Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Islam sebagai system hidup (way of life) dan merupakan agama yang
universal sebab memuat segala aspek kehidupan baik yang terkait dengan aspek
ekonomi, sosial, politik dan budaya. Seiring dengan maju pesatnya kajian tentang
ekonomi islam dengan menggunakan pendekatan filsafat dan sebagainya
mendorong kepada terbentuknya suatu ilmu ekonomi berbasis keislaman yang
terfokus untuk mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang dilhami oleh
nilai-nilai Islam.
Adapun bidang kajian yang terpenting dalam perekonomian adalah bidang
distribusi. Distribusi menjadi posisi penting dari teori ekonomi mikro baik dalam
system ekonomi Islam maupun kapitalis sebab pembahasan dalam bidang
distribusi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi belaka tetapi juga
aspek social dan politik sehingga menjadi perhatian bagi aliran pemikir ekonomi
Islam dan konvensional sampai saat ini.1

Salah satu masalah utama dalam kehidupan sosial di masyarakat adalah


mengenai cara melakukan pengalokasian dan pendistribusian sumber daya
denganbaik. Kesenjangan dan kemiskinan pada dasarnya muncul karena
mekanisme distribusi yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Masalah ini
tidak terjadi karena perbedaan kuat dan lemahnya akal serta fisik manusia
sehingga menyebabkan terjadinya perbedaan perolehan kekayaan. Tetapi
permasalahan sesungguhnya terjadi karena penyimpangan distribusi yang secara
akumulatif berakibat pada kesenjangan kesempatan memperoleh kekayaan.
Sehingga yang terjadi yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin semakin
tidak memiliki kesempatan kerja.

Dari sinilah ”pertumbuhan Ekonomi” yang seharusnya memberi makna


sosial, budaya dan agama malah akan memperlebar jurang antara yang kaya dan
1
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004), hlm. 234

1
yang miskin, dan menggerogoti nilai-nilai dalam hubungan keluarga dan
masyarakat. Semakin terpusatnya kekuasaan yang semakin hebat di tangan
korporasi global dan lembaga-lembaga keuangan telah melucuti pemerintah dan
kemampuannya untuk menempatkan prioritas ekonomi, sosial, budaya dan
lingkungan dalam kerangka kepentingan umum yang lebih luas termasuk
berkurangnya penghargaan terhadap kerja produktif yang dilakukan untuk diri
sendiri, meskipun bermanfaat bagi kesejahteraan2.
Oleh karena itu, telah dirasakan bahwa sistem ekonomi kapitalis sekuler
yang membedakan antara kesejahteraan material dengan masalah ruhaniah banyak
membawa masalah dalam distribusi kesejahteraan yang adil dan seimbang di
antara masyarakat. Bahwa perlu disadari, kehidupan ekonomi tertanam secara
mendalam pada kehidupan sosial dan tidak bisa dipahami terpisah dari nilai-nilai
adat, moral, spiritual dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat di mana proses
ekonomi itu terjadi, sehingga, membahas pembangunan ekonomi di Indonesia
dengan memasukkan nilai-nilai Syariah bukan suatu hal yang irrelevant selama
nilai-nilai tersebut dapat menyelesaikan persoalan-persoalan ekonomi yang
mensejahterakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana pengertian distribusi dalam islam?
2. Apa prinsip prinsip distribusi dalam islam?
3. Apa tujuan distribusi dalam islam?
C. TUJUUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui pengertian distribusi dalam islam.
2. Untuk mengetahui prinsip prinsip distribusi dalam islam
3. Untuk mengetahui tujuan distribusi dalam islam
4.

BAB II

PEMBAHASAN

2
David C. Korten. The Post Corporate World : Life After Capitalism. Terj. A. Rahman
Zainuddin. (Jakarta : Yayasan Obor 1999), h. 95-96.

2
1. Pengertian Distribusi.
Distribusi berakar dari bahasa inggris distribution, yang berarti
penyaluran. Sedangkan kata dasarnya to distribute, berdasarkan kamus inggris
indonesia John M. Echols dan Hassan Shadilly, bermakna membagikan
menyalurkan, menyebarkan, mendistribusikan dan mengageni. Sedangkan dalam
kamus bahasa Indonesia, pengertian distribusi adalah pembagian pengiriman
barang-barang kepada orang banyak atau ke beberapa tempat.3
Jadi, berdasarkan rujukan diatas, distribusi dapat dimengerti sebagai proses
penyaluran barang atau jasa kepada pihak lain. Disini tidak ada penegasan bahwa
produksi sebagai proses yang menjembatani menuju proses konsumsi.
Distribusi adalah suatu aktivitas perekonomian masyarakat, disamping produksi
dan . konsumsi . distribusi menjadi suatu hal sangat penting dalam teori mikro
islam karena dalam pembahasan distribusi ini tidak hanya mengacu pada aspek
ekonomi saja, tapi juga mengacu pada aspek sosial.
Dalam perspektif Ekonomi Islam distribusi memiliki makna yang luas,
yaitu mencakup pengaturan kepemilikan, unsur-unsur produksi dan sumber
sumber kekayaan. Oleh karena itu, distribusi merupakan permasalahan utama
dalam Ekonomi Islam, karena distribusi memiliki hubungan erat dengan tingkat
kesejahteraan suatu masyarakat. Adapun kesejahteraan dalam Ekonomi Islam
diukur berdasarkan prinsip pemenuhan kebutuhan setiap individu masyarakat,
bukan atas dasar penawaran dan permintaan, pertumbuhan Ekonomi, cadangan
devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di pasar non-riil, sebagaimana
dialami dalam sistem Ekonomi Kapitalisme.4
Anas zarqa mengemukakan bahwa definisi distribusi itu suatu transfer
pendapatan kekayaan individu dengan cara pertukaran (melalui pasar) atau
dengan cara lain seperti halnya shodaqah, warisan, wakaf dan zakat. Jadi konsep
distribusi dalam pandangan islam adalah peningkatan dan pembagian bagi hasil
kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, sehomgga kekayaan yang

3
Muhlis dan didi Suardi, Pengantar Ekonomi Islam. (Surabaya : Jakad Media Pulishing. 2020) hlm.97
4
Jaribah bin Ahmad al-Harits, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab, (Penerjemah Asmuni Shalihan Zamakhsyari),
(Jakarta; Khalifa, 2006), h. 212.

3
ada dapat melimpah merata dan tidak hanya beredar pada golongan golongan
tertentu saja serta dapat mengarah pada kehidupan manusia yang baik.5
Dari definisi yang dikemukakan oleh Anas Zarqa diatas, kita dapat
mengetahui bahwa pada dasarnya (dan secara tidak langsung), ketika kita
berbicara tentang aktifitas ekonomi dibidang distribusi, maka kita akan berbicara
pula tentang konsep "ekonomi" yang "ditawarkan" oleh islam. Hal ini lebih
melihat pada bagaimana islam mengenalkan konsep pemerataan pembagian hasil
kekayaan negara melalui distribusi tersebut, yang tentunya pendapatan negara
tidak terlepas dari ajaran-ajaran syari'ah islam, seperti: zakat, wakaf, warisan dan
lain sebagainya.
Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat tidak sepenuhnya tergantung pada hasil produksi itu sendiri, tapi juga pada
distribusi pendapatan yang tepat, Kekayaan mungkin bisa dihasilkan secara
berlebihan bahkan dalam masyarakat modern yang makmur dimana terdapat
kekayaan yang melimpah, pembagian kekayaan itu sendiri belum merata sehingga
masih banyak warga negara yang menderita kemiskinan. Semua itu disebabkan
karena distribusi kekayaan yang tidak tepat, yaitu ada sekelompok masyarakat
yang kehilangan hak bagiannya.
Islam memandang pula bahwa pemahaman materi adalah segalanya bagi
kehidupan adalah merupakan pemahaman yang keliru, sebab manusia selain
memiliki dimensi material juga memiliki dimensi non material (spiritual). Dalam
ekonomi Islam, kedua dimensi tersebut (material dan spiritual) yang tidak
termasuk seperti pemahaman kaum kapitalis, yang menyatakannya sebagai
tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur
tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu dengan
unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan antara individu dan
masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Sedangkan
keadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al-Qur‟an (QS.
Al-Hasyr [59]: 7),

5
Taqiyuddin. Nabani 1999. An-Nidlam al-Iqtishadi fi al-Islam (Membangun Sistem Ekonomi Altematif: Perspektif
Islam), terj. Maghfur Wahid, Risalah Gusti. Surabaya

4
َّ ‫ ِكي ِْن َوا ْب ِن‬Q‫رْ ٰبى َو ْاليَ ٰتمٰ ى َو ْال َم ٰس‬Qُ‫ ِذى ْالق‬Qِ‫وْ ِل َول‬Q‫َّس‬
‫بِ ْي ۙ ِل َك ْي اَل‬Q‫الس‬ ُ ‫ ِه َولِلر‬Qّ‫رى فَلِ ٰل‬Qٰ Qُ‫َمٓا اَفَ ۤا َء هّٰللا ُ ع َٰلى َرسُوْ لِ ٖه ِم ْن اَ ْه ِل ْالق‬
‫هّٰللا‬ ‫هّٰللا‬
‫ب‬ِ ۘ ‫يَ ُكوْ نَ ُدوْ لَةً ۢ بَ ْينَ ااْل َ ْغنِيَ ۤا ِء ِم ْن ُك ۗ ْم َو َمٓا ٰا ٰتى ُك ُم ال َّرسُوْ ُل فَ ُخ ُذوْ هُ َو َما نَ ٰهى ُك ْم َع ْنهُ فَا ْنتَهُوْ ۚا َواتَّقُوا َ ۗاِ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬

Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya
(yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat
(Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam
perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di
antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.6

Dalam ayat diatas menjelaskan agar supaya harta kekayaan tidak hanya
beredar di antara orang-orang kaya saja, tetapi diharapkan dapat memberi
kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan. Oleh
karena itu, dalam sistem ekonomi Islam, penumpukan kekayaan oleh sekelompok
orang harus dihindarkan dan langkah-langkah dilakukan secara otomatis untuk
memindahkan aliran kekayaan kepada masyarakat yang lemah.
Selain itu, sendi kebebasan sistem ekonomi Islam memberikan peluang
dan akses yang sama dan memberikan hak-hak alami kepada semua orang.
Kepemilikan individu dilindungi tetapi perlu diimbangi dengan rasa tanggung
jawab dan dibatasi oleh landasan moral dan hukum. Dalam kerangka moral Islam
setiap individu tidak akan melalukan monopoli, tindakan korupsi, mengabaikan
kepentingan orang lain untuk diri sendiri, keluarga atau kerabat. Semua individu
memiliki peluang dan kesempatan yang sama untuk berusaha danmengalokasikan
pendapatannya secara efisien tanpa mengganggu keseimbangan ekonomi
masyarakat7.
Melalui prinsip-prinsip ekonomi Islam pula, tidak memungkinkan
individu menumpuk kekayaan secara berlebihan sementara mayoritas masyarakat
berada dalam kemiskinan dan tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.
6
Departemen Agama RI, h.546
7
Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam islam, Terj Didin Hafiduddin, (Jakarta: RabbaniPress, 1997) hlm.
26,

5
Keberhasilan sistem ekonomi Islam terletak pada sejauh mana keselarasan dan
keseimbangan dapat dilakukan antara kebutuhan material dan kebutuhan akan
pemenuhan etika dan moral itu sendiri. Islam memandu nilai kebebasan dan
keadilan ini dalam kerangka tauhid, yaitu menyadari potensi yang ada pada diri
manusia adalah anugerah ilahi yang harus digunakan untuk pengabdian dan
menjalankan misi moral yang tidak berkesudahan di muka bumi ini.
Sistem ekonomi yang berbasis Islam menghendaki bahwa dalam hal
pendistribusian harus berdasarkan dua sendi, yaitu sendi kebebasan dan keadilan
kepemilikan. Kebebasan disini adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai
oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang
menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan
bertindak tanpa campur tangan pihak mana pun, tetapi sebagai keseimbangan
antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang dimilikinya, keseimbangan
antara individu dan masyarakat serta antara suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Keadilan dalam pendistribusian ini tercermin dari larangan dalam al
Quran agar harta kekayaan tidak diperbolehkan menjadi barang dagangan yang
hanya beredar di antara orang-orang kaya saja, akan tetapi diharapkan dapat
memberi kontribusi kepada kesejahteraan masyarakat sebagai suatu keseluruhan.
Sistem ekonomi Islam sangat melindungi kepentingan setiap warganya
baik yang kaya maupun yang miskin dengan memberikan tanggung jawab moral
terhadap si kaya untuk memperhatikan si miskin. Islam mengakui sistem hak
milik pribadi secara terbatas, setiap usaha apa saja yang mengarah ke
penumpukan kekayaan yang tidak layak dalam tangan segelintir orang dikutuk.
Al-Qur’an menyatakan agar si kaya mengeluarkan sebagian dari rezekinya untuk
kesejahteraan masyarakat, baik dengan jalan zakat, sadaqaah, hibah, wasiat dan
sebagainya, sebab kekayaan harus tersebar dengan baik.8
2. Prinsip Prinsip Distribusi Dalam Islam
Prinsip utama dari sistem ini adalah peningkatan dan pembagian hasil
kekayaan agar sirkulasi kekayaan dapat ditingkatkan, yang mengarah pada
pembagian kekayaan yang merata diberbagai kalangan masyarakat yang berbeda
8
Manan, Muhammad Abdul.. Islamic Economic : Theory and Practice (Ekonomi Islam : Teori dan Praktek), terj.
Nastangin, (Yogyakarta, 1993). Hlm.54

6
dan tidak hanya berfokus pada beberapa golongan tertentu. Al-Qur„an telah
menjelaskan prinsip Islam dalam surat Al-Hasyr.
Al-Qur„an telah menetapkan langkah-langkah tertentu untuk mencapai
pemerataan pembagian kekayaan dalam masyarakat secara obyektif. Al-Qur„an
juga melarang adanya bunga dalam bentuk apapun, disamping itu
memperkenalkan hukum waris yang memberikan batasan kekuasaan bagi pemilik
harta untuk suatu maksud dan membagi kekayaannya diantara kerabat dekat
apabila meninggal. Tujuan dari hukumhukum ini adalah untuk mencegah
pemusatan kekayaan kepada golongangolongan tertentu. Selanjutnya langkah-
langkah positif yang diambil untuk membagi kekayaan kepada masyarakat yaitu
dengan melalui kewajiban mengeluarkan zakat, infaq dan pemberian bantuan
kepada orang-orang miskin dan yang menderita9.
Akan tetapi secara garis besar prinsip-prinsip ekonomi dalam
kegiatandistribusi menurut syariat islam terbagi dalam beberapa elemen yaitu
sebagai berikut
A. Prinsip peggunaan
Segala sesuatau diciptakan oleh Allah untuk digunakan oleh manusian dan
untuk melayani manusia. Seperti penjelasan pada al-Qur’an surat an Nahl ayat
116:

‫هّٰللا‬
َ ۗ ‫ب ٰه َذا َح ٰل ٌل َّو ٰه َذا َح َرا ٌم لِّتَ ْفتَرُوْ ا َعلَى ِ ْالكَ ِذ‬
‫ب‬ َ ‫ف اَ ْل ِسنَتُ ُك ُم ْال َك ِذ‬ ِ ‫َواَل تَقُوْ لُوْ ا لِ َما ت‬
ُ ‫َص‬
َ‫ب اَل يُ ْفلِحُوْ ۗن‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ يَ ْفتَرُوْ نَ َعلَى ِ ْال َك ِذ‬

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh


lidahmu secara dusta ”Ini halal dan ini haram,” untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah tidak akan beruntung.
9
Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid al-Syari’ah,
(Jakarta: Kencana, 2014), hlm.139

7
B. Prinsip pertengahan
Islam sangat mengajarkan kita agar menyukai pertengahan artinya
tidak berlebihan terhadap suatu perkara apapun
C. Mengutamakan persaudaraan dan persatuan
DI dalam masyarakat islam tidak terdapat kelas antagonistik kaya-dan
miskinyang dibenturkan satu sama lain. Sekalipun terdapat ketimpangan
kekayaan,masyarakat islam tidaklah terbagi menjadi permusuhan-permusuhan
karena perbedaan antara si kaya dan miskin.
Pada masa Rasulullah dan para sahabatnya, persaudaraan dan
kasih sayang ini terpelihara dengan baik. Mereka saling membantu satu
sama lain baik dalam urusan agama maupun dunia, termasuk dalam
urusan ekonomi. Dalam Al-Qur'an disebutkan sebagai berikut:

‫ َّجدًا‬Q ‫ُح َم ۤا ُء بَ ْينَهُ ْم ت َٰرىهُ ْم ُر َّكعًا ُس‬ ۤ ‫هّٰللا‬


َ ‫ار ر‬ ِ َّ‫ُم َح َّم ٌد َّرسُوْ ُل ِ َۗوالَّ ِهّٰللاذ ْينَ َم َعهٗ ٓ اَ ِش َّدا ُء َعلَى ْال ُكف‬
‫ك‬َ Qِ‫جُوْ ِد ٰۗذل‬Q‫الس‬ ُّ ‫ثَر‬ ِ َ‫وْ ِه ِه ْم ِّم ْن ا‬Qُ‫ ْي َماهُ ْم فِ ْي ُوج‬Q‫ َوانًا ۖ ِس‬Q‫ض‬ ْ ‫اًل ِّمنَ ِ َو ِر‬Q‫ض‬ ْ َ‫وْ نَ ف‬Q‫يَّ ْبتَ ُغ‬
َ‫تَ ْغلَظ‬Q ‫اس‬ ْ َ‫فَازَ َر ٗه ف‬ ٰ ٗ‫طَٔـه‬ ْ ‫ َر َج َش‬Q‫ع اَ ْخ‬ ْ‫ل كَزَر‬Q ِ ۚ Q‫ ِة َۖو َمثَلُهُ ْم فِى ااْل ِ ْن ِج ْي‬Q ‫َمثَلُهُ ْم فِى التَّوْ ٰرى‬
ٍ
‫وْ ا‬QQُ‫ار َۗوعَ َد هّٰللا ُ الَّ ِذ ْينَ ٰا َمن‬
َ َّ‫ظَ بِ ِه ُم ْال ُكف‬QQْ‫زرَّا َع لِيَ ِغي‬QQ‫ال‬
ُّ ُ‫وْ قِ ٖه يُ ْع ِجب‬QQ‫ت َٰوى ع َٰلى ُس‬QQ‫اس‬ ْ َ‫ف‬
ِ ‫ت ِم ْنهُ ْم َّم ْغفِ َرةً َّواَجْ رًا ع‬
ࣖ ‫َظ ْي ًما‬ ِ ‫صلِ ٰح‬ ّ ٰ ‫َو َع ِملُوا ال‬

“ Muhammad adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama
mereka. Kamu melihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan
keridaan-Nya. Pada wajah mereka tampak tanda-tanda bekas sujud. Demikianlah
sifat-sifat mereka (yang diungkapkan) dalam Taurat dan sifat-sifat mereka (yang
diungkapkan) dalam Injil, yaitu seperti benih yang mengeluarkan tunasnya,
kemudian tunas itu semakin kuat lalu menjadi besar dan tegak lurus di atas
batangnya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah
hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang
mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan kebajikan di antara mereka, ampunan dan pahala yang besar.”10

10
Departemen Agama RI, h.549

8
D. Pengembangan moral dan material
Dengan mendorong orang untuk membayar zakat dan sedekah dari
sebagian hartanya, islam mendorong semangat pengorbanan, cinta, kebaikan
hati dan kerjasama
3. Tujuan Distribusi Dalam Islam
Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan
beragam tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan, dimana tujuan
distribusi dalam ekonomi Islam ini dapat di kelompokkan kepada:
a) Tujuan Dakwah
Tujuan dakwah dalam distribusi pendapatan dapat dilihat dari
penyaluran zakat. Misalnya, penyaluran zakat kepada para muallaf. Ia
memiliki tujuan dakwah untuk orang kafir yang diharapkan
keIslamannya dan mencegah keburukannya, atau orang Islam yang
diharapkan bertambah kuat iman dan keIslamannya. Begitu juga terhadap
para muzakki, dengan menyerahkan sebagian hartanya karena Allah
Ta‟ala berarti mereka meneguhkan jiwa mereka kepada iman dan ibadah.
b) Tujuan Pendidikan
Secara umum, tujuan yang terkandung pada distribusi pendapatan
dalam perspektif ekonomi Islam adalah pendidikan akhlak al karimah
seperti suka memberi, berderma, dan mengutamakan orang lain, serta
mensucikan diri dari akhlak al mazmumah seperti pelit, loba dan
mementingkan diri sendiri
c) Tujuan social
Tujuan sosial terpenting dalam distribusi pendapatan adalah:
Pertama, memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan dan
menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim. Kedua,
mengutamakan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan
masyarakat. Ketiga, mengikis sebab sebab kebencian dalam masyarakat
sehingga keamanan dan ketentraman masyarakat dapat direalisasikan
karena distribusi kekayaan yang tidak adil akan berdampak pada

9
kemiskinan dan meningkatkan kriminalitas. Keempat, mewujudkan
keadilan di tengah masyarakat.
d) Tujuan ekonomi
Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan yaitu: Pertama,
pengembangan dan pembersihan harta, baik dalam bentuk infak sunah
maupun infak wajib. Hal ini mendorong pelakunya untuk selalu
menginvestasikan hartanya dalam bentuk kebaikan. Kedua,
memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan
terpenuhinya kebutuhan modal usaha mereka. Hal ini akan mendorong
setiap orang untuk mengembangkan kemampuan dan kualitas kerja
mereka. Ketiga, memberi andil dalam merealisasikan kesejahteraan
ekonomi karena tingkat kesejahteraan ekonomi sangat berkaitan dengan
tingkat konsumsi. Kemudian tingkat konsumsi tidak hanya berkaitan
dengan pemasukan saja, namun, juga berkaitan dengan cara
pendistribusiannya di antara anggota masyarakat. Keempat, penggunaan
terbaik dari sumber sumber ekonomi

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Kegiatan ekonomi pada dasarnya merupakan kegiatan tiga mata rantai


yang tidak terputus, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Produksi tidak akan

10
berjalan dengan baik ketika mengabaikan kebutuhan, begitu juga halnya
produksi tidak bermanfaat kalau tidak ada pendistribusian. Distribusi dalam
ekonomi islam memiliki ranah yang luas, tidak hanya dalam pemerataan
sirkulasi harta tapi melahirkan keshalehan individual, social dan spiritual.
Distribusi Islami tidak mengabaikan salah satu segmen dari konsumen dan
kebutuhan konsumen yang signifikan pada masingmasing tingkat kebutuhan.
Konsep Islam tidak hanya mengedepankan aspek ekonomi, dimana ukuran
berdasarkan atas jumlah harta kepemilikan, tetapi bagaimana distribusi
penggunaan potensi kemanusiaannya yang berupa penghargaan hak hidup dalam
kehidupan diutamakan. Distribusi harta tidak akan mempunyai dampak yang
signifikan kalau tidak ada kesadaran antara manusia akan kesamaan hak hidup.
Islam telah menganjurkan untuk mengerjakan zakat, infaq, dan shadaqah.
Kemudian dibagikan kepada orang yang membutuhkan untuk meringankan
masalah hidup orang lain.
Sebagai muslim hendaknya kita meyakini bahwa distribusi yang baik dan
sangat memungkinkan aplikasinya dimasa modern ini (terutama dinegara kita
yang sedang dilanda krisis ekonomi) adalah melalui penerapan distribusi dalam
konsep ekonomi Islam sebagaimana yang banyak kami uraikan melalui
pendapat beberapa ekonom dan pemikir Islam diatas.

DAFTAR PUSTAKA

Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Ekonisia UII, 2004),

hlm. 234

David C. Korten. The Post Corporate World : Life After Capitalism. Terj. A. Rahman Zainuddin.

(Jakarta : Yayasan Obor 1999), h. 95-96.

11
Muhlis dan didi Suardi, Pengantar Ekonomi Islam. (Surabaya : Jakad Media Pulishing. 2020)

hlm.97

Jaribah bin Ahmad al-Harits, Fikih Ekonomi Umar bin al-Khathab, (Penerjemah Asmuni

Shalihan Zamakhsyari), (Jakarta; Khalifa, 2006), h. 212

Departemen Agama RI, h.546

Yusuf Qardawi, Peran Nilai dan Moral dalam islam, Terj Didin Hafiduddin, (Jakarta:

RabbaniPress, 1997) hlm. 26,

Manan, Muhammad Abdul.. Islamic Economic : Theory and Practice (Ekonomi Islam : TeorI

dan Praktek), terj. Nastangin, (Yogyakarta, 1993). Hlm.54

Ika Yunia Fauzia, dan Abdul Kadir Riyadi, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid

al-Syari’ah, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm.139

Taqiyuddin. Nabani 1999. An-Nidlam al-Iqtishadi fi al-Islam (Membangun Sistem Ekonomi

Altematif: Perspektif Islam), terj. Maghfur Wahid, Risalah Gusti. Surabaya

12

Anda mungkin juga menyukai