengelola secara
mandiri terhadap harta wakaf yang dipercayakan kepadanya. Sedangkan,
wakaf yang ada dan sudah berjalan di tengah-tengah masyarakat dalam
bentuk wakaf benda tidak bergerak (fixed asset), maka perlu dilakukan
pengamanan.
Badan Wakaf Indonesia (BWI) mempunyai fungsi sangat strategis
8
Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang wakaf Pasal 47
9
Aris, Muhammad Abdul, Mujiyati dan Setyowati, Eni, 2014, Model Aplikasi
Pengelolaan Wakaf Pada Lembaga Amil Zakat Ihsan Di Surakarta, Seminar Nasional dan Call For
Paper Program Studi Akuntansi-FEBUMS, ISBN: 978-602-70429-2-6,
7
diharapkan dapat membantu, baik dalam pembiayaan, pembinaan maupun
pengawasan untuk dapat melakukan pengelolaan wakaf secara produktif..
Pembentukan BWI bertujuan untuk menyelenggarakan administrasi
pengelolaan secara nasional, mengelola sendiri harta wakaf yang
dipercayakan kepadanya, khususnya yang berkaitan dengan tanah wakaf
produktif strategis terutama benda wakaf terlantar dan internasional dan
promosi program yang diadakan oleh BWI dalam rangka sosialisasi kepada
umat Islam.
BWI dikelola secara profesional independen, dalam hal ini pemerintah
berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan regulator. Penglolaan wakaf yang
ada di Indonesia telah memiliki standardisasi wakaf uang profesional, tapi
belum memiliki standar akuntansi yang baku. Hal ini menjadi pemikiran
bersama seiring dengan berkembangan wakaf yang cukup
pesat baik jumlah lembaganya maupun dana yang dihimpun.10
10
Bank Indonesia, 2016, Wakaf: Pengaturan dan Tata kelola yang Efektif, Seri Ekonomi
dan Keuangan Syariah, Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah-bank Indonesia
8
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Manajemen zakat di Indonesia di atur berdasarkan pada Undang Undang
No.23 Tahun 2011 pasal 1 tentang Pengelolaan Zakat bahwasanya terdapat
dua lembaga yang memiliki tugas untuk mengelola, mendistribusikan, dan
mendayagunakan zakat yaitu zakat yaitu Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ). Adapun infak dan shadaqah
diatur dalam Pasal 1 ayat 3 dan pasal 1 ayat 4 Undang-Undang No.23 tahun
2011 Sedangkan wakaf diatur dalam Undang-Undang No.41 Tahun 2004
Tentang Wakaf pasal 1 ayat 1 bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif
untuk menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan
selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut syariah.
Adapun Pengelola wakaf di Indonesia dilakukan oleh lembaga wakaf yang
secara khusus mengelola wakaf dalam bentuk aset tetap dan atau wakaf tunai,
serta beroperasi secara nasional adalah Badan Wakaf Indonesia (BWI). Tugas
lembaga ini adalah mengkoordinir yang sudah ada dan mengelola secara
mandiri terhadap harta wakaf yang dipercayakan kepadanya.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu,
kami berharap saran dan masukannya agar kedepannya makalah ini bisa
menjadi lebih baik lagi.
9
DAFTAR PUSTAKA
Ali Yafie, KH. 1994. Menggagas Fiqh Sosial Dan Soal Lingkungan Hidup,
Asuransi Hingga Ukhuwah, Bandung: Mizan.
Aris, Muhammad Abdul, Mujiyati dan Setyowati, Eni, 2014, Model Aplikasi
Pengelolaan Wakaf Pada Lembaga Amil Zakat Ihsan Di Surakarta,
Seminar Nasional dan Call For Paper Program Studi Akuntansi-FEBUMS,
ISBN: 978-602-70429-2-6,
Bank Indonesia, 2016, Wakaf: Pengaturan dan Tata kelola yang Efektif, Seri
Ekonomi dan Keuangan Syariah, Departemen Ekonomi dan Keuangan
Syariah-bank Indonesia.
Daud Ali, Mohammad. 1988. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta :
Universitas Indonesia, UI- Press.
Undang-Undang No.23 tahun 2011 Pasal 1 ayat 3 dan pasal 1 ayat 4.
Huda Nurul, Anggraini Desti, Rini Nova, Hudori, Mardoni Yosi, 2014.
Akuntabilits Sebagai sebuah Solusi Pengolalan Wakaf, Jurnal Akuntansi
Multiparadigma, Volume 5, Nomor 3, Desember 2014, di unduh tgl 23
Agustus 2017
10