Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

EKONOMI MAKRO ISLAM

Tentang

PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

Oleh:

HARIYO
NIM 2020030016

Dosen pengampu
Dr. Rozalinda, M.Ag
Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D

PRODI EKONOMI SYARIAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI


IMAM BONJOL PADANG 2021 M/1442 H
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur pemakalah ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya kepada pemakalah dalam menyusun
dan menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tak lupa pemakalah
sampaikan kepada nabi besar Muhammad saw.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi


persyaratan mata kuliah Ekonomi Makro Islam dalam perkuliahan Pasca Sarjana
(S2) semester 2 tahun ajaran 2020/2021. Dalam kesempatan ini pemakalah
mengucapkan terima kasih kepada ibu/bpk dosen ibu Dr. Rozalinda, M.Ag dan
Bapak. H. Ahmad Wira, M.Ag, M.Si, Ph.D yang telah memberikan kesempatan dan
bimbingan kepada pemakalah untuk menyusun dan menyelesaikan makalah ini.

Pemakalah sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna, terutama mengenai
teknis penulisan dan dari segi konten makalah. Untuk itu kritik dan saran yang
membangun sangat pemakalah harapkan dari bpk/ibu dosen pembimbing dan
rekan-rekan mahasiswa semuanya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua. Amin. Tidak ada manusia yang sempurna, hanya kepada Allah saja kita
bertawakkal dan memohon pertolongan.

Padang, April 2021

Penulis

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara sederhana pembangunan dapat dimaknai sebagai usaha atau


proses untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Proses
pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek
ekonomi, politik, sosial, maupun budaya. Sedangkan pembangunan ekonomi
merupakan suatu proses untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik
dari yang sebelumnya atau meningkatkan kualitas yang lebih baik, sehingga
kesejahteraan dan kemakmuran semakin tinggi. Dalam wacana ekonomi
pembangunan, pembangunan ekonomi identik dengan menciptakan dan
mempertahankan serta meningkatkan pendapatan nasional.

Manusia adalah kekayaan bangsa. Tujuan utama pembangunan adalah


menciptakan lingkungan yang memungkinkan rakyat menikmati umur
panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan yang produktif. Hal ini
nampaknya sederhana tetapi seringkali terlupakan oleh kesibukan jangka
pendek untuk mengumpulkan harta dan uang. Pembangunan manusia
menempatkan manusia sebagai tujuan akhir dari pembangunan itu sendiri
bukan merupakan alat dari pembangunan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pembangunan ekonomi dalam perspektif ekonomi islam?
2. Bagaimana peran pemerintah dan swasta dalam pembangunan ekonomi
islam?
3. Bagaimana tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi dalam perspektif
ekonomi islam?
4. Bagaimana potret pembangunan ekonomi negara-negara islam?
5. Bagaimana pembangunan Sumber Daya Manusia dalam ekonomi
islam?
6. Bagaimana indeks pembangunan Sumber Daya Manusia?

2
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pembangunan ekonomi dalam perspektif
ekonomi islam.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dan swasta dalam
pembangunan ekonomi islam
3. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran pembangunan ekonomi dalam
perspektif ekonomi islam
4. Untuk mengetahui potret pembangunan ekonomi negara-negara
islam
5. Untuk mengetahui pembangunan Sumber Daya Manusia dalam
ekonomi islam
6. Untuk mengetahui indeks pembangunan Sumber Daya Manusia

3
BAB II

PEMBAHASAN

PEMBANGUNAN EKONOMI DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

A. Pengertian

Secara bahasa istilah pembangunan berasal dari kalimat bangun;


bangkit, berdiri yang kata derivasi dari bangun yaitu membangun atau
pembangunan yang berarti membina, membuat, mendirikan, memperbaiki;
membuat supaya maju dan berkembang.1 Dalam istilah Arab modern
pembangunan berasal dari kalimat ‫( تنمية‬Tanmiyyah) yang bermaksud
pertumbuhan; dan juga ‫( تقدم‬Taqaddum) yang berarti maju ke depan atau
kemajuan.2

Sedangkan secara epistimologi pembangunan dalam perspektif Islam


yaitu peningkatan kesadaran insan atas tanggung jawabnya terhadap berbagai
hakikat dan masalah mengikut urutan keutamaan yang sah, dan amal
perbuatan yang ikhlas, berhikmah, berani, sederhana dan adil. Pembangunan
ini dapat diukur dengan empat hal utama yaitu kebebasan, keadilan, akhlak
dan moral, dan kebahagiaan.3

Pembangunan bidang ekonomi adalah salah satu strategi untuk


mencapai tujuan yang dicita-citakan bangsa ini. Bidang ekonomi adalah salah
satu bidang yang menjadi perhatian serius dan sangat strategis karena
berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat. Berbagai
perencanaan pembangunan selalu mengarah pada penguatan bidang ekonomi
ini. Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara pun dapat dilihat pada
ketercapaian target-target ekonominya. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan
per kapita penduduk, jumlah pengangguran, tingkat kemiskinan, dan neraca

1
Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia,2008), 135, entri “erat.”
2
Wan Mohd Nor Wan Daud, Pembangunan Di Malaysia kearah satu kefahaman baru yang lebih
sempurna, 14.
3
Ibid, 19.

4
pembayaran adalah ukuran-ukuran yang dicapai dalam menilai tingkat
keberhasilan pembangunan ekonomi.4

Ditengah kegagalan pembangunan yang berlandaskan pada sistem


kapitalisme dunia ini muncullah sebuah alternatif sistem ekonomi yang
berbasiskan pada nilai-nilai ajaran syari’ah islam. Pada saat krisis ekonomi
moneter melanda dunia, lembaga-lembaga ekonomi dinegara-negara
berkembang yang menerapkan mekanisme syari’ah terbukti dapat bertahan
dan bahkan disebagiannya mampu untuk dapat tumbuh dan berkembang.5

Pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara dalam pandangan


ekonomi Islam harus memiliki tujuan yang jauh, yakni berupa peningkatan
kesejahteraan dan kebahagiaan manusia di dunia dan akhiratnya.
Pembangunan tidak boleh hanya berkait dengan maslahah dunia saja, tetapi
juga harus dihubungkan dengan yang lebih abadi (transendental).

Pembangunan manusia secara utuh telah menjadi target pertama dalam


ekonomi Islam. Dengan kata lain, pembangunan tidak sekedar membangun
ekonomi rakyat, tetapi juga membangun sikap mentalnya (mental attitudes).
Pembangunan juga tidak sekedar kebutuhan jasmaninya, tetapi juga
kebutuhan rohaninya. Kebutuhan rohani yang terbangun akan secara otomatis
mendorong kemandirian, dan kesadaran yang tinggi bagi setiap orang untuk
membangun dirinya, dan membangun bangsa dan umat manusia.

B. Peran Pemerintah dan Swasta Dalam Pembangunan Ekonomi Islam


1. Pemerintah

Dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari tanggung


jawab pemerintah yang berusaha melakukan penertiban dan
mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dalam
perspektif Islam memiliki fleksibelitas yang luas didasarkan pada
premis bahwa Islam bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat

4
Revrisond Baswir, Manifesto Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), 7-8.
5
M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta : Senayan Abadi Publising, 2003), 47.

5
umum, sehingga dalam perspektif islam negara dapat mendefinisikan
apapun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut.6

Menurut Islam, negara memiliki hak untuk melakukan intervensi


dalam kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh individu, baik untuk
memantau kegiatan atau untuk mengatur atau melakukan berbagai jenis
kegiatan ekonomi yang tidak dapat dilakukan oleh individu. Partisipasi
negara dalam kegiatan ekonomi pada awal Islam sangat kurang karena
kegiatan ekonomi masih sederhana karena kemiskinan lingkungan di
mana Islam muncul. Selain itu, ini juga disebabkan oleh kontrol
spiritual dan stabilitas mental umat Islam di masa awal yang membuat
mereka secara langsung mematuhi perintah Syariah dan sangat berhati-
hati untuk melindungi keselamatan mereka dari penipuan dan kesalahan
semua ini mengurangi peluang negara untuk ikut campur dalam
kegiatan ekonomi.7

Peran pemerintah dalam pembangunan ekonomi suatu negara


tidak dibahas dalam teori atau perkiraan pemikiran ekonomi.
Pemerintah memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi
melalui berbagai langkah yang terkait dengan sektor publik.8

2. Swasta

Keterlibatan pihak swasta yang mampu menyediakan keuangan


dan tenaga ahli setidaknya membantu fungsi pemerintah sebagai motor
pelaksana pembangunan. Selain itu melalui PPP juga menciptakan
sistem pemerintahan yang bersih karena dalam hal ini pemerintah juga
bisa melaksanakan fungsi kontrol terhadap sektor swasta yang terlibat.

6
Ismail Nawawi, Ekonomi Islam “Perspektif Konsep Model, Paradigma, Teori dan Aspek
Hukum”, (Surabaya: Vira Jaya Multi Press, 2008), 283.
7
Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, “Agama Negara dan Penerapan Syariah”, (Yogyakarta: Fajar
Pustaka Baru, 2001), 20.
8
James Post, dkk, “Business and Society - Corporate Strategy, Public Policy, Ethics”, (New York:
McGraw-Hill Inc, 1996), 209-210.

6
Namun perlu diingat, hubungan yang terjalin antara pemerintah
dan sektor swasta haruslah memiliki hubungan yang saling
menguntungkan dan harus diikat dalam suatu kontrak untuk jangka
waktu tertentu. Disinilah peran dan fungsi pemerintah untuk
mengontrol pelaksanaan pembangunan diperlukan. Sebagaimana kita
sadari bahwa sudah jelas dengan adanya keterlibatan pihak swasta
adalah untuk meraih keuntungan sebagai konsekuensi dalam
pembangunan. Namun keuntungan yang didapat oleh pihak swasta ini
sudah seharusnya tidak merugikan pembangunan. Oleh karena itu
perlunya adanya pengawasan dari pemerintah dan pembatasan waktu.9

Proses kerjasama yang terjalin antara pemerintah dan pihak


swasta dapat dilakukan dalam beberapa cara yaitu melalui service
contract, management contract, lease contract, concession, BOT (Build
Operation Transfer), Joint Venture Agreement, dan Community Based
Provision. Namun dalam proses kerjasama yang dilakukan ini terdapat
beberapa keunggulan dan kelemahannya.

a. Service contract merupakan kerjasama pemerintah dengan pihak


swasta untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dalam jangka
waktu satu sampai dengan tiga tahun. Pihak swasta memiliki
posisi sebagai pemilik asset dan penanggung jawab risiko
keuangan secara penuh. Di dalam proses ini tidak terlalu
membutuhkan komitmen politik, biaya recovery, regulasi dan
informasi dasar. Sementara kapasitas pemerintah pun
dikategorikan sedang (tidak memerlukan skill khusus).
Contohnya pengumpulan dan pembuangan sampah, pengerukan
kali, penarikan dan pengumpulan tagihan air, perawatan pipa air,
kesemuanya ini dapat dimitrakan kepada pihak swasta.10

9
5 Sastra Djatmika Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1979, hlm.
41.
10
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2004, hlm. 20

7
b. Management contract. Kerjasama ini tidak jauh berbeda dengan
service contract. Namun yang membedakannya adalah kerjasama
ini dilakukan pada tingkatan operasional manajemen dan
maintenance dengan jangka waktu tiga sampai dengan delapan
tahun. Posisi pihak swasta adalah sebagai pemilik asset, investor,
dan bertanggung jawab atas risiko finansial dalam batasan
minimal. Di dalam proses seleksi hanya ada satu kali kompetisi
dan tidak ada pembaharuan perjanjian. Keunggulan dari
management contract adanya keterlibatan pihak swasta yang
lebih kuat. Namun kelemahannya manajemen tidak memiliki
pengawasan yang kuat secara menyeluruh (meliputi keuangan,
kebijakan pegawai,dan sebagainya). Contohnya tidak jauh
berbeda dengan service contract seperti pengelolaan fasilitas
umum (rumah sakit, sekolah, tempat parkir).11
c. Lease contract yaitu kerjasama pemerintah yang pihak swasta
dalam jangka waktu sepuluh sampai dengan lima belas tahun
dimana tanggung jawab manajemen, operasional dan
pembaharuan kontrak lebih spesifik. Pemilik modal adalah sektor
publik (pemerintah) namun pihak swasta turut menanggung risiko
keuangan (risiko menengah). Kelemahannya akan menimbulkan
potensi konflik antara pihak swasta sebagai operator pelaksana
dan sektor publik (pemerintah) sebagai pemilik modal.
Contohnya pengelolaan taman hiburan, bandara, dan armada bis,
dan sebagainya.
d. Concession merupakan kerjasama yang melibatkan
pemerintah/publik dan swasta sebagai pemilik modal dalam
jangka waktu 20 sampai dengan 30 tahun. Posisi pihak swasta
sebagai penanggung jawab operasional, pemodal,
memelihara,dan menanggung risiko secara penuh.

11
M. Solly Lubis, Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung, 2007, hlm. 9

8
Keunggulannya pihak swasta mendapatkan kompensasi penuh.
Di sisi lain sektor publik/pemerintah mendapatkan manfaat
peningkatan efisiensi operasional dan komersial dalam investasi
dan pengembangan SDMnya. Contohnya PPP yang bersifat
comncession adalah pembangunan jalan tol, pelabuhan laut dan
udara, rumah sakit, stadion olahraga, dan sebagainya.12
C. Tujuan dan Sasaran Pembangunan Ekonomi Dalam Perspektif Ekonomi
Islam
1. Tujuan
a. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pembangunan ekonomi tentu akan berimbas pada peningkatan
laju pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dan
pertumbuhan ekonomi adalah dua hal yang berbeda. Yang mana
pertumbuhan ekonomi tidak menekankan pada pemerataan tarif
hidup masyarakat, meski begitu meningkatnya pembangunan
ekonomi juga mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi.
b. Meningkatkan lapangan pekerjaan dan mengurangi
pengangguran. Masalah pengangguran adalah isu yang terus
terjadi di sebuah Indonesia dan belum terselesaikan. Salah satu
upaya untuk mengatasi pengangguran adalah meningkatkan
pembangunan ekonomi. Diharapkan hal tersebut bisa
meningkatkan lapangan pekerjaan sehingga dapat mengurangi
pengangguran yang berdampak pada menurunnya angka
kemiskinan di daerah-daerah.
c. Mengurangi angka kemiskinan. Kemiskinan adalah isu penting
yang harus diatasi di Indonesia. Seperti diketahui bahwa di
Indonesia masih banyak masyarakat miskin. Adanya
pembangunan ekonomi yang baik dan berkelanjutan diharapkan
bisa mengurangi persentase dan angka kemiskinan di Indonesia.

12
Sri Hartini dan Setiajeng Kadarsih, Diktat Hukum Kepegawaian, Fakultas Hukum Universitas
Jendral Soedirman, Purwokerto, 2004, hlm. 26.

9
d. Menciptakan keadilan dan kemakmuran dalam bermasyarakat.
Pembangunan ekonomi yang dilakukan pemerintah bertujuan
untuk menciptakan keadilan dan kemakmuran dalam
bermasyarakat.
e. Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pendidikan dan
kesehatan. Pemerintah melakukan pembangunan ekonomi secara
berkelanjutan dengan memperbaiki beberapa sektor termasuk
mengerahkan sektor pendidikan dan kesehatan. Tentu dua sektor
ini dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Sasaran

Pada setiap kegiatan pembangunan ekonomi, harus mempunyai


sasaran yang tepat sehingga dapat berguna secara efektif dan efisien.
Sasaran pembangunan yang dilaksanakan adalah untuk membentuk
manusia sesungguhnya. Diantaranya:

a. Berkecukupan, mempunyai makna yaitu tercukupinya kebutuhan


hidupnya baik primer ataupun sekunder secara layak dan
manusiawi.
b. Kepuasan, Meliputi adanya kemudahan, kontinu
(berkesinambungan) dan stabil (tetap) baik dalam hal persediaan
dan pelayanan kebutuhan hidupnya.
c. Ketentraman, yaitu tumbuh dan hadirnya rasa aman serta jaminan
hukum guna kehidupan yang sesuai dengan tatanan yang ada.
d. Stimulasi, adalah dalam bentuk kesempatan yang memungkinkan
setiap masyarakat dapat mencapai hasil karya yang optimal sesuai
bakat dan kemampuannya.
D. Potret Pembangunan Ekonomi Negara-negara Islam
1. Perkembangan Sistem Ekonomi Islam di Qatar

Ekonomi Qatar telah didominasi oleh sektor minyak. Selama tiga


puluh tahun terakhir, Qatar telah mengalami perubahan besar, menjadi
salah satu negara per kapita tertinggi di dunia. Karena negara telah

10
menjadi tergantung pada minyak, kegiatan ekonomi juga sangat
terpengaruh oleh fluktuasi harga minyak. pada tahun 1997
menempatkan produk domestik bruto nominal sekitar 34 miliar riyal, di
mana bagian sektor minyak mendominasi PDB dengan sekitar 38%.
Terlebih lagi, karena pengeluaran pemerintah. kebijakan fiskal
merupakan suatu kekuatan mempengaruhi ekonomi. Di negara Qatar,
kebijakan fiskal lebih efektif daripada kebijakan moneter selama ini.
Dengan demikian, pengeluaran publik mempunyai dampak
pertumbuhan ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan
perubahan jumlah uang yang beredar.

Negara Qatar tidak mengenakan pajak penghasilan (PPh) orang


pribadi, pajak atas dividen, dan pajak pertambahan nilai (PPN). Sebagai
instrument kebijakan fiskalnya karena Qatar bertumpu pada cadangan
gas dan minyak sebagai sumber pendapatanya. Meski demikian, warga
Qatar harus tetap menyetorkan 5% dari penghasilan mereka sebagai
jaminan sosial. Otoritas pajak Qatar juga menetapkan tarif standar
untuk perusahaan sebesar 10%. Namun, khusus untuk perusahaan yang
bergerak di sektor mgias akan dikenakan tarif PPh badan sebesar
35%.(News.ddtc.co.id, 2020) sehingga pendapatan yang berasal dari
sektor pajak masih sangat kecil, sedangkan untuk zakat, dinegara Qatar
terdapat pembayaran zakat secara online, yang didalamnya terdapat
besaran perhitungan zakat yang harus dikeluarkan, penduduk dapat
menghitung sendiri besaran dari zakatnya, didalamnya juga dilengkapi
dengan 3 jenis zakat yaitu zakat emas, zakat hewan ternak (unta), dan
zakat persediaan Untuk alokasi dana zakat ini sudah dikelola melalui
sebuah lembaga “Qatar Charity” yang bergerak untuk memberikan
bantuan pada enam bidang kemanusiaan (tempat tinggal, tanggap
darurat medis, bantuan makanan, WASH dan bantuan keuangan) dan
tujuh bidang pengembangan (kesehatan, pendidikan, WASH,
keamanan pangan, pemberdayaan keuangan, perumahan dan perawatan
sosial).

11
2. Perkembangan Sistem Ekonomi Islam di Indonesia

Pada tahun 1998, pemerintah mengundangkan Undang-Undang


No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan terhadap Undang-Undang No. 7
Tahun 1992 tentang perbankan, yang di dalamnya sudah memuat
tentang operasi perbankan berdasarkan prinsip Syariah. Setahun
kemudian pemerintah mengundangkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Bank Indonesia (BI) yang dalam Pasal 10, menyatakan bahwa BI dapat
menerapkan policy keuangan berdasarkan prinsip-prinsip Syariah.13
Hadirnya 2 undang-undang tersebut semakin memperkokoh landasan
yuridis eksistensi bank Syariah di Indonesia.

Selain mengatur bank Syariah, kedua UU tersebut menjadi


landasan hukum bagi perbankan nasional untuk mulai melaksanakan
dual banking system, yaitu sistem perbankan konvensional dan Syariah
yang berjalan secara berdampingan, di mana bank konvensional yang
telah ada dibolehkan membuka Syariah windows. Sejak itu, didirikan
berbagai Unit Usaha Syariah (UUS) di bank konvensional seperti Bank
IFI cabang usaha Syariah (1999), Bank Jabar cabang usaha Syariah
(2000), Bank BNI 46 Syariah (2000), Bank Bukopin cabang usaha
Syariah (2001), BRI Syariah (2001), Bank Danamon Syariah (2002),
BII Syariah (2003) dan lain-lain.14 Di samping itu berdiri pula Bank
Umum Syariah (BUS) seperti Bank Syariah Mandiri (BSM) yang
sepenuhnya beroperasi secara Syariah (1999) dan Bank Syariah Mega
Indonesia (2004). Hingga Januari 2011, telah menjadi 11 BUS, 23
UUS, 151 BPRS dengan aset mencapai 95 Trilyun plus 745 M (per
Januari 2011).15

13
Sutan Remy Sjahdeini (1999), Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia. Jakarta: Grafiti, h. 157.
14
Sofyan S. Harahap dan Yuswar Z. Basri (2004), op.cit., h. 42. Lihat pula Muhammad Syafi‘i
Antonio (2001), op.cit., hh. 25-28. Lihat pula Heri Sudarsono (2004), op.cit., hh. 28-30.
15
Statistik Perbankan Syariah (Januari 2011), Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah BI, p. 6

12
Perkembangan dan pertumbuhan praktik ekonomi Islam di
Indonesia dapat dikatakan sangat pesat setelah mendapat dukungan
pemerintah dalam bentuk politik ekonomi yang berprinsipkan pada
prinsip-prinsip ekonomi Islam. Perkembangan pesat tersebut dapat
terlihat dalam berbagai bidang ekonomi yang menerapkan sistem
ekonomi Islam, seperti perbankan Syariah, asuransi Syariah, sukuk,
pasar modal Syariah, keuangan publik, dan lain-lain. Fakta berbeda
perkembangan dan pertumbuhan praktik ekonomi Islam dapat dilihat
dalam kurun waktu di mana politik ekonomi pemerintah belum
berpihak pada ekonomi Islam, yaitu sebelum tahun 1998.

3. Perkembangan Sistem Ekonomi Islam di Malaysia

Perbankan Islam tumbuh layaknya perbankan konvensional di negeri


jiran. Tahun 1963 adalah awal diperkenalkannya sistem keungan Islam di
Malaysia, yang berbentuk lembaga, lembaga itu dikenal dengan nama
Lembaga Tabung Haji. Berbekal dari lemabaga inilah, kemudian pada era
tahun 1970-an banyak yang menyerukan agar didirikannya Bank Islam di
Malaysia, oleh para intelektualnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan kaum
Muslimin di Malaysia. Sebagai jawaban dari seruan tersebut, pemerintah
Malaysia menunjuk suatu komite yang ditugaskan untuk mempelajari
pengoprasian Faisal Islamic Bank of Egypt dan Faisal Islamic Bank of Sudan.
Hasil dari tugas terebut kemudian dilaporkan kepada pemerintah Malaysia,
diantaranya usulan agar didirikan Bank berbasis syariah di Malaysia yang
diamasukan sebagai perusahaan di bawah Companies act 1965 dan agar setiap
bank mempunyai Dewan pengawas Syairah (Syariah Supervisory Board),
sebagai pengawas kegiatan bank.16

E. Pembangunan Sumber Daya Manusia Dalam Ekonomi Islam

Dalam rangka menciptakan pembangunan SDM yang utuh yaitu


kualitas fisik dan non fisik, maka pembangunan SDM dapat dilakukan

16
Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, 2014), hlm. 74-75.

13
melalui tiga jalur utama yaitu jalur pendidikan formal, jalur latihan kerja, dan
jalur pengembangan lingkungan kerja.17 Ketiga jalur tersebut saling
melengkapi dan saling mengisi serta terkait yang satu dengan yang lain. Dan
ini merupakan sub sistem dari pembangunan SDM.

Pembangunan SDM yang berkualitas tidak akan semata-mata muncul


dari forum seminar ataupun dengan ungkapan-ungkapan pidato melalui kata-
kata, melainkan harus disiapkan dengan sadar dan terarah, terutama melalui
pendidikan dan pelatihan. Dari pendidikan dan pelatihan itulah akan dibekali
pengetahuan, keterampilan, profesionalisme, intelektual, sikap kritis, dan
yang teratur serta terarah.

Dalam islam, pembangunan SDM bukanlah suatu hal yang baru, ini
karena pembangunan manusia sebenarnya telah lama diperjuangkan dan
menjadi tujuan dakwah islamiyah. Islam melihat betapa pentingnya peran
manusia dalam pembentukan sebuah negara. Dalam al-qur’an Allah SWT
telah menetapkan dan mendeklarasikan manusia sebagai makhluk unggul,
makhluk istimewa, sebagaimana firman Allah SWT di dalam surat At-Tin
ayat 4:

َ ‫سانَ فِي اَح‬


‫س ِن ت َق ِويم‬ ِ ‫لَقَد َخلَقنَا‬
َ ‫اْلن‬

Artinya : Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang


sebaik-baiknya (dan berkelengkapan sesuai dengan keadaannya).

Dengan itu manusia dibekali berbagai potensi yang luar biasa, apabila
dikembangkan dengan tepat atau benar akan menjadi specius manusia itu
sebagai makhluk berbudaya, berperadaban dan siap memantapkan dirinya
sebagai mandataris Allah SWT di muka bumi (khilfatullah fi al-ardl).18
Tetapi apabila pengembangan potensi manusia tersebut tidak tepat dan tidak
benar, maka manusia juga dapat menjadi monster yang mengancam

17
Wahyu,perubahan sosial dan pembangunan, (Jakarta: PT. Hetcha Mitra Utama, 2005), hal. 153.
18
Muhammad Thorha Hasan, Islam Dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Lantagora, Cet
Pertaman, 2003), hal. XIV.

14
kedamaian dunia dan dapat menghancurkan kehidupan dibumi dengan segala
kekayaan dan keindahan.

Dalam islam, pada dasarnya manusia diciptakan dalam “fithrah” yang


dibawah sejak penciptaannya itu mempunyai sifat yang cenderung religius,
memiliki dasar kepercayaan kepada tuhan yang maha esa, memiliki naluri
menyukai kesalehan dan kebenaran. Namun dalam perjalanan hidup, manusia
ditengah-tengah interaksinya dengan realitas lingkungannya sering kali fitrah
manusia menghadapi gangguan, pencemaran, dan penyimpangan dari jalur
kebenaran. Untuk memberi rujukan kepada manusia, apakah sikap dan
perilakunya itu masih konsisten mengikuti jalan kebenaran atau justru sudah
menyimpang di luar jalur kebenaran tersebut. Maka Allah SWT menurunkan
wahyu kepada para nabinya menetapkan ajaran agama dan nilai-nilai moral,
sebagai parameter sikap dan perilaku sesuai dengan fitrah tersebut.

F. Indeks Pembangunan Sumber Daya Manusia


Indeks Pembangunan Manusia berperan penting dalam pembangunan
perekonomian modern sebab pembangunan manusia yang baik akan
menjadikan faktor-faktor produksi mampu dimaksimalkan. Mutu penduduk
yang baik akan mampu untuk berinovasi mengembangkan faktor-faktor
produksi yang ada. Selain daripada itu pembangunan manusia yang tinggi
mengakibatkan jumlah penduduk akan tinggi pula sehingga akan menaikkan
tingkat konsumsi. Hal ini akan mempermudah untuk menggalakkan
pertumbuhan ekonomi.19
Dalam konsep pembangunan manusia, pembangunan seharusnya
dianalisis serta dapat dipahami dari sudut manusianya bukan hanya dari
pertumbuhan ekonominya. sejumlah premis penting dalam pembangunan
manusia adalah:
1. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.
2. Pembangunan dimaksudkan tersebut untuk memperbesar pilihan.

19
Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, 2006:430
www.google.com

15
3. pilihan bagi penduduk, tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan
mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus terpusat
pada penduduk secara keseluruhan, dan bukan hanya pada aspek
ekonomi saja.
4. Pembangunan manusia memfokuskan perhatiannya bukan hanya pada
upaya meningkatkan kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga
dalam upaya-upaya memanfaatkan kemampuan manusia tersebut
secara optimal.
5. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu:
produktifitas, pemerataan, kesinambungan, dan pemberdayaan.
6. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan
pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk
mencapainya.

Pembangunan Manusia dalam Perspektif Islam UNDP telah


menentukan tiga faktor yang dijadikan tolak ukur akan keberhasilan suatu
pembangunan, yaitu, ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Ketiga unsur ini
pun mendapat perhatian yang cukup besar dalam Islam sebagai faktor penting
dalam pembangunan manusia itu sendiri. Dalam sebuah hadits, Rasulullah
SAW. Bersabda: “Barangsiapa diantara kamu bangun di pagi hari dengan
perasaan aman, sehat tubuhnya dan cukup persediaan makanan pokoknya
untuk hari itu, seakan-akan ia telah diberi semua kenikmatan dunia” (HR.
Tirmidzi). Namun bagi Islam, faktor manusia-lah yang lebih berperan penting
dalam sebuah pembangunan.

Pembangunan manusia dapat dimulai dengan peningkatan kemampuan


melalui pendidikan. Ilmu pengetahuan dan Islam dipandang sebagai suatu
kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Pendidikan merupakan suluh
penerang kehidupan sekaligus nafas peradaban. Begitu banyak ayat yang
membicarakan akan keutamaan ilmu seperti dalam firman Allah dalam surah
Az-Zumar ayat 9.
َّ ُ ُ ً َّ ُ َ
ْ‫اجدا وقا ِئ ًما يحذ ُ ْر اْل ِخرةْ ويرجو رحمةْ رْب ِْهْۗ قلْ هلْ يست ِوي ال ِذين‬ِ ‫لس‬ ْ ‫أ َّمنْ هوْ قا ِن‬
ْ ِ ‫ت آناءْ اللي‬

16
ْ ُ ُ َّ َّ َ َّ َ
ْ ِ ‫ل يعل ُمونْْۗ ِإنما يتذك ُ ْر أول ْو اْللب‬
‫اب‬ ْ ْ‫يعل ُمونْ وال ِذين‬

(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang
yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia
takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-
orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang yang berakallah yang
dapat menerima pelajaran.

Islam sangat memperhatikan dalam semua aspek kehidupan manusia,


baik dalam perkara ibadah (QS. Al-Maidah: 6), larangan mengkonsumsi
makanan yang berbahaya (QS. Al-Maidah: 3). Dan mencari rezeki yang halal
dan menyehatkan (QS. An-Nahl: 114)
ُ ُ َّ ۡ ُ ۡ ُ ۡ ٰ ُ ۡ ًٰ ُٰ ُ ُ ُُ
ْ ‫اه ت ۡع ُبد ۡو‬
‫ن‬ ْ ‫م ِاي‬
ْ ‫ن كنـت‬ ِْ ْ‫ل طي ًبْا َّواشك ُر ۡوا ِن ۡعمت‬
ْ ‫اّلل ِا‬ ْ ‫اّلل حل‬
ْ ‫م‬ ْ ‫فكل ۡوا ِم َّمْا رزقك‬

Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya menyembah
kepada-Nya.

Rasulullah SAW. Juga menjelaskan dalam hadist. Beliau bersabda:


“bersiwaklah, karena itu dapat membersihkan mulut dan mendapat keredhaan
Allah” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam hal kemampuan ekonomi
misalnya, Rasulullah SAW memohon perlindungan jatiau mengatakan,
“Wahai Allah, sungguh aku berlindung kepada-Mu dari kekufuran dan
kefakiran” (HR. Abu Dawud).20

20
Salahuddin El Ayyubi, Islam dan Indeks Pembangunan Manusia. Dosen IE FEM IPB dan
Peneliti Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB www.google.com

17
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
1. pembangunan dalam perspektif Islam yaitu peningkatan kesadaran
insan atas tanggung jawabnya terhadap berbagai hakikat dan
masalah mengikut urutan keutamaan yang sah, dan amal perbuatan
yang ikhlas, berhikmah, berani, sederhana dan adil. Pembangunan
ini dapat diukur dengan empat hal utama yaitu kebebasan, keadilan,
akhlak dan moral, dan kebahagiaan.
2. Dalam kehidupan masyarakat tidak bisa dilepaskan dari tanggung
jawab pemerintah yang berusaha melakukan penertiban dan
mensejahterakan masyarakat. Tanggung jawab pemerintah dalam
perspektif Islam memiliki fleksibelitas yang luas didasarkan pada
premis bahwa Islam bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat
umum, sehingga dalam perspektif islam negara dapat
mendefinisikan apapun fungsinya dalam mencapai sasaran tersebut.
3. Meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pembangunan ekonomi tentu akan berimbas pada peningkatan laju
pertumbuhan ekonomi.
4. Dalam islam, pembangunan SDM bukanlah suatu hal yang baru, ini
karena pembangunan manusia sebenarnya telah lama diperjuangkan
dan menjadi tujuan dakwah islamiyah. Islam melihat betapa
pentingnya peran manusia dalam pembentukan sebuah negara.
5. Pembangunan Manusia dalam Perspektif Islam UNDP telah
menentukan tiga faktor yang dijadikan tolak ukur akan keberhasilan
suatu pembangunan, yaitu, ekonomi, pendidikan dan kesehatan.
Ketiga unsur ini pun mendapat perhatian yang cukup besar dalam
Islam sebagai faktor penting dalam pembangunan manusia

18
DAFTAR PUSTAKA

Ismail Nawawi, Ekonomi Islam “Perspektif Konsep Model, Paradigma, Teori dan Aspek
Hukum”, (Surabaya: Vira Jaya Multi Press, 2008)

James Post, dkk, “Business and Society - Corporate Strategy, Public Policy, Ethics”, (New
York: McGraw-Hill Inc, 1996)

Enterprises 1980-1989”, ofPolitical Economics, vol. 105, No. 5 JEPVol.4No. 1,1999

M. Lutfi Hamidi, Jejak-Jejak Ekonomi Syariah (Jakarta : Senayan Abadi Publising, 2003)

Muhammad ‘Abid Al-Jabiri, “Agama Negara dan Penerapan Syariah”, (Yogyakarta:


Fajar Pustaka Baru, 2001)

M. Solly Lubis, Kebijakan Publik, Mandar Maju, Bandung, 2007

Revrisond Baswir, Manifesto Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009)

Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, Yayasan Pancur Siwah, Jakarta, 2004

Salahuddin El Ayyubi, Islam dan Indeks Pembangunan Manusia. Dosen IE FEM IPB dan
Peneliti Pusat Studi Bisnis dan Ekonomi Syariah (CIBEST) IPB www.google.com

Sastra Djatmika Marsono, Hukum Kepegawaian di Indonesia, Djambatan, Jakarta, 1979

Sofyan S. Harahap dan Yuswar Z. Basri (2004)

Statistik Perbankan Syariah, (Jakarta: Direktorat Perbankan Syariah BI, 2011)

Sukirno, Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan Dasar Kebijakan, 2006:430


www.google.com

Sultan Remi Sjahdeini, Perbankan Syariah Produk dan Aspek-Aspek Hukumnya, (Jakarta:
Kencana, 2014)

Sutan Remy Sjahdeini, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum Perbankan
Indonesia. (Jakarta: Grafiti, 1999)

Tim Redaksi Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional Indonesia,2008)

Wahyu,perubahan sosial dan pembangunan, (Jakarta: PT. Hetcha Mitra Utama, 2005),
hal. 153.
Muhammad Thorha Hasan, Islam Dan Masalah Sumber Daya Manusia, (Jakarta:
Lantagora, Cet Pertaman, 2003)

Wan Mohd Nor Wan Daud, Pembangunan Di Malaysia kearah satu kefahaman baru yang
lebih sempurna

19

Anda mungkin juga menyukai