DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
SARDIANTI (10100119096)
NURSINA (10100119097)
TAHUN 2021
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah berjudul “Master Plan Ekonomi Syariah
Di Indonesia” ini sesuai dengan waktu yang ditentukan. Tanpa adanya berkat dan
rahmat Allah SWT tidak mungkin rasanya dapat menyelesaikan makalah ini
dengann baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk pemenuhan tugas Mata
Kuliah Hukum Ekonomi Syariah yang diampu oleh Bapak
DR. HUSEN SARUJIN, SH, M M, M.Si, MH. Penulis mengucapkan terima
kasih atas bimbingan dan saran beliau, penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Tak hanya itu, strategi utama terpilih memerlukan dukungan berbagai aspek
untuk terus berkembang secara berkesinambungan. Strategi dasar dibutuhkan
untuk memastikan pondasi ekonomi syariah Indonesia yang kokoh. Penguatan
regulasi dan tata kelola merupakan salah satu faktor fundamental. Selain itu
pengembangan kapasitas riset dan pengembangan; peningkatan kualitas dan
kuantitas sumber daya manusia; pembangunan energi terbarukan; peningkatan
kesadaran dan literasi publik; serta data, informasi dan teknologi, merupakan
aspek yang tidak dapat dikesampingkan
1
2
PEMBAHASAN
4
5
Umer Chapra (1997) juga menjelaskan hal yang sama. Menurutnya, sistem
ekonomi syariah adalah yang mengutamakan keadilan sosial dan ekonomi, serta
keseimbangan antara kebutuhan materi dan spiritual. Ini adalah definisi sistem
ekonomi syariah yang universal dan konsisten dengan arah pembangunan
nasional, dasar negara Pancasila, serta strategi pembangunan berkelanjutan yang
telah diadopsi, seperti tujuan pembangunan yang berkelanjutan (sustainable
development goals/ SDGS).
Dalam dekade terakhir, keuangan Islam telah menjadi salah satu sektor
dengan pertumbuhan tercepat di industri keuangan global, melampaui pasar
keuangan konvensional. Global Islamic Economic Report (2020) memperkirakan
nilai aset keuangan syariah meningkat 13,9 persen pada 2019, dari $2,52 triliun
menjadi $2,88 triliun. Selanjutnya, di tahun 2021, sejalan dengan tren global yang
meningkat, keuangan syariah di Indonesia tumbuh positif di tengah pandemi. Dari
sisi perbankan pada Mei 2021, aset perbankan syariah tumbuh 15,6 persen (year-
on-year) atau mencapai Rp598,2 triliun.
Selain dari prinsip keadilannya, potensi keuangan syariah juga terlihat dari
pasar modal syariah, dengan jumlah investornya yang meningkat 9,3 persen
selama tiga bulan pertama tahun 2021. Per Juli 2021 sendiri, outstanding sukuk
negara Indonesia tercatat sebesar 1.076,01 triliun rupiah, atau tumbuh sebesar
10,75 persen (year-to-date) dan diperkirakan akan terus tumbuh di masa
mendatang. Di pasar internasional, Indonesia berada di antara para kontributor
utama penerbitan sukuk global. Sebagai tambahan, sukuk (negara) terbukti
sebagai salah satu sumber pembiayaan yang dapat diandalkan di mana dalam
6
periode 2013-2021, terdapat 3.447 proyek yang dibiayai melalui sukuk. Indonesia
memiliki peluang yang sangat besar untuk mengoptimalkan pasar keuangan
syariah dengan mengembangkan lebih banyak varian pembiayaan melalui sukuk
atau blended finance, seperti Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) dan Green
Sukuk.
Visi ekonomi syariah di Indonesia dikembangkan dari visi dan tujuan yang
ingin dicapai oleh negara Republik Indonesia ke depan dengan
mempertimbangkan perubahan-perubahan yang terjadi baik secara lokal maupun
global. Dalam dokumen Indonesia 2045 yang dikeluarkan oleh Bappenas, visi
Indonesia 2045 adalah Indonesia yang berdaulat, maju, adil dan makmur.
Lebih jauh lagi, secara global, ekonomi syariah sudah mendapat perhatian
dunia baik di negara Muslim maupun non-Muslim. Hal ini ditandai dengan
industri perbankan syariah dan industri halal berkembang pesat yang ini
merupakan tren dunia. Oleh karena itu, banyak negara mulai melakukan
reorientasi kebijakan ekonomi untuk memberikan perhatian lebih besar pada
industri halal.
Oleh karenanya, visi yang ingin dicapai dengan adanya Masterplan ini
adalah menjadikan Indonesia yang mandiri, makmur dan madani dengan menjadi
pusat ekonomi syariah terkemuka dunia. Selain dengan mempertimbangkan
berbagai hal di atas, perumusan visi ini juga didasari oleh keinginan untuk
menjadikan industri halal dan ekonomi syariah sebagai penopang perekonomian
nasional, serta menjadi bagian penting dalam mewujudkan aspirasi bangsa sebagai
negara yang adil, makmur, dan berdaulat. Selain itu, visi ekonomi syariah di
Indonesia berlandaskan pada nilai-nilai keislaman, prinsip-prinsip dasar ekonomi
syariah, serta potensi yang dimiliki oleh ekonomi syariah Indonesia saat ini.
Mandiri
Terkait halal industri, kemandirian dapat dilihat dari proses hulu, termasuk
rantai nilai halal. Nilai kemandirian akan tercipta jika mata rantai semua sektor
industri halal bisa saling terkait dan dapat memanfaatkan satu sama lain.
Ekosistem yang dapat terjalin juga akan menjadi prasyarat kemandirian ekonomi
di bidang industri halal terwujud. Indonesia, dalam hal ini, sangat dimungkinkan
mempunyai ekosistem yang dapat mendongkrak sektor usaha industri halal
dengan dukungan kebijakan pemerintah secara top down sehingga kemandirian
ekonomi syariah dapat dirasakan masyarakat luas.
Di sisi lain, maksud dari kemandirian ekonomi adalah usaha jasa keuangan
syariah yang mampu menggerakkan sektor industri halal. Keberpihakan lembaga
keuangan syariah sangat berpengaruh untuk mendorong sektor ini lebih maju.
Oleh itu, perhatian dan kerja sama lembaga keuangan syariah bukan sekadar
pembiayaan tapi juga mampu membuktikan pembiayaan syariah untuk
kemandirian industri halal baik di peringkat hulu maupun hilir.
Makmur
Madani
ekonomi masyarakat dengan memegang teguh nilai-nilai dan prinsip yang sesuai
dengan ajaran Islam.
b. visi mastreplan
1. Diskusi
Pada tahap ini, FGD bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi awal
dalam penyusunan strategi utama Masterplan Ekonomi Syariah.
Sebagaimana FGD Jakarta Tahap II, pelaksanaan FGD ini bertujuan untuk
memperoleh tanggapan dan masukan para pemangku kepentingan ekonomi
syariah di daerah atas draft awal Masterplan Ekonomi Syariah.
b. Konsultasi publik
sektor riil ekonomi syariah atau yang dikenal dengan industri halal. Hal ini
dilakukan untuk mendorong perkembangan keuangan syariah yang mendukung
pembangunan ekonomi nasional. Peran keuangan syariah tidak dapat berdiri
sendiri tanpa perkembangan sektor riil.
Dalam kerangka ini, terdapat tiga pilar atau strategi yang disusun untuk
menguatkan ekonomi syariah: rantai nilai halal, efektivitas kelembagaan, dan
penguatan infrastruktur. Rantai nilai halal merupakan strategi utama yang meliputi
beberapa sektor industri halal. Contohnya industri makanan dan pertanian halal,
fesyen Muslim, farmasi dan kosmetik, pariwisata, serta media dan rekreasi.
Perkembangan industri ini memiliki peran penting dalam mendukung pelaksanaan
pembangunan nasional.
Prinsip sistem ekonomi syariah adalah menjunjung tinggi nilai keadilan dan
berkelanjutan. Capaiannya adalah membawa perekonomian nasional pada
pertumbuhan yang inklusif, berkelanjutan, dan kokoh menghadapi krisis. Oleh
karena itu, dalam pilar kedua, efektivitas kelembagaan menjadi faktor penting
mendukung perkembangan ekonomi syariah. Lembaga asosiasi pengusaha,
pesantren, sektor sosial, dan inisiatif kerja sama internasional diperlukan untuk
menguatkan kelembagaan dan menjaga sinergi antarlembaga. Tujuannya adalah
mencapai kemajuan industri halal yang mendorong inklusifitas lembaga-lembaga
pendukungnya.
pertumbuhan industri ini. Infrastruktur itu berupa pedoman yang lengkap, adanya
kawasan ekonomi syariah di daerah-daerah, sumber pembiayaan yang memadai,
dan kolaborasi serta konektivitas antarpemangku kepentingan industri halal.
Kerangka usulan pengembangan ekonomi syariah nasional ini kemudian
diperkaya dengan peta jalan dari berbagai lembaga terkait. Contohnya peta jalan
ekonomi kreatif dan ekonomi digital. Selain itu, perlu juga untuk mengembangkan
strategi khusus bagi ekosistem pendukung, seperti UMKM dan ekonomi digital.
Kerangka usulan ini kemudian dipaparkan dalam berbagai forum, seperti Focus
Group Discussions (FGDs) dan kegiatan uji publik yang melibatkan berbagai
pemangku kebijakan ekonomi syariah di Tanah Air. Maksudnya untuk
mendapatkan masukan dan perbaikan bagi kerangka ini. Setelah mendapatkan
berbagai masukan, kerangka ini kemudian mengalami penyesuaian. Sebagian
besar komponen yang ada dalam usulan sebelumnya tetap masuk ke dalam yang
baru dengan sedikit penyesuaian.
panduan lain, yang sudah ada sebelumnya. Rencana ini dibuat melalui
penyesuaian dengan kondisi dan tantangan terkini baik secara global maupun
lokal.
MAKSI memaparkan beberapa hal penting. Antara lain sejarah dan lanskap
industri keuangan syariah Indonesia, tinjauan strategis industri keuangan syariah
di Indonesia, dan hambatan utama dalam pertumbuhan industri keuangan syariah
di Tanah Air. Selain itu, MAKSI juga memberikan dua rekomendasi utama untuk
mengembangkan keuangan syariah. Pertama adalah peningkatan dan perluasan
industri perbankan, pasar modal, industri keuangan syariah non bank, dan dana
sosial. Kedua adalah pembentukan Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS)
sebagai lembaga koordinator untuk memastikan semua pemangku kebijakan
terkait melaksanakan rencana aksi Masterplan dengan efektif.
Secara garis besar, kerangka ini memuat empat hal utama, yaitu: i) nilai-nilai
dan prinsip dasar pengembangan ekonomi dan keuangan syariah; ii) kerangka
dasar kebijakan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah; iii) strategi dan
rencana aksi ekonomi dan keuangan syariah; dan iv) kerja sama dan koordinasi,
baik dengan pihak internal maupun eksternal, guna pengembangan ekonomi dan
keuangan syariah.
Dalam kerangka desain ini, terlihat bahwa ekonomi dan keuangan syariah
tidak dapatberkembang secara parsial. Sektor ekonomi tidak dapat berkembang
dengan optimal tanpa dukungan sektor keuangan. Begitu juga sektor keuangan,
tidak akan tumbuh tanpa permintaan sektor riil. Selain itu, riset, assesment, dan
edukasi, juga merupakan faktor mendasar yang mendukung efektivitas, inovasi,
serta perkembangan ekonomi dan keuangan syariah. Oleh karena itu, ketiga sektor
ini menjadi faktor pembentuk tiga pilar utama yang diusung dalam kerangka
desain pengembangan ekonomi dan keuangan syariah.
Kerangka ini menjadi salah satu acuan untuk pengembangan ekonomi dan
keuangan syariah nasional. Bahkan, pada akhir tahun 2017, dalam rapat terbatas
persiapan pleno KNKS, kerangka ini diusulkan sebagai strategi nasional ekonomi
dan keuangan syariah di Indonesia. Usulan ini selanjutnya dibawa ke rapat pleno
KNKS dengan Presiden Joko Widodo.
Hingga saat ini tidak banyak industri Indonesia, terutama UMKM, yang
mengantongi sertifikasi halal pada produk yang dihasilkan. Selain itu dengan
masih banyak produk makanan dan minuman franchise terkemuka yang tidak
memiliki sertifikasi halal sementara masih banyak juga konsumen yang tidak
menyadarinya bahkan tidak peduli sehingga perlu dilakukan sosialisasi yang
masif.
Oleh karena itu, UU No. 33 Tahun 2014 tentang JPH akan berperan sangat
penting bagi industri agar baik konsumen maupun produsen mendapat payung
hukum yang jelas dan diharapkan tidak memberatkan industri terutama UMKM
yang didorong menjadi fokus dalam pengembangan industri halal serta
memberikan keringanan dalam hal sertifikasi produk-produknya. DPR perlu
mendorong pemerintah untuk segera membentuk peraturan pelaksana undang-
undang tersebut.
Dari paparan di atas, KNKS memiliki peran yang sangat penting untuk
menentukan keberhasilan pengembangan ekonomi syariah di Indonesia, di
antaranya sebagai pemberi rekomendasi arah kebijakan dan program strategis
pembangunan nasional di sektor keuangan syariah; koordinasi dalam menyusun
dan melaksanakan rencana arah kebijakan dan program strategis di sektor
keuangan syariah; perumus rekomendasi atas penyelesaian masalah di sektor
keuangan syariah dan pemantau dan evaluasi pelaksanaan arah kebijakan dan
program strategis di sektor keuangan. DPR dalam hal ini mendorong pemerintah
sehingga kinerja KNKS dapat berjalan optimal dalam mengembangkan ekonomi
syariah di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Untuk mencapai visi tersebut, terdapat empat strategi utama yang menjadi
acuan para pemangku kepentingan ekonomi syariah. Strategi tersebut adalah: (1)
penguatan rantai nilai halal yang terdiri atas industri makanan dan minuman,
pariwisata, fesyen Muslim, media, rekreasi, industri farmasi dan kosmetika, dan
industri energi terbarukan; (2) penguatan keuangan syariah; (3) penguatan usaha
mikro, kecil dan menengah (UMKM); dan (4) penguatan ekonomi digital.
3.2. Saran
18
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/siaran-pers/siaran-pers-peran-keuangan-
syariah-dalam-pemulihan-ekonomi-nasional-indonesia/
https://www.medcom.id/ekonomi/mikro/dN6nWzRN-empat-strategi-utama-
masterplan-ekonomi-syariah-indonesia
19