Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau
badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan
syari’at Islam.Pengelolaan zakat yang baik dan optimal dapat menjadi potensi yang
cukup besar bagi umat Islam. Pengelolaan bagi bangsa Indonesia khususnya umat
Islam telah lama dilaksanakan sebagai dorongan pengamalan dan penyempurnaan
agamanya. Seiring dengan timbulnya kesadaran bahwa umat Islam yang mayoritas,
membuat zakat menjadi sumber dana yang potensial, maka dibuatlah perundang-
undangan sebagai landasan hukum pengelolaan zakat agar zakat tersebut dapat
berfungsi secara optimal. Untuk melaksanakan pengelolaan zakat yang sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan peraturan yang lainnya
seperti fatwa MUI, maka diperlukan adanya pemahaman yang jelas oleh
masyarakat. Oleh karena itu, dalam makalah ini penulis akan membahas mengenai
Peraturan Pemerintah Menyangkut Pengeloaan Zakat, Infaq, Shodaqoh Dan Wakaf
(ZIZWAF). Kemudian, penulis akan menyertakan tentang sejarah berdirinya
lembaga pengelolaan zakar yang ada di Indonesia, yaitu salah satunya Lembaga
Amil Zakat (LAZ).
Haji dan umrah merupakan suatu kegiatan rohani yang didalamnya terdapat
pengorbanan, ungkapan rasa syukur, berbuat kebajikan dengan kerelaan hati,
melaksanakan perintah Allah serta mewujudkan pertemuan besar dengan umat
Islam lainnya di seluruh dunia. Firman Allah SWT.

1.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah singkat tentang berdirinya lembaga pengelolaan
ZISWAF?
2. Apa pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat?
3. Peraturan pemerintah dalam pengelolaan ZISWAF di Indonesia?
4. Jenis dana yang di kelola Lembaga Pengelolaan Zakat?
5. Bagaimana haji dan umrah dalam dimensi ibadah, sosial dan ekonomi?

1
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah singkat tentang berdirinya lembaga pengelolaan
ZISWAF.
2. Untuk mengetahui pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat
3. Untuk mengetahui Peraturan Pemerintah dalam pengelolaan ZISWAF di
Indonesia?
4. Untuk mengetahui jenis dana yang di kelola Lembaga Pengelolaan Zakat.
5. Untuk mengetahui haji dan umrah dalam dimensi ibadah, sosial dan
ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat Lembaga Pengelolaan Zakat, Infak, Shodaqoh Dan


Wakaf (ZISWAF)
Lembaga Pengelola Zakat, Infaq, Shodaqoh dan Wakaf yang selanjutnya
disingkat LP-ZISWAF adalah Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA), Lembaga
Amil Zakat (LAZ) dan Badan Wakaf Daerah (BAWAFDA) yang dibentuk
berdasarkan peraturan daerah ini.
BAZDA adalah organisasi pengelola zakat, infaq dan shodaqoh yang
dibentuk oleh Pemerintah yang terdiri dari unsur Masyarakat dan Pemerintah
dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan zakat, infaq
dan shodaqoh sesuai dengan ketentuan agama. LAZ adalah organisasi pengelola
zakat, Infaq dan shodaqoh yang dibentuk oleh masyarakat yang kepengurusannya
ditentukan, dibina dan dilindungi oleh Pemerintah Daerah.
Lembaga Pengelolaan Zakat adalah kata lain dari Badan Amil Zakat (BAZ),
intuisi sebelumnya bisa disebut dengan BAZIS (Badan Amil Zakat, Infaq, dan
Shadaqoh), yang dimaksud dengan Badan Amil Zakat (BAZ) menurut UU 38
Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah: organisasi pengelola zakat yang
dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah dengan
tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan mendaya gunakan zakat sesuai dengan
ketentuan Agama. BAZIZ adalah lembaga swadaya masyarakat yang mengelola
penerimaan, pengumpulan, penyaluran dan pemanfaatan zakat, infaq, shodaqoh
secara berdaya guna berhasil guna.
Perbedaan persepsi ini, maka dalam UU Nomor 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat
2, selain Badan Amil Zakat dilengkapi pula dengan Lembaga Amil Zakat yang
sama pengertiannya dengan BAZIS yang dikemukakan SKB. Dengan demikian,
dalam struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 Tahun 1999
dibedakan antara Badan Amil Zakat dengan Lembaga Amil Zakat. Perbedaannya
adaah alau BAZ dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk atas prakasa
masyarakat.

3
Pengelolaan zakat oleh amil zakat telah dicontohkan sejak zaman
Rasulullah SAW dan para khulafaur ar-Rasyidin. Salah satu contohnya adalah
ketika Nabi Muhammad SAW mengutus Muadz bin Jabal ke Yaman dan pada saat
beliau menjadi Gubernur Yaman, beliau pun memungut zakat dari rakyat dan disini
beliau bertindak sebagai amil zakat sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
“Rasulullah sewaktu mengutus sahabat Mu’adz bin Jabal ke negeri Yaman (yang
telah ditaklukkan oleh Islam) bersabda : Engkau datang kepada kaum ahli kitab,
ajaklah mereka kepada syahadat, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan
selain Allah dan sesungguhnya Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Jika mereka
telah taat untuk itu, beritahukanlah bahwa Allah mewajibkan kepada mereka
melakukan shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka telah taat untuk
itu, beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka menzakati
kekayaan mereka. Zakat itu diambil dari yang kaya dan dibagi-bagikan kepada yang
fakir-fakir. Jika mereka telah taat untuk itu, maka hati-hatilah (jangan mengambil)
yang baik-baik saja) bila kekayaan itu bernilai tinggi, sedang dan rendah, maka
zakatnya harus meliputi nilai-nilai itu. Hindari doanya orang yang madhlum
(teraniaya) karena diantara doa itu dengan Allah tidak terdinding (pasti dikabulkan).
(HR Bukhari). Melihat pentingnya zakat dan bagaimana Rasulullah SAW telah
mencontohkan tata cara mengelolanya, dapat disadari bahwa pengelolaan zakat
bukanlah suatu hal yang mudah dan dapat dilakukan secara individual. Agar
maksud dan tujuan zakat, yakni pemerataan kesejahteraan dapat terwujud
pengelolaan dan pendistribusian zakat harus dilakukan secara melembaga dan
terstruktur dengan baik. Hal inilah yang kemudian menjadi dasar berdirinya
berbagai Lembaga Pengelola Zakat.

2.2. Pengertian Lembaga Pengelolaan Zakat


Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) merupakan sebuah institusi yang bertugas
dalam pengelolaan zakat, infaq, dan shadaqah baik yang dibentuk oleh pemerintah
seperti BAZ, maupun yang dibentuk oleh masyarakat dan dilindungi.
oleh pemerintah seperti LAZ. Bahwa Pengelolaan zakat adalah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengkoordinasian dalam pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Berdasarkan peraturan perundang-

4
undangan di Indonesia terdapat dua jenis lembaga pengelola zakat, yaitu Badan
Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
Untuk dapat mengumpulkan zakat dan mendistribusikannya untuk
kepentingan mustahik. Pada tahun 1999 dibentuk Undang-undang tentang
Pengelolaan Zakat, yaitu Undang-undang No. 38 Tahun 1999. Undang-undang ini
kemudian ditindaklanjuti dengan Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 581
Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Pengelolaan Zakat dan
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 Tahun 2000 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat. Sebelumnya pada tahun 1997 juga keluar
Keputusan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 1998 yang memberi wewenang kepada
masyarakat yang menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial bagi fakir
miskin untuk melakukan pengumpulan dana maupun menerima dan menyalurkan
zakat, infak dan sedekah. Diberlakukannya beragam peraturan tersebut telah
mendorong lahirnya berbagai Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) di Indonesia.
Kemunculan lembaga-lembaga itu diharapkan mampu merealisasikan potensi zakat
di Indonesia.
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah institusi pengelola zakat yang
sepenuhnya dibentuk atas prakarsa masyarakat yang bergerak dalam bidang
dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam. Adapun institusi yang
menguusi zakat yang lain adalah Badan Amil Zakat yaitu organisasi pengelola zakat
yang di bentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur masyarakat dan pemerintah
dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan ketentuan agama.

2.3. Peraturan Pemerintah Dalam Pengelolaan ZISWAF


Ketentuan mengenai peraturan pemerintah mengenai pengelolaan zakat,
infaq, shodaqoh dan wakaf (ZISWAF) di indonesia telah di atur dalam perundang-
undangan dan Fatwa MUI. Selama ini pengelolaan zakat pun telah memiliki
peraturan berdasarkan UU 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat adalah:
[4]organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh pemerintah terdiri dari unsur
masyarakat dan pemerintah dengan tugas mengumpulkan, mendistribusikan dan
mendaya gunakan zakat sesuai dengan ketentuan Agama. Dengan demikian, dalam

5
struktur organisasi pengelolaan zakat menurut UU Nomor 38 Tahun 1999
dibedakan antara Badan Amil Zakat dengan Lembaga Amil Zakat. Perbedaannya
adalah kalau BAZ dibentuk oleh pemerintah sedangkan LAZ dibentuk atas prakasa
masyarakat. Sedangkan ZISWAF itu sendiri adalah:
1. Zakat yang berupa Zakat Mal dan Zakat Fitrah adalah Harta yang Wajib
disisihkan/dikeluarkan ditunaikan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki oleh orang Muslim sesuai dengan Ketentuan Agama, untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya. Zakat Mal adalah bagian harta yang
disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim
sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya. Zakat Fitrah adalah sejumlah bahan makanan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap orang muslim bagi dirinya dan
bagi orang yang ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk
sehari pada Hari Raya Idul Fitri.
2. Infaq dan shodaqoh adalah harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan di
luar zakat untuk kemaslahatan umum melalui Badan Amil Zakat Daerah atau
Lembaga Amil Zakat.
3. Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau
menyerahkan sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya
atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan
ibadah dan/atau kesejahteraan umum menurut syariah.
4. Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta benda miliknya.
5. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orang Muslim yang
berkewajiban menunaikan zakat. Mustahiq adalah orang atau badan yang
berhak menerima Zakat.
Oleh karena Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat ini dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum
dalam masyarakat sehingga perlu diganti. Maka dibenntuklah UU No. 23 Tahun
2011. Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-Undang ini meliputi
kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Dalam UU No. 23 Tahun 2011, pengertian zakat terdapat pada Pasal 1 Ayat (1),
yang berbunyi:

6
Zakat merupakan harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan
usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syari’at
Islam.
Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa Asas-asas
Lembaga Pengelola Zakat adalah syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas. Zakat yang dimaksud di sini
adalah zakat mal dan zakat fitrah. Adapun yang termasuk dalam zakat mal meliputi
zakat emas, perak, dan logam mulai lainnya; uang dan surat berharga lainnya;
perniagaan; pertanian, perkebunan, dan perhutanan; peternakan dan perikanan;
pertambangan; perindustrian; pendapatan dan jasa; dan rikaz (Pasal 4 Ayat (1) dan
(2)). Undang-undang ini mempunyai implikasi yang sangat luas bagi lembaga
pengelolaannya. Pengelolaan tersebut secara umum mengoptimalkan pengelolaan
dan pemanfaatannya berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha-usaha yang produktif. Oleh karena itu, untuk
mewujudkan optimalisasi pengelolaannya, badan amil zakat senantiasa dituntut
untuk amanah, profesionalisme, transparansi dan akuntabilitas serta kemandirian
sebagai sebuah industri publik menuju masyarakat yang sejahtera, berdayaguna dan
bertaqwa.
Untuk menjamin pengelolaan zakat sebagai amanah agama, dalam undang-
undang ini ditentukan adanya unsur pembinaan dan unsur pengawasan yang terdiri
dari ulama, kaum cendekia, masyarakat, dan pemerintah serta adanya sanksi hukum
terhadap pengelola yang tidak sesuai denga ketentuan. Ketentuan mengenai zakat
di Indonesia selain diatur dalam perundang-undangan juga berdasarkan pada fatwa
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Di antara fatwa-fatwa tersebut meliputi:
a. Fatwa tentang intesifikasi pelaksanaan zakat yang disidangkan pada tanggal 26
Januari 1982, menetapkan:
1) Penghasilan dari jasa dapat dikenakan zakat apabila samapi nisab dan haul.
2) Yang berhak menerima zakat hanya delapan ashnaf yang tersebut dalam
Al-Qur’an pada surat at-Taubah ayat 60. Apabila salah satu ashnaf tidak
ada, bagiannya diberikan kepada ashnaf yang ada.

7
3) Untuk kepentingan dan kemaslahatan umat Islam, maka yang tidak
dapat dipungut melalui saluran zakat, dapat diminta atas nama infaq atau
shadaqah.
4) Infaq dan shadaqah yang diatur pungutannya oleh Ulil Amri, untuk
kepentingan tersebut di atas, wajib ditaati oleh umat Islam menurut
kemampuannya.
b. Fatwa tentang mentasharufkan dana zakat untuk kegiatan produktif dan
kemaslahatan umat. Ditetapkan pada tanggal 2 Februari tahun 1982, yang berisi
bahwa zakat yang diberikan kepada fakir miskin dapat bersifat produktif.
Dana zakat atas nama Sabilillah boleh ditasarufkan guna keperluan
maslahah'ammah (kepentingan umum).
c. Fatwa tentang pemberian zakat untuk beasiswa. Ditetapkan pada tanggal 19
Februari 1996, yang ketentuannya terlampir dalam surat fatwa No. Kep.-
120/MU/II/1996. Dalam surat tersebut disebutkan bahwa memberikan uang
zakat untuk keperluan pendidikan, khususnya dalam bentuk beasiswa,
hukumnya adalah SAH, karena termasuk dalam ashnaf fi sabilillah.

2.4. Jenis Dana yang Dikelola Lembaga Pengelola Zakat


Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) menerima dan mengelola berbagai jenis
dana, yaitu:
1. Dana Zakat. Ada dua jenis dana zakat yang dikelola oleh LPZ, yaitu dana zakat
umum dan dana zakat dikhususkan. Dana zakat umum adalah dana zakat yang
diberikan oleh muzakki kepada LPZ tanpa permintaan tertentu. Sedangkan
dana zakat dikhususkan adalah dana zakat yang diberikan oleh muzakki kepada
LPZ dengan permintaan dikhususkan, misalnya untuk disalurkan kepada anak
yatim. Zakat sendiri dibedakan menjadi dua yaitu zakat fitrah dan zakat mal.
2. Dana Infaq/Shadaqah. Seperti dana zakat, dana infaq/shadaqah terdiri atas dana
infaq/shadaqah umum dan dana infaq/shadaqah khusus. Dana infaq/shadaqah
umum adalah dana yang diberikan para donatur kepada LPZ tanpa persyaratan
apapun. Sedangkan dana infaq/shadaqah dikhususkan adalah dana yang
diberikan para donatur kepada LPZ dengan berbagai persyaatan tertentu,
seperti untuk disalurkan kepada masyarakat di wilayah tertentu.

8
3. Dana Wakaf. Wakaf adalah menahan diri dari berbuat sesuatu terhadap hal
yangmanfaaatnya diberikan kepada orang tertentu dengan tujuan yang baik.
4. Dana Pengelola. Dana pengelola adalah hak amil yang digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional lembaga yang bersumber dari:
a. Hak amil dari dana zakat.
b. Bagian tertentu dari dana infaq/shadaqah.
c. Sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

Sedangkan mekanisme pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat. Oleh Karena itu, untuk optimalisasi
pendayagunaan zakat diperlukan pengelolaan zakat oleh lembaga amil zakat yang
professional dan mampu. mengelola zakat secara tepat sasaran. Pada prinsipnya,
pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahik zakat dilakukan
persyaratan:
1. Hasil pendapatan dan penelitian kebenaran mustahik delapan asnaf, antara lain:
a. Fakir, yaitu orang yang selalu tidak mampu memenuhi kebutuhan makan
dalam sehari.
b. Miskin, yaitu orang yang kurang bisa memenuhi kebutuhan, tetapi masih bisa
mengusahakan.
c. Amil, yaitu orang yang diberi tugas untuk mengelola zakat.
d. Mu’alaf, yaitu orang yang baru masuk Islam.
e. Ghorim, yaitu orang yang terbebani banyak hutang melebihi jumlah hartanya.
f. Sabilillah, yaitu orang yang berperang dijalan Allah, meskipun kaya.
g. Ibnu Sabil, yaitu orang yang kehabisan bekal selama dalam perjalanan dengan
tujuan baik.
2. Mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan
dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan.
3. Mendahulukan mustahik dalam wilayah masing-masing.

9
2.6. Haji dan Umrah Menurut Perspektif Ibadah, Sosial dan Ekonomi
Haji (asal maknanya) adalah “menyengaja sesuatu”. Pengertian haji secara
istilah adalah pergi beribadah ke tanah suci (Mekah), melakukan tawaf, sa’i, dan
wukuf di Padang Arafah serta melaksanakan semua ketentuan-ketentuan haji di
bulan Zulhijah.
Pengertian umrah menurut bahasa yaitu berkunjung. Di dalam syariat,
umrah artinya adalah berkunjung ke Baitullah (Masjidil Haram) dengan tujuan
mendekatkan diri kepada Allah dengan memenuhi syarat tertentu yang waktunya
tidak ditentukan seperti halnya haji.
1. Deimensi Ibadah
Menunaikan ibadah haji adalah memenuhi panggilan Allah SWT,
sebagai kewajiban karena merupakan rukun islam. Tetapi banyak umat muslim
yang menganggap remeh, meskipun dalam segi bekal dan kondisi keamanan
memungkinkan, namun ada sebagian yang enggan melaksanakannya. Allah
SWT berfirman, “melaksanakan ibadah haji adalah kewajiban manusia terhadap
Allah, yaitu bagi orang yang sanggup melaksanakan perjalanan ke Baitulloh.
Barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha
Kaya (Allah tidak memerlukan sesuatu) dari alam semesta.”
Banyak ulama’ menafsirkan kata-kata “manistatho’a” yang di dalamnya
terkandung pegertian mampu jasmani, rohani, bekal, dan mampu melaksanakan
amalan-amalan ibadah haji. Tidak sekali-kali mengandalkan bantuan orang lain,
tidak mengandalkan uang (diupahkan) dalam melaksanakan ibadah haji.
Mampu dalam rohani maksudnya mengetahui, memahami cara-cara
melaksanakan ibadah haji. Mampu bekal maksudnya mampu membayar biaya
perjalanan haji dan biaya keluarga yang ditinggalkan sehingga selama
berangkat haji tidak sampai kekurangan, atau setelah pulang haji tidak menjadi
lebih miskin.
2. Dimensi Sosial
Ibadah haji merupakan usaha untuk mewujudkan persaudaraan yang
sungguh-sungguh sesama kaum muslimin. Tidak pernah terjadi dalam agama
manapun dalam satu waktu satu umat berkumpul untuk mengerjakan satu
ibadah selain agama islam dalam urusan haji. Hampir 4 juta manusia berkumpul

10
di satu tempat untuk melakasanakan ibadah. Kebersamaan itulah harus dipupuk
untuk menumbuhkan rasa persaudaraan sesama muslim. Haji adalah momen
penting untuk pertemuan akbar bagi kaum muslimin untuk membicarakan nasib
dan keadaannya di berbagai belahan dunia.
Dalam pelaksanaannya, ketika berada di pesawat, di pemondokan, di
masjid dan tempat-tempat lainnya dalam ibadah haji akan timbul rasa
kebersamaan dengan sesama jamaah. Kebersamaan dalam persaudaraan itu
dapat dirasakan dimana saja, seperti ketika ngantri di kamar mandi, makan
makanan ketering bersama, thawaf atau lempar jumrah bersama dan lain
sebagainya. Tidak jarang setelah pulang haji, terbentuk keakraban dengan
sesama jama’ah dimana sebelumnya belum pernah terjadi.
3. Dimensi Ekonomi
Di antara maksud dan tujuan penyelenggaraan ibadah haji adalah agar
umat manusia menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka. Para ulama
menyebutkan di antara manfaat yang disaksikan dalam ibadah haji adalah
manfaat perniagaan yang terjadi dalam musim haji. Akan tetapi Ibnu Jarir at-
Thabari berpendapat bahwa manfaat yang dimaksud tidak terbatas pada
perniagaan saja. Jika kita memperhatikan secara dalam, kita menyaksikan
bahwa manfaat yang ada dalam ibadah haji memang manfaat yang tanpa batas.
Bahkan banyak persoalan yang sulit dipecahkan di hari-hari biasa, dapat
diselesaikan dengan mudah pada musim haji.
Datangnya orang-orang yang melaksanakan ibadah haji dan umrah telah
membuka lahan perekonomian yang begitu luas antara lain industri manufaktur,
karpet, roti, toko buku, agen travel, perhotelan dan perbankan.
Secara ekonomi, haji memberikan manfaat kepada umat Islam, bahkan sebelum
haji itu sendiri dilaksanakan. Tanpa haji seorang muslim tidak akan berpikir dan
berusaha untuk mengumpulkan uang yang cukup untuk melakukan perjalanan
yang relatif mahal itu. Haji memberikan motivasi yang kuat bagi umat Islam
untuk mengerahkan berbagai potensinya untuk lebih berdaya secara ekonomi.
Dengan demikian kita melihat bahwa haji adalah stimulan yang baik bagi
pemberdayaan ekonomi bangsa. Bagi seseorang yang tinggal di kota, hidup
dalam suasana keterbukaan informasi dan kehidupan kosmopolitan barang kali

11
ada banyak dorongan untuk melakukan perjalanan ke luar negeri dengan
berbagai tujuan. Tetapi penduduk desa yang tinggal jauh di pedalaman tidak
ada pikiran dia harus bepergian jauh ke negeri orang kalau bukan ada
kepentingan yang sangat kuat dan motivasi yang serius.
Adapun dalam pengelolaan banyak uang, penyelenggaraan haji menjadi
perhatian khusus para pelaku bisnis di Indonesia maupun Arab Saudi. Stimulus
perekonomian modern, baik mikro maupun makro, seringkali dijadikan dasar
bagi penggunaan dana yang jumlahnya triliyunan rupiah tersebut. Terlibatnya
bank umum dalam penerimaan setoran Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji
(BPIH) selalu diartikan dengan tindakan investasi untuk memperoleh
keuntungan. Maklum, bank merupakan salah satu mata rantai dalam praktik
investasi yang bercorak perekonomian tiga sektor sebagai wujud sebuah
keseimbangan pendapatan Nasiaonal. Bank dapat mendorong mansyarakat
untuk menyetorkan BPIH kepada mereka. Sebagai balas jasanya akan diberikan
pendapatan berupa bunga. Biaya tersebut dikumpulkan bank umum dan
selanjutnya dipinjamkan kepada individu-individu dan perusahaan-perusahaan
yang membutuhkannya. Sebagian lagi dari biaya itu digunakan untuk membeli
saham-saham berbagai perusahaan.

12
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang berjudul peraturan pemerintah menyangkut
pengelolaan lembaga zakat, infaq dan shodaqoh dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
 Pengelolaan zakat atau lembaga ZISWAF adalah kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, dan peng-koordinasian dalam pegumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat. Berdasarkan peraturan perundang-undangan, di
Indonesia terdapat dua jenis Lembaga Pengelola Zakat, yaitu Badan Amil Zakat
(BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ).
 Dalam Undang-undang No. 23 Tahun 2011 disebutkan bahwa Asas-asas
Lembaga Pengelola Zakat adalah syariat Islam, amanah, kemanfaatan, keadilan,
kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas.
Sedangkan tujuan pengelolaan zakat berdasarkan Undang-undang No. 23
Tahun 2011 adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan
 Lembaga Pengelola Zakat (LPZ) menerima dan mengelola berbagai jenis dana,
yaitu dana zakat, dana Infaq/Shadaqah, dana wakaf dan dana pengelola.
Sedangkan mekanisme pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
 Aspek ekonomi yakni Datangnya orang-orang yang melaksanakan ibadah haji
dan umrah telah membuka lahan perekonomian yang begitu luas antara lain
industri manufaktur, karpet, roti, toko buku, agen travel, perhotelan dan
perbankan.

3.2. Saran
Sekiranya masih banyak kekurangan dari makalah ini penyusun mengharap
kritik dan saran dari para pembaca. Terima kasih.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
2006).
Hafidhuddin, Didin, Zakat Dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2002).
Maghfiroh, Mamluatul, Zakat, (Yogyakarta: PT Pustaka Insan Madani, 2007).
Bisri, Musthofa. Dkk. 2012. Dinamika dan Perspektif Haji Indonesia. Direktorat
Jendral Penyelenggaran Haji dan Umroh.

14

Anda mungkin juga menyukai