Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH HADIS EKONOMI

“Pembangunan Ekonomi”

Dosen Pengampu : Sawaluddin, M.Ag

Disusun Oleh :

KELOMPOK 10

Yunda Herliana (0506203106)

Syahfrilla Alrisa Nurul Azmi (0506203131)

Mhd. Arifta Pulung Tumangger (0506203119)

Muhammad Fhreza Deri (0506203235)

MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATRA UTARA
2022-2023
1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb.

Puji Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
”Pembangunan Ekonomi”. Salawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari
penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi saya semua dalam memenuhi
tugas dari mata kuliah “Hadis Ekonomi” dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah
keilmuan.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
dan belum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun
kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya
milik Allah SWT semata.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Medan, 17 Juni 2022

Kelompok 10

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………..

BAB I

PENDAHULUAN..............................................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN.................................................................................................................

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi...........................................................................

B. Teks-Teks Hadis Mengenai Pembangunan................................................................

C. Konteks Ekonomi Islam.............................................................................................

BAB III

PENUTUP…………………………………………………………………………………

A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran………………………………………………………………………..………

DAFTAR BACAAN..........................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN

Pembangunan ekonomi merupakan suatu upayah untuk memperbaiki dan meningkatkan


kualitas kehidupan umat manusia. Kajian tentang pembangunan ekonomi menempati posisi
yang cukup penting di kalangan ekonomi karena efek yang diberikannya sangat penting bagi
masyarakat dunia, yaitu kemakmuran, taraf hidup yang semakin meningkat, dan terciptanya
kesempatan kerja baru kepada penduduk.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk mengubah keadaan menjadi lebiih
baik dari sebelumnya, atau meningkatkan kualitas suatu keadaan menjadi kualitas yang lebih
baik, sehingga kesejahteraan dan kemakmuran semakin tinggi. Dalam wacana ekonomi
pembangunan, pembangunan ekonomi identik dengan menciptakan dan mempertahankan serta
meningkatkan pendapatan nasional.1

1
Michael P.Tudoro dan Stephen C. Smith.Pembangunan Ekonomi,jilid 1, (Jakarta: Erlangga,2006)halm 19.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembangunan Ekonomi

Menurut Muhammad Rawwas Qal’ahji bahwa pembangunan ekonomi adalah peningkatan


pendapatan Negara secara hakiki secara terus-menerus dalam wujud yang membolehkannya
(kadar yang pantas) dan sesuai dengan kemajuan.

Menurut Ibn Khaldun, untuk menciptakan kesejahteraan, maka setiap Negara harus
melaksanakan pembangunan dengan memperhatikan beberapa komponen yang saling
berhubungan satuu sama lain, sehingga membuat sebuah lingkaran yang disebut M. Umer
Chapra dengan daur keadilan atau cycle of equity2.

Dalam Al-Qur’an pembangunan ekonommi (tanmiyah al-iqtishadiyah) lazimnya


dihubungkan dengan konsep ‘imarah al-ard (memakmurkan bumi) yang dipahami dari Q.S Hud
[11] : 61. Selain kata imarah, pembangunan ekonomi menurut pakar ekonomi juga terdapat
dalam semua ayat yang menyebutkan kata-kata kasb (berusaha), al-in-faq (nafkah/biaya) atau
ad-darbu fi lard yang kesemuannya merujuk pada aktivitas ekonomi. Namun menurut Jaribah
bin Ahmad Harisi, kata-kata islahul mal (memperbaiki harta), kasb (berusaha), imarah
(memakmurkan), dan ihtiraf (bekerja) merupakan terminologi produksi (intaj), yaitu
aktivitas ,emgelolah dam ,engombinasikan input menjadi output. Memang, produksi merupakan
unsur pokok dalam pembagunan, walaupun dalam kajian ekonomi istilah produksi dan
pembangunan merupakan dua kajian yang berbeda.3

2
M. Umer Charp, The future of Economics: an perspective,Terj. Ikhwan Abdin masa depan ilmu Ekonomi: sebuah
tinjauan islam (Jakarta:Tazkia Institute,2001)hal 127
3
Jaribah bin Ahmad al-Harisi,fikih Ekonomi Umar Bin Khatab,Terj, Asmuni solihan Zamaksyari,(Jakarta:
Khalifa,2006,hlm 40.

5
B. Teks-Teks Hadis Mengenai Pembangunan

1. Motivasi untuk membangun

ekonomi sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan, mengurangi


kemiskinan, dan mengurangi pengangguran dan menciptakan penggunaaan tenaga kerja
penuh.Pembangunan ekonomi didefenisikan oleh iqbal sebagai suatu peroses untuk mengurangi
kemiskinan serta menciptakan kemakmuran,kenyamanan, dan tata susiladalam kehidupan.

Secara logika, jurang pemisah (gap) yang semakin lebar anatar kelompok penduduk kaya dan
miskin berarti kemiskinan semakin meluas, dan sebaliknya jika gap tersebut menyempit berarti
kemiskinan semakin berkurang. Kemiskinan yang diartikan sebagi ketidak mampuan seseorang
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dapat dialami oleh siapa saja. Oleh karena itu, perlu suatu
formula khusus supaya kemiskinan tidak menjadi epidemic (wabah) yang menyerang kehidupan
manusia.4

“Dari Abu Huraira, bahwa Rasulullah SAW berdoa : Ya Allah aku berlindung pada-Mu dari
kefakiran,kekurangan dan kehinaan, dan aku berlindung dari menzalimi dan dizalimi.”

Kemiskinan merupakam masalah ekonomi yang dialami hamper seluruh Negara Muslim
di dunia. Penyebabnya sangat kompleks dan susah untuk diurai, dan penyelesaiannya tidak bisa
dilakukan secara persial. Islam memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak
terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan primer secara menyeluruh.5

4
Abi Abdurahman bin syu’aib an-nisa’I,sunan an-Nasai (Beriut:Dar ihya At-Turas al-Arabi.T.th) hlm.911
5
M. Quraish Shahib, Wawasan Al-Quran,(Bandung : Mizan,1996)hlm 407

6
2. Falsafah pembangunan ekonomi

Kemiskinan merupakan salah satu bagi manusia dan kemanusiaan. Kemiskinan bukan saja
menyebabkan seseorang kekurangan dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun juga menyebabkan manusia bias kehilangan martabat, harga diri dan dizalimi orang-
orang yang kuat. Karena itu, rasulullah SAW berdoa agar kemiskinan yang dapat menyebabkan
seseorang tergelincirkepada kekufuran di jauhkan dari kehisupan umatnya.6

“Dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah SAW bersabda: sesungguhanya ALLAH tidsk
menzalimi kebaikan orang mukimin yang diberikan di dunia dan akan di balas di akhirat,
sedangkan orang kafir diberi makan karena kebaikan-kebaikan yang dikerjakan karena ALLAH
didunia hingga ia menuju akhirat tanpa memiliki suatu kebaikan pun yang bias dibalas”

Pembangunan ekonomi memegang peranan yang sangat penting bagi suatu Negara.
Walaupun istilah pembangunan ekonomi tidak dikenal dalam masa islam awal, tetapi rasulullah
sangat menjunjung tinggi ekonomi rakyat, suka melihat umat islam hidup berkecukupan daripada
dalam keadaan miskin dan kelaparan, dan sangat menginginkan umatnya berada pada level
tertinggi pembangunan. Karena itu kalau di telusuri ajaran rasulullah tentang pembangunan
ekonomi akan di temukan sejumlah hadis yang berisi tentang filosofi pembangunan ekonomi,
tujuan pembangunan ekonomi ( mengeliminasi kemiskinan), dan pemanfaatan sumber daya
secara itensif.

6
Abu Husain muslim bin hajjaj al- qusyairi an- naisaburi, sahih muslim. ( Dar al-kitab al-arabi,2004),hlm. 1155.hadis
ini terdapat pada kitab sifat orang munafik. Bab balasan bagi orang mukimin di dunia dan di akhirat, disegerakan
kebaikan bagi orang kafir di dunia.
Muhammad akram khan, Economic teaching of prophet Muhammad, A select anthology of hadith literature
on Economic, (Islamabad: IRTI,19890)hlm 213-234

7
Segala aktivitas ekonomi yang dimaksudkan untuk menhilangkan kemiskinan dan
meningkatkan kualitas kehidupan dianggap sebagai suatu kebajikan yang pahalanya tidak
terputus-putus sampai akhir dunia. Pandangan bahwa pembangunan ekonomi merupakan
kebajikan selanjutnya menjadi landasan filosofi pembangunan ekonomi dalam islam.7

3. Pemanfaatan sumber daya dengan itensif

Peranan sumber daya dalam pembangunan merupakan sesuatu yang tidak diperdebatkan
karena sumber daya alam adalah input yang dapat diolah dan di kembangkan menjadi sesuatu
yang baru. Namun sesungguhnya pertanyaan yang harus di jawab yaitu: sanggupkah sumber
daya tersebut menopang generasi yang akan datang? Pertanyaan ini perlu diajukan oleh karena
masa depan lingkungan tidak bisa di lepaskan dari keadaan lingkungan masa kini bahkan masa
lalu. Jawaban atas baik buruknya lingkungan di masa depan bergantung pada usaha-usaha
generasi sekaranmg dalam mengelola sumber daya alam .

“ Dari ibnu Abbas dia berkata; Rasulullah SAW bersabda: jika salah seorang di antara kalian
makan< maka janganlah dia mengusap tanganya hingga menjilatinya dahulu atau dijilati.”

Nabi Muhammad SAW sangat menyadari,bahwa pembangunan tanpa penggunaan


sumber daya ekonomi secara efisien dan efektif tidak mungkin terlaksanakan. Dalam
pengarahan- pengarahan beliau terhadap sahabat-sahabatnya, beliau membangun suatu sikap
tentang penggunaan sumber daya secara efisien. Dari masalah-masalah kecil itulah seperti
menghabiskan sisa-sisa makanan di anak jari untuk menerangkan secara eksplisit larangan
pembaungan apa saja yang bernilai. Dari sini kita menemukan sebuah pedoman yang
menekankan pada penggunaan sumber daya, bahwa sumber daya harus digunakan sebaik

7
Abu Husain MuslimBin Hajjaj Al-Qusyairi an- Naisaburi,sahih Muslim (Dar Al-Kiyah 2004)Hlm.864

8
mungkin, tidak boleh boros apalagi disia-siakan, bahwa semua sumber daya adalah nikmat/
pemberian ALLAH yang harus digunakan secara hati-hati.8

4. pengembangan kerja (produksi)

Pembangunan juga memerlukan adanya ekspansi produksi dalam bentuk yang memungkinkan
masyarakat untuk berpartipasi.

“ Dari ‘ Aisyah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda; ‘sesuatu yang paling baik untuk dimakan
oleh seseorang adalah termasuk dari jerih payahnya.”

halnya sumber daya fisik, Rasuluallah juga menekankan pembangunan sumber daya
manusia. Beliau sangat mengapresiasi dan memberikan nilai yang tinggi pada kerja.
Ketergantungan kepada orang lain, sikap berpangku tangan atau mengemis/ meminta –minta
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan hidup sangat di cela. Rakyat didorong umtuk bekerja
keras, membangun segala sarana ekonomi, memproduksi barang dan jasa, dan di larang
membuang waktu percuma dengan berpangku tangan tanpa melakukan aktivitas yang produktif.

Perenca naan dan alokasi sumber daya sehingga semua orang dapat berpartisi pasi dalam
pembangunan. Dalam sebuah ekspedisi ketika persediaan makanan kurang dari kebutuhan
pasukan, Rasulullah SAW memer intahkan untuk mengumpulkan persediaan makanan dan
membagi bagikannya secara merata. Bahkan beliau memuji tindakan seseorang yang
mengalokasikan sebahagian dari kelebihan rezeki yang dimiliki kepada orang yang
membutuhkan. Tentu saja upaya ini sebagai satu cara agar orang yang tidak memiliki sumber
daya tertentu dapat memi likinya dan berpartisipasi aktif dalam membangun bumi.9

8
Abi Abdillah Muhammad bin Yazid al-Qaziwi, sunan ibn Majah,juz 11,(Indonesia:Maktabah Dahlan,Tth.)hlm, 723
9
Abu Daaud Sulaiman bin Asy’asy as-Sijistani, suan Abu Daud,(Yordan: Dar al-Alam,2003)hlm,636

9
5. Larangan Pengangguran

Islam mengajarkan bahwa pembangunan merupakan tugas semua orang dan tidak dapat
dibebankan kepada sekelompok orang saja. Karenanya Islam mencela orang-orang yang
menganggur dan tidak melakukan kegiatan produktif untuk memperbaiki kehidupan nya maupun
kehidupan masyarakat secara luas.

“Dari Abdullah bin Amir al-Yahshabi ia berkata, saya mendengar Mu’awiyah berkata; Hati-
hatilah kalian dari hadis-hadis (palsu), kecuali hadis-hadis pada masa Umar bin al-Khaththab.
Sesung guhnya Umar sangat ditakuti orang mengenai hukum-hukum Allah. Saya mendengar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Siapa yang dikehendaki Allah menjadi baik,
maka akan dipahamkan-Nya dengan kepahaman yang dalam tentang aga ma. Dan saya juga
mendengar Rasulullah SAW bersabda: ‘Aku ini adalah seorang bendahara. Maka siapa yang
kuberi sedekah dan diterimanya dengan hati yang bersih, maka dia akan beroleh berkah dari
harta itu. Tetapi siapa yang kuberi karena meminta minta dan rakus, maka dia seperti orang yang
makan yang tak pernah kenyang.”

Dalam pembangunan ekonomi, juga sangat dibutuhkan perenca naan dan alokasi sumber
daya sehingga semua orang dapat berpartisi pasi dalam pembangunan. Dalam sebuah ekspedisi
ketika persediaan makanan kurang dari kebutuhan pasukan, Rasulullah SAW memer intahkan

10
untuk mengumpulkan persediaan makanan dan membagi bagikannya secara merata. Bahkan
beliau memuji tindakan seseorang yang mengalokasikan sebahagian dari kelebihan rezeki yang
dimiliki kepada orang yang membutuhkan. Tentu saja upaya ini sebagai satu cara agar orang
yang tidak memiliki sumber daya tertentu dapat memi likinya dan berpartisipasi aktif dalam
membangun bumi.10

6. Iklim usaha yang kondusif

"Dari Abdullah bin Mas'ud dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Beliau bersabda:
"Thiyarah adalah syirik, thiyarah adalah syirik tiga kali. Tidaklah di antara kita kecuali
beranggapan se perti itu, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan tawakal."

Di samping faktor-faktor ekonomis di atas, pembangunan eko nomi juga harus menyertakan
faktor-faktor non-ekonomis. Beliau sangat menghargai inisiatif dan melarang mengambil
petunjuk dari petanda-petanda serta percaya dengan takhayul karena hal tersebut akan
mematikan kreativitas. Sebaliknya, seperangkat nilai seperti ih san, saling tolong-menolong akan
menciptakan iklim yang kondusif bagi pembangunan ekonomi.

Dengan berbagai landasan pembangunan di atas, di mana setiap individu diperintahkan untuk
memaksimalkan potensi diri dengan bekerja sesuai kapasitas dan keilmuannya, sehingga
terbebas dari ke miskinan dan mampu berdiri sendiri, Rasulullah membangun ponda si
pembangunan ekonomi. Tentu saja pondasi ini tidak akan sempurna dan mapan kecuali sumber
daya yang digunakan untuk membangun tersebut digunakan sebaik mungkin, sesuai fungsinya,
sesuai dengan ukuran dan spesifikasinya sehingga menghasilkan sebuah bangunan/
perekonomian yang kukuh. Namun bangunan yang kukuh juga tidak sempurna, kecuali dibingkai
dengan etika dan kesalehan. Etika akan menyempurnakan suatu perekonomian, sehingga
keberkahan dan rahmat Allah akan senantiasa dilimpahkan kepada semua penduduk yang ada di
negara tersebut (baldatun thayyibatun wa rabb ghafur).

10
Muhammad Akram Khan, Economics Message of the Quran (kuwit:Islamic Book Publishers,1996)hlm, 10-11

11
C. Konteks Ekonomi Islam

Secara umum tujuan pembangunan ekonomi islam adalah terpenuhi dan terpeliharanya
maqasid syariah ( agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta ), sehingga tercapai falah atau
kesejahteraan dunia dan akhirat. Muhammad Akram Khan secara detail menjelaskan bahwa
falah meliputi kelangsungan hidup, kebebasan berkeinginan, serta kekuatan dan harga diri
dengan beberapa aspek yang harus dipenuhi baik secara mikro maupun makro dengan berbagai
sudut pandang. Falah adalah suatu konsep yang holistik dan meliputi aspek spiritual, ekonomi,
sosial budaya maupun politik. Dalam konteks keduniawian ( pembangunan ekonomi ),
tercapainya falah ditandai dengan wujudnya negara Makmur dan sejahtera dimana semua
penduduk memiliki akses untuk memenuhi berbagai kebutuhannya sehingga memperoleh
kenyaman hidup ( hayatan thayyiban ) dalam suatu negara yang Al-Qur`an ungkapan dengan
baladan aminan atau baldatun thayyibatun war abb ghafur.11

Untuk mencapai Falah, maka pola pola pembangunan yang mengangungkan kebebasan tidak
terbatas pada individu dalam memiliki dan mengelola property privat untuk kepentingan pribadi,
ekspansi kekayaan yang dipercepat untuk pemenuhan preferensi individual, serta dominannya
kekuatan pasar dan minimalnya peran pemerintah harus diubah. Untuk itu pemikir Ekonomi
Islam seperti M.Umer Chapra menawarkan beberapa kebijakan pembangunan yang diharapkan
mampu memelihara maqasid, yaitu memberikan kenyamanan pada manusia, mereduksi
konsentrasi kekayaan, restrukturisasi ekonomi dan keuangan serta rencana kebijakan strategis.

Memberikan kenyamanan pada factor manusia merupakan sesuatu yang sangat penting
mengingat manusia adalah tujuan sekaligus sasaran pembagunan yang jika tidak dipersiapkan
sebaik mungkin tidak akan memberikan konstribusi positif bagi pembangunan, sehingga
kepentingan pribadinya tidak terlindungi dalam batas-batas kesejahteraan. Untuk itu, sumber
daya manusia harus diberi motivasi, pelatihan, dan penguasaan teknologi, manajemen yang baik
serta akses kepada keuangan. Berdasarkan ayat ayat tersebut, pemberian kenyamanan pada factor
manusia ini merupakan upaya agar manusia dapat menjalankan perannya sebagai khalifah yang
ditugaskan untuk membangun bumi.

11
M. Umer Charpa.islam and economic development,terj Ikhwan Abidin,islam dan Pembangunan Ekonomi,(jkarta:
Tazkia Institute,2000)hlm 85

12
Pengurangan konsentrasi kekayaan pada dasarnya dapat dilakukan dengan membangun
pedesaan, perluasan usaha mikro, dan usaha kreatif diatas. Selain itu, pengurangan konsentrasi
kekayaan juga dapat dilakukan melalui infak yang merupakan salah satu bentuk transfer
kekayaan dari orang yang memiliki sumber daya kepada orang yang tidak memilikinya.

Restrukturisasi ekonomi dan keuangan dilakukan dengan mengubah preferensi konsumen


sehingga konsumsi yang berlebihan baik oleh pribadi, swasta, maupun pemerintah dapat
dikurangi. Negara-negara muslim harus memiliki filter moral dan membedakan kebutuhan yang
penting dan kebutuhan tidak penting dengan menggolongkan barang dan jasa kedalam kategori
“kebutuhan” dan “ kemewahan “. Istilah kebutuhan ( dengan sendirinya termasuk kenyamanan )
merujuk pada semua barang/jasa yang mengurangi hajat atau mengurangi kesulitan dan
membawa perbedaan rill dalam kesejahteraan manusia, sedangkan kemewahan sebaliknya.
Walaupun membuat klasifikasi ini tidak mudah namun nilai-nilai Islam tentang kebutuhan
daruriyyat, hajiyyat, dan tahsiniyyat dapat dijadikan acuan. Pola ini jika dikembangkan lebih
lanjut sangat mungkin mengurangi ketidakseimbangan ekonomi yang saat ini terjadi pada
negara-negara Muslim. Pemberian pembiayaan lunak, dibukanya akses ekonomi secara luas juga
diyakini Chapra mampu memberikan efek positif bagi perekonomian.

Untuk mecapai tujuan pembangunan seperti diatas, maka perlu perencanaan kebiakan
strategis yang realistis tentang segala sumber daya manusia dan sumber daya fisik yang tersedia
serta sekumpulan prioritas yang ditentukan secara matang. Perencanaaan tersebut harus mampu
mengalokasikan input-ouput dalam suatu perekonomian melalui serangkaian peraturan ( filter
nilai nilai islam ) yang wajb serta tidak boleh diabaikan. Apa yang dikemukakan Chapra tentang
beberapa strategi diatas, secara langsung atau tidak di ilhami dari pemahamannya yang kuat
terhadap petunjuk-petunjuk Al-Qur`an dan hadist tentang pembangunan ekonomi.

Menarik juga untuk dicatat, bagaimana Khaldun seperti yang penulis kemukaan diawal
tulisan ini mengemukakan pandangannya tentang kesejahteraan suatu negara. Dari elaborasi
ayat-ayat pembangunan diatas jela sekali Al-Qur`an menggambarkan bagaimana rangkaian
pembangunan harus dilaksanakan yang dimulai dari pemerintah untuk memakmurkan bumi
( imarah ) dengan memberdayakan potensi manusia yang merupakan khalifah dimuka bumi
( rijal ). Pembangunan tersebut memerlukan berbagai kekuatan berupa harta maupun kekuatan
militer ( mal ), dimana orang orang yang secara ekonomi tidak menguasai factor produksi juga

13
dilibatkan melalui transfer modal melalui indak sehingga menciptakan keadila. Agar
memperoleh hasil maksimal dan keberkahan Allah, Maka nilai nilai moral dan spiritual
merupaka landasan pembangunan yang tidak boleh tidak ada ( syariah ).

BAB III

PENUTUP
14
A. Kesimpulan

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk mengubah keadaan menjadi lebiih
baik dari sebelumnya, atau meningkatkan kualitas suatu keadaan menjadi kualitas yang lebih
baik, sehingga kesejahteraan dan kemakmuran semakin tinggi. Dalam wacana ekonomi
pembangunan, pembangunan ekonomi identik dengan menciptakan dan mempertahankan
serta meningkatkan pendapatan nasional.

ekonomi sesungguhnya bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan, mengurangi


kemiskinan, dan mengurangi pengangguran dan menciptakan penggunaaan tenaga kerja
penuh.Pembangunan ekonomi didefenisikan oleh iqbal sebagai suatu peroses untuk
mengurangi kemiskinan serta menciptakan kemakmuran,kenyamanan, dan tata susiladalam
kehidupan.

B. Saran

Untuk mencapai Falah, maka pola pola pembangunan yang mengangungkan kebebasan
tidak terbatas pada individu dalam memiliki dan mengelola property privat untuk
kepentingan pribadi, ekspansi kekayaan yang dipercepat untuk pemenuhan preferensi
individual, serta dominannya kekuatan pasar dan minimalnya peran pemerintah harus diubah.
Untuk itu pemikir Ekonomi Islam seperti M.Umer Chapra menawarkan beberapa kebijakan
pembangunan yang diharapkan mampu memelihara maqasid, yaitu memberikan kenyamanan
pada manusia, mereduksi konsentrasi kekayaan, restrukturisasi ekonomi dan keuangan serta
rencana kebijakan strategis.

DAFTAR PUSTAKA

15
Sonny Sumarsono.2010. Manajemen Keuangan Pemerintahan.Yogyakarta; Graha Ilmu

Surtahman Kastin Hasan. 1990. Ekonomi Islam. Bangi: Universitas Kebangsaan Malaysia

T.M Hasbi Ass-Shiddieqy, 1974. Pengantar Fiqh Muamalah, Jakarta:Bulan Bintrang

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa.2001,Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka

Wahbah al-Zuhaili 19866. Ushul al-fiqh al-islami.Beirut:Dar al-Fikr.

Yusuf Qardhawi. 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam,Jakarta: Gemalsani

Yusuf Qardhawi,1994.fatwa-fatwa Mutakhir,Jakarta: Yayasan al-Hamidy

SM.Hasanuzaman.1981. Economic Funcations of an Islamic State The Early Experience,


Leicter:The Islamic Fuoundation

Zaki Faud Chalil. 2009. Pemerataan distribusi Kekayaan dalam Ekonomi Islam. Jakarta:
Erlangga

Mustafa as-Sibai.1978. As-sunnah wa Makanatuha fi asy-syari.cet ll. Damaskus: Maktab al-


islam

16

Anda mungkin juga menyukai