Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PERTUMBUHAN EKONOMI

DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM

DISUSUN OLEH :

1. HESTI FITRIAH
2. PRICILIA TIARA MONICA
3. HANLI YANI TIASA JULIASTI

DOSEN PENGAMPU :

RIKA RAHMADINA PUTRI, M.Si

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM AL-FURQON

KOTA PRABUMULIH

TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat
danhidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah Ekonomi Makro
Islam.. Penulis juga bersyukur atas segala anugerah yang telah diberikan selama
proses pembuatan berlangsung. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada
seluruh pihak yang mendukung keberhasilan penulisan makalah ini. Dosen mata
kuliah yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pengerjaan makalah ini.

Pada saat makalah ini dibuat, penulis mengalami sedikit masalah terhadap
pembahasan materi, karena perlunya pencarian informasi yang akurat dan terbuka
bagi pemenuhan kebutuhan makalah ini. Penulis juga menyadari bahwa penulisan
makalah ini jauh dari sempurna karena keterbatasan serta kemampuan penulis. Oleh
sebab itu, penulis menerima kritik dan saran dari berbagai pihak yang dapat
mendukung penulisan makalah mata kuliah Ekonomi Makro Islam. Penulis berharap
agar makalah ini dapat menjadi panduan bagi semua pihak yang membutuhkan data
makalah ini.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Prabumulih,05 Desember 2023

Penulis,

ii
DAFTAR ISI

COVER....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR...........................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan Pembahasan...........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Pertumbuhan Ekonomi Dalam islam.................................................................3

2.2 Faktor-Faktor Pertumbuhan Ekonomi...............................................................4

2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi..................................................................6

2.4 Model Pertumbuhan Ekonomi yang Islami.......................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................10

3.1 Kesimpulan......................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang amat penting
dalam menilai kinerja suatu perekonomian, terutama untuk melakukan analisis
tentang hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan suatu negara atau
daerah. Ekonomi dikatakan mengalami pertumbuhan apabila produksi barang
dan jasa meningkat dari tahun sebelumnya. Oleh karena itu, pertumbuhan
ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian dapat menghasilkan
tambahan pendapatan atau kesejahteraan masyarakat pada periode tertentu.
Pertumbuhan ekonomi suatu negara atau wilayah yang terus menunjukkan
peningkatan, maka itu menggambarkan bahwa perekonomian negara atau
wilayah tersebut berkembang dengan baik. Kajian tentang pertumbuhan (growth)
ekonomi juga dapat ditemukan dalam konsep ekonomi Islam. Konsep ini pada
dasarnya telah dirangkum baik secara eksplisit maupun implisit dalam al-Qur’an,
sunnah maupun pemikiran pemikiran ulama Islam terdahulu, di mana Islam
mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan yang terus
menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan kontribusi
bagi kesejahteraan manusia. Akan tetapi dalam Islam, suatu peningkatan yang
dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika
produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti
memberikan efek buruk dan membahayakan manusia.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi dalam islam?
2. Seperti apa pertumbuhan ekonomi yang islami?
3. Bagaimana pengukuran pertumbuhan ekonomi?
1.3 Tujuan Pembahasan
1. Mengetahui bagaimana pertumbuhan ekonomi dalam pandangan islam.
2. Memahami seperti apa pertumbuhan ekonomi yang islami.
3. Mengetahui cara menghitung pertumbuhan ekonomi.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pertumbuhan Ekonomi Dalam Islam

Dalam kajian ekonomi Islam, persoalan pertumbuhan ekonomi telah menjadi


perhatian para ahli dalam wacana pemikiran ekonomi Islam klasik. Pembahasan
ini diantaranya berangkat dari firman Allah Swt. surat Hud ayat 61: “Dia yang
telah menjadikan kamu dari tanah dan menjadikan kamu pemakmurnya”.
Artinya, bahwa Allah Swt. menjadikan kita sebagai wakil untuk memakmurkan
bumi. Terminologi ‘pemakmuran bumi’ ini mengandung pemahaman tentang
pertumbuhan ekonomi, sebagaimana yang dikatakan Ali bin Abi Thalib kepada
seorang gubernurnya di Mesir: “Hendaklah kamu memperhatikan pemakmuran
bumi dengan perhatian yang lebih besar dari pada orientasi pemungutan pajak,
karena pajak sendiri hanya dapat dioptimalkan dengan pemakmuran bumi.
Barang siapa yang memungut pajak tanpa memperhatikan pemakmuran bumi,
negara tersebut akan hancur.”
Islam mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai perkembangan yang
terus-menerus dari faktor produksi secara benar yang mampu memberikan
konstribusi bagi kesejahteraan manusia. Dengan demikian, maka pertumbuhan
ekonomi menurut Islam merupakan hal yang sarat nilai. Suatu peningkatan yang
dialami oleh faktor produksi tidak dianggap sebagai pertumbuhan ekonomi jika
produksi tersebut misalnya memasukkan barang-barang yang terbukti
memberikan efek buruk dan membahayakan manusia. Lebih dari itu, perubahan
ekonomi merupakan aktivitas menyeluruh dalam bidang produksi yang berkaitan
erat dengan keadilan distribusi. Dengan demikian, pembangunan ekonomi
menurut Islam bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan
kualitatif. Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi
juga kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral.

3
2.2 Faktor-faktor Pertumbuhan Ekonomi

1) Sumber-Sumber Investasi
Proses pertumbuhan ekonomi meliputi mobilisasi sumbersumber yang
memadai bagi investasi, konversinya ke dalam aset-aset fisik yang produktif,
dan faktor-faktor lain. Ada dua sumber modal yaitu sumber domestik dan
sumber dari luar. Berkaitan dengan sumber-sumber modal dari luar, Islam
melihat bahwa merupakan hal yang penting untuk mengadakan kerjasama
dengan negara-negara Islam dari luar dan menghindarkan diri dari ribâ dalam
pengelolaan keuangan dan membebaskan diri dari pengaruh perbudakan sosial
budaya dan politik ekonomi Barat. Beberapa potensi penting dari ekonomi
Islam adalah bagaimana memobilisasikan sumber-sumber domestik untuk
pertumbuhan ekonomi. Ada tiga aspek yang bisa dikemukakan di sini
berkaitan dengan sumber-sumber domestik tersebut yaitu:5 (1) potensi
menabung; (2) mobilisasi untuk menabung; (3) alokasi dan pemanfaatan
tabungan untuk pertumbuhan ekonomi.
2) Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pertumbuhan
ekonomi. Manusia merupakan pelaku-pelaku yang aktif dalam pertumbuhan
ekonomi yang melakukan eksploitasi terhadap sumber daya alam,
pengumpulan modal, pembangunan sosial, ekonomi dan institusi-institusi
politik yang menggiatkan proses pertumbuhan. Mereka menyediakan dua
faktor penting dalam proses pertumbuhan yaitu sebagai pekerja dan pelaku
enterprenuership. Kepiawaian yang efisien seorang pekerja sangat penting
dalam pertumbuhan ekonomi. Efisien dalam bekerja mensyaratkan dua
kualitas yatiu profesionalisme dan kualitas moral adalah kualitas moral.
Profesionalisme bekerja meliputi keterampilan dan efisien dalam bekerja.

4
Sedangkan kualitas moral adalah kualitas yang memberikan dorongan untuk
bekerja secara efisien, ikhlas, dan jujur.
3) Enterprenuership (Jiwa Wiraswasta)
Ditegaskan oleh beberapa ekonom bahwa enteprenuership merupakan
salah satu faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ekonomi. Menurut
pendapat Schumpeter, pertumbuhan ekonomi ditentukan oleh fungsi yang
dinamis dari enterprenuership, dan fungsi dari enterprenuership ini adalah
suatu inovasi.8 Walaupun - menurut beberapa pendapat ekonomi yang lain -
fungsi yang inovatif enterprenuership tersebut tidak begitu nampak dalam
perusahaan-perusahaan negara dan dalam penafsiran yang lebih luas.
Kontribusi mendasar dari enterprenuership dalam menggerakkan roda
pertumbuhan ekonomi tidak bisa disanggah, karena perannya yang begitu
vital. Islam mendukung bertumbuh-kembangnya jiwa enterprenuership dalam
usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Islam memberikan
motivasi positif kepada berbagai aktifitas kehidupan ekonomi dengan maksud
untuk mendapatkan sumber penghidupan yang halal.
4) Kemajuan Teknologi
Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi memberikan
kontribusi yang cukup tinggi bagi pertumbuhan ekonomi. Kemajuan dalam
teknologi menyebabkan bertambahnya produk yang dihasilkan oleh setiap
satuan faktor satuan produksi atau input yang digunakan. Islam tidak
menentang konsep kemajuan teknologi sebagai sebuah kenyataan yang harus
diterima dan dimanfaatkan, karena hal ini memberikan kontribusi yang cukup
signifikan dalam proses teknologi. Ayat al-Qur’an membimbing manusia
untuk menemukan dan mendapatkan hal-hal yang baru yang memberikan
manfaat bagi banyak orang. Penemuan-penemuan baru tersebut bisa

5
digunakan untuk mengeksplorasi sumber daya alam yang memang telah
disediakan Allah bagi manusia untuk kesejahteraannya

2.3 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi dapat diukur melalui Gross National Product (GNP).


GNP didefinisikan sebagai jumlah nilai akhir dari semua barang dan jasa yang
dihasilkan dalam seluruh kegiatan ekonomi selama satu tahun. GNP ini mengukur
aliran penghasilan negara (dari pertumbuhan ekonomi) selamak kurun waktu
tertentu. GNP = C + I + G (E – M) + Z

Di mana: C = Consumer Spending

I = Investement Spending

G = Output for Government

(E – M) = Net Export or Import

Z = Zakat

Contoh dari pengukuran (penghitungan) GNP adalah sebagai berikut:

The Major Component of GNP, 1897 (In Billion of $)

Consumer Output (Expenditures) $ 2,966

Investement Output (Expenditures) $ 716

Output For Government (Expenditures) $ 924

Output For Foreigners, Les Import

From Abroad (Expenditures) ($ 120)

TOTAL OR GROSS NATIONAL PRODUCT $ 4,48

6
2.4 Model Pertumbuhan Ekonomi yang Islami

Ekonomi Islami mengkaji perilaku individu lebih berdasarkan etika, nilai dan
moral. Sehingga Manusia Rasional (Rational Man) Islami tidak sekedar
memuaskan materi saja, tetapi juga harus memerhatikan kepuasan spiritualnya.
Menurut al-Tariqi21 Islam harus mempunyai karakteristik tersendiri agar tujuan
pertumbuhan ekonominya bisa tercapai. Karakteristik tersebut adalah:

1. Komprehensif (al-Syumul); Islam melihat bahwa pertumbuhan lebih dari


sekedar persoalan materi dan memiliki tujuan yang lebih universal
dibandingkan dengan orientasi terbatas yang ingin dicapai oleh sistem-sistem
kontemporer, yaitu untuk menciptakan keadilan sosial. Pertumbuhan harus
berorientasi pada tujuan dan nilai. Aspek material, moral, ekonomi, social
spiritual dan fiskal tidak dapat dipisahkan. Kebahagian yang ingin dicapai
tidak hanya kebahagian dan kesejahteraan material di dunia, tetapi juga di
akhirat.
2. Berimbang (Tawazun); Pertumbuhan tidak hanya diorientasikan untuk
menciptakan pertambahan produksi, namun ditujukan berlandaskan asas
keadilan distribusi sesuai dengan firman Allah : “Berbuat adillah kamu,
sesungguhnya hal itu yang paling dekat dengan ketakwaan”. (Q.S. Al-Maidah:
8).Pertumbuhan juga memerlukan adanya keberimbangan usaha-usaha
pertumbuhan. Oleh karena itu, Islam tidak menerima langkah kebijakan
petumbuhan perkotaan dengan mengabaikan pedesaan, industri yang
mengabaikan pertanian atau dengan mengonsentrasikan percepatan
pembangunan program tertentu dengan mengabaikan sarana umum dan
prasarana pokok lainnya.

7
3. Realistis (Waqi’iyyah); Realistis adalah suatu pandangan terhadap
permasalah sesuai dengan kenyataan. Dalam teori-teori sosial secara umum,
realistis merupakan persyaratan yang harus ada di dalamnya, karena teori
yang utopis yang jauh dari kondisi riil akan sulit diterima oleh masyarakat.
Islam – yang merupakan agama yang berasal dari Allah – tidak mungkin
menetapkan aturan-aturan idealis yang jauh dari kehidupan manusia dan
kemungkinan penerapannya. Realistis Islam adalah idealitas, dan idealitas
islam adalah realitas.
4. Keadilan (‘Adalah), Seperti dikemukakan diatas bahwa pertumbuhan harus
disertai dengan adanya keadilan distributif. Allah berfirman: “Sesungguhnya
Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kerabat, dan Allah melarang dari berbuat keji, kemunkaran dan permusuhan.
(Q.S. Al-Nahl: 90). Dari realitas yang ada kita bisa melihat betapa
kesenjangan antara yang kaya dan miskin di negeri ini telah sedemikian
hebatnya. Realita disparitas ekonomi ini tidak saja terjadi di Indonsia dan
negara-negara berkembang lainnya, tetapi juga negara-negara maju yang
menjadi pendekar kapitalisme, seperti Amerika Serikat. Maka disinilah
pentingnya pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan yang adil.
5. Bertanggung Jawab (Mas’uliyyah); Ketika Islam memberikan ruang
kebebasan terhadap individu dalam bidang apapun dengan ekspresi yang
mencerminkan penghormatan kepada manusia untuk menikmati kenikmatan
duniawi, maka kebebasan ini tidak diberikan secara absolut tanpa batas.
Kebebasan itu dibatasi oleh berbagai aturan yang menunjukkan adanya
jaminan kebahagiaan seluruh anggota masyarakat. Karakteristik ini juga
berkaiatan dengan aspek lain dalam pertumbuhan, yaitu bahwa pertumbuhan
harus sustainable.

8
6. Mencukupi (Kifayah); Islam tidak hanya menetapkan adanya karakteristik
tanggung jawab seperti yang telah diungkapkan, namaun tanggung jawab itu
haruslah mutlak dan mampu menakup realisasi kecukupan bagi umat manusia.
Dalam hal ini para ahli fikih telah menetapkan dalam bidang pengalokasian
harta dengan ukuran yang dapat mencukupi kebutuhan berupa pangan,
sandang dan papan dalam batas yang seharusnya.
7. Berfokus pada manusia (Ghayatuha al-Insan): Fungsi utama Islam adalah
membimbing manusia pada jalur yang benar dan arah yang tepat.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pertumbuhan (growth) ekonomi dapat ditemukan dalam konsep
ekonomi Islam. Konsep ini pada dasarnya telah dirangkum baik secara
eksplisit maupun implisit dalam Al-quran, sunnah maupun pemikiran-
pemikiran ulama Islam terdahulu, namun kemunculan kembali konsep ini,
khususnya beberapa dasawarsa belakangan ini terutama berkaitan kondisi
negara-negara muslim yang terkebelakang yang membutuhkan formula
khusus dalam stratregi dan perencanaan pembangunannya.
Kekhasan pertumbuhan dan pembangunan dalam ekonomi Islam
ditekankan pada perhatian yang sangat serius pada pengembangan
sumberdaya manusia sekaligus pemberdayaan alam untuk meningkatkan
harkat dan martabat manusia. Ini tidak hanya diwujudkan dalam keberhasilan
pemenuhan kebutuhan material saja, namun juga kebutuhan dan persiapan
menyongsong kehidupan akhirat. pembangunan ekonomi menurut Islam
bersifat multi dimensi yang mencakup aspek kuantitatif dan kualitatif.
Tujuannya bukan semata-mata kesejahteraan material di dunia, tetapi juga
kesejahteraan akhirat. Keduanya menurut Islam menyatu secara integral.

10
DAFTAR PUSTAKA

Agustianto. “Pertumbuhan dan Pembangunan Ekonomi dalam Perspektif Ekonomi


Islam.” Diakses Februari 11, 2009.
http://agustianto.niriah.com/2008/10/04/pert
umbuhan-dan-pembangunan-ekonomi-perspektif-ekonomi-islam-2.

Maro, Jurnal Ekonomi Syariah dan Bisnis, Vol.1 . No. 2 November 2018

Zuhdi zaenu.2018.Pertumbuhan Ekonomi Dalam Perspektif Islam. UIN Malang DPK


di STAI Ma’had Ali Al-Hikam. Diakses pada5 Desember 2023

Alvi, Safiq A., dan Amer Al-Raubaie. “Strategi Pertumbuhan Ekonomi yang
Berkesinambungan dalam Persepsi Islam.” Islamia II, no. 5 (2005).
2018 Program Studi Ekonomi Perbankan Islam, FAI Universitas Majalengka.diakses
5 Desember 2023

11

Anda mungkin juga menyukai