Anda di halaman 1dari 15

FENOMENA PANDEMI COVID-19 TERHADAP

PERBANKAN SYARIAH

MAKALAH INI DISUSUN BERTUJUAN UNTUK


MEMENUHI TUGAS BESAR II PERBANKAN SYARIAH

Disusun Oleh:
REZKY CANRO HARAHAP
43118120058

Dosen Penganpu:
Dr. Sudjono, M.Acc

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, karunia,
dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Perilaku
Organisasi. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu Tugas Besar 2.
Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga
kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya,
khususnya bagi mahasiswa.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Tugas Besar ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, kepada sesama pihak utamanya para pembaca yang budiman,
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Tugas Besar ini.
Mudah-mudahan Tugas Besar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Mercu Buana

Billahi fii sabilil haq, fastabiqul khairat, wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta April 2022

Penulis

Rezky Canro Harahap


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perbankan adalah salah satu penggerak primer perekonomian suatu negara yang
mencakup konsumsi, investasi, dan aktivitas ekspor impor. Perbankan pula berperan besar
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada negeri karena pada semua kegiatan ekonomi
terdapat peran perbankan disana. galat satunya menjadi sektor penggerak primer Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, kiprah perbankan menjadi lembaga
intermediary artinya kiprah terbesarnya yang manfaatnya menyalurkan dana asal pihak yang
mengalami surplus pada pihak yang mengalami defisit. apabila kiprah yang sudah disebutkan
tersebut dapat dijalankan secara efisien serta efektif, maka akan bisa menaikkan taraf hidup
orang poly. oleh sebab itu, setiap Perusahaan Bank wajib menjaga dan menaikkan kinerjanya
supaya nilai perusahaan yg dihasilkan maksimal . Pasar modal adalah pasar buat berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif juga instrumen lainnya (Martalena dan Maya
Malinda, 2011). menurut UU nomor 8 Tahun 1995 wacana Pasar kapital, pasar modal artinya
asal pembiayaan dunia usaha dan sebagai sarana investasi bagi para pemodal yang
mempunyai peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
asal penerangan diatas, pasar modal mempunyai kiprah menjadi wahana dua perusahaan
mendapatkan dana asal investor yang kemudian digunakan buat pengembangan usaha, yg
nantinya akan berbagi laba atas untung perusahaan tadi kepada para investor yg sudah
menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Pasar modal di Indonesia adalah Bursa
impak Indonesia (BEI) dapat sebagai media pertemuan berasal investor dan industri
(Rosyadi, 2002)
Pandemi Covid-19 sudah mengakibatkan akibat di perekonomian, tidak terkecuali
sektor perbankan. akibat epidemi ini menyebabkan beberapa negara mengalami krisis
ekonomi bahkan resesi (Wu & Olson, 2020). pada Indonesia sendiri, penyebaran covid-19
termasuk tinggi. Dilansir dari situs WHO di 14 Februari 2021, Indonesia menduduki
peringkat ke-19 sebagai negara menggunakan masalah terbanyak. dengan total perkara
1.210.784. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kepanikan dalam sektor ekonomi dan
keuangan. Dilansir dari situs BPS (Badan pusat Statistik), PDB Indonesia pada kuartal III
minus 3,49 % (year on year/yoy). Hal ini diakibatkan diberlakukannya restriksi sosial serta
penerapan subsidi atau donasi eksklusif tunai yg mengakibatkan aturan yg dikeluarkan lebih
banyak dibandingkan pemasukan, yang akhirnya akan memperbesar hutang negara seperti
mengeluarkan obligasi dunia demi menstabilkan perekonomian Indonesia (Syukra, Ridho,
2020). sesuai Laporan Bank Indonesia dalam Survei aktivitas dunia usaha. kondisi kegiatan
usaha pada masa awal pandemi Covid-19 menunjukkan penurunan yang curam (Gambar 1).
pada triwulan II-2020 terindikasi berasal Saldo bersih Tertimbang (SBT) di nomor -33,75%,
turun lebih pada dibandingkan triwulan I-2020 yaitu -5,56%. Penurunan terjadi pada semua
sektor ekonomi yang didominasi oleh sektor hotel serta restoran, sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan serta sektor jasa-jasa. Melandanya pandemi Covid-19 menyebabkan
penurunan permintaan dan gangguan pasokan.

1.2. Rumusan Masalah

2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kredit bank konvensional sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara profitabilitas bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara DPK bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?

1.3. Tujuan

2. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
3. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kredit bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
4. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara profitabilitas bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
5. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara DPK bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
6. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank syariah
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini bagi berbagai pihak adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Regulator Regulator disini dimaksudkan adalah Pemerintah, Bank Indonesia dan
OJK, dimana dengan adanya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam membantu
evaluasi terhadap regulasi dalam mendongkrak kinerja perbankan di Indonesia akibat
dampak covid-19, sehingga nantinya dapat dievaluasi, apakah kebijakan yang
dikeluarkan dalam menghadapi pandemi Covid-19 sudah efektif atau tidak.
2. Bagi Manajemen Perbankan Hasil penelitian diharapkan mampu membantu membuat
keputusan operasional atau kebijakan keuangan yang efektif bagi para pengelola bank
dalam hal mengevaluasi kinerja bank selama masa pandemi covid-19 ini.
3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini mereka dapat
mengetahui bank mana yang baik dan stabil untuk dititipkan hartanya. Juga beberapa
bank baik baik dari dari bank umum konvensional maupun bank umum syariah sudah
ada yang melakukan public offering. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam hal berinvestasi, agar dapat
membuat keputusan yang tepat bagi investor dalam menanamkan modalnya pada,
bank dari sektor mana yang baik untuk di investasi.
4. Bagi Akademisi Untuk para akademisi terkhusus bagi pengkaji sendiri memberikan
manfaat dalam hal akademis serta memberikan peningkatan pemahaman teori,
mengerti tata cara penulisan yang tepat dan peluang topik penelitian dimasa yang
akan datang bagi akademisi lain, yang membaca penelitian ini.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Grand Theory, Middle Theory, dan Operational Theory

1. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Teori mengenai struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Professor
Franco Modigliani dan Merton Miller yang dikenal dengan teori MM. Teori ini sebagai dasar
dari timbulnya teori – teori modern yang ada dan juga sebagai permulaan untuk menambah
pemahaman kita mengenai struktur modal. Serta mengundang para peneliti lain mencoba
untuk menguji berbagai model teoritis terhadap data untuk mengetahui persis bagaimana
pengaruh dari struktur modal. Weston dan Brigham berpendapat bahwa teori MM
membuktikan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak, maka
nilai perusahaan dapat terus meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang yang
digunakan, dan karena itu nilainya akan mencapai titik maksimum apabila seluruhnya
dibiayai dengan utang. Terdapat beberapa asumsi-asumsi pada teori pendekatan MM yang
dianggap tidak realistis, yang terdiri dari:
1) Tidak ada biaya pialang
2) Tidak ada pajak
3) Tidak ada biaya kebangkrutan
4) Investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama seperti perusahaan
5) Seluruh investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen tentang
peluang investasi perusahaan di masa depan.
6) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang.
Walaupun dengan adanya fakta bahwa sebagian asumsi di atas kenyataannya tidak
realistis, namun hasil tidak relevan yang diperoleh MM memiliki arti yang sangat penting.
Dengan menunjukkan persyaratan yang membuat struktur modal menjadi tidak relevan, maka
MM memberikan kita petunjuk tentang apa yang dibutuhkan jika struktur modal menjadi
relevan dan mempengaruhi nilai suatu perusahaan.

2. Packing Order Theory

Packing oder theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan
untuk mencari tambahan dana internal dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti
menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan asset-asset
lainnya, termasuk dengan menerbitkan dan menjual saham di pasar modal dan juga dana yang
berasal dari laba ditahan. Sumber dana yang berasal dari penjualan saham perusahaan di
pasar modal biasanya dilakukan oleh perusahaan yang ingin go publik.
Teori pecking order merupakan model sruktur modal yang memilki asumsi bahwa
ketika suatu perusahaan menentukan struktur modal yang optimal hal tersebut didasarkan
pada keputusan pendanaan, dimana secara hierarki biaya modal yang paling murah berasal
dari sumber dana internal yang biasanya berasal dari laba ditahan kemudian sumber dana
eksternal yaitu hutang dan saham. Teori ini menyatakan bahwa manajer dalam menentukan
struktur modal perusahaan lebih menyukai pendanaan internal daripada pendanaan eksternal.
Jika perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas paling aman yang memiliki risiko kecil yaitu dengan penerbitan obligasi, kemudian
diikuti oleh sekuritas berkarakteristik opsi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi
akan menerbitkan saham baru.
Pada kebijakan packing order theory artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan
cara mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan.
Dampak apabila teori ini sering dilakukan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan akan
mengalami kekurangan asset karena digunakan untuk membiayai rencana aktivitas
perusahaan baik yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo, maupun yang
akan dating seperti untuk pengembangan produk baru dan ekspansi perusahaan dalam
membuka kantor cabang dan berbagai cabang pembantu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat juga disusun urutan pendanaan bagi perusahaan
syariah. Jika diasumsikan bahwa perusahaan akan berusaha untuk meminimalkan total biaya,
maka urutan pendanaan yang akan dipilih adalah pendanaan mulai dari ekuitas internal,
hutang, ekuitas berbasis mudharabah, dan terakhir ekuitas berbasis musyarakah.

3. Trade Off Theory

Trade off theory adalah struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar
manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi
kebangkrutan. Menurut Mamduh M. Hanafi, terdapat hal-hal yang membuat perusahaan tidak
dapat menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Hal yang terpenting adalah dengan semakin
tingginya utang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Teori trade off
menjelaskan terdapat faktor dalam menentukan struktur modal yang optimal yaitu
penghematan pajak perseorangan atas penggunaan utang, risiko kebangkrutan, biaya
keagenan (agency cost), dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) akibat penggunaan
utang yang disebabkan oleh keputusan struktur modal yang diambil perusahaan sebab biaya
dan manfaat akan saling meniadakan satu sama lain (trade-off). Trade off theory menjelaskan
bahwa struktur modal perusahaan adalah hasil dari keputusan rasional yang mengusahakan
terjadinya keseimbangan antara biaya dan manfaat penggunaan hutang. Manajemen
perusahaan berupaya memaksimalkan nilai perusahaan dengan mencapai rasio hutang yang
optimal, dimana manfaat marjinal dari hutang dapat menutup biaya yang ditimbulkan dari
penerbitan hutang. Dalam trade-off theory, perusahaan memiliki target debt ratio yang
berbeda. Perusahaan dengan tangible assets yang tinggi dan berisiko rendah cenderung
memiliki high target debt ratio, sedangkan perusahaan dengan tangible assets yang rendah
dan berisiko tinggi akan memilih sumber pendanaan selain hutang (low target debt ratio).
Namun, penggunaan utang 100% sulit ditemui dalam praktek, tetapi kenyataanya semakin
banyak utang semakin tinggi risiko yang akan ditanggung perusahaan. Seperti biaya
kebangkrutan, biaya keagenan dan biaya bunga yang semakin besar dan sebagainya. Pada
teori ini, dilakukan pertukaran manfaat pajak dengan potensi kebangkrutan yaitu apabila
perusahaan mengharapkan laba yang besar sebagai akibat penghematan pajak, maka bersiap-
siap menerima risiko biaya dari potensi kebangkrutan.

4. Signaling Theory

Teori signal atau signaling theory adalah perusahaan yang dapat memperoleh
penghasilan yang cederung menambah jumlah hutangnya, karena dengan peningkatan
pendanaan bunga akan diimbangi dengan earning before tax. Sebuah perusahaan dengan
tingkat laba rendah akan cenderung menggunakan sedikit pendanaan melalui hutang. Karena
dengan komposisi hutang yang tinggi akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan
dalam keuangan. Sedangkan perusahaan dengan jumlah laba yang besar cenderung memakai
hutang yang tinggi. Perusahaan ini akan memanfaatkan tingkat bunga sebagai pengurang
pajak atas penghasulan perusahaan yang lebih tinggi. Perusahaan yang rasional akan
menambah pendanaan melalui hutang apabila tingkat hutangnya mampu menambah
penghasilan perusahaan.
Signaling theory juga merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Secara garis besar, pengumuman penawaran saham biasanya dianggap sebagai
suatu sinyal (signal) bahwa prospek perusahaan kurang cerah menurut penilaian
manajemennya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengumumkan suatu
penawaran saham baru, maka yang lebih sering terjadi, harga sahamnya akan mengalami
penurunan. Studi empiris menunjukkan bahwa situasi seperti ini memang benar terjadi.
Berdasarkan teori yang digunakan peneliti teori-teori tersebut bermakna teori umum dan teori
yang dengan indikator penelitian yaitu permodalan maupun likuiditas.

2.2. Studi dan Penelitian Terdahulu

Adapun yang menjadi acuan untuk pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut:
Hani Tahliani, Tantangan perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19, Jurnal
STAI Binamadani Tangerang 2020. Penelitian ini membahas mengenai tantangan perbankan
syariah pada masa pandemi Covid-19 dan peran kebijakan perbankan dalam masa pandemi
untuk menghadapi keadaan ekonomi yang tidak pasti efek pandemi, objek penelitian ini
dengan menggunakan metode kualitatif deskriftif dengan menelaah sumber-sumber tertulis
seperti jurnal ilmiah, buku refrensi, karangan ilmiah serta sumber-sumber lain baik dalam
bentuk tulisan maupun format digital yang relevan serta berhubungan dengan objek kajian
penelitian serta menyiapkan inovasi baru untuk bertahan dari pandemi. Perbedaanya adalah
skripsi yang dibahas kali ini lebih terfokus pada implementasi kebijakan relaksasi
pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah serta tantangan perbangkan syariah dalam
menghadapi Covid-19 di Indonesia, menyesuaikan pola bisnis dengan digitalisasi layanan
bank, baik digitalisasi dalam penghimpunan pembiayaan. Sedangkan skripsi yang dibahas
kali ini terfokus pada imflementasi kebijakan relaksasi pembiayaan sesuai dengan peraturan
Otoritas Jasa Keuangan nomor 11/POJK.03/2020. Mengenai relaksasi pembiayaan terdampak
Covid-19 dan bagaimana memulihkan UMKM pasca pandemi.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Penerapan

Perkembangan Perbankan Syariah: Perbankan syariah mulai diakui eksistensinya pada


saat dikeluarkannya UU No.7 Tahun 1992 tentang bank yang menerapkan konsep bagi hasil,
meskipun tidak disebutkan secara jelas terkait prinsip syariahnya. Semenjak itu Bank
Muamalat yang merupakan bank Islam pertama mulai beroperasi di Indonesia. Eksistensi
perbankan syariah semakin kuat ketika disahkannya UU No.10 Tahun 1998 sebagai
amandemen dari UU No.7 Tahun 1992. Dalam undang-undang yang diperbaharui tersebut
disebutkan secara jelas bahwa Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat yang
beroperasi secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah. Lalu kemudian pada
tahun 2008, disahkannya UU No.21 Tahun 2008 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
tentang Perbankan Islam, dimana regulasi ini yang digunakan sampai saat ini. Dibalik
perkembangan regulasi perbankan syariah, terekam sebuah fakta bahwa kemunculan
perbankan dengan sistem syariah ini sebagai jawaban atas permintaan masyarakat Indonesia
yang menginginkan bank bebas bunga. Akan tetapi setelah dilegalkan beroperasi di Indonesia
pada tahun 1992, perbankan syariah tidak berkembang dengan pesat(Iryana, 2018). Bank
Muamalat Indonesia (BMI) mulai beroperasi. Pendirian Bank Muamalat ini diikuti oleh Bank
Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Namun demikian, keberadaan dua jenis lembaga
keuangan tersebut belum sanggup menjangkau masyarakat Islam lapisan bawah. Oleh karena
itu, dibentuklah lembaga-lembaga keuangan mikro syariah yang disebut Baitul Maal
Wattamwil (BMT)(Nofinawati, 2015). Ada beberapa prinsip konsep Islam.
1) transaksi harus berasaskan manfaat (faedah). Menurut Islam, pemilik harta hanya
boleh mendapat hasil yang merupakan fungsi manfaat dari pemakaian harta tersebut, baik
oleh dirinya sendiri maupun oleh pihak lain.
2) uang diperlukan sebagai sarana pertukaran, karena tidak boleh digunakan sebagai
komoditi. Kepemilikan uang sematamata tidak boleh memberikan tambahan/keuntungan.
3) transaksi harus spesifik dan transparan, karena dalam syariah Islam, transaksi harus
didasarkan pada itikad baik, sehingga tidak boleh terdapat gharar.
4) risiko transaksi harus dikelola dengan baik karena dalam Islam dilarang adanya
maysir (risiko akibat mencari kekayaan yang mudah). Maysir yang terbesar adalah dalam
situasi zero sum game, di mana keuntungan suatu pihak merupakan kerugian pihak lain.
Tindakan ini umumnya disebut sebagai spekulan murni.
5) lembaga keuangan adalah pemegang amanah, karena dalam Islam, lembaga
keuangan hanyalah pihak yang memberikan jasa pengelolaan keuangan sesuai dengan
kesepakatan dengan pemilik dana(Shandy Utama, 2018).
Bank syariah dipengaruhi oleh lima faktor intern maupun ekstern yang saling
mendukung. Kelima faktor tersebut adalah pengurus dan pemilik, nasabah/masyarakat,
kompetitor, regulator/ pengawas dan infrastruktur. Pengurus dan pemilik dituntut memiliki
integritas dan kompetensi, kepatuhan terhadap prinsip syariah, dan kepatuhan terhadap
prundential regulation (prinsip kehati-hatian). Nasabah/masyarakat yang memiliki integritas,
kompetensi, dan loyalitas. Kompetitor/Subtitusi yang terdiri dari perbankan konvensional dan
lembaga keuangan lainnya. Regulator, pengawas, dan badan lainnya yang terdiri BI;
Perijinan, Pengaturan dan Pengawasan, DSN ; fatwa kegiatan usaha dari DPS, IAI, PSAK,
PAPSI, Pedoman Audit, Badan Arbitrasi dan lainlain, dan Infrastruktur yang terdiri dari
kondisi makro ekonomi ; sektor riil, moneter, fiskal dan luar negeri(Alanshori, 2016).

3.2. Perbandingan antara teori/penelitian terdahulu dan praktek

1. Sejarah Bank Syariah Indonesia


Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, memiliki potensi untuk
menjadi yang terdepan dalam industri keuangan Syariah. Meningkatnya kesadaran
masyarakat terhadap halal matter serta dukungan stakeholder yang kuat, merupakan faktor
penting dalam pengembangan ekosistem industri halal di Indonesia. Termasuk di dalamnya
adalah Bank Syariah.
Bank Syariah mempunyai peranan penting sebagai fasilitator pada seluruh aktivitas ekonomi
dalam ekosistem industri halal. Keberadaan industri perbankan Syariah di Indonesia sendiri
telah mengalami peningkatan dan pengembangan yang signifikan dalam kurun tiga dekade
ini. Inovasi produk, peningkatan layanan, serta pengembangan jaringan menunjukkan trend
yang positif dari tahun ke tahun. Bahkan, semangat untuk melakukan percepatan juga
tercermin dari banyaknya Bank Syariah yang melakukan aksi korporasi. Tidak terkecuali
dengan Bank Syariah yang dimiliki Bank BUMN, yaitu Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah,
dan BRI Syariah.
Pada 1 Februari 2021 yang bertepatan dengan 19 Jumadil Akhir 1442 H menjadi penanda
sejarah bergabungnya Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah, dan BRI Syariah menjadi satu
entitas yaitu Bank Syariah Indonesia (BSI). Penggabungan ini akan menyatukan kelebihan
dari ketiga Bank Syariah sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap, jangkauan
lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik. Didukung sinergi dengan
perusahaan induk (Mandiri, BNI, BRI) serta komitmen pemerintah melalui Kementerian
BUMN, Bank Syariah Indonesia didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.
Penggabungan ketiga Bank Syariah tersebut merupakan ikhtiar untuk melahirkan Bank
Syariah yang menjadi kebanggaan umat, yang diharapkan menjadi energi baru pembangunan
ekonomi nasional serta berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat luas. Keberadaan
Bank Syariah Indonesia juga menjadi cerminan wajah perbankan Syariah di Indonesia yang
modern, universal, dan memberikan kebaikan bagi segenap alam (Rahmatan Lil ‘Aalamiin).
2. Perjalanan BSI
Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk. Hery Gunardi dalam laporannya
menyampaikan bahwa integrasi dan peningkatan nilai Bank Syariah Himbara dimulai sejak
awal Maret 2020, memakan waktu sekitar 11 bulan.Dalam kurun waktu tersebut, sambung
Hery, seluruh proses dan rangkaian seperti penandatanganan akta penggabungan atau merger,
penyampaian keterbukaan informasi, dan perolehan izin dari OJK telah berjalan dengan baik
dan sesuai ketentuan.

3. Berdirinya Bank Syariah Indonesia


Pada Tahun 2016, Otoritas Jasa Keuangan menyiapkan peta jalan atau roadmap
pengembangan keuangan syariah. Di Tahun 2019, Otoritas Jasa Keuangan atau OJK
mendorong bank syariah dan unit usaha syariah milik pemerintah berkonsolidasi atau merger
perbankan. Di antaranya PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, PT Bank BRI
Syariah, Unit Usaha Syariah, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. Kemudian Pada
Tanggal 2 Juli 2020, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir berencana
menggabungkan bank syariah BUMN yaitu BRI Syariah, BNI Syariah, BTN Syariah, dan
Mandiri Syariah. Selanjubjutnya Pada Bulan Oktober 2020, Pemerintah secara resmi
mengumumkan rencana merger bank syariah dari tiga bank Himbara yaitu Mandiri Syariah,
BNI Syariah dan BRI Syariah, Pada Tanggal 11 Desember 2020, Konsolidasi bank syariah
Himbara menetapkan nama perusahaan hasil merger menjadi PT Bank Syariah Indonesia
Tbk, di 27 Januari 2021, OJK secara resmi mengeluarkan izin merger usaha tiga bank
syariah. Surat itu terbit dengan Nomor SR-3/PB.1/2021, Pada Tanggal 1 Februari 2021,
Presiden Jokowi 43 meresmikan PT Bank Syariah Indonesia Tbk atau Bank Syariah
Indonesia (BSI)

3.3 Pembahasan

A. Dampak covid-19 terhadap perekonomian di Indonesia.


Pandemi Covid-19 telah menjadi permasalahan serius hampir di seluruh negara di
Duniasaat ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan bahwa jumlah
kematianterkait virus corona di seluruh dunia telah bertambah menjadi 30.105 orang hingga
Minggu(29/3)waktu setempat. Menurut laporan situasi harian WHO seperti dilansir kantor
berita Xinhua, Senin (30/3/2020), total 638.146 kasus coronavirus telah dilaporkan secara
global.
Berdasarkan hal tersebut terdapat beberapa dampak yang disebabkan oleh virus
coronaini. Dampak dari virus ini tidak hanya berdampak dari berbagai sektor, baik itu
kesehatan, sosial, budaya, pariwisata maupun juga ekonomi. Berikut beberapa dampak di
bidang ekonomi dari virus ini yakni :
1) Pertumbuhan ekonomi indonesia bisa minus 0,4. Menteri Keuangan Sri Mulyani
(2020) mengatakan Indonesia cukup terhantamkeras dengan penyebaran virus Corona. Tidak
hanya kesehatan manusia, virus ini jugamengganggu kesehatan ekonomi di seluruh dunia.
Komite Stabilitas Sektor Keuangan(KSSK), kata Ani, memperkirakan pertumbuhan ekonomi
Indonesia dalamskenarioterburuk bisa minus 0,4 persen.Kondisi sekarang ini akan berimbas
pada menurunnyakonsumsi rumah tangga yang diperkirakan 3,2 persen hingga 1,2 persen.
Lebihdari itu, investasi pun akan merosot tajam. Sebelumnya, pemerintah cukup
optimistisbahwa investasi akan tumbuh enam persen. Namun, dengan adanya COVID-19,
diprediksi investasi akan merosot ke level satu persen atau terburuk bisa mencapai minus
empat persen.
2) Penurunan dalam sektor ekspor dan impor. Kegiatan Ekspor diperkirakan
terkoreksi lebih dalam, mengingat sudahsatutahun belakangan ini pertumbuhannya negatif.
Begitu juga dengan impor jugaakantetap negatif pertumbuhannya.
3) Sektor UMKM Sektor UMKM adalah sektor yang juga terpukul. Padahal, selama
ini biasanyamenjadi safety net. Sekarang mengalami pukulan yang sangat besar, karena
adanyarestriksi kegiatan ekonomi dan sosial yang memengaruhi kemampuan UMKM,
yangbiasanya resilient, bisa menghadapi kondisi. Tahun 97-98, justru UMKM masih
resilience. Sekarang ini dalam COVID ini, UMKM terpukul paling depankarenaketiadaan
kegiatan di luar rumah oleh seluruh masyarakat.
4) Nilai tukar Rupiah anjlok terhadap Dolar AS. Nilai tukar rupiah terhadap dolar
Amerika Serikat (AS) berpotensi melemahhingga Rp20.000 per dolar AS akibat wabah
COVID-19. Untuk perkiraanmoderatnya berada di kisaran Rp17.500 per dolar AS.
Hal ini menjadi bagian dari salah satu skenario asumsi makro 2020yangseluruhnya
mengalami perubahan, seperti pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan2,3 persen hingga
minus 0,4 persen. Selain itu, inflasi 5,1 persen serta harga minyakmentah Indonesia yang
anjlok menjadi USD 31 per barel. Penyebablainnyamelemahnya rupiah karena investor panik
sehingga terjadi apa yangdisebut pembalikan modal atau capital outflow. Selama periode
terjadinya pandemi ini antaraJanuari dan Maret 2020 telah terjadi capital outflow
dalamportofolio investasi Indonesia, yang jumlahnya mencapai Rp167,9 triliun, yang menjadi
turunnyanilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.

B. Dampak covid-19 terhadap sektor Bank Syariah serta Antisipasi Dari


Para Ahli
Pandemi Covid-19 ini juga diperkirakan bakal melemahkan sektor perbankandi
Indonesia. Dalam riset yang disampaikan pada Selasa (24/3/2020), lembaga ratingglobal, Fith
Rating baru-baru ini telah merevisi peringkat operasional (operatingenvironment mid-point
score) bank-bank di Indonesia menjadi ‘BB+’ dari sebelumnya ‘BBB-‘. Revisi skor
operational Fitch ini artinya mencerminkanadanyaketidakpastian seputar tingkat keparahan
dan durasi pandemi corona dan dampaknyaterhadap operasional bank-bank di Indonesia.
Menurut J.P Morgan Ada tiga risiko yang membayangi industri perbankandalam masa
pandemi covid-19 yaitu penyaluran kredit, penurunan kualitas aset danpengetatan margin
bunga bersih. Dari ketiga risiko tersebut mari kita analisa apakahbank syariah lebih kuat
dalam menghadapi krisis ekonomi akibat pandemi covid-19dibandingkan bank konvensional
atau malah sebaliknya.
1) Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal ini bank syariah maupun bank
konvensional akan mengalami kondisi yang sama. Baik bank syariah maupun bank
konvensional akansama-sama mengalami pelambatan penyaluran kredit (pembiayaan).
2) Penurunan kualitas aset Dalam hal ini baik bank syariah maupun bank
konvensional akansedikit terbantu dengan adanya POJK No.11/POJK.03/2020. POJKtersebut
akanmembantu bank syariah maupun bank konvensional terutama dalampencadangan
penyisihan penghapusan aktiva produktif. Bank syariahdiprediksi akan memiliki keunggulan
dibandingkan dengan bank konvensional.
3) Pengetatan margin bunga bersih Hal tersebut dikarenaka bank syariah
menggunakan sistimbagi hasil seperti yang disampaikan dalam penjelasan di atas. Dengan
sistimbagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas krisis akibat pandemi covid-19
ini akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat pembayaranbagi hasil juga
akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang diperolehbank syariah.
Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang mana disaat pendapatan bunga kredit
menurun tidak diikuti dengan penurunan biaya bungauntuk deposan, inilah yang akan
menjadi permaslahan serius dari bankkonvensional.
Dengan adanya factor-faktor tersebut yaitu saat perbankan nasional diprediksi akan
mengalami depresi akibat pandemi covid-19. dalam bank syariah ada beberapahal
keunggulan terhadap bank konvensional sehingga bisa menjadi solusi yangterhadap pandemi
covid-19, yakni : Di saat perbankan nasional diprediksi akanmengalami depresi akibat
pandemi covid-19, bank syariah memiliki kelebihandengankonsep bagi hasilnya untuk bisa
satu level lebih kokoh dalammenghadapi krisis. Keunggulan disaat masa-masa sulit ini
tentunya menjadi peluang yang bagus untukpenguatan market share bank syariah.
Melihat tiga risiko yang akan dihadapi oleh perbankan seperti disampaikanoleh JP
Morgan di atas maka bank syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi
covid-19. Melakukan ekspansi yang terukur ke segmen digital adalahopsi yang cukup
menantang yang bisa diambil oleh bank syariah.
Philip Kotler dan Hermawan Kertajaya menjelaskan bahwa globalisasi
telahmenciptakan lapangan permainan yang sepadan. Daya saing perusahaan tidakakanlagi
ditentukan oleh ukuran, negara asal, atau keunggulan di masa lalu mereka. Disampaikan juga
bahwa saat ini pengaruh kesesuaian sosial semakin meningkat, pendapat semakin peduli
dengan pendapat orang lain. Para pelanggan juga berbagi pendapat mereka dan
mengumpulkan sejumlahulasan besar. Secara bersama-sama pelanggan melukis gambar
perusahaan danmerekmereka sendiri, yang kerap sangat berbeda dari citra yang hendak
dproyeksikanolehperusahaan sam merek. Internet, terutama media sosial, memfasilitasi
pergeseranbesar ini dengan menyediakan platform dan alatnya.
Fenomena Work From Home (WFH) selama masa pandemi covid-19ini bisadijadikan
momentum bank syariah untuk melatih pegawainya menjadi marketingdigital yang handal.
Keahlian pegawai bank syariah dalam marketing digital akanmenjadi diferensiasi. Hal ini
juga harus diimbangi dengan produk-produk digital yangyang menarik bagi para customer.
Apabila bank syariah bisa mengoptimalkanpotensi pegawainya untuk melakukan pemasaran
4.0 serta didukung dengan produk-produkdigital perbankan syariah yang handal, maka bukan
tidak mungkin akanterjadi penambahan Market Share yang signifikan terhadap perbankan
syariah di Indonesia.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Perbankan syariah harus bisa menghadapi dampak dari Covid-19 terhadap


perkembangan dan prospek perbankan syariah ini dalam dampaknya bagi perkembangan
perbankan syariah yakni :
1) Penyaluran kredit (pembiayaan) Dalam hal ini bank syariah maupun bank konvensional
akan mengalami kondisi yang sama.
2) Penurunan kualitas aset Dalam hal ini baik bank syariah maupun bank konvensional
akansedikit terbantu dengan adanya POJK No.11/POJK.03/2020.
Dengan sistimbagi hasil maka kondisi neraca bank syariah pada mas krisis akibat
pandemi covid-19 ini akan elastis karena besarnya biaya yang diperuntukkan buat
pembayaranbagi hasil juga akan ikut menurun dengan penurunan pendapatan yang
diperolehbank syariah.
Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang mana disaat pendapatan bunga kredit
menurun tidak diikuti dengan penurunan biaya bungauntuk deposan, inilah yang akan
menjadi permaslahan serius dari bankkonvensional.
Melihat tiga risiko yang akan dihadapi oleh perbankan seperti disampaikanoleh JP
Morgan di atas maka bank syariah harus jeli untuk menentukan strategi di tengah pandemi
covid-19. Melakukan ekspansi yang terukur ke segmen digital adalahopsi yang cukup
menantang yang bisa diambil oleh bank syariah.
Apabila bank syariah bisa mengoptimalkanpotensi pegawainya untuk melakukan
pemasaran 4.0 serta didukung dengan produk-produkdigital perbankan syariah yang handal,
maka bukan tidak mungkin akanterjadi penambahan Market Share yang signifikan terhadap
perbankan syariah di Indonesia.

4.2. Saran

Adapun beberapa saran yang dapat penulis berikan:


1. Kebijakan relaksasi yang dijalankan Bank Syariah Indonesia sudah cukup baik,
namun Bank syariah Indonesia Bengkulu harus lebih menyiapkan strategi yang lebih
tepat kedepan apabila terjadi pandemi atau force majeure lagi.
2. Lebih meningkatkan kembali sumber daya manusia yang ada di Bank Syariah
Indonesia, terlihat saat nasabah pembiayaan mengajukan relaksasi tim verifikasi dari
Bank Syariah Indonesia sedikit kurang cepat tanggap karena keterbatasan karyawan
itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Alamsyah, H. (2015) ‘Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia’, pp. 1–8.

Alanshori, M. Z. (2016) ‘PERKEMBANGAN, TANTANGAN, DAN PELUANG BANK


SYARIAH’, JES (Jurnal Ekonomi Syariah), 1(1), pp. 127–139.

Azhari, A. R. and Wahyudi, R. (2020) ‘Analisis Kinerja Perbankan Syariah di Indonesia :


Studi Masa Pandemi Covid-19’, Jurnal Ekonomi Syariah Indonesia, 10(2), pp. 22–38.
doi: 10.21927/jesi.v10i2.1462.

Fasa, M. I. (2013) ‘Tantangan Dan Strategi Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia’,


Jurnal EKONOMI ISLAM, 2(1), pp. 19–40.

Apriyanti, Hani Werdi, “Perkembangan Indusrti Perbankan Syariah di Indonesia:


Analisis Peluang dan Tantangan”, Jurnal Maksimum, Vol. 1. No. 1, September 2017

Iryana (2018) ‘Perkembangan Perbankan Syariah Di Indonesia Dan Keberadaannya Sebagai


Solusi’, p. 121.

Anda mungkin juga menyukai