Anda di halaman 1dari 11

ETIKA DISTRIBUSI DALAM ISLAM

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis Islam

Yang Diampu oleh

Bapak Komaruddin, S.E., Sy., M.E

Disusun Oleh:

Ikballuk Solihen (21383031101)

Moh Qodir Abdullah (21383031119)

Nova Arijatil Ma’rifa (21383032043)

Izzatul Hurriyah (21383032105)

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil‘alamin, Puji syukur ke hadiran Tuhan Yang Maha


Esa. Atas rahmat dan hidayah- Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul "Etika Distribusi dalam Islam" dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Etika Bisnis Islam. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Pengertian Distribusi dalam
Islam, Distribusi Pendapatan dalam Islam, Etika Distribusi Islam.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Komaruddin selaku dosen


Mata Kuliah Etika Bisnis Islam. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Kami
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Pamekasan, 25 Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI ..............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ..........................................................................................1
C. Tujuan Masalah ..............................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ...........................................................................................2

A. Definisi Distribusi dalam Islam .....................................................................2


B. Distribusi Pendapatan dalam Islam ................................................................2
C. Etika Distribusi Islam .....................................................................................5

BAB III PENUTUP ...................................................................................................7

A. Kesimpulan ....................................................................................................7
B. Saran ..............................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................8

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di saat negara kita sedang dilanda krisis ekonomi yang
berkepanjangan, salah satu pembahasan yang senantiasa menarik dalam
menanggulangi krisis tersebut adalah seputar konsep distribusi ekonomi.
Selama ini negara kita sering melihat hal ini dengan kaca mata sebelah,
apalagi bercermin sejenak untuk melihat makna dan tujuan dari distribusi,
khususnya distribusi dalam sistem ekonomi Islam. Padahal dengan lebih
memperhatikan tujuan distribusi kekayaan negara, khususnya dalam
ekonomi Islam, kiranya akan ada alternatif lain untuk dijadikan sebagai
second opinion, sehingga akan menjadi suatu kebijakan di masa
mendatang. Dengan demikian akan terselesaikan satu dari sekian banyak
permasalahan yang menumpuk dan terkadang menurunkan tingkat
optimisme kita sebagai warga negara, beralih menjadi sebuah sikap psimis
yang tidak kunjung berakhir.
Berawal dari beberapa pemikiran yang mengemuka di dalam
proses terciptanya distribusi yang banyak dibahas oleh para ekonom dan
pemikir muslim, terwujudlah konsep dasar dari makna dan tujuan
distribusi dalam ekonomi Islam. Tentu konsep tersebut tidak serta-merta
dapat secara mudah dipraktekkan di suatu negara1.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Distribusi dalam Islam?
2. Bagaimana Distribusi Pendapatan dalam Islam?
3. Bagaimana Etika Distribusi Islam?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui definisi distribusi dalam islam.
2. Untuk mengetahui distribusi pendapatan dalam islam.
3. Untuk mengetahui etika distribusi islam.

1
Madnasir, Distribusi dalam Sistem Ekonomi Islam, vol.2 (Lampung: Jurnal Muqtasid, 2011), 57-
58.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Distribusi dalam Islam


Distribusi menurut KBBI adalah penyaluran (pembagian,
pengiriman) kepada beberapa orang atau ke beberapa tempat. Collins
mengartikan Distribusi sebagai proses penyimpanan dan penyaluran
produk kepada pelanggan. Menurut penulis definisi yang disampaikan
Collins merupakan arti sempit dari distribusi. Collins hanya mengaitkan
distribusi dengan proses hasil produksi yang meliputi penyimpanan dan
penyaluran.
Anas Zarqa mengartikan distribusi sebagai transfer pendapatan
atau kekayaan antara individu dengan cara pertukaran melalui pasar atau
dengan cara lain seperti warisan, sedekah, wakaf dan zakat. Definisi ini
lebih luas dan komprehensif dari pada definisi yang dikemukakan Collins.
Collins dalam mengartikan distribusi hanya fokus pada transaksaksional.
Sedangkan Anas Zarqa mengartikan distribusi tidak hanya melalui
mekanisme traksaksional perdangan, melainkan melalui transaksi sosial.
Pendapat Anas Zarqa dilengkapi oleh M. Abdul Mannan dengan membagi
distribusi menjadi distribusi kekayaan dan distribusi pendapatan2.
B. Distribusi Pendapatan dalam Islam
Distribusi pendapatan merupakan proses peredaran atau penyaluran
harta dari yang empunya kepada pihak yang berhak menerimanya baik
melalui proses distribusi secara komersial maupun melalui proses yang
menekankan pada aspek keadilan sosial. Tujuannya adalah untuk
memenuhi kebutuhan hidup tiap individu muslim maupun untuk
meningkatkan kesejahteraannya, human falah. Pengertian ini berangkat
dari prinsip bahwa kebutuhan dasar setiap individu harus terpenuhi dan
pada kekayaan seseorang itu terdapat hak orang miskin, “Dan pada harta-
harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang

2
M. Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, terj. Potan Arif Harahap (Yogyakarta:
Dana Bhakti, 1993), 111-121.

2
miskin yang tidak mendapat bagian (tidak meminta)” (Q.s. al-Dzariyat
[51]: 19).
Distribusi pendapatan dan kekayaan dalam ekonomi Islam
berkaitan erat dengan nilai moral Islam, sebagai alat untuk mencapai
kesejahteraan di dunia dan akhirat (falah). Untuk itu merupakan kewajiban
kita sebagai hamba Allah agar memprioritaskan dan menjadikan distribusi
pendapatan dan kekayaan yang bertujuan pada pemerataan menjadi sangat
urgen dalam perekonomian Islam, karena diharapkan setiap manusia dapat
menjalankan kewajibannya sebagai hamba Allah tanpa harus dihalangi
oleh hambatan yang ada di luar kemampuannya. Oleh karena itu negara
bertanggung jawab terhadap mekanisme distribusi dengan mengedepankan
kepentingan umum dari pada kepentingan kelompok atau golongan. Sektor
publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan sampai jatuh ke
tangan orang yang mempunyai visi kepentingan kelompok atau golongan
dan pribadi. Negara juga harus memastikan terpenuhinya kebutuhan
minimal seluruh rakyatnya.
Prinsip utama yang menentukan dalam distribusi kekayaan adalah
keadilan (justice). Keadilan distributif didefinisikan sebagai suatu
distribusi pendapatan dan kekayaan yang tinggi, sesuai dengan norma-
norma fairness yang diterima secara universal. Menurut (Swasono: 2005)
Keadilan dalam distribusi adalah penilaian yang tepat terhadap faktor-
faktor produksi dan kebijakan harga, hasilnya sesuai dengan takar dan
yang wajar serta ukuran yang tepat atau kadar yang sebenarnya. Keadilan
juga berarti kebijaksanaan mengalokasikan sejumlah hasil tertentu dari
kegiatan ekonomi bagi mereka yang tidak mampu memasuki pasar atau
tidak sanggup membelinya menurut kekuatan pasar, yakni kebijakan
melalui zakat, infak dan sedekah3. Sementara prinsip distribusi menuruti
M. Anas Zarqa yang dikutip oleh (Euis Amalia: 2009) adalah4:
1. prinsip pemenuhan kebutuhan bagi semua makhluk. Ini sebagai wujud
dari rasa keadilan sebagai esensi dari maqasid al-syariah yang

3
Ummi Kalsum, Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Ekonomi Islam, vol.3 (Kendari: Li
Falah, 2018), 42-43.
4
Ibid., 45.

3
melindungi hak-hak asasi manusia. Terdapat lima kebutuhan dasar
(dharuriyat) yang harus dipenuhi, diantaranya: pemenuhan kebutuhan
agama, akal, kekayaan, jiwa dan keturunan.
2. Menimbulkan efek positif bagi pemberi itu sendiri misalnya zakat,
selain dapat membersihkan diri dan harta muzakki juga meningkatkan
keimanan dan menumbuhkan kebiasaan berbagi dengan orang lain.
3. Menciptakan kebaikan di antara semua orang antara yang kaya dan
miskin.
4. Mengurangi kesenjangan pendapatan dan kekayaan.
5. Pemanfaatan lebih baik terhadap sumber daya alam dan asset tetap.
6. Memberikan harapan pada orang lain melalui pemberian.

Jika distribusi berkenaan dengan pemanfaatan faktor produksi,


Mannaan mengklasifikasikannya sebagai distribusi pendapatan, seperti
upah dan sewa. Sedangkan distribusi kekayaan adalah distrubusi yang
tidak melibatkan faktor produksi, seperti warisan.
Konsep distribusi dalam Islam tergambar melalui surat Al-hasyr
ayat 7. Ayat ini menghendaki distribusi yang merata. Maqasid al-syari‘ah
Distribusi kekayaan pada ayat tersebut tersurat jelas agar harta tidak hanya
berputar diantara orang-orang kaya saja. Al-Tha’laby membagi harta
peruntukan umat menjadi tiga macam, yaitu5:
1. Harta yang diambil dari kaum muslim untuk membersihkan harta
seperti zakat. Pendistribusiannya sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an
yang berupa delapan golongan.
2. Ghanimah. Harta ini diperoleh kaum muslim setelah melakukan
peperangan atau perjanjian damai dengan kaum kafir. Pendistribusian
harta ghanimah juga dijelaskan dalam al-Qur’an pada mulanya hanya
untuk Allah SWT. dan Rasul-Nya saw. Kemudian turun lagi ayat
mengatur ulang pendistribusian harta ghanimah, yaitu 1/5 bagian

5
Atok Syihabuddin, Etika Distribusi Dalam Ekonomi Islam, vol.20 (Surabaya: Al-Qānūn, 2017),
82-83.

4
untuk Allah SWT. dan Rasul-Nya saw. sedangkan 4/5 (sisanya)
dibagikan kepada pasukan.
3. Fai’. Harta fai’ adalah harta yang didapat dari kaum kafir yang
menyerah tanpa ada peperangan, seperti tebusan perdamaian, jizyah,
kharaj, ushr, atau orang kafir yang meninggal tanpa ada pewaris.
Distribusi harta fai’ kebalikan dari harta ghanimah: 4/5 bagian untuk
Rasul sedangkan 1/5 sisanya untuk, keluarga Rasul, yatim, miskin dan
ibnu sabil.

C. Etika Distribusi Islam


Manusia merupakan mahluk moral. Toshihiko Isutzu menyebutkan
bahwa diskursus moralitas dan etika dalam al-Qur’an bertujuan
memberikan pedoman bagi manusia dalam berbuat yang berimplikasi
keadilan sosial karena menegaskan gambaran manusia sebagai mahluk
religious6. Ditarik kedalam wilayah yang lebih sempit lagi, Etika jika
dibenturkan dengan keadilan distribusi dapat dirinci menjadi beberapa
poin antara lain sebagai berikut7:
1. Selalu menghiasi amal dengan niat ibadah dan ikhlas.
2. Transfaran, dan barangnya halal serta tidak membahayakan.
3. Adil, dan tidak mengerjakan hal-hal yang dilarang di dalam Islam.
4. Tolong menolong, toleransi dan sedekah.
5. Tidak melakukan pameran barang yang menimbulkan persepsi.
6. Tidak pernah lalai ibadah karena kegiatan distribusi.
7. Larangan Ikhtikar, ikhtikar dilarang karena akan menyebabkan
kenaikan harga.
8. Mencari keuntungan yang wajar. Maksudnya kita dilarang mencari
keuntungan yang semaksimal mugkin yang biasanya hanya
mementingkan pribadi sendiri tanpa memikirkan orang lain.

6
Toshihiko Isutzu, Ethico Religious Concepts in The Qur’an (Montreal: McGill University Press,
1966), 3.
7
Sofyan S. Harahap, Etika Bisnis dalam Perspektif Islam (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 29-30.

5
9. Distribusi kekayaan yang meluas, Islam mencegah penumpukan
kekayaan pada kelompok kecil dan menganjurkan distribusi kekayaan
kepada seluruh lapisan masyarakat.
10. Kesamaan Sosial, maksudnya dalam pendistribusian tidak ada
diskriminasi atau berkasta-kasta, semuanya sama dalam mendapatkan
ekonomi.

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Distribusi dalam pandangan para ekonom Islam lebih luas
cakupannya dari pada distribusi menurut ekonom konvensional. Distribusi
dalam ekonomi konvensional, menitik beratkan pada penyaluran hasil
produksi. Sementara distribusi dalam ekonomi Islam menitik tekankan
pada transfer pendapatan dan kekayaan. Titik tekan utama dalam sistem
ekonomi Islam adalah distribusi yang berkeadilan. Distribusi sangat
berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan. Tersumbatnya aliran
distribusi mengakibatkan tersumbatnya pemenuhan kebutuhan. Segala
yang menyebabkan tersumbatnya distribusi adalah haram. Bahkan
meskipun penyebab ketersumbatan itu adalah dari harta pribadinya sendiri,
misalnya ihtikar (penimbunan), menyimpan harta tanpa mengeluarkan
zakat, memanipulasi perputaran kekayaan hanya pada pemilik capital saja,
perjudian, dan lain sebagainya.
B. Saran
Apabila terdapat kesalahan dalam pengetikan maupun dari segi
bahasa kami mohon maaf. Karena kami hanyalah manusia biasa yang
tidak luput dari kesalahan. Kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini pada penulisan-penulisan
berikutnya.

7
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Mannan, M. Teori dan Praktek Ekonomi Islam, terj. Potan Arif Harahap.
Yogyakarta: Dana Bhakti, 1993.
Isutzu, Toshihiko. Ethico Religious Concepts in The Qur’an. Montreal: McGill
University Press, 1966.
Kalsum, Ummi. Distribusi Pendapatan dan Kekayaan dalam Ekonomi Islam,
vol.3. Kendari: Li Falah, 2018.

Madnasir. Distribusi dalam Sistem Ekonomi Islam, vol.2. Lampung: Jurnal


Muqtasid, 2011.

S. Harahap, Sofyan. Etika Bisnis dalam Perspektif Islam. Jakarta: Salemba Empat,
2011.

Syihabuddin, Atok. Etika Distribusi Dalam Ekonomi Islam, vol.20. Surabaya: Al-
Qānūn, 2017.

Anda mungkin juga menyukai