Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dewasa ini suatu negara di dunia pasti membutuhkan suatu institusi yang
mampu memperlancar aktivitas perekonomianya. Dan tentunya institusi tersebut
harus mempunyai peran yang sangat signifikan untuk kelancaran aktivitas
perekonomianya.
Dan institusi tersebut sudah ada sejak zaman dulu dan Madinah merupakan
kota pertama yang memperkenalkannya, yang pada saat itu di pimpin dan
dicetuskan oleh Rasulullah SAW, institusi terebut di sebut Baitul Mal. Pada waktu
itu Baitul Mal memegang peranan yang sangat vital karena bukan hanya aspek
ekonomi tapi semua aspek kehidupan negara

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian Baitul Mal itu?
2. Bagaimana sejarah dan landasan hukum Baitul Mal?
3. Darimana sumber pendanaan Baitul Mal?
4. Bagaimana pendistribusian dana Baitul Mal?

1.3. Tujuan Pembelajaran


Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan
kepada pembaca mengenai materi pembahasan tentang Baitul Mal :
1. Untuk mengetahui apa itu pengertian Baitul Mal.
2. Untuk mengetahui sejarah dan landasan hokum Baitul Mal.
3. Untuk mengetahui sumber pendanaan Baitul Mal.
4. Untuk mengetahui bagaimana pendistribusian dana Baitul Mal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Baitul Mal


Secara harfiah/lughowi, baitul mal berarti rumah dana. Baitul mal ini sudah
ada sejak pada zaman Rasulullah, berkembang pesat pada abad pertengahan. Baitul
mal berfungsi sebagai pengumpulan dan men-tasyaruf-kan untuk kepentingan
sosial.
Menurut Ensiklopedia hukum Islam, baitul mal adalah lembaga keuangan
negara yang bertugas menerima, menyimpan, dan mendistribusikan uang negara
sesuai dengan aturan syariat. Sedangkan menurut Harun Nasution, baitul mal bisa
diartikan sebagai pembendaharan (umum atau negara). Suhrawardi K.Lubis,
menyatakan baitul mal dilihat dari segi istilah fikih adalah “suatu lembaga atau
badan yang bertugas mengurusi kekayaan negara terutama keuangan, baik yang
berkenaan dengan soal pemasukan dan pengelolaan maupun yang berhubungan
dengan masalah pengeluaran dan lain-lain.”
Secara terminologis (ma’na ishtilah) sebagaimana uraian Abdul Qadim
Zallum (1983) dalam kitabnya al-Amwaal fi Daulah Al-khilafah, Baitul Mal adalah
suatu lembaga atau pihak (Arab: A-Jihat) yang mempunyai tugas khusus
menangani segala harta umat, baik berupa pendapatan maupun pengeluaran negara.
Jadi setiap harta baik berupa tanah, bangunan, barang tambang, uang, komoditas
perdagangan, maupun harta benda lainnya dimana kaum muslimin berhak
memilikinya sesuai hukum syara’.
Jadi Baitul Mal yaitu sebagai sebuah lembaga atau pihak (al-Jihat) yang
menangani harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Atau tempat (al-
makan) untuk menyimpan dan mengelola pendapatan negara atau lebih dikenal
dengan PAD. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal adalah
titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta menjalankannya yang sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
Berdasarkan literatur klasik ekonomi Islam, baitul mal (treasury house)
merupakan institusi sentral dari negara. Ia menjadi institusi konkrit dari negara itu
sendiri. Bersama khalifah, baitul mal menjalankan fungsi-fungsi negara bukan saja

2
pada aspek ekonomi tapi pada semua aspek kehidupan dalam negara. Ialah yang
menjalankan kebijakan-kebijakan ekonomi melalui divisi-divisi pembangunan,
menciptakan mata uang, membangun prasarana dan infrastruktur perekonomian,
menerima, mengelola dan menyalurkan dana-dana pembangunan, dan lain-lain.

2.2. Sejarah Perkembangan dan Landasan Hukum Baitul Mal.


Dalam negara Islam, tampak kekuasaan dipandang sebagai sebuah amanah
yang harus dilaksanakan sesuai dengan perintah Al-Quran. Hal ini telah dipraktikan
oleh Rasulullah SAW. Sebagai seorang kepala negara secara baik dan benar. Ia
tidak menganggap dirinya sebagai seorang raja atau pemerintah dari suatu negara,
tetapi sebagai orang yang diberikan amanah untuk mengatur urusan negara.
Baitul Mal merupakan lembaga keuangan pertama yang ada pada zaman
Rasulullah. Lembaga ini pertama kali hanya berfungsi untuk menyimpan harta
kekayaan negara dari zakat, infak, sedekah, pajak dan harta rampasan perang. Harta
yang merupakan sumber pendapatan negara di simpan di masjid dalam waktu
singkat untuk kemudian di distribusikan kepada masyarakat hingga tidak tersisa
sedikit pun. Dalam berbagai kitab hadis dan sejarah, terdapat empat puluh nama
sahabat yang jika digunakan istilah modern disebut sebagai pegawai sekretariat
Rasulullah. Namun, tidak disebutkan adanya seorang bendaharawan negara.

Sejarah dan perkembangan Baitul Mal dapat di bagi sebagai berikut :


1. Masa Rasulullah saw (1-11 H/622-632 M)
Baitul Mal sesungguhnya telah ada sejak masa Rasulullah SAW, yakni
ketika kaum Muslimin mendapatkan ghanimah (rampasan perang) pada Perang
Badar. Abdul Qadim Zallum menyebutkan dalam Al-Amwal fi Daulah al-
Khilafah (1983), saat itu para sahabat berselisih paham mengenai cara
pembagian harta rampasan tersebut sehingga turun firman Allah SWT
menjelaskan hal itu.

ۡ‫سولَهۥُۡۡإِنۡ ُكنتُم‬ ۡ‫ۡوأ َ ِطيعُواۡٱ ه‬


ُ ‫ّلِلَۡ َو َر‬ َ ‫ّلِلَۡ َوۡأ َص ِل ُحواۡذَاتَ ۡبَي ِن ُكم‬
ۡ‫لۡۡفَٱتهقُواۡۡٱ ه‬
ِۡ ‫سو‬
ُ ‫لر‬ ُۡ ‫لۡقُ ِلۡٱۡلَنفَا‬
َۡ ِ‫لۡ ِ هّلِل‬
‫ۡوٱ ه‬ ِۡ ‫يَسۡلُونَكَ ۡ َع ِنۡٱۡلَنفَا‬
١ۡ َ‫ُّمؤ ِمنِين‬

3
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang (pembagian) harta
rampasan perang. Katakanlah, ‘Harta rampasan perang itu adalah milik Allah
dan Rasul-Nya, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesama kalian, dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya jika
kalian benar-benar orang-orang yang beriman'.” (QS. Al-Anfal: 1)
Dengan demikian, pada masa Rasulullah SAW, Baitul Mal mempunyai
pengertian sebagai pihak yang menangani harta benda kaum Muslimin, baik
pendapatan maupun pengeluaran. Karena belum melembaga, harta yang ada di
Baitul Mal selalu habis seketika pada hari diperolehnya harta tersebut karena
dibagikan ataupun dibelanjakan untuk urusan kaum Muslimin.

2. Masa Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq (11-13 H/632-634 M)


Keadaan seperti diuraikan di atas terus berlangsung sepanjang masa
Rasulullah SAW hingga tahun pertama kekhalifahan Abu Bakar Ash-Shiddiq
(11 H/632). Zallum menjelaskan, jika datang kepadanya harta dari wilayah-
wilayah kekuasaan Khilafah Islam yang dipimpinnya kala itu, Abu Bakar segera
membawanya ke Masjid Nabawi dan membagikannya kepada orang-orang
yang berhak. Dalam urusan itu, ia dibantu Abu Ubaidah bin Jarrah.
Pada tahun kedua kekhilafahannya (12 H/633 M), Abu Bakar merintis
embrio Baitul Mal dalam arti yang lebih luas. Bukan lagi sekadar pihak
pengelola harta umat, Baitul Mal juga berarti tempat penyimpanan harta negara.
Sang khalifah menyiapkan tempat khusus di rumahnya berupa karung atau
kantung untuk menyimpan harta yang dikirimkan ke Madinah. Hal itu
berlangsung hingga ia wafat pada 13 H/634 M.

3. Masa Khalifah Umar bin Khathab (13-23 H/634-644 M)


Setelah Abu Bakar wafat, seperti dikisahkan dalam Ensiklopedi Hukum
Islam Umar bin Khathab yang meneruskan kepemimpinan khilafah
mengumpulkan para bendaharawan untuk membuka Baitul Mal yang terdapat
di dalam rumah Abu Bakar. Di sana Umar hanya menemukan satu dinar yang
terjatuh dari kantung penyimpanan harta negara.

4
Di masa kekhalifahan Umar, ketika seseorang terluka atau kehilangan
kemampuannya sehingga tidak dapat bekerja, maka negara bertanggung jawab
memenuhi kebutuhan dasarnya. Khilafah Umar juga memberikan keamanan
social bagi orang lanjut usia. Mereka yang telah berhenti bekerja bisa tetap
memperoleh upah tetap dari kas publik.
Bahkan, bayi-bayi yang dicampakkan orang tua mereka dipelihara
negara, dan menghabiskan 100 dirham uang negara setiap tahunnya. Saat
kekhalifahan dilanda kekeringan hebat pada 18 H, Umar memberlakukan kupon
makanan bagi masyarakat yang dapat ditukar dengan gandum dan tepung.

4. Masa Khalifah Utsman bin ‘Affan (23-35 H/644-656 M)


Keberadaan Baitul Mal berlaku sama pada masa kekhalifahan Utsman
bin Affan. Namun, karena pengaruh yang besar dari keluarganya, tindakan
Utsman dalam pengelolaan Baitul Mal banyak menuai protes dari umat.

5. Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib (35-40 H/656-661 M)


Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, kondisi Baitul Mal
dikembalikan seperti posisinya sebelum masa Utsman bin Affan. Selain itu
Pada masa Ali Bin Abi Thalib, baitul mal juga berfungsi mencetak uang beredar
(dinar dan dirham), berarti Baitul Mal bisa berfungsi sebagai otoritas moneter
yang menentukan jumlah uang beredar. Ali, seperti disebutkan lbnu Kasir, juga
mendapat santunan dari Baitul Mal. Ia mendapatkan jatah pakaian yang hanya
bisa menutupi tubuh sampai separuh kakinya. Bahkan, seringkali bajunya
dipenuhi tambalan.

6. Setelah Masa Khulifah Al-Rasyidin


Pada masa pemerintahan kerajaan Bani Umaiyah, orientasi
pemerintahan telah berubah. Sebagian penguasa dan petinggi–petinggi kerajaan
bukan lagi dipilih dari kalangan yang kuat beribadah, tetapi berdasarkan loyalitas
individu. Segala bentuk kekerasan yang untuk mengekplorasi uang uang rakyat
masih belum dapat memuaskan hawa nafsu mereka. Anggaran keuangan Negara
selalu defisit.

5
Ketika pemerintahan berpindah ke tangan Bani Abbas, yang pertama
kali mereka lakukan adalah menarik simpati rakyat, dimanaa selama ini hak-hak
mereka telah diabaikan oleh bani umaiyah. Kondisi ini membuat membuat
kepercayaan rakyat terhadap pemerintah jauh lebih baik di banding
pemerintahan sebalumnya. Dengan demikian mereka bisa memerintah dengan
aman, kondisi keuangan Negara juga surplus.
Setelah berjalan beberapa generasi pemerintahan Bani Abbasmulailah
menunjukkan kecurangannya yang membuat rakyat marah, terjadi
pembarontakan dimana-mana. Akibat kelemahan pemerintahan, terjadilah
perpecahan dan masing-masing wilayah sudah berdiri sendiri-sendiri dan
mengatur mengatur keuangan mereka secara sendiri-sendiri sehingga mereka
membuat baitul maal masing-masing.

2.3. Sumber Pendapatan Baitul Mal


Sumber pendapatan baitul maal dapat dibagi kepada dua bagian :
1. Sumber dauriyyah yaitu sumber keuangan yang dikumpulkan dalam waktu-
waktu tertentu dalam satu tahun berjalan. Diantaranya :
a. Zakat
Menurut bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri. Sedangkan
menurut istiah zakat adalah kadar harta tertentu yang wajib dikeluarkan
kepada orang yang membutuhkan atau yang berhak menerimanya dengan
beberapa syarat tertentu sesuai dengan syariat islam
b. Kharaj (pajak tanah)
Kharaj atau biasa disebut dengan pajak bumi/tanah adalah jenis pajak yang
dikenakan pada tanah yang terutama ditaklukan oleh kekuatan senjata,
terlepas dari apakah si pemilik itu seorang yang dibawah umur, seorang
dewasa, seorang bebas, budak, muslim ataupun tidak beriman.
c. Jizyah
Jizyah atau jizya Arab: ‫( ;جزية‬balasan) adalah pajak per kapita yang
diberikan pada penduduk non-Muslim pada suatu negara di bawah peraturan
Islam. Jizyah ini dimaksudkan sebagai wujud loyalitas mereka. sebagai
imbalan mereka karena mereka telah menikmati beberapa hak, termasuk

6
telah terjaminya keamanan diri dan harta mereka kepada pemerintahan
islam dan konsekwensi dari perlindungan yang diberikan pemerintahan
islam kepada mereka yang telah memanfaatkan sarana-sarana umum.
d. Al-‘Usyur (bea cukai)
Usyur adalah pajak perdagangan yang dikenakan kepada pedagang muslim
ataupun non muslim yang melakukan transaksi bisnis di negara islam.

2. Sumber ghair dauriyyah artinya sumber keuangan yang dimasukkan kedalam


baitul maal tanpa priode tertentu dalam tahun berjalan. Diantaranya :
a. Ghanimah dan fai
Ghanimah adalah harta kekayaan yang diperoleh orang-orang muslim dari
non muslim melalui peperangan. Ghanimah ini tidak hanya perupa harta (
baik bergerak maupun tidak bergerak ) tetapi juga orang-orangnya, dapat
berupa tawanan perang, atau perempuan dan anak-anak. Sedangkan Fa’I
adalah harta rampasan yang diperoleh kaum Muslimin tanpa pertemputran
atau dengan cara damai.
b. Barang Tambang (ma’din) dan Harta Terpendam (rikaz)
Ma’din adalah hasil tambang yang terdapat dalam kawaasan tanah Negara.
Rikaz adalah harta yang di dapat dari hasil temuan peninggalan masa
lampau.
c. Harta Warisan dan Wasiat
Harta ini merupakan herta dari warisan orang yang sudah meninggal dan
tidak memiliki ahli waris.
d. Shadaqah Tatawwu’
Harta yang diperoleh dari orang islam yang ingin membantu orang yang
lemah dengan niat mendapat pahala di sisi allah.
e. Nazar dan Kafarat
Nazar adalah harta yang diperoleh dari seseorang yang berniat utk
memberikanya apa bila ke inginanya terwujud. Kafarat adalah harta yang di
peroleh seseorang dari denda karena telah melanggaraturan allah.

7
2.4. Pendistribusian Dana Baitul Mal
Berikut rincian penggunaan dana Baitul Mal, yaitu:
1. Penyebaran Islam
Pada masa Khalifah Rasululllah SAW, seiring dengan semakin luasnya
wilayah kekuasaan Islam, beliau selalu menunjuk perwakilannya untuk pergi ke
wilayah-wilayah yang telah kaum muslim taklukan sebelumnya. Setiap kaum
muslim menang dalam peperangan, para utusan nabi hijrah ke tempat-tempat
tersebut untuk mengajarkan penduduk di sana tentang Islam dan Al-Quran.
Awalnya, mereka pergi ke tempat-tempat tersebut menggunakan dana dan
tunggangan kuda sendiri. Sampai akhirnya semakin luas daerah kekuasaan
Islam, semakin jauh jaraknya dari Mekkah dan dana Baitul Mal semakin
terkumpul banyak dari pemasukan-pemasukan pajak tanah dan lain sebagainya,
akhirnya utusan Nabi yang bertugas ke tempat-tempat yang jauh dibiayai oleh
dana Baitul Mal dan diberi tunggangan kuda. Jadi, dapat dikatakan bahwa salah
satu penggunaan dana Baitul Mal adalah sebagai biaya untuk perjalanan dakwah
menyebarkan agama Islam.
2. Gerakan Pendidikan dan Kebudayaan
Pada masa Khalifah Rasulullah, beliau sangat memperhatikan pendidikan
kaum muslim. Beliau mengajarkan kaum muslim membaca dan menulis. Lalu,
beliau menunjuk beberapa utusan untuk mengajarkan umat lain.Selain itu,
tawanan-tawanan perang diperintahkan Rasulullah untuk mengajarkan kaum
muslim membaca dan menulis agar mereka dapat dibebaskan. Dana Baitul Mal
digunakan untuk membiayai perjalanan utusan-utusannya tersebut dalam
mengajarkan membaca dan menulis.
3. Pengembangan Ilmi Pengetahuan
Selama masa kepemimpinan Rasulullah dan khalifah yang empat, para
ulama, ahli kedokteran dan orang-orang yang dapat menulis memperoleh
penghargaan dan dimanfaatkan ilmu pengetahuan.
4. Pembanguana Infrastruktur
Di samping mendorong aktivitas suasta, Rasulullah SAW. juga memberi
perhatian khusus pada pembangunan infrasrtuktur. Selain membagikan tanah
kepada masyarakat untuk pembanguanan pembangunan pemukiman, Rasulullah

8
membangun kamar mandi umum di sudut kota. Atas saran seorang sahabat,
Rasulullah juga menentukan tempat yang berfungsi sebagi pasar di kota
Madinah.
5. Pembanguan Armada Perang dan Keamanan
Selama sebalas tahun memimpin kaum muslimin, Rasulullah SAW.
telibat dalam banyak pertempuran. Berbagia pertempuran ini terjadi akibat
serangan yang dilancarkan musuh-musuh islam dalam upaya melenyapkan islam
dan Rasulullah SAW. Seperlima dari harta rampasan perang yang diambil dari
setiap peperangan merupakan sumber dana baitul maal yang terpentin digunakan
untuk memperkuat pengembangan pasukan kaum mislimin.
6. Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial
Seperti yang kita tahu, dana Baitul Mal didapatkan dari zakat, kharaj,
ghanimah, jizyah, khums, dan lain sebagainya. Dana-dana tersebut digunakan
para khalifah untuk mensejahterakan rakyat, salah satunya adalah untuk
mengatasi masalah kelaparan kaum fakir miskin.

9
BAB II
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Baitul Mal yaitu sebagai sebuah lembaga atau pihak (al-Jihat) yang
menangani harta negara, baik pendapatan maupun pengeluaran. Atau tempat (al-
makan) untuk menyimpan dan mengelola pendapatan negara atau lebih dikenal
dengan PAD. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Baitul Maal adalah
titipan dana zakat, infak dan shadaqah serta menjalankannya yang sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
Sumber pendapatan dari baitul maal adalah : Zakat, Kharaj, Jizyah, Al-
‘Usyur , Ghanimah, fai’, ma’din, rikaz, Harta Warisan, Wasiat, Shadaqah
Tatawwu’, Nazar dan Kafarat.
Pendistribusian dana baitul maal digunakan untuk : Penyebaran Islam,
Gerakan Pendidikan dan Kebudayaan, Pengembangan Ilmu Pengetahuan,
Pembanguanan Infrastruktur, Pembanguan Armada Perang dan Keamanan, dan
Penyediaan Layanan Kesejahteraan Sosial
Peranan baitul maal dalam pengembangan islam sangat penting karena di
setiap dakwahnya Rasulullah selalu mengajak orang-orang untuk berwaqaf di jalan
Allah sehingga di perlukan lembaga untuk mengatur zakat tersebut. Selain itu untuk
membiayai para sahabat yang pergi menyebarkan islam baitul maal juga mendanai
para sahabat tersebut. Setelah itu banyak juga pengeluaran baitul maal untuk
membantu penyebaran ajaran islam, diantaranya pemberian hadiah kepada para
utusan yang berhasil mengajak kaisar-kaisar untuk memeluk agama islam.

3.2. Saran
Penulis sadar akan ketidak sempurnaan makalah ini, untuk itu pemakalah
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar menjadi mmakalaah yang lebih
baik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Huda,Nurul dan mohamad Heykal. 2010. lembaga keuangan islam. Jakarta:


Kencana Prenada Media Group.
Iska, Syukri dan Rizal.2005.Lembaga Keuangan SyariahBatusangar: STAIN
Batusangkar Press.
Karim, Adiwarman Azhar.2004. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi. 2.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Karim, Adiwarman Azhar.2010. Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam. Edisi.3.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soemitra , Andri.2009. Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

11

Anda mungkin juga menyukai