Anda di halaman 1dari 6

PROBLEMATIKA PEMBANGUNAN EKONOMI DI NEGARA ISLAM

Aura Bintang
220810102040
Aisyah Jasmine Aura
220810102096
Universitas Jember
Jl. Kalimantan Tegalboto No.37, Krajan Timur, Kec. Sumbersari, Kabupaten Jember, Jawa
Timur 68121

ABSTRAK
Islam memberikan ruang yang sangat luas bagi berkembangnya perekonomian dengan aturan
segala sesuatu hukumnya mubah, kecuali jika ada dalil yang mengharamkannya, menjadi pendorong
utama inovasi ekonomi yang mempercepat pertumbuhan ekonomi Islam. Akan tetapi banyak terjadi
problematika dalam sistem ekonomi di Indonesia, diantaranya sistem sosialisasi, pemasaran, Sumber
Daya Manusia yang kurang kompeten, Produk yang dihasilkan dari ekonomi syariah, Bank Syariah
Ternyata kurangnya perhatian pemerintah Indonesia dalam menanggapi konsep Ekonomi Islam di
Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menemukan beberapa solusi dalam masalah sosial-ekonomi.
Ini berfokus pada konsep ekonomi Islam. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hambatan
apa saja yang dihadapi dalam implementasi sistem ekonomi Islam di Indonesia, bagaimana
problematika yang muncul dan dapat diatasi agar dapat terpecahkan secara signifikan. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif-
analitik. Dengan hasil penelitian menunjukan bahwa solusi dalam menghadapi problematika
ekonomi Islam di Indonesia diantaranya adalah Korelasi Institusi Pendidikan dalam Pengembangan
Perbankan Syariah, Perhatian dari Pemerintah, Perlihatkan Peran Nyata Ekonomi Syariah,
Impelementasu Mata Uang Dinar dan Dirham, Office Network, Impelementasi Regulasi yang Tegas
dan Sistematis, Peningkatan Mutu SDM yang Kurang Kompeten dan Profesional,
Pelatihan/Pendidikan/Sosialisasi kepada Pegawai dan Masyarakat, Marketing Inovatif, Inovasi
Produk, Reorientasi ke Sektor Riil dan Peningkatan Pelayanan dan Profesionalisme.

Kata kunci:
Kata Kunci: Indonesia, problematika sistem ekonomi islam, solusi

PENDAHULUAN

Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem ekonomi yang bersumber daripada Al-Quran dan
As-Sunnah serta berlandasakan pada nilai-nilai dan ajaran Islam. Islam memiliki sistem ekonomi yang
secara fundamental yang terdiri dari berbagai sistem yang lain. Artinya hal ini saling
berkesinambungan antara sistem ekonomi yang ada di Indonesia dan sistem ekonmi Islam. Sistem
ekonomi Islam memiliki peran penting dan menjadi pusat atau rujukan yang paling valid dalam
syariat yang membentuk pandangan dunia sekaligus sasaran dan strategi yang berbeda. Ekonomi
Islam didasarkan atas konsep-konsep Islam itu sendiri tentang mengenai apa yang disebut dengan
kebahagiaan manusia dan kehidupan yang baik yang menekankan pada aspek persaudaraan,
keadilan sosio-ekonomi dan pemenuhan kebutuhan spiritual umat manusia.

PEMBAHASAN
1. Paradigma Pembangunan Negara Mayoritas Muslim
Pertama-tama, paradigma menciptakan landasan untuk pandangan dunia individu atau masyarakat.
Keyakinan, nilai, dan prinsip yang menjadi bagian dari paradigma memengaruhi cara orang memahami
dan merespons peristiwa, tantangan, serta peluang yang muncul. Dalam konteks pembangunan wilayah,
paradigma yang dianut oleh pemimpin, pengambil kebijakan, dan masyarakat dapat membentuk
persepsi terhadap kebutuhan, prioritas, dan solusi yang dianggap relevan. Dalam pengembangan
wilayah, paradigma yang dianut dapat memengaruhi strategi pembangunan yang diambil. Sebagai
contoh, paradigma pembangunan berkelanjutan akan mengarah pada strategi pembangunan yang
mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan secara seimbang. Sebaliknya, jika
paradigma lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa memperhitungkan dampak sosial atau
lingkungan, strategi pembangunan dapat menjadi tidak seimbang dan berisiko jangka panjang.
Proses pembangunan wilayah juga dapat dipengaruhi oleh sejauh mana paradigma tersebut
diterapkan dalam praktik. Apakah paradigma tersebut diintegrasikan dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pembangunan dapat menentukan keberhasilan dan dampak jangka panjang dari upaya
pembangunan tersebut. Jika paradigma hanya diakui secara verbal tanpa diterjemahkan ke dalam
tindakan konkret, potensi positif dari paradigma tersebut mungkin tidak dapat terealisasi sepenuhnya.
Pentingnya paradigma dalam pembangunan wilayah juga tercermin dalam penentuan prioritas.
Paradigma yang dianut akan mempengaruhi apakah prioritas utama pembangunan adalah pertumbuhan
ekonomi, peningkatan kesejahteraan sosial, perlindungan lingkungan, atau kombinasi dari semua itu.
Pemilihan prioritas ini akan membentuk arah dan tujuan pembangunan wilayah tersebut.
Dalam rangka mencapai pembangunan yang berkelanjutan, inklusif, dan berdaya saing, penting
bagi para pemimpin dan pengambil kebijakan untuk secara kritis mengevaluasi paradigma yang menjadi
dasar pemikiran mereka. Mereka perlu memastikan bahwa paradigma tersebut mencerminkan nilai-
nilai pembangunan yang diinginkan, seperti keberlanjutan, keadilan, dan keseimbangan. Dengan
memahami dan mengelola paradigma dengan bijak, proses pembangunan wilayah dapat menjadi lebih
terarah dan memberikan dampak positif yang lebih berkelanjutan bagi masyarakat dan lingkungan.
Pentingnya paradigma dalam pembangunan juga menekankan perlunya kesinambungan dalam
penyesuaian terhadap perubahan lingkungan dan dinamika sosial. Paradigma yang kaku atau tidak
responsif terhadap perubahan dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah baru atau
merespons aspirasi masyarakat yang berkembang.
Oleh karena itu, pembangunan wilayah yang efektif memerlukan kemampuan untuk menyesuaikan
paradigma sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan konteks. Selain itu, paradigma juga
menciptakan dasar untuk evaluasi kinerja pembangunan wilayah. Pengukuran keberhasilan
pembangunan tidak hanya dapat dilihat dari indikator ekonomi semata, tetapi juga dari dampak sosial,
kesejahteraan masyarakat, dan keberlanjutan lingkungan. Paradigma yang holistik dan berorientasi pada
keseimbangan dapat membantu mengukur keberhasilan pembangunan dalam mencapai tujuan-tujuan
ini. Pentingnya memahami paradigma dalam konteks pembangunan wilayah mengingatkan kita bahwa
setiap kebijakan dan tindakan yang diambil memiliki akar pemikiran yang mendalam.
Oleh karena itu, para pemimpin dan pengambil kebijakan perlu secara terus-menerus merefleksikan
dan mengevaluasi paradigma yang mereka anut, serta memastikan bahwa itu tetap relevan dengan nilai-
nilai, aspirasi, dan tuntutan masyarakat yang berubah. Dengan memahami peran paradigma dalam
proses pembangunan wilayah, kita dapat membuka pintu untuk inovasi, fleksibilitas, dan keberlanjutan
yang lebih baik. Selain itu, kesadaran akan peran paradigma dapat mendorong dialog dan partisipasi
lebih luas dalam mengarahkan arah pembangunan, menciptakan masyarakat yang lebih inklusif, serta
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan bersama dalam suatu wilayah.

2. Definisi dan Ciri-Ciri Negara Berkembang


Negara berkembang merupakan negara yang sedang berada pada fase perubahan di segala bidang
kehidupan maupun pembangunan untuk menjadi negara modern. Pendapatan per kapita, pertumbuhan
penduduk, tingkat kesehatan, tingkat pendidikan, angka kelahiran, angka kematian, IPTEK, dan angka
harapan adalah beberapa banyak aspek yang dapat menentukan negara tersebut dikatakan maju atau
berkembang. Sebagian besar negara berkembang memiliki berbagai macam budaya, bangsa, agama,
kekayaan alam , dan latar belakang sejarah. Walaupun suatu negara berkembang memiliki kekayaan
alam yang melimpah, tidak dapat menjamin bahwa negara tersebut akan menjadi negara yang maju
dalam waktu dekat, banyak faktor-faktor yang dapat menghambat negara berkembang menjadi negara
maju, salah satunya adalah sumber daya manusianya.
Dengan kekayaan alam yang melimpah dan berbagai macam budaya yang dimiliki oleh suatu
negara berkembang akan terasa sulit untuk menjadi negara maju jika sumber daya manusianya tidak
berkompeten atau tidak mau mengikuti perkembangan zaman yang dimana pengelolaan kekayaan alam
dan budaya menjadi tidak maksimal seperti maraknya praktik tindakan korupsi dimana-mana,
penyalahgunaan kekayaan alam yang tidak semestinya yang pada akhirnya sangat berdampak pada
perkembangan atau pertumbuhan negara.
Terdapat beberapa ciri utama yang dapat menentukan negara tersebut dikatakan sebagai negara
berkembang, seperti :
1. Kualitas sumber daya manusia
Penduduk negara berkembang cenderung memiliki kualitas yang rendah dibanding negara
maju pada bidang pendidikan, keterampilan, keahlian, dan tingkat produktivitasnya yang
mengakibatkan penduduk negara berkembang mendapatkan pendapatan yang tergolong
kecil dan kesehatan serta kesejahteraan yang mereka dapatkan cukup rendah.
2. Infrastruktur Pada negara berkembang
infrastrukturnya terbilang masih terbatas yang mengakibatkan terhambatnya mobilitas
sumber daya antar wilayah dan juga pertumbuhan
ekonomi dalam berkelanjutan. Ketersediaan infrastruktur yang terbatas dapat
mempengaruhi kesejahteraan rakyatnya yang dimana terjadinya hambatan aksesibilitas
dan tingginya biaya ekonomi
3. Sektor industri
Terbatasnya penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berdampak pada sektor
industri yang mengakibatkan sektor industri lambat dalam berkembang yang dimana
adanya padatnya tenaga kerja dengan upah yang rendah dan kurang mampu bersaing di
pasar global.
4. Ketersediaan Modal Kapital
Pendapatan perkapita yang rendah dialami oleh masyarakat di negara yang berkembang.
Tidak hanya pendapatan yang rendah tetapi tabungan yang rendah, dan kurangnya modal
untuk berinvestasi adalah hal-hal yang sering ditemukan pada masyarakat di negara
berkembang. Negara berkembang juga mengalami rendahnya pendapatan negara akibat
rendahnya tingkat investasi domestik, rendahnya penyerapan tenaga kerja, dan rendahnya
upah kerja yang memaksakan negara berkembang melakukan utang dengan negara maju.

3. Problematika Ekonomi yang Terjadi di Negara Berkembang


Persoalan-persoalan ekonomi yang dihadapi oleh negara berkembang terbilang cukup
bervariasi. Berbeda dengan permasalahan ekonomi yang dialami negara maju, permasalahan ekonomi
yang dialami negara berkembang sangat mendasar yang terdapat pada sendi-sendi kehidupan salah
satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan memang menjadi masalah yang seringkali dihadapi oleh
negara berkembang dalam pertumbuhan ekonominya. Masalah kemiskinan terbilang krusial dalam
pertumbuhan ekonomi karena kemiskinan menjadi penyebab utama dari kelaparan, keterlantaran,
kriminalitas, dan penyakit sosial. Kemiskinan juga berdampak terhadap standar hidup masyarakat,
masyarakat yang mengalami kemiskinan maka mereka akan merasakan kualitas hidup yang rendah
yang dimana dapat terlihat dari pendapatan yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah, harapan hidup
yang rendah, dan tingkat kesehatan yang rendah.

Selain dari kemiskinan terdapat juga faktor ketimpangan ekonomi yang menjadi problematika
ekonomi yang harus dihadapi oleh negara berkembang. Ketimpangan ekonomi dapat mengganggu
pembangunan ekonomi karena ketimpangan ekonomi tidak hanya antar penduduk, tetapi juga antar
golongan, wilayah, kelompok etnik, dan antara desa dengan kota. Ketimpangan ekonomi berdampak
pada masyarakat disebabkan oleh tidak meratanya distribusi pendapatan antara kelompok masyarakat
yang berpendidikan tinggi dengan berpendidikan rendah. Selanjutnya problematika yang dihadapi oleh
negara berkembang adalah masalah kependudukan, pada negara berkembang kerap kali menghadapi
permasalahan kependudukan yang dimana meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk maka
ketersediaan kebutuhan bahan pokok harus sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, jika
pertumbuhan penduduk tidak dapat terkendali dan persebaran penduduk yang tidak merata maka akan
menjadi masalah dan beban bagi negara tersebut.

Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan seringkali menjadi akar dari banyak masalah
sosial di negara berkembang. Ketidaksetaraan dapat menciptakan ketegangan sosial, meningkatkan
disparitas antara kelas sosial, dan memperburuk ketidakadilan. Selanjutnya, faktor kependudukan
menjadi tantangan signifikan, di mana pertumbuhan populasi yang tidak terkendali dapat
mengakibatkan ketersediaan sumber daya yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dasar
masyarakat. Dalam konteks ini, negara berkembang perlu mengimplementasikan kebijakan yang dapat
mengatasi permasalahan kependudukan, seperti program keluarga berencana dan upaya meningkatkan
akses pendidikan dan kesehatan reproduksi. Peningkatan jumlah penduduk yang tidak diimbangi
dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat dapat mengakibatkan kekurangan sumber daya, menghambat
pembangunan berkelanjutan, dan meningkatkan tekanan pada infrastruktur dan layanan kesehatan.

Penting juga untuk memperhatikan aspek regional, etnik, dan perkotaan-perdesaan dalam
analisis permasalahan ekonomi negara berkembang. Ketidaksetaraan antara wilayah perkotaan dan
pedesaan, serta di antara kelompok etnik, dapat menciptakan disparitas pembangunan yang merugikan
sebagian masyarakat. Oleh karena itu, kebijakan ekonomi harus dirancang untuk memastikan distribusi
yang lebih merata dari hasil pertumbuhan ekonomi.Selanjutnya, artikel akan mengulas upaya-upaya
yang dapat diambil oleh negara berkembang untuk mengatasi permasalahan tersebut. Peningkatan akses
pendidikan, pelatihan keterampilan, serta pembangunan infrastruktur ekonomi di wilayah-wilayah
terpencil dapat menjadi langkah-langkah yang efektif. Selain itu, implementasi kebijakan fiskal dan
moneter yang bijaksana, termasuk redistribusi pendapatan dan pemberdayaan ekonomi masyarakat
lokal, juga menjadi kunci dalam merespons ketidaksetaraan ekonomi.
Dengan memahami permasalahan ekonomi ini, negara berkembang dapat mengembangkan
strategi pembangunan yang lebih efektif dan berkelanjutan. Pentingnya melibatkan berbagai pihak,
termasuk pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil, untuk menciptakan sinergi dalam mengatasi
tantangan-tantangan ini. Melalui analisis dan solusi yang holistik, diharapkan negara berkembang dapat
mencapai pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat secara menyeluruh.
KESIMPULAN

Pembangunan mencerminkan evolusi atau peningkatan suatu sistem menuju kondisi


yang lebih baik. Analisis mendetail mengenai peran paradigma dalam proses
pembangunan suatu wilayah dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam.
Kemiskinan menjadi penyebab utama dari kelaparan, keterlantaran, kriminalitas, dan
penyakit sosial. Problematika lain yang dihadapi oleh negara berkembang adalah
ketimpangan ekonomi yang tidak hanya terjadi antar penduduk, tetapi juga antar
golongan, wilayah, kelompok etnik, dan antara desa dengan kota. Permasalahan
kependudukan yang dimana meningkatnya jumlah pertumbuhan penduduk yang tidak
terkendali dapat mengakibatkan ketersediaan sumber daya yang tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat. Ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan
seringkali menjadi akar dari banyak masalah sosial di negara berkembang. Selain itu,
adanya ketidakmerataan yang dapat menciptakan ketegangan sosial, meningkatkan
disparitas antara kelas sosial, dan memperburuk ketidakadilan.

Berdasarkan hasil analisis mengenai upaya yang bertujuan untuk peningkatan


pembangunan dan pertumbuhan ekonomi negara, negara mayoritas Muslim dapat
menerapkan strategi ekonomi seperti melakukan diversifikasi ekonomi untuk
mengembangkan potensi ekonomi yang tidak hanya berfokus pada satu sektor tertentu,
memberikan fokus pada pendidikan dan pelatihan masyarakat untuk mengembangkan
sumber daya yang berkualitas, memperluas potensi kewirausahaan masyarakat dengan
tujuan mendorong kreatifitas dan kesejahteraan. Selain itu, pemerintah atau negara
Muslim dapat melakukan peningkatan kinerja lembaga keuangan syariah untuk
memajukan dan mendorong nilai nilai syariah dengan melaksanakan pembangunan
ekonomi dengan prinsip-prinsip keadilan, kemaslahatan, keseimbangan, dan
universalitas.

DAFTAR PUSTAKA

Killian, P.M. Erza. (2012). “Paradigma Dan Problematika Diplomasi Ekonomi


Indonesia.” Global & Strategis 6(2): 185.

Rahmat, Azwar. (2021). “Konsep Perbandingan Geopolitik, Sosial Budaya Dan


Ekonomi Negara Maju Dan Negara Berkembang.” Jurnal Edukasia Multi
Kultura 3(1): 17.

Syamsuri. (2016). “Paradigma Pembangunan Ekonomi; Satu Analisis Tinjauan


Ulang Dari
Perspektif Ekonomi Islam.” ISLAMICONOMIC: Jurnal Ekonomi Islam 7(2): 219–42.
Guntoro, Satriok, & Ahmad. (2022). “Dinamika Dan Problematika Ekonomi
Syariah Di Negara Islam.” Syarikat: Jurnal Rumpun Ekonomi Syariah 5(2):
120–27.

Anda mungkin juga menyukai