Dosen pengampu :
Rachmania Nurul Fitri Amijaya, SE., M.SEi
Disusun oleh :
1. Ghaza Al - Ghifari 210810102100
2. Deo Faris Hidayat 220810102027
3. Desta Alifian Firmansyah 220810102072
4. Muhammad Sulaiman 220810102074
5. Aditya Febriansyah 220810102089
6. Kamel Arbintariansyah 220810102094
7. Muhammad Kafabihi 220810102109
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga Makalah Jual Beli dalam Islam ini dapat kami selesaikan dengan baik.
Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW,
keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan Makalah ini yang berjudul “Overview Ekonomi pembangunan“. Dan kami juga
menyadari pentingnya akan sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah memberikan arahan serta bimbingannya selama ini
sehingga penyusunan makalah dapat dibuat dengan sebaik-baiknya Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini sehingga kami mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah SWT, dan
kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semuanya.
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi bukanlah sebuah topik baru di dalam ilmu ekonomi. Hal
tersebut dikarenakan, studi tentang pembangunan ekonomi telah menarik perhatian para
ekonom sejak zaman Merkantilis, Klasik, Marx dan Keynes. Bapak ilmu ekonomi, Adam
Smith misalnya, telah menyinggung berbagai aspek tentang pembangunan ekonomi dalam
karyanya yang berjudul The Wealth of Nations. Oleh karena itu, tidaklah tepat jikalau
mengganggap bahwa ekonomi pembangunan merupakan suatu bidang analisis yang relatif baru
dalam ilmu ekonomi.
Pada masa sekarang ini, pemerintah memang telah mulai semakin memperhatikan
pembangunan ekonomi, salah satunya adalah pembangunan ekonomi pada sektor daerah. Hal
tersebut terlihat melalui jargon-jargon ekonomi politik seperti desentralisasi ekonomi, otonomi
daerah, ekonomi kerakyatan, pemberdayaan usaha kecil, menengah dan koperasi. Akan tetapi,
hingga saat ini masih terdapat ketidakjelasan dalam format serta bagaimana implementasi
konkritnya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Perkembangan paradigma ekonomi pembangunan ?
2. Bagaimana Definisi pembangunan ?
3. Bagaimana Ekonomi pembangunan dan ilmu pengetahuan ?
4. Bagaimana Ekonomi islam dan paradigma ekonomi pembangunan ?
5. Bagaimana Pentingnya ekonomi pembangunan islam ?
6. Bagaimana Ekonomi pembangunan dulu, sekarang, dan kedepan ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan paradigma ekonomi pembangunan
2. Untuk mengetahui Definisi pembangunan
3. Untuk mengetahui Ekonomi pembangunan dan ilmu pengetahuan
4. Untuk mengetahui Ekonomi islam dan paradigma ekonomi pembangunan
5. Untuk mengetahui Pentingnya ekonomi pembangunan islam
6. Untuk mengetahui Ekonomi pembangunan dulu, sekarang, dan kedepan
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Ketimpangan ini berpotensi menghambat pertumbuhan dan menyebabkan timbulnya konflik
sosial (W Mahri, et al., 2021).
Hingga saat ini, IPM merupakan salah satu ukuran pembangunan yang paling banyak
diaplikasikan secara luas. Namun hal ini ternyata tidak membuat IPM tidak lepas dari sasaran
kritik, di antaranya mengenai indikator dan metode perhitungan. Sehingga pada kondisi
tertentu UNDP memperbolehkan sebuah negara menambah, mengadaptasi, atau mengoreksi
IPM, seperti terjadi beberapa negara, yaitu: Argentina, Kolombia dan Kosta Rika (W Mahri, et
al., 2021).
Evolusi dari ukuran pembangunan yang masih akan berlanjut ini, pada satu sisi
mengindikasikan bahwa perkembangan arah pembangunan dari waktu ke waktu terlihat
semakin dinamis. Namun di sisi lain juga semakin meyakinkan bahwa fokus pembangunan
sudah mulai mengikuti faktor-faktor yang tidak hanya berkutat di sekitar area ekonomi yang
cenderung bersifat materialistik. Terdapat pergeseran pandangan mengenai kesejahteraan, dari
yang bersifat wealth-incomebased menuju subjective-wellbeing concerns. Pandangan tersebut
menawarkan aspek yang lebih luas dalam memaknai kesejahteraan manusia. Kesejahteraan itu
diukur berdasarkan penilaian pribadi seorang individu. Hal tersebut membuka ruang pada
aspek yang lebih bervariasi untuk membentuk sebuah kesejahteraan individu (W Mahri, et al.,
2021).
B. DEFINISI PEMBANGUNAN
1). Pembangunan Menurut Pandangan Ekonomi Tradisional dan Paradigma
Pembangunan Baru
3
Terciptanya paradigma dan definisi pembangunan yang baru, menjadikan definisi
negara yang dianggap sukses dalam menjalankan sebuah pembangunan menjadi bervariasi. Hal
ini tergantung pada indikator yang digunakan. terdapat tiga nilai inti yang dapat dijadikan dasar
konsep dan petunjuk praktis dalam memahami definisi dasar dari pembangunan :
1. Kebutuhan pokok (Sustenance),
2. Martabat (Self-Esteem), dan
3. Kebebasan (Freedom from Servitude) (W Mahri, et al., 2021).
Terlepas bervariasinya indikator kesejahteraan manusia yang ada dan berdasarkan nilai
inti ini, dapat ditarik benang merah bahwa pembangunan sistem sosial memiliki tiga tujuan,
yaitu:
1. Meningkatkan kesempatan dan memperluas distribusi kebutuhan dasar manusia,
2. Meningkatkan level kehidupan, dan
3. Memperluas pilihan ekonomi dan pilihan social (W Mahri, et al., 2021).
4
Ekonomi Islam didefinisikan sebagai sebuah perilaku atau sistem ekonomi yang
mengacu pada aturan-aturan yang ditetapkan dalam agama Islam. Peraturan yang ada di Islam
sendiri bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Sehingga dalam pengaplikasiannya, aturan-
aturan ini dianggap sebagai petunjuk, pengarah, dan pedoman dalam melakukan aktivitas
ekonomi (W Mahri, et al., 2021).
Ekonomi Islam memiliki 4 Aksioma (nilai) yang sering dikemukakan sebagai prinsip dasar :
1. Keesaan (Tauhid)
2. Equilibrium (Al-’Adl wa Al-Ihsan)
3. Free Will (ikhtiar)
4. Responsibility (fard) (W Mahri, et al., 2021).
5
Aksioma ini mendorong agar pembangunan yang dilakukan tidak bersifat individualis dan
memperhatikan kepentingan bersama dan mengikuti arahan yang diperintahkan oleh Allah
Azza Wa Jalla (W Mahri, et al., 2021).
6
“Tujuan sistem ekonomi pada dasarnya ditentukan oleh pandangan dunianya, yang
membahas pertanyaan tentang bagaimana alam semesta muncul, makna dan tujuan hidup
manusia, kepemilikan dan tujuan akhir dari sumber daya terbatas yang dimiliki manusia,
dan hubungan manusia satu sama lain (menyangkut hak dan tanggung jawabnya) dan
dengan lingkungannya” (W Mahri, et al., 2021).
1). Dulu
Sejak berakhirnya perang dunia kedua atau enam dasawarsa terakhir ini, hingga
terjadinya krisis ekonomi tahun 2008, telah menjadi periode keemasan pembangunan ekonomi,
dimana pendapatan per kapita riil (dan produk domestik bruto, PDB) cenderung meningkat di
beberapa belahan negara didunia. Sepanjang periode 1950 dan 2008, terjadi peningkatan
sebesar empat kali lipat bagi negara – negara di dunia secara keseluruhan. Sebagai contoh untuk
perbandingan, sebelum periode ini butuh seribu tahun bagi PDB per kapita dunia untuk
mengalami peningkatan sebanyak lima belas kali dibandingkan sebelumnya. Antara tahun
1.000 dan 1978 (Hakim, 2019).
Tentu saja krisis tahun 2008 menyebabkan penurunan yang besar dalam jangka
panjang, tetapi itu hanya sesaat saja. Sekalipun ada kemungkinan penurunan tajam dari output
perekonomian sebagai akibat dari krisis, pertumbuhan ekonomi yang terjadi setelah perang
dunia kedua cenderung meningkat pesat dibandingkan dengan apa yang dicapai dalam seribu
tahun sebelumnya (Hakim, 2019).
2). Sekarang
Perkembangan isu – isu ekonomi pembangunan terkini beserta perdebatan dan
wacananya dibentuk dari kecenderungan kejadian sebelumnya dan yang sedang terjadi di masa
kini. Salah satu fitur menarik dan penting dari lanskap ekonomi pembangunan sekarang adalah
perubahan dalam geografi kemiskinan global. Dengan menggunakan definisi baku dan standar,
dimana empat puluh tahun yang lalu 90% orang miskin di dunia hidup di negara- negara
berpenghasilan rendah. Saat ini, tiga perempat orang miskin di dunia hidup di negara-negara
berpenghasilan menengah (Hakim, 2019).
Adanya pertumbuhan cepat dan masif di beberapa negara besar, ditengarai menjadi
indikasi munculnya ketimpangan di negara-negara ini, yang berarti bahwa peningkatan
pendapatan rata-rata belum tercermin dalam pengurangan kemiskinan. Jadi, meskipun negara-
7
negara ini sekarang telah melewati batas kategori pendapatan menengah, namun negara –
negara ini memiliki penduduk yang masih berkubang dalam kemiskinan (Hakim, 2019).
3). Kedepan
Perkembangan ekonomi masa lalu dan sekarang menjadi landasan bagi prediksi yang
mungkin terjadi di masa yang akan datang. Degradasi lingkungan dan perubahan iklim
cenderung memperburuk prospek pembangunan dan meningkatkan konflik, serta adanya
migrasi dan tekanan lingkungan. Namun, perlu ada pergeseran dalam memaknai pembangunan
itu sendiri. Dalam konteks ini, pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang
melibatkan perubahan besar dalam struktur sosial, sikap rakyat, dan institusi nasional, yang
diikuti dengan percepatan pertumbuhan ekonomi, pengurangan ketidaksetaraan, dan
pemberantasan kemiskinan (Hakim, 2019).
8
BAB III
PENUTUPAN
Kesimpulan
Paradigma memiliki peran penting dalam membentuk konsep dan implementasi dari
ekonomi pembangunan. Pemahaman bahwa paradigma (worldview) yang melandasi ekonomi
pembangunan Islam berbeda dengan ekonomi konvensional. Sejalan dengan ekonomi Islam,
sebagai ilmu dan konsep turunan, ekonomi pembangunan Islam dibentuk berlandaskan pada
Islamic worldview yang menempatkan panduan utama dalam menjalankan aktivitas kehidupan
(termasuk kegiatan berekonomi baik secara individu maupun entitas atau kelompok)
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis. Hal ini tentu sangat berbeda secara fundamental
dengan ekonomi pembangunan konvensional yang notabene dibangun berdasarkan paradigma
sekuler yang bersifat value-free.
Pendekatan ekonomi konvensional yang tujuan pembangunan utama lebih bersifat fisik
dan materialistik. Walaupun dalam perkembangannya, paradigma pembangunan baru yang
hadir memiliki tujuan pembangunan yang multidimensional. Hal ini ditunjukkan dengan
munculnya ukuran baru pembangunan di beberapa dekade terakhir seperti diterapkannya IPM
dan didorongnya MDG’s dan SDG’s. Dimana ukuran-ukuran baru ini mengakomodir dimensi
pembangunan yang lebih beragam dibanding tujuan pembangunan sebelumnya yang hanya
fokus pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berfokus hanya pada dimensi
materialistik merupakan salah satu perhatian utama dari ekonomi pembangunan Islam untuk
disesuaikan.
9
DAFTAR PUSTAKA
10