Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM

MATERI :

Indikator dan alat ukur pembagunan ekonomi Islam

Dosen Pegampu : Mushawir Rosyidi, M.Pd

Disusun Oleh : KELOMPOK 4

1. Anang Bayu Aggara


2. Zid Nurul Izza

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM
HAMZANWADI PANCOR
2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pertama -tama puji syukur kepada Allah SWT atas pertolongan Allah SWT,kami

Kami kelompok 4 selesai menulis makalah yang bertema indikator dan alat ukur pembagunan
ekonomi Islam dapat di selesaikan tepat waktu.

Makalah ini merupakan syarat untuk memenuhi tugas dari Bapak Mushawir Rosyidi M.Pd
Selaku dosen di studi ekonomi syariah fakultas syari’ah institut agama Islam Hamzanwadi
pancor ,kami juga mengucapkan terima kasih atas bimbingannya untuk menyelesaikanya

Dalam menyelesaikan makalah ini kami menghadapi bnyk kendala, namun bantuan banyak.
orang, semua masalah tersebut dapat di lalui semoga Allah SWT memberkati mereka,
walaupun makalah ini memiliki banyak kekurangan dalam penyusunan dan penjelasan, namun
kami berharap dapat di jadikan referensi bagi pembaca untuk memahami tentang indikator
dan alat ukur pembangunan ekonomi Islam

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pancor,22April 2024

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................1

BAB I..............................................................................................................................................2

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

A.Latar Belakang ..........................................................................................................................1


B.Rumusan Masalah .....................................................................................................................2
C.Tujuan pembahasan....................................................................................................................3

BAB II..............................................................................................................................................1

PEMBAHASAN...............................................................................................................................2
A.indikator dalam pembangunan ekonomi Islam...........................................................................3

2
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Pembangunan yang dilaksanakan oleh suatu negara dalam pandangan ekonomi Islam
harus memiliki tujuan yang jauh,yakni berupa peningkatan kesejahteraan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhiratnya.pembagunan tidak boleh hanya berkat
dengan masalah dunia saja, tetapi juga harus di hubungkan dengan yang lebih abadi
(transendental). Oleh karenanya, pembangunan harus merujuk atau di dasarkan oleh
ketentuan syari’ah ,baik dalam bentuk firman tuhan ,sabda rasul,ijma,qiyas, maupun
ijtihad para ulama fakih.

B .Rumusan Masalah

a.Apa itu indikator dalam pembangunan ekonomi Islam?


b.Apa itu alat ukur dalam pembangunan ekonomi Islam?

C.tujuan Pembahasan

a.menjelaskan indikator dalam pembangunan ekonomi Islam


b.menjelas alat ukur dalam pembangunan ekonomi Islam

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pembangunan Ekonomi menurut Perspektif Islam

Pertumbuhan ekonomi dalam perspektif menurut Islam bahwasanya Islam


mempromosikan kemakmuran ekonomi, yang bermanfaat. Misalnya, jika barang
diproduksi yang terbukti memiliki dampak negatif pada suatu faktor dan membahayakan
orang, peningkatan faktor tersebut tidak diperhitungkan. Pertumbuhan ekonomi adalah
perkembangan jangka panjang dari kapasitas suatu negara untuk menciptakan berbagai
produk dan layanan bagi warganya. Pengertian pembangunan ekonomi dalam Islam,jika
berdasarkan pemahaman terhadap syari‟ah, bersumber dari al-qur’ân dan al-hadîs,
dengan penekanan bahwa keberhasilan pembangunan harus disertai pengetahuan tentang
konsep-konsep pembangunan klasik dan modern, serta pengalaman negara-negara yang
telah berhasil dalam melakukan usaha pembangunan. Pembangunan dalam pemikiran
Islam bermula dari kata ‘imârah ( ‫ ) ِع َم اَرِة‬atau ta’mîr ( ‫) َِتْع مْي ِر‬, sebagaimana isyarat
dalam Q.S. Hud: 61

4
Dalam kitab tafsirnya, bahwa ayat tersebut mengandung arti “perintah‟”bersifat
mutlak dan hukumnya adalah wajib agar manusia memakmurkan kehidupan dengan
melakukan pembangunan. Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang
mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan,
pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976)
mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya.
Ekonomi Islam pada dasarnya memandang bahwa pertumbuhan ekonomi adalah
bagian dari pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi didefenisikan dengan a
suistained growth of a right kind of output which can contribute to human welfare.
Berdasarkan pengertian ini, maka pertumbuhan ekonomi menurut Islam merupakan hal
yang sarat nilai. Dalam pengertian ini, maka pembangunan ekonomi menurut Islam
bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif. Tujuannya bukan
semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga kesejahteraan akhirat. Hal ini
merupakan proses yang dinamis dan struktural yang akan menghasilkan perbaikan
tampilan ekonomi secara berkelanjutan, aktual dan potensial. Biasanya dihitung dalam
istilah per kapita dan membentang dalam kurun waktu tertentu. Substansinya terletak
pada dimungkinkannya manusia untuk mengendalikan lingkungan ekonominya sekaligus
untuk memperbaiki kualitas hidup mereka. Islam sangat memperhatikan masalah
pembangunan ekonomi, namun tetap menempatkannya sebagai bagian dari persoalan
yang lebih besar, yaitu pembangunan umat manusia. Fungsi utama Islam adalah
membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat. Semua aspek yang
berkaitan dengan pembangunan ekonomi harus menyatu dengan pembangunan umat
manusia secara keseluruhan.

5
2.2 Ruang Lingkup Pembangunan Ekonomi dalam perspektif islam

Khurshid Ahmad, merumuskan empat ruang lingkup yang dapat diturunkan dari ajaran
Islâm sebagai “dasar-dasar filosofis” pembangunan yang Islâmi, dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a) Tawhîd, yang meletakkan dasar-dasar hubungan antara Allâh manusia dan
manusia dengan sesamanya.
b) Rubûbiyah, yang menyatakan dasar-dasar hukum Allâh untuk selanjutnya
mengatur model pembangunan yang bernafaskan Islâm.
c) Khalîfah, yang menjelaskan status dan peran manusia sebagai wakil Allâh di muka
bumi. Pertanggung jawaban ini menyangkut manusia sebagai Muslim maupun
sebagai anggota dari umat manusia. Dari konsep ini lahir pengertian tentang
perwalian, moral, politik, ekonomi, serta prinsip-prinsip organisasi soial lainnya.
d) Tazkiyah, misi utama utusan Allâh adalah menyucikan manusia dalam
hubungannya dengan Allâh, sesamanya, alam lingkungan, masyarakat dan negara.
Selanjutnya, Khurshid Ahmad menegaskan bahwa konsep pembangunan yang
Islami sebenarnya dapat ditarik dari konsep tazkiyah, yang berarti penyucian
terhadap sikap dan hubungan tersebut di muka bumi. Hasil dari tazkiyah adalah
falâh, yaitu sukses didunia maupun di akhirat.
Kelima asas tersebut secara substansial telah terimplemetasi di dalam Pancasila
yang merupakan dasar dan ideologi negara Indonesia. Asas tawhîd, khalîfah dan tazkiyah
pada akhirnya menuju ke perwujudan pembangunan yang berkelanjutan. Asas tawhîd
mencegah konsentrasi kekuatan ekonomi. Asas khalîfah mencegah kerusakan lingkungan
dan perlindungan terhadap kelestarian sumber daya. Dan asas tazkiyah mencegah
kepincangan sosial dan mewujudkan pemerataan yang bermuara pada keadilan.
Kesemuanya itu akan mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Konsep
pembangunan berkelanjutan pada hakikatnya adalah pelaksanaan asas rubûbiyah, yakni
asas pendidikan, pemeliharaan dan kontinuitas menuju kepada kesempurnaan, seperti sifat
Ilâhî.

6
2.3 Kebijakan Pembangunan Ekonomi menurut Islam

Umer Chapra menawarkan lima kebijakan, yaitu:


1. Menghidupkan Faktor Kemanusiaan

Untuk merealisasikan maqâshid dalam lingkungan politik yang kondusif


perlu adanya motivasi faktor kemanusiaan untuk mencapai tingkat alokasi yang
efektif dan efisien serta distribusi sumber daya yang merata, manusia harus
senantiasa didorong untuk bersedia melakukan yang terbaik dan memanfaatkan
sumber-sumber daya yang langka dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Untuk
memotivasi ke arah tesebut diperlukan injeksi moral ke dalam nafsu pemenuhan
kepentingan diri sendiri agar kepentingan sosial tetap terjaga, walaupun harus
mengesampingkan kepentingan diri sendiri.

2. Mengurangi Konsentrasi Kekayaan

Konsentrasi kekayaan dan pendapatan harus dihilangkan untuk mencapai


pemerataan yang berkeadilan, sebagaimana firman Allâh :

a) Mengadakan Reformasi Pertanahan dan Pembangunan Pedesaan :


 Kebijakan pemerintah harus aktif, asalkan sesuai dengan prinsip syari'at.
 Pentingnya batasan kepemilikan tanah dan aturan penyewaan untuk
mencapai demokrasi dan kesetaraan yang diinginkan dalam Islam.
 Perlunya menghapus kelemahan di sektor pertanian dan memberikan
pembiayaan yang memadai, baik untuk pertanian maupun industri kecil
di pedesaan.
b) Mengembangankan Industri Kecil dan Menengah :
7
 Melengkapi reformasi pertanahan untuk mengurangi konsentrasi
kekayaan dan kekuasaan.
 Membawa manfaat lain yang menjadi prioritas tinggi dalam nilai-nilai
Islam.
c) Kepemilikan yang Merata dan Kontrol dalam Perusahaan :
 Diperlukan untuk mengurangi konsentrasi kekayaan dan kekuasaan
yang hanya dipegang oleh segelintir orang.
 Penting untuk memenuhi kepentingan bersama.
d) Restrukturisasi Sistem Keuangan Berbasis Bunga :
 Mengganti sistem bunga dengan mekanisme bagi hasil yang lebih sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
 Sistem bunga merupakan sumber konsentrasi kekayaan dan kekuasaan
yang perlu diubah.
Restrukturisasi Ekonomi :
Realokasi sumber daya harus didukung dengan penataan
kembali aspek ekonomi, termasuk konsumsi swasta, keuangan
pemerintah, formasi kapital, dan produksi.
Perencanaan Kebijakan Strategis :
Menetapkan perubahan struktural dalam ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan, mengurangi pengangguran, dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi tanpa menciptakan ketidakseimbangan.
Reformasi sistem perbankan sesuai dengan ajaran Islam penting
untuk mencapai alokasi sumber daya yang efisien dan adil.

2.4 Faktor-faktor pembangunan dalam Islam

Berikut faktor yang menjadi pembangunan Ekonomi dalam Islam:


1. Sumber Daya Yang Dapat Dikelola (Investable Resources)
Pertumbuhan ekonomi sangat membutuhkan sumberdaya yang dapat
digunakan dalam memproduksi aset-aset fisik untuk menghasilkan pendapatan.
Aspek fisik tersebut antara lain tanaman indutrsi, mesin, dan sebagainya. Pada sisi
lain, peran modal juga sangat signifikan untuk diperhatikan. Dengan demikian,
proses pertumbuhan ekonomi mencakup mobilisasi sumberdaya, merubah
sumberdaya tersebut dalam bentuk asset produktif, serta dapat digunakan secara

8
optimal dan efisien. Sedangkan sumber modal terbagi dua yaitu sumber
domestik/internal serta sumber eksternal.
Negara-negara muslim harus mengembangkan kerjasama ekonomi dan
sedapat mungkin menahan diri untuk tidak tergantung kepada sumber eksternal. Hal
ini bertujuan untuk meminimalisir beban hutang yang berbasis bunga dan
menyelamatkan generasi akan datang dari ketergantungan dengan Barat. Oleh
karena itu perlu upaya untuk meningkatkan sumberdaya domestik seperti tabungan
dan simpanan sukarela, pajak ataupun usaha lain berupa pemindahan
sumberdaya dari orang kaya kepada orang miskin.
2. Human Resources (Sumber Daya Manusia)
Faktor penentu lainnya yang sangat penting adalah sumberdaya manusia.
Manusialah yang paling aktif berperan dalam pertumbuhan ekonomi. Peran mereka
mencakup beberapa bidang, antara lain dalam hal eksploitasi sumberdaya yang ada,
pengakumulasian modal, serta pembangunan institusi sosial ekonomi dan politik
masyarakat. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan, maka perlu
adanya efisiensi dalam tenaga kerja. Efisiensi tersebut membutuhkan kualitas
professional dan kualitas moral. Kedua kualitas ini harus dipenuhi dan tidak
dapat berdiri sendiri. Kombinasi keduanya mutlak dipadukan dalam batas-batas
yang rasional
Prinsip Islam terlihat berbeda dengan mainstream ekonomi
konvensional yang hanya menekankan pada aspek kualitas profesional dan
mengabaikan kualitas moral. Moral selama ini dianggap merupakan rangkaian yang
hilang dalam kajian ekonomi. Maka Islam mencoba mengembalikan nilai moral
tersebut. Oleh karena itu, menurut Islam untuk dapat menjadi pelaku ekonomi yang
baik, orang tersebut dituntun oleh syarat-syarat berikut:
a. Suatu kontrak kerja merupakan janji dan kepercayaan yang tidak boleh
dilanggar walaupun sedikit. Hal ini memberikan suatu jaminan moral
seandainya ada penolakan kewajiban dalam kontrak atau pelayanan yang
telah ditentukan.
b. Seseorang harus bekerja maksimal ketika ia telah menerima gaji secara
penuh. Ia dicela apabila tidak memberi kerja yang baik.
c. Dalam Islam kerja merupakan ibadah sehingga memberikan implikasi pada
seseorang untuk bekerja secara wajar dan profesional (Ahmad, 1997).

3. Wirausaha (Entrepreneurship)
9
Wirausaha merupakan kunci dalam proses pertumbuhan ekonomi dan sangat
determinan. Wirausaha dianggap memiliki fungsi dinamis yang sangat dibutuhkan
dalam suatu pertumbuhan ekonomi. Nabi Muhammad Saw, dalam beberapa hadits
menekankan pentingnya wirausaha. Dalam hadits riwayat Ahmad beliau
bersabda, ”Hendaklah kamu berdagang (berbisnis), karena di dalamnya terdapat
90 % pintu rezeki”. Dalam hadits yang lain beliau bersabda, ”Sesungguhnya
sebaik-baik pekerjaan adalah perdagangan (bisnis)”. Menurut Chapra (1992) salah
satu cara yang paling konstruktif dalam mempercepat pertumbuhan yang
berkeadilan adalah dengan membuat masyarakat dan individu untuk mampu
semaksimal mungkin mengunakan daya kreasi dan artistiknya secara profesional,
produktif dan efisien. Dengan demikian, semangat entrepreneurship
(kewirausahaaan) dan kewiraswastsaan harus ditumbuhkan dan dibangun dalam
jiwa masyarakat. .

Menumbuhkembangkan jiwa kewisahausahawaan akan mendorong


pengembangan usaha kecil secara signifikan. Usaha kecil, khususnya di sektor
produksi akan menyerap tenaga kerja yang luas dan jauh lebih besar.
Beberapa studi menunjukkan secara jelas konstribusi yang besar dari industri kecil
dan usaha mikro dalam memberikan lapangan pekerjaan dan pendapatan. Mereka
mampu menciptakan lapangan kerja bahkan secara tidak langsung mereka berarti
mengembangkan pendapatan dan permintaan akan barang dan jasa, peralatan, bahan
baku, dan ekspor. Mereka adalah industri padat karya yang kurang
memerlukan bantuan dana luar (asing), bahkan kadang tidak begitu tergantung
kepada kredit pemerintah dibanding insdustri berskala besar.

Karena itu, tidak mengherankan apabila saat ini muncul kesadaran yang
meluas bahwa strategi industrialisasi modern yang berskala besar pada dekade
terdahulu secara umum telah gagal memecahkan masalah-masalah keterbelakangan
global dan kemiskinan. Dari paparan di atas dapat ditegaskan bahwa peran
wirausaha dalam menggerakkan pertumbuhan ekonomi merupakan hal yang tak
terbantahkan. Kelangkaan wirausaha bahkan bisa menyebabkan kurangnya
pertumbuhan ekonomi walaupun faktor-faktor lain banyak tersedia. Dalam hal ini
pula Islam sangat mendorong pengembangan semangat wirausaha untuk
menggalakkan pertumbuhan ekonomi.

4. Teknologi

10
Para ekonom menyatakan bahwa kemajuan teknologi merupakan sumber
terpenting pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi dianggap tidak mengikuti
proses sejarah secara gradual, tidak terjadi terus-menerus dalam suatu keadaan yang
tidak bisa ditentukan. Dinamika dan diskontiniuitas tersebut berkaiatan erat dan
ditentukan oleh inovasi-inovasi dalam bidang teknologi. Kemajuan teknologi
mencakup dua bentuk, yaitu inovasi produk dan inovasi proses. Inovasi produk
berkaitan dengan produk-produk baru yang sebelumnya tidak ada atau
pengembangan produk-produk sebelumnya. Sedangkan inovasi proses
merupakan penggunaan teknik-teknik baru yang lebih murah dalam memproduksi
produk-produk yang telah ada. Islam tidak menantang konsep tentang perubahan
teknologi seperti digambarkan di atas, bahkan dalam kenyataannya Islam
mendukung kemajuan teknologi. Perintah Al-Qur’an untuk melakukan pencarian
dan penelitian cukup banyak dalam Al-Qur’an. Dalam terma ekonomi bisa disebut
dengan penelitian dan pengembangan (research and development) yang
menghasilkan perubahan teknologi. Dalam Al-quran juga ada perintah untuk
melalukan eksplorasi segala apa yang terdapat di bumi untuk kesejahteraan
manusia. Eksplorasi ini jelas membutuhkan penelitian untuk menjadikan
sumberdaya alam tersebut berguna dan bermanfaat bagi manusia.

2.5 Tujuan Pembangunan Ekonomi menurut Islam

Menurut Joni Tamkin tujuan kebijakan pembangunan dalam kerangka Islam adalah
sebagai berikut :
1. Pembangunan sumber daya insani, yaitu menjadikan manusia sebagai objektif
utama dari kebijakan pembangunan Islam. Fakus utama dilakukan pada
pengembangan pendidikan, orientasi spiritual dan pengembangan struktur
hubungan yang berbasiskan kepada kerjasama, perkongsian dan penyertaan.
2. Pertambahan pengeluaran yang bermanfaat, dalam hal ini diutamakan pada
pengeluaran yang mengutamakan keperluan dasar (dharûriyât) dibandingkan
dengan pengeluaran atas barang pelengkap (kamâliyât) dan barang mewah
(tahsiniyât).
3. Peningkatan kualitas kehidupan, yaitu melalui penciptaan lapangan kerja,
pengadaan sistem jaminan sosial, dan pemeraan pendapatan.
4. Pembangunan yang seimbang, yaitu pembangunan yang harmoni, tidak terjadi
kepincangan pembangunan di berbagai sektor dan wilayah.
11
5. Pembangunan teknologi baru.
6. Pengurangan ketergantungan terhadap utang luar negeri.
Tujuan pokok pembangunan adalah menanggulangi kemiskinan melalui
terpenuhinya segala kebutuhan pada taraf hidup sejahtera. Adapun tujuan secara umum
adalah terwujudnya keadilan distribusi, efisiensi pendayagunaan sumber daya ekonomi,
mengembangkan kemampuan produksi dan sumberdaya manusia. Sementara menurut
Afar30 tujuan pembangunan adalah menciptakan segala sesuatu yang dikehendaki
dalam maqâshid syari’ah, sebagai hak-hak dasar setiap individu. Berupa lima maslahat
pokok (al-dharuriyât al-khams), terkait dengan segala kebutuhan dasar ekonomi yang
harus terpenuhi, demi terpeliharanya keselamatan agama, jiwa, akal, keturunan dan harta
manusia. Selain itu juga pembangunan harus mampu mengurangi kesenjangan antara
daerah, serta memperhatikan kepentingan generasi mendatang berkenaan dengan cara
mengeksploitasi sumber daya alam yang tersedia. Strategi dan model pembangunan
yang diterapkan dalam masyarakat muslim atau negara Muslim harus cocok dan sesuai
dengan nilai-nilai yang dianut oleh komunitas muslim tersebut. Tidak boleh terjadi
pertentangan antara tujuan dan strategi pembangunan yang diimplementasikan.

2.6 Peran Negara dalam Pembangunan Ekonomi dan Perencanaan Ekonomi

Dalam perekonomian yang menekankan konsep liberal, menekankan keharusan adanya


kebebasan mutlak bagi masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi tanpa ikut campur
tangan pemerintah, kecuali untuk hal yang tidak dapat dikur sendiri oleh para individu.
Dalam penerapannya, hal-hal tertentu yang berkaitan dengan bidang keadilan sosial,
pekerjaan umum, serta pertahanan dan keamanan tetap diatur dan dijalankan oleh negara.
Aliran sosialis berpendapat bahwa kebebasan mutlak yang diberikan kepada individu dapat
menimbulkan pertentangan dan akan ada pihak yang akan dirugikan. Oleh karena itu,
sosialis menanggap bahwa konsep pengaturan dan pengendalian kehidupan ekonomi
sepenuhnya diatur oleh pemerintah. Pemerintah berperan sangat dominan dalam
perencanaan dan penggunaan faktor-faktor produksi, pelaksanaan, dan pengaturan
distribusi barang-barang ekonomi.
Dalam perekonomian campuran, kegiatan ekonomi diatur secara seimbang, individu
mendapat kebebasan akan tetapi dibatasi oleh batasan-batasan tertentu dan pemerintah
menetapkan regulasi sesuai dengan kehendak masyakat. Kehadiran regulasi pemerintah
mendorong keharmonisan kegiatan ekonomi. Sebahagian besar negara-negara di dunia

12
telah menerapkan perekonomian campuran, dimana masyarakat dan pemerintah bersama-
sama membangun perekonomian demi mewujudkan kesejahteraan.
Setiap warga negara memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk diperlakukan
secara adil oleh negara dan sesame masyarakat. Prinsip keadilan harus diperankan oleh
negara terhadap masyarakat meliputi seluruh sektor kehidupan, mulai dari agama,
pendidikan, kesehatan, hukum, politik, hingga ekonomi. Dalam pondasi ekonomi Islam,
keadilan merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian. Keadilan dapat
menghasilkan keseimbangan dalam perekonomian dengan meniadakan kesenjangan antar
pemilik modal dan orang yang membutuhkan modal.
Kegagalan pasar merupakan latar belakang perlunya peran pemerintah dalam
perekonomian. Pasar gagal dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi karena
ketidakmampuan mekanisme pasar dan tidak bekerjanya mekanisme pasar berjalan dengan
efisien. Dalam kenyataannya, banyak kebutuhan masyarakat yang tidak bisa diukur.
Selama ini, kepuasan masyarakat senantiasa diukur melalui angka-angka yang bersifat
kuantitatif dan mengenalisir seluruh masyarakat. Padahal dalam realitas terjadi di
masyarakat, hal ini tidak dapat mewakili keadaan masyarakat yang sebenarnya.
Sebagai bentuk peran pemerintah dalam perekonomian adalah kebijakan fiskal.
Kebijakan fiskal memegang peranan penting dalam sistem ekonomi Islam dibandingkan
kebijakan moneter. Adanya larangan tentang riba serta kewajiban tentang pengeluaran
zakat memberikan arti pentingnya kedudukan kebijakan fiskal dibandingkan dengan
kebijakan moneter. Larangan bunga yang diberlakukan telah mengakibatkan sistem
ekonomi Islam bersandar pada kebijakan fiskalnya saja. Sementara itu, negara Islam yang
dibangun oleh nabi tidak mewarisi harta sebagaimana layaknya dalam pendirian suatu
negara. Oleh karena itu, kita akan mampu melihat bagaimana kebijakan fiskal sangat
memegang peranan penting dalam membangun negara Islam tersebut.
Peran pemerintah dalam ekonomi Islam tercermin pula dalam mengatasi eksternalitas.
Eksternalitas merupakan dampak dari suatu aktivitas ekonomi yang diterima pihak lain,
baik yang bersifat positif dan negatif. Hal ini diakibatkan karena pasar tidak mampu
menydiakan sistem kompensasi yang adil terhadap dampak tersebut. Eksternal positif
terjadi bila suatu aktivitas yang dilakukan menimbulkan manfaat kepada pihak lain.
Adapun eksternalitas negatif terjadi ketika pihak lain merasa dirugikan.
Teks Alqur’an dan Sunnah secara eksplisit dan implisit telah menyebutkan peran yang
dilakukan pemerintah. Peran-peran tersebut adalah:
1) Manajemen kekayaan punlik dalam rangka memaksimumkan kepentingan publik.

13
2) Pemenuhan segala peryaratan untuk membangun negara yang secara efektif dapat
melindungi masyarakat dan kepentingan budaya, ekonomi, religius, dan politik.
3) Menggali pemasukan untuk membiayai administrasi publik dan tugas-tugas
pemerintah.
4) Menjamin para individu agar dapat meningkatkan efesiensi dan derajat kekayaan
dan kesejahteraannya.
5) Menjaga keseimbangan sosial dan ekonomi, khususnya distriusi dan redistribusi
kekayaan/pendapatan.
6) Melindungi lingkungan ekonomi agar tetap sesuai dengan nilai dan prinsip Islam.

Yusuf Qardhawi menjelaskan bahwa tugas negara adalah mengubah pemikiran


menjadi amal perbuatan, memindahkan moralitas kepada praktik-praktik konkret,
mendirikan berbagai lembaga dan instansi yang dapat menjalankan tugas penjagaan dan
pengembangan semua hal tersebut. Tugas negara juga harus memonitoring pelaksanaan dan
ketidaksiplinan terhadap kewajiban yang diminta dan menghukum orang yang melanggar
atau melalaikan pelecehan dalam kehidupan bersama.

2.7 Pendistribusian Pendapatan dan Pembangunan Ekonomi dalam Islam

Pentingnya pembahasan mengenai ketimpangan distribusi pendapatan, karena


berkaitan dengan tingkat kemiskinan. Makin timpang distribusi pendapatan secara tidak
langsung mencerminkan makin banyak penduduk miskin. Selain itu, aspek pemerataan
pembangunan secara teoritis sering diperhadapkan dengan konsep efisiensi dan
pertumbuhan. Pemerintah sudah memulai sejak Pelita III untuk mengupayakan pemerataan
pendapatan pembangunan dan hasil-hasilnya. hal ini tercermin pada kebijaksanaan delapan
jalur pemerataan:
1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan,
sandang dan perumahan.

2. Pemerataan kesenpatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

3. Pemerataan pembagian pendapatan.

4. Pemerataan kesempatan kerja.

5. Pemerataan kesempatan berusaha.

6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khusuanya bagi


generasi muda dan wanita.
14
7. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh tanah air.

8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

Dalam konteks pemerataan pembagian pendapatan dapat dilihat dari aspek:


1. Antarlapisan masyarakat.
2. Antardaerah (desa-kota) .
3. Antarwilayah (Propinsi/Kabupaten)
Keberhasilan pembangunan sangat berkaitan dengan kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Pemerintah harus menciptakan kebijakan pembangunan yang tepat dalam
upaya meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sekaligus menciptakan pemerataan
pembangunan. Peningkatan laju ekonomi tidak selalu dibarengi dengan pemerataan.
Kemiskinan tidak dapat dihilangkan dengan hanya peningkatan laju pertumbuhan ekonomi.
Ada tiga permasalahan umum yang menyangkut kebijakan pemerintah dalam kaitannya
dengan permasalahan pemerataan pembangunan yaitu:
1. Sumber dana pembangunan
Dalam upaya pemenuhan keperluan dana bagi tugas umum pemerintahan dan
pembangunan dapat dicarikan alternatif selain dari penambahan utang. Banyak hal yang
dapat dilakukan oleh pemerintah sebagai contoh dengan mengefisiensikan penerimaan
pajak, meningkatkan perdagangan dengan luar negeri, meningkatkan investasi langsung
(Foreign Direct Investment) dan lain sebagainya.
2. Alokasi dana pembangunan
Hal ini memerlukan pembahasan yang mendalam. Alokasi dana sangat
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi baik dalam jangka pendek maupun jangka
panjang. Dalam makalah ini akan dibahas penggunaan dana untuk pemerataan
pendidikan dan pemerataan fasilitas kesehatan. Pemerintah harus serius dalam
pengalokasian dana dengan benar. Sejak pelaksanaan otonomi daerah, penyediaan dana
kesehatan dari Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) disatukan dalam Dana
Alokasi Umum (DAU). Penyatuan dana ini berakibat semakin kurang transparan
penyediaan dana kesehatan.
3. Efektivitas dan efisiensi penggunaan dana pembangunan
Dana yang ada harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kebocoran penggunaan dana
harus diminimumkan, dengan harapan dana yang terbatas dapat menciptakan
pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Penggunaan harus direncanakan dengan baik
sehingga tingkat daya serap (absorptive capacity) dapat tinggi.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan dari paparan di atas adalah bahwa dalam perspektif Islam, pembangunan
ekonomi bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi semata, tetapi juga tentang
penciptaan kesejahteraan yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Islam mengajarkan
bahwa pertumbuhan ekonomi harus diiringi dengan nilai-nilai moral dan keadilan sosial
yang merupakan bagian integral dari ajaran Islam. Beberapa poin penting yang dapat
disimpulkan adalah:

1. Tujuan Pembangunan Ekonomi: Menurut Islam, tujuan utama pembangunan


ekonomi adalah menciptakan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia, baik di
dunia maupun di akhirat. Pembangunan ekonomi harus mencakup aspek kuantitatif
dan kualitatif serta tidak hanya memperhatikan kebutuhan material, tetapi juga
kebutuhan spiritual.

2. Prinsip-prinsip Pembangunan Ekonomi dalam Islam: Islam menekankan prinsip-


prinsip seperti keadilan, distribusi yang merata, pengurangan kesenjangan,
pemenuhan kebutuhan dasar, dan pengembangan sumber daya manusia sebagai
dasar dari pembangunan ekonomi. Pemerintah memiliki peran penting dalam
memastikan implementasi prinsip-prinsip ini melalui kebijakan yang sesuai dengan
ajaran Islam.

3. Peran Negara dalam Pembangunan Ekonomi: Dalam perspektif Islam, negara


memiliki peran penting dalam mengatur dan mengawasi aktivitas ekonomi untuk
memastikan keadilan, distribusi yang merata, dan kesejahteraan umat. Negara juga
bertanggung jawab atas pemerataan pembangunan di seluruh wilayah dan
antarlapisan masyarakat.

4. Pendistribusian Pendapatan: Islam menekankan pentingnya pemerataan pendapatan


untuk mengurangi kemiskinan dan ketimpangan dalam masyarakat. Pemerintah
perlu mengambil langkah-langkah konkret untuk memastikan distribusi pendapatan
yang lebih merata melalui kebijakan fiskal, alokasi dana pembangunan yang
efektif, dan penggunaan dana yang efisien.

16
Dengan demikian, pembangunan ekonomi dalam perspektif Islam bukan hanya tentang
pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tetapi juga tentang menciptakan kesejahteraan yang
merata dan mengikuti prinsip-prinsip moral serta keadilan sosial yang diamanahkan oleh
ajaran Islam.

3.2 SARAN

Dasar dan prinsip Ekonomi Islam dapat dikatakan lebih baik dan dapat menjawab
tantangan global yang rentan krisis daripada ekonomi konvensional. Dengan menerapkan
ekonomi Islam, bukan tidak mungkin Indonesia bahkan dunia dapat kebal dari krisis
ekonomi dan dampak yang dihasilkannya. Untuk perkembangan perekonomian dimasa
mendatang, diharapkan ekonomi Islam tidak hanya dijadikan produk semata, melainkan
menjadi the Ekonomi Islam yang dapat membantu menyelesaikan peremasalahan di suatu
negara.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aprianto, Naerul Edwin Kiky.2016. “Kebijakan Distribusi Dalam

Pembangunan Ekonomi Islam” (Jurnal Hukum Islam, Vol. 14, No.2)

Fitria ,Tira Nur .2016. “Kontribusi Ekonomi Islam Dalam Pembangunan

Ekonomi Nasional” Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam Vol. 02

Uddin, Jammal. 2018. “Pembangunn Ekonomi”. Universitas Muhammadiyah

Makassar. https://www.academia.edu/29026451/PEMBANGUNAN_EKONOMI pada

18 mei 2019 (Diakses pada, 18 Mei 2019).

Muttaqin, Hidayatullah SE, MSI. 2011. “Konsepsi Ekonomi Islam Untuk

Pembangunan Ekonomi”. Diakses di http://jurnal-ekonomi.org.

Soryan, Syaakir. 2016. “Peran Negara Dalam Perekonomian :Tinjauan

Teoritis Kebijakan Fiskal Dalam Ekonomi Islam” (Hunafa: Jurnal Studia Islamika,

Vol. 13, No. 2)

Rahardja, Pratama dan Mandala Manurung. 2005. Teori Ekonomi Makro.

Jakarta.

file:///C:/Users/ASUS/Downloads/9-+Retnawati+Siregar.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai