Oleh:
HENDY UNTORO
NIM : 212009002
KERTAS KERJA
i
ii
PROSES KEWIRAUSAHAAN DANFAKTOR PENDORONG
DALAM PERINTISAN DAN PENGEMBANGAN USAHA
(Studi Biografi pada Pemilik Usaha Kecil dan Menengah CV. Coco Prima Jaya
di Kabupaten Semarang Jawa Tengah)
Oleh:
HENDY UNTORO
NIM : 212009002
KERTAS KERJA
Disetujui oleh:
(Winston Churcill)
iv
ABSTRACT
The success of an SME from the pioneering stage to development is affected by the entrepreneurial
process and the driving factors owned by an entrepreneur (the SME owner). This research was
conducted with the aim to find out how the entrepreneurial process, an owner of SME in the
pioneering and development of his business success to penetrate export markets, as well as the
driving factor. This study uses qualitative methods with Mr. Erwadi Rahardjo, SE as a research
object. He is owner of SME CV. Coco Prima Jaya in the country of Semarang, Central Java which
produce coconut charcoal briquettes. The results of this research is the entrepreneurial process and
the driving factors owned by Mr. Erwadi Rahardjo in pioneering and developing his business, CV.
Coco Prima Jaya. By understanding the entrepreneurial process and driving factors in the
pioneering and development of businesses owned by a successful entrepreneur can be useful as a
medium of learning for others who intend to set up a business.
v
SARIPATI
Keberhasilan sebuah UKM mulai dari tahap perintisan hingga pengembangan dipengaruhi oleh
proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong yang dimiliki oleh seorang wirausahawan
(pemilik UKM tersebut). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
proses kewirausahaan seorang pemilik UKM dalam perintisan dan pengembangan usahanya hingga
sukses menembus pasar ekspor, sekaligus faktor pendorong yang dimilikinya. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif dengan obyek penelitian Erwadi Rahardjo, SE, pemilik dari UKM
CV. Coco Prima Jaya di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah yang menghasilkan produk briket
arang dari batok kelapa. Hasil dari penelitian ini adalah proses kewirausahaan dan faktor-faktor
pendorong yang dimiliki Erwadi Rahardjo dalam perintisan dan pengembangan usaha CV. Coco
Prima Jaya. Dengan memahami proses kewirausahaan dan faktor-faktor pendorong dalam
perintisan dan pengembangan usaha yang dimiliki oleh seorang wirausahawan sukses dapat
bermanfaat sebagai media pembelajaran bagi orang lain yang berkeinginan untuk mendirikan suatu
usaha.
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan yang karena anugerah-Nya kertas kerja ini dapat
terselesaikan dengan baik. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah banyak memberikan dukungan dan doa kepada penulis selama pembuatan kertas
kerja ini. Secara khusus ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Biyanto Santoso Untoro dan Ibu Fenny Untoro, selaku kedua orang tua yang
2. Ibu Ir. Lieli Suharti, MM, Ph.D, selaku pembimbing yangtelah memberikan bimbingan
bagi penulis sejak awal sampai terselesaikannya kertas kerja ini dengan baik, sekaligus
selaku dosen wali studi yang telah membimbing penulis selama masa studi di Fakultas
3. Bapak Hari Sunarto,S.E, MBA, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis
4. Ibu Roos Kities Andadari, S.E, MBA, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Manajemen
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis yang telah membekali penulis ilmu
6. Bapak Erwadi Rahardjo, SE. beserta tim yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
penelitian terhadap beliau dan Usaha Kecil Menengah CV. Coco Prima Jaya milik beliau
7. Sanny Fortunata Susanto yang selalu memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada
vii
8. Seluruh fungsionaris Kelompok Studi Manajemen (KSM) angkatan 2008-2010 yang telah
bersama-sama dengan penulis merasakan suka dan duka berorganisasi selama penulis
Universitas Kristen Satya Wacana; Andree, Handoko, Edy, Lina, Sari, Edo, Cynthia; serta
rekan seperjuangan Fakultas Ekonomika dan Bisnis angkatan 2009 lainnya yang tidak
Penulis
HENDY UNTORO
viii
1. PENDAHULUAN
Melihat realita di atas, dapat dikatakan bahwa UKM memiliki dampak positif,
namun dari sekian banyak UKM yang ada di Indonesia, hanya sebagian kecil yang
dikelola dengan baik dan benar sehingga produk yang dihasilkan dapat menembus
pasar ekspor. Menurut Rafinaldy (2004), hanya sekitar 0,2% dari jumlah UKM
yang pernah melakukan ekspor.
Salah satu permasalahan paling mendasar yang dihadapi UKM untuk menembus
pasar ekspor adalah kualitas dan kuantitas. Seringkali UKM di Indonesia dapat
menghasilkan berbagai macam produk, tetapi kualitas dan kuantitas output-nya
belum memenuhi standar yang dikehendaki oleh pasar luar negeri. Kurangnya
pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh
minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta
kurangnnya pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu masalah organisasi
manjemen yang dihadapi UKM (Adhiningsih, 2011). Ditinjau dari persoalan
standar kualitas, pada umumnya negara-negara maju di Amerika dan Eropa
menuntut standar yang paling tinggi, kemudian baru diikuti oleh negara-negara
lain di Asia. Padahal banyak UKM di Indonesia yang berharap untuk dapat
1
menembus pasar Amerika dan Eropa mengingat harga jual yang dipatok relatif
dapat lebih tinggi.
2
keputusan untuk mengimplementasikan peluang tersebut. Implementasi usaha
dilakukan dengan pengembangan konsep dan persiapan sumber daya. Proses
kewirausahaan pada tahap perintisan usaha didorong oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan,
pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan
untuk merdeka. Faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan, tim,
keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan. Pada tahap
pengembangan usaha, menurut Zimmerer proses kewirausahaan diawali dengan
proses imitasi (meniru ide orang lain), dilanjutkan dengan proses pengembangan
(mengembangkan ide baru), dan pada akhirnya mencapai proses penciptaan
(inovasi dan kreasi). Proses kewirausahaan pada tahap pengembangan usaha
didorong oleh faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha. Faktor
internal di antaranya adalah wirausahawan, kreatifitas, kepemimpinan, komitmen
dan visi. Faktor eksternal meliputi pesaing, mitra bisnis, investor dan bankir, serta
tim. Sedangkan faktor kemampuan berwirausaha antara lain mengatasi masalah,
perencanaan, bernegosiasi, pengambilan keputusan dan strategi manajerial.
3
c. Bagaimana tahapan-tahapan proses kewirausahaan pada pengembangan usaha
CV. Coco Prima Jaya?
d. Faktor internal, eksternal dan kemampuan berwirausaha apakah yang
mendorong pengembangan usaha CV. Coco Prima Jaya?
2. KAJIAN TEORITIS
2.1. Proses Kewirausahaan
4
rencana bisnis 3. Memperoleh mitra-mitra pengembangan
3. Menentukan sumber keuangan/sumber-sumber
daya yang diperlukan pendanaan
4. Mengelola usaha 4. Menentukan sumber daya
yang diperlukan dan
menerapkan rencana
5. Skala usaha dan panen
hasil usaha
Sumber : Saputro ( 2011)
1. Proses Imitasi
Wirausaha mulai meniru ide-ide orang lain, misalnya memulai usaha barunya
diawali dengan meniru usaha orang lain, dalam menciptakan jenis barang
yang dihasilkan meniru yang sudah ada.
2. Proses Pengembangan
Wirausaha mulai mengembangkan ide barunya. Dalam tahap duplikasi
produksi, wirausaha mulai mengembangkan produksinya melalui diversifikasi
dan diferensiasi dengan model sendiri.
3. Proses Penciptaan
Proses inovasi dan kreasi yang diawali dengan teknik produksi baru, mencari
bahan baku baru, organisasi usaha baru, dan metode pemasaran baru.
5
2.3. Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan
2.3.1. Tahap Perintisan
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari individu seseorang.
Terdapat beberapa faktor individu yang mendorong seseorang untuk terjun
ke dunia bisnis pada tahap perintisan, di antaranya adalah:
- Ide
Ide merupakan faktor krusial dalam seseorang memulai bisnis. Sumber ide
dapat berasal dari pekerjaan dan pengalaman terdahulu, hobi dan
kesukaan, adanya peluang, pendapat orang lain, pendidikan atau kursus,
serta bisnis keluarga (Adhi dan Bawono, 2009:61).
- Toleransi Terhadap Resiko (Bygrave, 1994:3)
Mill (1848) dalam Carland, et al. (1984) meyakini bahwa faktor kunci
yang membedakan seorang manajer dari seorang wirausaha adalah
keberanian dalam menanggung resiko.
- Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin kecil
pengaruhnya terhadap keinginan untuk memilih pengusaha sebagai jalan
hidupnya. Rata-rata justru mereka yang tingkat pendidikan tidak terlalu
tinggi yang mempunyai hasrat yang kuat untuk memilih karier menjadi
seorang pengusaha (Hendro, 2011:62).
- Pengalaman
Pengalaman yang didapat oleh seseorang pada pekerjaannya yang
terdahulu dapat menjadi sumber ide untuk memulai usaha. Hasil penelitian
yang dikeluarkan LPPM menunjukkan bahwa 43% entrepreneur memulai
bisnis berdasarkan pekerjaan dan pengalaman terdahulu (Adhi dan
Bawono, 2009:61). Menurut Wood dalam Zimmerer dan Scarborough
6
(1998), kurangnya pengalaman adalah salah satu penyebab kegagalan
usaha.
- Kebutuhan untuk berprestasi
Seseorang yang menjadi wirausahawan cenderung memiliki keinginan
yang tinggi untuk menjadi individu yang bertanggung jawab, dapat
memecahkan masalah, melakukan pengaturan dan mencapai tujuan. Hal
ini menunjukkan bahwa dia memiliki kebutuhan untuk berprestasi (Allen
2003:10 dalam Mazubane 2009).
- Ketidakpuasan kerja
Adanya ketidakpuasan terhadap pekerjaan sekarang (Setiadji, 2010:6).
Seseorang dapat menjadi wirausaha karena sudah tidak memiliki masa
depan yang cerah dalam karirnya (Bygrave, 1994;4).
- Keinginan untuk merdeka (Allen 2003:10 dalam Mazubane 2009)
Wirausahawan memulai bisnis sehingga menjadi bos bagi diri mereka
sendiri, dan dengan memiliki bisnis akan memperkuat perasaan otonomi
dan kebebasan mereka (Bygrave, 1994).
b. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seseorang
seperti lingkungan, sosiologi dan organisasi. Terdapat beberapa faktor
eksternal yang mendorong seseorang untuk terjun ke dunia bisnis, di
antaranya adalah:
- Peluang
Peter Drucker mengatakan bahwa entrepreneur adalah orang yang
memaksimalkan peluang-peluang. Jika seseorang belum memiliki
pengalaman baik bekerja maupun dalam berwirausaha, dia dapat memulai
bisnis dengan memanfaatkan peluang-peluang yang ada (Adhi dan
Bawono, 2009:61).
- Persaingan
Adanya persaingan dalam dunia kehidupan menjadi salah satu faktor
lingkungan yang mendorong menjadi pemicu bisnis (Setiadji, 2010:6).
Berkarier di dunia pekerjaan dirasakan sangat berat, mengingat persaingan
7
yang sangat ketat dan masih banyak lulusan yang berpotensi yang belum
mendapatkan pekerjaan (Hendro, 2011:62).
- Jaringan
Adanya hubungan-hubungan atau relasi-relasi dengan orang lain menjadi
pemicu pelaksanaan bisnis (Setiadji, 2010:6).
- Tim
Adanya tim yang dapat diajak kerjasama dalam berusaha (Setiadji,
2010:6).
- Keluarga
Seringkali terlihat bahwa ada pengaruh dari orang tua yang bekerja sendiri,
dan memiliki usaha sendiri cenderung anaknya jadi pengusaha pula
(Setiadji, 2010:3). Menurut Duchesneau et al. dalam Staw (1991),
wirausaha yang berhasil adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua
yang juga wirausaha, karena mereka memiliki pengalaman luas dalam
usaha.
- Kebijakan Pemerintah
Adanya kemudahan-kemudahan dalam lokasi berusaha ataupun fasilitas
kredit dan bimbingan usaha yang dilakukan oleh Depnaker (Setiadji,
2010:6).
- Keterpaksaan dan Keadaan (Hendro, 2011:63)
Kondisi yang diciptakan atau yang terjadi, misal PHK, pensiun (retired),
dan menganggur atau belum bekerja akan dapat membuat
seseorangmemilih jalan hidupnya menjadi wirausaha, karena memang
sudah tidak ada pilihan lagi untuknya.
2.3.2. Tahap Pengembangan
8
a. Faktor Internal
Terdapat beberapa faktor internal yang mendorong proses pengembangan
usaha. Di antaranya adalah:
- Wirausahawan
Adanya seorang wirausaha yang siap mental secara total (Setiadji, 2010:6).
- Kreatifitas
Wirausahawan akan selalu mencari suatu cara yang lebih baik dalam
melakukan sesuatu (Saputro, 2011). Tanpa kreativitas, kesuksesan akan
sulit dicapai dan jalan bisnis anda akan semakin terjal (Hendro, 2011:68).
- Kepemimpinan
Seorang wirausahawan adalah seorang pemimpin dan dan di mana pun dia
berada, wirausahawan mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan
kepada para pengikutnya, yaitu bawahan-bawahannya (Hendro, 2011:180).
- Komitmen
Adanya komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan, dan menyadari
pentingnya hubungan bisnis yang mendasar (Zimmerer dan Scarborough,
1998).
- Visi
Adanya visi atau pandangan yang jauh ke depan guna mencapai
keberhasilan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009).
b. Faktor Eksternal
Terdapat beberapa faktor eksternal yang mendorong proses
pengembangan. Di antaranya adalah:
- Pesaing
Adanya unsur persaingan yang cukup menguntungkan. Dunia persaingan
sekarang ini sangat tajam. Ada berbagai bentuk persaingan yang ada di
pasar mulai dari pengusaha pasar yang sangat dominan, yang mempunyai
kekuatan yang sedang dan yang lemah (Setiadji, 2010:7).
- Mitra Bisnis
Sebuah bisnis dapat berjalan dengan baik apabila memiliki jaringan yang
melibatkan mitra-mitra yang dapat bekerja sama. Mitra yang
9
memungkinkan bisnis berlangsung di antaranya pelanggan, principal
(pemilik merk), vendor atau supplier, agen, retailer, adviser bidang
finansial, legal, asuransi, mentor, dan dukungan keluarga (Adhi dan
Bawono, 2009:106)
- Investor dan Bankir
Adanya bantuan dari pihak investor dan bank yang memberikan fasilitas
keuangan (Bygrave, 1994 dalam Azzahra 2009).
- Tim
Adanya tim yang kompak dalam menjalankan usaha senhingga semua
rencana dan pelaksanaan operasional berjalan produktif (Bygrave, 1994
dalam Azzahra 2009).
c. Faktor Strategi Berwirausaha
Terdapat beberapa faktor strategi berwirausaha yang mendorong proses
pengembangan. Di antaranya adalah:
- Memecahkan Masalah
Wirausahawan akan selalu melihat ke pilihan-pilihan untuk memecahkan
setiap masalah yang menghalangi di jalan (Saputro, 2011).
- Perencanaan
Dalam tahap pengembangan usaha, seorang wirausaha harus memiliki
tujuan yang akan dicapai dalam jangka waktu tertentu dan merencanakan
bagaimana cara untuk mencapainya.
- Bernegosiasi
Negosiasi berarti terjadinya konsensi, kesepakatan atau perjanjian antar
perbedaan dari dua orang, dua kelompok, atau dua badan hukum (Harvard
Bussines Essentials. Harvard Business School, 2003 dalam Hendro,
2011:426). Sepanjang proses pengembangan usaha tentunya banyak
berhubungan dengan pihak lain, oleh sebab itu kemampuan bernegosiasi
yang baik sering diperlukan untuk melancarkan proses pengembangan
usaha.
1
- Pengambilan Keputusan
Dalam hal menyelesaikan problem tertentu, perlu diambil banyak
keputusan. Adakalanya solusi masalah memerlukan suatu rangkaian rantai
keputusan (Winardi, 2004: 130).
- Inovasi
Inovasi adalah karakteristik utama dari kewirausahaan. Seseorang
berperilaku sebagai seorang wirausahawan ketika dia melakukan inovasi
(Schumpeter, 1934 dalam Carland, et al., 1984)
- Strategi Manajerial
Dalam proses pengelolaan usaha dan manajemen organisasi bisnis,
seorang wirausahawan dengan pola pikir yang ingin tetap menjadi pemilik
sekaligus harus bisa melakukan transformasi pola pikir kewirausahaannya,
yaitu menjadi wirausaha saat menjadi pemilik dalam rapat pemegang
saham dan menjadi profesional saat menjadi pemimpin organisasi
(Hendro, 2011:312).
1
2.4. Penggabungan Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan
2.4.1. Tahap Perintisan
Tahapan dan Faktor Pendorong Proses Kewirausahaan pada Tahap
Perintisan menurut Gibb (1993) dan Shook et al.(2003) dapat
digabungkan dalam suatu model:
KEMAMPUAN:
NIAT
Memecahkan masalah PROAKTIF
Kreatifitas Stimulan
Mempengaruhi Aktif mencari tujuan
Merencanakan
PENCARIAN INOVASI
Bernegosiasi
Pengambilan keputusan PELUANG DAN
PENEMUAN Pencarian peluang
SIKAP:
Mengatasi dan menikmati
Kepercayaan diri
Autonomous PENGAMBILAN ketidakpastian
- KEPUTUSAN
PERUBAHAN
UNTUK
MENGEKSEKUS Mengambil tindakan yang
Berorientasipada
I PELUANG
hasil Keluwesan Dinamis Banyak akal beresiko dan lingkungan yang
- tidak pasti
- PENGEKSEKUSIAN
- Fleksibel dalam merespon
PELUANG tantangan
1
2.4.2. Tahap Perintisan Hingga Tahap Pengembangan
Menurut Carol Moore (1986), Proses Kewirausahaan secara utuh dapat
digambarkan dengan model sebagai berikut:
1
Menurut Carol Moore (1986) yang dikutip oleh Bygrave (2003:3) dalam Saputra
(2011), proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi adalah
kegiatan kreatif untuk menciptakan suatu konsep yang baru untuk keperluan baru
untuk diwujudkan dan diimplementasikan menjadi bisnis yang sukses. Inovasi
adalah suatu fungsi khusus dari kewirausahaan, kegiatan yang membawa sumber
daya dengan kapasitas baru untuk menciptakan kesejahteraan. Hal terpenting dari
inovasi adalah gagasan, penerapan, dan kegunaan. Inovasi tersebut dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal. Secara internal inovasi dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari individu seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai,
pendidikan, dan pengalaman. Sedangkan secara eksternal seperti pendidikan,
sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan.
1
Dari berbagai definisi, tahapan dan faktor pendorong proses kewirausahaan yang
telah diuraikan di atas, maka dapat dibentuk suatu model Proses Kewirausahaan
dan Faktor Pendorong sebagai berikut:
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN UNTUK
MENGIMPLEMENTASIKAN
PELUANG
EKSTERNAL
IMPLEMENTASI
Pengembangan konsep
Persiapan sumber daya
Operasional
TAHAP PENGEMBANGAN
DUPLIKASI
PENGEMBANGAN PENCIPTAAN
INTERNAL
EKSTERNAL
KEMAMPUAN BERWIRAUSAHA
1
Tahap Perintisan meliputi tahap stimulan, mencari dan menemukan peluang,
pengambilan keputusan untuk mengimplementasikan peluang dan implementasi
yang terdiri dari pengembangan konsep, persiapan sumber daya hingga
operasional usaha itu sendiri. Faktor yang mendorong proses kewirausahaan
seseorang pada tahap perintisan ada dua macam yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal meliputi ide, toleransi terhadap resiko, pendidikan,
pengalaman, keinginan untuk berprestasi, ketidakpuasan kerja dan keinginan
untuk merdeka. Sedangkan faktor eksternal antara lain peluang, pesaing, jaringan,
tim, keluarga, kebijakan pemerintah serta keadaan dan keterpaksaan.
3. METODE PENELITIAN
1
Penelitian ini akan meneliti mengenaitahapan dan faktor pendorong proses
kewirausahaan dalam perintisan dan pengembangan usaha pada pemilik UKM
CV. Coco Prima Jaya, Erwadi Rahardjo. Oleh sebab itulah metode pendekatan
kualitatif yang digunakan adalah metode biografi. Untuk memperoleh data
mengenai peranan proses kewirausahaan pemilik sebagai penentu kesuksesan
UKM dalam menembus pasar ekspor, penulis menggunakan metode biografi
berdasarkan perjalanan hidup yang berkaitran dengan aktivitas bisnis dari obyek
penelitian.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer adalah
data yang dikumpulkan secara langsung dari sumber datanya (Saputro, 2011).
Oleh sebab itu, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara
secara mendalam. Wawancara akan dilakukan terhadap pemilik Usaha Kecil
Menengah CV. Coco Prima Jaya sebagai subyek penelitian, serta karyawan, mitra
kerja dan buyer dari CV. Coco Prima Jaya. Teknik analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif. MenurutNazir (1988), teknik
analisis deskriptif yaitu suatu pendekatan dsalam rangka meneliti kelompok
manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi,
gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
1
guncangan yang sangat besar hingga ia harus menjual hampir semua aset berharga
dan menguras tabungan yang dimilikinya untuk membayar hutang. Kejadian
inilah yang menjadi stimulan baginya untuk memutar otak bagaimana cara agar
dapat bangkit kembali dan bertahan hidup setelah usahanya mengalami
kebangkrutan dan merugi dalam jumlah yang sangat besar.
Pada implementasi bisnis, pada awalnya Erwadi melihat mesin hidrolik untuk
memproduksi briket arang rakitan pabrik berharga ratusan juta rupiah. Hampir
mustahil dengan modal belasan juta rupiah dapat merancang mesin seperti buatan
pabrik, oleh sebab itu kreatifitasnya muncul. Dengan mempelajari cara kerja
mesin hidrolik, ia melakukan eksperimen pembuatan alat dengan cara kerja yang
sama, namun dioperasikan secara manual sepenuhnya oleh tenaga manusia
menggunakan peralatan sederhana yaitu dongkrak hidrolik untuk truk. Setelah
peralatan tersebut dapat digunakan untuk berproduksi, maka Erwadi membuka
pabrik pertamanya pada bulan Februari 2007 yang berdiri di atas lahan seluas 2 ha
peninggalan ayahnya di daerah Bawen. Erwadi menjalankan pabrik dibantu oleh 4
tenaga kerja. Untuk keperluan teknis, ia dibantu oleh seorang teman dekatnya
1
yang bernama Handoko. Pabrik sederhana tersebut beroperasi selama 8 jam per
hari dengan kapasitas produksi mencapai 3 kuintal setiap harinya.
1
Tabel 4.1: Tahapan Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorongpada
Masing-Masing Tahap Erwadi Rahardjo dalam Merintis Usaha
Faktor Pendorong
Proses Internal Eksternal
Kewirausahaan
Stimulan Kondisi finansial: Erwadi Peluang usaha: adanya
mengalami kebangkrutan informasi mengenai kebutuhan
pada usahanya yang akan produk briket arang dari
terdahulu, kerugian material batok kelapa mendorong
yang sangat besar dan tidak Erwadi untuk merintis usaha.
memiliki pendapatan selama
satu tahun memicunya untuk
merintis usaha briket arang
dengan tujuan agar dapat
bertahan hidup.
Mencari dan Menemukan Inisiatif: Erwadi memiliki Jaringan: adanya relasi dengan
Peluang inisiatif untuk menghubungi Laurens yang tinggal di
Laurens. Dari inisiatif yang Amerika Serikat mendorong
diambilnya inilah ia dapat Erwadi untuk merintis usaha
merintis bisnisnya dari ide briket arang. Tidak semua
yang dimiliki oleh Laurens. pengusaha memiliki jaringan
hingga ke mancanegara
sepertinya.
Pengambilan Keputusan Sikap toleransi terhadap Dukungan finansial dari pihak
untuk resiko: Erwadi berani lain: kondisi finansial Erwadi
Mengimplementasikan bereksperimen dengan cara ketika merintis usaha briket
Peluang trial and error dalam arang tersebut sangat
melakukan perancangan memprihatinkan. Dukungan
hingga merakit peralatan finansial sangat dibutuhkan
produksi dengan anggaran untuk memulai usaha kembali,
yang terbatas. Langkah dan dalam hal ini Erwadi
tersebut beresiko tinggi mendapat modal awal sebesar
mengingat besarnya Rp 17 juta dari Laurens
kemungkinan gagal. dengan perjanjian yang jelas,
Pengalaman: Erwadi yaitu apabila perancangan alat
memiliki banyak pengalaman produksi berhasil, Erwadi
sebagai seorang tidak perlu mengembalikan
entrepreneur. modal tersebut, namun apabila
perancangan alat produksi
tersebut gagal, ia harus
mengembalikan modal yang
telah diberikan.
Implementasi Sikap pantang menyerah dan Dukungan tim: Handoko,
kemampuan: kebangkrutan teman dekat dari Erwadiyang
yang dialami Erwadi ketika menguasai bidang teknik
2
berbisnis kuningan tidak mendukung Erwadi dalam
menjadikannya berputus asa. merealisasikan usaha briket
Hal ini menunjukkan arangnya.
sikapnya yang pantang Dukungan keluarga: Erwadi
menyerah dalam berusaha. mendapat dukungan dari
Walaupun omzet awal pabrik ayahnya berupa lahan untuk
briketnya belum sebanding mendirikan pabrik. Dukungan
dengan bisnis yang terdahulu, ini sangat berarti baginya,
ia tetap gigih karena Erwadi merintis usaha
mengimplementasikan usaha briket arangnya di tengah
tersebut. Kemampuan dalam kondisi finansial yang sedang
berbisnis dan mengelola terpuruk, sehingga tanpa lahan
usaha juga mendukung yang telah tersedia maka
implementasi usaha barunya. hampir mustahil baginya untuk
memulai usaha.
Potensi pasar: Permintaan
pasar di Amerika Serikat
terhadap briket arang semakin
meningkat.
Ketersediaan bahan baku:
Indonesia merupakan negara
agraris yang memiliki banyak
pantai, maupun perkebunan
kelapa untuk memenuhi
produksi kopra. Hal ini berarti
ketersediaan bahan baku
berupa batok kelapa sangat
berlimpah serta memiliki harga
jual yang relatif terjangkau.
Kondisi kompetisi: belum
banyaknya kompetitor di
Indonesia yang mampu
memenuhi standar kualitas
yang diterapkan oleh buyer
dari Amerika Serikat dan
Eropa membuat kondisi
persaingan cenderung tidak
ketat bagi Erwadi.
2
4.1.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi
Rahardjo dalam Merintis Usaha
2
Berselang 1 bulan setelah mesin hidrolik beroperasi (Agustus 2007), ia langsung
menambah jam kerja efektif pabrik menjadi 14 jam per hari dengan sistem shifting
yang berarti kapasitas produksi meningkat hingga mencapai 1,4 ton per hari dan
mempekerjakan 60 orang karyawan. Selain melakukan pengembangan pada
kuantitas produksi, ia juga merekrut 2 orang manajer produksi dan seorang
manajer administrasi.
Mengingat permintaan di Amerika Serikat akan produk briket arang dari batok
kelapa terus meningkat dan seluruh hasil produksi pabriknya dibeli oleh buyer,
maka Erwadi terus berupaya untuk mengembangkan kuantitas produksinya tanpa
mengurangi kualitasnya. Masih dengan sistem kerja peralatan yang sama, pada
bulan Februari 2008 ia sukses meningkatkan kapasitas produksi briket arangnya
hingga mencapai 2,4 ton per hari. Pengembangan yang dilakukan tidak berhenti
sampai di situ, secara bertahap kapasitas produksi pabrik briket Erwadi
ditingkatkan hingga menembus 4,5 ton per hari pada akhir tahun 2008 dengan
jumlah tenaga kerja mencapai 90 orang yang dibagi menjadi 3 shift kerja dan
pabrik beroperasi selama 24 jam penuh.
2
Tidak membutuhkan waktu lama untuk menstabilkan pabrik, 6 bulan dirasa cukup
untuk membuat pabrik keduanya telah beroperasi secara optimal seperti pabrik
pertamanya dan Erwadi kembali melakukan ekspansi dengan membuka pabrik
ketiganya yang hanya berjarak 200M dari pabrik keduanya pada bulan Maret
2013. Untuk mendirikan pabrik yang terbaru ini, ia menggandeng 2 orang investor
dari Jakarta, yang salah satunya juga menjadi manajer administrasi di pabrik yang
berdiri di atas lahan seluas 1500M2 ini memiliki kapasitas produksi 3 ton per hari
dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 45 orang yang dibagi menjadi 3 shift. Untuk
jajaran manajerial masih sama dengan pabrik sebelumnya, hanya ditambah
seorang manajer administrasi dan seorang manajer produksi, sedangkan manajer
administrasi yang sebelumnya dipindah ke bagian purchasing. Pabrik terbaru ini
berproduksi untuk melayani pasar Jerman dengan briket berbentuk kubus
berukuran 2,5cm x 2,5 cm x 2,5 cm dan memiliki spesifikasi produk baru yang
belum pernah diterapkan sebelumnya. Kadar abu yang ditetapkan kurang dari
1,8% dan tidak ada toleransi terhadap keretakan fisik pada briket untuk menjamin
kualitas briket yang diklaim merupakan produk terbaik yang pernah diproduksi.
Pada saat ini dapat dikatakan bahwa usaha Erwadi telah mencapai kesuksesan
dengan perkembangan yang sangat signifikan dalam jangka waktu yang belum
terlalu lama. Dalam kurun waktu 6 tahun, pabrik briket arang yang dimilikinya
telah mencapai 3 buah, tujuan ekspornya adalah 4 negara maju. jumlah karyawan
yang pada awalnya hanya 4 orang telah mengalami peningkatan menjadi 165
orang, jumlah manajer yang pada awalnya hanya 2 orang telah bertambah menjadi
8 orang, dan yang terpenting adalah kapasitas produksi yang meningkat tajam dari
3 kuintal menjadi 9,5 ton per hari.
Ketika disinggung mengenai rahasia dan kunci kesuksesan dalam pengembangan
bisnisnya, Erwadi berkata
2
Hal inilah yang dirasakannya dalam kurun waktu 6 tahun terakhir. Pada awal
perintisan usaha briket arangnya, Erwadi hanya memiliki seorang buyer dan
kuantitas pembeliannya pun relatif kecil, namun karena ia tidak pernah
menyalahgunakan kepercayaan sekecil apa pun yang diberikan, maka seiring
berjalannya waktu ia semakin dipercaya untuk memproduksi dan menjual briket
arang dengan kuantitas yang semakin meningkat secara bertahap. Selain itu,
karena nama Erwadi telah semakin dikenal di dunia “perbriketan”, maka jumlah
buyer yang memberi kepercayaan kepadanya juga semakin bertambah hingga
mencapai 3 orang pada saat ini.
K yang pertama dari prinsip 3K adalah Kualitas, artinya briket arang yang
diproduksi oleh CV. Coco Prima Jaya memiliki kualitas yang terbaik karena
spesifikasi produknya disesuaikan dengan standar yang berlaku di Amerika
Serikat dan Eropa (tertinggi di seluruh dunia). K yang kedua adalah Kuantitas,
artinya kapasitas produksi briket arang yang dihasilkan oleh CV. Coco Prima Jaya
memiliki standar tertentu yang telah disepakati dengan pihak buyer. Mengingat
seluruh produk yang dihasilkan ditujukan untuk melayani pasar ekspor, kapasitas
produksi merupakan hal yang sangat penting, karena apabila kapasitas produksi
tidak mencukupi atau kecepatan produksi kurang memadai, maka tidak
memungkinkan untuk melayani pasar ekspor. K yang ketiga adalah Komitmen,
dalam hal ini adalah kestabilan baik kualitas maupun kuantitas produk yang
dihasilkan. Komitmen dapat dicapai dengan melakukan Quality Control yang
ketat pada setiap stasiun kerja di pabrik. Karena adanya target dalam hal kriteria
kualitas dan deadline penyelesaian produksi per kontainer yang ditentukan oleh
2
buyer, maka pihaknya menempatkan seorang quality controller di lokasi pabrik
untuk membantu Erwadi memastikan proses produksinya berjalan dengan baik
dan lancar.
Kepercayaan yang diperoleh Erwadi dari para buyernya tidak hanya berhenti pada
transaksi jual-beli. Lebih dari itu, ia mendapatkan manfaat yaitu kemudahan
dalam mengakses permodalan dari para buyer. Herbert Manson yang merupakan
salah satu perwakilan dari pihak buyer di Indonesia menjelaskan bahwa ketika
Erwadi membutuhkan suntikan dana, maka para buyer dengan penuh kepercayaan
membayar lunas pesanan briketnya walaupun proses produksi baru dimulai.
Bahkan ketika mesin-mesin produksi milik CV. Coco Prima Jaya memerlukan
peremajaan, maka Herbert bersedia memberikan kredit lunak tanpa agunan
kepada Erwadi yang pelunasaannya dilakukan secara bertahap dengan memotong
pembayaran pembelian briket arang dengan jumlah tertentu setiap kali
pengiriman.
Untuk dapat selalu berpegang pada prinsip 3K guna menjaga kepercayaan dari
para buyer, Erwadi tidak hanya menerapkan prinsip tersebut sebagai pedoman
kerja dirinya sendiri, namun juga ditanamkan pada seluruh karyawannya. Hal ini
dibenarkan oleh Hezron Sabtyo sebagai manajer produksi pabrik kedua CV. Coco
Prima Jaya dengan pernyataan sebagai berikut
“Babahe(panggilan akrab Erwadi di kalangan para karyawan)
adalah bos yang paling santai pada saat tidak membahas masalah
produksi, tetapi beliau bisa menjadi sangat saklek (tidak fleksibel)
ketika sudah membicarakan masalah produksi. Semua karyawan
mulai dari tukang sortir hingga manajer juga dibiasakan mengikuti
prinsip 3K tersebut dan dampaknya dapat membuat kami semua
menjadi lebih disiplin dalam bekerja.”
2
Tabel 4.2: Proses Pengembangan Usaha Briket Arang Batok
Kelapa Erwadi Rahardjo
Lokasi Pabrik Bulan/Tahun Alat Produksi Jumlah Jumlah Jumlah shift Kapasitas
Karyawan Manajer per hari Produksi
per Hari
1. Bawen Februari/2007 Dongkrak manual 4 2 1 3 kuintal
Juli/2007 Hidrolik 30 2 1 7 kuintal
Agustus/2007 Hidrolik 60 5 2 1,4 ton
Februari/2008 Hidrolik baru 60 5 2 2,4 ton
November- Hidrolik baru 90 5 3 4,5 ton
Desember/2008
2. Tengaran A September/2012 Screw cetak 30 3 2 2 ton
3. Tengaran B Maret/2013 Screw cetak 45 5 3 3 ton
2
c. Faktor Strategi Berwirausaha
Strategi berwirausaha sangat erat dengan keberhasilan seorang
wirausahawan dalam mengelola bisnisnya, termasuk pada saat
melakukan pengembangan usaha. Strategi berwirausaha yang dimiliki
oleh Erwadi berperan penting dalam menyumbang kesuksesan
pengembangan usaha briket arang yang dimilikinya. Beberapa strategi
berwirausaha yang memiliki kontribusi signifikan adalah kemampuan
untuk memecahkan masalah yang dihadapi sekaligus pengambilan
keputusan dalam mengelola bisnis, strategi manajerial, kemampuan
untuk melakukan perencanaan dan negosiasi.
2
serta ketepatan langsung dengan
waktu CV. Coco Prima
penyelesaian Jaya.
produksi sesuai Akses
dengan target atau permodalan:
perjanjian. Erwadi memiliki
Dengan demikian akses permodalan
kepercayaan buyer yang mudah
terhadap Erwadi kepada para buyer.
terus meningkat Karena ia telah
dan hal ini mendapat
berdampak positif kepercayaan
dalam penuh, maka ia
pengembangan dapat menambah
usahanya. modal kerja dari
para buyer demi
peningkatan
kuantitas
produksi. Para
buyer dapat
memberikan kredit
lunak kepadanya
sewaktu-waktu
dibutuhkan.
Penciptaan Inovatif: Erwadi Dukungan Perencanaan: karena
terus melakukan investor dan memiliki visi yang
inovasi pada bankir: Erwadi jelas dalam
peralatan membuka mengembangkan
produksi, mesin kesempatan bagi bisnisnya, Erwadi
produksi, investor yang selalu merencanakan
komposisi serta berminat untuk penciptaan kreasi
hal-hal yang bekerja sama baru baik pada
bersifat teknis mendirikan sistem produksinya,
lainnya dengan pabrik. Dukungan pencarian sumber
tujuan untuk bank pun cukup bahan baku baru
mengembangkan berperan dengan maupun susunan
kualitas dan pinjaman yang manajerial baru yang
kuantitas diberikan untuk ditargetkan dapat
produknya. mendirikan pabrik dicapai dalam jangka
baru atau waktu tertentu. Ia
menciptakan juga memikirkan
sistem produksi bagaimana cara
baru. mencapainya sesuai
dengan target.
2
Selain faktor pendorong yang menonjol pada masing-masing tahap proses
kewirausahaan Erwadi dalam mengembangkan usaha, ia juga memiliki faktor
pendorong internal, eksternal dan strategi berwirausaha yang secara umum
berpengaruh pada semua tahap baik pengembangan maupun penciptaan.
Faktor
Pendorong Internal Eksternal
Strategi Berwirausaha
Proses
Kewirausahaan
Pengembangan dan Kepemimpinan: Tim: Tim Memecahkan
Penciptaan Erwadi manajemen usaha masalah: Mesin
menerapkan sistem di yang dibawahi penggerak yang sudah
serius tapi santai oleh Erwadi pada relatif tua seringkali
pada para ketiga pabriknya bermasalah, namun
karyawannya. berjumlah 8 Erwadi selalu sigap
Dalam komunikasi orang. Mereka baik melakukan
sehari-hari, ia kompak untuk langkah yang bersifat
memperlakukan mendukung antisipatif maupun
karyawan seperti pengembangan preventif untuk
teman, namun usaha, baik dalam mengatasinya.
untuk hal yang hal Membawahi tim kerja
berkaitan dengan pengembangan yang berjumlah
pekerjaan, ia produk maupun ratusan orang tentu
sangat tegas penciptaan kreasi tidak lepas dari
terhadap baru. Setiap permasalahan karena
karyawan- orang perbedaan
karyawannya. menjalankan kepentingan antar
Mengingat produk fungsinya anggota maupun hal-
yang masing-masing hal lain, namun
diproduksinya dengan baik. Erwadi selalu
memiliki standar Erwadi memiliki memiliki solusi untuk
kualitas yang strategi yang memecahkannya.
sangat tinggi, maka cukup baik untuk Setiap ada masalah
ia tidak mentolerir memotivasi pada timnya, ia selalu
apabila terjadi kinerja timnya menghadapi dengan
kesalahan yang dengan cara kepala dingin serta
dilakukan para memberikan menyelesaikannya
karyawannya. saham kosong secara kekeluargaan
Visi: Erwadi kepada masing- tanpa pernah disertai
memiliki visi ke masing dari emosi.
3
depan untuk selalu anggota tim. Pengambilan
mengembangkan Selain tim keputusan: Untuk
usahanya, visi manajemen, tim memecahkan masalah
tersebut tenaga kerja yang tertentu diperlukan
direalisasikan ke dibentuk oleh pengambilan
dalam Erwadi juga keputusan yang tepat.
perencanaan- sangat solid, Dalam pekerjaannya
perencanaan setiap ada Erwadi selalu dituntut
pengembangan permasalahan, untuk mengambil
usaha serta Erwadi selalu keputusan dengan
mencari investor menyikapi cepat dan tepat
untuk dengan bijak. mengingat ia selalu
mendukungnya. menjaga komitmen
dalam target
penyelesaian
produksi, dan quality
control.
Strategi Manajerial:
Karena usaha yang
dimilikinya masih
berskala usaha kecil,
maka Erwadi
bertindak sebagai
pemilik sekaligus
manajer. Hal ini
menuntutnya untuk
memiliki strategi jitu
dalam mengelola
usahanya yang dapat
dilihat dari langkah-
langkah konkret yang
diambilnya dalam
menjaga kualitas,
kuantitas dan
komitmen serta
membawahi puluhan
tenaga kerja dan
manajer dalam satu
pabrik.
3
4.2.2. Model Proses Kewirausahaan dan Faktor Pendorong Erwadi
Rahardjo dalam Mengembangkan Usaha
4.3. Pembahasan
Seorang wirausahawan dapat dikatakan sukses ketika dirinya tidak hanya dapat
merintis suatu usaha, namun juga mampu mengembangkannya. Seperti Erwadi
yang berhasil merintis usaha briket arang dari batok kelapa mulai dari nol dan
mengembangkannya hingga pabrik ketiga serta memiliki total kapasitas produksi
hingga ratusan ton setiap bulan yang seluruhnya ditujukan untuk melayani pasar
ekspor. Pencapaian kesuksesan yang diraihnya dalam waktu relatif singkat
tersebut dapat menjadi inspirasi bagi kita yang berniat menggeluti dunia
entrepreneurship.
3
faktor eksternal seperti peluang usaha yang terbuka, bekal jaringan yang luas
hingga Amerika Serikat, dukungan orang yang ahli di bidang teknik sebagai tim
kerja, dukungan keluarga serta finansial dalam hal modal awal usaha, adanya
pasar yang potensial, ketersediaan bahan baku yang memadai, kompetisi yang
relatif ringan semakin memantapkan proses perintisan bisnis tersebut hingga
terimplementasikan.
Pengembangan usaha tidak kalah pentingnya dengan proses perintisan. Hal ini
dapat dibuktikan dengan melihat perkembangan usaha Erwadi yang meningkat
pesat dalam waktu enam tahun (Tabel 4.3). Dalam mengembangkan usahanya, ia
mempelajari cara kerja mesin produksi buatan pabrik, kemudian melakukan
pengembangan dan penciptaan atas alat produksi dengan spesifikasi yang
disesuaikan dengan kualitas, kuantitas, bentuk serta ukuran briket yang diminta.
Teknologi terapan yang diaplikasikan pada sistem produksinya merupakan hasil
dari eksperimen Erwadi sendiri. Begitu pula dengan spesifikasi produk baru,
teknik produksi baru, pencarian bahan baku baru, manajemen baru seluruhnya
merupakan kesuksesan pengembangan hasil inovasi dan kreasinya. Dengan
prinsip 3K (Kualitas, Kuantitas, Komitmen), Erwadi sukses mendapatkan
kepercayaan dari para stakeholder. Menurutnya, kepercayaan mereka yang terus
meningkat dari waktu ke waktu merupakan kunci utama kesuksesan
pengembangan usahanya. Erwadi merupakan sosok pribadi yang kreatif, inovatif,
memiliki komitmen, visi dan jiwa kepemimpinan. Berbagai karakter
wirausahawan sukses tersebut menjadi faktor internal yang mendorong
pengembangan usaha. Kreatifitas dan inovatifitas Erwadi dapat dilihat dari
penggunaan teknologi produksi yang murni merupakan rancangannya sendiri,
sekaligus pengembangannya hingga saat ini, tidak ada satu pun alat produksi yang
dibeli secara utuh dari produsen. Komitmen merupakan bagian dari prinsip 3K
yang selalu dipegangnya dalam menjalankan usaha, ditambah dengan visi yang
diimplementasiikan dalam perencanaan-perencanaan matang dan sistem
kepemimpinan serius tapi santai menjadikan proses pengembangan bisnisnya
menjadi semakin cepat memperoleh pencapaian yang diharapkan. Karena selalu
3
berkomitmen dalam menjalankan usaha, maka Erwadi selalu mendapat dukungan
faktor-faktor eksternal terutama kepercayaan dari berbagai pihak baik buyer,
pemasok, maupun investor atau perbankan. Kepercayaan tersebut yang
menjadikan bisnisnya dapat berkembang pesat. Bahkan akses permodalan ke
buyer pun merupakan hal mudah bagi Erwadi, salah satu nilai tambah yang jarang
dimiliki oleh wirausahawan pada umumnya. Selain itu dukungan dari tim
manajemen juga turut menjadi faktor pendorong pengembangan usahanya.
Dalam melakukan pengembangan usaha, tidak hanya faktor internal dan eksternal
saja yang menjadi pendorong, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor strategi
berwirausaha. Sebagai wirausahawan handal, Erwadi memiliki strategi
berwirausaha yang mumpuni. Ia selalu mengambil tindakan antisipatif maupun
preventif sekaligus mengambil keputusan yang tepat untuk memecahkan masalah
dalam proses produksi pabriknya, memiliki kemampuan negosiasi dan
perencanaan yang baik, serta kemampuan manajerial yang tidak diragukan dalam
mengelola sumber daya manusia dan berbagai aspek dalam usahanya.
5. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
3
mencari peluang usaha dan menemukannya dari Laurens yang tinggal di Amerika
Serikat. Berikutnya, proses kewirausahaannya mencapai tahap pengambilan
keputusan untuk mengimplementasikan peluang usaha yang ada dengan bantuan
modal usaha dari Laurens untuk melakukan eksperimen perancangan alat-alat
produksi secara trial and error. Setelah keputusan diambil dan perancangan alat-
alat produksi mencapai tahap final, Erwadi melakukan implementasi bisnis yaitu
mulai memproduksi briket arang dari batok kelapa di atas tanah peninggalan
ayahnya di daerah Bawen. Proses kewirausahaan Erwadi pada tahap perintisan
tersebut didukung oleh faktor-faktor pendorong. Faktor pendorong ini dapat
dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang
dimilikinya adalah inisiatif, toleransi terhadap resiko, pengalaman dan kegigihan.
Sedangkan faktor eksternal seperti jaringan, dukungan baik dari tim maupun
keluarga serta finansial, keterpaksaan dan keadaan, peluang usaha yang meliputi
potensi pasar, ketersediaan bahan baku, kompetisi.
3
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan kepada Erwadi Rahardjo, SE. adalah sebaiknya ia
lebih memberikan batasan akan akses informasi terhadap seluruh sistem produksi
yang dimilikinya dari kalangan umum. Ia suka berbagi pengetahuan dan
pengalaman dengan siapa saja, namun alangkah baiknya diberikan peraturan
untuk membatasi kegiatan observasi dan pendokumentasian sistem produksi tanpa
izin resmi dari instansi yang jelas.
Selain mengenai pembatasan akses informasi perusahaan serta hak paten, saran
lain yang dapat diberikan untuk Erwadi adalah sebaiknya ia memberikan Standart
Operating Procedure (SOP) yang lebih jelas bagi para karyawan untuk
meningkatkan efisiensi. Erwadi berkeyakinan bahwa hanya dengan memberikan
target penyelesaian per kontainer saja para tenaga kerja sudah dapat bekerja secara
optimal, namun ia kurang memperhatikan detail proses pekerjaan mereka yang
terkadang menyebabkan adanya kemungkinan timbulnya inefisiensi.
3
DAFTAR PUSTAKA
Carland, James W., dkk. 1984. Differentiating Entrepreneurs from Small Business
Owners: A Conzeptualization. Western Carolina University Press, Western
Carolina.
3
Shapero, Albert, Lisa Sokol. 1982. The Social Dimensions of Entrepreneurship.
University of Illinois at Urbana-Champaign’s Academy for Entrepreneurial
Leadership Historical Research Reference in Entrepreneurship.
Staw, Barry.M. 1991. Dressing Up Like an Organization: When Psychological
Theories Can Explain Organizational Action.
Tandiontong, dkk. 2012. Pengaruh Biaya Kualitas Terhadap Tingkat
Profitabilitas Perusahaan (Studi Kasus pada The Majesty Hotel and Apartment,
Bandung). http://cls.maranatha.edu
Umar, Husein. 2001. Strategic Management in Action. PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.
Winardi, J. 2004. Entrepreneur dan Entrepreneurship. Penerbit Prenada Media,
Jakarta.
Zimmerer, Thomas.W, Norman.M.Scarborough. 2008. Kewirausahaan dan
Manajemen Usaha Kecil. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
3
LAMPIRAN
Gambar 1: Screw cetak, teknologi produksi terbaru hasil karya Erwadi Rahardjo
3
Gambar 3: Mesin pengaduk campuran arang dan tepung tapioka, salah satu alat produksi yang
4
Gambar 5: Salah satu produk CV. Coco Prima Jaya yang dipasarkan di Amerika Serikat