Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAINNYA

“TANTANGAN PERBANKAN DALAM MENGHADAPI PEREKONOMIAN GLOBAL”

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya

Dosen Pengampu : Drs. Rusdianto M.Sc

Disusun Oleh :

Rizqi Amalia 11180840000020

Muhammad Teddy Prasetya 11180840000050

EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah memberikan


banyak nikmat, taufik dan hidayah. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Tantangan Perbankan dalam menghadapi perekonomian global” dengan baik tanpa
ada halangan yang berarti.

Makalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.
Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah khazanah
ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat.

Jakarta, September 2019

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI i BAB 1 PENDAHULUAN ……………..


……………………………………………..1

Latar Belakang ……………………………………………………………..…………1

Rumusan Masalah …………………………………………………………………….2

Tujuan …………………………………………………………………………………2

BAB 2 PEMBAHASAN 3

BAB 3 PENUTUP 7

`Kesimpulan 7

DAFTAR PUSTAKA 8

iii
iv
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Sebelum pasar barang dan jasa modern terbentuk, kegiatan transaksi barang dan jasa
di laksanakan dengan cara sederhana, misalnya barter yaitu : transaksi barang dan jasa yang
dilaksanakan dengan cara saling tukar menukar barang atau pertemuan langsung antara pihak
yang mengalami surplus barang dan jasa tertentu dengan pihak yang mengalami kekurangan
barang/jasa. Dengan adanya perantara, pasar barang dan jasa menjadi lebih berkembang
sesuai perkembangan masyarakat dan kebutuhannya.

Kehadiran pihak perantara, baik dalam pengertian lembaga maupun pengertian fisik,
menjadi sesuatu yang sangat penting dalam perekonomian. Menurut Surat Keputusan Menteri
keuangan Republik Indonesia No. 792 Tahun 1990, Lembaga keuangan diberikan batasan
sebagai badan / lembaga yang kegiatanya dalam bidang keuangan, melakukan penghimpunan
dan penyaluran dana kepada masyarakat tertentu guna membiayai investasi perusahaan.

Meski dalam peraturan tersebut lembaga keuangan diutamakan untuk membiayai


investasi perusahaan, namun peraturan tersebut tidak berarti membatasi perusahaan. Dalam
kenyataannya, kegiatan pembiayaan lembaga keuangan bisa diperuntukkan bagi investasi
perusahaan, kegiatan konsumsi, dan kegiatan ditribusi barang dan jasa. Secara umum
lembaga keuangan dapat di kelompokkan dalam 2 bentuk yaitu bank dan bukan bank, dimana
perbedaan utama antara kedua lembaga tersebut adalah pada penghimpunan dana.

Lembaga keuangan merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediaries)


sebagai perantara pendukung yang amat vital untuk menjunjung kelancaran perekonomian.
Lembaga keuangan pada dasarnya mempunyai fungsi mentranfer dana-dana (loanable funds)
dari penabung atau unit surplus (lenders) kepada peminjam (borrowers) atau unit devisit.
Dana-dana tersebut dialokasikan dengan negosiasi antara pemilik dana dengan memakai dana
melalui pasar uang dan pasar modal.

Proses transaksi lembaga keuangan dengan produk ditransaksikan dapat berupa


sekuritas primer (satuan obligasi, promes, dan sebagainya) serta sekuritas sekunder (giro,
tabungan, deposito, dan sebagainya). Sekuritas sekunder diterbitkan oleh lembaga keuangan
ditawarkan kepada unit surplus. Unit surplus akan menerima pendapatan, dana yang
dihimpun dari unit surplus disalurkan kembali kepada unit defisit dan unit defisit akan
membayar biaya bunga kepada Lembaga keuangan yang menyalurkan dana tersebut Dalam
perkembangannya hingga saat ini, penyaluran dana lembaga keuangan bukan bank untuk
tujuan modal kerja dan konsumsi tidak kalah intensifnya dengan tujuan investasi. Oleh
karena itu dapat dikatakan bahwa lembaga keungan baik bank maupun lembaga keuangan
bukan bank dapat berperan serta secara aktif kepada masyarakat dalam memberikan distribusi
keadilan.

1
RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja tantangan dalam perekonomian global?
2. Apa saja tantangan ekonomi syariah dalam menghadapi masa depan di era
globalisasi ?
3. Bagaimana cara perbankan menghadapi tantangan dalam perekonomian global ?

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penulisan ini adalah untuk menyelesaikan tugas mata kuliah bank dan
Lembaga keuangan lainnnya serta menambah wawasan pembaca tentang system perbankan
yang ada dan tantangan yang di hadapinya dalam perekonomian global. Selain itu diharapkan
hasil dari penelitian ini dapat dijadikan refrensi bagi pembaca tentang apa saja yang berkaitan
dengan baik dan Lembaga keuangan lainnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Tantangan Perbankan dalam menghadapi perekonomian global


Tantangan utama dari ekonomi global bersumber dari pertumbuhan ekonomi
global yang masih belum cukup kuat dan berlanjutnya penurunan harga komoditas
dunia. Sementara itu, meski ketidakpastian pasar keuangan dunia membaik sejalan
dengan menyempitnya divergensi kebijakan moneter antar negara maju, dampak
risiko perekonomian Tiongkok perlu diwaspadai. Meskipun pertumbuhan ekonomi
global diperkirakan membaik, namun masih terdapat risiko pertumbuhan tersebut
menjadi lebih rendah sejalan dengan perekonomian AS yang belum cukup solid dan
perlambatan ekonomi Tiongkok. Normalisasi kebijakan moneter AS diprakirakan
berjalan gradual, sementara Eropa dan Jepang diprakirakan tetap menerapkan
kebijakan Quantitative Easing (QE) sehingga divergensi kebijakan moneter mulai
menyempit. Namun demikian, meski divergensi kebijakan moneter di negara maju
mulai berkurang, kinerja perekonomian Tiongkok yang belum pulih dapat memicu
sentimen negatif investor terhadap negara emerging markets. Hal ini dapat berdampak
pada meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global. Tantangan global lainnya
mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) memberikan peluang sekaligus
tantangan ke depan. Dalam kaitan ini, peluang Indonesia menjadi pemasok dalam
rantai nilai ASEAN dan global cukup besar. Namun demikian, bila produk domestik
tidak mampu bersaing, maka Indonesia hanya akan menjadi pasar bagi produk negara
MEA
Ekonomi global saat ini menghadapi tiga tantangan besar. Demikian terungkap
dalam seminar yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve
Bank of New York (FRBNY) pada 1 Agustus 2016 di Nusa Dua, Bali. Seminar yang
mengambil tema “Managing Stability and Growth under Economic and Monetary
Divergence” tersebut merupakan langkah perwujudan hubungan strategis antara BI
dan FRBNY yang selama ini telah terjalin.
Tiga tantangan kebijakan perekonomian global disampaikan oleh Gubernur
BI, Agus D.W. Martowardojo, dalam pidato pembukanya. Tantangan pertama adalah
bagaimana strategi mengejar target pertumbuhan usai krisis keuangan lobal. Kedua,
bagaimana kebijakan moneter yang optimal dapat ditempuh dalam perekonomian
yang terbuka. Ketiga, bagaimana mencapai stabilitas keuangan di tengah keragaman
(divergensi) kebijakan moneter dunia. Ketiga topik tersebut secara khusus dikupas di
dalam seminar.
Senada dengan pernyataan Gubernur BI, President of FRBNY, William C.
Dudley, menyampaikan mengenai beragamnya kebijakan ekonomi dan moneter yang
didominasi negara-negara ekonomi terbesar di dunia. Beragamnya kebijakan tersebut
dapat menimbulkan risiko tersendiri, yang memberi tantangan bagi otoritas di negara-
negara Timur maupun Barat. Para pembuat kebijakan dipacu untuk menyusun

3
kebijakan yang bertujuan mendukung pertumbuhan dan memitigasi risiko, sekaligus
mempertahankan stabilitas moneter dan keuangan.
Dudley menambahkan bahwa kebijakan moneter tidak bisa statis, namun harus
mampu menyesuaikan dengan kondisi perekonomian. Terdapat dua langkah penting
pengambilan kebijakan moneter. Langkah pertama adalah mempertimbangkan secara
ekspansif ekosistem ekonomi global. Untuk itu, pengambilan kebijakan moneter harus
dilakukan secara cepat. Langkah kedua adalah dengan berkomunikasi secara jelas dan
konsisten.
Penyelenggaran seminar oleh BI dan FRBNY ini merupakan bagian dari
penyelenggaraan pertemuan eksekutif bank sentral Asia Timur dan Pasifik
(Executives' Meeting of East Asia-Pacific Central Banks – EMEAP). Terdapat 11
jurisdiksi yang menjadi anggota EMEAP, yaitu Australia, Selandia Baru, Indonesia,
Thailand, Malaysia, Filipina, Singapura, Hong Kong, Tiongkok, Korea dan Jepang.
Tahun ini, selain menjadi tuan rumah penyelenggaraan EMEAP, Bank
Indonesia berinisiatif menyelenggarakan seminar bersama dengan FRBNY untuk
memperkaya diskusi dan memberi nilai tambah bagi anggota EMEAP.
Dalam seminar, secara umum dibahas mengenai latar belakang pentingnya
penyelenggaraan seminar, yaitu adanya babak baru dalam perkembangan ekonomi
global yang ditandai dengan semakin beragamnya kondisi pemulihan ekonomi dan
kebijakan yang diambil negara-negara di dunia. Selain itu, dibahas pula mengenai
dampak Brexit terhadap perekonomian global dan regional.
Pada akhirnya, seminar ini diharapkan menjadi wadah bertukar pandangan
antara ekonomi maju dan berkembang dalam menghadapi gejolak ekonomi dan
keuangan setelah krisis global. Lebih lanjut, anggota EMEAP dapat mengambil
pelajaran dari negara anggota lainnya untuk memperkuat kerja sama keuangan
kedepan. Melalui seminar ini, ditekankan mengenai pentingnya penyusunan kebijakan
bank sentral yang baik, serta perlunya upaya mengatasi kerentanan dan memperkuat
fondasi sistem keuangan.

B. Tantangan Ekonomi Syariah dalam Menghadapi Masa Depan Indonesia di Era


Globalisasi
Ekonomi syariah berpotensi menggantikan posisi ekonomi konvensional,
namun dalam penerapannya banyak kendala dan tantangan yang dihadapi antara lain
masih diberlakukannya pajak ganda di perbankan syariah; belum siapnya dukungan
SDM ekonomi syariah; tidak ada kurikulum ekonomi syariah di sekolah umum,
sehingga pemahaman, kesadaran serta kepedulian masyarakat rendah; persepsi negatif
sekelompok muslim dan non-muslim yang takut mengaplikasikan hukum syariah
secara kafah; belum kuatnya dukungan parpol Islam untuk menerapkan ekonomi
syariah; meningkatnya apresiasi masyarakat dan kegairahan memperluas pasar
ekonomi syariah belum diikuti dengan edukasi yang memadai;
Menurut identifikasi Bank Indonesia, yang disampaikan pada Seminar Akhir
Tahun Perbankan Syariah 2005, kendala-kendala perkembangan Bank Syariah di
samping imbas kondisi makro ekonomi, juga dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut.
Pertama, jaringan kantor pelayanan dan keuangan Syariah masih relatif terbatas;

4
kedua, sumber daya manusia yang kompeten dan professional masih belum optimal;
ketiga, pemahaman masyarakat terhadap Bank Syariah sudah cukup baik, namun
minat untuk menggunakannya masih kurang; keempat, sinkronisasi kebijakan dengan
institusi pemerintah lainnya berkaitan dengan transaksi keuangan, seperti kebijakan
pajak dan aspek legal belum maksimal; kelima, rezim suku bunga tinggi pada tahun
2005; dan keenam, fungsi sosial Bank Syariah dalam memfasilitasi keterkaitan antara
voluntary sector dengan pemberdayaan ekonomi marginal masih belum optimal.
Untuk mengantisipasi kendala jaringan kantor pelayanan Bank Syariah, pihak BI
yelah membuat regulasi tentang kemungkinan pembukaan layanan Syariah pada
counter-counter Unit Kovensional Bank-Bank yang telah mempunyai Unit Usaha
Syariah melalui PBI No.8/3/ PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006. Dengan demikian,
diharapkan masalah jaringan pelayanan dan keuangan Syariah dapat diatasi karena
masyarakat dapat dilayani dimana saja saat membutuhkan transaksi Bank Syariah.
Bank Indonesia dan para stakeholder yang terlibat lainnya yakin bahwa
pengembangan Bank Syariah dianggap masih mempunyai prospek yang tinggi, jika
kendala jaringan dapat diatasi.
Hal tersebut diyakini karena peluang yang besar dan dapat dilihat dari hal-hal
sebagai berikut. Pertama, respon masyarakat yang antusias dalam melakukan aktivitas
ekonomi dengan menggunakan prinsip-prinsip Syariah; kedua, kecenderungan yang
positif di sektor non-keuangan/ ekonomi, seperti sistem pendidikan, hukum dan lain
sebagainya yang menunjang pengembangan ekonomi Syariah nasional; ketiga,
pengembangan instrumen keuangan Syariah yang diharapkan akan semakin menarik
investor/ pelaku bisnis masuk dan membesarkan industri Perbankan Syariah Nasional;
dan keempat, potensi investasi dari negara-negara Timur Tengah dalam industri
Perbankan Syariah Nasional.
Berkaitan dengan tantangan ekonomi syariah yang harus di hadapi oleh bangsa
Indonesia untuk menuju kemajuan ekonomi syariah adalah sistem kapitalis
khususnya, terlanjur mendominasi sistem perekonomian di dunia bahkan banyak
Negara yang notabene berpenduduk Islam cenderung menggunakan sistem kapitalis
walaupun dalam penerapannya terdapat modifikasi; secara ekonomi dan politik tidak
Negara Islam yang di pandang kuat sehingga sulit untuk membuktikan bahwa sistem
perekonomian Islam lebih unggul daripada kapitalis dan sosialis; dan di antara para
ahli sendiri masih silang pendapat tentang pengertian Sistem Perekonomian Islam. 13
Hal-hal yang perlu diperhatikan ekonomi syariah dalam menghadapi masa depan
Indonesia di Era Globalisasi, diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, penguasaan
teknologi.
Menurut sebagian ekonom perkembangan teknologi merupakan bagian yang
paling penting dari determinan-determinan suatu pembangunan ekonomi. Lebih jauh
lagi Schumpter mengatakan bahwa “Economic Growth does not follow a gradual,
historical and continuous process; it occurs by discontinuous spurts in dynamic world.
This dynamism and discontinuous process is facilitated by innovation leading to
technological change.”14 Islam menganjurkan adanya Inovasi dan perkembangan
teknologi. Hanya saja Islam lebih menekankan Appropritate Technology bukan
sophisticated technology. Suatu hal yang kurang dipahami oleh kebanyakan Negara

5
muslim sehingga mereka banyak dirugikan oleh teknologi bukan mengambil
kemanfaatan darinya. Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam konsep
technological change dari sudut pandang Islam, yaitu (a) Rasulullah SAW perbah
bersabda, ”barangsiapa melakukan suatu inovasi sehingga menemukan sesuatu yang
baik maka baginya pahala dan orang yang mengambil manfaat darinya”; (b) Islam
menyeru untuk melakukan eksplorasi dari apa yang ada di langit dan di bumi untuk
kepentingan manusia. Dalam Qur’an terdapat tanda-tanda (S. AlJaatsiyah (25) : 13,
”dan dia menundukkan untukmu apa yang ada dilangit dan apa yang ada di bumi
semuanya, (sebagai rahmat ) dari-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benarbenar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir”; dan (c)
Islam memberikan proteksi dalam setiap inovasi yang diniati untuk kebaikan.
Hal ini sesuai dengan semangat hadis: “Barang siapa berijtihat dan benar,
maka baginya dua pahala, dan apabila ijtihadnya salah, maka ia mendapat satu
pahala.”15 Kedua, pengembangan UKM yang berbasis syariah. Usaha Kecil dan
Menengah (UKM) dalam ajaran Islam adalah ajaran yang sangat memperhatikan
kepentingan kaum lemah. Dalam QS 59 ayat 7 Allah SWT melarang berputarnya
harta (modal) hanya dikalangan orangorang kaya saja. Berdasarkan ayat ini, maka kita
dapat mengambil pelajaran bahwasanya aktivitas perekonomian hendaknya
melibatkan partisipasi aktif dari kelompok masyarakat kelas menengah kebawah,
yang notabene mereka adalah mayoritas di suatu negara. Tidak hanya didominasi
kelompok-kelompok elite saja.

6
BAB III
KESIMPULAN
Peran lembaga keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank (baik bank sentral, bank
umum konvensional, bank umum syariah, bank perkreditan rakyat konvensional, bank
perkrediran rakyat syariah) maupun lembaga keuangan bukan bank (asuransi, perusahaan
dana pensiun atau taspen, koperasi, pasar modal atau bursa efek, perusahaan anjak piutang
atau factoring , perusahaan modal ventura, pegadaian, perusahaan sewa guna usaha atau
leasing, perusahaan kartu kredit atau kartu plastik, pasar uang, perusahaan pembiayaan
infrastruktur, pembiayaan konsumen) adalah: Menghimpun dana masyarakat; Menyalurkan
dana masyarakat; Pengalihan aset (assets transmutation); Likuiditas (liquidity); Alokasi
pendapatan (income allocation); transaksi atau transaction.

Disamping itu peran lembaga keuangan baik bank maupun lembaga keuangan bukan
bank yang sangat penting dalam memberikan distribusi keadilan kepada masyarakat antara
lain : Berkaitan dengan peranan lembaga keuangan dalam mekanisme pembayaran antar
pelaku ekonomi sebagai akibat transaksi yang mereka lakukan (transmission role), Berkaitan
dengan pemberian fasilitas mengenai aliran dana dari pihak yang kelebihan dana ke pihak
yang membutuhkan dana (intermedition role), Berkaitan dengan peranan lembaga keuangan
dalam mengurangi kemungkinan resiko yang ditanggung pemilik dana penabung.

Faktor yang mendorong peningkatan peran lembaga keuangan Bank dan lembaga
keuangan Bukan Bank dalam memberikan distribusi keadilan masyarakat, antara lain:
Besarnya peningkalan pendapatan masyarakat kelas menengah keluarga dan individu dengan
pendapatan yang cukup terutama dan kalangan menengah memiliki sejumlah bagian
pendapatan untuk ditabung setiap tahunnya; Pesatnya perkembangan industri dan teknologi :
Lembaga keuangan telah memperlihatkan dan memiliki kemampuan untuk memenuhi semua
kebutuhan modal dan dana sektor industri yang biasanya dalam jumlah besar yang bersumber
dan para penabung; Besarnya dominasi instrumen keuangan menyebabkan sulitnya penabung
kecil memperoleh akses.

Oleh karena itu kedepan peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan agar terus
mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan lembaga keuangan bukan bank sejajar
dengan lembaga keuangan bank sehingga masyarakat dapat dimungkinkan agar mendapakan
kesempatan yang luas untuk mendapatkan akses keadilan dalam bidang ekonomi.

7
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Dinamika Hukum Vol. 11 Edisi Khusus Februari 2011

http://dinamikahukum.fh.unsoed.ac.id/index.php/JDH/article/viewFile/264/256. Diakses pada 29


September 2019

https://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_185916.aspx. Diakses pada 29


September 2019

file:///C:/Users/Windows%207/Downloads/6_Bagian_IV.pdf. Diakses pada 29 September 2019

Anda mungkin juga menyukai