Tentang
Oleh:
HARIYO
NIM 2020030016
Dosen pengampu
Dr. Rozalinda, M.Ag
Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D
Alhamdulillah, puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada pemakalah dalam menyusun
dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tak lupa pemakalah
sampaikan kepada nabi besar Muhammad saw.
Penulis
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam?
2. Bagaimana peran pemerintah dan swasta dalam pembangunan ekonomi
islam?
3. Bagaimana tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi dalam perspektif
ekonomi islam?
4. Bagaimana potret pembangunan ekonomi negara-negara islam?
5. Bagaimana pembangunan Sumber Daya Manusia dalam ekonomi
islam?
6. Bagaimana indeks pembangunan Sumber Daya Manusia?
2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pembangunan ekonomi dalam perspektif
ekonomi islam.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dan swasta dalam
pembangunan ekonomi islam
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi dalam
perspektif ekonomi islam
4. Untuk mengetahui potret pembangunan ekonomi negara-negara
islam
5. Untuk mengetahui pembangunan Sumber Daya Manusia dalam
ekonomi islam
6. Untuk mengetahui indeks pembangunan Sumber Daya Manusia
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia,2008), 135, entri “erat.”
2
Wan Mohd Nor Wan Daud, Pembangunan Di Malaysia kearah satu kefahaman baru yang lebih
sempurna, 14.
3
Ibid, 19.
4
pembayaran adalah ukuran-ukuran yang dicapai dalam menilai tingkat
keberhasilan pembangunan ekonomi.4
4
Revrisond Baswir, Manifesto Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), 7-8.
5
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta : Senayan Abadi Publising, 2003), 47.
5
umum, sehingga dalam perspektif islam negara dapat mendefinisikan
apapun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut.6
2. Swasta
6
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam “Perspektif Konsep Model, Paradigma, Teori dan Aspek
Hukum”, (Surabaya: Vira Jaya Multi Press, 2008), 283.
7
Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, “Agama Negara dan Penerapan Syariah”, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001), 20.
8
James Post, dkk, “Business and Society - Corporate Strategy, Public Policy, Ethics”, (New York:
McGraw-Hill Inc, 1996), 209-210.
6
Namun perlu diingat, hubungan yang terjalin antara pemerintah
dan sektor swasta haruslah memiliki hubungan yang saling
menguntungkan dan harus diikat dalam suatu kontrak untuk jangka
waktu tertentu. Disinilah peran dan fungsi pemerintah untuk
mengontrol pelaksanaan pembangunan diperlukan. Sebagaimana kita
sadari bahwa sudah jelas dengan adanya keterlibatan pihak swasta
adalah untuk meraih keuntungan sebagai konsekuensi dalam
pembangunan. Namun keuntungan yang didapat oleh pihak swasta ini
sudah seharusnya tidak merugikan pembangunan. Oleh karena itu
perlunya adanya pengawasan dari pemerintah dan pembatasan waktu.9
9
5 Sastra Djatmika Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1979, hlm.
41.
10
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2004, hlm. 20
7
b. Management contract. Kerjasama ini tidak jauh berbeda dengan
service contract. Namun yang membedakannya adalah kerjasama
ini dilakukan pada tingkatan operasional manajemen dan
maintenance dengan jangka waktu tiga sampai dengan delapan
tahun. Posisi pihak swasta adalah sebagai pemilik asset, investor,
dan bertanggung jawab atas risiko finansial dalam batasan
minimal. Di dalam proses seleksi hanya ada satu kali kompetisi
dan tidak ada pembaharuan perjanjian. Keunggulan dari
management contract adanya keterlibatan pihak swasta yang
lebih kuat. Namun kelemahannya manajemen tidak memiliki
pengawasan yang kuat secara menyeluruh (meliputi keuangan,
kebijakan pegawai,dan sebagainya). Contohnya tidak jauh
berbeda dengan service contract seperti pengelolaan fasilitas
umum (rumah sakit, sekolah, tempat parkir).11
c. Lease contract yaitu kerjasama pemerintah yang pihak swasta
dalam jangka waktu sepuluh sampai dengan lima belas tahun
dimana tanggung jawab manajemen, operasional dan
pembaharuan kontrak lebih spesifik. Pemilik modal adalah sektor
publik (pemerintah) namun pihak swasta turut menanggung risiko
keuangan (risiko menengah). Kelemahannya akan menimbulkan
potensi konflik antara pihak swasta sebagai operator pelaksana
dan sektor publik (pemerintah) sebagai pemilik modal.
Contohnya pengelolaan taman hiburan, bandara, dan armada bis,
dan sebagainya.
d. Concession merupakan kerjasama yang melibatkan
pemerintah/publik dan swasta sebagai pemilik modal dalam
jangka waktu 20 sampai dengan 30 tahun. Posisi pihak swasta
sebagai penanggung jawab operasional, pemodal,
memelihara,dan menanggung risiko secara penuh.
11
M. Solly Lubis, Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 9
8
Keunggulannya pihak swasta mendapatkan kompensasi penuh.
Di sisi lain sektor publik/pemerintah mendapatkan manfaat
peningkatan efisiensi operasional dan komersial dalam investasi
dan pengembangan SDMnya. Contohnya PPP yang bersifat
comncession adalah pembangunan jalan tol, pelabuhan laut dan
udara, rumah sakit, stadion olahraga, dan sebagainya.12
C. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi
Islam
1. Tujuan
a. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pembangunan ekonomi tentu akan berimbas pada peningkatan
laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang berbeda. Yang mana
pertumbuhan ekonomi tidak menekankan pada pemerataan tarif
hidup masyarakat, meski begitu meningkatnya pembangunan
ekonomi juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
b. Meningkatkan lapangan pekerjaan dan mengurangi
pengangguran. Masalah pengangguran adalah isu yang terus
terjadi di sebuah Indonesia dan belum terselesaikan. Salah satu
upaya untuk mengatasi pengangguran adalah meningkatkan
pembangunan ekonomi. Diharapkan hal tersebut bisa
meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi
pengangguran yang berdampak pada menurunnya angka
kemiskinan di daerah-daerah.
c. Mengurangi angka kemiskinan. Kemiskinan adalah isu penting
yang harus diatasi di Indonesia. Seperti diketahui bahwa di
Indonesia masih banyak masyarakat miskin. Adanya
pembangunan ekonomi yang baik dan berkelanjutan diharapkan
bisa mengurangi persentase dan angka kemiskinan di Indonesia.
12
Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas
Jendral Soedirman, Purwokerto, 2004, hlm. 26.
9
d. Menciptakan keadilan dan kemakmuran dalam bermasyarakat.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah bertujuan
untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran dalam
bermasyarakat.
e. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan
kesehatan. Pemerintah melakukan pembangunan ekonomi secara
berkelanjutan dengan memperbaiki beberapa sektor termasuk
mengerahkan sektor pendidikan dan kesehatan. Tentu dua sektor
ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Sasaran
10
menjadi tergantung pada minyak, kegiatan ekonomi juga sangat
terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak. pada tahun 1997
menempatkan produk domestik bruto nominal sekitar 34 miliar riyal, di
mana bagian sektor minyak mendominasi PDB dengan sekitar 38%.
Terlebih lagi, karena pengeluaran pemerintah. kebijakan fiskal
merupakan suatu kekuatan mempengaruhi ekonomi. Di negara Qatar,
kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter selama ini.
Dengan demikian, pengeluaran publik mempunyai dampak
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan
perubahan jumlah uang yang beredar.
11
2. Perkembangan Sistem Ekonomi Islam di Indonesia
13
Sutan Remy Sjahdeini (1999), Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta: Grafiti, h. 157.
14
Sofyan S. Harahap dan Yuswar Z. Basri (2004), op.cit., h. 42. Lihat pula Muhammad Syafi‘i
Antonio (2001), op.cit., hh. 25-28. Lihat pula Heri Sudarsono (2004), op.cit., hh. 28-30.
15
Statistik Perbankan Syariah (Januari 2011), Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah BI, p. 6
12
Perkembangan dan pertumbuhan praktik ekonomi Islam di
Indonesia dapat dikatakan sangat pesat setelah mendapat dukungan
pemerintah dalam bentuk politik ekonomi yang berprinsipkan pada
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Perkembangan pesat tersebut dapat
terlihat dalam berbagai bidang ekonomi yang menerapkan sistem
ekonomi Islam, seperti perbankan Syariah, asuransi Syariah, sukuk,
pasar modal Syariah, keuangan publik, dan lain-lain. Fakta berbeda
perkembangan dan pertumbuhan praktik ekonomi Islam dapat dilihat
dalam kurun waktu di mana politik ekonomi pemerintah belum
berpihak pada ekonomi Islam, yaitu sebelum tahun 1998.
16
Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm. 74-75.
13
melalui tiga jalur utama yaitu jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja, dan
jalur pengembangan lingkungan kerja.17 Ketiga jalur tersebut saling
melengkapi dan saling mengisi serta terkait yang satu dengan yang lain. Dan
ini merupakan sub sistem dari pembangunan SDM.
Dalam islam, pembangunan SDM bukanlah suatu hal yang baru, ini
karena pembangunan manusia sebenarnya telah lama diperjuangkan dan
menjadi tujuan dakwah islamiyah. Islam melihat betapa pentingnya peran
manusia dalam pembentukan sebuah negara. Dalam al-qur’an Allah SWT
telah menetapkan dan mendeklarasikan manusia sebagai makhluk unggul,
makhluk istimewa, sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat At-Tin
ayat 4:
Dengan itu manusia dibekali berbagai potensi yang luar biasa, apabila
dikembangkan dengan tepat atau benar akan menjadi specius manusia itu
sebagai makhluk berbudaya, berperadaban dan siap memantapkan dirinya
sebagai mandataris Allah SWT di muka bumi (khilfatullah fi al-ardl).18
Tetapi apabila pengembangan potensi manusia tersebut tidak tepat dan tidak
benar, maka manusia juga dapat menjadi monster yang mengancam
17
Wahyu,perubahan sosial dan pembangunan, (Jakarta: PT. Hetcha Mitra Utama, 2005), hal. 153.
18
Muhammad Thorha Hasan, Islam Dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantagora, Cet
Pertaman, 2003), hal. XIV.
14
kedamaian dunia dan dapat menghancurkan kehidupan dibumi dengan segala
kekayaan dan keindahan.
19
Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, 2006:430
www.google.com
15
3. pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat
pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek
ekonomi saja.
4. Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada
upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga
dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut
secara optimal.
5. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:
produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
6. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk
mencapainya.
16
ْ ُ ُ َّ َّ َ َّ َ
ْ ِ ل يعل ُمونْْۗ ِإنما يتذك ُ ْر أول ْو اْللب
اب ْ ْيعل ُمونْ وال ِذين
(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.
Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah
kepada-Nya.
20
Salahuddin El Ayyubi, Islam dan Indeks Pembangunan Manusia. Dosen IE FEM IPB dan
Peneliti Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB www.google.com
17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. pembangunan dalam perspektif Islam yaitu peningkatan kesadaran
insan atas tanggung jawabnya terhadap berbagai hakikat dan
masalah mengikut urutan keutamaan yang sah, dan amal perbuatan
yang ikhlas, berhikmah, berani, sederhana dan adil. Pembangunan
ini dapat diukur dengan empat hal utama yaitu kebebasan, keadilan,
akhlak dan moral, dan kebahagiaan.
2. Dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari tanggung
jawab pemerintah yang berusaha melakukan penertiban dan
mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dalam
perspektif Islam memiliki fleksibelitas yang luas didasarkan pada
premis bahwa Islam bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
umum, sehingga dalam perspektif islam negara dapat
mendefinisikan apapun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut.
3. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pembangunan ekonomi tentu akan berimbas pada peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi.
4. Dalam islam, pembangunan SDM bukanlah suatu hal yang baru, ini
karena pembangunan manusia sebenarnya telah lama diperjuangkan
dan menjadi tujuan dakwah islamiyah. Islam melihat betapa
pentingnya peran manusia dalam pembentukan sebuah negara.
5. Pembangunan Manusia dalam Perspektif Islam UNDP telah
menentukan tiga faktor yang dijadikan tolak ukur akan keberhasilan
suatu pembangunan, yaitu, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Ketiga unsur ini pun mendapat perhatian yang cukup besar dalam
Islam sebagai faktor penting dalam pembangunan manusia
18
DAFTAR PUSTAKA
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam “Perspektif Konsep Model, Paradigma, Teori dan Aspek
Hukum”, (Surabaya: Vira Jaya Multi Press, 2008)
James Post, dkk, “Business and Society - Corporate Strategy, Public Policy, Ethics”, (New
York: McGraw-Hill Inc, 1996)
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta : Senayan Abadi Publising, 2003)
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2004
Salahuddin El Ayyubi, Islam dan Indeks Pembangunan Manusia. Dosen IE FEM IPB dan
Peneliti Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB www.google.com
Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, 2014)
Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia. (Jakarta: Grafiti, 1999)
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia,2008)
Wahyu,perubahan sosial dan pembangunan, (Jakarta: PT. Hetcha Mitra Utama, 2005),
hal. 153.
Muhammad Thorha Hasan, Islam Dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lantagora, Cet Pertaman, 2003)
Wan Mohd Nor Wan Daud, Pembangunan Di Malaysia kearah satu kefahaman baru yang
lebih sempurna
19