Anda di halaman 1dari 13

Makalah

EKONOMI PEMBANGUNAN

PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas makalah

Mata kuliah: Ekonomi Pembangunan

Dosen Pengampuh: Dr.Roni Mohamad SE,M.Si

Disusun oleh kelompok 6

Marzuki Rompah

Dery Mohammad

Ika panigoro

EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

IAIN SULTAN AMAI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas nikmat, karunia, dan limpahan
rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“PEMBANGUNAN SEKTOR KEUANGAN”. Makalah ini disusun untuk untuk memenuhi
Tugas Kelompok Pada mata kuliah ekonomi pembangunan. Shalawat serta salam mari kita
hanturkan kepada nabi akhir zaman yaitu Nabi Muhammad Saw, yang Insya Allah curahan
rahmat beliau sampai kepada kita semua. Makalah ini tentunya masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu kami senantiasa mambuka diri dari kritik dan saran agar
kedepannya bisa lebih baik lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembacanya.
Aamiin ya rabb al-alamin.
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sektor keuangan suatu negara akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi
di negara tersebut. Hal ini karena pembangunan dalam sector keuangan melibatkan
rencana dan implementasi dari kebijakan untuk mengintensifkan tingkat moneterisasi
perekonomian melalui peningkatan akses terhadap institusi keuangan, transparansi, dan
efisiensi, serta mendorong rate of return yang rasional. (Agrawal, 2001) Pembangunan
sektor keuangan suatu negara sering dihadapkan pada kondisi sektor keuangan yang
mengalami pendalaman (financial deepening) dan sektor keuangan yang mengalami
pendangkalan (shallow finance). (Fry, 1995). Sektor keuangan yang berkembang dengan
baik maka akan mendorong peningkatan kegiatan perekonomian. Sebaliknya, sektor
keuangan yang tidak dapat berkembang baik maka akan menyebabkan perekonomian
mengalami hambatan likuiditas dalam upaya mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi. Pendalaman sektor keuangan (financial deepening) merupakan sebuah termin
yang digunakan untuk menunjukkan terjadinya peningkatan peranan dan kegiatan dari
jasa-jasa keuangan terhadap ekonomi. Financial deepening merupakan sebuah
terminologi yang digunakan untuk menunjukan terjadinya kenaikan peranan dan kegiatan
dari jasa-jasa keuangan terhadap ekonomi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian pembangunan sector keuangan?
2. Peran pembangunan sector keuangan dalam Indonesia?
3. Bagaimanakah pengaruh Pembiayaan terhadap financial deepening di Indonesia?
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Financial Deepening?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pembangunan sector keuangan


Sector keuangan terdiri dari berbagai macam industry mulai dari perbankan,
asuransi pembiayaan perusahaan efek dan lain sebagainya. Sector ini merupakan darah
dari ekonomi karena pusat tempat arus uang berputar banyak bank dan lembaga keuangan
yang bangkrut ketika terjadi krisis.keuangan mempelajari bagaimana cara mengetahui
berbisnis individu meningkatkan organisasi mengalokasi menggunakan sumber daya
moneter dengan sejalanya waktu dan juga menghitung resiko dalam menjalankan
proyeknya. Istilah keuangan berarti:
 Ilmu keuangan dalam asset lainnya
 Menejemen aset tersebut
 Menghitung dan mengatur risiko proyek

Keungan juga memiliki lembaga yang terdiri dari dua jenis yaitu:

 Lembaga keuangan umum (konvensional)


 Lembaga keuangan syariah

Ekonomi di Indonesia bermacam-macam di antaranya adalah keuangan. Keuangan di


Indonesia di atur oleh kementrian keuangan Indonesia yang membidangi keuangan dan
kekayaan Negara. Menteri keuangan dan kekayaan Negara. Menteri saat ini adalah sri
mulyani indrawati yang menjabat sejak 27 juli 2016 menggantikan bambang permadi
soemantri brodjonegoro dan di damping oleh wakil menteri keuangan mardianso yang
menjabat sejak 27 oktober 2014.

Di rektur keuangan merupakan pimpinan yang menjalankan proses pemantauan dan


pengambilan keputusan mengenai perihal yang berhubungan keuangan di perusahaan
direktur perusahaan merupakan pimpinan pada bagian keuangan yang mengelola cukup
tidaknya pembiayan dana yang ada di sebuah perusahaan.
Jenis laporan keuangan:

 Laporan laba rugi


 Laporan perubahan modal
 Laporan arus kas

Fungsi financial merupakan berfungsi untuk mengelola berbagai kasus yang berhubungan
dengan keuangan yang dugunakan yang di gunakan dalam materi.

B. Peran pembangunan sector keuangan dalam Indonesia


Sector keuangan memegang peranan yang sangat signifikan dalam memicu
pertumbuhan ekonomi suatu Negara.sektor keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan
sector riil melalui akumulasi capital dan inovasi teknologi lebih tepatnya sector keuangan
mampu memobilitasi tabungan.sektor keuangan memegang peranan penting dalam
perekonomian suatu Negara sebagai penyedia dana utama bagi pembiayaan
perekonomian. Sector keuangan menjadi lokomotif pertumbuhan sector riil melalui
akumulasi capital dan inovasi teknologi pertumbuhan ekonomi terjadi ketika kapasitas
perekonomian mengalami peningkatan disbanding dengan periode sebelumnya sementara
peningkatan kapasitas ekonomi terjadi jika terdapat investasi baru kedalam
perekonomian. Hampir semua Negara berupaya mendorong perkembangan sector
keuangan untuk meningkatkan perekonomian sehingga mampu tumbuh lebih tinggi.
Pengembangan system keuangan di Indonesia lebih dekat kepada tipe bank-based system
dimana perbankan mendominasi sector keuangan. Pilihan bank based lebih mudah
mengidentifikasi sector usaha dan perusahaan yang prosfektif sehingga investasi lebih
optimal. Sementara market based, dapat mengurangi inheren inefisiensi yang ada dalam
bank-based system dan terdapat peluang risk sharing dan risk management sehingga
dapat meminimalisasi dampak dari shock dalam perekonomian. Di Indonesia, sektor
keuangan digerakkan oleh dua sektor keuangan yaitu lembaga perbankan yang terdiri dari
bank-bank umum dan lembaga non perbankan yang terdiri dari pasar modal, lembaga
pembiayaan, asuransi, dana pensiun dan pengadaian. Perkembangan sektor keuangan
juga dipengaruhi oleh faktor lain, seperti perkembangan sektor. Kehadiran buku dengan
tema “Peran Sektor Keuangan Terhadap Perekonomian Indonesia”
Telah memberikan sumbangan pemikiran dan masukan kepada pembuat
kebijakan dalam memecahkan permasalahan perekonomian Indonesia bidang keuangan,
ekonomi dan kebijakan publik. Diawali dengan pembahasan mengenai upaya mengatasi
krisis ekonomi agar tidak berdampak serius terhadap perekonomian nasional. Bagian
buku ini menawarkan suatu alat deteksi sebagai early warning system (EWS). Dalam
model-model EWS parametrik banyak digunakan indikatorindikator makroekonomi
untuk menerangkan kemungkinan terjadinya krisis ekonomi seperti nilai tukar riil,
pertumbuhan ekspor dan impor, rasio cadangan devisa terhadap impor, rasio M2 terhadap
cadangan devisa, proporsi investasi dalam GDP, pertumbuhan cadangan devisa dan
sebagainya. Berdasarkan pergerakan dari indikator-indikator makroekonomi tersebut,
probabilitas Indonesia kembali mengalami krisis ekonomi seperti krisis ekonomi 1998
adalah rendah sehingga perekonomian ke depan diproyeksikan cukup stabil. Namun
demikian terdapat beberapa indikator makroekonomi yang menunjukkan tren tidak bagus
seperti rasio M2 terhadap cadangan devisa, defisit fiskal dan nilai tukar sehingga
menimbulkan dugaan Indonesia akan mengalami krisis ekonomi seperti tahun 1998. Hal
ini mendorong kewaspadaan para pelaku pasar sehingga sektor keuangan dapat terus
berperan baik dalam perekonomian. Hal ini ditunjukkan dalam bagian pertama tulisan ini.
Peran sektor keuangan juga ditunjukkan oleh peran kredit perbankan dalam
perekonomian. Perkembangan penyaluran kredit perbankan sebagai bagian dari sektor
keuangan di Indonesia berfluktuasi dari tahun 2005-2014. Pada periode 2005 sampai
dengan 2010, penyaluran kredit perbankan mengalami fluktuasi naik sementara setelah
periode 4. Pada periode 2005 sampai dengan 2010, penyaluran kredit perbankan
mengalami fluktuasi naik sementara setelah periode tersebut hingga tahun 2014
mengalami tren yang menurun. Hasil analisa kuantitatif menemukan bahwa pertumbuhan
kredit yang diberikan oleh sektor perbankan terbukti memberikan dampak yang positif
dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk itu ditengah situasi
pertumbuhan kredit yang sedang menurun saat ini, maka sudah waktunya bagi
Pemerintah beserta DPR untuk duduk bersama bersama stakeholder terkait untuk mencari
solusi akan hal tersebut. Jika pertumbuhan kredit terhadap perekonomian nasional
diperlihatkan dalam tulisan pada bagian kedua buku ini. Peningkatan kemandirian bangsa
dalam mengupayakan sumber-sumber penerimaan negara dari dalam negeri harus terus
dilakukan. Upaya memperkuat ketahanan fiskal untuk mendukung pembangunan
nasional yang berkelanjutan dan terwujudnya good governance dalam pengelolaan bagian
negara dari laba BUMN, dilakukan secara profesional, transparan, dan bertanggung
jawab. Penyertaan Modal Negara menjadi kebijakan sektor keuangan yang diharapkan
dapat memberikan imbal jasa bagi Negara. Pemberian PMN kepada BUMN harus dapat
merestrukturisasi BUMN dan mendukung program prioritas sehingga memiliki
kemampuan dalam menghadapi dinamika global dan nasional serta menjamin
peningkatan nilai dividen bagi penerimaan Negara. Dengan demikian PMN bagi BUMN
menjadi bagian dari upaya membangun fundamental ekonomi yang kokoh dan bukan
sekedar membagi jatah kekuasaan bagi pemerintahan yang sedang berjalan merupakan
bagian tulisan ketiga yang diangkat dalam buku ini. Bagian buku keempat mengangkat
peran sektor perbankan syariah dalam perekonomian nasional khususnya sektor riil.
Karena sudah hampir tiga dekade industri keuangan syariah hadir di Indonesia dan
berkontribusi bagi pembangunan ekonomi. Sistem keuangan syariah telah teruji mampu
bertahan dari beberapa krisis yang melanda ekonomi dunia, karena berlandaskan kepada
pencapaian keadilan yang berbasis kepada transaksi riil dan distribusi kesejahteraan
ekonomi maupun ethical value yang bersifat universal. Dalam rangka berperan aktif
mendukung pertumbuhan ekonomi sektor riil, perbankan syariah telah menyalurkan
pembiayaan sebesar Rp204,334 miliar pada akhir 2014. Komposisi penggunaan
pembiayaan tersebut masih didominasi untuk konsumtif dan modal kerja, dengan pangsa
terbesar sektor jasa dunia usaha. Beberapa masalah dan kendala dihadapi industri
perbankan syariah dalam pelaksanaan kegiatannya, antara lain dana syariah lebih mahal
dari konvensional karena berasal dari deposito, keterbatasan modal, dan belum adanya
reference rate bagi bank syariah. Oleh karena itu, diperlukan peran dan dukungan
pemerintah untuk meningkatkan mampu bersaing dengan perbankan konvensional dan
perbankan syariah negara lain yang kemungkinan akan masuk ke Indonesia dalam rangka
pasar global. Selanjutnya pada bagian kelima dari buku ini mencoba mengemukaan
sistem keuangan pusat dan daerah dalam memperkuat perekonomian nasional.
Diungkapkan bahwa ketimpangan fiskal vertikal kabupaten/kota yang terjadi sebelum
otonomi daerah sangat tinggi, namun pada awal pelaksanaan otonomi daerah,
ketimpangannya semakin tinggi bahkan lebih tinggi dari sebelumnya. Kemudian
berangsur-angsur tiap tahunnya ketergantungan daerah terhadap transfer dana pusat
menurun walaupun masih jauh dari mandiri dilihat dari besarnya proporsi transfer dana
pusat terhadap total penerimaan pemerintah daerah. Ketimpangan fiskal vertikal untuk
pemerintah daerah provinsi sebelum otonomi daerah, ketimpangannya semakin tinggi.
Setelah dilaksanakannya otonomi daerah, dari tahun ke tahun ketergantungan daerah
mengalami penurunan atau menjadi tidak terlalu tergantung terhadap transfer dana pusat.
Hal tersebut terjadi karena adanya pelimpahan wewenang kepada pemerintah daerah
kabupaten/kota sehingga mempengaruhi sisi penerimaan maupun pengeluaran negara.
Buku ini diakhiri dengan tulisan mengenai pentingnya akuntabilitas pengelolaan
keuangan negara melalui akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Pengeloalaan sektor
organisasi publik yang tidak efektif dan efesien telah mendorong reformasi di bidang
akuntansi sektor publik. Perkombakan sistem akuntansi ini tidak lepas dari tuntutan akan
dilaksanakannya New Public Management. Tuntutan masyarakat akan perbaikan
pengelolaan organisasi dan keuangan negara pada akhirnya berdampak juga terhadap
perubahan pada sistem akuntansi pemerintahan. Perubahan besar terhadap sistem
pengelolaan keuangan negara dimulai dengan diterbitkannya tiga paket undang-undang
tentang keuangan negara. Perubahan ini diikuti oleh reformasi sistem akuntansi
pemerintahan dengan dikeluarkan Standar akuntansi Pemerintahan pada tahun 2005 yang
diubah dengan PP Nomor 71 tahun 2010 yang mengharuskan sistem akuntasi
pemerintahan menggunakan sistem akuntansi berbasis akrual. Akuntansi akrual ini sangat
populer di sektor swasta sehingga akhirnya diadopsi oleh akuntansi sektor publik.
Meskipun masih menimbulkan pro dan kontra, penerapan sistem ini pada akuntansi
sektor publik, sistem ini memberikan banyak manfaat pada pengelolaan keuangan negara.
Diantara beberapa manfaatnya adalah meningkatkan kualitas penggunaan sumber daya,
penguatan akuntabilitas, meningkatkan transparansi atas total biaya dari aktivitas
pemerintahan serta mampu melihat dengan lebih komprehensif atas pengaruh.
C. Bagaimanakah pengaruh Pembiayaan terhadap financial deepening di Indonesia
Financial Deepening di indonesia Keberadaan sektor keuangan dapat dilihat dari
beberapa indikator dalam perkembangannya. Dalam hal ini terdapat beberapa pandangan
mengenai indikator untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan di suatu negara.
Diantaranya pendapat yang dikemukakan oleh Lynch (1996:333) yang menyatakan
terdapat 5 indikator untuk mengetahui perkembangan sektor keuangan suatu negara,
yakni :
1. Ukuran Kuantitatif (Quantity Measures) Indikator kuantitatif bersifat moneter dan
kredit, seperti rasio uang dalam arti sempit terhadap PDB, rasio uang dalam arti luas
terhadap PDB dan rasio kredit sektor awsata terhadap PDB. Indikator kuantitatif ini
untuk mengukur pembangunan dan kedalaman sektor keuangan.
2. Ukuran Struktural (Structural Measures) Indikator struktural menganalisa struktur
sistem keuangan dan menentukan pentingnya elemen-elemen yang berbeda-beda pada
sistem keuangan. Rasio-rasio yang digunakan sebagai indikator adalah : rasio uang
dalam arti luas terhadap PDB, rasio pengeluaran pasar sekuritas terhadap uang dalam
arti luas.
3. Harga sektor keuangan (Financial Prices) Indikator ini dilihat dari tingkat bungan
kredit dan pinjaman sektor riil.
4. Skala Produk (Product Range) Indikator ini dilihat dari berbagai jenis-jenis instrumen
keuangan yang terdapat di pasar keuangan, seperti ; produk keuangan dan bisnis
(commercial paper,corporate bond, listed equity), produk investasi, produk
pengelolaan risiko dan nilai tukar luar negeri.
5. Biaya Transaksi (Transaction Cost) Indikator ini dilihat dari spread suku bunga.
Berkaitan dengan indikator kuantitatif untuk melihat perkembangan sektor keuangan
dalam pembangunan dengan menggunakan rasio antara aset keuangan dalam negeri
terhadap PDB (seperti : rasio M1/GDP, M2/GDP, M3/GDP, M4/GDP), maka
perkembangan dalam rasio aset keuangan terhadap PDB menunjukkan pendalaman
keuangan. Perkembangan yang semakin besar dalam rasio tersebut menunjukkan
semakin dalam sektor keuangan suatu negara. Sebaliknya semakin kecil rasio tersebut
menunjukkan semakin dangkal sektor keuangan suatu negara (Okuda, 1990:270).
Pendalaman keuangan (financial deepening) menurut Shaw (1973) merupakan
akumulasi dari aktiva-aktiva keuangan yang lebih cepat dari pada akumulasi
kekayaan yang bukan keuangan (Kitchen, 1988:14). Pendalaman keuangan
ditunjukkan oleh semakin besarnya rasio antara jumlah uang beredar (M2) dengan
PDB. Sebaliknya semakin kecil rasio antara jumlah uang beredar (M2) dengan PDB
menunjukkan semakin dangkal sektor kuangan suatu negara (Lynch, 1996:3).
Nasution (1990) dalam kaitannya dengan pendalaman keuangan mengatakan bahwa
ukuran pendalaman keuangan suatu negara ditunjukkan oleh rasio antara jumlah
kekayaan yang dinyatakan dengan uang (financial asset) dengan pendapatan nasional.
Semakin tinggi rasionya mempunyai arti bahwa penggunaan uang dalam
perekonomian suatu negara semakin dalam. Semakin tinggi pendalaman keuangan
semakin besar penggunaan uang dalam perekonomian dan semakin besar serta
semakin meluas kegiatan lembaga keuangan maupun pasar uang dalam perekonomian
(Wardhana, 1998:5).
D. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Financial Deepening
 Pengaruh Pendapatan Nasional Terhadap Financial Deepening
Dalam pengertian ekonomi mikro pendapatan merupakan insentif yang diperoleh
masyarakat dari kegiatan usahanya. Semakin tinggi pendapatan menunjukkan
semakin besarnya insentif yang diterima masyarakat dalam kegiatan ekonomi.
Pendapatan yang tinggi tersebut pada akhirnya berdampak pada semakin tinggi
pula permintaan terhadap barang dan jasa dalam perekonomian. Dalam konteks
makro ekonomi pendapatan diartikan sebagai keseluruhan barang dan jasa
(output) yang dihasilkan oleh perekonomian suatu negara pada suatu periode
waktu tertentu. Pendapatan yang tinggi menandakan bahwa output yang
dihasilkan oleh perekonomian menjadi meningkat. Secara umum semakin tinggi
pendapatan masyarakat, maka akan semkain meningkatkan financial deepening.
 Pengaruh Tingkat Bunga Terhadap Financial Deepening
Berkaitan dengan peranan tingkat bunga terhadap pendalaman keuangan
(financial deepening), maka McKinnon dan Shaw pada tahun 1973 menguraikan
suatu teori yang dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan di sektor keuangan
di negara sedang berkembang pada tahun 1980-an Pandangan McKinnon dan
Shaw mengenai peranan suku bunga sangat terkait dengan adanya kebijakan
represi keuangan (financial repression) yang terjadi dalam perekonomian suatu
negara. Menurutnya represi keuangan yang salah satunya adalah ditandai oleh
adanya pembatasan dalam tingkat bunga (suku bunga riil rendah) dalam
perekonomian, justru dapat menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk
menyimpan dananya di bank dan pada akhirnya suplai dana investasi akan
berkurang. Guna mengatasi hal tersebut, maka McKinnon dan Shaw
merekomendasikan kebijakan liberalisasi keuangan yakni dengan adanya
kebijakan tingkat bunga sesuai dengan mekanisme pasar. Kenaikan tingkat bunga
berarti adanya peningkatan insentif yang dapat dinikmati oleh masyarakat,
sehingga masyarakat akan terdorong untuk menyimpan dananya di bank. Hal ini
berarti adanya akumulasi modal yang dapat digunakan untuk pembiayaan
pembangunan. Secara lebih rinci uraian McKinnon dan Shaw mengenai
liberalisasi keuangan dapat dilihat pada gambar berikut (Fry, 1995:24). Tingkat
tabungan S(yo) pada tingkat pendapatan yo merupakan fungsi dari tingkat bunga.
Notasi F menunjukkan pembatasan keuangan (financial constraint) dan notasi Io
menunjukkan tingkat investasi pada tingkat awal dan ro merupakan tingkat bunga
riil pada tingkat awal. Dalam hal ini kondisi represi keuangan terjadi pada tingkat
bunga riil.
BAB III
PENUTUPAN

Sektor keuangan suatu negara akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara
tersebut. Hal ini karena pembangunan dalam sector keuangan melibatkan rencana dan
implementasi dari kebijakan untuk mengintensifkan tingkat moneterisasi perekonomian melalui
peningkatan akses terhadap institusi keuangan, transparansi, dan efisiensi, serta mendorong rate
of return yang rasional Berkaitan dengan peranan tingkat bunga terhadap pendalaman keuangan
(financial deepening), maka McKinnon dan Shaw pada tahun 1973 menguraikan suatu teori yang
dijadikan dasar bagi pengambilan kebijakan di sektor keuangan di negara sedang berkembang
pada tahun 1980-an Pandangan McKinnon dan Shaw mengenai peranan suku bunga sangat
terkait dengan adanya kebijakan represi keuangan (financial repression) yang terjadi dalam
perekonomian suatu negara. Menurutnya represi keuangan yang salah satunya adalah ditandai
oleh adanya pembatasan dalam tingkat bunga (suku bunga riil rendah) dalam perekonomian,
justru dapat menyebabkan rendahnya minat masyarakat untuk menyimpan dananya di bank dan
pada akhirnya suplai dana investasi akan berkurang. Guna mengatasi hal tersebut, maka
McKinnon dan Shaw merekomendasikan kebijakan liberalisasi keuangan yakni dengan adanya
kebijakan tingkat bunga sesuai dengan mekanisme pasar
Daftar pustaka

Agrawal, Pradeep, 2001,”Interest Rate, Exchange Rates and Financial Deepening in


Selected Asian Economies”, ASEAN Economic Bulletin, Vol.18,No.1 : 83-93 Brandl,
Michael W,2002.”The Role of Financial Institution in Long Run Economic
Growth”,www.buc.utexas.edu/faculty/Michael.brandl,:12-02-02

Anda mungkin juga menyukai