Anda di halaman 1dari 29

UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN ANTARA FINANCIAL LITERACY, ACCESS TO


FINANCE, TERHADAP GROWTH DARI USAHA MIKRO,
KECIL, DAN MENENGAH DI DKI JAKARTA, INDONESIA

PROPOSAL SKRIPSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS INDONESIA
2023
2

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pertumbuhan ekonomi suatu negara ditopang oleh usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM), terutama untuk negara berkembang, yang memiliki peran
lebih penting dalam mendorong pembangunan ekonomi (Bongomin, Ntayi, &
Munene, 2017). Situasi serupa juga terjadi pada UMKM di Indonesia. Peran
UMKM sangat besar untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan
kontribusi terhadap PDB mencapai 60,5% serta terhadap penyerapan tenaga kerja
adalah 96,9% dari total penyerapan tenaga kerja nasional (Kementerian
Koordinator Perekonomian RI, 2022). Hal ini membuat UMKM berperan penting
untuk mendorong perekonomian Indonesia ditengah ancaman resesi tahun 2023
ini (Rosana, 2022).

Grafik 1.1 Kontribusi UMKM terhadap PDB Indonesia tahun Jakarta


Sumber : Lokadata, 2022

Namun, dengan kontribusinya terhadap perkembangan perekonomian


Indonesia, UMKM masih memiliki permasalahan mendasar terkait pengelolaan
keuangan. Peran UMKM dalam pembangunan ekonomi dibatasi oleh kurangnya
akses ke layanan keuangan, terutama dari lembaga keuangan formal (Beck et al.,

Universitas Indonesia
3

2008). Hal ini disebabkan rendahnya tingkat literasi keuangan di kalangan pemilik
dan pengelola UMKM. UMKM pada dasarnya gesit, cepat tanggap terhadap
perubahan dan beradaptasi dengan inovasi (Audretsch et al., 2009; Carter dan
Jones-Evans, 2009). Sifat inovatif dari UKM (Fuelhart dan Glasmeier, 2003;
Maxwell dan Stone, 2004) melengkapi perusahaan besar karena mereka sangat
penting untuk perekonomian yang makmur (Beck et al., 2006; Salavou et al.,
2004). Namun, pentingnya UMKM sering terabaikan di negara berkembang
(Samujh, 2011), sedangkan di negara maju, seperti Inggris, peran dan pentingnya
UKM telah diakui sejak laporan Komite MacMillan pada tahun 1931, terutama
isu-isu terkait akses ke keuangan, dan kemudian oleh Hamilton dan Fox (1998).
Pemerintah (terutama karena alasan politik) dan akademisi terus menegaskan
bahwa terdapat “MacMillan Gap” (Storey, 1994) – ketidakmampuan untuk
mengumpulkan modal yang memadai untuk beroperasi secara efisien, yang
menghambat start-up, pertumbuhan, dan inovasi UMKM. “Kesenjangan” ini
seringkali dikaitkan dengan keengganan pihak penawaran untuk meminjamkan
karena risiko gagal bayar yang tinggi.
Di Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya, tingkat kegagalan
UMKM cukup tinggi, dimana tercatat rata-rata 50% - 60% UMKM menghentikan
usahanya dalam tiga tahun pertama (Wirasasmita, 2022). Hal ini karena struktur
modal yang tidak optimal akibat keengganan dari pihak pembiayaan eksternal
untuk memberikan pinjaman atau kredit karena adanya informasi asimetris atau
rendahnya literasi keuangan pelaku UMKM yang menjadikan tingginya risiko
gagal bayar jika kredit diberikan (SUMBER, JADIIN JURNAL ACUAN AJA).
Ketiadaan atau terbatasnya ketersediaan informasi keuangan yang memadai
membatasi penyedia utang untuk menilai risiko secara memadai, mengarahkan
mereka untuk membuat keputusan pemberian pinjaman yang merugikan (Akerlof,
1970). Untuk mengurangi asimetri informasi, pemberi pinjaman sering mencari
agunan (Imronudin dan Hussain, 2016; Cowling et al., 2016; Deakins dan
Hussain, 1994; Fletcher, 1995) dan menetapkan biaya yang lebih tinggi (Berger
dan Udell, 1995). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas informasi
keuangan guna membantu pengambilan keputusan keuangan yang efektif,
diperlukan peningkatan literasi keuangan agar pemilik/pengelola UMKM dapat

Universitas Indonesia
4

menyiapkan informasi keuangan yang relevan dan tepat waktu agar pemberi
pinjaman dapat menganalisis dan membuat keputusan keuangan yang efektif. Hal
serupa juga dikemukakan oleh (Carbó!Valverde et al., 2016), dimana UMKM
pada umumnya dicirikan oleh pengetahuan keuangan dan manajerial yang buruk
dan hal itu memengaruhi akses mereka ke keuangan eksternal. Selain itu,
keterampilan keuangan yang terbatas juga berdampak negatif pada peluang
UMKM untuk bertahan, betumbuh dan berinovasi.
Dengan demikian, untuk memitigasi risiko dan mengoptimalkan potensi
UKM, disarankan agar akses keuangan ditingkatkan karena hal itu akan secara
positif memengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (Storey,
1994). Hubungan ini memperkuat kebutuhan untuk meningkatkan literasi
keuangan di kalangan UKM untuk meminimalkan hambatan dalam mengakses
keuangan eksternal. Namun, pertanyaannya tetap apakah mempromosikan literasi
keuangan mengurangi asimetri informasi yang memungkinkan lembaga keuangan
untuk membuat keputusan pinjaman yang lebih baik. Selanjutnya, apa hubungan
antara literasi keuangan, akses keuangan dan pertumbuhan UKM? Ini adalah
pertanyaan kebijakan penting yang literatur sebelumnya belum memberikan
jawaban secara komprehensif tetapi studi ini berusaha untuk menjawabnya. De
Mel dkk. (2012) mengamati bahwa literasi keuangan melalui pelatihan bisnis
menghasilkan perolehan pengetahuan keuangan dan keterampilan bisnis yang
diperlukan untuk pertumbuhan UKM di negara berkembang (Balarezo dan
Nielsen, 2017; Bruhn et al., 2010). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Schiffer, Weder, Cressy, dan Beck bahwa UMKM memiliki keterbatasan terkait
akses layanan keuangan, terutama dengan lembaga keuangan formal (Bongomin
et al., 2017). Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan literasi keuangan pemilik
atau pengelola agar pertumbuhan UMKM di negara berkembang dapat tercapai.
Pemahaman literasi keuangan sangat dibutuhkan pelaku UMKM dalam
menjalankan usahanya. Misalnya, mereka harus bisa menyiapkan laporan
keuangan untuk kegiatan pembiayaan yang membutuhkan pengetahuan keuangan
(Dahmen & Rodriguez, 2014).

Universitas Indonesia
5

Mengingat pentingnya UMKM, terdapat perhatian yang signifikan di


kalangan pembuat kebijakan, pengusaha, pemerintah dan akademisi tentang akses
pembiayaan untuk start-up dan pertumbuhan UMKM di Indonesia. Oleh karena
itu penelitian ini dibangun di atas penelitian yang telah ada dengan meneliti
bagaimana literasi keuangan memoderasi akses ke keuangan eksternal,
implikasinya terhadap pertumbuhan perusahaan UMKM, dan pelajaran yang dapat
dipetik untuk ekonomi maju dan berkembang. Analisis peran literasi keuangan
diukur menggunakan dimensi knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan),
attitude (sikap), dan behaviour (perilaku) yang diadopsi dari jurnal acuan utama
XXXX. Akses finansial UMKM diukur menggunakan accessibility (aksesibilitas),
usage (penggunaan), relevance (kualitas), dan welfare impact (dampak
kesejahteraan), dan kemudian menguji penerapan literasi keuangan tersebut ketika
mengakses keuangan eksternal dan yang kemudian berdampak pada pertumbuhan
UMKM (diukur dengan tingkat sales dan asset). Analisis dilakukan dari sudut
pandang pemilik atau pengelola UMKM.

Tujuan penelitian adalah untuk meninjau literatur dan melakukan survei


untuk mengkaji pentingnya literasi keuangan; mengukur tingkat literasi keuangan
di antara perusahaan baru dan perusahaan yang sudah mapan; dan memastikan
hubungan antara literasi keuangan, akses ke keuangan dan pertumbuhan
perusahaan.
Berdasarkan tujuan di atas, penelitian ini memberikan kontribusi berikut
untuk literatur yang ada. Pertama, menggunakan pendekatan kualitatif,
memberikan bukti hubungan antara literasi keuangan dan akses terhadap
keuangan; itu memberikan beberapa jawaban apakah ada hubungan positif antara
peningkatan literasi keuangan dan akses ke keuangan; dan ketiga, membahas
apakah literasi keuangan meningkatkan potensi pertumbuhan UMKM.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah, yakni:

Universitas Indonesia
6

1. Apakah literasi finansial memiliki pengaruh positif dengan akses finansial


UMKM?
2. Apakah akses finansial UMKM berpengaruh positif dengan pertumbuhan
UMKM?
3. Apakah literasi finansial memiliki pengaruh positif dengan pertumbuhan
UMKM?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh literasi finansial terhadap akses finansial UMKM
2. Menganalisis pengaruh akses finansial UMKM terhadap pertumbuhan
UMKM
3. Menganalisis pengaruh literasi finansial terhadap pertumbuhan UMKM

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pelaku UMKM
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat berupa
edukasi bagi pelaku UMKM sebagai imbauan untuk meningkatkan
pengetahuan literasi keuangannya dan menerapkannya pada usahanya
sehingga bisnis usaha dapat terus bertumbuh hingga mampu bertahan secara
jangka panjang.

1.4.2 Bagi Regulator


Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi regulator
dalam merumuskan peraturan dan mengambil kebijakan, terlebih mengenai
edukasi literasi finansial pelaku UMKM di Indonesia, sebuah hal yang dasar
namun krusial bagi pelaku usaha UMKM.

Universitas Indonesia
7

1.4.3 Bagi Akademisi


Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru bagi
akademisi terkait pengaruh literasi finansial terhadap kemudahan akses
finansial dan pertumbuhan UMKM di Indonesia. Selain itu, penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan di penelitian selanjutnya terkait
pengaruh literasi dan akses finansial terhadap pertumbuhan perusahaan
UMKM.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini berfokus kepada bagaimana literasi dan akses keuangan
mempengaruhi pertumbuhan pada UMKM. Dalam penelitian ini, UMKM yang
dimaksud melibatkan usaha yang ada di DKI Jakarta. Penelitian ini dilakukan
melalui pendekatan kuantitatif dengan penyebaran survei yang dapat menjawab
hubungan antar variabel. Penelitian dimulai dengan beberapa tahap, yaitu
perumusan topik, pencarian bahan studi literatur yang terkait, dan penyusunan
proposal. Kemudian, peneliti menyusun kuesioner, melakukan pre-testing,
menyebarkan kuesioner, serta mengolah dan menganalisis data yang telah
dikumpulkan. Untuk mengakhiri penelitian, hasil penelitian dikemas dalam
sebuah jurnal penelitian. Secara umum, waktu yang digunakan untuk
melaksanakan penelitian ini dimulai pada akhir bulan Januari 2023 hingga akhir
bulan Maret 2023.

1.6. Sistematika Penulisan Penelitian


Sistematika penelitian ini terdiri dari 5 bagian sebagai berikut:

Bab I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian yang memuat alasan penulisan
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian ini dilakukan, manfaat
penelitian bagi berbagai pihak, ruang lingkup penelitian yang menjelaskan
batasan unit analisis secara geografis dan batasan periode penelitian, serta
sistematika penulisan penelitian.

Universitas Indonesia
8

Bab II : Tinjauan Pustaka

Bab ini menjelaskan hasil dari beberapa literatur penelitian terdahulu berupa
teori- teori terkait topik penelitian yang dilakukan.

Bab III : Metodologi Penelitian

Bab ini menjelaskan gambaran mengenai metode penelitian yang digunakan


oleh peneliti. Metode penelitian ini terdiri dari desain penelitian, jenis dan
metode pengumpulan data, populasi dan sampel penelitian, ruang lingkup
penelitian, model penelitian, hipotesis penelitian, sistematika kuesioner,
variabel penelitian, operasionalisasi variabel, metode analisis data, dan profil
responden penelitian.

Bab IV : Analisis dan Hasil Pembahasan

Dalam bab ini tercakup analisis terhadap hasil penelitian serta temuan yang
didapatkan dari hasil pengolahan data serta menjawab masalah-masalah
penelitian yang dijelaskan di bab sebelumnya.

Bab V : Kesimpulan dan Saran

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta
saran untuk penelitian yang dilakukan selanjutnya.

Universitas Indonesia
9

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Literasi Keuangan


2.1.1 Definisi Literasi Keuangan
Kata kunci 'Literasi Keuangan' terdiri dari dua kata 'Keuangan' dan
'Literasi.' Menurut Kamus Bisnis (2007), keuangan adalah istilah luas yang
digunakan untuk mendefinisikan berbagai aspek keuangan atau industri keuangan,
misalnya keuangan penasihat, instrumen keuangan, lembaga keuangan, jasa
keuangan, atau perencanaan keuangan. UNESCO (2006), mengandaikan bahwa
pemahaman literasi telah merentang dari pandangan sederhana bahwa literasi
mencakup proses memperoleh keterampilan kognitif dasar, hingga pemanfaatan
keterampilan semacam itu dengan cara yang berkontribusi pada pengembangan
sosial-ekonomi, hingga pengembangan bakat. untuk refleksi kritis dan kesadaran
sosial sebagai dasar untuk perubahan pribadi dan sosial. Dalam menggabungkan
dua definisi ini, orang dapat mengandaikan bahwa Literasi Keuangan adalah
kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan prinsip keuangan dengan
terampil untuk memberikan kontribusi positif bagi pembangunan sosial ekonomi.
Gale dan Levine (2010), mendefinisikan literasi keuangan sebagai
keterampilan yang melekat atau diperoleh untuk membuat keputusan terkini dan
penilaian efektif mengenai administrasi dan penggunaan uang dan kekayaan.
Mereka menegaskan bahwa unit keluarga yang buta huruf secara finansial
membuat pilihan yang buruk yang tidak hanya memengaruhi pembuat keputusan
itu sendiri tetapi juga keluarga mereka dan masyarakat luas. Sejalan dengan itu,
peningkatan literasi keuangan harus menjadi perhatian utama kebijakan publik,
dan harus menjadi titik fokus penelitian.
Menurut Irikefe (2019), literasi keuangan adalah kemampuan untuk
memahami bagaimana uang bekerja, hal itu memerlukan kemahiran dalam
pengetahuan dan penerapan konsep dan prinsip keuangan yang dihormati waktu
dan dasar seperti perencanaan keuangan, bunga majemuk, pengelolaan hutang,

Universitas Indonesia
10

strategi tabungan yang menguntungkan dan nilai uang secara umum. Dia
berpendapat bahwa, agar wirausahawan terhindar dari buta huruf keuangan,
mereka harus memiliki dan mampu menerapkan pengetahuan keterampilan
pembuatan anggaran; kemampuan untuk melacak dan mengontrol pengeluaran;
keterampilan manajemen utang; dan perencanaan yang efektif untuk masa
pensiun. Dari penjelasan di atas, seseorang dapat memastikan bahwa literasi
keuangan berhubungan dengan bagaimana seseorang menangani uang untuk
memperolehnya—bagaimana uang diinvestasikan untuk menghasilkan “lebih
banyak uang”. Studi ini memperhatikan konsep literasi keuangan ini.
Literasi keuangan dapat didefinisikan sebagai kesadaran, wawasan, dan
pemahaman individu mengenai konsep keuangan (Shih & Ke, 2014). Literasi
keuangan mencakup pengetahuan keuangan dan pemahaman tentang pengelolaan
sumber daya keuangan. Ini juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
membuat penilaian dan keputusan terkait pengelolaan uang (Samy, Tawfik,
Huang, & Nagar, 2008). Istilah pengetahuan keuangan dan literasi keuangan telah
digunakan secara bergantian (Subarna, 2014). Definisi literasi keuangan kemudian
berkembang menjadi lima kategori, yaitu pengetahuan tentang konsep keuangan,
kemampuan komunikatif tentang konsep keuangan, rasa penting terhadap
pengelolaan keuangan pribadi, kekuatan yang tepat untuk memutuskan keputusan
keuangan, dan kepastian dalam membuat kebutuhan keuangan yang terencana
dengan baik (Remund, 2010).
Pengetahuan manajemen keuangan digunakan sebagai instrumen evaluasi
(Rajna & Ezat, 2011). Fokus penelitian pada pengetahuan keuangan memiliki dua
jalur dimana kapasitas responden untuk memanfaatkan dan menerapkan
pengetahuan keuangan umum atau pengetahuan keuangan khusus digunakan
sebagai proksi literasi keuangan (Robb & Sharpe, 2009). Chen dan Volpe
melakukan penelitian mengukur literasi keuangan menggunakan literasi keuangan
umum, pengetahuan keuangan, investasi, perencanaan keuangan, dan pajak. (Shih
& Ke, 2014). Peneliti lain juga mengembangkan skala pengetahuan untuk
mengukur pengetahuan keuangan, termasuk keterampilan yang berkaitan dengan
deposito, debit, asuransi, investasi, dan informasi keuangan, atau penilaian diri
terhadap masalah keuangan (Mien, 2015; Perry & Morris, 2005).

Universitas Indonesia
11

—-- jurnal utama

definisi financial literacy

Financial education for entrepreneurs mitigates information asymmetry, reduces


monitoring costs, improves capital flows (Hussain and Matlay, 2007) and
empowers owners/managers to improve an enterprise’s financial well-being
(Lusardi and Mitchell, 2007, 2014). Financial literacy in the context of enterprise
is more specific. The owner/manager has to understand, analyze and make
financial decisions (Lusardi and Mitchell, 2014), which have an impact on SME
performance (Eniola and Entebang, 2015). Financial literacy could be external
and internal; regarding the external, the suggestion from the literature (Lusardi,
2012; Hung et al., 2009) is that financial literacy is more than the acquisition of
financial knowledge; it is the ability of managers to use basic financial knowledge
in conjunction with wider skill sets, networks, communication and cognitive skills
to achieve the desired objectives (Wise, 2013). On the other hand, internal
financial literacy assists owners/managers to optimize the use of scarce resources
by efficient and effective financial management systems. Furthermore, financial
literacy could enable owners/managers to be more creative in the use of credit and
debt, the monitoring of budgets, the timely acquisition of raw material,
production, fixed and variable costs and stock usage (Reich and Berman, 2015;
Adomako et al., 2016). A combination of internal and external literacy has been
reported to have a high correlation with the business performance of young
entrepreneurs (Bruhn and Zia, 2011), and similar findings are supported by
Agbemava et al. (2016) and Sucuahi (2013).

2.1.2 Indikator Literasi Keuangan


Berdasarkan definisi di atas menurut OECD (2016) mengungkapkan bahwa
dalam pengukuran terhadap literasi keuangan ditentukan oleh empat
komponen atau indikator,
yaitu:

Universitas Indonesia
12

a. Financial knowledge; Indikator financial knowledge dalam terminologi ini


adalah terkait dengan pengetahuan dasar-dasar keuangan, manajemen
keuangan, kredit dan hutang, tabungan dan investasi, dan resiko, serta
asuransi.
b. Financial behavior; Indikator financial behavior adalah terkait dengan
perilaku dalam penyusunan anggaran, menghemat uang dan mengontrol
uang, investasi dan pembayaran kewajiban tepat waktu.
c. Financial atittude; Indikator financial attitude adalah terkait dengan sikap
terhadap uang, dan perencanaan masa depan.
d. Financial skill; Indikator financial skill adalah terkait dengan keterampilan
mengelola, menghitung, dan memproyeksi tren data keuangan.

2.2. Akses Keuangan


Akses keuangan adalah kemampuan individu atau perusahaan untuk
mendapatkan layanan keuangan, termasuk kredit, deposito, pembayaran, asuransi,
dan layanan manajemen risiko lainnya (World Bank, 2008). Akumulasi bukti
telah menunjukkan bahwa akses keuangan mendorong pertumbuhan bagi
perusahaan melalui penyediaan kredit baik untuk bisnis baru maupun yang sudah
ada. Ini menguntungkan perekonomian secara umum dengan mempercepat
pertumbuhan ekonomi, mengintensifkan persaingan, serta meningkatkan
permintaan tenaga kerja. Pendapatan mereka yang berada di ujung bawah tangga
pendapatan biasanya akan meningkat sehingga mengurangi ketimpangan
pendapatan dan kemiskinan. (Beck, Demirgüç-Kunt and Levine, 2007 and Beck,
Levine, and Levkov, 2010).
Inklusi keuangan mampu membuka peluang bagi pelaku usaha yang
berguna untuk mengakses pada ketersediaannya akan layanan keuangan,
kesejahteraan dalam penggunaan produk dan layanan keuangan yang pada
akhirnya dapat digunakkan serta juga daoat dimanfaatkan pada proses kegiatan
usaha dalam meningkatkan pada pertumbuhan penjualan, pertumbuhan pada laba,
modal, serta lapangan pekerjaan. Riwayati (2017) menunjukkan bahwa hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa variabel inklusi keuangan dapat meningkatkan
suatu perumbuhan bagi usaha kecil.

Universitas Indonesia
13

Sejalan dengan itu, Beck dan Demirguc – Kunt (2006), dalam


penelitiannya menunjukkan bahwa dalam akses yang digunakan untuk membiayai
usaha kecil dalam membangun ekonomi maka dengan hal ini untuk melakukan
investasi yang produktif dalam rangka untuk membangun suatu usaha untuk
memperoleh teknologi terbaru, untuk meraih daya saing serta mampu endorong
dalam inovasi. Maka dari itu pada sektor informal inilah yang berasal dari
peningkatan kapitalisasi bisnis inilah dapat membangun lapangan kerja serta akan
mendapatkan pertumbuhan pada pendapatan dengan jangka panjang.
Dari hasil penelitian yag telah dilakukan oleh Wira Iko Putri Yanti (2019),
menyatakan bahwa inklusi keuangan dapat memberikan pengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja UMKM. Maka dengan hal ini dapat menunjukkan
bahwa kinerja UMKM dapat memberikan peningkatan secara signifikan jika
pelaku UMKM dapat memberikan peningkatan dalam inklusi keuangan.

2.3. Pertumbuhan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)


Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah (UMKM) umumnya mengacu pada usaha yang jumlah personel dan
basis asetnya berada di bawah dan/atau dalam batas tertentu. Ini mewakili hal
yang berbeda untuk otoritas yang berbeda.
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah perusahaan independen yang
sebagian besar non-anak perusahaan, yang mempekerjakan kurang dari jumlah
karyawan tertentu. Jumlah ini bervariasi di seluruh negara bagian. Penunjukan
UKM tertinggi yang kami lihat di Uni Eropa adalah 250 staf. Namun, beberapa
negara lain menetapkan batas tinggi mereka pada 200 staf, sedangkan Amerika
Serikat menganggap UKM termasuk perusahaan dengan kurang dari 500 staf
(OECD, 2005). Perusahaan kecil umumnya memiliki kurang dari 50 staf,
sedangkan perusahaan mikro memiliki paling banyak 10, atau dalam beberapa
kasus, 5 staf.
Kajian ini berpusat pada konsep UMKM di Nigeria menurut Bank of
Industry (2015). Mereka menetapkan bahwa UMKM adalah perusahaan dengan
tidak lebih dari 200 karyawan, dan basis aset tidak lebih dari N500 juta, sehingga
usaha mikro memiliki 1-10 karyawan (basis aset tidak lebih dari ₦5 juta);

Universitas Indonesia
14

perusahaan kecil: 11-50 karyawan (basis aset antara di atas ₦5 juta dan ₦100
juta); dan perusahaan menengah: 51-200 karyawan (basis aset antara di atas ₦100
juta dan ₦500 juta).

2.4 Penelitian Terdahulu


Beberapa penelitian terdahulu yang berusaha meneliti tentang
pertumbuhan UMKM pada umumnya cukup fragmented, di mana penelitian
masing-masing secara terpisah menganalisis variabel literasi keuagan dan
pertumbuhan UMKM atau akses keuangan dan pertumbuhan UMKM secara
individual. Lalu penelitian ini juga berusaha untuk melihat peran dari literasi
keuangan sebagai variabel moderasi dari akses keuangan dan pertumbuhan
UMKM di DKI Jakarta, yang sampai sekarang belum pernah diteliti sebelumnya
di Indonesia. Penelitian ini berusaha untuk melihat kebaruan-kebaruan yang ada
pada topik determinan dari pertumbuhan UMKM, terlebih pada masa post
pandemi Covid-19, serta mengunjungi kembali apakah temuan-temuan dari
penelitian terdahulu masih relevan di masa kini.

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Peneliti Judul Temuan
Hussain, et Is knowledge that Penelitian dari Hussain dkk meneliti tentang
powerful?
al (2018) pengaruh literasi keuangan dan akses
Financial literacy
and access to finansial terhadap pertumbuhan UMKM di
finance: An
UK. Penelitian ini menemukan bahwa
analysis of
enterprises in the literasi keuangan merupakan sumber
UK
interkoneksi yang memitigasi asimetri
informasi dan defisit agunan saat
mengevaluasi aplikasi pinjaman; oleh
karena itu literasi keuangan harus menjadi
bagian dari kurikulum sekolah. Pengetahuan
manajemen keuangan diakui sebagai sumber
daya inti yang membantu pengambilan
keputusan yang efektif oleh pemilik

Universitas Indonesia
15

UMKM.
Bongomin, The relationship Penelitian dari Bongomin dkk meneliti
between access to
et al (2017) tentang hubungan antara akses keuangan
finance and
growth of SMEs terhadap pertumbuhan UMKM di negara
in developing
berkembang yakni Uganda. Hasil penelitian
economies
mengungkapkan adanya efek moderasi
positif dan signifikan dari literasi keuangan
dalam hubungan antara akses ke keuangan
dan pertumbuhan UMKM di negara
berkembang. Selain itu, literasi keuangan
dan akses keuangan juga berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan
UMKM di negara berkembang.
Dieguez- The impact of the Penelitian dari Dieguez-Soto dkk meneliti
Soto, et al CEO’s financial
pengaruh dari literasi keuangan terhadap
(2021) literacy on family
SMEs’ growth bisnis UMKM keluarga di Spanyol. Hasil
analisis mengungkapkan hubungan positif
antara literasi keuangan CEO dan
pertumbuhan perusahaan. Namun, hubungan
ini tidak seragam lintas generasi. Hubungan
pertumbuhan perusahaan literasi keuangan
CEO menjadi lebih lemah untuk perusahaan
keluarga generasi pertama dan ketiga atau
selanjutnya sementara menjadi lebih kuat
untuk perusahaan keluarga generasi kedua.
Hasan et al, Financial Penelitian dari Hasan dkk menunjukkan
inclusion – does
2022 hasil regresi probabilistik studi ini
digital financial
literacy matter menunjukkan bahwa pengusaha perempuan
for women
dengan tingkat literasi keuangan digital
entrepreneurs?
yang lebih tinggi lebih cenderung terlibat
dalam jalur perbankan formal.
Haini, 2020 Financial access Penelitian oleh Haini menunjukkan bahwa

Universitas Indonesia
16

and the finance– akses keuangan dan kedalaman keuangan


growth nexus:
positif untuk pertumbuhan. Namun, dampak
evidence from
developing marjinal dari kedalaman keuangan adalah
economies
negatif pada tingkat akses keuangan yang
rendah, sedangkan hubungan keuangan-
pertumbuhan menjadi positif pada tingkat
akses keuangan yang lebih tinggi. Hasilnya
menunjukkan pentingnya mengembangkan
sistem keuangan inklusif yang menekankan
kualitas daripada kuantitas untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi.
Kuada, Financial Penelitian Kuada meneliti hubungan inklusi
inclusion and
2021 finansial dan pertumbuhan UMKM di
small enterprise
growth in Africa: Afrika. Hasil1klkl mengungkapkan bahwa
emerging
ada kebutuhan untuk studi masa depan yang
perspectives and
research agenda dapat membongkar faktor penentu
pertumbuhan usaha kecil, mengidentifikasi
karakteristik kewirausahaan yang
mendukung pertumbuhan dan memeriksa
variabilitas kontekstual yang membentuk
keefektifannya.
Munyuki The nexus Penelitian dari Munyuku dan Jonah meneliti
between financial
dan Jonah. hubungan antara literasi keuangan dan
literacy and
2020 entrepreneurial kesuksesan pengusaha muda di Cape Town,
success among
Afrika Selatan. Studi ini menemukan bahwa
young
entrepreneurs para pengusaha memahami konsep literasi
from a low-
keuangan dan hal ini dibuktikan dengan skor
income
community in rata-rata literasi keuangan mereka sebesar
Cape Town
59,03, berada di atas skor rata-rata literasi
keuangan nasional sebesar 54,00. Studi
lebih lanjut mengungkapkan bahwa ada
hubungan positif antara literasi keuangan

Universitas Indonesia
17

dan kesuksesan kewirausahaan. Oleh karena


itu, tingkat literasi keuangan yang tinggi
menghasilkan peningkatan kesuksesan
bisnis.

Universitas Indonesia
18

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian


Model dalam penelitian ini merupakan replikasi lebih lanjut dari penelitian
terdahulu yang ditulis oleh Hussain et al pada tahun 2018 dengan judul “Is
knowledge that powerful? Financial literacy and access to finance: An analysis of
enterprises in the UK” dengan dua penambahan hipotesis yang diadaptasi dari
jurnal penelitian terdahulu lain, dimana variabel akses ke keuangan secara
signifikan memengaruhi pertumbuhan UMKM (H1) dan literasi keuangan secara
signifikan memoderasi hubungan antara variabel akses ke keuangan dan
pertumbuhan UMKM (H4). Model ini dapat digunakan untuk menganalisa
hubungan antara literasi keuangan, akses ke keuangan, dan pertumbuhan performa
UMKM.

H1 Growth of
Access to
Finance SMEs
H4

Financial
H2 Literacy H3

Bagan 3.1 Model Penelitian


Sumber: Husain et al. (2018) dan Bongomin et al. (2017)

3.2 Metodologi Pengumpulan Data


Dua kategori dalam setiap penelitian adalah data primer dan sekunder
(Malhotra & Birks, 2007). Tipe informasi yang dikumpulkan oleh peneliti untuk
mengakses sebuah isu dengan intensi yang spesifik dinamakan dengan data
primer, sementara informasi yang telah dikumpulkan atas beberapa isu yang telah

Universitas Indonesia
19

lebih dahulu diteliti dinamakan sebagai data sekunder. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa data sebagai berikut:

3.2.1 Data Primer


Pengumpulan data primer ditempuh melalui survey daring yang dilakukan
melalui Google Forms dan didistribusikan melalui media sosial, forum
online, dan email. Siapapun yang sedang bekerja atau memiliki riwayat
pekerjaan di DKI Jakarta yang berusia diatas 58 tahun telah memiliki
keturunan dianggap pantas untuk menjadi responden penelitian. Responden
penelitian memiliki waktu dalam kurun waktu tiga minggu untuk
menyelesaikan survey yang didistribusikan kepada mereka. Responden akan
diberikan beberapa pilihan jawaban dalam setiap pertanyaan yang terbagi
menjadi dua yaitu pemahaman akan financial literacy dimana terdapat
jawaban yang benar dan salah. Lalu, bagian survey yang lain akan menguji
hubungan antara satu variable dengan variable lain dalam bentuk lima point
skala likert mengikuti dengan penelitian Husain et al (2018)

3.3 Metodologi Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini responden yang dipilih merupakan

3.2.2 Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini responden yang dipilih merupakan

3.4 Desain Penelitian


Desain penelitian adalah perencanaan dari kondisi untuk mengumpulkan
dan menganalisis data dengan tujuan menggabungkan antara relevansi tujuan
serta prosedur penelitian (Jahoda et al., 1951). Berdasarkan pengertian tersebut,
dapat dinyatakan bahwa desain penelitian merupakan sesuatu yang direncanakan
dan tujuannya adalah untuk menyesuaikan pencapaian tujuan penelitian dengan
pertimbangan praktis serta batasan dalam penelitian (Mouton & Marais, 1990).
Desain/pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Universitas Indonesia
20

pendekatan penelitian kuantitatif karena data yang digunakan berkaitan dengan


angka. Pendekatan kuantitatif pada penelitian ini menggunakan tiga variabel
yakni variabel dependen, variabel independen dan variabel kontrol. Variabel
dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen (Gould,
2001). Variabel dependen pada penelitian ini digunakan untuk mengukur kinerja
perusahaan berdasarkan nilai buku dan nilai pasar. Variabel tersebut disesuaikan
dengan penelitian yang dilakukan oleh (jurnal acuan) dimana XXXX.

Gambar X.X Kerangka Penelitian

Sumber : Olahan Peneliti

3.5 Hipotesis Penelitian


3.5.1 Pengaruh akses ke keuangan terhadap pertumbuhan performa dari
UMKM di DKI Jakarta, Indonesia
Akses ke keuangan dan pengelolaan keuangan telah diidentifikasi
dalam banyak survei bisnis sebagai faktor terpenting dalam menentukan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan UKM (IFC, 2010; Organisasi
untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), 2006a, 2006b).
Beck dan Demirguc-Kunt (2006) berpendapat bahwa akses ke keuangan
memungkinkan UKM di negara berkembang untuk melakukan investasi

Universitas Indonesia
21

produktif untuk memperluas bisnis mereka dan memperoleh teknologi


terbaru, sehingga memastikan daya saing mereka, dan mendorong
inovasi, ketahanan ekonomi makro dan pertumbuhan PDB. Kevane dan
Wydick (2001) juga menyatakan bahwa penyediaan kredit untuk usaha
mikro mendorong pertumbuhan ekonomi di sektor informal melalui
peningkatan kapitalisasi usaha, penciptaan lapangan kerja, dan
pertumbuhan pendapatan jangka panjang. Hal ini didukung oleh Aghion
dan Bolton (1997) yang berpendapat bahwa lebih banyak kredit berarti
lebih banyak kewirausahaan, lebih banyak pembentukan perusahaan,
dan pertumbuhan ekonomi.
Sarjana seperti Tiwari et al. (2013) mendalilkan bahwa penyediaan
pinjaman berbiaya rendah bagi keluarga yang kurang mampu secara
finansial dan peningkatan akses ke berbagai sumber pendanaan, yang
digunakan untuk pertumbuhan bisnis dapat mengarah pada pengentasan
kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja (Davidsson et al., 2010).
Sebuah studi oleh Bank Dunia (2013) menunjukkan bahwa akses ke
keuangan meningkatkan kinerja dan pertumbuhan perusahaan dengan
memfasilitasi masuknya pasar, pengurangan risiko, mempromosikan
inovasi dan aktivitas kewirausahaan di negara berkembang. Oleh karena
itu, kita dapat berhipotesis bahwa berikut ini:

H1. Access to finance secara signifikan memengaruhi growth


dari UMKM di DKI Jakarta, Indonesia

3.5.2 Pengaruh literasi keuangan terhadap akses ke keuangan UMKM di


DKI Jakarta, Indonesia
Literasi keuangan dapat menjadi penentu penting akses keuangan
(Cole dan Fernando, 2008). Tingkat literasi keuangan yang rendah
dapat mencegah pengambilan produk keuangan yang lebih rumit seperti
asuransi, karena klien mungkin ragu untuk membeli produk yang
kegunaannya tidak sepenuhnya mereka pahami.
De Mel dkk. (2012) berpendapat bahwa literasi keuangan melalui

Universitas Indonesia
22

perolehan keterampilan bisnis merupakan pendorong penting


pertumbuhan UKM dan penentu utama produktivitas. Literasi keuangan
yang disebut sebagai “kemampuan untuk memperoleh, memahami, dan
mengevaluasi informasi relevan yang diperlukan untuk membuat
keputusan dan pilihan keuangan dengan kesadaran akan kemungkinan
konsekuensi keuangan” sangat penting untuk akses ke layanan
keuangan oleh UKM di negara berkembang.
Njoroge dan Gathungu (2013) lebih lanjut berpendapat bahwa
individu dengan keterampilan literasi keuangan cenderung membuat
keputusan keuangan yang lebih baik dengan kesalahan manajemen yang
lebih sedikit daripada rekan mereka yang buta huruf. Dengan demikian,
manajemen keuangan yang baik sangat penting untuk kelangsungan
hidup dan pengelolaan UKM karena keterampilan literasi keuangan
memberdayakan dan mendidik pemilik UKM sehingga mereka dapat
mengevaluasi produk keuangan dan membuat keputusan. Selain itu,
literasi keuangan juga membangun keterampilan manajemen risiko
pemilik UKM. Siekei dkk. (2013) menjelaskan bahwa literasi keuangan
mempersiapkan pemilik UKM untuk masa sulit keuangan melalui
strategi yang mengurangi risiko seperti mengumpulkan tabungan,
mendiversifikasi aset, dan menghindari utang berlebih.
Oleh karena itu, kami dapat menyimpulkan bahwa literasi
keuangan di antara pemilik dan pengelola UKM sangat penting dalam
memastikan UKM tumbuh dari usaha kecil dan menengah menjadi
usaha besar, dan kami berhipotesis sebagai berikut:

H2. Financial literacy secara signifikan memengaruhi access to


finance UMKM di DKI Jakarta, Indonesia

3.5.3 Pengaruh literasi keuangan terhadap pertumbuhan performa


UMKM di DKI Jakarta, Indonesia
United Nations (2003) menyatakan bahwa literasi keuangan, yang
merupakan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan dan

Universitas Indonesia
23

keterampilan untuk mengelola sumber daya keuangan, merupakan


unsur utama keberhasilan keuangan UKM di negara berkembang,
terutama sebagai alat untuk memerangi kemiskinan. Karya ilmiah
menunjukkan bahwa UKM yang dijalankan oleh pengusaha yang melek
finansial memiliki peluang lebih tinggi untuk menjadi lebih sukses
daripada yang dijalankan oleh mitra yang buta huruf.
Literasi keuangan memungkinkan manajer dan pemilik UKM di
negara berkembang untuk membuat keputusan dan pilihan keuangan
yang tepat tentang produk keuangan kompleks yang ditawarkan oleh
sistem keuangan tanpa terintimidasi. Kumpulan bukti yang meyakinkan
menunjukkan hubungan yang kuat antara literasi keuangan dan
kesuksesan pengusaha.
Sarjana seperti Lusardi dan Tufano (2009) dan Moore (2003)
mengamati bahwa literasi keuangan membantu manajer UKM di negara
berkembang untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan untuk menyusun strategi keputusan dan pilihan keuangan
mereka secara finansial. Nunoo dan Andoh (2012) menemukan bahwa
literasi keuangan berpengaruh positif terhadap kinerja UKM di Ghana,
yang cenderung lebih banyak menabung dan memiliki manajemen
risiko yang lebih baik dengan membeli kontrak asuransi. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Simeyo et al. (2011), yang
mengungkapkan bahwa pelatihan literasi keuangan di kalangan usaha
mikro di Kenya memiliki dampak positif yang signifikan terhadap
kinerja mereka. Dengan demikian, literasi keuangan memfasilitasi
ekspansi UKM dan meningkatkan profitabilitas, produktivitas, dan
keunggulan kompetitif mereka. Oleh karena itu, di sini kami
menurunkan hipotesis berikut:

H3. Financial literacy secara signifikan growth dari UMKM di


DKI Jakarta, Indonesia

3.5.4 Literasi keuangan secara signifikan memoderasi hubungan antara

Universitas Indonesia
24

variabel akses ke keuangan dan pertumbuhan performa dari


UMKM di DKI Jakarta, Indonesia
Kurangnya keterampilan manajemen bisnis dapat memperbesar
hambatan keuangan bagi UKM. Tingkat literasi keuangan yang rendah
dapat mencegah tingkat kinerja UKM untuk menilai dan memahami
ketentuan pembiayaan yang berbeda secara memadai, dan untuk
menavigasi prosedur aplikasi pinjaman yang rumit.
Menurut Bosma dan Harding (2006), banyak UKM di negara
berkembang gagal karena kurangnya literasi keuangan dan kurangnya
ketajaman bisnis, yang melemahkan aktivitas kewirausahaan. Memang,
Spinelli et al. (2011) mengamati bahwa literasi pembiayaan
diidentifikasi sebagai salah satu kompetensi manajerial penting dalam
bisnis dan pengembangan UKM.
Oseifuh (2010) menunjukkan bahwa pengusaha, terlepas dari usianya,
secara konsisten terlibat dalam kegiatan pengambilan keputusan terkait
pengadaan, alokasi, dan pemanfaatan sumber daya. Kegiatan seperti itu
selalu memiliki konsekuensi finansial dan karenanya, agar efektif,
pengusaha harus melek finansial.
Selain itu, sarjana seperti Fidler dan Webster (1996) berpendapat bahwa
pelatihan keterampilan bisnis dasar sangat penting dalam mendampingi
penyediaan pinjaman mikro untuk meningkatkan kapasitas manajer
UKM dalam menggunakan pinjaman. Selain itu, juga memberikan
pengetahuan dalam penggunaan produk dan layanan keuangan yang
lebih efektif. Hal ini mengurangi kerentanan mereka terhadap lembaga
keuangan yang terlalu bersemangat dan skema penipuan.
Hal ini didukung oleh Mutegi dan Phelister (2015) yang
mengungkapkan bahwa literasi keuangan memfasilitasi proses
pengambilan keputusan seperti pembayaran tagihan tepat waktu, dan
pengelolaan utang yang tepat, yang meningkatkan kelayakan kredit
UKM untuk mendukung mata pencaharian, pertumbuhan ekonomi,
sistem keuangan yang sehat. , dan pengentasan kemiskinan. Siekei dkk.
(2013) juga menyatakan bahwa keterampilan manajemen kredit yang

Universitas Indonesia
25

diperoleh melalui program literasi keuangan membantu pemilik UKM


dalam pengelolaan portofolio pinjaman untuk memastikan bahwa
kewajiban pinjaman diminimalkan dan biaya bunga diminimalkan.
Literasi keuangan membantu pemilik UKM untuk memperoleh
pengetahuan keuangan dan keterampilan yang diperlukan untuk
perencanaan bisnis, memulai rencana tabungan, dan membuat
keputusan investasi strategis (Greenspan, 2002). Dengan demikian,
penerapan pengetahuan dan keterampilan keuangan yang tepat
membantu pemilik UKM di negara berkembang untuk memenuhi
kewajiban keuangan mereka melalui perencanaan, alokasi sumber daya,
dan penurunan utilitas. Oleh karena itu, kami menurunkan hipotesis
berikut:

H4. Financial literacy secara signifikan memoderasi hubungan


antara access to finance dan growth dari UMKM di DKI
Jakarta, Indonesia

3.6 Operasionalisasi Variabel Penelitian


3.6.1 Variabel Dependen - Growth
3.6.2 Variabel Independen - FA (kualitatif)
variabel kontrol - firm size, firm age, tipe industri, usia pemilik edukasi
dan pengalamannya (kuantitatif) → respondennya UMKM yang
umurnya 5thn keatas

—-

Financial Literacy (jurnal utama)


- pengertian thd istilah2 kunci ttg keuangan
- penyusunan informasi keuangan (penggunaan laporan keuangan
ketika membuat keputusan manajerial keuangan, apakah keputusan
didasarkan pada laporan keuangan yang sdh disusun, apakah laporan
keuangan tsb digunakan utnuk mengevaluasi risiko)

Universitas Indonesia
26

To capture financial literacy skills, owners were asked whether they


could prepare monthly income, expenditure and balance statements;
review and use monthly statements to make strategic decisions; and carry
out a monthly financial analysis of monthly financial statements and
whether they understood ratios and their use to make management
decisions. This approach is broadly consistent with Adomako et al. (2016)
and Dahmen and Rodríguez (2014). To capture information, an average of
five-scale point measures is used to assess the owner’s level of financial
literacy.

Financial access
- debt, equity
Third variable, access to finance was estimated by asking owners face-to-
face questions and for them to indicate on a scale of one to five, the ease
with which their company can access finance, 1 being strongly agree to 5
being strongly disagree.

Growth
- turnover (kuantitatif)

— jurnal pendukung q3

Financial Access
- Aksesibilitas (accessibility)
- PEnggunaan (usage)
- Kualitas (relevance)
- Dampak kesejahteraan (welfare impact)

Financial Literacy

Universitas Indonesia
27

- Knowledge
- Skills
- Attitude
- Behaviour

Growth
- Sale
- Assets

3.7 Desain dan Sistematika Kuisioner


Kuesioner secara garis besar terdiri dari 4 bagian, yaitu bagian pengenalan
dimana akan ada pengenalan tentang beberapa variabel dan topik yang ingin
ditanyakan. Lalu yang kedua ada bagian screening dimana responden akan
disaring melalui dua pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh peneliti agar sesuai
dengan kriteria yang dicari. Ketiga ada bagian inti dimana responden akan
menjawab pertanyaan - pertanyaan yang telah dipersiapkan.

 Bagian Perkenalan
Pada bagian ini, responden akan disapa dengan perkenalan singkat
tentang siapa peneliti dan penjelasan singkat tentang topik yang diteliti
serta maksud dari penelitian. Disini tim peneliti akan memberikan sebuah
disclaimer bahwa data yang diperoleh akan digunakan untuk tujuan -
tujuan penelitian.

 Bagian Screening
Di bagian ini, responden akan melalui proses penyaringan. Proses
penyaringan akan dilakukan dengan memberikan dua pertanyaan untuk
memilih responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
tim peneliti. kriteria tersebut adalah mengikuti media sosial Instagram
Lawless Burgerbar dalam waktu minimal 6 bulan kebelakang. Apabila
responden memenuhi persyaratan, maka responden akan melanjutkan ke

Universitas Indonesia
28

bagian berikutnya yaitu Bagian Profiling Responden

 Bagian Inti

Bagian inti adalah bagian dimana pertanyaan - pertanyaan terkait variabel


- variabel yang diteliti akan ditanyakan kepada responden. Bagian ini
merupakan bagian yang paling penting dari seluruh kuesioner karena
merupakan esensi dari penelitian. Data - data yang diperoleh nantinya akan
digunakan untuk menguji dan mengembangkan hipotesis - hipotesis
penelitian.

3.8 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan Partial Least Squares-Structural


Equation Modeling (PLS-SEM) untuk menguji penelitian. PLS digunakan karena
data melanggar asumsi normalitas multivariant. Demikian pula, metodologi ini
sangat tepat untuk koneksi struktural linier. (J. Hair et al., 2017) mendeksripsikan
PLS-SEM sebagai sebuah model yang mudah beradaptasi. Artinya model ini
dapat digunakan oleh beberapa penelitian seperti cross-sectional, experimental,
quasi-experimental dan longitudinal studies. Keunggulan terbesar dalam

Universitas Indonesia
29

menggunakan PLS-SEM adalah kemampuannya untuk mengestimasi model yang


kompleks dengan banyak konstruk dan indikator variabel, terutama ketika
prediksi tersebut merupakan tujuan dari analisis. Selain itu, PLS-SEM juga
mengakomodir sampel yang lebih kecil, non- formal data, konstruk formatif dan
reflektif, baik untuk tujuan penelitian exploratory dan memastikan konvergensi (J.
Hair et al., 2017). Untuk melakukan analisis, peneliti akan menggunakan paket
software SmartPLS 3.0 yang komprehensif (Ringle, C. M., Wende, S., & Becker,
2015).

REFERENSI

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai