MIRKRO DI INDONESIA
OLEH
SAMUEL SIBARANI
202001030039
JANJI DAN BAHAYA LEMBAGA KEUANGAN
MIKRO DI INDONESIA
Jay K.Rosengard*
PENDAHULUAN:
Setelah krisis moneter dan ekonomi tahun 1997 di Asia Timur, para bankir sentral
di seluruh kawasan mencoba mengurangi risiko kegagalan bank di masa depan dengan
mengumumkan serangkaian reformasi peraturan. Asumsi utama di balik reformasi adalah
bahwa lembaga keuangan yang lebih besar lebih aman daripada yang lebih kecil, dan bahwa
praktik perbankan tradisional kurang berisiko daripada layanan keuangan non-konvensional.
Indonesia tidak terkecuali dengan tren reregulasi sektor keuangan. Ini berarti bahwa
lembaga keuangan berbasis masyarakat yang relatif kecil diperintahkan untuk bergabung
menjadi entitas yang lebih besar dan terpusat, dan bahwa layanan keuangan mikro yang
inovatif dipandang dengan kecurigaan dan permusuhan
Penelitian untuk artikel ini ditugaskan oleh badan bantuan Jerman GTZ GmbH. Para
penulis berterima kasih kepada Dr Alfred Hannig, Dr Dominique Gallman dan Ibu Aimee
Patalle atas dukungan mereka yang baik untuk pekerjaan ini; pimpinan dan staf Kantor
Wilayah Bank Indonesia atas masukan dan bantuannya dalam mengatur wawancara dengan
lembaga keuangan daerah; dan manajemen dan staf bank pembangunan provinsi dan lembaga
keuangan mikro atas waktu dan kesabaran mereka. Akhirnya, penulis ingin menyampaikan
penghargaan mereka kepada editor dan dua wasit anonim atas komentar mereka yang
bermanfaat. Kami bertanggung jawab penuh atas kesalahan yang tersisa.
Dalam referensi jurnal penelitian utama yang berjudul Digitalization and Labor
Market—A Perspective within the Framework of Pandemic Crisis tahun 2021, variable yang
mereka gunakan berasal dari DESI (Digital Economy and Society Index), yang mengukur
kinerja digital UE (Uni Eropa). Menurut European Commission Digital Agenda ada beberapa
indikator yang menangkap lima dimensi utama yaitu Connectivity, Human Capital, Use of
Internet, Integration of Digital Technology, Digital Public Services. Kelima dimensi ini
menilai status informasi masyarakat Eropa. Penulis mencoba mencari data dengan sampel
negara ASEAN, namun DESI (Digital Economy and Society Index) hanya menampilkan data
dari negara Eropa saja maka dari itu penulis mencari data yang serupa dengan data pada
jurnal penelitian utama dengan sumber lainnya.
Penelitian ini bisa bermanfaat untuk memperbanyak dan memperkaya literatur ilmiah
mengenai Lembaga Keuangan Mikro dimana literatur ilmiah dengan tema Janii Bahaya
Lembaga Keuangan Mikro belum beredar banyak serta literatur ilmiah ini bisa digunakan
sebagai referensi kedepannya jika ingin dikembangkan lagi dengan menambahkan variable-
variable yang lebih lengkap. Keunggulan dalam penelitian ini bisa merujuk pada jurnal
penelitian utama dimana para penulisnya menemukan bahwa tingkat gaji dan upah sangat
berkorelasi dengan kemahiran digital dan penggunaan Internet serta upaya yang konsisten
untuk meningkatkan keterampilan digital individu mungkin diperlukan untuk mencapai pasar
tenaga kerja yang lebih efektif dan fleksibel di wilayah Eropa, dari hasil penelitian mereka
memotivasi penulis untuk mecoba apakah metode atau cara penelitian mereka bisa digunakan
di wilayah ASEAN untuk mencari tahu apakah efisiensi digitalisasi selama pandemi bisa
mempengaruhi pasar tenaga kerja di ASEAN dan dari hasil penelitian ini nantinya mungkin
bisa digunakan untuk bagi pemerintah untuk membuat kebijakan kedepannya. Data yang
digunakan untuk penelitian ini berbeda dari referensi jurnal utama sehingga penelitian ini asli
dari penulis, penulis berharap penelitian ini mampu memberikan wawasan terkait
perkembangan digitalisasi di era pandemi dan kedepannya.
Tujuan Penelitian :
2. Untuk memberikan saran tentang bagaimana pelajaran dari pencapaian dan kegagalan
GMFI dan VMFI di masa lalu dapat digunakan untuk memandu upaya saat ini untuk
memperluas cakupan lembaga keuangan formal, terutama di provinsi yang belum
memiliki lembaga tersebut.