Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM


“Overview Ekonomi Pembangunan”

Dosen pengampu :
Rachmania Nurul Fitri Amijaya, SE., M.SEi

Disusun oleh :
1. Ghaza Al - Ghifari 210810102100
2. Deo Faris Hidayat 220810102027
3. Desta Alifian Firmansyah 220810102072
4. Muhammad Sulaiman 220810102074
5. Aditya Febriansyah 220810102089
6. Kamel Arbintariansyah 220810102094
7. Muhammad Kafabihi 220810102109

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JEMBER
2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Jual Beli dalam Islam ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini yang berjudul “Overview Ekonomi pembangunan“. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ii


DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 2
A. PERKEMBANGAN PARADIGMA EKONOMI PEMBANGUNAN ............................. 2
1). Evolusi Ukuran Pembangunan ...................................................................................... 2
B. DEFINISI PEMBANGUNAN .......................................................................................... 3
1) Pembangunan Menurut Pandangan Ekonomi Tradisional dan Paradigma Pembangunan
Baru ................................................................................................................................ 3
2) Nilai Inti dan Tujuan Pembangunan ............................................................................... 3
C. EKONOMI PEMBANGUNAN DAN ILMU PENGETAHUAN ..................................... 4
1). Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan....................................................................... 4
2). Perbedaan Nilai dan Paradigma Ekonomi Pembangunan ............................................. 4
D. EKONOMI ISLAM DAN PARADIGMA EKONOMI PEMBANGUNAN .................... 4
1). Prinsip Dasar Ekonomi Islam ........................................................................................ 5
2). Ciri Utama Ekonomi Islam ........................................................................................... 6
E. PENTINGNYA EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM ................................................. 6
F. EKONOMI PEMBANGUNAN DULU, SEKARANG, DAN KEDEPAN ....................... 7
1). Dulu ............................................................................................................................... 7
2). Sekarang ........................................................................................................................ 7
3). Kedepan ......................................................................................................................... 8
BAB III PENUTUPAN .............................................................................................................. 9
Kesimpulan............................................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru di dalam ilmu ekonomi. Hal
tersebut dikarenakan, studi tentang pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para
ekonom sejak zaman Merkantilis, Klasik, Marx dan Keynes. Bapak ilmu ekonomi, Adam
Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek tentang pembangunan ekonomi dalam
karyanya yang berjudul The Wealth of Nations. Oleh karena itu, tidaklah tepat jikalau
mengganggap bahwa ekonomi pembangunan merupakan suatu bidang analisis yang relatif baru
dalam ilmu ekonomi.

Pada masa sekarang ini, pemerintah memang telah mulai semakin memperhatikan
pembangunan ekonomi, salah satunya adalah pembangunan ekonomi pada sektor daerah. Hal
tersebut terlihat melalui jargon-jargon ekonomi politik seperti desentralisasi ekonomi, otonomi
daerah, ekonomi kerakyatan, pemberdayaan usaha kecil, menengah dan koperasi. Akan tetapi,
hingga saat ini masih terdapat ketidakjelasan dalam format serta bagaimana implementasi
konkritnya.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan paradigma ekonomi pembangunan ?
2. Bagaimana Definisi pembangunan ?
3. Bagaimana Ekonomi pembangunan dan ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana Ekonomi islam dan paradigma ekonomi pembangunan ?
5. Bagaimana Pentingnya ekonomi pembangunan islam ?
6. Bagaimana Ekonomi pembangunan dulu, sekarang, dan kedepan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan paradigma ekonomi pembangunan
2. Untuk mengetahui Definisi pembangunan
3. Untuk mengetahui Ekonomi pembangunan dan ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui Ekonomi islam dan paradigma ekonomi pembangunan
5. Untuk mengetahui Pentingnya ekonomi pembangunan islam
6. Untuk mengetahui Ekonomi pembangunan dulu, sekarang, dan kedepan

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN PARADIGMA EKONOMI PEMBANGUNAN


Ekonomi pembangunan selalu menjadi suatu hal yang menarik untuk dikaji sebagai
sebuah ilmu maupun implementasi kebijakan. Hal ini tidak terlepas dari peran ekonomi
pembangunan sebagai indikator keberhasilan kegiatan ekonomi. Fakta tersebut didukung
dengan ekonomi pembangunan merupakan bidang yang berlandaskan pada beberapa macam
aspek, tidak hanya ekonomi, tetapi juga politik, budaya dan sosial. Aspek ekonomi yang
mendasarinya juga sangat komprehensif. Aspek-aspek tersebut antara lain: ekonomi keuangan,
regional, industri, lingkungan, demografi, kemiskinan, tata kota, dan ekonomi internasional (W
Mahri, et al., 2021).

Mengingat begitu banyaknya aspek yang berkaitan dengan ekonomi pembangunan,


maka untuk menilai keberhasilan suatu pembangunan, perlu dinilai dari berbagai sudut
pandang. Sebagai contoh, dimasa Pemilu atau Pemilukada banyak perspektif yang digunakan
untuk mendukung calon yang maju, terutama pihak petahana (incumbent) agar dicitrakan
berhasil dalam melaksanakan proses pembangunan selama masa jabatan tertentu. Di sisi lain,
calon penantang biasanya memberikan kritik dengan sudut pandang yang berbeda untuk
menunjukkan bahwa proses pembangunan yang dilakukan oleh petahana belum optimal dan
tepat sasaran. Secara umum, perspektif yang diutarakan oleh kedua kubu memiliki landasan
berpikir masing-masing. Jika ditelaah secara cermat, kedua cara berpikir tersebut masuk akal
dan logis karena memiliki asumsi dan sudut pandang yang berbeda (W Mahri, et al., 2021).

Jika diperdebatkan keduanya sering memiliki landasan argumen masing-masing yang


menguatkan sudut pandang dan melemahkan sudut pandang lain. Hal ini pada dasarnya
menunjukkan bahwa sebuah sudut pandang terhadap sebuah pembangunan memiliki dampak
terhadap konsep dan implementasi yang dikemukakan. Di sisi lain hal ini juga menunjukkan
bahwa pendekatan dalam pengembangan konsep dan implementasi dari pembangunan bersifat
fleksibel dan dinamis. Relevansi dari masing-masing keberhasilan pembangunan sangat
bergantung kepada tujuan dari pembangunan itu sendiri yang tidak lain diturunkan dari
paradigma pembangunan yang digunakan (W Mahri, et al., 2021).

1). Evolusi Ukuran Pembangunan


Jika dilihat berdasarkan perkembangan teori dan paradigma dari ekonomi
pembangunan pada era modern, indikator dasar dan awal dari pembangunan adalah
pertumbuhan ekonomi (GDP Growth) dan pendapatan per kapita (GDP Percapita). seiring
berjalannya waktu, masing-masing negara menyadari adanya isu ketimpangan yang mereka
hadapi. Walaupun secara agregat PDB meningkat dan pendapatan per kapita bertambah,
muncul permasalahan lain yaitu ketimpangan distribusi pendapatan. Hal itu dinyatakan melalui
hipotesis Kuznets (1955) bahwa ketimpangan akan semakin parah di awal fase pembangunan.

2
Ketimpangan ini berpotensi menghambat pertumbuhan dan menyebabkan timbulnya konflik
sosial (W Mahri, et al., 2021).

Hingga saat ini, IPM merupakan salah satu ukuran pembangunan yang paling banyak
diaplikasikan secara luas. Namun hal ini ternyata tidak membuat IPM tidak lepas dari sasaran
kritik, di antaranya mengenai indikator dan metode perhitungan. Sehingga pada kondisi
tertentu UNDP memperbolehkan sebuah negara menambah, mengadaptasi, atau mengoreksi
IPM, seperti terjadi beberapa negara, yaitu: Argentina, Kolombia dan Kosta Rika (W Mahri, et
al., 2021).

Evolusi dari ukuran pembangunan yang masih akan berlanjut ini, pada satu sisi
mengindikasikan bahwa perkembangan arah pembangunan dari waktu ke waktu terlihat
semakin dinamis. Namun di sisi lain juga semakin meyakinkan bahwa fokus pembangunan
sudah mulai mengikuti faktor-faktor yang tidak hanya berkutat di sekitar area ekonomi yang
cenderung bersifat materialistik. Terdapat pergeseran pandangan mengenai kesejahteraan, dari
yang bersifat wealth-incomebased menuju subjective-wellbeing concerns. Pandangan tersebut
menawarkan aspek yang lebih luas dalam memaknai kesejahteraan manusia. Kesejahteraan itu
diukur berdasarkan penilaian pribadi seorang individu. Hal tersebut membuka ruang pada
aspek yang lebih bervariasi untuk membentuk sebuah kesejahteraan individu (W Mahri, et al.,
2021).

B. DEFINISI PEMBANGUNAN
1). Pembangunan Menurut Pandangan Ekonomi Tradisional dan Paradigma
Pembangunan Baru

• Pembangunan menurut perspektif ekonomi tradisional didefinisikan sebagai suatu


kondisi dimana terjadi peningkatan output ekonomi secara agregat. Hal ini dapat dilihat
dari adanya peningkatan produktivitas pelaku ekonomi yang biasanya diukur melalui
pendapatan per kapita. Definisi lain dari pembangunan adalah sebagai perubahan
struktural perekonomian dari sektor agrikultura menuju sektor manufaktur dan sektor
jasa. Hal ini sejalan dengan paradigma untuk selalu meningkatkan nilai ekonomi, dimana
diketahui bahwa sektor jasa lebih memberikan nilai tambah ekonomi yang besar
dibandingkan sektor manufaktur dan sektor agrikultura (W Mahri, et al., 2021).

• pembangunan menurut paradigma baru pembangunan didefinisikan sebagai proses


multidimensional yang melibatkan perubahan struktur sosial, sikap populer, institusi
nasional yang diikuti dengan pertumbuhan ekonomi, penurunan kemiskinan, dan
pengurangan ketimpangan. Perubahan pembangunan yang terjadi harus melibatkan
sistem sosial secara utuh, pemenuhan kebutuhan dasar secara menyeluruh, serta
mengakomodir semua kepentingan individu dan kelompok sosial dalam sistem tersebut
(W Mahri, et al., 2021)

2). Nilai Inti dan Tujuan Pembangunan

3
Terciptanya paradigma dan definisi pembangunan yang baru, menjadikan definisi
negara yang dianggap sukses dalam menjalankan sebuah pembangunan menjadi bervariasi. Hal
ini tergantung pada indikator yang digunakan. terdapat tiga nilai inti yang dapat dijadikan dasar
konsep dan petunjuk praktis dalam memahami definisi dasar dari pembangunan :
1. Kebutuhan pokok (Sustenance),
2. Martabat (Self-Esteem), dan
3. Kebebasan (Freedom from Servitude) (W Mahri, et al., 2021).

Terlepas bervariasinya indikator kesejahteraan manusia yang ada dan berdasarkan nilai
inti ini, dapat ditarik benang merah bahwa pembangunan sistem sosial memiliki tiga tujuan,
yaitu:
1. Meningkatkan kesempatan dan memperluas distribusi kebutuhan dasar manusia,
2. Meningkatkan level kehidupan, dan
3. Memperluas pilihan ekonomi dan pilihan social (W Mahri, et al., 2021).

C. EKONOMI PEMBANGUNAN DAN ILMU PENGETAHUAN


1). Ruang Lingkup Ekonomi Pembangunan
ekonomi pembangunan tidak hanya terdiri dari dasar-dasar ilmu ekonomi tradisional
saja, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh konsep-konsep lain. Pendekatan yang digunakan
ekonomi tradisional seperti maksimalisasi kepuasan dan keuntungan, efisiensi pasar, serta
determinasi keseimbangan pasar. Hal ini juga yang melandasi pada awalnya ekonomi
pembangunan didefinisikan berdasarkan pertumbuhan output (outputbased). Sementara itu,
pendekatan ekonomi politiklah yang menggeser paradigma ekonomi pembangunan yang juga
memfokuskan diri pada aspek yang lebih luas bukan sekadar aspek fisik material. Ekonomi
politik merupakan konteks yang mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pembuat
kebijakan dalam sebuah aktivitas ekonomi. Hal ini memungkinkan sebuah tindakan ekonomi
dapat berbeda dari rasionalitas yang dibangun oleh ekonomi tradisional. Begitu pula dalam
konteks pembangunan, alokasi sumber daya dan fokus yang menitikberatkan pada
pertimbangan lain diluar peningkatan output. Pertimbangan tersebut merupakan bagian dari
fungsi ekonomi politik (W Mahri, et al., 2021).

2). Perbedaan Nilai dan Paradigma Ekonomi Pembangunan


Berbeda dengan ilmu eksakta, ilmu ekonomi merupakan ilmu sosial yang tidak terikat
pada bidang ilmu pengetahuan itu sendiri. Ilmu ekonomi boleh dikembangkan berdasarkan
pertimbangan lain, karena sifatnya tidak bebas nilai (value-free). Namun, satu abad terakhir
perkembangan ekonomi klasik diarahkan menggunakan pendekatan matematis untuk
membantu dalam analisis. Secara fungsional pendekatan matematis ini, tidak mampu
mengakomodir situasi ekonomi secara utuh karena ekonomi pembangunan memiliki ruang
lingkup yang lebih besar daripada ekonomi tradisional. Kombinasi nilai dan budaya akan
membuat analisis ekonomi pembangunan menjadi lebih komprehensif. Ditambah lagi,
pertimbangan nilai dalam ekonomi pembangunan searah dengan analisis dan kebijakan
ekonomi yang tidak bebas nilai sebagai ilmu sosial (W Mahri, et al., 2021).

D. EKONOMI ISLAM DAN PARADIGMA EKONOMI PEMBANGUNAN

4
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah perilaku atau sistem ekonomi yang
mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam agama Islam. Peraturan yang ada di Islam
sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sehingga dalam pengaplikasiannya, aturan-
aturan ini dianggap sebagai petunjuk, pengarah, dan pedoman dalam melakukan aktivitas
ekonomi (W Mahri, et al., 2021).

1). Prinsip Dasar Ekonomi Islam


Perbedaan mendasar dari ekonomi Islam dengan ekonomi konvensional terdapat pada
paradigma yang melandasi kedua pendekatan ekonomi ini. Ekonomi Islam sesuai namanya
dilandasi oleh paradigma Islam, sementara ekonomi konvensional dikembangkan lebih dengan
menggunakan pendekatan sekuler. Perbedaan paradigma inilah yang pada akhirnya akan
mempengaruhi struktur dan turunan dari masing-masing pendekatan. Sebagai ilmu
pengetahuan yang tidak bebas nilai, ekonomi Islam memiliki prinsip yang lebih komprehensif,
tetapi terikat oleh nilai yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sehingga dapat dilihat
ada beberapa prinsip dasar dari ekonomi Islam yang berbeda dari prinsip ekonomi
konvensional. Prinsip ini juga sering disebut sebagai aksioma dalam membangun ekonomi
Islam baik dalam kerangka sebagai ilmu pengetahuan maupun pedoman kebijakan (W Mahri,
et al., 2021).

Ekonomi Islam memiliki 4 Aksioma (nilai) yang sering dikemukakan sebagai prinsip dasar :
1. Keesaan (Tauhid)
2. Equilibrium (Al-’Adl wa Al-Ihsan)
3. Free Will (ikhtiar)
4. Responsibility (fard) (W Mahri, et al., 2021).

Keterkaitan Antara ke empat Aksioma dengan Ekonomi Pembangunan Islam :


1. Aksioma Keesaan (Tauhid)
Menyiratkan bahwa spirit dari ekonomi pembangunan Islam tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan yang bersifat duniawi tetapi juga untuk mencapai kepentingan yang bersifat
ukhrawi. Segala yang dilakukan atas dasar kepercayaan kepada Allah. Oleh karena itu
dapat dikatakan bahwa yang dicapai oleh pembangunan Islam tidak hanya yang bersifat
fisik/material tetapi juga spiritual (W Mahri, et al., 2021).
2. Aksioma Equilibrium (Al-adl Wa Al-ihsan)
Ekonomi pembangunan Islam tidak hanya mengarahkan pembangunan yang bersifat
individual, tetapi juga kelompok, pembangunan yang tidak menciptakan ketimpangan dan
menjunjung tinggi keadilan (W Mahri, et al., 2021).
3. Aksioma free Will (ikhtiar)
Menunjukkan bahwa dalam proses pembangunan harus ada sebuah proses pengendalian
yang dilakukan oleh manusia selaku objek sekaligus subjek dari pembangunan. Manusia
hendaknya mengelola sumber daya yang sudah disediakan oleh Allah dengan sebaik
mungkin, dalam mengelola sumber daya tersebut hendaknya menghindari sifat tamak dan
berlebih lebihan agar tidak terjadi kelangkaan pada sumber daya tersebut (W Mahri, et al.,
2021).
4. Responsibility (fard)

5
Aksioma ini mendorong agar pembangunan yang dilakukan tidak bersifat individualis dan
memperhatikan kepentingan bersama dan mengikuti arahan yang diperintahkan oleh Allah
Azza Wa Jalla (W Mahri, et al., 2021).

2). Ciri Utama Ekonomi Islam


1. Berdasarkan Asas Ekonomi Pasar
Hal ini sesuai dengan tafsir hadist yang dilakukan oleh dua kelompok. Kelompok
pertama adalah pendapat Imam Syafii dan Ahmad ibn Hanbal yang menyatakan bahwa
pemerintah tidak berhak menentukan harga. Kelompok kedua adalah pendapat Khalifah
Umar Bin Khatab, Imam Abu Hanifah dan Imam Malik Ibn Anas yang menyatakan bahwa
Islam mewajibkan pemerintah untuk melakukan intervensi harga dalam kondisi tertentu
untuk melindungi hak pembeli dan penjual (W Mahri, et al., 2021).

2. Pembangunan yang Berkelanjutan


Sistem ekonomi Islam harus mampu memberikan manfaat untuk setiap generasi manusia
secara seimbang. Ekonomi pembangunan harus berkelanjutan untuk setiap generasi baik
untuk masa sekarang, maupun masa yang akan datang. Hak-hak generasi di masa yang akan
datang untuk melakukan kegiatan produksi dan konsumsi paling tidak harus dilindungi, jika
tidak dapat ditingkatkan (W Mahri, et al., 2021).
3. Menjunjung Keadilan
Keadilan merupakan objek sentral dalam Islam. Terdapat tiga komponen dalam
ekonomi keadilan, yaitu kesetaraan, kebebasan, dan kesempatan bagi setiap orang untuk
menggunakan semua sumber daya yang tersedia, kebebasan dalam tukar-menukar, serta
kebebasan distribusi (W Mahri, et al., 2021).
4. Pertumbuhan Ekonomi dan PDB Per Kapita
Ekonomi pembangunan Islam tidak memungkiri peranan penting dari pertumbuhan
ekonomi dan peningkatan pendapatan per kapita. Namun, didalam ekonomi pembangunan
Islam, hal tersebut bukanlah objek utama pembangunan. Ekonomi Islam memiliki
perbedaan dengan dihilangkannya beberapa kegiatan ekonomi yang tidak dibenarkan
syariat, seperti sistem yang berbasiskan riba. Selain itu, juga ada penambahan instrumen
dalam sistem ekonomi yang bersifat wajib seperti implementasi zakat dan wakaf dalam
perekonomian. Untuk aspek-aspek netral (tidak bertentangan) dengan aspek syariat, maka
instrumen atau struktur dari ekonomi konvensional tersebut tetap berlaku dalam sistem
ekonomi Islam (W Mahri, et al., 2021).

E. PENTINGNYA EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM


Inti dari perbedaan antara pembangunan konvensional dan pembangunan Islam
terdapat pada world view dalam pengembangan ekonomi baik sebagai sebuah ilmu
pengetahuan maupun sebuah implementasi kebijakan. Perbedaan elemen utama ini
berimplikasi secara sistematis terhadap aspek-aspek turunannya dalam ekonomi seperti acuan,
subjek, objek, tujuan, prosedur, dan strategi dalam melaksanakannya. Bagaimana pentingnya
sebuah paradigma dalam pembangunan sudah dijelaskan pada bahan sebelumnya. Hal ini pada
dasarnya juga sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Umer Chapra (1993) berikut:

6
“Tujuan sistem ekonomi pada dasarnya ditentukan oleh pandangan dunianya, yang
membahas pertanyaan tentang bagaimana alam semesta muncul, makna dan tujuan hidup
manusia, kepemilikan dan tujuan akhir dari sumber daya terbatas yang dimiliki manusia,
dan hubungan manusia satu sama lain (menyangkut hak dan tanggung jawabnya) dan
dengan lingkungannya” (W Mahri, et al., 2021).

Pendapat Umer Chapra ini mempertegas bagaimana krusialnya peran sebuah


paradigma dalam menentukan sebuah tujuan pembangunan. Hal ini pada prosesnya akan
mempengaruhi bagaimana seorang pelaku ekonomi dalam bersikap, menentukan ukuran
kesuksesan pembangunan, melihat peran subjek lain (termasuk di dalamnya lingkungan dan
alam semesta) dan tentunya akan menjadi pengarah bagaimana sebuah pembangunan dikonsep,
direncanakan, dan diatur strateginya. Berdasarkan dari ketidaksesuaian antara paradigma
ekonomi pembangunan konvensional dengan ekonomi pembangunan Islam ini, maka dapat
kita sarikan beberapa argumentasi pendukung mengapa pentingnya keberadaan ekonomi
pembangunan Islam (W Mahri, et al., 2021).

F. EKONOMI PEMBANGUNAN DULU, SEKARANG, DAN KEDEPAN

1). Dulu
Sejak berakhirnya perang dunia kedua atau enam dasawarsa terakhir ini, hingga
terjadinya krisis ekonomi tahun 2008, telah menjadi periode keemasan pembangunan ekonomi,
dimana pendapatan per kapita riil (dan produk domestik bruto, PDB) cenderung meningkat di
beberapa belahan negara didunia. Sepanjang periode 1950 dan 2008, terjadi peningkatan
sebesar empat kali lipat bagi negara – negara di dunia secara keseluruhan. Sebagai contoh untuk
perbandingan, sebelum periode ini butuh seribu tahun bagi PDB per kapita dunia untuk
mengalami peningkatan sebanyak lima belas kali dibandingkan sebelumnya. Antara tahun
1.000 dan 1978 (Hakim, 2019).
Tentu saja krisis tahun 2008 menyebabkan penurunan yang besar dalam jangka
panjang, tetapi itu hanya sesaat saja. Sekalipun ada kemungkinan penurunan tajam dari output
perekonomian sebagai akibat dari krisis, pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah perang
dunia kedua cenderung meningkat pesat dibandingkan dengan apa yang dicapai dalam seribu
tahun sebelumnya (Hakim, 2019).

2). Sekarang
Perkembangan isu – isu ekonomi pembangunan terkini beserta perdebatan dan
wacananya dibentuk dari kecenderungan kejadian sebelumnya dan yang sedang terjadi di masa
kini. Salah satu fitur menarik dan penting dari lanskap ekonomi pembangunan sekarang adalah
perubahan dalam geografi kemiskinan global. Dengan menggunakan definisi baku dan standar,
dimana empat puluh tahun yang lalu 90% orang miskin di dunia hidup di negara- negara
berpenghasilan rendah. Saat ini, tiga perempat orang miskin di dunia hidup di negara-negara
berpenghasilan menengah (Hakim, 2019).
Adanya pertumbuhan cepat dan masif di beberapa negara besar, ditengarai menjadi
indikasi munculnya ketimpangan di negara-negara ini, yang berarti bahwa peningkatan
pendapatan rata-rata belum tercermin dalam pengurangan kemiskinan. Jadi, meskipun negara-

7
negara ini sekarang telah melewati batas kategori pendapatan menengah, namun negara –
negara ini memiliki penduduk yang masih berkubang dalam kemiskinan (Hakim, 2019).

3). Kedepan
Perkembangan ekonomi masa lalu dan sekarang menjadi landasan bagi prediksi yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Degradasi lingkungan dan perubahan iklim
cenderung memperburuk prospek pembangunan dan meningkatkan konflik, serta adanya
migrasi dan tekanan lingkungan. Namun, perlu ada pergeseran dalam memaknai pembangunan
itu sendiri. Dalam konteks ini, pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang
melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap rakyat, dan institusi nasional, yang
diikuti dengan percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidaksetaraan, dan
pemberantasan kemiskinan (Hakim, 2019).

Pembangunan, pada intinya, harus mewakili keseluruhan perubahan dimana seluruh


sistem sosial, disesuaikan dengan beragam kebutuhan dasar dan aspirasi yang berkembang dari
individu dan kelompok sosial dalam sistem itu, dimana ada perpindahan dari kondisi kehidupan
yang secara luas dianggap tidak memuaskan terhadap sebuah situasi menuju kepada kondisi
kehidupan yang dianggap lebih baik secara material dan spiritual. Tidak semua ahli ekonomi
pembangunan memberikan perhatian dalam mengidentifikasi tujuan manusia dari
pembangunan ekonomi, sebagaimana halnya yang telah dilakukan Amartya Sen, salah satu
pemikir terkemuka tentang arti pembangunan (Hakim, 2019).

8
BAB III
PENUTUPAN

Kesimpulan
Paradigma memiliki peran penting dalam membentuk konsep dan implementasi dari
ekonomi pembangunan. Pemahaman bahwa paradigma (worldview) yang melandasi ekonomi
pembangunan Islam berbeda dengan ekonomi konvensional. Sejalan dengan ekonomi Islam,
sebagai ilmu dan konsep turunan, ekonomi pembangunan Islam dibentuk berlandaskan pada
Islamic worldview yang menempatkan panduan utama dalam menjalankan aktivitas kehidupan
(termasuk kegiatan berekonomi baik secara individu maupun entitas atau kelompok)
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Hal ini tentu sangat berbeda secara fundamental
dengan ekonomi pembangunan konvensional yang notabene dibangun berdasarkan paradigma
sekuler yang bersifat value-free.

Pendekatan ekonomi konvensional yang tujuan pembangunan utama lebih bersifat fisik
dan materialistik. Walaupun dalam perkembangannya, paradigma pembangunan baru yang
hadir memiliki tujuan pembangunan yang multidimensional. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya ukuran baru pembangunan di beberapa dekade terakhir seperti diterapkannya IPM
dan didorongnya MDG’s dan SDG’s. Dimana ukuran-ukuran baru ini mengakomodir dimensi
pembangunan yang lebih beragam dibanding tujuan pembangunan sebelumnya yang hanya
fokus pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berfokus hanya pada dimensi
materialistik merupakan salah satu perhatian utama dari ekonomi pembangunan Islam untuk
disesuaikan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, A. R. (2019). EKONOMI PEMBANGUNAN : SEBUAH PENGANTAR.


Researchgate.net, 7-13.
W Mahri, A., Arif, M. R., Cupian, Widiastuti, T., Arundina, T., Fajri, M., . . . Nurasyiah, A.
(2021). EKONOMI PEMBANGUNAN ISLAM. Jakarta, Indonesia: Departemen
Ekonomi dan Keuangan Syariah - Bank Indonesia.

10

Anda mungkin juga menyukai