Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

DOSEN PENGAMPU: SRI NIRWANA S.Z M.E

Disusun Oleh:

KELOMPOK 8

1. DWI ADI SAPUTRA


2. EMI LIANA
3. HADI HAZLAN ZAIN HAMID

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH FAKULTAS


SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NW LOMBOK
TIMUR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala Puji Kami Panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa Sehingga Kami Dapat Menyelesaikan Tugas Ini Tepat Waktu
Yang Telah Ditentukan.
Adapun TujuanDari ,Makalah Yang Berjudul KEBIJAKAN
MONETER DALAM ISLAM Ini Adalah Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah SISTEM EKONOMI ISLAM Pada Smester 4 Jurusan
Hukum Ekonimi Syari’ah Fakultas Syari’ah Pada Tahun Ajaran
2022/2023.
Dengan Selesainya Makalah Ini Tidak Lepas Dari Bantuan
Segala Pihak.Kami Juga Tidak Lupa Berterimakasih Pada:
1.Sri Nirwana S.Z Sebagai Dosen Pengampu Kami Pada
Mata Kuliah SISTEM EKONOMI ISLAM Yang Telah Membimbing
Kami.
2.OrangTua Yang Telah Mendukung Kami Dalam Hal
Saran &Prasarana Sehingga Kami Dapat Menyelesaikan Tugas
Ini.

Kami Menyadari Bahwa Dalam Penulisan Makalah Ini


Masih Banyak Terdapat Kekurangan.Oleh Karna Itu Kritik Dan
Saran Yang Membangun Senantiasa Kami Nantikan ,Agar Dalam
Penulisan Makalah Berikutnya Lebih Baik.Semoga Makalah Ini
Bermanfaat Bagi Yang Membacanya.

Anjani,8 APRIL 2023

Kelompok 8
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG

Latar belakang kebijakan moneter dalam Islam berasal dari prinsip-


prinsip ekonomi Islam yang mendasar. Islam memandang bahwa
kebijakan moneter harus didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dan
tujuan-tujuan ekonomi yang diinginkan.

Dalam ekonomi Islam, kebijakan moneter bertujuan untuk


menciptakan stabilitas harga dan menjaga daya beli mata uang agar
tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Tujuan ini sejalan dengan
tujuan ekonomi Islam yang lebih luas, yaitu menciptakan keadilan
sosial, kesejahteraan umum, dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Islam memandang bahwa kebijakan


moneter harus didasarkan pada prinsip-prinsip seperti keadilan,
transparansi, keterbukaan, dan kebebasan yang bertanggung jawab.
Dalam konteks ini, bank sentral diharapkan dapat memainkan peran
penting dalam menjaga stabilitas harga dan memelihara kestabilan
sistem keuangan.

Selain itu, dalam Islam juga dikenal konsep zakat, yaitu kewajiban
memberikan sebagian harta kepada orang-orang yang membutuhkan.
Konsep zakat ini juga dapat berdampak pada kebijakan moneter, di
mana penyebaran zakat dapat membantu dalam redistribusi kekayaan
dan mengurangi kesenjangan ekonomi.
Namun, dalam praktiknya, implementasi kebijakan moneter dalam
Islam dapat menjadi tantangan, terutama dalam hal kebijakan
pengaturan suku bunga dan sistem perbankan yang memadai. Oleh
karena itu, perlu adanya pemahaman yang lebih baik tentang prinsip-
prinsip ekonomi Islam dan bagaimana penerapannya dalam praktik
untuk mencapai tujuan ekonomi yang diinginkan.
Selain itu, dalam Islam juga dikenal konsep riba, yaitu praktik
mengambil keuntungan dari pemberian atau pengambilan uang
dengan bunga yang tinggi. Konsep riba ini dianggap merugikan
masyarakat karena dapat menyebabkan kemiskinan dan ketidakadilan
sosial.

Oleh karena itu, dalam kebijakan moneter Islam, riba harus dihindari
dan tidak digunakan sebagai instrumen kebijakan moneter.
Sebaliknya, kebijakan moneter harus memperhatikan aspek-aspek
sosial dan kemanusiaan dalam mencapai tujuan-tujuan ekonomi.

Selain itu, kebijakan moneter dalam Islam juga memperhatikan aspek-


aspek lingkungan. Sebagai agama yang mengajarkan pemeliharaan
alam, kebijakan moneter Islam harus memperhatikan dampak
lingkungan dari kebijakan yang diambil. Oleh karena itu, dalam
implementasi kebijakan moneter, harus dipertimbangkan dampaknya
terhadap lingkungan dan upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan.

Dalam praktiknya, implementasi kebijakan moneter dalam Islam


masih menjadi tantangan, terutama dalam mengintegrasikan prinsip-
prinsip syariah dengan praktik-praktik keuangan modern. Oleh karena
itu, perlu adanya upaya untuk terus mengembangkan konsep-konsep
keuangan Islam dan memperkuat institusi-institusi keuangan yang
dapat menerapkan prinsip-prinsip tersebut dalam praktik.
Selain itu, kebijakan moneter dalam Islam juga memperhatikan aspek
keadilan dan distribusi pendapatan. Dalam Islam, terdapat konsep
mudharabah dan musyarakah yang merupakan bentuk kerjasama
antara pemilik modal dan pengelola usaha. Konsep ini dapat
membantu dalam mengurangi kesenjangan ekonomi dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dalam konteks kebijakan moneter, penerapan konsep mudharabah dan


musyarakah dapat dilakukan melalui pengembangan sektor keuangan
syariah. Sistem keuangan syariah didasarkan pada prinsip keadilan,
transparansi, dan keberlanjutan. Dalam sistem ini, kebijakan moneter
diarahkan pada menciptakan stabilitas keuangan dan keadilan sosial
melalui redistribusi kekayaan dan pemberian pembiayaan yang adil.

Selain itu, kebijakan moneter Islam juga memperhatikan aspek global.


Islam memandang bahwa semua negara harus bekerja sama dalam
menciptakan ekonomi global yang adil dan berkelanjutan. Oleh karena
itu, kebijakan moneter harus memperhatikan hubungan antarnegara
dan mempromosikan kerjasama internasional yang saling
menguntungkan.

Dalam praktiknya, implementasi kebijakan moneter Islam masih


memerlukan upaya yang lebih besar, terutama dalam hal
pengembangan infrastruktur keuangan syariah dan perbaikan sistem
regulasi dan pengawasan. Namun, dengan terus memperkuat
pemahaman dan praktik-praktik ekonomi Islam, diharapkan kebijakan
moneter Islam dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam
menciptakan ekonomi yang adil dan berkelanjutan.
BAB II
PEMBAHASAN
I. PENGERTIAN KEBIJAKAN MONETER DALAM ISLAM

Kebijakan moneter dalam Islam memegang peranan penting dalam


mencapai tujuan ekonomi dan sosial yang diinginkan. Kebijakan moneter
dalam Islam didasarkan pada prinsip-prinsip hukum Islam dan nilai-nilai
etika serta moral yang diajarkan dalam Islam. Dalam hal ini, tujuan
kebijakan moneter adalah untuk mencapai keadilan sosial, stabilitas
keuangan, distribusi pendapatan yang adil, dan kesinambungan
lingkungan.

Konsep dasar kebijakan moneter Islam adalah pemenuhan kebutuhan


dasar masyarakat, dan bukan keuntungan semata. Oleh karena itu,
kebijakan moneter Islam harus memperhatikan aspek sosial dan
kemanusiaan dalam mencapai tujuan ekonomi. Salah satu tujuan
kebijakan moneter dalam Islam adalah menciptakan stabilitas keuangan.
Untuk mencapai tujuan ini, kebijakan moneter harus memperhatikan
keseimbangan antara pasokan uang dan permintaan uang dalam
perekonomian. Dalam Islam, uang tidak boleh diperlakukan sebagai
komoditas atau barang dagangan, melainkan sebagai alat tukar yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Selain itu, dalam kebijakan moneter Islam, riba harus dihindari dan tidak
digunakan sebagai instrumen kebijakan moneter. Riba dianggap
merugikan masyarakat karena dapat menyebabkan kemiskinan dan
ketidakadilan sosial. Oleh karena itu, penggunaan bunga dalam kebijakan
moneter Islam harus dihindari.
Dalam Islam, terdapat konsep mudharabah dan musyarakah yang
merupakan bentuk kerjasama antara pemilik modal dan pengelola usaha.
Konsep ini dapat membantu dalam mengurangi kesenjangan ekonomi
dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam konteks kebijakan
moneter, penerapan konsep mudharabah dan musyarakah dapat
dilakukan melalui pengembangan sektor keuangan syariah.

Sistem keuangan syariah didasarkan pada prinsip keadilan, transparansi,


dan keberlanjutan. Dalam sistem ini, kebijakan moneter diarahkan pada
menciptakan stabilitas keuangan dan keadilan sosial melalui redistribusi
kekayaan dan pemberian pembiayaan yang adil. Selain itu, kebijakan
moneter Islam juga memperhatikan aspek global. Islam memandang
bahwa semua negara harus bekerja sama dalam menciptakan ekonomi
global yang adil dan berkelanjutan. Oleh karena itu, kebijakan moneter
harus memperhatikan hubungan antarnegara dan mempromosikan
kerjasama internasional yang saling menguntungkan.

Namun, implementasi kebijakan moneter Islam masih memerlukan upaya


yang lebih besar, terutama dalam hal pengembangan infrastruktur
keuangan syariah dan perbaikan sistem regulasi dan pengawasan.
Namun, dengan terus memperkuat pemahaman dan praktik-praktik
ekonomi Islam, diharapkan kebijakan moneter Islam dapat memberikan
kontribusi yang lebih besar dalam menciptakan ekonomi yang adil dan
berkelanjutan.
Kebijakan moneter dalam Islam juga menekankan pentingnya
pengendalian inflasi. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan penurunan
daya beli masyarakat dan ketidakstabilan ekonomi. Oleh karena itu,
kebijakan moneter dalam Islam harus memperhatikan pengendalian
inflasi agar dapat menciptakan stabilitas harga dan mengurangi dampak
negatif dari inflasi.
Dalam konteks pengendalian inflasi, kebijakan moneter Islam dapat
dilakukan melalui instrumen-instrumen seperti zakat, infak, dan sedekah.
Kontribusi zakat, infak, dan sedekah dapat digunakan untuk membantu
masyarakat yang membutuhkan sehingga dapat mengurangi kemiskinan
dan meningkatkan daya beli masyarakat. Selain itu, zakat juga dapat
digunakan untuk mengendalikan inflasi melalui pengurangan permintaan
uang di pasar.

Selain itu, kebijakan moneter Islam juga memperhatikan aspek


lingkungan. Dalam Islam, lingkungan merupakan amanah yang harus
dijaga dan dilindungi. Oleh karena itu, kebijakan moneter Islam harus
memperhatikan dampak ekonomi terhadap lingkungan dan menjaga
keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang.

Dalam praktiknya, kebijakan moneter Islam dapat diimplementasikan


melalui pembentukan lembaga keuangan syariah, seperti bank syariah,
asuransi syariah, dan pasar modal syariah. Lembaga keuangan syariah ini
didasarkan pada prinsip-prinsip syariah yang mencakup keadilan,
transparansi, dan keberlanjutan.

Kesimpulannya, kebijakan moneter dalam Islam memiliki tujuan untuk


mencapai keadilan sosial, stabilitas keuangan, distribusi pendapatan yang
adil, dan kesinambungan lingkungan. Dalam implementasinya, kebijakan
moneter harus memperhatikan prinsip-prinsip hukum Islam, nilai-nilai
etika, dan moral dalam ekonomi Islam. Implementasi kebijakan moneter
Islam memerlukan upaya yang lebih besar dalam hal pengembangan
infrastruktur keuangan syariah dan perbaikan sistem regulasi dan
pengawasan.
Selain itu, kebijakan moneter dalam Islam juga menekankan pentingnya
kestabilan nilai tukar. Nilai tukar yang tidak stabil dapat mengganggu
perdagangan internasional dan investasi serta memicu inflasi. Dalam
Islam, nilai tukar harus mencerminkan nilai sebenarnya dari mata uang
tersebut dan tidak boleh dipengaruhi oleh spekulasi atau manipulasi.

Dalam pengendalian nilai tukar, kebijakan moneter Islam dapat melalui


instrumen-instrumen seperti mudharabah dan musyarakah. Dalam
mudharabah, bank syariah dapat memberikan pinjaman untuk usaha
dengan menggunakan skema bagi hasil. Dalam musyarakah, bank syariah
dapat berinvestasi bersama dengan pengusaha dalam sebuah proyek dan
berbagi keuntungan dan kerugian.

Selain itu, kebijakan moneter Islam juga mengedepankan penggunaan


instrumen-instrumen moneter yang tidak bersifat ribawi (mengandung
unsur bunga). Contohnya, qard al-hasan (pemberian pinjaman tanpa
bunga) dan sukuk (obligasi syariah) yang didasarkan pada prinsip berbagi
risiko dan keuntungan.

Implementasi kebijakan moneter Islam juga memperhatikan prinsip-


prinsip yang terkait dengan sistem keuangan Islam, seperti larangan riba,
keadilan, transparansi, dan kesinambungan. Selain itu, kebijakan moneter
Islam juga harus memperhatikan kondisi sosial dan ekonomi yang ada di
masyarakat dan berupaya untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan
ekonomi yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Secara keseluruhan, kebijakan moneter dalam Islam memiliki tujuan


untuk mencapai stabilitas ekonomi, keadilan sosial, distribusi pendapatan
yang adil, dan kesinambungan lingkungan. Implementasi kebijakan
moneter Islam memerlukan kerjasama antara pemerintah, lembaga
keuangan syariah, dan masyarakat dalam menerapkan prinsip-prinsip
hukum Islam dan moralitas dalam ekonomi.
BAB III
PENUTUP
I. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat disimpulkan
bahwa kebijakan moneter dalam Islam memiliki beberapa
karakteristik khusus. Pertama, kebijakan moneter harus
memperhatikan prinsip-prinsip syariah, seperti larangan riba dan
spekulasi. Kedua, kebijakan moneter harus memperhatikan aspek
keadilan dalam distribusi kekayaan dan pemerataan
pembangunan. Ketiga, kebijakan moneter harus diterapkan secara
berhati-hati dan memperhatikan dampaknya terhadap ekonomi
dan masyarakat secara keseluruhan.

Dalam praktiknya, kebijakan moneter dalam Islam dapat


dilakukan dengan cara mengatur sistem perbankan dan keuangan
yang berlandaskan prinsip syariah, seperti mudharabah dan
musyarakah. Selain itu, pemerintah juga dapat menggunakan
instrumen kebijakan moneter, seperti suku bunga dan cadangan
devisa, untuk mengatur aliran uang dalam ekonomi.

Namun, ada juga beberapa tantangan dalam penerapan kebijakan


moneter dalam Islam, seperti keterbatasan instrumen kebijakan
moneter yang tersedia, perbedaan pandangan di antara ahli hukum
Islam tentang beberapa aspek keuangan, dan ketergantungan pada
perekonomian global yang tidak berlandaskan prinsip syariah.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama antara para ahli ekonomi
dan ahli hukum Islam untuk mengembangkan sistem keuangan
dan instrumen kebijakan moneter yang lebih sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Rosly, Saiful Azhar, and M. Azhar Ibrahim. "Monetary policy in an


Islamic economy and finance." Thunderbird International Business
Review 47, no. 1 (2005): 75-93.
2. Khan, Muhammad Akram. "Monetary policy in Islamic economic
framework: an overview." Islamic Research and Training Institute (IRTI)
Occasional Paper Series (2007).
3. Hasan, Zubair. "Monetary policy in an Islamic economy." IIUM Journal
of Economics and Management 5, no. 1 (1997).
4. Elgari, Mohamed Ali. "Monetary policy in an Islamic economy: nature
and scope." Islamic Economics and Finance, Encyclopedia of Life
Support Systems (EOLSS) (2009).
5. Chapra, Muhammad Umer. "The Islamic vision of development in the
light of maqasid al-shariah." Islamic Research and Training Institute,
Islamic Development Bank (2008).
6. Warde, Ibrahim. Islamic finance in the global economy. Edinburgh
University Press, 2010.
7. Siddiqi, Muhammad Nejatullah. Issues in Islamic economics: papers
presented at the first International Conference on Islamic Economics held
in Makkah, 1976. Islamic Economics Research Bureau, King Abdul Aziz
University, 1978.

Anda mungkin juga menyukai