Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Pengantar Ekonomi Islam


Dosen Pengampu : Mohamad Toha, M.E

Disusun oleh :
Amelia Nur Laili
Basman Robbani
Laila Maslakhatul W
Vigotama Alif W

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM MOJOKERTO
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya
sehingga saya bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang “Memahami dan memiliki wawasan tentang
Teori Distribusi Islam”.
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan
kontribusi dalam penyusunan karya nilmiah ini. Tentunya tidak akan bisa maksimal jika tidak
mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun
tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati menerima
saran dan krtitik dari pembaca agar saya dpat memperbaiki karya ilimiah ini.
Saya berharap semoga karya ilimiah yang saya susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Mojokerto, 16 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Distribusi....................................................................................................
2.2 Distribusi dalam Prespektif Islam.................................................................................
2.3 Tujuan Distribusi..........................................................................................................
2.4 Prinsip-prinsip Distribusi Islam....................................................................................
2.5 Sektor-sektor Distribusi………………………………………………………………
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................................................
3.2 Saran………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam adalah agama yang sempurna, Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia,
salah satu aspek yang diatur oleh Islam adalah dalam bidang ekonomi. Pemngaturan tersebut
tentunya tidak terlepas dari tujuan-tujuan yang ingin diwujudkan bagi masyarakat. Salah satu
tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun individu.1
Distribusi merupakan masalah yang sangat rumit, hingga saat ini masih sering dijadikan
bahan perdebatan di antara ahli ekonomi. Sistem ekonomi kapitalis memandang seseorang
individu dapat secara bebas mengumpulkan dan menghasilkan kekayaan (pendapatan)
dengan menggunakan kemampuan yang dimiliki serta tidak ada batasan. Sementara sistem
ekonomi sosialis berpendapat bahwa kebebasan secara mutlak dapat membahayakan
masyarakat. Oleh karena itu hak individu atas harta harus dihapuskan dan wewenang
dialihkan kepada negara sehingga pemerataan dapat diwujudkan.2

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pengertian Distribusi?
1.2.2 Bagaimana Distribusi dalam prespektif Islam?
1.23 Apa tujuan Distribusi?
1.2.4 Bagaimana prinsip-prinsip Distribusi dalam islam?
1.2.5 Apa saja sektor-sektor Distribusi?

1.3 Tujuan Penulisan


1..3.1 Mengetahui pengertian Distribusi
1.3.2 Mengetahui Distribusi dalam prespektif Islam
1.3.3 Mengetahui tujuan-tujuan Distribusi
1.3.4 Mengetahui prinsip-prinsip Distribusi Islam
1.3.5 Mengetahui apa saja sektor Distribusi

1
Mustafa Edwin Nasution, et. al, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2006), h. 119.
2
Ilfi Nur Diana, Hadits-Hadits Ekonomi, (Malang: UIN Maliki Press, 2012), h. 61.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Distribusi


Distribusi adalah salah satu bagian dari pemasaran. Distribusi juga dapat diartikan kegiatan
pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa
sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan. Distribusi adalah kegiatan yang
sangat penting agar produk dari produsen bisa sampai ke tangan konsumen dengan efektif.
Walaupun letak suatu pabrik/produsen sangat jauh dengan keberadaan masyarakat, dengan
adanya kegiatan distribusi maka akan mempermudah masyarakat mendapatkan
produk/barang yang diinginkan (Putri, Rosmayani, & Rosmita, 2018). 3 Lingkup aktivitas
bisnis sangatlah luas. Akan tetapi pada dasarnya aktivitas tersebut terdiri dari produksi,
distribusi, dan konsumsi. Masing-masing aktivitas ini memiliki teori tersendiri. Salah satunya
adalah distribusi yang mana aktivitas distribusi ini berarti pemindahan tempat barang atau
jasa dari produsen ke konsumen.4
Dalam usaha untuk memperlancar arus barang dan jasa dari produsen ke konsumen, maka
faktor penting yang tidak boleh diabaikan adalah memilih secara tepat saluran distribusi
(channel of distribution). Keputusan perusahaan dalam memilih saluran distribusi akan
menentukan bagaimana cara produk yang dibuatnya dapat dijangkau oleh konsumen.
Perusahaan mengembangkan strategi untuk memastikan bahwa produk yang didistribusikan
kepada pelanggan berada pada tempat yang tepat. Untuk itu perlu adanya pemahaman tentang
saluran distribusi yang tepat dalam sebuah usaha. Saluran distribusi adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai
aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.5

2.2 Distribusi dalam Prespektif Islam


Dorongan al-Qur'an pada sektor distribusi telah dijelaskan secara eksplisit. Ajaran Islam
menuntun kepada manusia untuk menyebarkan hartanya agar kekayaan tidak menumpuk
pada segolongan kecil masyarakat. Dalam pandangan Islam, pendistribusian harta yang tidak
adil dan merata akan membuat orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin
miskin. Sebagai salah satu aktivitas perekonomian, distribusi menjadi bidang kajian
terpenting dalam perekonomian. Distribusi menjadi posisi penting dari teori mikro dan makro
Islam sebab pembahasan dalam bidang distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek
ekonomi belaka tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran
pemikir ekonomi Islam dan konvensional sampai saat ini. 6 Dalam sistem ekonomi

3
(Putri, Rosmayani, & Rosmita, 2018)
4
M. Manullang, Pengantar Bisnis, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2008), 14.
5
M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), 129
6
Heri Sudarsono. Konsep Ekonomi Islam, Suatu Pengantar.(Yogyakarta: Ekonisia, 2002). Hal. 216.
konvensional, salah satu indikator pertumbuhan dan meratanya distribusi pendapatan adalah
Pertambahan Produk Domestik Bruto (PDB) bagi suatu negara atau Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) bagi suatu wilayah daerah. Dengan indikator tersebut maka
pertumbuhan ekonomi akan memperbesar tingkat pendapatan masyarakat sebingga setiap
orang akan memperoleh lebih banyak kesempatan kerja dan pertambahan kekayaan dan
kesejahteraan. Oleh karenanya “pertumbuhan ekonomi” merupakan nilai utama dalam sistem
kapitalis karena akan berpengaruh pada pertambahan nilai ekonomi suatu bangsa atau
masyarakat dengan mengenyampingkan aspek-aspek lain seperti aspek sosial, budaya dan
spiritual. Karena dalam sistem ekonomi pasar persaingan dalam memperebutkan sumber daya
tidak dipengaruhi oleh nilai-nilai diluarnya termasuk nilai agama dan spiritualitas. Dari
sinilah ”pertumbuhan Ekonomi” yang seharusnya memberi makna sosial, budaya dan agama
malah akan memperlebar jurang antara yang kaya dan yang miskin, dan menggerogoti nilai-
nilai dalam hubungan keluarga dan masyarakat. Semakin terpusatnya kekuasaan yang
semakin hebat di tangan korporasi global dan lembaga-lembaga keuangan telah melucuti
pemerintah dan kemampuannya untuk menempatkan prioritas ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan dalam kerangka kepentingan umum yang lebih luas termasuk berkurangnya
penghargaan terhadap kerja produktif yang dilakukan untuk diri sendiri, meskipun
bermanfaat bagi kesejahteraan.7
Oleh karena itu, telah dirasakan bahwa system ekonomi kapitalis sekuler yang membedakan
antara kesejahteraan material dengan masalah ruhaniah banyak membawa masalah dalam
distribusi kesejahteraan yang adil dan seimbang di antara masyarakat. Bahwa perlu disadari,
kehidupan ekonomi tertanam secara mendalam pada kehidupan sosial dan tidak bisa
dipahami terpisah dari nilai-nilai adat, moral, spiritual dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di
mana proses ekonomi itu terjadi, sehingga, membahas pembangunan ekonomi di Indonesia
dengan memasukkan nilai-nilai Syariah bukan suatu hal yang irrelevant selama nilai-nilai
tersebut dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi yang mensejahterakan.8
Ekonomi Islam dibangun atas dasar agama Islam, karenanya ia merupakan bagian integral
dari agama Islam. Ilmu ekonomi Islam adalah ilmu yang mempelajari usaha manusia untuk
mengalokasikan dan mengelola sumber daya untuk mencapai falah berdasarkan pada prinsip-
prinsip dan nilainilai al-Qur’an dan as-Sunnah.9
Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam maka jauh lebih luas lagi, yaitu mencakup
pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Di mana Islam
memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, meletakkan bagi masing-
masing dari keduanya kaidah-kaidah untuk warisan, hibah, wasiat. Sebagaimana ekonomi
Islam juga politik dalam distribusi pemasukan, baik antara unsurunsur produksi maupun
individu masyarakat dan kelompok-kelompoknya, disamping pengembalian distribusi dalam
sistem jaminan sosial yang disampaikan dalam ajaran Islam10

7
David C. Korten. The Post Corporate World : Life After Capitalism. Terj. A. Rahman Zainuddin. (Jakarta :
Yayasan Obor 1999). Hal. 95-96.
8
Ibid, Sudarsono. 84-86
9
Ibid.
10
9 Jaribah Bin Ahmad Al-Haritsi, Fikih Ekonomi Umar Al-Khathab (Jakarta: Pustaka Al Kautsar Group 2006),
Cet Ke 1, h. 212
Dengan demikian, sangat jelas bahwa ekonomi Islam terkait dan memiliki hubungan yang
erat dengan agama, yang membedakannya dari sistem ekonomi kapitalis. Ekonomi Islam
mempelajari perilaku individu yang dituntun oleh ajaran Islam, mulai dari penentuan tujuan
hidup, cara memandang dan menganalisis masalah ekonomi, serta prinsip-prinsip dan nilai-
nilai yang harus dipegang untuk mencapai tujuan tersebut Ilmu ekonomi Islam berkembang
secara bertahap sebagai suatu bidang ilmu interdisipliner yang menjadi bahan kajian para
fuqaha, mufassir, sosiolog dan politikus, diantaranya Abu Yusuf, Abu Ubaid, al-Mawardi,
alGhazali, Ibnu Taimiyah, Ibnu Khaldun, dan lainnya. Konsep ekonomi para cendikiawan
muslim tersebut berakar pada hukum Islam yang bersumber dari al-Qur’an dan as- Sunnnah,
sehingga ia sebagai hasil interpretasi dari berbagai ajaran Islam yang bersifat abadi dan
universal, mengandung sejumlah perintah serta mendorong umatnya untuk mempergunakan
kekuatan akal pikirannya. Islam memandang bahwa pemahaman materi adalah segalanya
bagi kehidupan adalah merupakan pemahaman yang keliru, sebab manusia selain memiliki
dimensi material juga memiliki dimensi non material (spiritual). Dalam ekonomi Islam,
kedua dimensi tersebut (material dan spiritual) termasuk didalamnya, sebagaimana tercermin
dari nilai dasar (value based) yang terangkum dalam empat aksioma yaitu kesatuan/Tauhid
(unity), keseimbangan (equilibrium), kehendak bebas (free will) dan tanggung jawab
(responsibility). 11

2.3 Tujuan Distribusi


Sebagaimana produksi dan konsumsi distribusi juga mempunyai tujuan. Diantara tujuan
distribusi yaitu :
a. Menjamin terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat.
b. Mengurangi ketidaksamaan pendapatan dan kekayaan dalam masyarakat.
c. Untuk menyucikan jiwa dan harta dari segala bentuk kotoran lahiriah ataupun batin.
d. Untuk membangun generasi yang unggul karena generasi muda merupakan penerus dalam
sebuah kepemimpinan suatu bangsa.
e. Untuk menegembangkan harta dari dua sisi spritual dan ekonomi.
f. Untuk pendidikan dan menegembangkan dakwah Islam melalui ekonomi.
g. Untuk terbentuknya solidaritas sosial dikalangan masyarakat12

2.4 Prinsip-prinsip Distribusi Islam


Distribusi harta kekayaan yang merata dapat mewujudkan perekonomian yang baik. Konsep
perencanaan dan pengelolaan sistem distribusi akan berjalan dengan baik, apabila

11
Syed Nawab Haider Naqvi. Menggagas Ilmu Ekonomi Islam. ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003) Hal. 37.
12
Idri, Op.Cit, h. 147-149
memperhatikan prinsip-prinsip distribusi dalam melaksanakannya. Adapun prinsip-prinsip
distribusi dalam ekonomi islam sebagai berikut:13
a. Prinsip Keadilan dan Pemerataan Keadilan dalam distribusi sebagai suatu kebebasan
melakukan aktivitas ekonomi yang berada dalam bingkai etika dan norma-norma Islam.
Prinsip keadilan dan pemerataan dalam distribusi mengandung makna. Pertama, kekayaan
tidak boleh dipusatkan pada sekelompok orang saja, tetapi harus menyebar kepada seluruh
masyarakat. Kedua, hasil-hasil produksi yang besumber dari kekayaan nasional harus dibagi
secara adil. Ketiga, Islam tidak mengizinkan tumbuhnya harta kekayaan yang melampaui
batas-batas yang wajar apalagi jika diperoleh dengan cara yang tidak benar.
b. Prinsip Persaudaraan dan Kasih Sayang Persaudaraan dan kasih sayang akan memperkuat
persatuan dan kesatuan umat Islam yang kadang-kadang mendapatkan hambatan dan
rintangan sehingga mereka dapat saja terpecah belah dan saling bermusuhan. Prinsip
persaudaraan dan kasih sayang tersebut tidak berarti bahwa umat Islam tidak boleh
melakukan aktivitas ekonomi dengan non Muslim. Islam memperbolehkan umatnya
bertransaksi dengan siapa pun asalkan sejalan dengan prinsip-prinsip transaksi Islam tanpa
membedakan agama, ras, dan bangsa. Islam menganjurkan persaudaraan dan kasih sayang
dalam distribusi agar supaya umat Islam menjadi kuat, baik secara ekonomi, sosial, politik,
budaya, dan sebagainya.
c. Prinsip Solidaritas Sosial Prinsip solidaritas sosial merupakan salah satu prinsip pokok
dalam distribusi harta kekayaan. Islam menghimbau adanya solidaritas sosia dan
menggariskan dan menentukannya dalam suatu sistem tersendiri seperti zakat, sedekah, dan
lain-lain. Prinsip solidaritas sosial dalam ekonomi Islam mengandung beberapa elemen dasar,
yaitu : (a) sumber daya alam harus dinikmati oleh semua makhluk Allah, (b) adanya
perhatian terhadap fakir miskin terutama oleh orang-orang kaya, (c) kekayaan tidak boleh
dinikmati dan hanya beredar di kalangan orang-orang kaya saja, (d) adanya perintah Allah
untuk berbuat baik kepada orang lain, (e) umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat
menyumbangkan tenaganya untuk kegiatan sosial, (f) larangan berbuat baik karena ingin
dipuji orang, (g) larangan memberikan bantuan yang disertai dengan perilaku menyakiti, (h)
distribusi zakat harus diberikan kepada orang-orang yang telah disebutkan dalam Al-Qur’an
sebagai pihak yang berhak menerimanya, (i) anjuran untuk mendahulukan distribusi harta
kepada orang-orang yang menjadi tanggungan kemudian kepada masyarakat, (j) anjuran agar
distribusi disertai dengan doa agar tercapai ketenangan batin dan kestabilan ekonomi
masyarakat, dan (k) larangan berlebihan (boros) dalam distribusi ekonomi di kalangan
masyarakat.14

2.5 Sektor-sektor Distribusi


Distribusi menurut Thahrir Abdul Muhsin ialah pembagian hasil penduduk kepada setiap
individu-individu atau pembagian kekayaan nasional kepada setiap warga masyarakat atau
pembagian pemasukan penduduk untuk setiap orang dari faktor-faktor produksi. Maka
distribusi dalam ekonomi Islam mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan

13
( Idri, Hadis Ekonomi, 2017: 150 )
14
KONSEP DISTRIBUSI KEPEMILIKAN DALAM ISLAM, Salim Sekolah Tinggi Ekonomi dan Bisnis Syariah, Amir Volume 5 Nomor 1 Edisi
Agustus 2019
sumber sumber kekayaan. Dimana Islam memperbolehkan pemilikan umum dan pemilikan
khusus, mendapatkan dan mempergunakan dan kaedah-kaedah untuk warisan, hibah, dan
wasiat. Sebagaimana ekonomi Islam juga memiliki politik dalam distribusi pemasuksan baik
dalam unsur-unsur produksi maupun antara individu masyarakat dan kelompok-
kelompoknya. Disamping pengembalian distribusi dalam Islam sistem jaminan sosial yang
disampaikan dalam ajaran Islam.15
Adapun prinsip utama dalam konsep distribusi menurut pandangan Islam ialah peningkatan
dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara
golongan tertentu saja.
Selain itu, ada pula pendapat yang menyatakan bahwa posisi distribusi dalam aktifitas
ekonomi suatu pemerintahan amatlah penting, karena distribusi menjadi posisi penting dari
teori ekonomi mikro baik dalam system ekonomi Islam maupun kapitalis sebab pembahasan
dalam bidang distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga
aspek sosial dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi Islam dan
konvensional8 dan juga distribusi itu sendiri menjadi tujuan dari kebijakan fiskal dalam suatu
pemerintahan (selain fungsi alokasi). Adapun distribusi, seringkali diaplikasikan dalam
bentuk pungutan pajak (baik pajak yang bersifat individu maupun pajak perusahaan). Akan
tetapi masyarakat juga dapat melaksanakan swadaya melalui pelembagaan ZIS, di mana
dalam hal ini pemerintah tidak terlibat langsung dalam mobilisasi pengelolaan pendapatan
ZIS yang diterima.
Sementara Anas Zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu sebagai suatu transfer
dari pendapatan kekayaan antara individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau dengan
cara lain, seperti warisan, shadaqah, wakaf dan zakat.
Dalam pembahasan mengenai pengertian distribusi pendapatan tidak lepas dari pembahasan
mengenai konsep moral ekonomi yang dianut juga tidak lepas dari model instrumen yang
diterapkan individu maupun negara, dalam menentukan sumber-sumber maupun cara-cara
mendrisbusikan pendapatannya. Konsep moral ekonomi tersebut, yang berkaitan dengan
kebendaan, pemilikan dan kekayaan harus dipahami untuk tujuan menjaga persamaan
ataupun mengikis kesenjangan antara yang kaya dan miskin. Idealisme prinsip ekonomi harus
disepakati dalam koridor pencapain standar hidup secara umum dan pencegahan eksploitasi
kelompok kaya terhadap kelompok miskin. Secara umum Islam mengarahkan mekanisme
berbasis moral spritual dalam pemeliharan keadilan sosial pada setiap aktivitas ekonomi.16

15
Muh, Said, Pengantar Ekonomi Islam, (Pekanbaru: SUSKA PRESS, 2008),Cet Ke I h.92
16
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004),Cet Ke I, hlm. 234
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fenomena penyimpangan distribusi barang dan jasa yang terjadi di beberapa daerah di
Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi dan kebijakan ekonomi yang diterapkan
di Indonesia, yang saat ini masih didominasi oleh sistem ekonomi pasar (kapitalis). Sistem
pendistribusian dalam sistem ekonomi kapitalis ini ternyata menimbulkan ketidakadilan dan
ketimpangan pendapatan dalam masyarakat serta menciptakan kemiskinan ’permanen’ bagi
masyarakat sebab sistem ini berimplikasi pada penumpukan harta kekayaan pada sebagian
kecil pihak saja.
Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem penditribusian ekonomi yang mengedepankan
nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran agama serta nilai
keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan.
Sistem distribusi ini menawarkan mekanisme dalam sistem distribusi ekonomi yang islami,
yaitu mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan adanya peran
pemerintah dalam aktivitas ekonomi produktif dan non-produktif, sehingga dapat
mewujudkan keadilan distribusi.

3.2 Saran
Kita diperintahkan untuk masuk kedalam agama Islam secara kaffah (sempurna). Artinya
semua tingkah laku kita hendaknya sesuai dengan ajaran Islam termasuk bagaimana cara
mendistribusikan pendapatan dan kekayaan, maka penulis menyarankan kepada kita semua
supaya menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan al-Qur’an dan Sunnah.
Sistem pendistribusian dalam sistem ekonomi kapitalis mendorong ketidakadilan dan
ketimpangan pendapatan dalam masyarakat menimbulkan konflik dan menciptakan
kemiskinan yang permanen bagi warga masyarakat. Dengan kebobrokan tersebut maka sudah
seharusnya untuk ditinggalkan dan diganti dengan sistem ekonomi Islam yang
mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan dilandasi oleh ajaran
agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan.
DAFTAR PUSTAKA

Holis, M. (2017). Sistem distribusi dalam perspektif ekonomi Islam. Jurnal Masharif Al-
Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 1(2).
Penyusun, T. (2014). Pedoman Penyusunan Skripsi. Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA.
Salim, A. (2019). Konsep Distribusi Kepemilikan dalam Islam. Ekonomica Sharia: Jurnal
Pemikiran dan Pengembangan Ekonomi Syariah, 5(1), 85-90.
Anita Rahmawati. “Membangun Sistem Distribusi Perspektif Ekonomi Islam”. Jurnal Addin
Vol. 2 No. 2 Juli - Desember 2010.
Al-Qaradhawi, Y. (2022). Norma dan etika ekonomi Islam. Gema Insani.
Nasution, M. E. (2017). Pengenalan eksklusif ekonomi Islam.
Muchlisyah, S. (2011). PREFERENSI DAN POTENSI PRODUK IMPLAN PADA PT. BANK
SYARIAH MANDIRI MENURUT PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM (Studi Kasus PT. Bank
Syariah Mandiri KCP Tg. Balai Karimun) (Doctoral dissertation, Universitas Islam Negeri
Sultan Syarif Kasim Riau).

Anda mungkin juga menyukai