PROPOSAL SKRIPSI
BAB I
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
3
2008). Hal ini disebabkan rendahnya tingkat literasi keuangan di kalangan pemilik
dan pengelola UMKM. UMKM pada dasarnya gesit, cepat tanggap terhadap
perubahan dan beradaptasi dengan inovasi (Audretsch et al., 2009; Carter dan
Jones-Evans, 2009). Sifat inovatif dari UKM (Fuelhart dan Glasmeier, 2003;
Maxwell dan Stone, 2004) melengkapi perusahaan besar karena mereka sangat
penting untuk perekonomian yang makmur (Beck et al., 2006; Salavou et al.,
2004). Namun, pentingnya UMKM sering terabaikan di negara berkembang
(Samujh, 2011), sedangkan di negara maju, seperti Inggris, peran dan pentingnya
UKM telah diakui sejak laporan Komite MacMillan pada tahun 1931, terutama
isu-isu terkait akses ke keuangan, dan kemudian oleh Hamilton dan Fox (1998).
Pemerintah (terutama karena alasan politik) dan akademisi terus menegaskan
bahwa terdapat “MacMillan Gap” (Storey, 1994) – ketidakmampuan untuk
mengumpulkan modal yang memadai untuk beroperasi secara efisien, yang
menghambat start-up, pertumbuhan, dan inovasi UMKM. “Kesenjangan” ini
seringkali dikaitkan dengan keengganan pihak penawaran untuk meminjamkan
karena risiko gagal bayar yang tinggi.
Di Indonesia dan beberapa negara bagian lainnya, tingkat kegagalan
UMKM cukup tinggi, dimana tercatat rata-rata 50% - 60% UMKM menghentikan
usahanya dalam tiga tahun pertama (Wirasasmita, 2022). Hal ini karena struktur
modal yang tidak optimal akibat keengganan dari pihak pembiayaan eksternal
untuk memberikan pinjaman atau kredit karena adanya informasi asimetris atau
rendahnya literasi keuangan pelaku UMKM yang menjadikan tingginya risiko
gagal bayar jika kredit diberikan (SUMBER, JADIIN JURNAL ACUAN AJA).
Ketiadaan atau terbatasnya ketersediaan informasi keuangan yang memadai
membatasi penyedia utang untuk menilai risiko secara memadai, mengarahkan
mereka untuk membuat keputusan pemberian pinjaman yang merugikan (Akerlof,
1970). Untuk mengurangi asimetri informasi, pemberi pinjaman sering mencari
agunan (Imronudin dan Hussain, 2016; Cowling et al., 2016; Deakins dan
Hussain, 1994; Fletcher, 1995) dan menetapkan biaya yang lebih tinggi (Berger
dan Udell, 1995). Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas informasi
keuangan guna membantu pengambilan keputusan keuangan yang efektif,
diperlukan peningkatan literasi keuangan agar pemilik/pengelola UMKM dapat
Universitas Indonesia
4
menyiapkan informasi keuangan yang relevan dan tepat waktu agar pemberi
pinjaman dapat menganalisis dan membuat keputusan keuangan yang efektif. Hal
serupa juga dikemukakan oleh (Carbó!Valverde et al., 2016), dimana UMKM
pada umumnya dicirikan oleh pengetahuan keuangan dan manajerial yang buruk
dan hal itu memengaruhi akses mereka ke keuangan eksternal. Selain itu,
keterampilan keuangan yang terbatas juga berdampak negatif pada peluang
UMKM untuk bertahan, betumbuh dan berinovasi.
Dengan demikian, untuk memitigasi risiko dan mengoptimalkan potensi
UKM, disarankan agar akses keuangan ditingkatkan karena hal itu akan secara
positif memengaruhi kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan (Storey,
1994). Hubungan ini memperkuat kebutuhan untuk meningkatkan literasi
keuangan di kalangan UKM untuk meminimalkan hambatan dalam mengakses
keuangan eksternal. Namun, pertanyaannya tetap apakah mempromosikan literasi
keuangan mengurangi asimetri informasi yang memungkinkan lembaga keuangan
untuk membuat keputusan pinjaman yang lebih baik. Selanjutnya, apa hubungan
antara literasi keuangan, akses keuangan dan pertumbuhan UKM? Ini adalah
pertanyaan kebijakan penting yang literatur sebelumnya belum memberikan
jawaban secara komprehensif tetapi studi ini berusaha untuk menjawabnya. De
Mel dkk. (2012) mengamati bahwa literasi keuangan melalui pelatihan bisnis
menghasilkan perolehan pengetahuan keuangan dan keterampilan bisnis yang
diperlukan untuk pertumbuhan UKM di negara berkembang (Balarezo dan
Nielsen, 2017; Bruhn et al., 2010). Pendapat serupa juga dikemukakan oleh
Schiffer, Weder, Cressy, dan Beck bahwa UMKM memiliki keterbatasan terkait
akses layanan keuangan, terutama dengan lembaga keuangan formal (Bongomin
et al., 2017). Dibutuhkan upaya untuk meningkatkan literasi keuangan pemilik
atau pengelola agar pertumbuhan UMKM di negara berkembang dapat tercapai.
Pemahaman literasi keuangan sangat dibutuhkan pelaku UMKM dalam
menjalankan usahanya. Misalnya, mereka harus bisa menyiapkan laporan
keuangan untuk kegiatan pembiayaan yang membutuhkan pengetahuan keuangan
(Dahmen & Rodriguez, 2014).
Universitas Indonesia
5
Universitas Indonesia
6
Universitas Indonesia
7
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian yang memuat alasan penulisan
penelitian ini, rumusan masalah, tujuan penelitian ini dilakukan, manfaat
penelitian bagi berbagai pihak, ruang lingkup penelitian yang menjelaskan
batasan unit analisis secara geografis dan batasan periode penelitian, serta
sistematika penulisan penelitian.
Universitas Indonesia
8
Bab ini menjelaskan hasil dari beberapa literatur penelitian terdahulu berupa
teori- teori terkait topik penelitian yang dilakukan.
Dalam bab ini tercakup analisis terhadap hasil penelitian serta temuan yang
didapatkan dari hasil pengolahan data serta menjawab masalah-masalah
penelitian yang dijelaskan di bab sebelumnya.
Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan beserta
saran untuk penelitian yang dilakukan selanjutnya.
Universitas Indonesia
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Universitas Indonesia
10
strategi tabungan yang menguntungkan dan nilai uang secara umum. Dia
berpendapat bahwa, agar wirausahawan terhindar dari buta huruf keuangan,
mereka harus memiliki dan mampu menerapkan pengetahuan keterampilan
pembuatan anggaran; kemampuan untuk melacak dan mengontrol pengeluaran;
keterampilan manajemen utang; dan perencanaan yang efektif untuk masa
pensiun. Dari penjelasan di atas, seseorang dapat memastikan bahwa literasi
keuangan berhubungan dengan bagaimana seseorang menangani uang untuk
memperolehnya—bagaimana uang diinvestasikan untuk menghasilkan “lebih
banyak uang”. Studi ini memperhatikan konsep literasi keuangan ini.
Literasi keuangan dapat didefinisikan sebagai kesadaran, wawasan, dan
pemahaman individu mengenai konsep keuangan (Shih & Ke, 2014). Literasi
keuangan mencakup pengetahuan keuangan dan pemahaman tentang pengelolaan
sumber daya keuangan. Ini juga dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
membuat penilaian dan keputusan terkait pengelolaan uang (Samy, Tawfik,
Huang, & Nagar, 2008). Istilah pengetahuan keuangan dan literasi keuangan telah
digunakan secara bergantian (Subarna, 2014). Definisi literasi keuangan kemudian
berkembang menjadi lima kategori, yaitu pengetahuan tentang konsep keuangan,
kemampuan komunikatif tentang konsep keuangan, rasa penting terhadap
pengelolaan keuangan pribadi, kekuatan yang tepat untuk memutuskan keputusan
keuangan, dan kepastian dalam membuat kebutuhan keuangan yang terencana
dengan baik (Remund, 2010).
Pengetahuan manajemen keuangan digunakan sebagai instrumen evaluasi
(Rajna & Ezat, 2011). Fokus penelitian pada pengetahuan keuangan memiliki dua
jalur dimana kapasitas responden untuk memanfaatkan dan menerapkan
pengetahuan keuangan umum atau pengetahuan keuangan khusus digunakan
sebagai proksi literasi keuangan (Robb & Sharpe, 2009). Chen dan Volpe
melakukan penelitian mengukur literasi keuangan menggunakan literasi keuangan
umum, pengetahuan keuangan, investasi, perencanaan keuangan, dan pajak. (Shih
& Ke, 2014). Peneliti lain juga mengembangkan skala pengetahuan untuk
mengukur pengetahuan keuangan, termasuk keterampilan yang berkaitan dengan
deposito, debit, asuransi, investasi, dan informasi keuangan, atau penilaian diri
terhadap masalah keuangan (Mien, 2015; Perry & Morris, 2005).
Universitas Indonesia
11
Universitas Indonesia
12
Universitas Indonesia
13
Universitas Indonesia
14
perusahaan kecil: 11-50 karyawan (basis aset antara di atas ₦5 juta dan ₦100
juta); dan perusahaan menengah: 51-200 karyawan (basis aset antara di atas ₦100
juta dan ₦500 juta).
Universitas Indonesia
15
UMKM.
Bongomin, The relationship Penelitian dari Bongomin dkk meneliti
between access to
et al (2017) tentang hubungan antara akses keuangan
finance and
growth of SMEs terhadap pertumbuhan UMKM di negara
in developing
berkembang yakni Uganda. Hasil penelitian
economies
mengungkapkan adanya efek moderasi
positif dan signifikan dari literasi keuangan
dalam hubungan antara akses ke keuangan
dan pertumbuhan UMKM di negara
berkembang. Selain itu, literasi keuangan
dan akses keuangan juga berpengaruh
signifikan dan positif terhadap pertumbuhan
UMKM di negara berkembang.
Dieguez- The impact of the Penelitian dari Dieguez-Soto dkk meneliti
Soto, et al CEO’s financial
pengaruh dari literasi keuangan terhadap
(2021) literacy on family
SMEs’ growth bisnis UMKM keluarga di Spanyol. Hasil
analisis mengungkapkan hubungan positif
antara literasi keuangan CEO dan
pertumbuhan perusahaan. Namun, hubungan
ini tidak seragam lintas generasi. Hubungan
pertumbuhan perusahaan literasi keuangan
CEO menjadi lebih lemah untuk perusahaan
keluarga generasi pertama dan ketiga atau
selanjutnya sementara menjadi lebih kuat
untuk perusahaan keluarga generasi kedua.
Hasan et al, Financial Penelitian dari Hasan dkk menunjukkan
inclusion – does
2022 hasil regresi probabilistik studi ini
digital financial
literacy matter menunjukkan bahwa pengusaha perempuan
for women
dengan tingkat literasi keuangan digital
entrepreneurs?
yang lebih tinggi lebih cenderung terlibat
dalam jalur perbankan formal.
Haini, 2020 Financial access Penelitian oleh Haini menunjukkan bahwa
Universitas Indonesia
16
Universitas Indonesia
17
Universitas Indonesia
18
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
H1 Growth of
Access to
Finance SMEs
H4
Financial
H2 Literacy H3
Universitas Indonesia
19
lebih dahulu diteliti dinamakan sebagai data sekunder. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan beberapa data sebagai berikut:
Universitas Indonesia
20
Universitas Indonesia
21
Universitas Indonesia
22
Universitas Indonesia
23
Universitas Indonesia
24
Universitas Indonesia
25
—-
Universitas Indonesia
26
Financial access
- debt, equity
Third variable, access to finance was estimated by asking owners face-to-
face questions and for them to indicate on a scale of one to five, the ease
with which their company can access finance, 1 being strongly agree to 5
being strongly disagree.
Growth
- turnover (kuantitatif)
— jurnal pendukung q3
Financial Access
- Aksesibilitas (accessibility)
- PEnggunaan (usage)
- Kualitas (relevance)
- Dampak kesejahteraan (welfare impact)
Financial Literacy
Universitas Indonesia
27
- Knowledge
- Skills
- Attitude
- Behaviour
Growth
- Sale
- Assets
Bagian Perkenalan
Pada bagian ini, responden akan disapa dengan perkenalan singkat
tentang siapa peneliti dan penjelasan singkat tentang topik yang diteliti
serta maksud dari penelitian. Disini tim peneliti akan memberikan sebuah
disclaimer bahwa data yang diperoleh akan digunakan untuk tujuan -
tujuan penelitian.
Bagian Screening
Di bagian ini, responden akan melalui proses penyaringan. Proses
penyaringan akan dilakukan dengan memberikan dua pertanyaan untuk
memilih responden yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh
tim peneliti. kriteria tersebut adalah mengikuti media sosial Instagram
Lawless Burgerbar dalam waktu minimal 6 bulan kebelakang. Apabila
responden memenuhi persyaratan, maka responden akan melanjutkan ke
Universitas Indonesia
28
Bagian Inti
Universitas Indonesia
29
REFERENSI
Universitas Indonesia