Anda di halaman 1dari 15

1

Makalah Etika Bisnis Islam

Etika Produksi,konsumsi dan ditribusi dalam Islam

DOSEN PENGAMPUH:

Desi Isnaini.M.A

DISUSUN OLEH:

SRI ASTUTI ( 1811140008 )

TIYA AYU DIWI ASTARI ( 1811140011 )

WENY ( 1811140034 )

PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BENGKULU

2020
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah memberi rahmat dan
Hidayah-Nya kepada kita semua.Dan tak lupa salawat beriring salam kita haturkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW,Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah pada mata
kuliah Etika Bisnis Islam ini tepat waktu.Makalah yang bejudul “Etika
Produksi,Konsumsi,dan Distribusi dalam Islam”kami susun untuk memenuhi nilai tugas
mata kuliah Ilmu manajemen yang diberikan oleh Ibu Desi Isnaini, M.A

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Desi Isnain, M.A selaku dosen Etika
Bsnis Islam terima kasih kelompok III,serta pihak yang telah banyak membantu dalam
penyusunan makalah ini .Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah
ini,dengan kerendahan hati,kami mohon maaf semoga Makalah ini dapat berguna bagi
pembaca sekalian.

Bengkulu, April 2019

Kelompok III
3

DAFTAR PUSTAKA

Halaman Judul .................................................................................................................i

Kata Pengantar ...............................................................................................................ii

Daftar isi..........................................................................................................................iii

BAB I Pendahuluan.........................................................................................................4

a) Latar belakang.......................................................................................................4
b) Rumusan masalah..................................................................................................4
c) Tujuan penulisan....................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5

a) Pengertian produksi...............................................................................................5
b) Prinsip-prinsip produksi.........................................................................................6
c) Etika produksi dalam Islam...................................................................................7
d) Pengertian konsumsi..............................................................................................8
e) Prinsip-prinsip konsumsi.......................................................................................9
f) Etika konsumsi dalam Islam..................................................................................9
g) Pengertian distribusi............................................................................................10
h) Urgensi dan tujuan distribusi...............................................................................11
i) Etika distribusi dalam Islam................................................................................11

BAB III PENUTUP.........................................................................................................13

a) Kesimpulan..........................................................................................................13
b) Saran....................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................14
4

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai sistem hidup( way of life) dan merupakan agama yang universal sebab
memuat segala aspek kehidupan baik. Pola konsumsi dan perilaku produksi menentukan
roda perekonomian. Al-Qur’an sebagai sumber ajaran, memiliki ajaran tentang
konsumsi, produksi dan distribusi disamping aktivitas-aktivitas perekonomian lainnya.
Dalam konteks produksi, tentu saja produsen muslim sama sekali sebaiknya tidak
tergoda oleh kebiasaan dan perilaku ekonom-ekonomi yang bersifat menjalankan dosa,
memakan harta terlarang, menyebarkan permusuhan, berlawanan dengan sunnatullah,
dan menimbulkan kerusakan di muka bumi. Walau bagaimanapun, secanggih alat untuk
menghitung nikmat Allah pasti tidak akan menghitungnya.Dalam konseptual konsumsi ada
beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh konsumen muslim, yang antara lain: prinsip
halal dan baik, prinsip ketiadaan mengikuti hawa nafsu, prinsip sukur.Sistem ekonomi
Islam menawarkan sistem penditribusian ekonomi yang mengedepankan nilai
kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran agama serta
nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan
dan keadilan.Untuk itulah diperlukan pemahaman yang utuh mengenai ketiga aktivitas
umat ekonomi, definisi,prinsip,tujuan, fungsi dan aturan-aturan yang mengikatnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan produksi, konsumsi dan distrbusi ?
2. Bagaimana Etika produksi, konsumsi dan distribusi dalam Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian produksi, konsumsi dan distribusi.
2. Untuk mengetahui etika produksi, konsumsi dan distribusi dalam Islam.
5

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Produksi

Dalam ekonomi Islam, produksi mempunyai motif kemaslatan, kebutuhan dan


kewajiban. Demikian pula, konsumsi. Perilaku produksi merupakan usaha seseorang atau
kelompok untuk melepaskan dirinya dari kefakiran. Menurut Yusuf Qardhawi (1995),
secara eksternal perilaku produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu
sehingga dapat membangun kemandirian ummat. Sedangkan motif perilakunya adalah
keutamaan mencari nafkah, menjaga semua sumber daya (flora-fauna dan alam sekitar),
dilakukan secara profesional dan berusaha pada sesuatu yang halal. Sistem produksi dalam
suatu negara Islam harus dikendalikan oleh kriteria objektif dan subjektif; kriteria yang
objektif akan tercermin dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi uang, dan
kriteria subjektif dalam bentuk kesejahteraan yang dapat diukur dari segi etika ekonomi
yang didasarkan atas perintah-perintah kitab suci Al Qur’an dan Sunnah. Produksi dalam
ekonomi Islam adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan manusia untuk
mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi sumber-sumber
ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Hal ini dapat dijelaskan dalam semua aktifitas produksi barang dan
jasa yang dilakukan seorang muslim untuk memperbaiki apa yang dimilikinya, baik berupa
sumber daya alam dan harta dan dipersiapkan untuk bisa dimanfaatkan oleh pelakunya atau
oleh umat Islam.
Bagi Islam, memproduksi sesuatu bukanlah sekedar untuk dikonsumsi sendiri atau
dijual ke pasar. Dua motivasi itu belum cukup karena masih terbatas pada fungsi ekonomi.
Islam menekankan bahwa setiap kegiatan produksi harus pula mewujudkan fungsi sosial
(Q.S. Al Hadid (57): 7).
6

Artinya :” Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan infakkanlah ( dijalan Allah
) sebagian dari harta yang Dia telah menjadikan kamu sebagai penguasanya ( amanah ).
Maka orang-orang yang beriman diantara kamu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah)
memperoleh pahala yang besar.

Tujuan dari kegiatan produksi mencapai dua hal pokok pada tingkat pribadi muslim dan
umat Islam adalah:
a. Memenuhi kebutuhan setiap individu. Di dalam ekonomi Islam kegiatan produksi
menjadi sesuatu yang unik dan istimewa sebab di dalamnya terdapat faktor itqan
(profesionalitas) yang dicintai Allah dan ihsan yang diwajibkan Allah atas segala
sesuatu. Pada tingkat pribadi muslim, tujuannya adalah merealisasi pemenuhan
kebutuhan baginya.
b. Merealisasikan kemandirian umat, hendaknya umat memiliki berbagai kemampuan,
keahlian dan prasarana yang memungkinkan terpenuhinya kebutuhan material dan
spiritual.

B. Prinsip –prinsip Produksi


1. Berproduksi dalam lingkaran halal

Prinsip produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, baik individu maupun
komunitas adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melewati batas.
Misalnya membuat patung atau cawan dari bahan emas dan perak, dan membuat gelang
emas untuk laki-laki. Syariat juga melarang memproduksi produk yang merusak akidah,
etika, dan moral manusia, seperti produk yang berhubungan dengan pornografi dan sadisme,
baik dalam opera, film, dan musik.

2. . Keadilan dalam berproduksi.

Sistem ekonomi Islam telah memberikan keadilan dan persamaan prinsip produksi
sesuai kemampuan masing-masing tanpa menindas orang lain atau menghancurkan
masyarakat .kitab suci Al-Qur’an memperbolehkan kerjasama yang saling menguntungkan
dengan jujur, sederajat, dan memberikan keuntungan bagi kedua pihak dan tidak
membenarkan cara-cara yang hanya menguntungkan seseorang, lebih-lebih yang dapat
mendatangkan kerugian pada orang lain atau keuntungan yang diperoleh ternyata merugikan
kepentingan umum.
7

3. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang
Islami

Produksi barang dan jasa yang dapat merusak moralitas dan menjauhkan manusia dari
nilai-nilai relijius tidak akan diperbolehkan. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala
prioritas (dharuriyah, hajjiyah dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta
melarang sikap berlebihan, larangan ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam
produksinya.

4. . Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan

Kegiatan produksi harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan


lingkungan sosial dan lingkungan hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas.

5. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih


kompleks

Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi
untuk pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan
pengabaian optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam
maupun manusia.

C. Etika produksi dalam Islam


a) Peringatan Allah akan kekayaan alam.
Berproduksi dalam lingkaran yang Halal. Sendi utamanya dalam berproduksi adalah
bekerja, berusaha bahkan dalam proses yang memproduk barang dan jasa yang
toyyib, termasuk dalam menentukan target yang harus dihasilkan dalam berproduksi.
b) Etika mengelola sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses
menciptakan kekayaan dengan memanfaatkan sumber daya alam harus bersandarkan
visi penciptaan alam ini dan seiring dengan visi penciptaan manusia yaitu sebagai
rahmat bagi seluruh alam.
c) Etika dalam berproduksi memanfaatkan kekayaan alam juga sangat tergantung dari
nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan, dan keterampilan. Dan bekerja
sebagai sendi utama produksi yang harus dilandasi dengan ilmu dan syari’ah islam.
d) Khalifah di muka bumi tidak hanya berdasarkan pada aktivitas menghasilkan daya
guna suatu barang saja melainkan Bekerja dilakukan dengan motif kemaslahatan
untuk mencari keridhaan Allah Swt.
8

D. Pengertian Konsumsi

Konsumsi berperan vital menjadi pilar dalam kegiatan ekonomi seseorang (individu),
perusahaan maupun negara. Konsumsi adalah bagian akhir dari kegiatan ekonomi, setelah
produksi dan distribusi, karena pada akhirnya semua jenis barang dan jasa yang diproduksi
hanya untuk dikonsumsi. : ”Pemakaian dan penggunaan barang –barang dan jasa, seperti
pakaian, makanan, minuman, rumah, peralatan rumah tangga, kenderaan, alat-alat hiburan,
media cetak dan elektronik, jasa telephon, jasa konsultasi hukum, belajar/ kursus, dsb”.
Berangkat dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa konsumsi sebenarnya
tidak identik dengan makan dan minum dalam istilah teknis sehari-hari; akan tetapi juga
meliputi pemanfaatan atau pendayagunaan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia. Namun,
karena yang paling penting dan umum dikenal masyarakat luas tentang aktivitas konsumsi
adalah makan dan minum, maka tidaklah mengherankan jika konsumsi sering diidentikkan
dengan makan dan minum. Tujuan konsumsi dalam Islam adalah untuk mewujudkan
maslahah duniawi dan ukhrawi. Maslahah duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia, seperti makanan, minuman, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan (akal).
Kemaslahatan akhirat ialah terlaksanaya kewajiban agama seperti shalat dan haji. Artinya,
manusia makan dan minum agar bisa beribadah kepada Allah. Manusia berpakaian untuk
menutup aurat agar bisa shalat, haji, bergaul sosial dan terhindar dari perbuatan mesum
(nasab)
Sebagaimana disebut di atas, banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang
konsumsi, di antaranya Surat al A’raf ayat 31. Ayat ini tidak saja membicarakan konsumsi
9

makanan dan minuman, tetapi juga pakaian. Bahkan p

a
da ayat selanjutnya (ayat 33) dibicarakan tentang perhiasan.

Artinya :” Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap
(memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan.Sungguh, Allah tidak
menyukai orang berlebih-lebihan.

E. Prinsip Konsumsi
1. Prinsip Keadilan, prinsip ini mengandung arti ganda mengenai mencari rizki yang
halal dan tidak dilarang hukum.
2. Prinsip Kebersihan, makanan harus baik dan cocok untuk dimakan, tidak kotor
ataupun menjijikkan sehingga merusak selera.
3. Prinsip Kesederhanaan, prinsip ini mengatur perilaku manusia mengenai makan dan
minuman yang tidak berlebihan
4. Prinsip kemurahan hati, dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun
dosa ketika kita memakan dan meminum makanan yang diberikan Allah
5. Prinsip moralitas, seorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum
makan dan menyatakan kesyukurannya kepadaNya setelah makan.
F. Etika Konsumsi dalam Islam

Etika konsumsi menurut Naqvi adalah sebagai berikut:


a. Tauhid (Unity/ Kesatuan)
10

Karakteristik utama dan pokok dalam Islam adalah “tauhid” yang menurut Qardhawi
dibagi menjadi dua kriteria, yaitu rubaniyyah gayah (tujuan) dan wijhah (sudut pandang).
Kriteria pertama menunjukkan maksud bahwa tujuan akhir dan sasaran Islam adalah
menjaga hubungan baik dan mencapai ridha-Nya. Sehingga pengabdian kepada Allah
merupakan tujuan akhir, sasaran, puncak cita-cita, usaha dan kerja keras manusia dalam
kehidupan yang fana ini. Kriteria kedua adalah rabbani yang masdar (sumber hukum) dan
manhaj (sistem). Kriteria ini merupakan suatu sistem yang ditetapkan untuk mencapai
sasaran dan tujuan puncak (kriteria pertama) yang bersumber al-Qur’an dan Hadits Rasul.
b.Adil
(Equilibrium/ Keadilan) Khursid Ahmad mengatakan, kata ‘adl  dapat diartikan seimbang
(balance) dan setimbang (equlibrium). Atas sebab dasar itu ia menyebutkan konsep
al-‘adl  dalam prespektif Islam adalah keadilan Ilahi. Salah satu manifestasi keadilan
menurut al-Qur’an adalah kesejahteraan. Keadilan akan mengantarkan manusia kepada
ketaqwaan, dan ketaqwaan akan menghasilkan kesejahteraan bagi manusia itu sendiri.

c.Free Will (Kehendak Bebas)


Manusia merupakan makhluk yang berkehendak bebas namun kebebasan ini tidaklah
berarti bahwa manusia terlepas dari qadha dan qadar yang merupakan hukum sebab-akibat
yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Tuhan.

d.Amanah (Responsibility/ Pertanggungjawaban)


Etika dari kehendak bebas adalah pertanggungjawaban. Dengan kata lain, setelah
manusia melakukan perbuatan maka ia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dengan demikian prinsip tanggung  jawab merupakan suatu hubungan logis dengan adanya
prinsip kehendak bebas.
e .Halal
Kehalalan adalah salah satu kendala untuk memperoleh maksimalisasi kegunaan
konsumsi salam kerangka Ekonomi Islam. Kehalalan suatu barang konsumsi merupakan
antisipasi dari adanya keburukan yang ditimbulkan oleh barang tersebut.
f.Sederhana
Sederhana dalam konsumsi mempunyai arti jalan tengah dalam berkomunikasi. Diantara
dua cara hidup yang ekstrim antara paham materilialistis dan zuhud. Ajaran al-Qur’an
menegaskan bahwa dalam berkonsumsi manusia dianjurkan untuk tidak boros dan tidak
kikir.
11

G. Pengertian Distribusi

System ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal pendistribusian
harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan. Kebebasan
disini adalah kebebasan dalam bertindak yang di bingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan
tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan
membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun,
tetapi sebagai keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang
dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat
dengan masyarakat lainnya. Keberadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan
dalam al-qur’an agar supaya harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang dagangan
yang hanya beredar diantara orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat memberi
kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan (59:7). Dalam system
ekonomi kapitalis bahwa kemiskinan dapat diselesaikan dengan cara menaikkan tingkat
produksi dan meningkatkan pendapatan nasional (national income) adalah teori yang tidak
dapat dibenarkan dan bahkan kemiskinan menjadi salah satu produk dari sistem ekonomi
kapitalistik yang melahirkan pola distribusi kekayaan secara tidak adil Fakta empirik
menunjukkan, bahwa bukan karena tidak ada makanan yang membuat rakyat menderita
kelaparan melainkan buruknya distribusi makanan (Ismail Yusanto). Mustafa E Nasution
pun menjelaskan bahwa berbagai krisis yang melanda perekonomian dunia yang
menyangkut sistem ekonomi kapitalis dewasa ini telah memperburuk tingkat kemiskinan
serta pola pembagian pendapatan di dalam perekonomian negara-negara yang ada, lebih-
lebih lagi keadaan perekonomian di negara-negara Islam.
H. Urgensi dan Tujuan Distribusi
  Islam sangat mendukung pertukaran barang dan menganggapnya produktif dan
mendukung para pedangang yangg berjaln di muka bumi mencari sebagian dari karunia
Allah, dan membolehkan orang memiliki modal untuk berdagang, tapi ia tetap berusaha agar
pertukaran barang itu berjalan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Tetap mengumpulkan antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.
 Antara dua penyelenggara muamalat tetap ada keadilan dan harus tetap ada
kebebasan ijab kabul dalam akad-akad.
 Tetap berpengaruhnya rasa cinta dan lemah lembut.
 Jelas dan jauh dari perselisihan.
12

Tujuan Distribusi dalam Ekonomi Islam


a) Tujuan Dakwah, yakni dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya.
b) Tujuan Pendidikan, tujuan pendidikan dalam distribusi adalah seperti dalam surah at-
Taubah ayat 103 yang bermaksud menjadikan insan yang berakhlak karimah.
c) Tujuan sosial, yakni memenuhi kebutuhan masyarakat serta keadilan dalam distribusi
sehingga tidak terjadi kerusuhan dan perkelahian.
d) Tujuan Ekonomi, yakni pengembangan harta dan pembersihannya, memberdayakan
SDM, kesejahteraan ekonomi dan penggunaan terbaik dalam menempatkan sesuatu.

I. Etika Distribusi
 Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas.
 Transfaran, dan barangnya halal serta tidak membahayakan
 Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.
 Tolong menolong, toleransi dan sedekah.
 Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi.
 Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi
 Larangan Ikhtikar, ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan kenaikan harga
 Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari keuntungan
yang semaksimal mugkin yang biasanya hanya mementingkan pribadi sendiri
tanpa memikirkan orang lain.
 Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan kekayaan pada
kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan kepada seluruh lapisan
masyarakat.
 Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada diskriminasi atau
berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan ekonomi 
13
14

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Produksi dalam ekonomi Islam adalah setiap bentuk aktivitas yang dilakukan
manusia untuk mewujudkan manfaat atau menambahkannya dengan cara mengeksplorasi
sumber-sumber ekonomi yang disediakan Allah SWT sehingga menjadi maslahat, untuk
memenuhi kebutuhan manusia.
2. Prinsip –prinsip Produksi: Berproduksi dalam lingkaran halal, Keadilan dalam
berproduksi, Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal
yang Islami, Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan,
Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks
3. Etika produksi dalam Islam., Peringatan Allah akan kekayaan alam, Etika mengelola
sumber daya alam dalam berproduksi dimaknai sebagai proses menciptakan kekayaan
dengan memanfaatkan sumber daya alam, Etika dalam berproduksi memanfaatkan
kekayaan alam juga sangat tergantung dari nilai-nilai sikap manusia, nilai pengetahuan,
dan keterampilan.
4. Pengertian Konsumsi Konsumsi berperan vital menjadi pilar dalam kegiatan ekonomi
seseorang (individu), perusahaan maupun negara. Konsumsi adalah bagian akhir dari
kegiatan ekonomi, setelah produksi dan distribusi, karena pada akhirnya semua jenis
barang dan jasa yang diproduksi hanya untuk dikonsumsi.
5. Prinsip konsumsi ada 5.
6. Etika konsumsi ada 6
7. System ekonomi yang berbasis Islam menghandaki bahwa dalam hal pendistribusian
harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan kepemilikan.
8. Etika distribusi dalam islam ada 10.
B. Saran

Pelajar ,Mahasiswa, Masyarakat biasanya hanya sekedar tau tentang pengertian produksi,
konsumsi, dan distribusi maka dari itu kami membuat makalah ini agar mereka tau tentang
prinsip dan etika produksi,konsumsi dan distribusi dalam Islam.
15

DAFTAR PUSTAKA

Andi Bahri.2018.jurnal ekonomi dan bisnis Islam 90 etika konsumsi.


https://jurnal.staimlhidayahbogor.ac.id diakses 4 april 2020

Santi lestari.2013. jurnal dalam prespektif Islam.


https://id.scribd.com/document/206889123/Etika-Dalam-Prespektif-Islam diakses 10 april 2020

Elif Pardiansyah 2017.jurnal ekonomi Islam- volume 8, Nomor 2(2017):337-373 ISSN:2086-


9325(print);2541-4666(online) http://dx.doi.org/10.21580/economica.2017.8.2.1920

Anda mungkin juga menyukai