Anda di halaman 1dari 9

PANDANGAN ISLAM TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL

BISNIS: LINGKUNGAN ALAM

KELOMPOK 8
PANDANGAN ISLAM TENTANG TANGGUNG JAWAB
HADIJAH (2004020206)
SOSIAL BISNIS: LINGKUNGAN ALAM

Kelompok 8
HADIJAH(2004020206)
A. TUNTUNAN ISLAM MEMELIHARA LINGKUNGAN ALAM

Dalam Islam, lingkungan merupakan hal yang harus diperhatikan. Kita diperintahkan untuk
senantiasa memelihara lingkungan alam yang ada, hal ini sesungguhnya merupakan bagian
dari tugas manusia sebagai khalifah di muka bumi ini. Dalam menjalani kehidupan kita
diperintahkan untuk selalu berperangai baik, baik kepada diri dan orang lain dan lingkungan
sekitar

Jadi, dalam syari’at Islam, kita perintahkan untuk selalu menjaga dan memelihara etika
dalam melaksanakan stiap kegiatan ibadah atau keduniaan, termasuk di dalamnya kegiatan
bisnis. Sebagai contoh, bagi algojo yang akan mengeksekusi atau tukang jagal yang ingin
menyembelih ternak, diperintahkan untuk melakukannya dengan baik
“Dari abu ya'la, Syaddad bin Aus" Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku baik pada
segala hal, maka jika kamu membunuh hendaklah membunuh dengan cara yang baik
dan jika kamu menyembelih maka sembelihlah dengan cara yang baik dan hendaklah
menajamkan pisau dan menyenangkan hewan yang disembelihnya"” (HR. Muslim).
B. KEGIATAN EKONOMI DAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN ALAM

Sebagai mana dijelaskan di atas, Islam selalu mendorong kita untuk senantiasa memlihara
lingkungan alam dengan mengolahnya dengan bijak sehingga menghasilkan kebaikan bagi
semuanya serta menghindari untuk berbuat kerusakan dan menjaga etika dalam bekerja.
Setidaknya dalam melaksanakan kegiatan pemenuhan kebutuhan hidup kita, baik itu sandang,
papan ataupun pangan yang merupakan kebutuhan pokok manusia ataupun kebutuhan sekunder
seperti mencapai hal-hal yang kita impikan atau inginkan yang direalisasikan dengan kegiatan
ekonomi; produksi, distribusi, ataupun konsumsi haruslah tetap berdasarkan agama dengan
menerapkan etika hidup yang luhur dengan tidak berbuat kerusakan di muka bumi ini.
1. Etika Dalam Produksi

Eksplorasi nilai dan prinsip etika Islam dalam proses


produksi berporos pada proses kerja yang mencerminkan
amal saleh dan amanah untuk mewujudkan maslahah
maksimum, profesionalisme dan pembelajaran sepanjang
waktu untuk mencapai efisiensi. Proses kerja yang
dilandasi dengan semangat untuk mencapai out put yang
sesuai dengan permintaan pasar sehingga dapat
memperoleh laba yang diinginkan tanpa menghadapi
masalah yang berat di saat produksi ataupun setelahnya,
memang menjadi spirit tersendiri bagi setiap produsen.
Namun tanggung jawab sosial baik secara vertikal maupun
horizntal juga perlu ditumbuhkan. Proses produksi dengan
menanamkan di dalamnya etika relijius, baik dalam memilih
bahan, mengolah dan menjaga kualitasnya dari segala aspek
bisa dikatakan sebagai bentuk tanggung jawab vertikal. Dengan
memilih dan memilah bahan yang memang dibolehkan oleh
agama, yakni dengan hanya menggunakan hal-hal yang
dihalalkan dan menghindari hal-hal yang diharamkan
merupakan wujud dari tanggung jawab ini. Proses
mendapatkan barang produksi juga termasuk di dalamnya,
jangan sampai bahannya halal tapi cara mendapatkannya yang
haram. Itulah mengapa di dalam Islam dilarang membeli
barang dari orang dusun yang tidak mengetahui harga pasar
yang berlaku.
2. Etika Dalam Distribusi

Dalam distribusi, implementasi pokok etika sosialnya berada


pada jual beli yang mengarah pada kejujuran informasi dan
timbangan yang diharapkan menghasilkan rasa saling meridho
diantara penjual dan pembeli
Dalam kaitannya dengan lingkungan alam lebih kepada pengadaan
prasarana distribusi tersebut. Diantara hal yang sering
menimbulkan masalah ialah lingkungan pasar. Kebanyakan pasar
terutama pasar tradisional di negara kita masih “semberaut” dan
kebersihannya tidak terjaga. Hal ini dapat menimbulkan gangguan
kesehatan bagi penjual atau pembeli yang berkunjung ke pasar
tersebut. Di sisi lain, pembangunan pusat perbelanjaan yang layak
seringkali menempati tempat yang tidak semestinya. Sebagai
contoh, pembangunan pusat perbelanjaan (mall/ruko) sering
dibangun pada lahan yang produktif untuk
penghasil/pengembangan pangan semisal sawah yang tanahnya
subur.
3. Etika Dalam Konsumsi

Sebenarnya konsumsi tidak masuk ke dalam ranah bisnis,


tapi karena prilaku konsumen dalam melakukan konsumsi
ikut menjadi pertimbangan bagi pelaku bisnis lainnya
(produsen &/distributor) maka penting juga untuk dubahas.
Selain itu dampak yang ditimbulkan oleh konsumen terhadap
lingkungan alam dewasa ini tidak dapat dipandang sebelah
mata. Dalam realitanya banyak kita temukan pencemaran
lingkungan juga dilakukan oleh konsumen. Pembuangan
sampah secara sembarangan menjadi hal terbesar dalam
pencemaran lingkungan oleh konsumen.
KESIMPULAN
Islam memerintahkan kita untuk senantiasa menjaga lingkungan alam. Dalam dua sumber
Islam yang asasi, yakni Al-Qur’an dan Hadits Nabi terdapat perintah untuk menjaga
laingkungan alam, jangan sampai kita berbuat kemudharatan dan kerusakan di muka bumi
ini karena Allah sangat membenci orang-orang yang berbuat kerusakan. Oleh sebab itu,
dalam menjalankan kehidupan kita di dunia ini hendaknya selalu melandaskan diri dengan
rambu-rambu agama sehingga segala tindak-tanduk kita bisa bernilai ibadah walaupun itu
merupakan pekerjaan dunia.
Begitu juga halnya dalam melakukan kegiatan ekonomi, sebisa mungkin kita menghindari
untuk berbuat kerusakan, baik dalam proses produksi dengan melakukan pengambilan,
pemilihan bahan, ataupun pengolahan produksi serta limbah yang dihasilkan jangan sampai
mengganggu lingkungan alam sekitar. Sama halnya dengan distribusi dan konsumsi,
hendaknya menjunjung nilai-nilai etika Islami yang luhur dengan berlaku adil dan jujur serta
membangun dan memilih sarana dan prasarana dengan bijaksana
SEKIAN
DAN
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai