Anda di halaman 1dari 6

TEORI DISTRIBUSI ISLAM

(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Mikro Islam)

Oleh:

NAURATUN NAHDHAH

NUR ZAENAB

SEKOLAH TINGGI ILMU SYARI’AH HIDAYATULLAH

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH

BALIKPAPAN

Tahun Ajaran 2020/2021


A. PENDAHULUAN

Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya tuntunan agar manusia berupaya
menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan hidup di dunia dan keselamatan
hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan hidup di dunia adalah bagaimana sumber-
sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan benar dalam kerangka Islam. Di
sini, al-Qur’an turut memberikan landasan bagi perekonomian umat manusia dengan sistem
distribusi.

Dorongan al-Qur’an pada sektor distribusi telah dijelaskan secara eksplisit. Ayat-ayat
distribusi seperti QS. al-Anfal (8): 1, QS. al-Hasyr (59): 7, QS. al-Hadid (57): 7 dan QS. at-
Taubah (9): 60 mengandung nilai larangan keras penumpukan harta benda atau barang kebutuhan
pokok pada segelintir orang saja. Pendistribusian harta yang tidak adil dan merata akan membuat
orang yang kaya bertambah kaya dan yang miskin semakin miskin. Nampaknya, hal-hal inilah
yang melatarbelakangi munculnya konsep pemikiran tentang keadilan distributif dalam ekonomi
Islam. Menilik dari kenyataan bahwa teori-teori ekonomi yang telah ada tidak mampu
mewujudkan ekonomi global yang berkeadilan dan berkeadaban. Justru yang terjadi adalah
dikotomi antara kepentingan individu, masyarakat dan negara serta hubungan antar Negara.

Berangkat dari dasar pemikiran dan realitas tersebut, Islam sebagai agama yang
rahmatan lil ‘alamin, mencakup ajaran-ajaran yang komprehensif dan universal diharapkan
mampu memberikan alternatif pemecahan terhadap problem ekonomi umat.

B. PEMBAHASAN

1. Pengertian Distribusi

Secara bahasa, distribusi berasal dari bahasa inggris distribution yang artinya
penyaluran dan pembagian, yaitu penyaluran, pembagian atau pengiriman barang atau jasa
kepada beberapa orang atau tempat. Distribusi adalah suatu proses penyaluran atau penyampaian
barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai. Distribusi dalam ekonomi islam
dimaknai lebih luas yang mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-
sumber kekayaan. Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan pribadi, dan
meletakan pada masing-masing keduanya aturan-aturan untuk mendapatkan, menggunakan, dan
1
memilikinya, serta aturan-aturan tentang warisan, hibah, dan wasiat. Dalam ekonomi islam,
distribusi lebih ditekankan pada penyaluran harta kekayaan yang diberikan kepada beberapa
pihak, baik individu, masyarakat, maupun Negara.

2. Kajian Teori Distribusi


a) Faktor-faktor Distribusi
1) Pertimbangan pasar

Yang dimaksud pertimbangan pasar adalah:

a. Konsumen atau pasar industri, apabila pasarnya berupa pasar industri maka pengecer jarang
atau bahkan tidak pernah digunakan dalam saluran ini.

b. Jumlah pembeli potensial, jika jumlah konsumen relatif kecil maka perusahaan dapat
melakukan penjualan secara langsung.

c. Konsentrasi geografis, jika pasar sasaran terkonsentrasi di satu wilayah tertentu atau lebih
maka penjualan langsung melalui seorang tenaga penjual.

d. Jumlah pesanan, jika jumlah pesanan kecil maka perusahaan dapat menggunakan distribusi
industri.

2) Pertimbangan produk

Yang dimaksud dengan pertimbangan produk adalah:

a. Nilai unit, apabila nilai unit produk makin rendah maka saluran distribusi makin panjang.
Sedangkan apabila nilai unit produknya relatif tinggi maka saluran distribusinya pendek.

b. Besar dan berat barang, apabila ongkos angkut terlalu besar dibanding nilai barangnya
merupakan beban yang berat bagi perusahaan, maka sebagian besar beban tersebut dialihkan

kepada perantara.

c. Mudah rusaknya barang, apabila produk yang dijual mudah rusak maka perusahaan tidak perlu
menggunakan perantara dalam saluran distribusinya.

d. Sifat teknis, produsen atau penyediaan harus mempunyai penjual yang dapat menerangkan
masalah teknisi penggunaan dan pemeliharaan serta memberi service baik sebelum maupun

2
sesudah penjualan.

b) Prinsip Distribusi Islam

Qardhawi menjelaskan bahwa distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai
manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu: Nilai kebebasan dan Nilai keadilan.
Kebebasan yang disyari’atkan oleh Islam dalam bidang ekonomi bukanlah kebebasan mutlak
yang terlepas dari setiap ikatan. Tapi ia adalah kebebasan yang terkendali, terikat dengan nilai-
nilai “keadilan” yang diwajibkan oleh Allah SWT. Adapun keadilan yang dimaksud adalah yang
tidak ada kezaliman terhadap seorang pun di dalamnya. Bahwa setiap orang harus diberi
kesempatan dan sarana yang sama untuk mengembangkan kemampuan yang memungkinkannya
untuk mendapatkan hak dan melaksanakann kewajibannya termasuk dalam distribusi pendapatan
dan kekayaan.

c) Instrumen Distribusi dalam Ekonomi Islam


 Zakat sebagai Model Distribusi Wajib Individu

Kesadaran untuk menunaikan kewajiban zakat bagi setiap muslim merupakan kata kunci
bagi terciptanya umat yang sejahtera. Hal ini karena kewajiban membayar zakat merupakan
poros utama dalam sistem keuangan Islam (fiskal) dan sejalan dengan prisnip distribusi dalam
Islam agar harta tersebar pada seluruh rakyat.

 Waris sebagai Instrumen Distribusi dalam Keluarga

Waris dalam Islam erat kaitannya dengan distribusi kekayaan dalam keluarga, terutama
agar tercipta keadilan dalam pembagian harta waris. Hal ini tidak terlepas dari konsep Islam
bahwa harta harus tersebar di masyarakat bukan terkumpul pada satu dua orang saja.
Konsep waris Islam merupakan mekanisme distribusi kekayaan dan jaminan sosial riil
dalam keluarga. Distribusi kekayaan secara adil berdasarkan konsep waris dalam keluarga,
dapat memotivasi pewaris untuk semasa hidupnya mencari rezeki yang sebesar-besarnya agar
tidak meninggalkan keturunan yang lemah.

 Wakaf sebagai Instrumen Distribusi Individu untuk Masyarakat

3
Harta wakaf sepenuhnya digunakan untuk kemashlahatan umat dan tidak dimanfaatkan kecuali
untuk kemashlahatan umat. Wakaf pada dasarnya sejalan dengan tujuan ekonomi modern,
menjadi cara yang lebih baik untuk mendistribusikan pendapatan di masyarakat dengan
memberikan solusi terhadap pemenuhan kebutuhan publik. Hal ini dapat dilakukan dengan
memanfaatkan wakaf bagi kepentingan masyarakat luas, seperti halnya penggunaan dana wakaf
untuk menyediakan air bersih, mendukung terciptanya institusi pendidikan, riset dan
perpustakaan yang akan membantu perkembangan kualitas sumber daya manusia.

 Infak dan Sedekah sebagai Instrumen Distribusi Umat

Penekanan terhadap sikap berinfak dan bersedekah merupakan sarana yang tepat untuk
membantu menciptakan masyarakat yang peduli akan kondisi sosial, karena pada dasarnya
setiap manusia harus menyadari bahwa setiap individu tidak dapat hidup sendiri, dan
sebaliknya membutuhkan orang lain. Sesungguhnya jika dicermati lebih jauh keberadaan
instrumen distribusi dalam sistem ekonomi Islam, maka akan membentuk satu mekanisme
jaminan sosial yang menyeluruh, bukan hanya untuk kebutuhan pokok masyarakat namun lebih
dari itu, dengan instrumen-instrumen yang ada mampu menciptakan masyarakat yang sejahtera.

a) Kebijakan dalam Islam yang Mendukung Pemerataan Distribusi Kekayaan

Kebijakan-kebijakan Islam dalam mewujudkan keadilan dalam distribusi pendapatan


dan kekayaan adalah sebagai berikut:

1. Penghapusan Riba

Secara luas penghapusan riba dapat dimaknai sebagai penghapusan segala bentuk
praktik ekonomi yang menimbulkan kezaliman atau ketidakadilan. Sementara dampak yang
ditimbulkannya, diantaranya dapat mempengaruhi meningkatnya masalah dalam distribusi, yakni
berhubungan dengan distribusi pendapatan antara bankir dan masyarakat secara umum, serta
nasabah secara khusus dalam kaitannya dengan bunga bank.

2. Zakat

Zakat merupakan sedekah wajib yang berfungsi sebagai salah satu sistem distribusi
pendapatan dan kekayaan yang menekankan aspek keadilan. Dengan zakat akan menjaga

4
keseimbangan dan harmonisasi sosial antara orang kaya (muzakki) dan orang miskin (mustahik).
Selain itu dengan zakat, kebutuhan dasar tiap individu dalam Islam dijamin.

3. Pelarangan Gharar

Gharar dari segi bahasa dapat diartikan risiko atau ketidakpastian. Implikasi pelarangan
gharar adalah dihapuskannya berbagai bentuk kegiatan yang mendorong spekulasi dan perjudian
dalam berbagai aktivitas ekonomi. Gharar akan menciptakan instabilitas dan kerapuhan dalam
perekonomian, baik dalam jangka pendek atau jangka panjang.

4. Pelarangan yang Haram

Dalam hal proses Islam melarang (mengharamkan) setiap bentuk transaksi karena tiga
hal yaitu: pertama, perbuatan atau transaksi yang mengandung unsur atau potensi ketidakadilan
(Q.s. an-Nisa [4]: 29), seperti pencurian, riba, perjudian dan lain-lain. Kedua, transaksi yang
melanggar prinsip saling ridha, seperti tadlis. Ketiga, perbuatan yang merusak harkat martabat
manusia atau alam semesta, seperti prostitusi, minum khamar dan lain-lain.

C. KESIMPULAN

Fenomena penyimpangan distribusi barang dan jasa, baik minyak tanah, pupuk dan
beras yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia, tidak bisa dilepaskan dari sistem ekonomi
dan kebijakan ekonomi yang diterapkan di Indonesia, yang saat ini masih didominasi oleh sistem
ekonomi pasar (kapitalis). Sistem pendistribusian dalam sistem ekonomi kapitalis ini ternyata
menimbulkan ketidakadilan dan ketimpangan pendapatan dalam masyarakat serta menciptakan
kemiskinan ’permanen’ bagi masyarakat sebab sistem ini berimplikasi pada penumpukan harta
kekayaan pada sebagian kecil pihak saja. Sistem ekonomi Islam menawarkan sistem
penditribusian ekonomi yang mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat
dengan dilandasi oleh ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan
pada dua sendi, yaitu kebebasan dan keadilan

Anda mungkin juga menyukai