Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MASALAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomi Pembangunan
Dosen Pengampu: Syamsuddin, M,Si.

Disusun oleh :

1. Rifki Hidayat (4120121)


2. Rethi Agliani (4120198)
3. Shinta Dewi Wulandari (4120199)
4. Fatimah As Zahra (4120203)

KELAS E
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PEKALONGAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas makalah ini, dengan judul “Masalah Kebijakan
Pembangunan” dengan tepat waktu guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Pembangunan. Sholawat serta salam tak lupa kami junjungkan kepada baginda Nabi
Muhammad SAW. beserta sahabat dan keluarganya.

Dalam kesempatan kali ini, kami ingin menyampaikan terimakasih kepada


beberapa pihak yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini ;

 Ibu Dr. Hj. Shinta Dewi Rismawati, S. H., M.H., sebagai dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Islam.
 Bapak Muhammad Aris Syafi’i, M.E.I., sebagai ketua jurusan Ekonomi Syariah.
 Bapak Syamsuddin, M,Si., sebagai dosen pengampu mata kuliah Ekonomi
Pembangunan.

Makalah ini jauh dari kata sempurna, dan mungkin memiliki pembahasan yang
diluar konsep yang telah kami buat, maka dari itu kritik dan saran yang membangun kami
harapkan agar kami bisa lebih baik ke depannya. Akhir kata, kami berharap agar apa yang
kami paparkan dan jelaskan di makalah ini dapat berguna dan dapat diambil manfaatnya
bagi orang yang membacanya. Terima kasih.

Pekalongan, 20 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I.............................................................................................................................. 4

PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah ....................................................................................... 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 4

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................... 4

BAB II ............................................................................................................................ 5

PEMBAHASAN............................................................................................................. 5

A. Pergeseran Pemikiran Ekonomi ............................................................................ 5

B. Mekanisme Pasar .................................................................................................. 5

C. Intervensi Pemerintah dengan Kebijakan dan Perencanaan Pembangunan .......... 7

D. Kebijakan Pembangunan Indonesia...................................................................... 8


BAB III ......................................................................................................................... 10

PENUTUP .................................................................................................................. 19

A. Kesimpulan ......................................................................................................... 19

B. Saran.....................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kebijakan pembangunan nasional yang ditetapkan oleh pemerintah sangat
berperan dalam pembangunan sektor-sektor usaha perekonomian di Indonesia.
Pernerintah sampai saat ini masih tetap menjalankan banyak kebijakan yang mengatur
jalannya roda perekonomian di segala bidang usaha, mulai dari bidang pertanian,
perindustrian, jasa-jasa dll. Dukungan perbankan dalam aspek keuangan mutlak
diperlukan untuk berperan serta dalam membangun keseluruhan sistem perekonomian
pada berbagai sektor usaha, sehingga sudah pasti peranan perbankan sangat
dibutuhkan untuk menggerakan roda pembangunan ekonomi nasional.
Dengan adanya krisis moneter yang mulai terjadi pada Juni tahun 1997,
dirasakan sangat memukul kinerja berbagai sektor riil seperti properti, industri
manufaktur, transportasi, perdagangan maupun sektor moneter semuanya terkena
dampak dari krisis moneter tersebut, bahkan banyak sektor-sektor usaha yang menjadi
macet. Dampak krisis moneter pada perekonomian yang sangat dirasakan
pengaruhnya, namun awal tahun 2000 dunia usaha kelihatan bangkit kembali, ditandai
semakin membaiknya beberapa indikator perekonomian Indonesia. Untuk mendukung
membaiknya perekonomian tersebut bank dituntut segera dapat menyalurkan kembali
kreditnya ke sektor riil atau dunia usaha.
Pada dasarnya setiap penyaluran kredit kepada debitur dalam berbagai sektor
usaha yang ada tidak terlepas dari resiko, yaitu resiko kegagalan kredit yang pada
umumnya yang dipengaruhi dua macam faktor, yaitu faktor ekstern dan faktor intern.
Faktor ekstern merupakan faktor diluar bank yang sulit dikendalikan, sedangkan
faktor intern adalah faktor dari dalam diri bank sendiri, sehingga dapat dikendali.
Salah satu faktor intern ini adalah penentuan instrumen kredit.

4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pergeseran Pemikiran Ekonomi?
2. Bagaimana Mekanisme Pasar?
3. Bagaimana Intervensi Pemerintah dengan Kebijakan dan Perencanaan
Pembangunan?
4. Bagaimana Kebijakan Pembangunan Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Pergeseran Pemikiran Ekonomi.
2. Mengetahui Mekanisme Pasar.
3. Mengetahui Intervensi Pemerintah dengan Kebijakan dan Perencanaan
Pembangunan.
4. Mengetahui Kebijakan Pembangunan Indonesia.

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERGESERAN PEMIKIRAN EKONOMI


Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah
keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada
hakikatnya kesejahteraan yang didambakan oleh suatu bangsa pada umumnya
dilihat dari perekonomian yang ada dan dijalankan di Negara tersebut. Apabila
perekonomian suatu Negara baik atau bahkan sangat baik, maka bisa dikatakan
lpenduduk di Negara tersebut sudah bisa merasakan kesejahteraan yang dicita-
citakan. Apabila sebaliknya, dengan kata lain perekonomian suatu Negara buruk
(tidak baik), maka penduduk yang ada di Negara tersebut sangat jauh dari
kesejahteraan yang mereka inginkan. Pembangunan Ekonomi dalam suatu Negara
tidak bisa lepas dari pemikiran-pemikiran Ekonomi. Adanya pemikiran Ekonomi
karena permasalahan Ekonomi yang muncul di masyarakat. Tapi, dalam
perjalanan sejarah suatu pemikiran Ekonomi akan menghadapi situasi dimana
pemikiran tersebut tidak dapat digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena
Ekonomi dalam masyarakat, karena tidak ada pemikiran yang memiliki kebenaran
mutlak dan memiliki kelengkapan mutlak dalam menjelaskan fenomena Ekonomi.
1. Revolusi Keynes
Pemikiran ala Adam Smith dan ekonom Klasik lain kehilangan
popularitasnya pada saat tidak lagi mampu menerangkan adanya tingkat
pengangguran besar-besaran yang terjadi di banyak negara Barat akibat depres
dunia tahun 1930-an dan tidak berjalannya mekanisme persaingan pasar bebas.
Ibaratnya lagu Klasik sudah mulai kehilangan penggemar Sebagai gantinya,
munculah lagu dan irama baru gubahan John Maynard Keynes yang berjudul The
General Theory of Employment, Interest and (1936), yang dalam waktu relatif
singkat menjadi top hit dan mendapat sambutan luas. Keynes menyanggah ajaran
Klasik dan mencoba membuktikan bahwa teori Klasik hanya dapat diterapkan
pada kasus khusus, tidak berlaku untuk kasus pada umumnya.

6
Esensi dasar ajaran Keynes dapat dirangkum sebagai berikut:
a. Menentang Hukum Say (Supply creates its own demand) dengan mengatakan
bahwa:
 Penawaran agregat tidak berbentuk vertikal tapi berbentuk huruf “L”
yang terbalik;
 permintaan agregat adalah sama dengan Y=C+1+G+X-M; dan
 adanya dampak pengganda investasi.
b. Fungsi konsumsi mengikuti hukum psikologis bahwa besarnya MPC di antara
nol dan satu.
c. Tiga faktor pokok dalam sistem pemikiran Keynes:
 Hasrat mengkonsumsi marginal atau marginal propensity to consume
(MPC);
 Tingkat bunga berkaitan dengan hasrat likuiditas; dan
 Efisiensi marginal dari investasi modal
d. Perekonomian tidak selalu berada dalam kondisi pengerjaan penuh (full
employment); yang sering terjadi justru underemployment.
e. Dalam jangka pendek, jumlah uang beredar mempengaruhi pendapatan
nasional lewat variabel suku bunga. Ini berarti tidak ada dikotomi antara
sektor moneter dan sektor ril (belakangan dikembangkan analisis IS-LM oleh
para pengikutnya).
f. Menekankan pentingnya manajemen sisi permintaan agregat (aggregate
demand management).
g. Menekankan analisis jangka pendek: “In the long run, we are all dead.”

Ajaran Keynes menekankan pada pentingnya perhatian kepada permintaan


agregat masyarakat, serta kebijaksanaan yang lebih aktif dari pemerintah Keynes
menawarkan jalan tengah antara sistem perencanaan terpusat dan mekanisme
pasar bebas. Pemikiran makro Keynes ini memberikan alternatif kebijakan yang
lain dari ajaran klasik dan berhasil mengatasi depresi besar yang terjadi waktu itu,
serta mempunyai pengaruh yang sangat kuat untuk jangka waktu yang cukup
lama. Ajaran Keynes telah mendominasi pemikiran dan pendidikan ekonomi
makro dari tahun 1950 sampai pertengahan tahun 1960-an berkat interprestasi
yang telah diberikan oleh Alvin Hansen, Paul Samuelson, dan Sir John Hicks
(Markam, 1978: 4). Merekalah yang sering disebut Neo-Keynesian.

7
2. Debat Keynes Versus Moneteris

Pemikiran Keynes mulai mengalami kemunduran setelah banyak prediksi


yang diajukan ternyata keliru. Ajaran Keynes kehilangan daya prediksinya setelah
muncul peristiwa stagnasi pada waktu berakhirnya Perang Dunia II dan stagflasi
(meluasnya pengangguran dan merosotnya output di tengah-tengah inflasi)
ekonomi dunia pada dasawarsa 1970-an. Manajemen sisi permintaan ala Keynes,
dengan kombinasi kebijakan fiskal, moneter dan kurs yang harmonis, terbukti
tidak dapat menjawab tren devaluasi dolar, ketidakseimbangan struktural dalam
perdagangan dunia, melambungnya harga komoditi, dan pengangguran.

Dengan tidak mampunya kebijakan moneter dan fiskal ala Keynes


menerangkan adanya pengangguran yang tinggi yang terjadi bersamaan dengan
adanya kecenderungan terjadinya inflasi yang tinggi, maka muncullah pemikiran
lain yang lebih mampu menerangkan apa yang terjadi. Milton Friedman, Bapak
Aliran Monetaris, berdiri paling depan menyajikan solusi sederhana terhadap
krisis ekonomi global yaitu dengan turunkan jumlah uang beredar, pangkas
pengeluaran pemerintah, pulihkan fleksibilitas pasar tenaga kerja, ambangkan kurs
devisa, dan pasar akan membimbing kita keluar dari krisis. Pemikiran kaum
Monetaris berawal dari penekanan yang lebih besar pada perhatian perilaku
otoritas moneter yang menentukan pertumbuhan jumlah uang beredar. Kaum
monetaris mengajukan usulan untuk kembali kepada ajaran Klasik, Boleh dikata
monetarisme merupakan kebangkitan kembali ideologi Klasik.

Perbedaan Mendasar antara visi Keynes dan Friedman adalah sebagai


berikut :

Keynes Friedman
Permintaan Efektif Penawaran Uang
 Merupakan fokus kebijakan  Merupakan fokus kebijakan
yang utama yang utama
Kebijakan Moneter Kebijakan Moneter
 Tidak signifikan  Sangat penting
 Menganjurkan tingkat bunga  Menganjurkan pertumbuhan
rendah jumlah uang beredar dan
tingkat bunga riil yang konstan

8
Kebijakan Fiskal dan anggaran Kebijakan fiskal dan anggaran
 Instrumen untama menentang  Menentang kebijakan anggaran
kebijakan moneter dan fiskal yang defisit
 Menganjurkan anggaran yang  Menganjurkan anggaran
tidak seimbang berimbang
Tingkat
3. P kesempatan kerja harus Mentolerir tingkat pengangguran
terkendali yang alami
a
Upah dikendalikan Tingkat upah
 s jika terdapat kesenjangan  ditentukan oleh penawaran dan
c inflasioner permintaan
Mekanisme
a pasar Mekanisme pasar
 diasumsikan tidak stabil  diasumsikan stabil
Intervensi Negara Intervensi Negara
 K manajemen sisi pemerintah  minimal dan campur tangan
e yang permanen dikurangi
 sisi penawaran negara
y
mengikuti dan mempermudah
n
Sektor publik Sektor publik
 e memainkan peran permintaan  dikurangi dan jika mungkin
s yang aktif dihilangkan dengan
 mengurangi pengeluaran swastanisasi pengeluaran publik
i
dengan inflasi dan perusahaan milik negara
Kurs a Kurs
 n terkendali dan dapat  mengambang
disesuaikan

Aliran Paska-Keynesian (Post-Keynesian) memperluas teori Keynes


menjadi teori output dan kesempatan kerja dalam jangka panjang, di mana
fluktuasi jangka pendek dianalisis untuk mengetahui adanya perkembangan
jangka panjang. Beberapa persoalan penting dalam analisis Paska-Keynesian
adalah: (1) syarat-syarat apakah yang diperlukan untuk mempertahankan
perkembangan pendapatan yang mantap (steady growth) pada tingkat pendapatan
dalam kesempatan kerja penuh (full employment income) tanpa mengalami
deflasi ataupun inflasi; dan (2) apakah pendapatan itu benar-benar bertambah pada
tingkat sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya kemacetan yang
lama atau tingkat inflasi yang terus menerus.

Ada lima hal yang perlu diperhatikan dari pemikiran-pemikiran Paska-


Keynesian:

9
a. Mereka cenderung berpendapat bahwa penyesuaian lebih banyak
terjadi lewat penyesuaian kuantitas daripada harga, Penyesuaian harga,
kalau terjadi, sering dilihat sebagai disequilibrium.
b. Pendistribusian pendapatan antara laba dan upah memainkan peran
penting dalam mempengaruhi keputusan investasi.
c. Mereka menganggap bahwa ekspektasi, bersama- sama dengan laba,
adalah penentu utama perencanaan investasi.
d. Mereka percaya unsur-unsur kelembagaan kredit dan keuangan
berintegrasi mempengaruhi siklus ekonomi.
e. Fokus pembahasan teori-teori Paska-Keynesian adalah menjawab
pertanyaan mengapa perekonomian tidak berjalan dengan mulus
sebagaimana dinyatakan oleh asumsi klasik.

Perbedaan antara pemikiran Paska-Keynesian dengan Neoklasik terletak


pada empat karakter utama (Prychitko, 1998. 84-104), yaitu dinamika
pertumbuhan (growth dynamics); pengaruh distribusi; hambatan Keynesian, dan
basis mikroekonomi.

B. MEKANISME PASAR
1. Prasyarat Sosio-kultural dan Ekonomi
Sistem pasar yang baik membutuhkan pemenuhan prasyarat sosial,
institusional, legal, dan kultural yang seringkali tidak ada di NSB. Keyfitz dan
Dorfman mengidentifikasi empat belas prasyarat institusional dan kultural yang
harus dipenuhi agar pasar berjalan secara efektif (Todaro dan Smith, 2006) :
(1) kepercayaan;
(2) hukum dan penegakannya;
(3) keamanan orang dan barang;
(4) menyeimbangkan persaingan dengan kerjasama;
(5) pembagian tanggung jawab dan penyebaran kekuatan;
(6) komunitas altruism;
(7) mobilitas sosial, legitimasi ambisi, dan toleransi persaingan;
(8) nilai materialistik sebagai stimulus produksi yang lebih besar;
(9) menangguhkan gratifikasi untuk menciptakan tabungan swasta;
(10) rasionalitas yang tidak dibatasi tradisi
(11) kejujuran dalam pemerintah,

10
(12) persaingan yang efisien, sebagai lawan bagi kontrol monopolistik:
(13) kebebasan informasi, dan
(14) aliran informasi tanpa batas.

Sistem pasar membutuhkan minimal sebelas aturan dan praktik ekonomi


agar prasyarat institusional dan kultural sebagaimana disebutkan di atas dapat
terpenuhi. Kesebelas aturan dan praktik ekonomi tersebut adalah (Todaro dan
Smith, 2006) :
1. Hak milik secara jelas dibangun dan dibatasi, prosedur pembangunan hak
milik dan mengirimkannya.
2. Hukum komersional dan pengadilan untuk menjalankannya, khususnya
kontrak dan hukum kebangkrutan.
3. Kebebasan mendirikan bisnis di semua sector kecuali yang memiliki
eksternalitas signifikan, tanpa syarat perizinan yang terbelit.
4. Mata uang yang stabil dan terpecaya, serta system yang efisien untuk
menciptakan transfer.
5. Pengawasan public atau operasi monopoli alami (industri dengan skala
ekonomi yang meningkat) sebagaimana dalam industri yang membutuhkan
efisiensi teknologi.
6. Penyediaan informasi yang cukup pada setiap pasar tentang karakteristik
dan produk yang ditawarkan.
7. Manajemen eksternalitas publik dan penyediaan barang public.
8. Instrumen untuk menjalankan stabilisasi kebijakan moneter dan fiskal.
9. Selera atonom-melindungi preferensi konsumen dan pengaruh produsen
dan penyetor.
10. Jejaring keamanan-jaminan terpenuhinya konsumsi layak bagi individu-
individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor ketidakberuntungan ekonomi
tertentu khususnya pengangguran, kecelakaan kerja, dan ketidakmampuan
bekerja.
11. Dorongan untuk inovasi, khususnya pengeluaran dan pelaksanaan paten
dan hak cipta.
2. Peran dan Keterbatasan Pasar NSB

11
Secara umum, NSB tidak sepenuhnya percaya pada mekanisme pasar
sebagaimana negara industri atau maju melakukannya pada tahap awal
pembangunan. Ketidaksempurnaan pasar lain di NSB adalah keberadaan
eksternalitas yang substansial Banyak barang memiliki nilai sosial tinggi yang
tidak direfleksikan oleh harga pasar. Karena barang tersebut, seperti jasa
pendidikan dan kesehatan, harus disediakan dengan harga di bawah biayanya atau
bahkan gratis, dan sektor swasta tidak memiliki insentif untuk memproduksinya.

Pembangunan ekonomi adalah proses perubahan struktural Pasar dapat efisien


dalam mengalokasikan sumberdaya dalam marjin, membolehkan industri tertentu
untuk muncul dan lainnya gagal, tetapi mungkin tidak efektif dalam memproduksi
perubahan yang tidak berkelanjutan dalam struktur ekonomi, serta mengubah yang
mungkin krusial untuk jangka panjang negara. Meskipun mekanisme pasar dapat
menghasilkan alokasi sumberdaya yang lebih efisien, di sisi lain juga
menghasilkan distribusi pendapatan yang sangat tidak merata Sebagian besar NSB
memiliki pola distribusi pendapatan yang sangat condong: Kepercayaan yang
berlebihan terhadap mekanisme pasar tidak akan meningkatkan distribusi.

C. INTERVENSI PEMERINTAH DENGAN KEBUJAKAN DAN


PERENCANAAN PEMBANGUNAN
1. Peran dan kegagalan pemerintah dalam pembangunan
Adam Smith mengakui bahwa ekonomi harus melindungi dirinya sendiri
dari hambatan asing tidak mungkin seseorang dapat merencanakan masa
depannya jika keberadaan negaranya dan keamanan masyarakat dan
kepemilikannya diragukan. Dengan kata lain, keputusan investasi inovasi, dan
usaha penelitian yang penting bagi pertumbuhan ekonomi tidak akan dapat
optimal dengan ketiadaan keamanan nasional. Oleh karena itu, pemerintah
memiliki tiga fungsi umum: (1) melindungi masyarakat dari kekerasan dan
serangan masyarakat atau negara lain; (2) melindungi setiap anggota masyarakat
dari ketidakadilan atau tekanan setiap anggota yang lain; dan (3) mendirikan dan
memelihara pekerjaan publik tertentu dan institusi publik tertentu.
Peran pemerintah sebagai tanggapan atas kegagalan pasar diperlukan pada
aspek-aspek berikut, yakni: (1) barang publik (public goods), (2) eksternalitas, (3)
monopoli, (4) tradisi dan aspek sosial lainnya serta hambatan agama atas pasar,
dan (5) keputusan-keputusan intertemporal (Van den Berg, 2005: 444).

12
Kegagalan pasar yang disebabkan oleh eksternalitas, informasi yang tidak
sempurna, dan persaingan yang tidak sempurna memberikan justifikasi terhadap
pemerintah untuk menjalankan tiga fungsi dasar pemerintah menurut Adam
Smith. Masalah yang dihadapi terkait dengan peran pemerintah, Pemerintah tidak
dapat menjalankan perannya dengan baik dalam beberapa tugas. Faktanya,
meskipun tiga fungsi dasar pemerintah menurut Adam Smith sudah berjalan
dengan baik, sebagaimana pasar, pemerintah juga dapat mengalami kegagalan.
Dua alasan pokok kegagalan pemerintah adalah: (1) kekurangan informasi; (2)
pengalihan kekuatan pemerintah dari mencapai kesejahteraan umum menjadi
memajukan kesejahteraan sejumlah individu.
2. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan ekonomi adalah upaya pemerintah yang dilakukan secara
sengaja dan hati-hati untuk mengkoordinasikan keputusan-keputusan ekonomi
selama jangka panjang. Keputusan- keputusan ekonomi tersebut ditujukan untuk
mempengaruhi, mengarahkan, dan dalam beberapa kasus bahkan untuk
mengendalikan tingkat dan pertumbuhan variabel-variabel ekonomi utama
(pendapatan, konsumsi, kesempatan kerja, investasi, tabungan, ekspor, impor, dan
lain-lain) yang tujuan akhirnya adalah terpenuhinya tujuan pembangunan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Secara sederhana rencana ekonomi adalah
seperangkat target ekonomi kuantitatif tertentu yang harus dicapai selama periode
waktu tertentu, dengan penetapan strategi untuk memenuhi target-target tersebut.
Rencana ekonomi dapat berupa rencana menyeluruh (comprehensive plan), yakni
menyangkut seluruh aspek utama perekonomian nasional, atau parsial (partial
plan) yang hanya menyangkut beberapa aspek perekonomian. Dalam proses
perencanaan, pemerintah akan terlibat dengan beberapa tahapan kegiatan, dimulai
dengan pemilihan tujuan-tujuan sosial, penentuan berbagai target, dan terakhir
adalah pembuatan kerangka bagi pengimplementasian, pengkoordinasian, dan
pemantauan rencana pembangunan.
Secara umum, diterimanya perencanaan sebagai alat pembangunan yang
efektif didasarkan atas gagalnya mekanisme pasar (market failure). Ada tiga
bentuk umum di mana kegagalan pasar terjadi, yakni:
o pasar tidak dapat berfungsi secara tepat (tidak ada pasar);
o fungsi pasar dalam alokasi sumberdaya terjadi secara tidak efisien, dan

13
o pasar memproduksi hasil-hasil yang tidak diharapkan ketika diukur dengan
tujuan-tujuan sosial daripada dengan alokasi sumberdaya (Todaro dan Smith,
2006).

Sebagian besar rencana pembangunan didasarkan pada tiga model


makroekonomi, yakni: (1) model pertumbuhan agregate (aggregate growth
models); (2) model multisektoral dan proyeksi sektoral/model input-output
(multisector models and sectoral projections): dan (3) penilaian proyek dan
analisis biaya-manfaat sosial (project appraisal and social cost-benefit analysis).

Proses perumusan rencana pembangunan yang menyeluruh tetap


merupakan suatu proses yang rumit. Banyaknya masalah dalam implementasi dan
kegagalan rencana menjadi sebab gagalnya kebijakan pembangunan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Beberapa alasan gagalnya perencanaan, yakni: (1)
tidak efisiennya perencanaan dan implementasinya; (2) data yang tersedia di
samping tidak memadai juga tidak dapat dipercaya; (3) munculnya gangguan-
gangguan ekonomi yang tak terduga, baik internal maupun eksternal; (4)
lemahnya kelembagaan; dan (6) kurangnya komitmen dan kemauan politik dari
para pemimpin dan pengambil kebijakan.

Ada dua kondisi yang mempengaruhi proses perencanaan pembangunan,


yaitu: (1) tekanan yang berasal dari lingkungan dalam negeri maupun luar negeri
yang mempengaruhi kebutuhan dalam proses pembangunan perekonomiannya; (2)
kenyataan bahwa perekonomian suatu negara dipengaruhi oleh setiap sektor
secara berbeda-beda, misalkan beberapa negara mengalami pertumbuhan pada
sektor industrinya, sedangkan daerah lain mengalami penurunan.

3. Kebijakan Ekonomi : Neoliberalisme Murni dan Moderat

Dalam paham neoliberalisme, ada dua pendekatan terhadap kebijakan


ekonomi, termasuk kebijakan industri, kebijakan perdagangan, dan lainnya, yang
agak berbeda satu sama lain (Wie, 2009). Penganut paham neoliberalisme murni
berpendapat, semua pasar produk dan jasa, maupun pasar faktor produksi (modal,
tenaga kerja), pada dasarnya bekerja sempurna. Untuk itu campur tangan
pemerintah tidak diperlukan karena akan menyebabkan kegagalan pemerintah.

14
Sedangkan paham neoliberalisme moderat, Kubu ini menyadari dan
mengakui, di negara maju maupun NSB ada berbagai kegagalan pasar yang
memerlukan campur tangan pemerintah. Campur tangan pemerintah ini bisa
berupa campur tangan fungsional atau netral, dan campur tangan selektif. Meski
penganut neoliberalisme moderat menyadari kegagalan pasar memerlukan campur
tangan pemerintah, mereka cenderung mengutamakan campur tangan fungsional
atau netral, yang menunjang bekerjanya mekanisme pasar secara efisien.

D. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN INDONESIA


1. Perekonomian Nasional untuk Kesejahteraan Sosial

Perubahan UUD 1945 pada Pasal 33 dan 34 UUD 1945 menyatakan


bahwa pasal perekonomian dirumuskan dalam bab tersendiri, yaitu pada Bab XIV
yang semula bab tersebut mempunyai judul “Kesejahteraan Sosial” kemudian
diubah menjadi “Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial” (Asshiddiqie,
2010: 267). Rumusan kedua pasal tersebut berbeda dari rumusan asli UUD 1945.
Sebelumnya, Pasal 33 hanya terdiri atas tiga ayat saja, sekarang ditambah dengan
dua ayat baru. Sementara itu, Pasal 34 yang semula hanya terdiri atas satu pasal,
sekarang menjadi empat ayat Perubahan ini menunjukkan bahwa corak UUD 1945
sebagai konstitusi ekonomi diperkuat dan makin dipertegas, yaitu secara langsung
dikaitkan dengan Perekonomian Nasional. Sebagai konstitusi di bidang ekonomi,
sudah seharusnya ditempatkan dalam kedudukan yang paling tinggi dalam sistem
kebijakan perekonomian nasional, Implikasinya, semua kebijakan ekonomi yang
dituangkan dalam bentuk undang-undang harus tunduk di bawah dan tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang dasar sebagai konstitusi ekonomi.

Dewasa ini, Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 tentang Sister Jaminan


Sosial Nasional (SJSN) telah diberlakukan. Namun, implementasinya belum
berjalan sebagaimana mestinya. Penyebabnya adalah para pejabat belum
mempunyai persepsi yang sama mengenai pentingnya Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Pasal 34 Ayat (3) berbunyi, “Negara bertanggung jawab atas
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang
layak.” Beberapa unsur penting di sini adalah: (1) tanggung jawab negara; (2)
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, dan (3) fasilitas pelayanan umum yang
layak.

15
Tanggung jawab dan kewajiban untuk menyediakan pelayanan kesehatan
dan pelayanan umum yang layak tidak boleh dibebankan kepada pihak lain,
misalnya, swasta dengan maksud mengurangi beban pemerintah. Hal ini
bertentangan dengan amanat UUD 1945, Bahwa dalam pelaksanaan
operasionalnya, pemerintah dapat melibatkan pihak swasta, tetapi tidak berarti
bahwa hal itu dapat mengurangi arti tanggung jawab dan kewajiban negara untuk
bertindak secara sendiri.

2. Sistem Perekonomian

Dalam Pasal 33 Ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa perekonomian itu
merupakan suatu susunan kebijakan yang sistematis dan menyeluruh, mulai dari
susunan yang bersifat nasional sampai pada susunan di daerah-daerah seluruh
Indonesia. Sedangkan usaha bersama dalam pasal yang sama menyatakan usaha
bersama seluruh rakyat Indonesia di bidang perekonomian. Pengertian
perekonomian disusun sebagai usaha bersama tidak lain adalah menunjuk pada
suatu sistem perekonomian nasional sebagai usaha bersama seluruh elemen rakyat
Indonesia. Pelaku ekonomi memiliki pengertian seluruh produsen, distributor,
maupun konsumen baik perorangan, kelompok, organisasi atau pun badan hukum.

Berkaitan dengan bentuk kegiatan usaha dalam Pasal 33 Ayat (1),


perkataan “usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan” mempunyai maksud
koperasi dipandang paling cocok dengan semangat yang dikandung pasal tersebut.
Asas kekeluargaan dalam Pasal 33 ayat (1) menunjuk kepada pengertian jiwa
gotong-royong, dan kerjasama. Dalam pengertian tersebut berkembang pengertian
yang kurang tepat yaitu pengutamaan kerjasama dan mengabaikan persaingan.
Padahal dalam dunia nyata persaingan tidak dapat terhindarkan. Oleh karena itu,
pasal ini disempurnakan dengan memasukkan unsur “efisiensi-berkeadilan” dalam
Pasal 34 ayat (4).

3. Cabang-Cabang Produksi

Di dalam perkataan “cabang-cabang produksi yang penting bagi negara


dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara” dikuasai
negara memiliki pengertian penguasaan dalam arti luas yang mencakup pengertian
kepemilikan dalam arti publik, kekuasaan dalam hal pengendalian serta
pengelolaan. Salah satu contoh cabang-cabang produksi yang penting dan

16
menguasai hajat hidup orang banyak adalah listrik, minyak dan gas bumi. Cabang
tersebut dikatakan sangat penting karena kedudukannya sebagai tulang punggung
perekonomian.

Kepemilikan negara pada BUMN secara umum dikelompokkan ke dalam


dua ketentuan yakni kelompok yang harus dimiliki negara secara mayoritas dan
kelompok yang tidak harus dimiliki negara secara mayoritas. Beberapa ketentuan
terhadap BUMN-BUMN yang harus dimiliki negara secara mayoritas, yakni:

(1) Undang-undang mengharuskan dimiliki oleh negara;

(2) mengemban public service obligation yang signifikan;

(3) terkait erat dengan keamanan negara,

(4) melakukan konservasi alam/budaya;

(5) berbasis sumberdaya, dan

(6) penting bagi stabilitas ekonomi.

BUMN-BUMN yang tidak memenuhi kriteria di atas tidak harus dimiliki


secara mayoritas oleh negara.

Penguasaan beberapa sektor oleh BUMN dikelompokkan menurut 4 tujuan


yaitu: sektor yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi nasional; sektor yang
memberikan nilai tambah ekonomi; sektor yang berfungsi menyediakan pelayanan
umum; dan sektor yang fungsinya untuk menjalankan perintisan usaha.
Pelabuhan-bandara-jalan, Bahan Bakar Minyak (BBM)-listrik-batubara, dan
perbankan-jasa keuangan.

Permasalahan saat ini yang muncul sehubungan dengan pengelolaan


cabang-cabang produksi oleh negara adalah terus meruginya cabang-cabang
produksi yang dikuasai oleh negara sehingga memerlukan penyelesaian yang di
antaranya bisa melalui mekanisme privatisasi maupun likuidasi atau dipailitkan
Sampai saat ini. Penyebab kerugian BUMN pada dasarnya adalah karena beberapa
aspek pokok yaitu: (1) operasional yang tidak efisien; (2) daya saing rendah; (3)
aset yang sudah tidak produktif; dan (4) beban utang yang tinggi (Sugiharto,
2006). Permasalahan lain BUMN juga berkaitan dengan kuatnya intervensi
birokrasi dan politisi yang merugikan BUMN, daya saing sebagian BUMN yang

17
rendah, keterbatasan pendanaan untuk pengembangan usaha, akibat
ketidakmampuan keuangan pemerintah, khususnya pada BUMN yang bermasalah
keuangan, dan KKN yang masih terjadi di sebagian BUMN (Sugiharto 2006).

4. Kekayaan Sumber Daya Alam

Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan, “Bumi dan air dan kekayaan
yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk sebesar-
besar kemakmuran rakyat.” Dalam perumusan di atas yang disebutkan hanya
bumi dan air beserta segenap isinya saja, sedangkan wilayah udara tidak disebut.
Padahal, di zaman sekarang wilayah udara juga mengandung kekayaan yang
bernilai ekonomis.

Mengenai pengertian “dikuasai negara” dapat dianalogikan dengan


pengertian dimiliki (owned by, belong to) atau secara tegas dikatakan milik negara
(state’s property). Konstitusi pertama yang mencantumkan kepemilikan atas
kekayaan sumber daya alam adalah Konstitusi Soviet-Rusia Tahun 1918, yaitu
dalam Pasal 1 Bab II, paragraf 3a dan 3b. Dalam paragraf tersebut dinyatakan
bahwa kepemilikan hak perorangan atas tanah dihapuskan. Semua tanah
dideklarasikan sebagai milik nasional.Penting untuk ditegaskan bahwa
penguasaan oleh negara atas segenap sumber daya yang terdapat di dalam bumi,
air, wilayah udara Indonesia serta segala kekayaan yang terkandung di dalamnya,
haruslah dipergunakan hanya untuk sebesar-besar kemakmuran seluruh rakyat.

5. Prinsip Demokrasi Ekonomi

Dewasa ini UUD 1945 sudah bernuansa prinsip pembangunan


berkelanjutan dengan memperhatikan kelestarian lingkungan. Karena itu, semua
kebijakan yang tertuang dalam bentuk undang-undang tidak boleh bertentangan
dengan prinsip-prinsip yang terkandung dalam UUD 1945. Selama ini, kebijakan
lingkungan hidup belum efektif karena kalah bersaing dengan kebijakan sektoral
yang juga dituangkan dalam bentuk undang-undang.

Pembangunan nasional yang berkelanjutan harus menjamin


“keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional”. Semua pelaku usaha
dan pelaku ekonomi dalam pengertian luas terikat dan diikat oleh sistem ekonomi
yang sama berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Demokratisasi,

18
desentralisasi pemerintahan, dan otonomi daerah yang dikembangkan pada masa
reformasi saat ini tidak boleh menyebabkan perekonomian Indonesia terpecah
belah. Setelah reformasi, Indonesia dihadapkan dua arus global dan lokal
sekaligus global menyangkut tuntutan perkembangan globalisasi, lokal
mempunyai maksud tuntutan kebutuhan untuk tumbuhnya demokratisasi.

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pembangunan Ekonomi disuatu Negara memang sudah menjadi sebuah
keharusan yang tidak bisa ditinggalkan atau dikesampingkan karena pada
hakikatnya kesejahteraan yang didambakan oleh suatu bangsa pada umumnya
dilihat dari perekonomian yang ada dan dijalankan di Negara tersebut. Apabila
perekonomian suatu Negara baik atau bahkan sangat baik, maka bisa dikatakan
lpenduduk di Negara tersebut sudah bisa merasakan kesejahteraan yang dicita-
citakan. Apabila sebaliknya, dengan kata lain perekonomian suatu Negara buruk
(tidak baik), maka penduduk yang ada di Negara tersebut sangat jauh dari
kesejahteraan yang mereka inginkan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini tentunya jauh dari kata sempurna dan
masih banyak kekurangan lainnya. Maka dari itu kami mohon kritik serta saran
yang membangun untuk perbaikan makalah selanjutnya. Kami berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

20
DAFTAR PUSTAKA

Asshiddiqie, Jimly. 2010. Konstitusi Ekonomi. Jakarta: Kompas Penerbit Buku.

Holland, Stuart. 1987. The Global Economy: From Meso to Macroeconomics, bab 1. London:
Weidenfeld and Nicolson.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP


STIM YKPN.

Markam, Roekmono. 1978. Menuju Ke Definisi Ekonomi Post-Robbins, Pidato Pengukuhan


Guru Besar dalam Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi UGM Yogyakarta.
Yogyakarta BPFE.

Prychitko, David L. 1998. Why Economists Disagree. An Introduction to The Alternative


Schools of Thought. Albany State University of New York Press.

Sugiharto. 2006. Perkembangan Penataan BUMN dan Kontribusinya bagi Perekonomian


Nasional makalah disajikan dalam Seminar Dies Natalis ka-51 Fakultas Ekonomi
dan Dies Natalis ke 11 Program Magister Ekonomi Pembangunan UGM.
Disampaikan pada 16 September 2006.

Todaro, Michael P dan Stephen C Smith. 2006. Economic Development. England: Pearson
Limited.

Van den Berg, Hendrik. 2005. Economic Growth and Development An Analysis of Our
Greatest Economic Achievements and Our Most Exciting Challenges. Singapore:
McGraw-Hill.

Wie, Thee Kian. (2009). "Neolib, Neoliberal, Apa itu?". Kompas, http://www.kompas.com.
Diakses pada tanggal 20 November 2022.

21

Anda mungkin juga menyukai