MATERI :
Pertama -tama puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,kami
Kami kelompok 4 selesai menulis makalah yang bertema indikator dan alat ukur pembagunan
ekonomi Islam dapat di selesaikan tepat waktu.
Makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas dari Bapak Mushawir Rosyidi M.Pd
Selaku dosen di studi ekonomi syariah fakultas syari’ah institut agama Islam Hamzanwadi
pancor ,kami juga mengucapkan terima kasih atas bimbingannya untuk menyelesaikanya
Dalam menyelesaikan makalah ini kami menghadapi bnyk kendala, namun bantuan banyak.
orang, semua masalah tersebut dapat di lalui semoga Allah SWT memberkati mereka,
walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan dan penjelasan, namun
kami berharap dapat di jadikan referensi bagi pembaca untuk memahami tentang indikator
dan alat ukur pembangunan ekonomi Islam
Pancor,22April 2024
Penyusun
1
DAFTAR ISI
BAB I..............................................................................................................................................2
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
BAB II..............................................................................................................................................1
PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A.indikator dalam pembangunan ekonomi Islam...........................................................................3
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara dalam pandangan ekonomi Islam
harus memiliki tujuan yang jauh,yakni berupa peningkatan kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhiratnya.pembagunan tidak boleh hanya berkat
dengan masalah dunia saja, tetapi juga harus di hubungkan dengan yang lebih abadi
(transendental). Oleh karenanya, pembangunan harus merujuk atau di dasarkan oleh
ketentuan syari’ah ,baik dalam bentuk firman tuhan ,sabda rasul,ijma,qiyas, maupun
ijtihad para ulama fakih.
B .Rumusan Masalah
C.tujuan Pembahasan
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Dalam kitab tafsirnya, bahwa ayat tersebut mengandung arti “perintah‟”bersifat
mutlak dan hukumnya adalah wajib agar manusia memakmurkan kehidupan dengan
melakukan pembangunan. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976)
mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Ekonomi Islam pada dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
bagian dari pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan a
suistained growth of a right kind of output which can contribute to human welfare.
Berdasarkan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal
yang sarat nilai. Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam
bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan
semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Hal ini
merupakan proses yang dinamis dan struktural yang akan menghasilkan perbaikan
tampilan ekonomi secara berkelanjutan, aktual dan potensial. Biasanya dihitung dalam
istilah per kapita dan membentang dalam kurun waktu tertentu. Substansinya terletak
pada dimungkinkannya manusia untuk mengendalikan lingkungan ekonominya sekaligus
untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Islam sangat memperhatikan masalah
pembangunan ekonomi, namun tetap menempatkannya sebagai bagian dari persoalan
yang lebih besar, yaitu pembangunan umat manusia. Fungsi utama Islam adalah
membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan umat
manusia secara keseluruhan.
5
2.2 Ruang Lingkup Pembangunan Ekonomi dalam perspektif islam
Khurshid Ahmad, merumuskan empat ruang lingkup yang dapat diturunkan dari ajaran
Islâm sebagai “dasar-dasar filosofis” pembangunan yang Islâmi, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Tawhîd, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara Allâh manusia dan
manusia dengan sesamanya.
b) Rubûbiyah, yang menyatakan dasar-dasar hukum Allâh untuk selanjutnya
mengatur model pembangunan yang bernafaskan Islâm.
c) Khalîfah, yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil Allâh di muka
bumi. Pertanggung jawaban ini menyangkut manusia sebagai Muslim maupun
sebagai anggota dari umat manusia. Dari konsep ini lahir pengertian tentang
perwalian, moral, politik, ekonomi, serta prinsip-prinsip organisasi soial lainnya.
d) Tazkiyah, misi utama utusan Allâh adalah menyucikan manusia dalam
hubungannya dengan Allâh, sesamanya, alam lingkungan, masyarakat dan negara.
Selanjutnya, Khurshid Ahmad menegaskan bahwa konsep pembangunan yang
Islami sebenarnya dapat ditarik dari konsep tazkiyah, yang berarti penyucian
terhadap sikap dan hubungan tersebut di muka bumi. Hasil dari tazkiyah adalah
falâh, yaitu sukses didunia maupun di akhirat.
Kelima asas tersebut secara substansial telah terimplemetasi di dalam Pancasila
yang merupakan dasar dan ideologi negara Indonesia. Asas tawhîd, khalîfah dan tazkiyah
pada akhirnya menuju ke perwujudan pembangunan yang berkelanjutan. Asas tawhîd
mencegah konsentrasi kekuatan ekonomi. Asas khalîfah mencegah kerusakan lingkungan
dan perlindungan terhadap kelestarian sumber daya. Dan asas tazkiyah mencegah
kepincangan sosial dan mewujudkan pemerataan yang bermuara pada keadilan.
Kesemuanya itu akan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Konsep
pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya adalah pelaksanaan asas rubûbiyah, yakni
asas pendidikan, pemeliharaan dan kontinuitas menuju kepada kesempurnaan, seperti sifat
Ilâhî.
6
2.3 Kebijakan Pembangunan Ekonomi menurut Islam
8
optimal dan efisien. Sedangkan sumber modal terbagi dua yaitu sumber
domestik/internal serta sumber eksternal.
Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama ekonomi dan
sedapat mungkin menahan diri untuk tidak tergantung kepada sumber eksternal. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir beban hutang yang berbasis bunga dan
menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat. Oleh
karena itu perlu upaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik seperti tabungan
dan simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan
sumberdaya dari orang kaya kepada orang miskin.
2. Human Resources (Sumber Daya Manusia)
Faktor penentu lainnya yang sangat penting adalah sumberdaya manusia.
Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran mereka
mencakup beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumberdaya yang ada,
pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi dan politik
masyarakat. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu
adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas
professional dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak
dapat berdiri sendiri. Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas
yang rasional
Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi
konvensional yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan
mengabaikan kualitas moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian yang
hilang dalam kajian ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai moral
tersebut. Oleh karena itu, menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku ekonomi yang
baik, orang tersebut dituntun oleh syarat-syarat berikut:
a. Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak boleh
dilanggar walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral
seandainya ada penolakan kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang
telah ditentukan.
b. Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji secara
penuh. Ia dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.
c. Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi pada
seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional (Ahmad, 1997).
3. Wirausaha (Entrepreneurship)
9
Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan sangat
determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat dibutuhkan
dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam beberapa hadits
menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad beliau
bersabda, ”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya terdapat
90 % pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda, ”Sesungguhnya
sebaik-baik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”. Menurut Chapra (1992) salah
satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan yang
berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu
semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,
produktif dan efisien. Dengan demikian, semangat entrepreneurship
(kewirausahaaan) dan kewiraswastsaan harus ditumbuhkan dan dibangun dalam
jiwa masyarakat. .
Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang
meluas bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade
terdahulu secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah keterbelakangan
global dan kemiskinan. Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran
wirausaha dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak
terbantahkan. Kelangkaan wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya
pertumbuhan ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini
pula Islam sangat mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk
menggalakkan pertumbuhan ekonomi.
4. Teknologi
10
Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber
terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak mengikuti
proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu keadaan yang
tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut berkaiatan erat dan
ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Kemajuan teknologi
mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan inovasi proses. Inovasi produk
berkaitan dengan produk-produk baru yang sebelumnya tidak ada atau
pengembangan produk-produk sebelumnya. Sedangkan inovasi proses
merupakan penggunaan teknik-teknik baru yang lebih murah dalam memproduksi
produk-produk yang telah ada. Islam tidak menantang konsep tentang perubahan
teknologi seperti digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam
mendukung kemajuan teknologi. Perintah Al-Qur’an untuk melakukan pencarian
dan penelitian cukup banyak dalam Al-Qur’an. Dalam terma ekonomi bisa disebut
dengan penelitian dan pengembangan (research and development) yang
menghasilkan perubahan teknologi. Dalam Al-quran juga ada perintah untuk
melalukan eksplorasi segala apa yang terdapat di bumi untuk kesejahteraan
manusia. Eksplorasi ini jelas membutuhkan penelitian untuk menjadikan
sumberdaya alam tersebut berguna dan bermanfaat bagi manusia.
Menurut Joni Tamkin tujuan kebijakan pembangunan dalam kerangka Islam adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan sumber daya insani, yaitu menjadikan manusia sebagai objektif
utama dari kebijakan pembangunan Islam. Fakus utama dilakukan pada
pengembangan pendidikan, orientasi spiritual dan pengembangan struktur
hubungan yang berbasiskan kepada kerjasama, perkongsian dan penyertaan.
2. Pertambahan pengeluaran yang bermanfaat, dalam hal ini diutamakan pada
pengeluaran yang mengutamakan keperluan dasar (dharûriyât) dibandingkan
dengan pengeluaran atas barang pelengkap (kamâliyât) dan barang mewah
(tahsiniyât).
3. Peningkatan kualitas kehidupan, yaitu melalui penciptaan lapangan kerja,
pengadaan sistem jaminan sosial, dan pemeraan pendapatan.
4. Pembangunan yang seimbang, yaitu pembangunan yang harmoni, tidak terjadi
kepincangan pembangunan di berbagai sektor dan wilayah.
11
5. Pembangunan teknologi baru.
6. Pengurangan ketergantungan terhadap utang luar negeri.
Tujuan pokok pembangunan adalah menanggulangi kemiskinan melalui
terpenuhinya segala kebutuhan pada taraf hidup sejahtera. Adapun tujuan secara umum
adalah terwujudnya keadilan distribusi, efisiensi pendayagunaan sumber daya ekonomi,
mengembangkan kemampuan produksi dan sumberdaya manusia. Sementara menurut
Afar30 tujuan pembangunan adalah menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki
dalam maqâshid syari’ah, sebagai hak-hak dasar setiap individu. Berupa lima maslahat
pokok (al-dharuriyât al-khams), terkait dengan segala kebutuhan dasar ekonomi yang
harus terpenuhi, demi terpeliharanya keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
manusia. Selain itu juga pembangunan harus mampu mengurangi kesenjangan antara
daerah, serta memperhatikan kepentingan generasi mendatang berkenaan dengan cara
mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia. Strategi dan model pembangunan
yang diterapkan dalam masyarakat muslim atau negara Muslim harus cocok dan sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas muslim tersebut. Tidak boleh terjadi
pertentangan antara tujuan dan strategi pembangunan yang diimplementasikan.
12
telah menerapkan perekonomian campuran, dimana masyarakat dan pemerintah bersama-
sama membangun perekonomian demi mewujudkan kesejahteraan.
Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diperlakukan
secara adil oleh negara dan sesame masyarakat. Prinsip keadilan harus diperankan oleh
negara terhadap masyarakat meliputi seluruh sektor kehidupan, mulai dari agama,
pendidikan, kesehatan, hukum, politik, hingga ekonomi. Dalam pondasi ekonomi Islam,
keadilan merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian. Keadilan dapat
menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian dengan meniadakan kesenjangan antar
pemilik modal dan orang yang membutuhkan modal.
Kegagalan pasar merupakan latar belakang perlunya peran pemerintah dalam
perekonomian. Pasar gagal dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi karena
ketidakmampuan mekanisme pasar dan tidak bekerjanya mekanisme pasar berjalan dengan
efisien. Dalam kenyataannya, banyak kebutuhan masyarakat yang tidak bisa diukur.
Selama ini, kepuasan masyarakat senantiasa diukur melalui angka-angka yang bersifat
kuantitatif dan mengenalisir seluruh masyarakat. Padahal dalam realitas terjadi di
masyarakat, hal ini tidak dapat mewakili keadaan masyarakat yang sebenarnya.
Sebagai bentuk peran pemerintah dalam perekonomian adalah kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam sistem ekonomi Islam dibandingkan
kebijakan moneter. Adanya larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran
zakat memberikan arti pentingnya kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan
kebijakan moneter. Larangan bunga yang diberlakukan telah mengakibatkan sistem
ekonomi Islam bersandar pada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu, negara Islam yang
dibangun oleh nabi tidak mewarisi harta sebagaimana layaknya dalam pendirian suatu
negara. Oleh karena itu, kita akan mampu melihat bagaimana kebijakan fiskal sangat
memegang peranan penting dalam membangun negara Islam tersebut.
Peran pemerintah dalam ekonomi Islam tercermin pula dalam mengatasi eksternalitas.
Eksternalitas merupakan dampak dari suatu aktivitas ekonomi yang diterima pihak lain,
baik yang bersifat positif dan negatif. Hal ini diakibatkan karena pasar tidak mampu
menydiakan sistem kompensasi yang adil terhadap dampak tersebut. Eksternal positif
terjadi bila suatu aktivitas yang dilakukan menimbulkan manfaat kepada pihak lain.
Adapun eksternalitas negatif terjadi ketika pihak lain merasa dirugikan.
Teks Alqur’an dan Sunnah secara eksplisit dan implisit telah menyebutkan peran yang
dilakukan pemerintah. Peran-peran tersebut adalah:
1) Manajemen kekayaan punlik dalam rangka memaksimumkan kepentingan publik.
13
2) Pemenuhan segala peryaratan untuk membangun negara yang secara efektif dapat
melindungi masyarakat dan kepentingan budaya, ekonomi, religius, dan politik.
3) Menggali pemasukan untuk membiayai administrasi publik dan tugas-tugas
pemerintah.
4) Menjamin para individu agar dapat meningkatkan efesiensi dan derajat kekayaan
dan kesejahteraannya.
5) Menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi, khususnya distriusi dan redistribusi
kekayaan/pendapatan.
6) Melindungi lingkungan ekonomi agar tetap sesuai dengan nilai dan prinsip Islam.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kesimpulan dari paparan di atas adalah bahwa dalam perspektif Islam, pembangunan
ekonomi bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga tentang
penciptaan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Islam mengajarkan
bahwa pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan nilai-nilai moral dan keadilan sosial
yang merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Beberapa poin penting yang dapat
disimpulkan adalah:
16
Dengan demikian, pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam bukan hanya tentang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan yang
merata dan mengikuti prinsip-prinsip moral serta keadilan sosial yang diamanahkan oleh
ajaran Islam.
3.2 SARAN
Dasar dan prinsip Ekonomi Islam dapat dikatakan lebih baik dan dapat menjawab
tantangan global yang rentan krisis daripada ekonomi konvensional. Dengan menerapkan
ekonomi Islam, bukan tidak mungkin Indonesia bahkan dunia dapat kebal dari krisis
ekonomi dan dampak yang dihasilkannya. Untuk perkembangan perekonomian dimasa
mendatang, diharapkan ekonomi Islam tidak hanya dijadikan produk semata, melainkan
menjadi the Ekonomi Islam yang dapat membantu menyelesaikan peremasalahan di suatu
negara.
17
DAFTAR PUSTAKA
Teoritis Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” (Hunafa: Jurnal Studia Islamika,
Jakarta.
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/9-+Retnawati+Siregar.pdf
18