Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Konsep Produksi, Distribusi dan Konsumsi Dalam


Pandangan Filsafat Ekonomi Islam

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat ekonomi islam yang diampu oleh Bapak
Akhmad Hulaify,SHI., MSI

Disusun Oleh Kelompok 4:

Abdul Malik 2105020127 Firyal Watsiq Billah 2105020029

Siti Aisyah 2105020118 Riszky Firdaus Sapputra 2105020048

Nurul Armiya 2105020099 Muhamaad Yasir A’fiat 210502013446

Norhidayah 2105020081 Rosy Ayu Wulandari 2105020046

Abdurrasyid p.da 2205020122

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS STUDI ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB


BANJARMASIN 2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Produksi, Distribusi dan Konsumsi
Dalam Pandangan Filsafat Ekonomi Islam”. Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk
memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ekonomi ISlam. Penulis  ucapkan terima  kasih 
kepada Bapak Akhmad Hulaify,SHI., MSI selaku dosen  mata  kuliah Filsafat ekonomi islam
yang telah memberikan arahan serta bimbingan, dan juga kepada semua pihak yang telah
membantu baik langsung maupun tidak langsung dalam penulisan makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena keterbatasan
kemampuan Penulis sendiri. Oleh karena itu, sangatlah Penulis harapkan saran dan kritik yang
positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna
di masa yang akan datang.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
 Konsep Produksi, Distribusi dan Konsumsi Dalam Pandangan Filsafat Ekonomi Islam.................5
I. Produksi dan Permasalahannya............................................................................................................5
II. Distribusi dan Permasalahannya.........................................................................................................8
III. Konsumsi Dalam Islam......................................................................................................................9
BAB III......................................................................................................................................................11
PENUTUP.................................................................................................................................................11
A. Kesimpulan.......................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pola konsumsi dan perilaku produksi menentukan roda perekonomian. Al-Qur’an sebagai
sumber ajaran, memiliki ajaran tentang konsumsi, produksi dan distribusi disamping aktivitas-
aktivitas perekonomian lainnya. Dalam konteks produksi, tentu saja produsen muslim sama
sekali sebaiknya tidak tergoda oleh kebiasaan dan perilaku ekonom-ekonomi yang bersifat
menjalankan dosa, memakan harta terlarang, menyebarkan permusuhan, berlawanan dengan
sunnatullah, dan menimbulkan kerusakan di muka bumi. Walau bagaimanapun, secanggih alat
untuk menghitung nikmat Allah pasti tidak akan menghitungnya.

Dalam konseptual konsumsi ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh konsumen
muslim, yang antara lain : prinsip halal dan baik, prinsip ketiadaan mengikuti hawa nafsu,
prinsip sukur. Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem penditribusian ekonomi yang
mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran
agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi, yaitu
kebebasan dan keadilan

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud Konsep Produksi,Distribusi dan Konsumsi dalam Pandangan Filsafat
Ekonomi Islam ?

2. Bagaimana Permasalahan Produksi dan Distribusi ?

3. Apa saja Prinsip-Prinsip Produksi dan Konsumsi dalam pandangan islam ?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Menjelaskan Konsep Produksi, Distribusi, dan Konsumsi.

2. Menjelaskan Bagaimana Permasalahan Produksi dan Distribusi

3. Menjelaskan Bagaimana Prinsip-Prinsip Produksi dan Distribusi.


BAB II
PEMBAHASAN

 Konsep Produksi, Distribusi dan Konsumsi Dalam Pandangan Filsafat Ekonomi Islam
Islam sebagai system hidup (way of life) dan merupakan agama yang universal sebab
memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek ekonomi, sosial, politik dan
budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang ekonomi Islam dengan menggunakan
pendekatan filsafat dan sebagainya mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi
berbasis keIslaman yang terfokus untuk mempelajari masalah-masalah, ekonomi, rakyat, yang
dilhami oleh nilai-nilai Islam.
Adapun bidang kajian yang terpenting dalam perekonomian adalah bidang Produksi,
Distribusi dan Konsumsi. Distribusi misalnya, menjadi posisi penting dari teori ekonomi mikro
baik dalam system ekonomi Islam maupun kapitalis sebab pembahasan dalam bidang distribusi
ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga aspek social dan politik
sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai saat,ini.
Pada saat ini realita yang nampak adalah telah terjadi ketidakadilan dan ketimpangan
dalam pendistribusian pendapatan dan kekayaan baik di negara maju maupun di negara-negara
berkembang yang mempergunakan system kapitalis sebagai system ekonomi negaranya,
sehingga menciptakan kemiskinan dimana-mana. Menanggapi kenyataan tersebut Islam sebagai
agama yang universal diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan tersebut dan sekaligus
menjadi sistem perekonomian suatu negara.

I. Produksi dan Permasalahannya

A. Pengertian Produksi
Dalam ekonomi Islam, produksi mempunyai motif kemaslatan, kebutuhan dan
kewajiban. demikian pula, konsumsi. Perilaku produksi merupakan usaha seseorang atau
kelompok untuk melepaskan dirinya dari kefakiran. Menurut Yusuf Qardhawi (1995), secara
eksternal perilaku produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan setiap individu sehingga
dapat membangun kemandirian ummat. Sedangkan motif perilakunya adalah keutamaan mencari
nafkah, menjaga semua sumber daya (flora-fauna dan alam sekitar), dilakukan secara profesional
dan berusaha pada sesuatu yang halal. Karena itu dalam sebuah perusahaan misalnya, menurut
M.M.Metwally asumsi-asumsi produksi, harus dilakukan untuk barang halal dengan proses
produksi dan pasca produksi yang tidak menimbulkan ke-madharatan. Semua orang diberikan
kebebasan untuk melakukan usaha produksi.
B. Prinsip-prinsip Produksi

Prinsip-prinsp produksi secara singkat adalah pedoman yang harus diperhatikan, ditaati,
dan dilakukan ketika akan berproduksi. Prinsip-prinsip produksi dalam Islam, diantaranya adalah
sebagai berikut:

1. Berproduksi dalam lingkaran halal


Prinsip produksi yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, baik individu maupun komunitas
adalah berpegang pada semua yang dihalalkan Allah dan tidak melewati batas. Pada dasarnya,
produsen pada ekonomi konvensional tidak mengenal istilah halal dan haram. Yang menjadi
prioritas kerja mereka adalah memenuhi keinginan pribadi dengan mengumpulkan laba, harta,
dan uang. Ia tidak mementingkan apakah yang diproduksinya itu bermanfaat atau berbahaya,
baik atau buruk, etis atau tidak etis. Adapun sikap seorang muslim sangat bertolak belakang. Ia
tidak boleh menanam apa-apa yang diharamkan. Seorang muslim tidak boleh menanam segala
jenis tumbuhan yang membahayakan manusia, seperti tembakau yang menurut keterangan
WHO, sains, dan hasil riset berbahaya bagi manusia. Selain dilarang menanam tanaman-tanaman
yang berbahaya bagi manusia, sorang muslim juga dilarang memproduksi barang-barang haram,
baik haram dikenakan maupun haram dikoleksi. Misalnya membuat patung atau cawan dari
bahan emas dan perak, dan membuat gelang emas untuk laki-laki. Syariat juga melarang
memproduksi produk yang merusak akidah, etika, dan moral manusia, seperti produk yang
berhubungan dengan pornografi dan sadisme, baik dalam opera, film, dan musik.

2. Keadilan dalam berproduksi


Sistem ekonomi Islam telah memberikan keadilan dan persamaan prinsip produksi sesuai
kemampuan masing-masing tanpa menindas orang lain atau menghancurkan masyarakat. Kitab
suci Al-Quran memperbolehkan

3. Seluruh kegiatan produksi terikat pada tataran nilai moral dan teknikal yang Islami.
Sejak dari kegiatan mengorganisisr faktor produksi, proses produksi hingga pemasaran
danpelayanan kepada konsumen semuanya harus mengikuti moralitas Islam. Metwally (1992)
mengatakan ”perbedaan dari perusahaan-perusahaan non Islami tak hanya pada tujuannya, tetapi
juga pada kebijakan-kebijakan ekonomi dan strategi pasarnya”. Produksi barang dan jasa yang
dapat merusak moralitas dan menjauhkan manusia dari nilai-nilai relijius tidak akan
diperbolehkan. Selain itu Islam juga mengajarkan adanya skala prioritas (dharuriyah, hajjiyah
dan tahsiniyah) dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi serta melarang sikap berlebihan,
larangan ini juga berlaku bagi segala mata rantai dalam produksinya.

4. Kegiatan produksi harus memperhatikan aspek sosial-kemasyarakatan Kegiatan produksi


harus menjaga nilai-nilai keseimbangan dan harmoni dengan lingkungan sosial dan lingkungan
hidup dalam masyarakat dalam skala yang lebih luas. Selain itu, masyarakat juga berhak
menikmati hasil produksi secara memadai dan berkualitas. Jadi produksi bukan hanya
menyangkut kepentingan para produsen (staock holders) saja tapi juga masyarakat secara
keseluruhan.

5. Permasalahan ekonomi muncul bukan saja karena kelangkaan tetapi lebih kompleks.
Masalah ekonomi muncul bukan karena adanya kelangkaan sumber daya ekonomi untuk
pemenuhan kebutuhan manusia saja, tetapi juga disebabkan oleh kemalasan dan pengabaian
optimalisasi segala anugerah Allah, baik dalam bentuk sumber daya alam maupunmanusia. Sikap
terserbut dalam Al-Qur’an sering disebut sebagai kezaliman atau pengingkaran terhadap nikmat
Allah. Hal ini akan membawa implikasi bahwa prinsip produksi bukan sekedar efisiensi, tetapi
secara luas adalah bagaimana mengoptimalisasikan pemanfaatan sumber daya ekonomi dalam
kerangka pengabdian manusia kepada Tuhannya.

C. Faktor-faktor Produksi

Produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan-bahan yang memungkinkan
dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang memerlukan
tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala bentuknya, serta kecakapan. Jadi,
semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai atau usaha memperbesar nilai barang disebut
sebagai faktor-faktor produksi. Seorang produsen dalam menghasilkan suatu produk harus
mengetahui jenis atau macam-macam dari faktor produksi. Macam faktor produksi secara teori
terbagi menjadi empat, yaitu sebagai berikut:

 Tanah, Tanah menjadi salah satu faktor dalam kegiatan produksi islam mengakui adanya
kepemilikan atas sumber daya alam yang ada, dengan selalu mengupayakan penggunaan dan
pemeliharaan yang baik atas sumber daya tersebut.
 Tenaga Kerja, Di berbagai macam jenis produksi, tenaga kerja merupakan aset bagi
keberhasilan suatu perusahaan. Kesuksesan suatu produk terletak pada kinerja sumber daya
manusia yang ada didalamnya, termasuk di antarnya kinerja para tenaga kerja.
 Modal, Modal merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu produksi, modal adalah
sebuah kekayaan yang bisa berupa aset, yang bisa digunakan untuk menghasilkan suatu
kekayaan. Di dalam islam modal harus terbebas dari riba.
 Manajemen produksi, Didalam sebuah produksi suatu profit yang baik ketika manajemen
produksi berjalan dengan baik. Semua memerlukan suatu peraturan yang baik, berupa suatu
organisasi ataupun managemen yang bisa menertibkan, mengatur, merencanakan, dan
mengevaluasi segala kinerja yang akan dihasilkan pada masing-masing bagian.
 Teknologi, Teknologi mempunyai peran yang besar dikarenakan banyak dari beberapa
perusahaan menggunakan mesin untuk menghasilkan produksi sesuai dengan bidang masing-
masing. Yang bertujuan untuk lrbih efisien waktu
 Bahan baku, Bahan baku juag berperan penting dalam kegiatan produksi, didalam bahan
baku terdapat dua jenis bahan baku yang berasa alam tanpa adanya penggantinya dan bahan
baku dari alam akan tetapi, bisa digantikan oleh bahan baku lain.
II. Distribusi dan Permasalahannya
A. Pengertian Distribusi

Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen
dan para pemakai. Saluran distribusi adalah suatu jalur perantara pemasaran dalam berbagai
aspek barang atau jasa dari tangan produsen ke konsumen. Antara pihak produsen dan konsumen
terdapat perantara pemasaran, yaitu wholesaler (distributor atau agen) yang melayani pembeli.

B. Konsepsi umum Fikih Islam mengenai distribusi dan redistribusi

Pada dasarnya distribusi pendapatan dan kekayaan berdasarkan maslahat dan batas waktu
, sementara distribusi pendapatan dilandasi oleh produksi, barter, dan pertimbangan-
pertimbangan pasar. Sedangkan redistribusi berlandaskan pada pertimbangan keagamaan, moral,
keluarga dan sosial (atau biasanya disebut transformasi sosial). Melalui analisis induktif terhadap
hukum Islam, Qal’aji memaparkan bahwa Sumber Daya Alam yang merupakan sumber
kekayaan sesungguhnya milik Allah. Namun kepemilikan Tuhan ini diamanahkan kepada
manusia dengan mekanisme kerja. SDA ini pada kenyataannya ada yang telah dimiliki manusia
dan ada yang belum bertuan.

C. Tujuan Distribusi dalam Islam

Ekonomi Islam datang dengan system distribusi yang merealisasikan beragam tujuan
yang mencakup berbagai bidang kehidupan, dan mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan
tujuan – tujuan tersebut. Secara umum dapat kami katakana bahwa system distribusi ekonomi
dalam ekonomi islam mempunyai andil bersama system dan politik syariah lainnya-dalam
merealisasikan beberapa tujuan umum syariat islam. Dimana tujuan distribusi dalam ekonomi
islam di kelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial dan ekonomi. Berikut ini hal
yang terpenting kedalam tujuan tersebut adalah : Pertama : Tujuan Dakwah

Yang dimaksud dakwah disini adalah dakwah kepada islam dan menyatukan hati
kepadanya. diantaranaya contoh yang paling jelas adalah bagian muallaf di dalam zakat, dimana
muallaf itu adakalnya orang kafir yang diharapkan keislamannya atau dicegah keburukannya,
atau orang islam yang di harapkan kuat keislamannya. Sebagaimana system distribusi dalam
ghanimah dan fa’i juga memiliki tujuan dakwah yang jelas.

Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak dakwah
terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri. Sebab Allah berfirman pada Firman Allah QS
Ali Imran: 140.
III. Konsumsi Dalam Islam
A. Pengertian Konsumsi dalam Islam
Salah satu persoalan penting dalam kajian ekonomi islam adalah konsumsi. Konsumsi
berperan sebagai pilar dalam kegiatan ekonomi seseorang (individu), perusahaan maupun
Negara. Konsumsi secara umum diformulasikan dengan: “pemakaian dan pengunaan barang-
barang dan jasa, seperti pakaian, makanan, minuman, rumah, peralatan rumah tangga, kendaraan,
alat-alat hiburan, media cetak dan elektronik, jasa telepon, jasa konsultan hukum, belajar/kursus.
Berangkat dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa konsumsi sebenarnya tidak
identik dengan makan dan minum dalam istilah teknis sehari-hari, akan tetapi juga meliputi
pemanfaatan atau pendayagunaan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia. Namun, karena yang
paling penting dan umum dikenal masyarakat luas tentang aktifitas konsumsi adalah makan dan
minum, maka tidaklah mengherankan jika konsumsi sering di identikan dengan makan dan
minum.
Tujuan konsumsi adalah untuk mewujudkan maslahah duniawi dan ukhrowi. Maslahah
duniawi ialah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, seperti makanan, minuman, pakaian,
perumahan, kesehatan, dan pendidikan (akal). Kemaslahatan akhirat ialah terlaksananya
kewajiban agama, seperti sholat dan haji. Artinya, manusia akan makan dan minum agar bisa
beribadah kepada Allah. Manusia berpakaian untuk menutup aurat agar bisa sholat, haji, bergaul
dan terhindar dari kemaksiatan.
Sebagaimana disebut di atas, banyak ayat dan hadits yang berbicara tentang konsumsi,
diantaranya Surat Al-A’rafayat 31. Ayat ini tidak saja membicarakan makanan dan minuman,
tetapi juga pakaian. Bahkan pada ayat selanjutnya ( ayat 33) dibicarakan tentang perhiasan.

B. Prinsip-prinsip Konsumsi
Menurut Abdul Mannan bahwa perintah islam mengenai konsumsi dikendalikan oleh lima
prinsip, yaitu:
a. Prinsip Keadilan.
b. Prinsip Kebersihan.
c. Prinsip Kesederhanaan.
d. Prinsip Kemurahan hati.
e. Prinsip Moralitas.
C. Etika konsumsi
Etika konsumsi menurut Naqvi adalah sebagai berikut:
a. Adil (Equilibrium/Keadilan), Kata ‘adldapat di artikan seimbang (balance) dan setimbang
(equilibrium). Atas sebab dasar itu ia menyebutkan konsep Al-’Adldalam prespektif Islam adalah
Keadilan Ilahi.
b. Free Will (Kehendak Bebas), Manusia merupakan makhluk yang berkehendak bebas namun
kebebasan ini tidaklah berarti bahwa manusia terlepas dari qadha’ dan qadar yang merupakan
hukum sebab-akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak Tuhan.
c. Amanah (responsibility/pertanggungjawaban), Etika dari kehendak bebas adalah
pertanggungjawaban. Dengan kata lain, setelah manusia melakukan perbuatan maka ia harus
berani mempertanggung jawabkan apa yang telah ia perbuat. Dengan demikian prinsip tanggung
jawab merupakan suatu hubungan logis dengan adanya prinsip kehendak bebas.
d. Halal, Kehalalan adalah salah satu kendala untuk memperoleh maksimalisasi kegunaan
konsumsi dalam rangka Ekonomi Islam. Kehalalan suatu barang konsumsi merupakan antisipasi
dari adanya keburukan yang ditimbulkan oleh barang tersebut.
e. Sederhana, Sederhana dalam konsumsi mempunyai arti jalan tengah dalam berkomunikasi. Di
antara dua cara hidup yang ekstrim antara paham materialistis dan zuhud. Ajaran Al-Quran
menegaskan bahwa dalam berkonsumsi manusia dianjurkan untuk tidak boros dan kikir.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam tulisan ini, sekiranya dapat diambil pelajaran bahwa setelah kita sebagai pelaku
ekonomi mengoptimalkan seluruh sumber daya yang ada di sekitar kita (dalam ayat-ayat yang
diterangkan dalam isi tulisan; binatang ternak, pegunungan; tanah perkebunan, lautan dengan
kekayaannya, ingat lagi pandangan al-Qur’an tentang harta benda yang disebut sebagai Fadlum
minallah)sebagai media untuk kehidupan di dunia ini, lalu kita diarahkan untuk melakukan
kebaikan-kebaikan kepada saudara kita, kaum miskin, kaum kerabat dengan cara yang baik tanpa
kikir dan boros.

Dalam konteks produksi, tentu saja produsen muslim sama sekali sebaiknya tidak tergoda
oleh kebiasaan dan perilaku ekonom-ekonom yang bersifat menjalankan dosa, memakan harta
terlarang, menyebarkan permusuhan, berlawanan dengan sunnatullah, dan menimbulkan
kerusakan di muka bumi. Walau bagaimanapun, secanggih alat untuk menghitung nikmat Allah
pasti tidak akan menghitungnya.

Di lain pihak, dalam faktor lainnya yaitu konsumsi, tentunya ini berkaitan dengan
penggunaan harta. Hal ini dikarenakan, bahwasanya harta merupakan pokok kehidupan (an-
Nisa(4):5) yang merupakan karunia Allah (an-Nisa(4):32. Islam memandang segala yang ada di
di atas bumi dan seisinya adalah milik Allah SWT, sehingga apa yang dimiliki manusia hanyalah
amanah.

Dalam konseptual konsumsi yang tercermin dari ayat-ayat yang ditampilkan dalam isi
tulisan ini, ada beberapa prinsip yang harus dipatuhi oleh konsumen muslim.

Dengan prinsip-prinsip demikian, maka pola konsumsi seseorangdan juga masyarakat,


diarahkan kepada kebutuhan dan kewajiban yang sepadan dengan pola kehidupan yang
sesederhana mungkin. Sebenarnya, dalam ekonomi Islam paremeter kepuasan bukan hanya
terbatas pada benda-benda konkrit (materi), tapi juga tergantung pada sesuatu yang bersifat
abstrak, seperti amal shaleh yang manusia perbuat. Kepuasan dapat timbul dan dirasakan oleh
seorang manusia muslim ketika harapan mendapat kredit poin dari Allah SWT melalui amal
shalehnya semakin besar
DAFTAR PUSTAKA

A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taymiyah, Surabaya: Bina Ilmu, 2002.

Karim, Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007.

http://zfadly.blogspot.comproduksi-konsumsi-dan-distribusi-dalam.html 14 Januari 2013.

Harahap, Sofyan S,Etika Bisnis Dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Empat, 2011.

Anto, Hendri,Pengantar Ekonomika Mikro Islami, Yogyakarta : Jalasutra, 2003.

Anda mungkin juga menyukai