Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“PRINSIP DASAR DAN ASPEK FILOSOFIS DISTRIBUSI DALAM EKONOMI SYARIAH”


Diajukan sebagai tugas mata kuliah Filsafat Ilmu Ekonomi Islam

Dosen Pengampu:
Dr. Nikmatul Masruroh, S.H.I, M.E.I

Disusun Oleh :
AHMAD HAZIN (223206060015)
NADIYA EL MADANIYA (223206060016)

PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI KH ACHMAD SIDDIQ
JEMBER 2022
PRINSIP DASAR DAN ASPEK FILOSOFIS DISTRIBUSI DALAM EKONOMI SYARIAH

Ahmad Hazin
Nadiya El Madaniya

Abstrak

Islam merupakan agama yang sangat sempurna dalam mengatur persoalan ekonomi, terkait pendistribusian
juga telah di atur dalam Al Qur‟an, diantara dalam Surat Al-Hasyr: 7. Sistem ekonomi Islam menawarkan
pola penditribusian ekonomi yang mengedepankan nilai kebebasan dalam bertindak dan berbuat dengan
dilandasi oleh ajaran agama serta nilai keadilan dalam kepemilikan yang disandarkan pada dua sendi, yaitu
kebebasan dan keadilan. Sistem distribusi ini menawarkan mekanisme dalam sistem distribusi ekonomi
Islam, yaitu mekanisme ekonomi dan mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan adanya peran pemerintah
dalam aktivitas ekonomi produktif dan non-produktif, sehingga dapat mewujudkan keadilan distribusi.
Rasulullullah sangat mengajurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagian harta dan penghasilan mereka
untuk membantu suadara-saudara mereka yang berkekurangan di bidang ekonomi. distribusi yang dimaksud
nabi ada dua jenis, yaitu distibusi barang dan jasa, yang berupa penyaluran atau penyampaian barang atau
jasa dari produsen ke konsumen dan para pemakai dan penyaluran sebagian harta kepada orang-orang yang
membutuhkan sebagai wujud solidaritas sosial. Konsep "distribusi" rnenurut pandangan islam ialah
peningkatan dan pembagian bagi hasil kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehingga
kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar diantara golongan tertentu saja.
Persoalan yang paling mendasar dalam proses distribusi adalah bagaimana implementasi dalam kehidupan
masyarakat, sebab distribusi harus menggunakan prinsip keadilan ekonomi.

1. Pendahuluan
Ekonomi Islam merupakan sebuah studi tentang masalah-masalah ekonomi dari setiap
individu dalam masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap nilai-nilai kehidupan Islami.
Yang mempunyai tujuan tidak hanya terbatas pada kesejahteraan (kebahagiaan) dunia yang
bersifat material, tetapi juga kebahagiaan spiritual dan kesejahteraan akhirat. Kemudian, ilmu
ekonomi Islam senantiasa didasarkan kepada al-Qur’an dan Sunnah.1
Islam sebagai agama rahmah lil 'alamin mencakup ajaran-ajaran yang bersifat manusiawi
dan universal, yang dapat menyelamatkan manusia dan alam semesta dari kehancuran. Karena
itu, Islam menawarkan nilai-nilai, norma-norma, dan aturan-aturan hidup yang bersifat
manusiawi dan universal itu kepada dunia modern dan diharapkan mampu memberikan
alternatif-alternatif pemecahan terhadap berbagai problematika hidup manusia.2

1
1 Mohamed Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Analisis Komparatif Terpilih, (Jakarta: Grafindo
Persada, 2010), cet. ke-1, h. 17
2
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), cet. ke-1, h. 23.
Islam telah mengatur seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk dalam bidang ekonomi.
Salah satu tujuannya adalah untuk mewujudkan keadilan dalam pendistribusian harta, baik dalam
kehidupan bermasyarakat maupun individu. Salah satu ajaran penting dalam Islam adalah adanya
tuntunan agar manusia berupaya menjalani hidup secara seimbang, memperhatikan kesejahteraan
hidup di dunia dan keselamatan hidup di akhirat. Sebagai prasyarat kesejahteraan hidup di dunia
adalah bagaimana sumber-sumber daya ekonomi dapat dimanfaatkan secara maksimal dan benar
dalam kerangka Islam
Distribusi merupakan salah satu aktivitas perekonomian manusia, di samping produksi dan
konsumsi. Kajian mengenai distribusi senantiasa menjadi diskursus hangat dalam ilmu ekonomi
Islam karena pembahasan dalam distribusi ini tidak berkaitan dengan aspek ekonomi belaka,
tetapi juga aspek sosial dan politik sehingga menarik perhatian bagi aliran pemikir ekonomi
Islam dan konvensional sampai saat ini
Pandangan tentang kegiatan ekonomi dalam Islam yaitu Distribusi tersirat dari bahasan
ekonomi sejarah islam mencatat bagaimana perkembangan peran kebijakan fiskal dalam sistem
ekonomi Islam mulai zaman awal Islam sampai kepada puncak kejayaan Islam pada jaman
pertengahan, seiring dengan kemunduran-kemunduran dalam pemerintahan Islam yang ada
waktu itu maka kebijakan fiskal islam tersebut sedikit demi sedikit mulai ditinggal dan
digantikan dengan kebijakan fiskal lainnya dari sistem ekonomi yang sekarang kita kenal dengan
sitem ekonomi konvensional.Islam dengan tegas menggariskan kepada penguasa, untuk
memenimalkan kesenjangan dan ketidakseimbangan distribusi. Pajak diterapkan atas kekayaan
seseorang untuk membantu yang miskin dan bentuk dari sistem perpajakan ini berkaitan dengan
salah satu prinsip pokok islam (zakat). Dengan demikian, tidak ada ruang bagi muslim untuk
melakukan tindak kekerasan dalam upaya melancarkan proses distribusi pendapatan.

2. Definisi Distribusi
Distribusi memiliki dua arti yang pertama yakni sebagai bentuk distribusi dengan cara
pertukaran (exchange), kedua distribusi yang bukan berkaitan dengan malasah hasil produksi
melainkan distribusi pendapatan (distribusi of income).3 Distribusi sebagai media pertukaran,
merupakan kegiatan ekonomi lebih lanjut dari kegiatan produksi, hasil produksi yang diperoleh
kemudian disebarkan dan dipindah tangankan dari satu phak ke pihak lain. Mekanisme yang
digunakan dalam distribusi ini tiada lain adalah dengan cara pertukaran (mubadalah) antara hasil
produksi dengan hasil produksi lainnya atau antara hasil produksi denga alat tukar (uang) di
dalam syari'at Islam bentuk distribusi ini kemukakan dalam pembawan tentang al-'aqd

3
Abdul Azis, Ekonomi Islam analisis Mikro dan Makro, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, hal.86.
(transaksi).4 Fungsi dan peranan saluran distribusi sebagai salah satu aspek kegiatan pemasaran
perusahaan di dalam usaha mendistribusikan barang atau jasa dari titik produsen ke
konsumen akhir merupakan suatu kegiatan yang sangat penting. Kegiatan-kegiatan pemasaran
yang berkaitan dengan produk, penetapan harga dan promosi, yang dilakukan belum dapat
dikatakan sebagai usaha terpadu kalau tidak dilengkapi dengan kegiatan distribusi.5
Distribusi pendapatan terbagi menjadi dua; yang pertama, Distribusi pendapatan adalah
suatu proses pembagian (sebagian hasil penjualan produk total) kepada faktor-faktor yang ikut
menentukan pendapatan. Yang kedua, distribusi pendapatan mengandung arti pembagian atau
penyaluran sesuatu kepada pihak lain. Teori distribusi diharapkan dapat mengatasi masalah
distribusi pendapatan antara berbagai kelas dalam masyarakat. 6 Distribusi dalam artian sebagai
distribusi pendapatan antara berbagai kelas dalam masyarakat ini terbagi dua menjadi distribusi
yang dilakukan oleh individu/keluarga dan distribusi yang lakukan oleh negara.
Islam menawarkan instrumen yang sangat beragam untuk optimalisasi proses distribusi-
redistribusi pendapatan. Dari konsep yang ditawarkan ada yang menuntut bantuan otoritas dari
pemerintah (negara) dan ada pula yang memang sangat bergantung kepada konsep ketaatan dan
karitatif personal (rumah tangga) maupun masyarakat muslim.7
Rasulullullah sangat mengajurkan agar umat Islam mendistribusikan sebagian harta dan
penghasilan mereka untuk membantu suadara-saudara mereka yang berkekurangan di bidang
ekonomi. distribusi yang dimaksud nabi menjadi dua jenis, yaitu distibusi barang dan jasa yang
berupa penyaluran atau penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan para
pemakai dan penyaluran sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan sebagai wujud
solidaritas sosial. Kedua jenis distribusi tersebut mempunyai perbedaan: yang pertama bersifat
profit taking (untuk mendapat keuntungan) dan yang kedua non-profit taking (tidak untuk
mendapat keuntungan).

3. Distribusi Islami
Kegiatan distribusi dalam Islam ada dua orientasi, pertama adalah menyalurkan rezeki (harta
kekayaan) untuk diinfakkan (didistribusikan) demi kepentingan diri sendiri maupun orang
lain, seperti: pengeluaran zakat sebagai pensucian harta maupun jiwa, serta mendermakan
sebagian harta bendanya. Kedua, berkenaan dengan mempertukarkan hasil-hasil produksi

4
A. Jazuli dan Yadi Yanwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h.32. dalam
Abdul Aziz, Ibid.
5
Abdul Azis, Ibid. hal.88.
6
Rahmawati Muin. Sistem Distribusi Dalam Persfektif Ekonomi Islam. Makassar: UIN Alauddin, Jurnal. ASSETS Volume
3 Nomor 1 Tahun 2013 hal.43

7
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2007, hal.135
dan daya ciptanya kepada orang lain yang membutuhkan, agar mendapat laba sebagai wujud
dari pemenuhan kebutuhan atas bisnis oriented. Oleh karena itu, distribusi merupakan suatu
proses pertukaran antar barang dari produsen ke konsumen, distribusi pendapatan dalam hal
hasil dari produksi dan distribusi pendapatan pendapatan dalam arti mengatasi masalah
pendapatan antara berbagai kelas dalam masyakat, yang dapat dilakukan oleh
individu/keluarga dan negara.8

4. Landasan Hukum Distribusi dalam Islam


Distribusi pendapatan dalam Islam merupakan penyaluran harta yang ada, baik dimiliki oleh
pribadi atau umum (publik) kepada pihak yang berhak menerima yang ditunjukan untuk
meningkatkan kesejahteran masyarakat sesuai dengan syariat. Fokus dari distribusi
pendapatan dalam Islam adalah proses pendistribusiannya.
Di sebutkan dalam Al-quran QS. Al-Hasyr (59) : 7

‫َم ا َأَفاَء ُهَّللا َع َلى َر ُس وِلِه ِم ْن َأْه ِل اْلُقَر ى َفِلَّلِه َو ِللَّرُس وِل َو ِلِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَتاَم ى َو اْلَم َس اِك يِن َو اْبِن الَّس ِبيِل َك ْي اَل َيُك وَن ُدوَل ًة‬
)7( ‫َبْيَن األْغ ِنَياِء ِم ْنُك ْم َو َم ا آَتاُك ُم الَّرُس وُل َفُخ ُذ وُه َو َم ا َنَهاُك ْم َع ْنُه َفاْنَتُهوا َو اَّتُقوا َهَّللا ِإَّن َهَّللا َش ِد يُد اْلِع َقاِب‬
Artinya : Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari
harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, untuk rasul,
kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam
perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara
kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya
bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat
keras hukumannya

Disebutkan dalam Firman


{‫}َم ا َأَفاَء ُهَّللا َع َلى َرُس وِلِه ِم ْن َأْه ِل اْلُقَر ى‬
Apa saja harta rampasan (fai) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari
penduduk kota-kota. (Al-Hasyr: 7)

Yaitu kota-kota yang telah ditaklukkan, maka hukumnya sama dengan harta benda orang-
orang Bani Nadir. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman selanjutnya:

{ ‫}َفِلَّلِه َو ِللَّرُس وِل َوِلِذ ي اْلُقْر َبى َو اْلَيَتاَم ى َو اْلَم َس اِك يِن‬

8
Abdul Azis, (2008). Ekonomi Islam analisis Mikro dan Makro, Yogyakarta: Graha Ilmu.
maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan
orang-orang yang dalam perjalanan. (Al-Hasyr: 7), hingga akhir ayat. juga akhir ayat yang
sesudahnya, itulah pengalokasian dana harta fai.

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa islam mengatur distribusi harta kekayaan termasuk
pendapatan kepada semua masyarakat dan tidak menjadi komoditas di antara golongan
orang kaya saja. Selain itu untuk mencapai pemerataan pendapatan kepada masyarakat
secara obyektif, islam menekankan perlunya membagi kekayaan kepada masyarakat melalui
kewajiban membayar zakat, mengeluarkan infak, serta adanya hokum waris dan wasiat serta
hibah. Aturan ini diberlakukan agar tidak terjadi konsentrasi harta pada sebagian kecil
golongan saja. Hal ini berarti pula agar tidak terjadi monopoli dan mendukung distribusi
kekayaan serta memberikan latihan moral tentang pembelanjaan harta secara benar.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr dan
Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Malik ibnu Aus ibnul Hadsan, dari Umar r.a. yang mengatakan
bahwa dahulu harta Bani Nadir termasuk harta fai yang diberikan oleh Allah kepada Rasul-
Nya, yaitu harta yang dihasilkan oleh kaum muslim tanpa mengerahkan seekor kuda pun
dan juga tanpa mengerahkan seekor unta pun untuk menghasilkannya. Maka harta fai itu
secara bulat untuk Rasulullah Saw., dan tersebutlah bahwa beliau Saw. membelanjakan
sebagian darinya untuk nafkah per tahun keluarganya. Dan pada kesempatan yang lain Umar
r.a. mengatakan untuk keperluan hidup per tahun keluarganya. Sedangkan sisanya beliau
Saw. belanjakan untuk keperluan peralatan dan senjata di jalan Allah Swt9
Merujuk pada pesan Al-Quran dalam bidang ekonomi, dapat dipahami bahwa Islam
mendorong penganutnya untuk menikmati karunia yang telah diberikan oleh Allah SWT.
Maka karunia tersebut harus didayagunakan untuk meningkatkan pertumbuhan, baik materi
maupun nonmateri dengan bekerja / berjuang untuk mendapatkan materi / harta dengan
berbagai cara, asalkan mengikuti aturan-aturan dan ketetapan yang ada. Maka dengan
keyakinan akan peran dan kepemilikan mutlak dari Allah, konsep produksi dalam ekonomi
Islam tidak semata- mata bermotif pemaksimalan keuntungan dunia, tetapi lebih penting
untuk maksimalisasi keuntungan akhirat. Urusan dunia merupakan sarana untuk
memperoleh kesejahteraan akhirat.
Islam mengarahkan mekanisme berbasis spiritual dalam pemeliharaan keadilan
sosial pada setiap aktifitas ekonomi. Semua ini dilatari adanya ketidakseimbangan distribusi
kekayaan adalah hal yang mendasari hampir semua konflik individu maupun sosial. Upaya
pencapaian manusia akan kebahagiaan akan sulit dicapai tanpa adanya keyakinan pada
9
Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra, 2008)
prinsip moral dan sekaligus kedisiplinan dalam mengimplementasikan konsep moral
tersebut. Qardhawi menjelaskan bahwa distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua
nilai manusiawi yang sangat mendasar dan penting yaitu Nilai kebebasan dan Nilai keadilan.
1. Nilai Kebebasan
Islam menjadikan nilai kebebasan sebagai faktor utama dalam distribusikekayaan adalah
persoalan tersebut erat kaitannya dengan keimanan kepada Allah dan mentauhidkan-Nya,
dan karena keyakinanya kepada manusia.Tauhid mengandung makna bahwa semua yang
ada di dunia dan alam semesta adalah berpusat pada Allah. Maka hanya kepada Allah
saja setiap hamba melakukan pengabdian, Dia-lah yang menentukan rezki dan kehidupan
manusia tanpa seorangpun bisa mengaturnya. Siapa saja yang mengatakan bahwa dia bisa
memberikan rezki pada orang lain maka berarti orang tersebut telah sombong dan
melanggar otoritas Tuhan.
Sesungguhnya kebebasan yang disyari’atkan oleh Islam dalam bidang ekonomi bukanlan
kebebasan mutlak yang terlepas dari setiap ikatan. Tapi ia adalah kebebasan yang
terkendali, terikat dengan nilai-nilai “keadilan” yang diwajibkan oleh Allah SWT. Hal itu
karena dalam perilaku manusia ada semacam kontradiksi yang telah diciptakan Allah
SWT padanya untuk suatu hikmah yang menjadi tuntutan pemakmuran bumi dan
keberlangsungan hidup. Sementara perilaku / tabi’at manusia yang lain adalah bahwa
manusia senang mengumpulkan harta sehingga karena saking cintanya kadang-kadang
keluar dari batas kewajaran.10
Prinsip pertama dalam distribusi adalah kebebasan Dasar iman yang paling penting dalam
islam adalah kepercayaan bahwa manusia diciptakan oleh allah, karena itu hanya boleh
bersikap menghamba kepadNya saja seperti firman Allah dalam (Surah Ar-Rad:36)

‫َو اَّلِذ ْيَن ٰا َتْيٰن ُهُم اْلِكٰت َب َيْفَر ُحْو َن ِبَم ٓا ُاْنِزَل ِاَلْيَك َو ِم َن اَاْلْح َز اِب َم ْن ُّيْنِك ُر َبْع َض ٗه ۗ ُق ْل ِاَّنَم ٓا‬
‫ُاِم ْر ُت َاْن َاْع ُبَد َهّٰللا َو ٓاَل ُاْش ِرَك ِبٖه ۗ ِاَلْيِه َاْدُع ْو ا َو ِاَلْيِه َم ٰا ِب‬

Artinya: “orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepada mereka bergembira dengan
kitab yang diturunkan kepadamu, dan di antara golongan-golongan (Yahudi dan Nasrani)
yang bersekutu, ada yang mengingkari sebahagiannya. Katakanlah "Sesungguhnya aku
hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun

10
Heri sudarsono, Konsep Ekonomi islam : suatu pengantar, (Yogyakarta, Ekonisia 2004)
dengan Dia. hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali".
(Q.S Ar-Rad:36)
Dalam hal ini Alqur’an mengatakan bahwa salah satu tugas Nabi Muhammad saw adalah
untuk “membebaskan umat manusia dari beban dan belenggu yang mengikat
mereka”(Surah al-A’raf:157)
Sendi kebebasan adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai oleh nilai-nilai
agama dan keadilan, tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya
sebagai tindakan membebaskan manusia yang dimilikinya, keseimbangan antara individu
dan masyarakat serta antara satu masyarakat dengan masyarakat lainya. 31 Karena
manusia dilahirkan merdeka, maka tak seorang pun, walau Negara sekalipun, berhak
untuk merampas kemerdekaanya dan membuat hidupnya tunduk pada berbagai cara dan
aturan. Ulama-ulama fiqh sepakat bahwa pembatasan-pembatasan tidak dapat
dikarenakan kepada seorang yang merdeka, dewasa, dan sehat akal fikiranya, bahkan
meskipun ia berbuat merugikan dirinya sendiri, dengan misalnya, membelanjakan
uangnya secara boros tanpa faedah.11

2. Nilai Keadilan
Keadilan dalam Islam bukanlah prisnip yang sekunder. Ia adalah cikal bakal dan fondasi
yang kokoh yang memasuki semua ajaran dan hukum Islam berupa akidah, syari’ah dan
akhlak (moral). Keadilan tidak selalu berarti persamaan. Keadilan adalah keseimbangan
antara berbagaii potensi individu baik moral ataupun materil. Ia adalah tawazun antara
individu dan komunitas, antara suatu komunitas dengan komunitas lain. Jadi yang benar
adalah keadilan yang benar dan ideal adalah yang tidak ada kezaliman terhadap seorang pun
di dalamnya. Setiap orang harus diberi kesempatan dan sarana yang sama untuk
mengembangkan kemampuan yang memungkinkannya untuk mendapatkakan hak dan
melaksanakann kewajibannya termasuk dalam distribusi pendapatan dan kekayaan.
Dalam pemahaman sistem distribusi Islami terdapat 3 poin penting, yakni:
a. Terjaminnya pemenuhan kebutuhan dasar semua orang
b. Kesetaraan atas pendapatan setiap individu, tetapi tidak dalam pengertian
kesamarataan
c. Mengeliminasi ketidaksamarataan yang bersifat ekstrim atas pendapatan dan
kekayaan individu

11
Dr. Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2009), h.363
Ekonomi Islam datang dengan system distribusi yang merelisasikan beragam tujuan yang
mencakup berbagai aspek bidang kehidupan, dan mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan
tujuan-tujuan tersebut. Secara umum dapat di katakan bahwa system dan politik syariah dalam
merealisasikan beberapa tujuan syariat Islam. dimana tujuan distribusi dalam ekonomi Islam
dikelompokan kepada tujuan dakwah, pendidikan, social dan ekonomi. Distribusi dalam ekonomi
Islam mempunyai tujuan-tujuan ekonomi yang penting diantaranya dapat di sebutkan sebagai
berikut ini:

a. Pengembangan harta dan pembersihanya, karena pemilik harta ketika menginfakan


sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib Maupun sunnah, maka demikian
itu akan mendorongnya untuk menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis
karena zakat.

b. Memberdayakan sumber daya manusia yang mengangur dengan terpenuhi kebutuhanya


tentang harta atau persiapan yang lazim untuk melaksanakannya dengan melakukan
kegiatan ekonomi. Pada sisi lain, bahwa sistem distribusi dalam ekonomi islam dapat
menghilangkan faktorfaktor yang menghambat seseorang seseorang dari andil dalam
kegiatan ekonomi; seperti hutang yang membebani pundak orang orang yang berhutang
atau hamba sahaya yang terikat untuk merdeka. Karena itu Allah menjadikan dalam zakat
bagian bagi orang-orang yang berhutang dan bahagian bagi hamba sahaya.

c. Andil dalam merealisasikan kesejahteraan ekonomi, dimana tingkat kesejahteraan


ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi. Sedangkan tingkat konsumsi tidak hanya
berkaitan dengan bentuk pemasukan saja, namun juga berkaitan dengan cara
pendistribusiannya diantar individu masyarakat. Karena itu kajian tentang cara distribusi
yang dapat merealisasikan tingkat kesejahteraan ekonomi terbaik bagi umat adalah suatu
keharusan dan keniscayaan.

4. Prinsip distribusi dalam ekonomi Islam:

Prinsip keadilan dan pemerataan; kekayaan tidak boleh dipusatkan pada


sekelompok orang saja, hasil produksi yang diperoleh dari kekayaan nasional harus
dibagi secara adil, larangan penimbunan (ikhtikar). Prinsip persaudaraan dan kasih
sayang; akan memperkuat persatuan dan kesatuan umat Islam, dan tidak berarti tidak
boleh melakukan aktivitias ekonomi dengan non muslim. Prinsip solidaritas; sumber daya
alam harus dinikmati oleh semua makhluk Allah, adanya perhatian terhadap fakir miskin,
kekayaan tidak boleh dinikmati dan beredar diatara orang kaya saja, ada perintah Allah
untuk berbuat baik kepada orang lain, umat Islam yang tidak punya kekayaan dapat
menyumbankan danannya pada kegiatan sosial, larangan berbuat baik karena ingin dipuji
orang, distribusi zakat harus diberikan kepa mustahiq zakat, anjuran untuk mendahulukan
orang-orang yang menjadi tangungan kemudian kepada msyarakat, agar distribusi diserta
do’a, dan larangan berlebihan.12

5. Filosofi Distribusi dalam Islam


Sebagaimana telah terungkap diatas bahwa Distribusi itu adalah bagian dari suatu proses
pertukaran antar barang dari produsen ke konsumen dan distribusi dapat pula berarti
sebagai distribusi pendapatan, dalam distribusi pendapatan ini terbagi pula menjadi dua
yakni distribusi pendapatan dari proses produksi dan distribusi pendapatan dalam arti
mengatasi masalah pendapatan antara berbagai kelas dalam masyakat, yang dapat
dilakukan oleh individu/keluarga dan negara.
Bagaimanakah jika distribusi tidak terjadi, maka akan terjadi:

1. Barang yang akan diproduksi tidak akan sampai ke konsumen, maka tidak terjadi
daur antara produsen-distribusi-konsumen. Bila hal tersebut tidak terjadi maka
hubungan rantai saling ketergantungan antara individu (manusia) sebagai
mahkluk sosial, tidak terjadi. Karena tidak adanya interaksi antara individu yang
memproduksi dan menkonsumsi, dan konsep ini cenderung terjadi pada zaman
dimana manusia hanya bergantung pada alam dan tidak berusaha untuk mengolah
dan menciptakan kebutuhan hidud mereka sehari- hari.
2. Dalam persoalan distribusi dalam arti distribusi pendapatan dari hasil produksi,
jika dalam sebuah produksi yang didalamnya terlibat beberapa orang berarti ada
interaksi antara satu orang dengan orang lain (ada pemiliki modal,
pengusaha/orang yang mengepalai sebuah produksi, karyawan/tenaga kerja). Bila
tidak ada distribusi pendapatan dari hasil produksi diantara orang- orang yang
terlibat dalam produksi itu, maka akan terjadi ketimpangan, persoalan ini sama
persis pada zaman penjajahan, dimana karyawan/tenaga kerja hanya diperas
keringatnya namun tidak mendapatkan imbal hasil dari keringat dan kerja
kerasnya. Hal ini tentulah menciderai nilai-nilai kemanusiaan.
3. Dalam hal distribusi pendapatan individu. Jika individu tidak mendistribusikan
pendapatanya, maka orang-orang disekitarnya yang lemah
perekonomian/pendapatannya tidak akan terbantu. Peristiwa seperti ini terjadi
pada masyarakat yang menganut sistem ekonomi kapitalis, dimana seseorang
12
Idris, hadis Ekonomi. Jakarta: Kencana, 2015.
bebas mengunmpulkan kapital/harta sebanyaknya tanpa ada kewajiban untuk
mendistribusikannya kepada orang lain yang membutuhkan. Maka akan terjadi
yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin, harta hanya
akan berputar pada sebahagian orang saja (pemilik modal/kapital). Hal ini tidak
sesuai dengan syariat Islam.
4. Dalam hal distribusi pendapatan oleh negara. Jika negara tidak melakukan
distribusikan pendapatan pada rakyatnya khususnya yang kurang mampu, maka
negara dalam hal ini tidak menjalankan tugas sebagai rumah pelindung semua
orang yang ada didalamnya. Maka dapat dipastikan pemimpin yang ada dalam
negara itu telah berlaku zalim dan menjalankan tugasnya sebagai
khalifah/pemimpin suatu negara.

Dari deskripsi tersebut jelaslah bahwa distribusi itu sangat penting, jika tidak ada
distribusi kehidupan seperti kembali di manusia hanya bergantung pada alam (tidak
berbudaya/berpedaban). Jika proses distribusi produksi tidak terjadi, maka peristiwa
zaman penjajhan terulang kembali, dimana yang kuat menindas yang lemah. Jika
individu tidak menyalurkan pendapatannya, maka yang kaya akan semakin kaya dan
miskin akan semakin miskin (tidak ada tanggung jawab sosial). Jika negara tidak
mengayomi rakyatnya, maka pemimpin negara itu telah berlaku zalim dan tidak
menjalankan tugasnya sebagai khalifah yang baik.

Kesimpulan
Distribusi memiliki dua arti yang pertama yakni sebagai bentuk distribusi dengan
cara pertukaran (exchange), kedua distribusi yang bukan berkaitan dengan malasah hasil
produksi melainkan distribusi pendapatan (distribusi of income). Kegiatan distribusi dalam
Islam ada dua orientasi, pertama adalah menyalurkan rezeki (harta kekayaan) untuk
diinfakkan (didistribusikan) demi kepentingan diri sendiri maupun orang lain, seperti:
pengeluaran zakat sebagai pensucian harta maupun jiwa, serta mendermakan sebagian harta
bendanya. Kedua, berkenaan dengan mempertukarkan hasil-hasil produksi dan daya
ciptanya kepada orang lain yang membutuhkan, agar mendapat laba sebagai wujud dari
pemenuhan kebutuhan atas bisnis oriented.
distribusi dalam ekonomi Islam didasarkan pada dua nilai manusiawi yang sangat
mendasar dan penting yaitu Nilai kebebasan dan Nilai keadilan.
DAFTAR PUSTAKA

A. Jazuli dan Yadi Yanwari, Lembaga-lembaga Perekonomian Umat, (Jakarta: Rajawali Press, 2002), h.32. dalam
Abdul Aziz, Ibid.
Abdul Azis, Ekonomi Islam analisis Mikro dan Makro, Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008, hal.86.
Ash Shadr, Muhammad Baqir. Buku Induk Ekonomi Islam. Jakarta: Zahra, 2008)
Dr. Euis Amalia, Keadilan Distributif dalam Ekonomi Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo persada, 2009), h.363
Hendrie Anto, Pengantar Ekonomika Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonisia, 2003), cet. ke-1, h. 23.
Heri sudarsono, Konsep Ekonomi islam : suatu pengantar, (Yogyakarta, Ekonisia 2004)
Mohamed Aslam Haneef, Pemikiran Ekonomi Islam Kontemporer, Analisis Komparatif Terpilih, (Jakarta: Grafindo
Persada, 2010), cet. ke-1, h. 17
Mustafa Edwin Nasution, dkk. Pengenalan Ekslusif Ekonomi Islam. Jakarta: Kencana, 2007, hal.135
Rahmawati Muin. Sistem Distribusi Dalam Persfektif Ekonomi Islam. Makassar: UIN Alauddin, Jurnal. ASSETS
Volume 3 Nomor 1 Tahun 2013 hal.43

Anda mungkin juga menyukai