Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................3
C. Tujuan Penelitian.......................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
A. Kesimpulan..............................................................................................17
B. Saran........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi merupakan sektor yang penting dalam kehidupan manusia
karena mengatur cara ia memenuhi kebutuhan hidupnya. Islam menawarkan
solusi atas permasalahan itu dengan Islamisasi ilmu pengetahuan yaitu
memasukan nilai Islam dalam ekonomi. Sebenarnya Islam sudah mengatur
permasalahan ekonomi sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah Saw
dan al-Quran. Kandungan ajaran yang diterangkan sangat jelas dan nyata
bahwa Islam bukan hanya sekedar keyakinan tapi juga merupakan sumber
ajaran tatanan ekonomi (Dahlan, 2019: 34). Akan tetapi pada saat ini
penerapan secara mutlak akan sulit sehingga harus ada penyesuaian ulang.
Sistem ekonomi Islam membutuhkan fondasi dan dukungan agar hal tersebut
dapat diterapkan.
1
ketimpangan sosial atau orang kaya akan bertambah kaya dan orang miskin
akan semakin miskin (Rahmawaty, 2013:2).
Hal tersebut merupakan hal yang lazim kita temukan pada sistem
ekonomi pasar atau kapitalis yang marak pada era globalisasi saat ini. Banyak
dari negara di dunia mengadopsi sistem ekonomi tersebut dimana pemilik
modal dan alat produksi yang akan lebih berperan dan menikmati surplus
akan harta. Sistem kapitalis berperan besar dalam menciptakan kemiskinan
akibat ketidakadilan dan ketimpangan pendistribusian kekayaan. Pada negara
maju terutama negara berkembang yang mempergunakan sistem kapitalis,
realitas tersebut sangat jelas terjadi dan menciptakan kemiskinan. (Sidiq,
2007:1)
Tentu jika kita lihat, Islam tidak hanya memandang distribusi sebagai
kegiatan penyaluran barang dan jasa kepada konsumen. Akan tetapi Islam
memandang hal tersebut lebih dari itu, jika hanya barang dan jasa dapat kita
lihat bahwa konsep tersebut menitik beratkan pada bagaimana permintaan
pasar dan penawaran dimana kegiatan distribusi yang dilakukan distributor
hanya berperan sebagai penyalur dari produsen ke konsumen. Kegiatan ini
dilakukan sesuai bagaimana keadaan pasar dan permintaan konsumen atau
berdasarkan keuntungan dan uang.
2
distribusi sistem jaminan sosial. (Karim, 2011:155) Ekonomi Islam bebas dari
tindak kapitalis dan sosialis. (Ihwanudin & Rahayu, 2020:126) Islam
memperhatikan etika, norma, kaidah, dan adil berdasarkan maqasith syariah
untuk kesejahteraan ekonomi di kalangan umat. Terdapat beberapa cara dan
kaidah dalam pemenuhan unsur distribusi ini yang setidaknya terbagi atas
perangkat dan instrument.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita rumuskan permasalahan
dalam makalah ini adalah:
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas dapat kita ketahui tujuan
penelitian dalam makalah ini adalah:
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
ِ ِول ولِ ِذي الْ ُق رىَب ٰ والْيَتَ َام ٰى والْمس اك
ِ ِ ِِ ِ ِِ
ني ََ َ َ ْ َ َم ا َأفَ اءَ اللَّهُ َعلَ ٰى َر ُس وله م ْن َْأه ِل الْ ُق َر ٰى فَللَّه َول َّلر ُس
ول فَ ُخ ُذوهُ َو َم ا َن َه ا ُك ْم َّ السبِ ِيل َك ْي اَل يَ ُكو َن ُدولَةً َبنْي َ اَأْل ْغنِيَ ِاء ِمْن ُك ْم ۚ َو َم ا آتَا ُك ُم
ُ الر ُس َّ َوابْ ِن
ُ َعْنهُ فَا ْنَت ُهوا ۚ َو َّات ُقوا اللَّهَ ۖ ِإ َّن اللَّهَ َش ِد
ِ يد الْعِ َق
اب
Artinya: Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka
adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-
orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu
jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang
diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya
bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah amat keras hukumannya. (QS. Al Hasyr 7)
5
(Quraish Shihab, 2003:10) Selain dua ayat di atas, masih ada ayat yang
membahas tentang distribusi menekankan pada sedekah yaitu:
ِ ِ َّ ِ ِ ِآمنوا بِاللَّ ِه ورسولِِه وَأنِْف ُقوا مِم َّا جعلَ ُكم مستخلَ ِف
ْ ين َآمنُوا مْن ُك ْم َوَأْن َف ُق وا هَلُ ْم
َأج ٌر َ ني فيه ۖ فَالذ
َ ْ َْ ُ ْ َ َ َ ُ ََ ُ
ٌَكبِري
Artinya: Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah
sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya.
Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan
(sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar. (QS. al-Hadid 7)
6
b. Keadilan dalam penyaluran atau distribusi, yaitu harus adil tidak
memihak dalam distribusi ekonomi. Dapat diartikan juga sebagai
suatu distribusi pendapataan dan kekayaan secara adil sesuai norma
yang dapat diterima universal.
c. Konsep kepemilikan dalam ekonomi Islam, Islam mengakui adanya
hak milik terhadap benda dan menganggap sebuah kepemilikan yang
diperoleh dengan cara yang halal.
2. Kebijakan distribusi dalam ekonomi Islam. Kebijakan ekonomi haruslah
kepada kebijakan yang berpihak pada kemaslahatan dan menciptakan
keadilan dalam ekonomi umat. Dan terlebih, konsep keadilan bertujuan
agar harta tidak terkumpul pada satu kelompok.
Pendapat dua ahli diatas dapat kita simpulkan bahwa ekonomi Islam
menghendaki distribusi melalui cara dan harus berdasarkan ketentuan syariat.
7
Setidaknya dapat kita golongkan hal tersebut sebagai perangkat dan
instrument dalam distribusi. Sebelum kita membahas apa itu perangkat dan
instrument distribusi ekonomi Islam alangkah baiknya mencari tau
pengertian dari dua istilah tersebut. Secara bahasa dalam KKBI perangkat
adalah alat pelengkap sedangkan instrument adalah alat yang dipergunakan
untuk mengerjakan sesuatu (Surayin, 2017:384).
Perangkat dalam ekonomi Islam masih belum terlalu dikaji oleh para
ahli seperti apa bentuknya. Bentuk perangkat distribusi ekonomi Islam
menurut Shadr terbagi atas 3 (tiga) elemen perangkat dasar, yaitu; kerja,
kebutuhan, dan properti (Mallat, 2001: 181). Secara lebih rinci:
1. Kerja
Melalui kerja manusia menyatakan eksistensi dirinya dalam
kehidupan bermasyarakat. Kerja juga merupakan sebab atau sarana
syar’i untuk memiliki harta secara individual. Komitmen Islam sangat
menekankan keharusan bekerja bagi manusia di bumi dalam rangka
mencari rezeki yang diberikan Allah supaya manusia dalam konteks
melaksanakan fungsinya sebagai khalifah di muka bumi beribadah
kepada Allah (Walian, 2013:67).
Dengan bekerja seseorang mendapatkan upah, Upah dapat
didefinisikan dengan sejumlah uang yang dibayarkan oleh yang
memberi pekerjaan kepada seorang pekerja atas jasanya sesuai
perjanjian. Hal tersebut karena terjadinya ijarah yang bermakna juga
suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan
memberikan ‘imbalan’ dalam jumlah tertentu (Sabiq, 1983:198)
Berikut ini beberapa ayat dalam al-Quran yang memerintahkan
seorang muslim untuk bekerja mencari rejeki:
8
Artinya: Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka
berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari
rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan. (QS. Al-Mulk 15)
2. Kebutuhan
9
orang memiliki akses terhadap perumahan yang memadai dan
terjangkau.
d. Kebutuhan Pendidikan: Dalam Islam, mempelajari pengetahuan dan
keterampilan merupakan hak setiap individu. Pendidikan harus
tersedia untuk semua orang, dan tidak boleh ada diskriminasi
terhadap suku, agama, dan ras.
e. Kebutuhan Kesehatan: Dalam Islam, kesehatan juga dianggap
sebagai hak setiap individu. Masyarakat dan pemerintah harus
bekerja sama untuk memastikan bahwa setiap orang memiliki akses
terhadap layanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau.
Al-Syathibi, merumuskan kebutuhan manusia dalam Islam
terdiri dari tiga macam: (Rozalinda, 2017:138)
a. Dharuriyat (primer), merupakan kebutuhan yang paling penting dan
jika tidak terpenuhi akan mengancam kehidupan manusia di dunia
maupun akhirat. Kebutuhan ini meliputi khifdu din (menjaga agama),
khifdu nafs (menjaga kehidupan), khifdu ‘aql (menjaga akal), Khifdu
nasl (menjaga keturunan), dan khifdu mal (menjaga harta).
b. Hajiyat (sekunder), merupakan kebutuhan setelah kebutuhan
dharuriyat terpenuhi. Kebutuhan ini sifatnya tidak mengancam
keselamatan hidup manusia jika tidak terpenuhi dan lebih bersifat
penguat dari kebutuhan dharuriyat. Sifat dari kebutuhan ini
memudahkan atau menghilangkan kesulitan.
c. Tahsiniyat (tersier), merupakan kebutuhan yang sifatnya mengancam
kelima hal pokok dalam kebutuhan dharuriyat. Kebutuhan ini
muncul setelah kebutuhan dharuriyat dan hajiyat terpenuhi.
Kebutuhan ini dapat dikatakan sebagai kebutuhan atas barang
mewah.
3. Properti
Properti menurut SK Menteri Perumahan Rakyat
no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 properti adalah tanah hak dan atau
bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan.
10
Kepemilikan dari property dibuktikan oleh surat kepemilikan. Menurut
Baqir al-Sadr, ekonomi Islam memiliki konsep Properti disebut sebagai
properti multi-tipe. Desain sifat tersebut dirumuskan dalam 2 golongan,
yaitu berupa milik pribadi dan milik Bersama menjadi dua bentuk
kepemilikan yaitu kepemilikan publik dan kepemilikan publik milik
negara. properti pribadi dalam pandangan Baqir al-Sadr hanya sebatas
hak pakai dan adanya prioritas untuk menggunakan dan hak untuk
melarang orang lain melakukannya menggunakan sesuatu yang sudah
dia milik (dalam Adriansyah, 2022:8)
Sedangkan untuk Instrument distribusi ekonomi Islam meliputi zakat,
wakaf, waris, infak dan sedekah (Ihwanudin & Rahayu, 2020:123).
1. Zakat
Zakat merupakan hal yang wajib bagi umat Islam dan
merupakan rukun Islam ketiga. Secara bahasa yaitu tumbuh dan
tambah. Kata zakat juga di gunakan untuk ungkapan pujian, suci,
keshalehan, dan berkah (Abdurrahman, 2006:308). Anjuran zakat
terdapat pada surat berikut:
هِب ِهِل ِ
ۗ ك َس َك ٌن هَلُ ْم َ ص ِّل َعلَْي ِه ْم ۖ ِإ َّن
َ َص اَل ت َ ص َدقَةً تُطَ ِّهُر ُه ْم َو ُت َز ِّكي ِه ْم َ ا َو
َ ُخ ْذ م ْن َْأم َوا ْم
يمِ ِواللَّه مَس
ٌ يع َعل
ٌ ُ َ
Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. At
Taubah 103)
Seseorang yang mengeluarkan zakat akan dapat membersihkan
dirinya dari sifat kikir dan dosa, dia akan mendapat berkah dalam
hartanya, keluarga dan peninggalannya. Dia akan membersihkan
dirinya dari dosa dan dari harta yang haram (Inayah, 2003:23).
2. Wakaf
11
Menurut istilah wakaf diartikan sebagai suatu pemberian yang
dilakukan dengan cara menahan (kepemilikan) untuk dimanfaatkan
guna kepentingan umum (Ihwanudin & Rahayu, 2020:139). Dalam al-
Quran tidak secara jelas menyebutkan istilah wakaf, akan tetapi wakaf
sudah sering dilakukan pada masa Rasulullah Saw dan termasuk infaq
fi sabillah atau amal jariah. Salah satu ayat yang menyiratkan hal
tersebut:
ِ اَأْلر ِ مِم ِ ِ ِ ِ َّ
ض ۖ َواَل ْ ين َآمنُ وا َأنْف ُق وا م ْن طَيِّبَ ات َم ا َك َس ْبتُ ْم َو َّا
ْ َأخَر ْجنَ ا لَ ُك ْم م َن َ يَ ا َأيُّ َه ا الذ
ِ ِيه ِإاَّل َأ ْن ُت ْغ ِمض وا ف
ِ آخ ِذ
ِ ِيث ِمْن ه ُتْن ِف ُق و َن ولَس تُم ب
ٌّ َأن اللَّهَ َغيِن
َّ يه ۚ َو ْاعلَ ُم وا ُ ْ ْ َ ُ َ َِتيَ َّم ُم وا اخْلَب
مَحِ ي ٌد
12
ِ لساِئ ِل والْمحر
وم ِ ِهِل يِف
ُ ْ َ َ َّ َو َْأم َوا ْم َح ٌّق ل
Artinya: Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin
yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian. (Az-
Zariyat 19)
Kaitannya dengan infak dan sedekah, Infak dan sedekah
memiliki hukum sunah berbeda dengan zakat yang wajib. Perbedaan
antara infak dan sedekah dijelaskan pada Undang-Undang Republik
Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, infak
merupakan harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di
luar zakat untuk kemaslahatan umum, sedangkan sedekah ialah harta
atau nonharta yang dikeluarkan oleh seseorang atau badan usaha di luar
zakat untuk kemaslahatan umum. Dapat disimpulkan bahwa infak
hanya terbatas pada menyisihkan harta sedangkan sedekah dapat berupa
non harta.
13
b. Zakat: yaitu kewajiban seorang muslim untuk menyisihkan sebagian
dari hartanya untuk diberikan kepada pihak yang berhak.
c. Warisan: yaitu pembagian harta yang ditinggalkan oleh orang
meninggal kepada para ahli waris.
a. Infak: yaitu sedekah yang diberikan kepada orang lain jika kondisi
keuangan rumah tangga dalam keadaan lebih.
b. Aqidah: yaitu kegiatan pemotongan kambing untuk anak yang
dilahirkan, dua ekor untuk anak laki-laki dan satu ekor untuk anak
perempuan.
c. Wakaf: yaitu menahan harta milik guna untuk diambil manfaatnya
untuk kepentingan umum.
14
masyarakat. Negara harus mampu mendistribusikan sumber daya dengan
baik sesuai dengan ketentuan yaitu adil dan merata.
Islam memberikan otoritas kepada pemerintah sebagai umara
untuk mengatur pendapatan dan pengeluaran negara serta melakukan
kebijakan ekonomi seperti menarik pajak, pemberian subsidi, dan lain
sebagainya diarahkan untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Distribusi Pendapatan Sektor Negara
1. Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dapat terlihat dari penyaluran zakat. Misalnya
penyaluran zakat kepada muallaf. Hal ini dilakukan agar meneguhkan
jiwa mereka kepada iman dan ibadah.
2. Tujuan Pendidikan
Yaitu sebagai pendidikan akhlak al karimah seperti suka
memberi, berderma, dan peduli akan sesame serta mensucikan diri dari
akhlaq al-mazmunah seperti pelit, dan egois
3. Tujuan Sosial
15
Tujuan terpenting distribusi pendapatan dalam ekonomi Islam
adalah:
a. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan
b. Mengutamakan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan
masyarakat
c. Mengikis sebab kebencian dalam masyarakat sehingga keamanan
dan ketentraman masyarakat dapat direalisasikan
d. Mewujudkan keadilan di tengah masyarakat
4. Tujuan Ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan ekonomi yaitu:
a. Pengembangan dan pembersihan harta, baik dalam bentuk infak
sunnah maupun wajib.
b. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan
terpenuhi kebutuhan modal mereka.
c. Memberikan andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi
d. Penggunaan terbaik dari sumber-sumber ekonomi
16
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Distribusi dalam Islam mempunyai makna lebih luas dan mencakup
pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi, dan sumber-sumber kekayaan.
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki pendekatan berbeda dengan ekonomi
konvensional. Ekonomi Islam mengandung nilai-nilai yaitu nilai-nilai religius dan
moral. Hasil kekayaan didistribusikan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan,
sehingga kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya
beredar diantara golongan atau kelompok tertentu saja. distribusi memiliki peran
penting dalam menciptakan keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan ekonomi
antara individu dan kelompok dalam masyarakat.
Dalam rangka menciptakan distribusi yang adil dan merata dalam ekonomi
Islam, diperlukan peran aktif dari negara dan masyarakat dalam pelaksanaan
instrumen distribusi seperti zakat, infaq, sedekah, dan wakaf. Selain itu,
diperlukan juga pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ekonomi
Islam agar dapat diterapkan secara tepat dalam kehidupan sosial dan ekonomi
masyarakat.
17
B. Saran
Ekonomi Islam memberikan solusi atas ketimpangan yang terjadi
pada masyarakat modern saat ini. Ekonomi konvensional seperti kapitalisme
dan sosialisme tidak mampu mengatasi hal tersebut dan sumber daya hanya
berkumpul pada satu pihak saja. Sudah seharusnya hal tersebut dapat diatasi,
walaupun mungkin sulit akan tetapi hal itu dapat diwujudkan secara perlahan
dengan melakukan integrasi konsep ekonomi Islam kepada ekonomi
konvensional sehingga setidaknya konsep tersebut dapat masuk terlebih
dahulu dan kemudian memperbaiki sistem yang sifatnya menguntungkan satu
pihak saja menjadi menguntungkan semua pihak.
Tentu jika bicara tentang hal tersebut seperti hanya sekedar konsep
teori tanpa praktek atau implementasi, maka dari itu diperlukan kesadaran
dan kemauan untuk berubah menjadi lebih baik. Setidaknya dimulai dengan
memperbanyak karya ilmiah baik itu berbentuk jurnal, makalah, skripsi,
thesis, disertasi, dan yang lainnya agar konsep ekonomi Islam setidaknya
dikenal di kalangan akademisi yang selanjutnya dapat menjadi bahan kajian
keilmuan sehingga terbiasa dan dengan sendirinya konsep tersebut terwujud
dalam masyarakat.
18
DAFTAR PUSTAKA
19
Rahmawaty, A. (Volume 1, No.1, Juni 2013). Distribusi dalam Ekonomi Islam.
Equibrilium.
Walian, A. (2013). Konsepsi Islam Tentang Kerja. AN NISA'A, VOL. 8, NO. 1,,
63-80.
20