Anda di halaman 1dari 14

PENGARUH LITERASI, INKLUSI DAN PENGELOLAAN

KEUANGAN TERHADAP KINERJA DAN KEBERLANJUTAN


UMKM (STUDI PADA PELAKU USAHA MIKRO MAHASISWA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Tomi Dermawan
155020100111009

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

PENGARUH LITERASI, INKLUSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN TERHADAP


KINERJA DAN KEBERLANJUTAN UMKM (STUDI PADA PELAKU USAHA MIKRO
MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA)

Yang disusun oleh :


Nama : Tomi Dermawan
NIM : 155020100111009
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 23 Desember 2019

Malang, 23 Desember 2019


Dosen Pembimbing,

Setyo Tri Wahyudi, SE., MEc., Ph.D


NIP. 198107022005011002
Judul : Pengaruh Literasi, Inklusi dan Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja dan
Keberlanjutan UMKM (Studi Pada Pelaku Usaha Mikro Mahasiswa Universitas
Brawijaya)

Tomi Dermawan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Email: Tomidermawan13@gmail.com

ABSTRAK

Pentingnya literasi dan inklusi keuangan yang harus dimiliki oleh pelaku UMKM takterkecuali usaha mikro
Mahasiswa, Oleh karena itu kompetensi tersebut perlu ditingkatkan, sehingga sektor t ersebut menjadi sektor
yang memiliki kontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja, PDB dan peningkatan pendapatan individu.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh literasi, inklusi dan pengelolaan
keuangan yang dimiliki oleh pelaku usaha Mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya terhadap kinerja dan
keberlanjutan usahanya tersebut. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
variabel independen pada model pertama adalah literasi keuangan (FL) dan inklusi keuangan (FI)
sedangkan variabel dependen yang digunakan adalah pengelolaan keuangan (FM). Model kedua
menggunakan variabel independen literasi keuangan (FL), inklusi keuangan (FI)) serta pengelolaan
keuangan (FM) dan variabel dependen yang digunakan adalah kinerja dan keberlanjutan UMKM (PS).
Melalui penggunaan metode Partial Least Square (PLS), peneliti mengolah data yang diperoleh dari 100
responden pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya dengan hasil penelitian yang menunjukkan
variabel independen pada model pertama berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependennya.
Sedangkan pada model kedua menunjukkan hasil bahwa hanya variabel inklusi keuangan yang tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap variabel dependennya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa
semakin tinggi literasi dan inklusi keuangan yang dimiliki pelaku UMKM maka akan meningkatkan
pemahaman bagaimana mengelola keuangan usaha dengan baik dan pada akhirnya semakin tingginya
literasi, inklusi, pengelolaan keuangan mampu membantu meningkatkan kinerja dan keberlanjutan usaha
mikro Mahasiswa UB .

Kata kunci: Usaha mikro mahasiswa, literasi keuangan, inklusi keuangan, pengelolaan keuangan, kinerja dan
keberlanjutan UMKM.

A. PENDAHULUAN
Proses pertumbuhan akan terjadi secara simultan dan memiliki hubungan keterkaitan satu dengan yang lain. Tak
terkecuali faktor sumber daya manusia, pertumbuhan ekonomi suatu negara akan mulai mengalami perlambatan
jika daya dukung alam dan keterampilan penduduk tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang sedang
berlangsung Meningkatnya kompleksitas aktivitas ekonomi dan pola produksi disertai kebutuhan hidup di
masyarakat, mengharuskan masyarakat untuk tidak lagi memenuhi kebutuhan mereka sendiri, namun lebih
ditekankan pada keahlian untuk menggeluti bidang tertentu. Dalam hal ini upaya meningkatkan produktifitas
tenaga kerja mulai tercipta melalui spesialisasi dari tiap-tiap pelaku ekonomi yang didorong oleh beberapa faktor
yaitu Peningkatan keterampilan pekerja atau pelaku ekonomi dan penemuan mesin-mesin atau teknologi yang
mengefisienkan sebuah pekerjaan Menurut Adam Smith
Peran sektor UMKM bagi perekonomian Indonesia sudah tidak diragukan lagi. UMKM mempunyai
tingkat penyerapan tenaga kerja sekitar 97% dari seluruh tenaga kerja nasional dan mempunyai kontribusi terhadap
produk domestik bruto (DB) sekitar 57% (Bank Indonesia, 2015). Pada 2014 dari 56,4 juta UMKM yang ada di
seluruh Indonesia, baru 30% yang mampu mengakses pembiayaan. Dari persentase tersebut, sebanyak 76,1%
mendapatkan kredit dari bank dan 23% mengakses dari non bank termasuk usaha simpan pinjam seperti koperasi.
Jika disimpulkan bahwa, sekitar 60%-70% dari seluruh pelaku UMKM belum mempunyai akses pembiayaan
melalui perbankan (Bank Indonesia, 2015). Pemahaman dan pengetahuan tentang literasi dan inklusi keuangan
sangat penting dimiliki oleh pelaku UMKM, karena berkaitan dengan Pengelolaan Keuangan yang mempunyai
peran sangat signifikan dalam menentukan tingkat kesuksesan UMKM itu sendiri, pentingnya pengetahuan yang
mendalam tentang literasi keuangan membuat pendidikan literasi keuangan sangat diperlukan (Desiyanti, 2016).
Selain edukasi literasi keuangan, hal yang juga penting adalah menjadikan pelaku UMKM inklusif dalam hal
keuangan yaitu kondisi dimana akses memperoleh kredit/pinjaman menjadi mudah dikarenakan adanya peraturan
yang cukup ketat dari lembaga keuangan (Beal & Delpachitra, 2003).
Pada tahun 2014, jumlah wirausaha Indonesia hanya 1,65 persen dari total populasi penduduk. Namun
kini melalui berbagai terobosan maupun program kewirausahaan yang terus diciptakan, total jumlah wirausaha di
Tanah Air naik hingga 3,1 persen dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2016. Maka dari itu,
Pemerintah melalui Kementerian Koperasi dan UKM berusaha mengembangkan berbagai program yang berkaitan
dengan pengembangan wirausaha baru takterkecuali di kalangan mahasiswa. Nama Universitas Brawijaya sudah
dikenal sebagai salah satu universitas negeri di Indonesia yang mencanangkan diri menuju World Class
Enterpreneurial University. Sejalan dengan rencana tersebut, kini Universitas Brawijaya berupaya meningkatkan
mutu di segala bidang, baik pelayanan, pendidikan, maupun sarana dan prasarana. Sejumlah program strategis
telah dijalankan mulai dari sisi akademik yaitu dengan perubahan kurikulum di setiap fakultas dengan
memasukkan mata kuliah kewirausahaan dan pendukung keilmuan lainnya seperti pengelolaan unit bisnis, fasilitas
kampus, serta bidang kemahasiswaan. Pelaku Usaha di Univeritas Brawijaya juga sedang mengalami
perkembangan yang cukup pesat, hal itu didukung dengan hadirnya sebuah Badan resmi kampus yang juga
membina beberapa usaha milik Mahasiswa, yaitu Badan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIW UB).
Namun, berbagai peluang UMKM untuk berkembang seringkali terhambat akibat beberapa masalah mendasar
terkait Pengelolaan Keuangan yang seringkali menerpa para pelaku dari kalangan UMKM (Setyobudi, 2005). Hal
ini tentu mengakibatkan usaha yang dijalankan tidak dapat terlihat dan terukur kinerjanya.
Oleh karena itu, peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bagaimana pengaruh
literasi dan inklusi keuangan terhadap Kinerja san Keberlanjutan UMKM, Studi Pada Usaha Mikro Mahasiswa
Universitas Brawijaya

B. TINJAUAN PUSTAKA
Teori Dual-Process
Dikemukakan oleh Evans (2008). Teori ini mengemukakan keputusan keuangan dapat didorong oleh
proses intuitif dan kognitif yang berarti literasi keuangan tidak selalu menghasilkan keuangan yang optimal. Intuisi
dikatakan lebih suka menggunakan jalan pintas karena mereka membuat keputusan cenderung berdasarkan emosi
mereka, Kognisi disisi lain adalah proses mental yang mencakup memahami, menghitung, menalar, memecahkan
masalah dan mengambil keputusan.
Teori Cunsumer Behavior
Solomon (2007). Cunsumer Behavio adalah studi dari individu, kelompok, organisasi terkait bagaimana mereka
menolak atau menggunakan sebuah pelayanan, ide atau pengalaman termasuk dalam hal ini produk dan layanan
jasa keuangan untuk memuaskan kebutuhan atau keinginannya takterkecuali dalam membuat keputusan keuangan.
Literasi Keuangan
Literasi Keuangan adalah sebagai pengetahuan dan pemahaman atas konsep dan risiko keuangan, berikut
keterampilan, motivasi serta keyakinan tidak lain bertujuan untuk menerapkan pengetahuan dan pemahaman yang
dimiliki tersebut dalam rangka membuat keputusan keuangan yang efektif, meningkatkan kesejahteraan keuangan
individu dan masyarakat. Sehingga dapat berpartisipasi dalam bidang ekonomi (OECD, 2016). Dilain sisi literasi
keuangan diklasifikasikan menjadi 4 aspek yaitu pengetahuan tentang keuangan pribadi secara umum, simpanan
dan kredit, asuransi dan investasi (Chen and Volpe, 1998).
Pengetahuan, keterampilan dan keyakinan keuangan yang dimiliki oleh seorang individu berpengaruh
terhadap perilaku keuangannya. Peningkatan yang dimiliki seseorang dapat berdampak pada partisipasi yang aktif
dalam kegiatan keuangan sserta perilaku keuangan yang lebih positif pada seorang individu. Selain itu, kaitan
antara perilaku dengan sikap seseorang terlihat pada seseorang yang memiliki sikap positif untuk jangka panjang
kemungkinan besar akan menunjukan perilaku keuangan yang lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang
memiliki sikap keuangan untuk jangka pendek (Atkinson & Messy, 2012).
Inklusi Keuangan
inklusi keuangan meliputi empat elemen inklusi keuangan lainnya yaitu perluasan akses keuangan, ketersedian
produk dan layanan jasa keuangan, penggunaan produk dan layanan jasa keuangan, serta peningkatan kualitas baik
kualitas penggunaan produk dan layanan jasa keuangan maupun kualitas produk dan layanan jasa keuangan itu
sendiri (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Inklusi keuangan sebagai akses yang dimiliki oleh rumah tangga dan
terhadap penggunaan produk dan layanan jasa keuangan secara efektif, produk dan layanan jasa keuangan tersebut
harus tersedia secara berkelanjutan dan teregulasi dengan baik (CGAP, 2016).
Inklusi keuangan sebagai akses terhadap produk keuangan yang sesuai termasuk kredit, tabungan, asuransi, dan
pembayaran, tersedianya akses yang berkualitas termasuk kenyamanan, keterjangkauan, kesesuaian dan dengan
memperhatikan perlindungan konsumen, serta ketersediaan tersebut juga diberikan kepada semua orang (CFI,
2016). Dilain sisi Inklusi keuangan sebagai akses juga dikatakan berpengaruh terhadap penggunaan produk dan
layanan jasa keuangan yang bermanfaat dan dapat dijangkau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun
usahanya dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi yang dibutuhkan oleh masyarakat
secara berkelanjutan (World Bank, 2016).
(AFI, 2010) mengatakan bahwa inklusi keuangan juga tidak lepas dari seberapa besar kualitasnya terhadap
masarakat, dalam hal ini kualitas merupakan kesesuaian produk dan layanan jasa keuangan dengan kebutuhan
masyarakat dapat dilihat dari data penggunaan masyarakat yang sudah didapatkan. Selain itu kualitas juga dapat
diartikan sebagai pilihan yang sudah tersedia bagi masyarakat, serta dilihat dari pemahaman konsumen terhadap
produk dan layanan jasa keuangan (World Bank, 2015).
Pengelolaan Keuangan
Menurut Sonny Sumarsono (2003), pengertian Pengelolaan Keuangan adalah kegiatan perusahaan yang
berhubungan dengan bagaimana cara mendaptkan dana, menggunakan dana, dan mengelola asset sesuai dengan
tujuan perusahaan secara menyeluruh. Hal yang menjadi kunci utama dalam mengelola keuangan yang baik adalah
pembukuan dan administrasi yang rapih dan tepat. Berdasarkan banyak pengalaman pelaku UMKM, pengendalian
keuangan yang lemah dan administrasi yang kacau menjadi salah satu faktor utama gagalnya sebuah perusahaa
(Wibowo, 2011). Lebih dalam Pengelolaan Keuangan UMKM yang baik terdiri dari sumber-sumber dana usaha,
laporan keuangan, manajemen kas, dan penganggaran (Andreas, 2011).
Kinerja dan Kerberlanjutan UMKM
Dalam menentukan Kinerja suatu UMKM maka dirumuskan dalam penelitian menggunakan pendekatan non-
cost performance measures untuk melihat dan mengukur kinerja UMKM sebagai pengukuran kinerja keuangan
dan non keuangan UMKM. Dengan pengukuran yang mudah diharakan mampu memperlihatkan kondisi
sebenernya dari UMKM tersebut, disamping kedepan perlu dilakukan edukasi untuk menghitung kinerja
perusahaan dengan indikator yang mudah seperti company’s growth, company’s total revenue, total orders dan
cash position.
Keberlanjutan usaha (business sustainability) pada UMKM dilihat dari keberhasilan perusahaan dalam
inovasi, pengelolaan karyawan dan pelanggan serta pengembalian terhadap modal awalnya. Dimana hal ini
memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki orientasi berkembang dan melihat peluang untuk inovasi secara
kesinambungan (Hudson, Smart and Bourne, 2001). Pada Pendekatan kinerja bisnis yang diadaptasi dari Balance
Score Card (Kaplan and Norton, 2005; Hudson et al., 2001). Salah satunya contoh pertanyaan yang diadopsi pada
kuesioner adalah “Perusahaan mampu dengan baik mengantisipasi (meningkatkan) jumlah produksi apabila
permintaan meningkat”.
UMKM
pengertian UMKM menurut Undang-undang No 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah. UMKM didefinisikan sebagai berikut:
a. Usaha Mikro
Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/ atau badan usaha perorangan yang
memiliki kriteria yaitu jumlah kekayaan bersih paling banyak Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.
300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
b. Usaha Kecil
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memiliki
kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp.
2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah)
c. Usaha Menengah
Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang
perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar yang
memiliki kriteria kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling
banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau
memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

C. METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian ini yakni untuk mengidentifikasi pengaruh literasi, inklusi dan pengelolaan
keuangan terhadap kinerja dan keberlanjutan UMKM maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian Kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan proses
data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisa dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa
yang sudah di teliti.

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Pelaku Usaha Mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya. Hal ini
dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana pengaruh literasi, inklusi dan pengelolaan keuangan
terhadap kinerja dan keberlanjutan. Usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya dipilih karena
memiliki potensi, mampu berinovasi dan menjadi salah satu UMKM yang akan turut membantu
mengembangkan perekonomian di kota Malang.

Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah meng gunakan metode Simple Random
Sampling dengan menyebarkan kuesioner dalam bentuk skala likert. Teknik Simple Random Sampling
adalah teknik pengumpulan data dengan cara memilih secara acak pada sampel yang akan dipilih dan
pada saat itu juga. Simple Random Sampling merupakan model pengumpulan data dimana sampel dari
populasi, tidak memiliki peluang yang sama dan tidak ditentukan sebelumnya untuk terpilih sebagai
sampel. Selain itu, teknik penentuan sampel ini mampu secara bebas, jika ada seseorang yang bersed ia
mengisi kuesioner dan memenuhi kriteria yang dibutuhkan peneliti, maka akan dijadikan sampel.

Populasi dan Sampel


Menurut Cohen, et.al (2007, hlm. 101) semakin besar sample dari besarnya populasi yang ada adalah
semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel.
Sebagimana dikemukakan oleh Baley dalam Mahmud (2011, hlm. 159) yang menyakan bahwa penelitian yang
menggunakan analisis data statistik, ukuran sampel paling minimum adalah 30. Oleh karena itu, pada penelitian ini
menggunakan sampel berjumlah 100 orang dimana sampel tersebut diambil dari berbagai macam sumber termasuk
dalam hal ini Badan Inkubator Wirausaha Universitas Brawijaya (BIW UB), Unit Kegiatan Mahasiswa Mahasiswa
Wirausaha (UKM MW), SEC FIA (Student Entrepreneur Club FIA UB), dan Badan Eksekutif Fakultas yang ada
di Universitas Brawijaya (BEM seUB), dll.

Teknik Analisis Data


Pada penelitian ini model yang digunakan yaitu Partial Least Square yang diolah menggunakan aplikasi
Smart PLS 3. Dengan menggunakan ini akan dilakukan penganalisaan dengan menggunakan metode Partial Least
Square Regression (PLS-R) karena metode ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan metode
analisis regresi biasa. Keunggulan metode ini antara lain adalah dapat menganalisa model yang menggunakan data
berupa metrik dan non metrik dalam hal ini juga termasuk data yang diperoleh dari penilaian skala likert yaitu data
ordinal yang sudah diubah menjadi data interval. Adapun keunggulan lain yang dimiliki metode PLS adalah tidak
memerlukan data dalam jumlah banyak dengan minimal sampel sebesar 30 responden. Sehingga analisis dapat
dilakukan hanya dengan sampel kecil (Hussein, 2014). Adapun model yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Model 1 : FM = ɑ + y1FL + y2FI + e
Model 2 : PS = ɑ + y1FL + y2FI + β1FM + e
Keterangan :
FL : Literasi Keuangan
FI : Inklusi Keuangan
PS : Kinerja dan Keberlanjutan UMKM
FM : Pengelolaan Keuangan UMKM
ɑ : Konstanta
β/y : Koefisien Regresi
e : Variabel Penggangu atau error
1) Uji Outer Model
Uji outer model adalah analisis yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel laten
dengan indicator-indikatornya dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas
merupakan uji yang digunakan dalam model Partial Least Square Regression untuk mengetahui
kemampuan suatu instrumen penelitian dalam mengukur apa yang seharusnya diukur (Cooper dan
Schlindler, 2006). Jika menggunakan SmartPLS, maka kriteria untuk lulus uji validitas adalah nilai
Average Variance Extraced (AVE) harus lebih dari 0,05. Sela njutnya uji reliabilitas adalah uji yang
dilakukan untuk mengetahui bahwa instrumen yang digunakan pada penelitian untuk memperoleh
informasi, dapat dipercaya sebagai instrumen pengumpulan data dan mampu mengungkap
informasi yang sebenarnya di lapangan (Si jintak dan Sugiharto, 2006). Dengan menggunakan
SmartPLS, maka kriteria untuk lulus uji validitas adalah nilai Cronbachs Aplha harus lebih dari 0.07.
2) Uji Inner Model
Uji inner model dilakukan untuk mengetahui tentang hubungan antara variabel laten (Solimun dan
Fernandes, 2017). Dalam inner model diasumsikan bahwa variabel laten dan indicator di skala zero means
dan unit varian adalah satu, sehingga parameter konstanta dapat dihilangkan dari model Pengujian
inner model dilakukan dengan metode bootstrapping yang dapat melakukan resampling dengan besar
yang sama atau lebih kecil sari sampel aslinya dan diulang sebanyak 100 kali konvergen. Pada hasil
bootstrapping akan menunjukkan beberapa bagian dari inner model yaitu T- Statistics, Probability Values
dan R². dengan menggunakan SmartPLS, maka kriteria untuk lulus dari uji inner model adalah nilai
T-Statistics lebih dari 1,96, P-Values kurang dari 0,05 dan R- Square lebih besar dari 0,67 adalah
tinggi, apabila R-Square lebih dari 0,33 adalah cukup atau sedang, apabila R-Square lebih dari 0,19
adalah rendah atau lemah, sedangkan apabila R-Square kurang dari maka tidak diakui atau tidak
diterima.
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Partial Least Square Regression (PLS-R)
Berdasarkan pengolahan data dalam aplikasi SmartPls, diperoleh hasil
sebagai berikut:
FM = 0.600FL + 0.357FI
PS = 0.357FL + 0.024FI + 0.537FM
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui jika nilai koefisien dari variabel Literasi Keuangan
terhadap Pengelolaan Keuangan sebesar 0,600, variabel Inklusi Keuangan terhadap Pengelolaan
Keuangan sebesar 0,357, variabel Literasi Keuangan terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM
sebesar 0,357, variabel Inklusi Keuangan terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM sebesar 0. 034,
dan variabel Pengelolaan Keuangan terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM sebesar 0,537.

Hasil Uji Outer Model


Tabel 1 Hasil Uji Outer Model
Average
Cronbach’s
Variabel Variance
Extraced
Alpha
Literasi Keuangan 0.822 0.651
Inklusi Keuangan 0.762 0.519
Pengelolaan Keuangan 0.757 0.516
Kinerja dan Keberlanjutan UMKM 0.913 0.626

Berdasarkan hasil uji outer model tersebut dapat dijelaskan bahwa semua variabel yang
digunakan pada penelitian ini lolos dari uji validitas, karena semua variabel memiliki nilai AVE yang
melebihi angka 0.5 dan dapat dikatakan bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian ini valid
dalam mengukur sesuatu yang sedang diukur. Selain itu, semua variabel dinyatakan lolos uji
reliabilitas karena nilai Cronnach’s Alpha lebih dari 0.7 sehingga indikator dalam penelitian ini dapat
mengukur konsistensi dari responden dalam menjawab setiap item pertanyaan.

Hasil Uji Inner Model


Tabel 2 Hasil Uji Inner Model
Variabel T-Statistics P.Values
Literasi Keuangan → Pengelolaan Keuangan 8.822 0.000
Inklusi Keuangan → Pengelolaan Keuangan 4.840 0.000
Literasi Keuangan → Kinerja dan Keberlanjutan UMKM 3.178 0.002
Inklusi Keuangan → Kinerja dan Keberlanjutan UMKM 0.323 0.747
Pengelolaan Keuangan → Kinerja dan Keberlanjutan UMKM 4.655 0.000
Berdasarkan hasil uji inner model tersebut dapat dijelaskan bahwa variabel Literasi Keuangan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pengeloaan Keuangan, variabel Inklusi Keuangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pengeloaan Keuangan, variabel Literasi Keuangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM, variabel Pengelolaan Keuangan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM karena nilai T-Statistics keseluruhan sudah lebih dari 1,96 dan nilai
P-Values sudah kurang dari 0.05. Sedangkan hanya variabel Inklusi Keuangan yang tidak berpengaruh signifikan
terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM karena memiliki nilai T-Stastistics kurang dari 1.98 dan nilai P-
Values lebih dari 0.05.

Tabel 3 Uji R-Square


Variabel R-Square
Pengelolaan Keuangan 0.782
Kinerja dan Keberlanjutan UMKM 0.769

Berdasarkan table uji R-Square dapat diketahui jika nilai R-Square pada variabel Pengelolaan
Keuangansebagai variabel dependen dapat diprediksikan oleh variabel Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan
sebesar 0.782 termasuk kategori tinggi, nilai R-Square pada variabel Kinerja dan Keberlanjutan UMKM dapat
diprediksikan oleh variabel Literasi Keuangan, Inklusi Keuangan dan Pengelolaan Keuangan sebesar 0.394
termasuk kategori tinggi.
Analisis Deskriptif
Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan
Variabel literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Pengelolaan Keuangan,
pada penelitian ini subyeknya adalah pelaku UMKM yang spesifik masih berstatus sebagai Mahasiswa dimana
tentu dalam kegiatan perkuliahan edukasi tentang keuangan kerap didapatkan maupun dari luar kampus, dilihat
dari hasil kuesioner menunjukan responden pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya masuk dalam
kategori interval baik (70.7%). Adapun hal ini didukung pula oleh data pada SNLKI OJK 2016 bahwa indeks
literasi keuangan pada tingkat pendidikan Perguruan Tinggi menunjukan nilai yang cukup besar yaitu 67,4%
dibandingkan tingkat pendidikan lainnya dan data lain yang berkaitan dimana memiliki rentang usia 18-25
tahun juga turut berperan dalam menentukan seberapa besar tingkat literasi keuangan yang dimiliki Indeks
literasi keuangan berdasarkan kelompok usia 18-25 tahun menunjukan angka sebesar 32,1%. Pengelolaan usaha
yang dimiliki oleh pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya menunjukan masuk dalam interval
kategori baik (75.4%). Pengetahuan maupun keterampilan seorang pelaku usaha dalam hal keuangan tentu juga
dapat menunjang seorang pelaku usaha dalam pengelolaan keuangan karena segala rencana kerja dimulai dari
mengelola maupun mengalokasikan anggaran operasional, seperti target kapasitas produksi yang juga turut
mempengaruhi seberapa banyak bahan baku yang harus dibeli lalu target penjualan dan alokasi beban-beban
yang harus dibayarkan juga masuk dalam pengelolaan keuangan UMKM.
Hasil analisis diatas juga terkait dengan teori Dual-Process yang di kemukakan oleh Lusardi dan
Mitchell (2011) dimana teori ini menjelaskan bahwa ketika seorang pelaku usaha ingin mengambil atau
membuat kebijakan dalam hal ini keputusan keuangan didasari oleh dua cara berpikir dimana salah satunya
adalah sikap kognisi yaitu seorang individu yang melakukan analisa atau berpikir terlebih dahulu maupun
mengelola informasi serta mencari informasi yang kurang dari apa yang nanti akan diambil dalam membuat
keputusan keuangan. Sehingga hasil analisis yang menunjukan variabel literasi keuangan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel Pengelolaan Keuangan cukup relevan. Karena tentu ketika seorang pelaku
usaha memiliki tingkat literasi keuangan yang baik maka hal itu juga akan berdampak pada Pengelolaan
Keuangannya yang baik pula begitupun sebaliknya.
Hasil ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2018) berjudul “Pengaruh Literasi
Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan UMKM Di Kota Bogor” dimana hasil penelitiannya menunjukan
bahwa variabel literasi keuangan tentang pengetahuan keuangan pribadi secara umum, literasi keuangan tentang
simpanan dan kredit, literasi keuangan tentang investasi, dan literasi keuangan tentang asuransi secara parsial
atau masing-masing memiliki pengaruh signifikan terhadap pengelolaan keuangan usaha UMKM.

Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan


Variabel inklusi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel Pengelolaan Keuangan,
Jumlah UMKM di Kota Malang berdasarkan data oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kota Malang yaitu
2.764 yang tersebar di 5 kecamatan v yang terdiri dari tiga bidang usaha yaitu Fashion, Food and Baverages dan
Handicraft. Hal ini menunjukan bahwa kebutuhan primer seperti pakaian dan makanan masih mendominasi
dalam model bisnis yang digeluti para pelaku UMKM di Kota Malang tak terkecuali pada responden penelitian
ini yaitu pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya sejumlah 100 responden, dengan 46%
diantaranya adalah pelaku usaha yang menjalankan bisnisnya pada bidang FnB dan bidang usaha fashion
sebesar 23%. Dalam menjalankan bisnis tentu tidak dapat dilepaskan dari akses lembaga keuangan yang dapat
mempermudah operasional bisnis mereka, data pada Survey Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI)
yang dilakukan oleh OJK pada tahun 2016 memperlihatkan bagaimana indeks inklusi keuangan masyarakat
Malang secara umum dengan dua kota besar lainnya di Provinsi Jawa Timur dimana indeks inklusi keuangan
masyarakat Malang sebesar 71,0% menunjukan bahwa pelaku usaha di kota Malang takterkecuali pelaku usaha
mikro dikalangan Mahasiswa yang memiliki inklusi dalam interval kategori baik (77.6%). Dengan adanya
kemudahan mengakses produk dan layanan jasa keuangan jelas akan mempermudah para pelaku usaha dalam
menjalankan usahanya, seperti menyimpan uang atau kas usaha dengan aman dalam bentuk tabungan dan
melakukan transaksi jual beli melalui transfer pada SNLKI OJK 2016 menunjukan bahwa masyarakat Indonesia
secara umum sudah menggunakan produk dan layanan perbankan berupa tabungan sebesar 63,6% disertai
dengan transaksi keuangan melalui transfer sebesar 45,8%. Selain itu pelaku UMKM yang memiliki akses
keuangan juga mendorong mereka melakukan penyiapan anggaran dengan baik karena evaluasi bisnis yang
berjalan sesuai target atau tidak, memberikan untung atau rugi serta berkembang atau tidaknya suatu bisnis
dapat dilihat laporan keuangan yang dilakukan secara berkala seperti laporan laba-rugi yang berisi ringkasan
pendapatan dan biaya perusahaan serta Neraca yang berisi aktiva atau kekayaan, kewajiban dan ekuitas usaha.
Pengelolaan usaha yang dimiliki oleh pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya menunjukan
masuk dalam interval kategori baik (75.4%), Sehingga dapat menentukan dan memprediksi kondisi bisnis
mereka saat ini maupun yang akan datang. Adapun data yang ditunjukan pada SNLKI tahun 2016 mengenai
pemetaan literasi keuangan dalam hal penyusunan anggaran yaitu menunjukan bahwa 54,9% masyarakat
Indonesia yang menjadi responden pada Survey Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) tahun 2016
melakukan penyusunan anggaran, yang menyusun anggaran secara rinci sebesar 27,5% dan menyusun
anggaran hanya rencana besarannya saja sebanyak 72,5%. Sedangkan jika dilihat indeks inklusi keuangannya
yaitu sebesar 67,5%.
Analisa diatas sesuai dengan teori Consumer Behavior yang dikemukakan oleh Hawkins et al dan
Solomon (2007) dimana teori membahas tentang seorang individu atau kelompok yang mempunyai hak untuk
memilih, membeli, menggunakan atau mendapatkan sebuah produk, layanan dan ide tak terkecuali dalam hal
keuangan untuk memenuhi kebutuhan dan mendukung keinginannya untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi
ketika seorang pelaku usaha memiliki berbagai akses dalam hal keuangan mereka dapat menggunakan akses
tersebut demi mendukung rencana mereka untuk dapat mengembangkan usahanya.
Hasil analisis diatas juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anggraeni (2014) yang
menjelaskan bahwa pemilik usaha yang menggunakan jasa perbankan turut menunjang pengelolaan kas
bisnisnya sehingga dapat dilihat apabila surplus maupun defisit dan mereka tidak kesulitan dalam hal mengelola
pendapatan dan pengeluaran.

Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM


Variabel literasi keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja dan
keberlanjutan UMKM, Responden pada penelitian ini yaitu pelaku usaha mikro dikalangan Mahasiswa, dimana
mereka berlatarbelakang pendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki kategori indeks literasi baik (70.7%),
ditambah dengan status mereka yang masih menjadi pelajar dalam hal biaya hidup atau income mereka masih
mendapat kiriman/bulanan dari orang tua. Oleh karena itu, penggunaan produk dan layanan perbankan seperti
tabungan maupun transfer sudah menjadi sebuah sarana yang tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-
hari. Hal ini juga diperlihatkan dari data Survey Nasional Literasi Keuangan Indonesia (SNLKI) yang dilakukan
OJK pada tahun 2016 akan pengetahuan mengenai produk dan layanan perbankan yang sudah dimiliki oleh
masyarakat Indonesia secara umum, dimana terdapat dua produk perbankan yang paling tinggi menunjukan
bahwa pengetahuan produk perbankan berupa tabungan sebesar 99,3% dan sarana transfer sebesar 86,0%.
Produk perbankan seperti tabungan maupun transfer dan lain sebagainya dapat dimanfaatkan sebesar mungkin
oleh pelaku usaha mikro mahasiswa Universitas Brawijaya dalam mengembangkan usahanya. Hal ini dapat
dilihat dari indeks literasi yang masuk dalam kategori baik (70.7%) juga mempengaruhi tingkat kinerja dan
keberlanjutan yang baik pula (74,1%). Karena diera digitalisasi saat ini transaksi jual beli banyak dilakukan
menggunakan fasilitas perbankan karena keamanannya sudah terjamin. Pengelolaan anggaran sebuah UMKM
dapat menentukan berkembang atau tidaknya sebuah bisnis. Pada SNLKI 2016 menunjukan data bahwa tingkat
literasi keuangan masyarakat Indonesia hanya sebesar 29,7% dimana hal itu turut berpengaruh pula terhadap
komitmen pelaksanaan anggaran yang relatif rendah dimana menunjukan bahwa dari 100% responden dalam
SNLKI 2016 hanya 47,1% saja yang berkomitmen terhadap rencana anggaran yang sudah dibuat, lalu dari 47,1%
itu hanya 35,7% yang selalu berkomitmen melaksanakan rencana anggaran yang dibuat sedangkan sisanya
64,3% berpendapat kadang-kadang. Oleh karena itu pengetahuan maupun keterampilan keuangan yang dimiliki
oleh seorang UMKM berpengaruh pada pengelolaan anggaran yang dilakukan dan pada akhirnya akan
mempengaruhi kinerja dan keberlanjutan sebuah bisnis, karena segala hal yang berkaitan dengan target ataupun
rencana usaha seperti target penjualan, kondisi laba/rugi dapat ditentukan dan diprediksi apabila laporan
keuangan dibuat sebaik mungkin.
Teori Dual-Process yang dikemukakan oleh lusardi dan mitchel (2011) juga turut mendukung hasil
analisa diatas yaitu seseorang ketika ingin mengambil sebuah keputusan takterkecuali keputusan pengelolaan
bisnis didasari oleh dua cara berpikir dimana salah satunya cara berpikir kognitif seperti melakukan analisa,
proses berpikir terlebih dahulu, mencerna infromasi maupun berusaha mendapatkan infromasi baru yang
memiliki keterkaitan, sehingga lebih optimal dalam memutuskan langkah bisnis apa yang harus diambil. Hasil
penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dahmen & Rodriguez (2014) diaman dalam
penelitiannya ditemukan fakta bahwa adanya pengaruh literasi keuangan terhadap kelangsungan usaha, dalam
penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa kelangsungan UMKM di Amerika Serikat tergantung bagaimana
pelaku atau pemilik usaha menguasai pemahaman tentang keuangan, termasuk dalam hal ini risiko bisnis yang
mungkin berdampak pada bisnis mereka.

Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM


Variabel inklusi keuangan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap variabel kinerja dan
keberlanjutan UMKM, Pelaku usaha mikro Mahasiswa Universitas Brawijaya yang berjumlah sebanyak 100
responden sudah memiliki akses perbankan dilihat dari indeks inklus keuangannya yang masuk kategori baik
(77.5%) yang salah satunya dikarenakan dalam Kartu Tanda Mahasiswa (KTM) merupakan hasil kerja sama
dengan beberapa bank konvensional artinya bisa saja digunakan untuk mengakses produk maupun layanan
perbankan seperti tabungan maupun transaksi jual beli berupa transfer . Data lain juga menunjuka bahwa
masyarakat yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi seperti pada Survey Nasional Literasi Keuangan
(SNLKI) tahun 2016 yang dilakukan oleh OJK yang memperlihatkan bahwa responden pada tingkat pendidikan
Perguruan Tinggi memiliki indeks inklusi keuangan tertinggi dengan 88,0% dibandingkan dengan latarbelakang
pendidikan lain. Kemudahan dalam memperoleh produk dan layanan jasa keuangan dinilai penting bagi pelaku
UMKM karena salah satu masalah mendasar bagi pelaku usaha UMKM saat ini ialah akses permodalan. Namun
hal berbeda ditunjukan pada pelaku usaha mikro dikalangan Mahasiswa dimana modal mereka biasanya
didapatkan dari hasil tabungan pribadi, iuaran bersama pemilik bisnis maupun dukungan dana dari orang tua.
Tentu ini cukup wajar, karena banyak dari mereka menjalani usaha bukan sebagai mata pencaharian utama
namun lebih kepada menggali potensi diri maupun mencoba mendapatkan pengalaman atau bahkan sekedar
mengisi waktu kosong perkuliahaan.
Faktor lain yang menghambat pelaku usaha dikalangan mahasiswa dalam memanfaatkan pinjaman
modal melalui lembaga keuangan ialah kurangnya pengetahuan mereka akan risiko ditiap produk atau layanan
yang ada, sehingga belum berani menggunakannya yang ditunjukan dengan data indeks kinerja dan
keberlanjutan usaha yang masuk interval lebih rendah dibandingkan dengan indeks inklusinya yaitu 74.1%.
Adapun data terkait bagaimana pengetahuan tentang karakteristik produk atau layanan keuangan pada SNLKI
tahun 2016 pada masyarakat Indonesia secara umum yaitu menunjukan bahwa tingkat pengetahuan karakteristik
produk terkait fitur menjadi yang paling besar yaitu 82,7% diikuti oleh manfaat sebesar 86,0%. Sedangkan
pengetahuan terkait risiko hanya sebesar 36,1%. Padahal tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia secara
umum cukup tinggi yaitu 67,8%. Akses keuangan dinilai sangat penting bagi pelaku UMKM karena kemudahan
memperoleh pinjaman atau memanfaatkan produk dan layanan jasa keuangan turut menunjang kinerja dan
keberlanjutan sebuah bisnis. Dari data diatas juga dapat disimpulkan bahwa tingkat inklusi keuangan pelaku
usaha mikro mahasiswa yang tinggi tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja dan keberlanjutan sebuah
bisnis dikarenakan tetap tergantung pada pola pikir pemilik usaha tersebut.
Teori yang dikemukakan oleh lusardi dan mitchell (2011) turut mendukung analisa diatas dimana ketika
seorang ingin mengambil keputusan keuangan didasari oleh dua cara berpikir, pada hasil analisis ini cara berpikir
yang digunakan yaitu cara secara intuitif dimana faktor emosional lebih dikedapankan dalam mengambil sebuah
keputusan tanpa melalui berbagai analisa, mengelola informasi yang terkait bahkan tidak ingin mencari informasi
lebih lanjut sama sekali. Penelitian terdahulu oleh Dahmen dan Rodriguez (2014) juga sesuai dengan hasil
penelitian ini dimana penelitian tersebut menemukan fakta bahwa kelangsungan UMKM terletak di tangan
pemilik usaha, ketika pelaku usaha tidak dapat memanfaatkan secara optimal akses maupun kemudahan untuk
mendapatkan layanan keuangan untuk mengembangkan bisnisnya dengan baik maka potensi usaha tersebut
mengalami kemunduran sangat terbuka. Oleh karena itu pemilik UMKM disarankan untuk menguasai keuangan
termasuk dalam hal rasio maupun laporan keuangan sehingga kinerja usaha mereka dapat termonitor dengan
baik.

Pengaruh Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM


Variabel pengelolaan keuangan berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel kinerja dan
keberlanjutan UMKM, Pengelolaan keuangan pelaku usaha mikro mahasiswa Universitas Brawijaya masuk
dalam interval kategori baik (75.4%). Pengelolaan keuangan sendiri merupakan kegiatan yang dilakukan oleh
pelaku UMKM dalam upaya menghimpun dana (modal) dan menggunakannya untuk kegiatan yang produktif,
sehingga menghasilkan output secara optimal. Pelaku usaha mikro mahasiswa sebagai pelaku ekonomi akan
mampu bertahan dalam jangka panjang jika dalam proses kegiatannya mampu menghasilkan pendapatan dan
menutup seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan dari hasil pendapatan tersebut, jadi indeks pengelolaan keuangan
yang baik akan mempengaruhi indeks kinerja dan keberlanjutan usaha mikro mahasiswa yang masuk kategori
baik pula (74.1%). Oleh karena itu para pelaku UMKM didorong memiliki kemampuan pengelolaan keuangan
dengan baik termasuk dalam hal ini membuat laporan keuangan keuangan secara menyeluruh agar apa yang
sudah menjadi target atau rencana usaha dapat terealisasi dengan baik. Pada SNLKI tahun 2016 ada beberapa
kemampuan keuangan yang dimiliki masyarakat Indonesia secara umum yang menunjukan bahwa kemampuan
berhitung yang dapat menunjang kinerja dan keberlanjutan sebuah usaha UMKM seperti kemampuan
menghitung bunga/bagi hasil sebesar 30,7%, angsuran ketika melakukan pinjaman sebesar 27,6%, biaya
penggunaan produk/layanan seperti biaya administrasi dll sebesar 20,3% begitupun dengan kemampuan
menghitung dendanya sebesar 18,7%, kemampuan berhitung hasil investasi sebesar 10,0% dan yang terakhir
kemampuan menghitung nilai mata uang/inflasi sebesar 11,1%. Dari berbagai kemampuan tersebut diharapkan
dapat menunjang segala kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan bisnis sektor UMKM, karena kita
mengetahui bahwa salah satu kendala yang menghambat sektor UMKM untuk dapat berkembang adalah
kemampuan mereka yang berkaitan mengelola dan memperoleh akses permodalan.
Hasil analisis diatas sesuai dengan teori Dual-Process yang dikemukakan oleh Lusardi dan Mitchell
(2011) dimana teori tersebut memberikan pandangan bahwa ketika seorang individu ingin membuat keputusan
keuangan yang optimal didasari oleh cara berpikit secara kognitif dimana diperlukan analisa, pertimbangan
melalui cara berpikir yang baik, serta mengelola informasi dan mencari tau informasi yang kurang. Sehingga
keputusan apa yang akan diambil dapat berjalan optimal, pada case ini tentu pelaku usaha dengan yang ingin
mendorong kinerja dan keberlanjutan usahanya dengan baik maka perlu melakukan pengelolaan keuangan yang
baik pula. Karena pelaku usaha tersebut memahami bahwa dengan Pengelolaan Keuangan yang baik secara tidak
langsung juga turut mendorong kinerja dan keberlanjutan usahanya.
Berdasarkan hasil analisis paragraf diatas cukup sesuai dengan penelitian oleh Dahmen dan Rodriguez
(2014) dimana ketika pengelolaan keuangan UMKM untuk produksi terkelola dengan baik, maka secara tidak
langsung akan mempengaruhi kinerja dari usaha itu sendiri dan diluar itu juga melek financial juga memiliki
pengaruh.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan Terhadap
Pengelolaan Keuangan, Literasi Keuangan dan Inklusi Keuangan Terhadap Pengelolaan Keuangan Terhadap
Kinerja dan Keberlanjutan UMKM dan pengaruh Pengelolaan Keuangan Terhadap Kinerja dan Kebelanjutan
UMKM. Penelitian ini menggunakan metode analisis dengan PLS-R. Model penelitian ini menguji Literasi dan
Inklusi keuangan pada pelaku UMKM pada penelitian sebelumnya sebelumnya.
Temuan penting dalam penelitian ini adalah dari semua konstruk yang telah diuji, Literasi Keuangan
merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap Pengelolaan Keuangan dengan koefisien regresi sebesar
0,600 dan variabel Pengelolaan Keuangan juga memiliki pengaruh yang besar terhadap variabel Kinerja dan
Keberlanjutan UMKM dengan koefisien regresi 0,537.. Terdapat satu variabel yaitu Inklusi Keuangan yang tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap Kinerja dan Keberlanjutan UMKM. Pada penelitian ini berhasil
membuktikan bahwa variabel independen dalam penelitian ini dapat menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel
Pengelolaan Keuangan sebesar 78,2% begitupun variabel variabel Kinerja dan Keberlanjutan UMKM dapat
dijelaskan oleh variabel independennya sebesar 76,9%.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat peneliti simpulkan bahwa pelaku UMKM saat ini disarankan
untuk dapat lebih memahami tentang keuangan karena berdampak pada Pengelolaan Keuangan pada usaha yang
mereka jalani, Pengelolaan Keuangan sendiri adalah salah satu hal penting yang harus menjadi fokus pelaku
UMKM dalam mengelola bisnis karena Pengelolaan Keuangan yang baik akan berdampak pada Kinerja dan
Keberlanjutan usaha mereka.. Meskipun begitu, tingkat akses atau Inklusi Keuangan yang baik tidak terlalu
menentukan pada Kinerja dan Keberlanjutan usaha mereka.

Saran
Penelitian ini dapat memberikan masukan untuk penelitian di masa depan. Penelitian ini menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja dan Keberlanjutan UMKM, oleh karena itu disarankan untuk
memperdalam model penelitian yang dimaksud dari hasil yang berasal dari konteks budaya lain. Selain itu, peneliti
dapat meneliti lebih mengenai Kinerja dan Keberlanjutan UMKM dengan subjek lebih spesifik namun dengan data
yang sudah ada. Tidak hanya itu, membahas mengenai perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman dalam hal
keuangan serta aksesnya pada subyek tertentu seperti mahasiswa wirausaha juga sangat menarik. Akan lebih
bermanfaat bila penelitian selanjutnya melakukan penelitian pada mahasiswa wirausaha yang bergerak pada sektor
tekhnologi atau kreatif karena dua sektor tersebut merupakan sektor yang cukup berkembang saat ini, agar dapat
mengembangkan faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap ekonomi indonesia secara mikro.
Selain itu, penelitian ini diharapkan untuk dapat digunakan sebagai salah satu masukan bagi Pihak terkait
dalam hal ini Perguruan Tingg dan Pelaku Usaha dikalangan Mahasiswa itu sendiri untuk selalu mengedukasi serta
memperdalam kemampuan yang berpengaruh pada kinerja dan keberlanjutan usaha mereka, karena banyak sekali
contoh kasus usaha yang dirintis semenjak masa kuliah dapat berkembang dengan baik hingga mereka lulus dari
bangku perkuliahaan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan. Ucapan terima kasih khusus kami sampaikan kepada Seluruh Dosen Ilmu Ekonomi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya khususnya kepada dosen pembimbing kami sehingga jurnal ini bisa
diterbitkan.

DAFTAR PUSTAKA

AFI. (2010). The 2010 AFI survey report on financial inclusion policy in developing countries.
Ali, I. (2003). A Performance Measurement Framework for a Small and Medium Enterprise. Univerity of Alberta
Dissertation.
Aribawa, D. (2016) Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Kinerja dan Keberlangsungan UMKM Di Jawa Tengah.
20. https://doi.org/10.1007/s10006-013-0431-4
Atkinson, M. (2012). Measuring Financial Literacy: Results of the OECD / International Network on Financial
Education (INFE) Pilot Study. (15).
Andreas. (2011). Manajemen Keuangan UKM. Edisi Pertama Cetakan Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bank Indonesia. (2015). Profil Bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM).http://www.bi.go.id/id/umkm/penelitian/nasional/kajian/Document
s/Profil%20Bisnis%20UMKM.pdf diuduh pada 1 Februari 2019.
Bayrakdaroğlu, A., & Şan, F. B. (2014). Financial Literacy Training as a Strategic Management Tool among Small
– Medium Sized Businesses Operating in Turkey. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 150, 148–155.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.09.019
Beal, Di. J., & Delpachitra, S. B. (2003). Financial Literacy Among Australian University Students. Economic
Papers: A Journal of Applied Economics and Policy, 22(1), 65–78. https://doi.org/10.1111/j.1759-
3441.2003.tb00337.x
Carpena, F., Cole, S., Shapiro, J., & Zia, B. (2011). Unpacking the Causal Chain of Financial Literacy.
(September). https://doi.org/10.1596/1813-9450-5798
CFI. (2016). July 2016 The Business Of Financial Inclusion : (July), 1–67.
CGAP. (2016). CGAP Annual Report 2016 Advancing Financial Inclusion to Improve the Lives of the Poor. 1–38.
Chen and Volpe. (1998). An analysis of personal financial literacy among college students. Financial Services
Review, 7(2), 107–128. https://doi.org/10.1016/s1057-0810(99)80006-7
Cooper, Donald R., dan Pamela, S. Schindler. (2006). Metode Riset Bisnis, Volume 1. PT Media Global Edukasi.
Jakarta.
David L. Remund. (2010). Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer Definition in an Increasingly
Complex Economy. Journal of Consumer Affairs, 44(2), 276–295. https://doi.org/10.1111/j.1745-
6606.2010.01169.x
Desiyanti, R. (2016). Literasi dan inklusi keuangan serta indeks utilitas umkm di padang. BISMAN Jurnal Bisnis &
Manajemen, 2(2), 122–134.
Dahmen, P., & Rodriguez, E. (2014). Numeracy Advancing Education in Quantitative Literacy Financial Literacy
and the Success of Small Businesses: An Observation from a Small Business. International Journal Of
Numeracy, 7(1), 1-2. https://doi.org/10.5038/1936-4660.7.1.3
Evans JSBT (2008) Dual-Processing Accounts of Reasoning, Judgment, and Social Cognition. Annu. Rev.
Psychol. 59: 255-278.
Fazli Sabri, M., Cook, C. C., & Gudmunson, C. G. (2012). Financial well‐being of Malaysian college students.
Asian Education and Development Studies, 1(2), 153–170. https://doi.org/10.1108/20463161211240124
Gutter, M., & Copur, Z. (2011). Financial Behaviors and Financial Well-Being of College Students: Evidence from
a National Survey. Journal of Family and Economic Issues, 32(4), 699–714. https://doi.org/10.1007/s10834-
011-9255-2
Ghozali, Imam. (2008). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit
Universitas Diponegoro.
Hawkins, et. al,. (2007). Cunsumer Behavior, Building Marketing Starategy, 10th Edition. New York; The
McGraw-Hill Companies, Inc.
Hudson, M., A. Smart and M. Bourne. (2001). Theory and practice in SME performance measurement systems.
International Journal of Operations & Production Management. 21(8). 1096-1115.
Husein Umar. (2014). Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi-2. Cetakan ke-13. Jakarta :
Rajawali Pers.
Huston, S, J. (2010). Measuring financial literacy. Journal of Consumer Affairs, Vol. 44(22), 296–316.
https://doi.org/10.1111/j.1745-6606.2010.01170.x
Indayati, N., Thoyib, A., & Rofianty. (2012). Pengaruh Keterlibatan Karyawan , Budaya Organisasi , dan Gaya
Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasional dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan ( Studi pada
Universitas Brawijaya ). Jurnal Aplikasi Manajemen, 10(2), 344–356.
Isrohah, Rohmatul. (2015). “Analisis Pengaruh Modal Kerja dan Jam Kerja terhadap Pendapatan Bersih Pedagang
Kaki Lima di kelurahan Ngaliyan Semarang”. Skripsi. Semarang : Repository Univesitas Islam Negeri
Walisongo
KemenkopUKM. (2018). Mencari Benih Unggul Mahasiswa Pengusaha. (01), 1–24.
Kurihara, Y. (2013). Does Financial Skill Promote Economic Growth? International Journal of Humanities and
Social Science, 3(8), 92–97.
Kasiram, Moh. (2008). Metodologi Penelitian. Malang: UIN-Malang Pers.
Lusardi, A. (2015). Financial literacy: Do people know the ABCs of finance? Public Understanding of Science,
24(3), 260–271. https://doi.org/10.1177/0963662514564516
Moekijat. (2000). Kamus Manajemen, Bandung, Penerbit CV. Mandar Maju.
Moch.Nazir. (2003), Metode Penelitian, Salemba Empat, Jakarta,63.
Organisation for Economic Co-operation and Development. (2016). OECD/INFE International Survey of Adult
Financial Literacy Competencies.
Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia ( Revisit 2017).
Palameta, E. Al. (2016). The Role Of Financial Literacy In Financial Decisions And Retirement Preparedness
Among Seniors And Near-Seniors. Social Research and Demonstration Corporation. (May).
Paramitasari, R. (2012). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Literasi Finansial Mahasiswa Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Universitas Brawijaya. Jurnal Akuntansi Dan Pendidikan, 1(1), 34–44.
Perpres No 27. (2013). Peraturan Presiden Republik Indonesia No 27 Tahun 2013 Tentang Pengembangan
Inkubator Wirausaha. 2–7.
Sarma, M., & Pais, J. (2008). Financial Inclusion and Development: A Cross Country Analysis. In Annual
Conference of the Human Development and Capability Association, New Delhi, (10–13), 1–30.
https://doi.org/10.1002/jid
SK Pendirian: SK Rektor 224A/SK/2007/06062007. (2007). SosialisasiKemelembagaan Badan inkubator
wirausaha.
Solomon, Michael R. (2007). Cunsumer Behavior: Buying, Having, and Being, 7th ed, Upper Saddle River, NJ:
Prentice Hall.
Sonny,Sumarsono. (2003). Manajemen Koperasi. Graha Ilmu, Yogyakarta.
Supartoyo H.Y, Juanda B, F. M. (2018). Kajian Ekonomi & Keuangan. 2.
Sugiyono. (2004). Metode Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Solimun, Adji Achmad Rinaldo Fernandes, Nurjannah. (2017). Metode Statistika Multivariat Pemodelan
Persamaan Struktural (SEM) Pendekatan WarpPLS. Malang: UB Press.
Sugiarto, Sitinjak. (2006). Lisrel. Edisi Pertama. Cetakan Pertama Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu.
Wahyuningsih, S. (2009). Peranan UKM Dalam Perekonomian Indonesia. 5(1), 1–14.
Willis, L. E. (2008). The Financial Education Fallacy. 90015, 1–12.
Wibowo, E. (2011). Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Sebagai Penggeral Pertumbuhan
Ekonomi. Jurnal Ekonomi Dan Kewirausahaan, 11(1), 23 – 31.
Wise, S. (2013). The Impact of Financial Literacy on New Venture Survival. International Journal of Business and
Management, 8(23), 30-39. https://doi.org/10.1596/978-1-4648-0552-3
World Bank. (2015). The little data book on financial inclusion. https://doi.org/10.1596/978-1-4648-0552-3
World Bank. (2016). Financial Inclusion and Inclusive Growth A Review of Recent Empirical Evidence. (April).
Wulandari, R. A. (2012). Strategi Humas dalam Membangun Reputasi Universitas Brawijaya menuju World Class
Entrepreneurial University.
Zulganef. (2008). Metode Penelitian Sosial dan Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta. Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai