PERBANKAN SYARIAH
Disusun Oleh:
REZKY CANRO HARAHAP
43118120058
Dosen Penganpu:
Dr. Sudjono, M.Acc
Puji syukur kehadiratan Allah SWT yang telah menganugerahkan rahmat, karunia,
dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah Perilaku
Organisasi. Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu Tugas Besar 2.
Dalam kesempatan ini Penulis tidak lupa mengucapkan Terima Kasih kepada Dosen
pembimbing serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran perbaikan dari semua pihak yang terkait. Sehingga
kekurangan yang ada dapat diperbaiki dan disempurnakan. Dalam penyusunan makalah ini,
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat sebagaimana mestinya,
khususnya bagi mahasiswa.
Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Tugas Besar ini masih jauh dari
kesempurnaan oleh karena itu, kepada sesama pihak utamanya para pembaca yang budiman,
penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikannya demi kesempurnaan Tugas Besar ini.
Mudah-mudahan Tugas Besar yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak
utamanya kepada almamater kampus biru Universitas Mercu Buana
Penulis
PENDAHULUAN
Perbankan adalah salah satu penggerak primer perekonomian suatu negara yang
mencakup konsumsi, investasi, dan aktivitas ekspor impor. Perbankan pula berperan besar
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi pada negeri karena pada semua kegiatan ekonomi
terdapat peran perbankan disana. galat satunya menjadi sektor penggerak primer Produk
Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Selain itu, kiprah perbankan menjadi lembaga
intermediary artinya kiprah terbesarnya yang manfaatnya menyalurkan dana asal pihak yang
mengalami surplus pada pihak yang mengalami defisit. apabila kiprah yang sudah disebutkan
tersebut dapat dijalankan secara efisien serta efektif, maka akan bisa menaikkan taraf hidup
orang poly. oleh sebab itu, setiap Perusahaan Bank wajib menjaga dan menaikkan kinerjanya
supaya nilai perusahaan yg dihasilkan maksimal . Pasar modal adalah pasar buat berbagai
instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik surat utang (obligasi),
ekuiti (saham), reksadana, instrumen derivatif juga instrumen lainnya (Martalena dan Maya
Malinda, 2011). menurut UU nomor 8 Tahun 1995 wacana Pasar kapital, pasar modal artinya
asal pembiayaan dunia usaha dan sebagai sarana investasi bagi para pemodal yang
mempunyai peranan yang strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
asal penerangan diatas, pasar modal mempunyai kiprah menjadi wahana dua perusahaan
mendapatkan dana asal investor yang kemudian digunakan buat pengembangan usaha, yg
nantinya akan berbagi laba atas untung perusahaan tadi kepada para investor yg sudah
menanamkan modalnya ke perusahaan tersebut. Pasar modal di Indonesia adalah Bursa
impak Indonesia (BEI) dapat sebagai media pertemuan berasal investor dan industri
(Rosyadi, 2002)
Pandemi Covid-19 sudah mengakibatkan akibat di perekonomian, tidak terkecuali
sektor perbankan. akibat epidemi ini menyebabkan beberapa negara mengalami krisis
ekonomi bahkan resesi (Wu & Olson, 2020). pada Indonesia sendiri, penyebaran covid-19
termasuk tinggi. Dilansir dari situs WHO di 14 Februari 2021, Indonesia menduduki
peringkat ke-19 sebagai negara menggunakan masalah terbanyak. dengan total perkara
1.210.784. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan kepanikan dalam sektor ekonomi dan
keuangan. Dilansir dari situs BPS (Badan pusat Statistik), PDB Indonesia pada kuartal III
minus 3,49 % (year on year/yoy). Hal ini diakibatkan diberlakukannya restriksi sosial serta
penerapan subsidi atau donasi eksklusif tunai yg mengakibatkan aturan yg dikeluarkan lebih
banyak dibandingkan pemasukan, yang akhirnya akan memperbesar hutang negara seperti
mengeluarkan obligasi dunia demi menstabilkan perekonomian Indonesia (Syukra, Ridho,
2020). sesuai Laporan Bank Indonesia dalam Survei aktivitas dunia usaha. kondisi kegiatan
usaha pada masa awal pandemi Covid-19 menunjukkan penurunan yang curam (Gambar 1).
pada triwulan II-2020 terindikasi berasal Saldo bersih Tertimbang (SBT) di nomor -33,75%,
turun lebih pada dibandingkan triwulan I-2020 yaitu -5,56%. Penurunan terjadi pada semua
sektor ekonomi yang didominasi oleh sektor hotel serta restoran, sektor industri pengolahan,
sektor perdagangan serta sektor jasa-jasa. Melandanya pandemi Covid-19 menyebabkan
penurunan permintaan dan gangguan pasokan.
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kredit bank konvensional sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
4. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara profitabilitas bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
5. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara DPK bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
6. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19?
1.3. Tujuan
2. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
3. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kredit bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
4. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara profitabilitas bank konvensional
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
5. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara DPK bank syariah sebelum
pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
6. Mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara kualitas aset bank syariah
sebelum pandemi Covid-19 dan selama pandemi Covid-19
1.4. Manfaat
Adapun manfaat dari dilaksanakannya penelitian ini bagi berbagai pihak adalah
sebagai berikut :
1. Bagi Regulator Regulator disini dimaksudkan adalah Pemerintah, Bank Indonesia dan
OJK, dimana dengan adanya hasil penelitian ini dapat bermanfaat dalam membantu
evaluasi terhadap regulasi dalam mendongkrak kinerja perbankan di Indonesia akibat
dampak covid-19, sehingga nantinya dapat dievaluasi, apakah kebijakan yang
dikeluarkan dalam menghadapi pandemi Covid-19 sudah efektif atau tidak.
2. Bagi Manajemen Perbankan Hasil penelitian diharapkan mampu membantu membuat
keputusan operasional atau kebijakan keuangan yang efektif bagi para pengelola bank
dalam hal mengevaluasi kinerja bank selama masa pandemi covid-19 ini.
3. Bagi Masyarakat Bagi masyarakat, dengan adanya penelitian ini mereka dapat
mengetahui bank mana yang baik dan stabil untuk dititipkan hartanya. Juga beberapa
bank baik baik dari dari bank umum konvensional maupun bank umum syariah sudah
ada yang melakukan public offering. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini
diharapkan mampu memberikan kontribusi positif dalam hal berinvestasi, agar dapat
membuat keputusan yang tepat bagi investor dalam menanamkan modalnya pada,
bank dari sektor mana yang baik untuk di investasi.
4. Bagi Akademisi Untuk para akademisi terkhusus bagi pengkaji sendiri memberikan
manfaat dalam hal akademis serta memberikan peningkatan pemahaman teori,
mengerti tata cara penulisan yang tepat dan peluang topik penelitian dimasa yang
akan datang bagi akademisi lain, yang membaca penelitian ini.
BAB II
LANDASAN TEORI
Teori mengenai struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Professor
Franco Modigliani dan Merton Miller yang dikenal dengan teori MM. Teori ini sebagai dasar
dari timbulnya teori – teori modern yang ada dan juga sebagai permulaan untuk menambah
pemahaman kita mengenai struktur modal. Serta mengundang para peneliti lain mencoba
untuk menguji berbagai model teoritis terhadap data untuk mengetahui persis bagaimana
pengaruh dari struktur modal. Weston dan Brigham berpendapat bahwa teori MM
membuktikan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangkan dalam penghitungan pajak, maka
nilai perusahaan dapat terus meningkat sejalan dengan makin besarnya jumlah hutang yang
digunakan, dan karena itu nilainya akan mencapai titik maksimum apabila seluruhnya
dibiayai dengan utang. Terdapat beberapa asumsi-asumsi pada teori pendekatan MM yang
dianggap tidak realistis, yang terdiri dari:
1) Tidak ada biaya pialang
2) Tidak ada pajak
3) Tidak ada biaya kebangkrutan
4) Investor dapat meminjam dengan suku bunga yang sama seperti perusahaan
5) Seluruh investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen tentang
peluang investasi perusahaan di masa depan.
6) EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan hutang.
Walaupun dengan adanya fakta bahwa sebagian asumsi di atas kenyataannya tidak
realistis, namun hasil tidak relevan yang diperoleh MM memiliki arti yang sangat penting.
Dengan menunjukkan persyaratan yang membuat struktur modal menjadi tidak relevan, maka
MM memberikan kita petunjuk tentang apa yang dibutuhkan jika struktur modal menjadi
relevan dan mempengaruhi nilai suatu perusahaan.
Packing oder theory merupakan suatu kebijakan yang ditempuh oleh suatu perusahaan
untuk mencari tambahan dana internal dengan cara menjual asset yang dimilikinya. Seperti
menjual gedung (build), tanah (land), peralatan (inventory) yang dimilikinya dan asset-asset
lainnya, termasuk dengan menerbitkan dan menjual saham di pasar modal dan juga dana yang
berasal dari laba ditahan. Sumber dana yang berasal dari penjualan saham perusahaan di
pasar modal biasanya dilakukan oleh perusahaan yang ingin go publik.
Teori pecking order merupakan model sruktur modal yang memilki asumsi bahwa
ketika suatu perusahaan menentukan struktur modal yang optimal hal tersebut didasarkan
pada keputusan pendanaan, dimana secara hierarki biaya modal yang paling murah berasal
dari sumber dana internal yang biasanya berasal dari laba ditahan kemudian sumber dana
eksternal yaitu hutang dan saham. Teori ini menyatakan bahwa manajer dalam menentukan
struktur modal perusahaan lebih menyukai pendanaan internal daripada pendanaan eksternal.
Jika perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal maka perusahaan akan menerbitkan
sekuritas paling aman yang memiliki risiko kecil yaitu dengan penerbitan obligasi, kemudian
diikuti oleh sekuritas berkarakteristik opsi, baru akhirnya apabila masih belum mencukupi
akan menerbitkan saham baru.
Pada kebijakan packing order theory artinya perusahaan melakukan kebijakan dengan
cara mengurangi kepemilikan asset yang dimilikinya karena dilakukan kebijakan penjualan.
Dampak apabila teori ini sering dilakukan oleh suatu perusahaan, maka perusahaan akan
mengalami kekurangan asset karena digunakan untuk membiayai rencana aktivitas
perusahaan baik yang sedang seperti untuk membayar utang yang jatuh tempo, maupun yang
akan dating seperti untuk pengembangan produk baru dan ekspansi perusahaan dalam
membuka kantor cabang dan berbagai cabang pembantu.
Berdasarkan uraian di atas, dapat juga disusun urutan pendanaan bagi perusahaan
syariah. Jika diasumsikan bahwa perusahaan akan berusaha untuk meminimalkan total biaya,
maka urutan pendanaan yang akan dipilih adalah pendanaan mulai dari ekuitas internal,
hutang, ekuitas berbasis mudharabah, dan terakhir ekuitas berbasis musyarakah.
Trade off theory adalah struktur modal yang menyatakan bahwa perusahaan menukar
manfaat pajak dari pendanaan utang dengan masalah yang ditimbulkan oleh potensi
kebangkrutan. Menurut Mamduh M. Hanafi, terdapat hal-hal yang membuat perusahaan tidak
dapat menggunakan utang sebanyak-banyaknya. Hal yang terpenting adalah dengan semakin
tingginya utang, akan semakin tinggi kemungkinan kebangkrutan. Teori trade off
menjelaskan terdapat faktor dalam menentukan struktur modal yang optimal yaitu
penghematan pajak perseorangan atas penggunaan utang, risiko kebangkrutan, biaya
keagenan (agency cost), dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) akibat penggunaan
utang yang disebabkan oleh keputusan struktur modal yang diambil perusahaan sebab biaya
dan manfaat akan saling meniadakan satu sama lain (trade-off). Trade off theory menjelaskan
bahwa struktur modal perusahaan adalah hasil dari keputusan rasional yang mengusahakan
terjadinya keseimbangan antara biaya dan manfaat penggunaan hutang. Manajemen
perusahaan berupaya memaksimalkan nilai perusahaan dengan mencapai rasio hutang yang
optimal, dimana manfaat marjinal dari hutang dapat menutup biaya yang ditimbulkan dari
penerbitan hutang. Dalam trade-off theory, perusahaan memiliki target debt ratio yang
berbeda. Perusahaan dengan tangible assets yang tinggi dan berisiko rendah cenderung
memiliki high target debt ratio, sedangkan perusahaan dengan tangible assets yang rendah
dan berisiko tinggi akan memilih sumber pendanaan selain hutang (low target debt ratio).
Namun, penggunaan utang 100% sulit ditemui dalam praktek, tetapi kenyataanya semakin
banyak utang semakin tinggi risiko yang akan ditanggung perusahaan. Seperti biaya
kebangkrutan, biaya keagenan dan biaya bunga yang semakin besar dan sebagainya. Pada
teori ini, dilakukan pertukaran manfaat pajak dengan potensi kebangkrutan yaitu apabila
perusahaan mengharapkan laba yang besar sebagai akibat penghematan pajak, maka bersiap-
siap menerima risiko biaya dari potensi kebangkrutan.
4. Signaling Theory
Teori signal atau signaling theory adalah perusahaan yang dapat memperoleh
penghasilan yang cederung menambah jumlah hutangnya, karena dengan peningkatan
pendanaan bunga akan diimbangi dengan earning before tax. Sebuah perusahaan dengan
tingkat laba rendah akan cenderung menggunakan sedikit pendanaan melalui hutang. Karena
dengan komposisi hutang yang tinggi akan menyebabkan perusahaan mengalami kesulitan
dalam keuangan. Sedangkan perusahaan dengan jumlah laba yang besar cenderung memakai
hutang yang tinggi. Perusahaan ini akan memanfaatkan tingkat bunga sebagai pengurang
pajak atas penghasulan perusahaan yang lebih tinggi. Perusahaan yang rasional akan
menambah pendanaan melalui hutang apabila tingkat hutangnya mampu menambah
penghasilan perusahaan.
Signaling theory juga merupakan suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan
yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek
perusahaan. Secara garis besar, pengumuman penawaran saham biasanya dianggap sebagai
suatu sinyal (signal) bahwa prospek perusahaan kurang cerah menurut penilaian
manajemennya. Hal ini menunjukkan bahwa ketika perusahaan mengumumkan suatu
penawaran saham baru, maka yang lebih sering terjadi, harga sahamnya akan mengalami
penurunan. Studi empiris menunjukkan bahwa situasi seperti ini memang benar terjadi.
Berdasarkan teori yang digunakan peneliti teori-teori tersebut bermakna teori umum dan teori
yang dengan indikator penelitian yaitu permodalan maupun likuiditas.
Adapun yang menjadi acuan untuk pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut:
Hani Tahliani, Tantangan perbankan syariah dalam menghadapi pandemi Covid-19, Jurnal
STAI Binamadani Tangerang 2020. Penelitian ini membahas mengenai tantangan perbankan
syariah pada masa pandemi Covid-19 dan peran kebijakan perbankan dalam masa pandemi
untuk menghadapi keadaan ekonomi yang tidak pasti efek pandemi, objek penelitian ini
dengan menggunakan metode kualitatif deskriftif dengan menelaah sumber-sumber tertulis
seperti jurnal ilmiah, buku refrensi, karangan ilmiah serta sumber-sumber lain baik dalam
bentuk tulisan maupun format digital yang relevan serta berhubungan dengan objek kajian
penelitian serta menyiapkan inovasi baru untuk bertahan dari pandemi. Perbedaanya adalah
skripsi yang dibahas kali ini lebih terfokus pada implementasi kebijakan relaksasi
pembiayaan yang dilakukan perbankan syariah serta tantangan perbangkan syariah dalam
menghadapi Covid-19 di Indonesia, menyesuaikan pola bisnis dengan digitalisasi layanan
bank, baik digitalisasi dalam penghimpunan pembiayaan. Sedangkan skripsi yang dibahas
kali ini terfokus pada imflementasi kebijakan relaksasi pembiayaan sesuai dengan peraturan
Otoritas Jasa Keuangan nomor 11/POJK.03/2020. Mengenai relaksasi pembiayaan terdampak
Covid-19 dan bagaimana memulihkan UMKM pasca pandemi.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Penerapan
3.3 Pembahasan
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
4.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alamsyah, H. (2015) ‘Perkembangan dan Prospek Perbankan Syariah Indonesia’, pp. 1–8.