Disusun oleh :
1. HADIJAH (2004020206)
2. MUH AQIEL AHMAD (2004020207)
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan jasmani dan rohani
sehingga kita masih tetap bisa menikmati indahnya alam cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan
kepada baginda Habibillah Muhammad Saw yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran
agama yang sempurna dengan bahasa yang sangat indah.
Makalah yang berjudul “Lembaga pengelolah zakat & Lembaga pengelola Wakaf”
Si Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya
makalah ini. Dan penulis memahami jika makalah ini tentu jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat
dibutuhkan guna memperbaiki karya-karya penulis di lain waktu.
Palopo,Desember 2021
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………...
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………….
BAB I……………………………………………………………………………………………………………..
A. PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………….
BAB II
B. LANDASAN TEORI
A. Pengertian……………………………………………………………………………………………………
B. Sejarah & perkrmbangan ……………………………………………………………………………………..
C. Tujuan & manfaat lembaga pengelolah zakat & wakaf…………………………………………………….
D. Dasar Hukum………………………………………………………………………………………………..
BAB 3……………………………………………………………………………………………………………..
KESIMPULAN……………………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………..
BAB 1
A. PENDAHULUAN
2. RUMUSAN MASALAH
Pengertian zakat ?
Pengertian Wakaf ?
BAB 2
PEMBAHASAN
Dalam upaya mencapai tujuan pengelolaan zakat, dibentuk Badan Amil Zakat Nasional
(BAZNAS) yang berkedudukan di ibu kota negara, BAZNAS provinsi, dan BAZNAS
kabupaten/kota. BAZNAS merupakan lembaga pemerintah nonstruktural yang bersifat
mandiri dan bertanggung jawab kepada Presiden melalui Menteri. BAZNAS merupakan
lembaga yang berwenang melakukan tugas pengelolaan zakat secara nasional. Untuk
membantu BAZNAS dalam pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan
zakat, masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat (LAZ). Pembentukan LAZ wajib
mendapat izin Menteri atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri. LAZ wajib melaporkan
secara berkala kepada BAZNAS atas pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian, dan
pendayagunaan zakat yang telah diaudit syariat dan keuangan.
1. Tujuan Dan Hikmah Pengelolaan Zakat Tujuan pengelolaan zakat menurut amanah Undang-
Undang No. 38 Tahun 1999 adalah :
a. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan
agama.
b. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial.
c. Meningkatkan hasil guna dan daya guna zakat.
1) Zakat Fitrah / Fidyah Zakat fitrah adalahsejumlah badan makanan pokok yang dikeluarkan
pada bulan Ramadhan oleh setiap muslim bagi dirinya dan bagi orang yang ditanggungnya
yang memiliki kelebihan makanan pokok untuk sehari pada hari Raya Idul Fitri. Besarnya
zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,176 kg. sedangkan makanan yang waib
dikeluarkan yang disebut nash hadits yaitu tepung, terigu, kurma, gandum, zahib (anggur)
dan aqith (semacam keju).
2) Zakat Harta (Mal) Zakat harta adalah bagian harta yang disisihkan oleh seorang muslim atau
badan yang dimiiki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya. Syarat kekayaan itu dizakati antara lain milik penuh,
berkembang, cukup nisab, lebih dari kebutuhan pokok, bebas dari utang, sudah berlalu satu
tahun (haul). Harta yang dikenakan zakat, antara lain:
a). Emas, perak, dan uang
b). Perdagangan dan perusahaan
c). Hasil pertanian dan hasil perkebunan
d). Hasil pertambangan
e). Hasil peternakan
f). Hasil pendapatan dan jasa (zakat profesi)
g). Rikazo
3. Pengumpulan Zakat
WAKAF
Wakaf dikelola sesuai dengan UU yang telah mengatur. Diberikan pada masyarakat untuk kepentingan
bersama.Tidakdapatditarikkembali.
dikelola oleh seseorang yang telah dipercayai untuk bertanggung jawab mengurus tanah atau warisan yang
telah diberikan. seperti contoh : lembaga swadaya.
Wakaf merupakan ibadah yang bercorak sosial ekonomi yang cukup penting. Menurutsejarah Islam klasik,
wakaf telah memainkan peran yang sangat signifikan dalam meningkatkankesejahteraan kaum muslimin,
baik di bidang pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan social dan kepentingan umum, kegiatan
keagamaan,pengembangan ilmu pengetahuan serta peradabanIslam secara umum
memahami wakaf hanyalah benda mati, tidak produktif dan menjadi tanggungan masyarakat.Wakaf dalam
pemahaman umat muslim Indonesia hanyalah pada kisaran kuburan, Masjiddan madrasah yang tidak bernilai
ekonomi.Hal ini tercermin dari peraturan perundang-undangan tentang wakaf dan peruntukan tanahwakaf di
Indonesia. Peraturan wakaf di Indonesiapra kemerdekaan hanya berdasarkan kebiasaanyamasyarakat yang
bersumber dari ajaran Islam dandiatur berdasarkan surat-surat edaran pemerintan Hindia Belanda.Kemudian
pelaksanaan wakaf diatur olehUndang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang:Peraturan Dasar Pokok Agraria
dan PeraturanPemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang:Perwakafan Tanah Milik. Peraturan itu hanya
mengatur dari sisi administratif dan kepemilikantetapi belum menyentuh soal pengelolaannya.Sesuai
perkembangan ilmu ekonomi danilmu hukum di Indonesia, wakaf yang merupakanproduk ijtihad, yang
akhir-akhir ini telah mengalami perubahan yang sangat signifikan. Pada akhir tahun 2004 Indonesia telah
mengesahkan undang undang wakaf yang merupakan titikawal paradigma baru tentang pamahaman wakafdi
Indonesia. Diantara beberapa perkembanganyang terdapat dalam Undang Undang Nomor 41Tahun 2004
tentang wakaf adalah tentang hartawakaf, institusionalisasi wakaf dan manajemenpengembangan
wakaf.Paradigma baru tentang harta wakaf dapatdilihat pada pasal 16menyebutkan, bahwa harta wakaf
terdiri daribenda tidak bergerak; dan benda bergerak. Bendatidak bergerak bisa berupa tanah, bangunandan
tanaman yang semuanya berhubungan dengan tanah. Sedangkan benda wakaf bergerakadalah harta benda
yang tidak bisa habis karenadikonsumsi, meliputi uang, logam mulia dansurat berharga, kendaraan, hak atas
kekayaanintelektual, hak sewa dan harta bergerak lainsesuai dengan ketentuan syari’ah dan
peraturanperundang-undangan yang berlaku
Wakaf
Sejarah perkembangan wakaf di Indonesia dapat dikatakan sejalan dengan perkembangan penyebaran Islam.
Pada masa-masa awal penyiaran Islam, kebutuhan terhadap masjid untuk menjalankan aktivitas ritual dan
dakwah berdampak positif, yakni pemberian tanah wakaf untuk mendirikan masjid menjadi tradisi yang
lazim dan meluas di komunitas-komunitas Islam di Nusantara. Seiring dengan perkembangan sosial
masyarakat islam dari waktu ke waktu praktik perwakafan mengalami kemajuan setahap demi setahap.
Tradisi wakaf untuk tempat ibadah tetap bertahan dan mulai muncul wakaf lain untuk kegiatan pendidikan
seperti untuk pendirian pesantren dan madrasah. Dalam periode berikutnya, corak pemanfaatan wakaf terus
berkembang, sehingga mencakup pelayanan sosial kesehatan, seperti pendirian klinik dan panti asuhan.
Perkembangan modern wakaf menunjukkan bahwa di Indonesia seperti Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah.
Pada tingkat tertentu, perkembangan wakaf juga dipengaruhi oleh kebijakan perundang-undangan pada
masanya. Sejak masa kolonial, aturan wakaf telah ada terkait dengan administrasi dan pencatatan wakaf.
Aturan perundang-undangan wakaf tersebut terus berkembang sejalan dinamika perkembangan dan
pengelolaan wakaf di lapangan. Dari sini, jumlah dan aset wakaf terus meningkat. Meskipun dmeikian,
peningkatan tersebut tidak disertai dengan upaya peningkatan mutu pengelolaan wakaf, terutama
peningkatan mutu sumber daya manusia dan manajemennya. Karena itu, tidak heran mengapa wakaf
produktif tidak tumbuh dengan baik.
Wakaf merupakan ajaran Islam yang umum dipraktikkan masyarakat. Wakaf untuk masjid, lembaga
pendidikan, pesantren, dan kuburan merupakan jenis wakaf yang paling dikenal oleh masyarakat. Praktik
wakaf ini diasumsikan telah ada sejak Islam menjadi kekuatan sosial politik dengan berdirinya beberapa
kerajaan Islam di Nusantara sejak akhir abad ke-12 M. Di Jawa Timur , tradisi yang menyerupai praktik
wakaf telah ada sejak abad ke-15 M dan secara nyata disebut wakaf dengan ditemukannya bukti-bukti
historis baru ada pada awal abad ke-16. Di Sumatera, Aceh, wakaf disebutkan mulai muncul abad ke-14
M. Meskipun demikian perlu ditekankan di sini bahwa praktik-praktik yang menyerupai wakaf dilaporkan
telah ada sejak jauh sebelum datangnya Islam ke Nusantara.
Wakaf sendiri bertujuan memanfaatkan harta benda wakaf sesuai dengan fungsinya. Dengan tujuan
mengatur penyerahan suatu benda yang kekal zatnya seperti tanah, rumah, pekarangan, sawah atau
benda yang disenangi untuk diambil manfaatnya oleh masyarakat umum.
1. Al-Quran
"Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus
zakat, para mu allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang,
untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang
diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana."
(QS. At Taubah, 9 : 60)
"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma ruf, mencegah dari yang munkar,
mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi
rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(QS. At-Taubah, 9 : 71)
"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui."
(QS. At-Taubah, 9 : 103)
2. Dalil Sunah
"Dari Abdullah bin Musa ia berkata, Khanzalah bin Abi Sofyan menceritakan kepada kami dari Ikrimah bin
Khalid dari Ibnu Umar r.a, ia berkata : Rasulullah SAW bersabda: Islam didirikan atas lima dasar yaitu:
1. Persaksian bahwa tiada tuhan selain Allah
2. Menegakkan shalat
3. Membayar zakat
4. Menjalankan puasa ramadhan dan
5. Melaksanakan ibadah haji bagi yang berkemampuan."
"Dari Ibnu Abbas r.a, bahwa Rasulullah SAW ketika mengutus Muadz ke Yaman beliau berpesan: "Hai
Muadz, engkau hendak mendatangi sekelompok kaum dari kalangan Ahli Kitab (di Yaman), maka mula-
mula yang harus engkau lakukan adalah:
Ajak mereka untuk bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku Muhammad adalah utusan-Nya;
1. Apabila mereka mentaati dan mengikuti engkau, maka beritahu kepada mereka bahwa Allah SWT telah
mewajibkan atas mereka shalat lima kali sehari semalam;
2. Setelah itu jika mereka mengikuti perintahmu mendirikan shalat, beritahukan kepada mereka bahwa Allah
telah mewajibkan atas mereka untuk membayar zakat yang diambil dan dihimpun dari orang-orang kaya
diantara mereka lalu diserahkan atau didistribusikan kepada orang-orang miskin mereka;
3. Apabila mereka telah mentaati engkau, maka hendaklah engkau melindungi harta mereka;
4. Hendaklah engkau takut dan berhati-hati terhadap doa orang yang teraniaya, karena tidak ada penghalang
antara doa orang yang teraniaya dengan Allah"
3. Ijma
Sepeninggal Nabi SAW dan tampuk pemerintahan dipegang Abu Bakar, timbul kemelut seputar keengganan
membayar zakat sehingga terjadi peristiwa "perang riddah". Kebulatan tekad Abu Bakar sebagai khalifah
terhadap penetapan kewajiban zakat didukung penuh oleh para sahabat yang kemudian menjadi ijma.
WAKAF
1.Al –Qur’an
Di dalam al-Qur’an tidak disebut kata wakaf seperti halnya dengan zakat, tetapi dari beberapa ayat al-Qur’an para
ahli menyimpulkan bahwa Allah menghendaki adanya lembaga wakaf. Dalam beberapa ayat Allah memerintahkan
manusia berbuat baik, para ahli memandang ini sebagai landasan perwakafan.
a. S Al-Hajj (22) : 77: Allah memerintahkan agar manusia berbuat kebaikan agar hidup manusia itu bahagia.
b. S Al-Baqarah (2):267: Allah memerintahkan manusia untuk membelanjakan (menyedekahkan) hartanya yang
baik.
c. S. Al-Imran (3):92: Allah menyatakan bahwa manusia tidak akan memperoleh kebaikan, kecuali ia
menyedekahkan sebagian dari harta
2.Hadist
a. Hadits riwayat Muslim dariAbu Hurairah tentang seorang yang meninggal dunia akan berhenti semua pahala
amal perbuatannya kecuali
b. Umar bin Khattab memiliki tanah di Khaibar. Ia menahan pokoknya & mensedekahkan hasilnya.
c. Hadits tentang Utsman bin Affan yg mewakafkan sumurnya untuk kemanfaatan orang banyak.
d. Hadits tentang pembangunan dinding masjid oleh Bani Najjar & memberikannya untuk kepentingan umum.
Kesimpulan
Zakat adalah kewajiban seorang muslim untuk mengeluarkan nilai bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi
satu nisab, diberikan kepada mustahik dengan beberapa syarat yang telah ditentukan. Zakat merupakan rukun Islam
ketiga yang di wajibkan di Madinah pada bulan Syawal tahun kedua Hijriyah setelah di wajibkannya Puasa
Ramadhan. Tujuan pengelolaan zakat adalah untuk meningkatkan pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan
zakat, mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan keadilan sosial, serta meningkatkan hasil guna dan daya guna
zakat. Lembaga pengelola zakat Indonesia terdiri dari dua macam, yaitu Badan Amil Zakat (BAZ) yang dibentuk
oleh pemerintah dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh masyarakat. Wakaf menurut Undang-Undang
Nomor 41 Tahun 2004 adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan atau menyerahkan sebagian harta
benda miliknya untuk di manfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingannya
guna keperluan ibadah dan atau kesejahteraan umum menurut syariah. Wakaf berfungsi untuk mewujudkan potensi
dan manfaat ekonomis harta benda wakaf untuk kepentingan ibadah dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Dalam rangka memajukan dan mengembangkan perwakafan di Indonesia keanggotaan BWI diangkat oleh Presiden
Republik Indonesia sesuai dengan Keputusan Presiden (Kepres) No. 75/M Tahun 2007, yang ditetapkan di Jakarta,
13 Juli 2007 sebagai amanah Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf.
Daftar Pustaka
Mughniyah, Muhammad Jawad,; penerjemah, Masykur A.B, Afif Muhammad, Idrus Al-kaff . 2010. Fiqih Lima
Mazhab. Jakarta :Lentera Soemitra, Andri. 2009 Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Medan: Kencana Prenada
Media Group. Al-Qur’an Al-Karim Syekh Abdullah bin Husin bin Thahir. Penerjemah, khoiruddin. Sellam Taufiq.
Surabaya: Salim Nabban Tim Kajian Fikih Ponpes Sidogiri. 2011. santri salaf menjawab Pasuruan: Pustaka
sidogiri