Anda di halaman 1dari 6

Efisiensi Alokasi Dan Distribusi Pendapatan Dalam Perspektif

Ekonomi Islam

Disusun oleh :

Della Dwi Ramadhani 22081194034

Elsa Dwi Rahma 22081194035

Fadhil Rasyid 22081194051

Alya Vernanda 22081194052

Ika Choilia Indrianti 22081194053

Rizka Sefti Aulia 22081194055

Hayu Abdaha 22081194054

Hisyaam Musyaffa Al Mashuum 22081194071


Efisiensi Alokasi

Pandangan ekonomi Islam aliran utama mengadopsi definisi efisiensi yang sejalan
dengan ekonomi neoklasik, di mana efisiensi dianggap sebagai masalah optimasi. Dalam
konteks perilaku konsumen individu, efisiensi dicapai dengan alokasi anggaran pada
kombinasi barang dan jasa untuk maksimalkan kegunaan konsumen. Pada sisi produsen
tunggal, optimasi dapat dicapai melalui dua pendekatan yaitu menggunakan kombinasi input
untuk maksimalkan laba atau meminimalkan biaya untuk mencapai tingkat produksi tertentu.

Efisiensi Keadilan

Efisiensi alokasi dijelaskan sebagai penggunaan sumber daya hingga habis teralokasi, tanpa
memberikan penilaian terhadap keadilan alokasi. Para ekonom konvensional memiliki
pandangan beragam mengenai distribusi yang adil :
1. konsep egalitarian yang mengadvokasi penerimaan barang yang sama
2. konsep rawlsian yang menekankan maksimalisasi utilitas bagi orang paling miskin
3. konsep utilitarian yang fokus pada maksimalisasi utilitas semua individu
4. konsep market-oriented yang memandang hasil pertukaran melalui mekanisme pasar
sebagai bentuk keadilan yang optimal.
Dalam konsep ekonomi Islam, keadilan diartikan sebagai "tidak mendzalimi dan tidak dzalim."
dianggap tidak adil karena tidak memberikan insentif bagi individu yang bekerja keras.

Distribusi pendapatan

Distribusi merujuk pada klasifikasi pembayaran seperti sewa, upah, bunga modal, dan
laba, terkait dengan peran tanah, tenaga kerja, modal, dan pengusaha. Ini merupakan suatu
proses penentuan harga yang dilihat dari perspektif penerima pendapatan, bukan dari sudut
pandang pembayar biaya. Penggunaan kata "distribusi" dalam konteks ini juga dapat
disamakan dengan pemasaran. Meskipun begitu, dalam fiqih klasik, tampaknya definisi
distribusi hanya diberikan secara etimologis sebagai "tauzii" (distribusi), tanpa adanya definisi
terminologi yang sepenuhnya relevan.

Selanjutnya, sebagian ekonom muslim mengeksplorasi ekonomi Islami dan melakukan


adaptasi terhadap istilah-istilah ekonomi konvensional, seperti yang dilakukan oleh Abdul
Hamid Ghazali (1989: 79), Muhammad Afar (1996: 32), dan lain-lain. Ini mungkin
mencerminkan pandangan umum ekonom muslim karena mereka percaya bahwa teori
ekonomi, akan membahas alokasi dan distribusi sumber daya. Belakangan ini beberapa
ekonom muslim juga mulai menggunakan terminologi redistribusi yang terinspirasi dari
mekanisme zakat, sedekah, kafarat, dan belanja wajib yang diterapkan dalam Islam. Jadi
disimpulkan bahwa Islam tidak menganggap kesetaraan pendapatan mutlak sebagai tujuan
utama dan akhir dari sistem distribusi dan pembangunan ekonomi.
Distribusi dibagi menjadi 2 yaitu :
1. distribusi pendapatan rumah tangga
Dengan mempertimbangkan bahwa nilai-nilai Islam adalah faktor internal dalam
kehidupan seorang muslim, penting untuk memahami bahwa seluruh proses kegiatan
ekonominya harus didasarkan pada legalitas halal dan haram, mulai dari produktivitas,
hak kepemilikan, konsumsi, transaksi, hingga investasi. Dalam konteks rumah tangga,
distribusi pendapatan seringkali terkait erat dengan terminologi shadaqoh.
2. distribusi pendapatan negara
Prinsip-prinsip ekonomi yang dibentuk berdasarkan nilai-nilai moral Islam
mengadvokasi pentingnya distribusi pendapatan yang adil. Negara memiliki tanggung
jawab untuk meningkatkan kesejahteraan materi dalam lingkungan sosial dan bagi
individu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang ada. Oleh karena itu,
negara diharapkan menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk mencapai stabilitas
ekonomi, kesetaraan, ketenagakerjaan, pembangunan sosial ekonomi, dan aspek
lainnya.

Hal ini mencerminkan upaya untuk mencapai keseimbangan antara prinsip-prinsip ekonomi
dan etika dalam mengelola sumber daya dan pendapatan. Oleh karena itu, secara keseluruhan
menunjukkan bahwa ekonomi islam tidak hanya mengedepankan alokasi yang efisien tetapi
juga memberikan perhatian pada aspek distribusi yang adil dan pertumbuhan yang positif untuk
mencapai keseimbangan antara prinsip-prinsip ekonomi dan etika dalam mengelola sumber
daya dan pendapatan.

Manakah yang lebih relevan dalam pengalokasian dan distribusi pendapatan suatu
negara? apakah ekonomi islam atau konvensional ?

Ketimpangan alokasi pendapatan saat ini menjadi sorotan publik, dalam menanggapi
hal inį negara Indonesia perlulah alokasi dan distribusi yang benar, dimana sangatlah penting,
dikarenakan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Distribusi
pendapatan suatu negara ini sangat penting untuk dicari benang merah dalam hal peningkatan
ekonomi, yang mana bermanfaat untuk menunjang keberlangsungan hidup keseharian dalam
ekonomi masyarakat, sebab suatu perekonomian dapat didistribusikan secara efisien oleh
kalangan individu-individu tertentu secara adil dan merata, lalu pengalokasian, dan distribusi
manakah yang dapat memberikan solusi terbaik dan relevan bagi, Indonesia saat ini?

Sistem distribusi Kapitalis didasarkan pada kepemilikan mutlak atas berbagai produksi,
sehingga memiliki tujuan utama untuk meraup laba/keuntungan sebanyak mungkin. Namun
menurut kami dalam alokasi dan distribusi pendapatan dalam sistem ekonomi kapitalis
sangatlah berdampak pada ketidakadilan, sehingga perekonomian masyarakat menjadi tidak
stabil, dimana ketidakstabilan ekonomi ini dapat menimbulkan konflik dan kemiskinan secara
berkelanjutan dan permanen. Dan juga dalam sistem distribusi Kapitalis adanya kekayaan yang
tidak adil dan tidak merata, dimana akan membuat orang yang sudah mapan, akan menjadi
semakin lebih mapan. Dan yang miskin, akan menjadi semakin miskin, akibatnya hal ini
menjadikan realisasi ketidakadilan yang perlu diberantas. Sistem ekonomi Kapitalis telah
menjadikan sebuah ketidakadilan atau ketidakmerataan ekonomi yang mana sering terjadi di
lingkungan masyarakat. Ukuran dilihat tidak adil diantaranya dengan banyaknya kesenjangan
sosial antar masyarakat yang menyebabkan adanya lonjakan kemiskinan ataupun lonjakan
pengangguran di Indonesia. Melalui penerapan sistem ini ternyata telah menimbulkan banyak
masalah di banyak negara, sistem ini bukan untuk mensejahterakan rakyat, tetapi justru
menciptakan masalah baru. Oleh karena itu saat ini perlu menerapkan sistem ekonomi yang
memiliki solusi, yang mana hal ekonomi ini dapat menjadi solusi bagi kesejahteraan
masyarakat Indonesia.

Oleh karena itu, guna menjawab adanya ketidakadilan dan ketimpangan dalam
distribusi, Menurut kami Islam bisa menjadi solusi tersebut, dengan sistem distribusi ekonomi
yang mengutamakan nilai-nilai kebebasan dalam beraktifitas, yang mana tentunya tetap
dilandaskan sesuai, ajaran agama, dan tetap mengedepankan nilai-nilai keadilan ('adl). Sistem
distribusi ini menawarkan mekanisme dalam distribusi ekonomi syariah, yaitu mekanisme
ekonomi maupun mekanisme non-ekonomi, dengan melibatkan peran pemerintah baik dalam
kegiatan ekonomi produktif maupun non-produktif, sehingga dapat mewujudkan keadilan
distributif, Melalui penambahan pendistribusian harta melalui mekanisme non ekonomi
melalui kegiatan zakat, infaq, hibah, wakaf dan juga shadagoh yang mana diharapkan mampu
menjembatani kesenjangan distribusi pendapatan antara yang mampu, dan yang tidak mampu.
Terkait efisiensi alokasi dan distribusi pendapatan menurut perspektif Islam akan menjadi lebih
efisien jika telah memenuhi al-Kulliyatulkhamsah, didalam Ekonomi Islam juga telah diatur
aturan bagi hasil, baik dari segi entitas produksi maupun dari segi distribusi dalam sistem
jaminan sosial, sehingga menurut kami dalam hal efisiensi alokasi dan juga distribusi
pendapatan dalam Ekonomi Syariah ini sudah saatnya dikembangkan dengan baik secara
berkeadilan. Jelas berbeda penerapannya dengan mewujudkan efisiensi dalam alokasi dan
distribusi pendapatan suatu negara dalam sistem ekonomi Kapitalis, yang mana hanya akan
menghasilkan pada kesenjangan (ketidakmerataan). Sehingga distribusi Islam dapat dijadikan
sebagai salah satu kegiatan ekonomi manusia, selain dari pada kegiatan produksi dan juga
kegiatan yang sifatnya konsumstif. Dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat 29 telah dijelaskan
bahwa

‫ّللا َكانَ ِب ُك ْم َرحِ يما‬


َ َّ ‫س ُك ْم ِإ َّن‬ َ ‫َيأَيُّ َها ا َّلذِينَ َءا َمنُوا َل ت َأ ْ ُكلُوا أ َ ْم َولَ ُكم َب ْينَ ُكم ِب ْال َبطِ ِل ِإ َّل أن ت َ ُكونَ تِ ْج َرة‬
َ ُ‫عن ت ََراض ِمن ُك ْم َو َل تَ ْقتُلُواْ أَنف‬
bahwa Sistem Ekonomi Syariah berusaha untuk mencapai kemakmuran melalui prinsip-
prinsip 'adl (keadilan) serta nilai-nilai moral syariah.

Pengalokasian dan Pendistribusian pendapatan negara dalam konsep ekonomi Syariah


adalah dilakukan dengan mengutamakan nilai-nilai moral dan sosial, selain itu pengalokasian
dan Pendistribusian pendapatan negara dalam ekonomi syariah mengedepankan konsep
mashlahah. Seperti halnya penerapan Infak, Shodaqah, dan Wakaf yang dilakukan oleh umat
muslim yang ada di Indonesia. Alhasil relevansi alokasi dan distribusi pendapatan negara
secara islami lebih relevan untuk zaman sekarang, dimana konsep keadilan dalam ekonomi
islam mejadi solusi yang nyata. Maka dari itu dalam penerapan ekonomi syariah ini, juga
diperlukannya kontribusi pemerintan dan semua rakyat untuk andil guna mendukung
pengalokasian dan pendistribusian pendapatan negara sesuai konsep yang sudah Allah jelaskan
dalam AlQuran.
Bagaimana cara untuk pengalokasian dan distribusi pendapatan negara yang efisien?
Pemerintah maupun Lembaga Islam baik formal ataupun non-formal bisa membuat program
pemberdayaan umat, dimana masyarakat akan diajarkan bagaimana cara mengelola sumber
daya, baik dengan cara yang produktif seperti bisnis maupun yang non-produktif, tentunya
untuk distribusi pendapatannya (sumber daya) harus diperhatikan dan disurvey, agar
pengalokasiannya terdistribusikan secara tepat dan efisien. Itu tadi merupakan salah satu
langkah yang dapat diambil oleh pihak terkait, dengan harapan dapat mengurangi angka
pengangguran masyarakat.
Tidak hanya Pemerintah dan Lembaga Islam saja yang harus ikut andil dalam langkah
mensejahterakan umat, kesadaran diri sendiri juga perlu, karena bisa atau tidaknya pihak terkait
dalam pengalokasian dan distribusi, bergantung pada pendapatan negara, dimana salah satu
sumber pendapatan negara yaitu dari pajak, zakat, wakaf dan lain sebagainya yang dikeluarkan
oleh setiap individu yang memiliki kelebihan secara finansial. Maka dari itu jika memang ada
kelebihan secara finansial harus sadar diri tidak hanya mengeluarkan biaya yang wajib saja
seperti membayar zakat dan pajak, tetapi juga diharapkan untuk mau ikut andil, baik itu dengan
sedekah ataupun ikut mendukung dan melaksanakan program pemberdayaan umat.

Dalam jurnal yang kami ambil terdapat beberapa kritik :


1. Lebih banyak detail tentang bagaimana ekonomi Islam berbeda dengan ekonomi
konvensional, Sistem ekonomi perspektif islam akan memberikan konteks yang lebih
baik.
2. Jurnal tidak memberikan contoh atau penjelasan lebih lanjut tentang konsep pendekatan
Terhadap Konsep Efisiensi bahwa alokasi efisien tercapai ketika MRS setiap orang
sama
3. Jurnal yang kami jadikan referensi tidak disertai dengan data empiris atau studi kasus
yang mendukung argumen tersebut.
4. Jurnal yang kami tidak memberikan gambaran konkret mengenai bagaimana sistem
distribusi ekonomi Islam akan diimplementasikan dan dijalankan dalam konteks nyata
Daftar Pustaka
Putra, H. M., Ahyani, H., Abdurohman, D., Mutmainah, N., & Slamet, M. (n.d.). Relevansi
Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Melalui Pengalokasian Dan Pendistribusian
pendapatan Negara di Indonesia Perspektif Ekonomi islam. Syarikat: Jurnal Rumpun
Ekonomi Syariah. https://journal.uir.ac.id/index.php/syarikat/article/view/9404

Unknown. (1970, January 1). Efisiensi Alokasi Dan Distribusi pendapatan. EFISIENSI
ALOKASI DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN.
https://hasnah921.blogspot.com/2015/09/efisiensi-alokasi-dan-distribusi.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai