Anda di halaman 1dari 63

KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PERUSAHAAN ROTI

MANDALA BAKERY

Oleh:
Nugroho Adi Pradana
NIM : 212009082

KERTAS KERJA

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomika Dan Bisnis


Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS


PROGRAM STUDI : MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS


UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016

i
ii
iii
iv
v
MOTTO

“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
mereka berbahagia di dunia ini, yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk
dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan. ~ (Tom Bodett)

Kebanyakan dari kita tidak mensyukuri apa yang sudah kita miliki, tetapi kita selalu
menyesali apa yang belum kita capai. ~ (Schopenhauer)

PERSEMBAHAN

Puji dan syukur kepada Tuhan YME atas kasih karunia, cinta, hikmat,
berkat, anugerah serta dukungan yang telah diberikan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini sebagai kelengkapan untuk memperoleh
gelar sarjana dalam program studi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana.
Kertas kerja ini dapat terselesaikan dengan baik berkat bimbingan, petunjuk,
serta kerja sama dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini, penulis
mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar - besarnya kepada :
1. Ibu Roos Kities Andadari, SE, MBA, Ph.D, selaku ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Wacana.
2. Ibu Dr. Sri Sulandjari, SE, MSIE, selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan inspirasi dan motivasi, berusaha dengan sabar dan cermat dalam
membimbing dan mengarahkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
3. Bapak Johnson Dongoran, SE, MBA, selaku Wali Studi yang telah memberikan
dorongan dan masukan kepada penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang tak ternilai.

vi
5. Staf dan Tata Usaha Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana yang telah memberi bantuan administrasi dan teknis kepada penulis
selama kuliah.
6. Keluarga besar Ibu Setyawati Antono selaku pemilik Mandala bakery yang telah
berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian,
dan dengan sabar memberikan waktunya untuk melayani setiap keinginan penulis
untuk wawancara terkait dengan kompetensi kewirausahaan yang dibutuhkan
penulis guna melengkapi penulisan kertas kerja ini.
7. Bapak, Ibu, dan Adik terima kasih atas doa, bimbingan, sarana, dan dorongan
semangat, serta dukungan yang diberikan kepada penulis.
8. Oktaviana Anggun Permatasari, terima kasih atas doa, bimbingan, dan dorongan
semangat yang diberikan kepada penulis
9. Buat teman-teman FEB angkatan 2009, terima kasih atas doa dan dukungan yang
selalu diberikan.
10. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih
untuk semuanya.

vii
KATA PENGANTAR

Bisnis keluarga lahir dari aktivitas yang dilakukan di dalam keseharian,


ditangkap menjadi sebuah peluang, dituangkan menjadi ide-ide segar, dihidupkan
oleh sebuah impian dan keyakinan, dan kerja keras untuk mewujudkan mimpi. Awal
mula didirikan suatu bisnis keluarga yaitu sebuah bisnis dalam skala kecil yang
menjadi sumber penghidupan untuk satu keluarga, bila dikelola dengan baik maka
bisnis tersebut dapat berkembang bahkan dapat merambah ke pasar Internasional.
Penulis berharap, kiranya penelitian kompetensi kewirausahaan pada
perusahaan roti Mandala Bakery dapat bermanfaat bagi pembaca umum dan pihak-
pihak yang bersangkutan khususnya peneliti sendiri, maupun peneliti lain. Penulis
menyadari bahwa dalam kertas kerja ini masih terdapat kekurangan, untuk itu segala
kritik dan saran sangat penulis hargai dengan suka cita, karena semuanya akan
menyempurnakan karya ini dan berguna untuk penelitian lanjut dalam topik yang
sama.

viii
ABSTRACT

A family business would require the competence of managers to manage the business
to run and develop properly in accordance with the targets that have been planned.
The aim of research to describe the entrepreneurial competencies needed to develop
the family business Mandala Bakery (MB). This research included one study that can
be categorized as a descriptive study using a qualitative approach. The unit of
analysis is the study group, the entrepreneurial competence on the owner and family
members who manage MB. For the observation unit is the owner and family
members who manage MB. This study uses primary data. Techniques of analysis
using a technique that is descriptive qualitative analysis. The results showed that the
entrepreneurial competencies needed to develop family businesses MB namely
technical competence, financial competence, marketing competence and competence
personal relationships. Competence must be owned by all of them to be able to
manage and develop the business and also to be a genuine entrepreneur. To be a bona
fide entrepreneurs from both professional workers and entrepreneurs needed for the
learning process.

Keywords : Entrepreneurship Competence.

ix
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................... i

Surat Pernyataan Tidak Plagiat ................................................................................. ii

Surat Pernyataan Persetujuan Akses ......................................................................... iii

Halaman Pengesahan ................................................................................................ iv

Halaman Keaslian Karya Tulis ................................................................................. v

Moto dan Persembahan ............................................................................................. vi

Kata Pengantar .......................................................................................................... viii

Abstract .................................................................................................................... ix

Daftar Isi.................................................................................................................... x

PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

TINJAUAN TEORITIS

Bisnis Keluarga ......................................................................................................... 4

Kompetensi Kewirausahaan ...................................................................................... 5

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian .......................................................................................................... 7

Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis................................................................... 7

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data ............................................................... 7

x
Indikator Empirik ...................................................................................................... 7

Teknik Analisis ......................................................................................................... 8

TEMUAN PENELITIAN

Gambaran Perusahaan ............................................................................................... 10

Profil Narasumber .………………………………………………………………… 12

Kompetensi Kewirausahaan Pada Perusahaan Roti Mandala Bakery ...................... 12

PENUTUP

Kesimpulan ............................................................................................................... 21

Implikasi .................................................................................................................... 21

Saran .......................................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka…………………………………………………………………..….. 22

LAMPIRAN

Lampiran I ……………………………………………………...…………………. 24

Lampiran II ………………………………………………………………………... 26

Lampiran III ………………………………………………………………………. 42

xi
KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN PADA PERUSAHAAN ROTI
MANDALA BAKERY
Nugroho Adi Pradana
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

PENDAHULUAN
Bisnis keluarga penggerak ekonomi dunia. Terlihat sekitar 24 juta bisnis
keluarga yang ada di Amerika Serikat, menyerap tenaga kerja sebanyak 62% dan
memberikan sumbangan terhadap PDB Amerika Serikat sebesar 64%. Negara –
negara yang melakukan kegiatan komersial di Gulf Cooperation Council seperti
India, negara-negara Timur Tengah seperti Arab Saudi, Kuwait menunjukkan bahwa
98% dari perusahaan-perusahaan tersebut adalah perusahaan keluarga (Wijayanto dan
Indriyani, 2013).
Kondisi yang ada di negara Indonesia juga tidak berbeda jauh seperti negara -
negara lain, dimana menurut data Indonesian Institute for Corporate and
Directorship (IICD) tahun 2010, lebih dari 95% bisnis – bisnis yang ada di Indonesia
merupakan perusahaan yang dimiliki maupun dikelola oleh keluarga (Simanjuntak,
2010). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kegiatan bisnis keluarga telah lama
memberi sumbangsih terbesar terhadap pembangunan ekonomi nasional. Selain itu,
saat krisis ekonomi pada tahun 1997/1998 dan juga 2008, bisnis keluarga terus
menunjukkan eksistensinya untuk menjadi penopang sekaligus sebagai modal
kekuatan sebagai pemulihan ekonomi nasional (Simanjuntak, 2010).
Bisnis keluarga, yang dalam bahasa Inggrisnya disebut sebagai family
business, family enterprise atau family firm, merupakan buah karya dari sang pendiri
atau pemilik usaha yang biasa disebut wirausahawan. Menurut Wijanarko (2006),
bisnis keluarga lahir dari aktivitas yang dilakukan di dalam keseharian, ditangkap
menjadi sebuah peluang, dituangkan menjadi ide-ide segar, dihidupkan oleh sebuah

1
impian dan keyakinan, dan kerja keras untuk mewujudkan mimpi. Awal mula
didirikan suatu bisnis keluarga yaitu, sebuah bisnis dalam skala kecil yang menjadi
sumber penghidupan untuk satu keluarga, bila dikelola dengan baik maka bisnis
tersebut dapat berkembang bahkan dapat merambah ke pasar Internasional.
Menurut Susanto (2006), yang paling sering terdengar dari pergerakan bisnis
keluarga adalah perusahaan keluarga tidak profesional. Kedua, tidak adanya
pemisahan antara keuangan perusahaan dan keuangan pribadi. Ketiga, dianggap tidak
dapat menerapkan sistem dan prosedur yang sehat. Keempat, memberikan
kesempatan untuk menduduki posisi kunci hanya kepada kerabat keluarga saja.
Kelima, kinerja dianggap tidak penting, yang penting adalah kemampuan membina
hubungan yang dekat dengan pemilik. Keenam, perusahaan keluarga akan berakhir di
tangan generasi kedua. Terakhir, perusahaan keluarga tidak memandang sumber daya
manusia sebagai aset perusahaan yang penting. Maka dari itu, dibutuhkan kompetensi
dari dalam diri seorang wirausaha untuk menanggulangi permasalahan –
permasalahan tersebut, karena bisnis keluarga adalah salah satu usaha yang dikelola
oleh anggota keluarga, sehingga tata cara mengelolanya tidak serumit dengan
perusahaan yang dimiliki perorangan.
Perusahaan keluarga yang mampu bertahan dalam kurun waktu yang lama
melewati beberapa generasi memiliki semangat dan kompetensi kewirausahaan yang
tinggi. Perusahaan tidak cepat berpuas diri dengan kesuksesan yang telah diraih, rajin
mencari peluang-peluang baru, kreatif dan inovatif, dan berani mengambil risiko
terkalkulasi (Susanto, 2008). Semangat dan kompetensi kewirausahaan ini sangat
penting dimiliki oleh perusahaan dalam kondisi lingkungan bisnis yang terus
berubah. Dengan mental kewirausahaan yang kuat, pebisnis tak akan begitu saja
menutup usahanya saat sedikit merugi atau mengalami masa krisis (Fazriyati, 2011).
Hal ini yang biasa dialami oleh para wirausaha, khususnya wirausaha di Indonesia.
Sebuah bisnis keluarga tentu membutuhkan kompetensi dari pengelolanya
untuk mengelola usaha tersebut agar dapat berjalan dan berkembang dengan baik
sesuai dengan target yang sudah direncanakan. Salah satu dari contoh bisnis keluarga

2
dan yang menjadi obyek dari penelitian ini yaitu perusahaan roti “Mandala Bakery“
(MB). Perusahaan ini bergerak dibidang makanan yaitu roti, yang berada di jalan
Pandanaran no. 200 A, Boyolali. Usaha ini sudah ada sejak lama, dan sampai
sekarang masih berjalan dan berkembang dengan baik. Usaha ini dimiliki oleh
keluarga Ibu Setyawati Antono (SA) yang didirikan pada tahun 1975. Hingga saat ini,
bisnis keluarga Mandala Bakery (MB) dikerjakan oleh keluarga, dengan Ibu
Setyawati Antono (SA) sebagai pemilik. Kompetensi kewirausahaan yang dimiliki
oleh Ibu Setyawati Antono (SA), dan mengajarkan kepada anak-anaknya, sehingga
usaha tersebut dapat dikelola bersama sebagai usaha keluarga. Melihat latar belakang
tersebut, timbul suatu pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian ini yaitu
kompetensi kewirausahaan seperti apakah yang dibutuhkan untuk mengembangkan
usaha roti Mandala Bakery?. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
kompetensi kewirausahaan yang dibutuhkan untuk mengembangkan bisnis keluarga
Mandala Bakery (MB).

3
TINJAUAN TEORITIS
Bisnis Keluarga
Simanjuntak (2010) menyebutkan bahwa bisnis keluarga adalah bisnis yang
dimiliki dan dikelola oleh sejumlah orang yang memiliki hubungan kekeluargaan,
baik suami-istri maupun keturunannya, termasuk hubungan persaudaraan. Kidwell,
Kellermanns dan Eddleston (2011) mengatakan bahwa Family business merupakan
suatu perusahaan dimana anggota – anggota keluarganya bertindak serta berperan
menjadi pengurus yang membantu bisnis keluarga atau Family business untuk tetap
sukses yang didalamnya menyediakan sumber daya tertentu. Pendapat Sindhuja
(2009) tentang Family business yaitu sebuah perusahaan yang dapat dikatakan Family
business apabila terdapat salah satu kriteria: 50% atau lebih kepemilikan perusahaan
dipegang oleh satu keluarga, kelompok keluarga secara efektif mengendalikan bisnis,
atau adanya proporsi keluarga yang signifikan di posisi manajemen senior.
Berdasarkan pengertian tentang perusahaan keluarga atau Family business di
atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa suatu perusahaan dapat dikatakan
sebagai bisnis keluarga atau family business apabila ada keterlibatannya dengan
pihak anggota keluarga itu pada posisi manajemen yang efektif dalam mengendalikan
bisnis tersebut, serta sebagai penyedia sumber daya tertentu bagi perusahaan tersebut.
Ada 3 jenis perusahaan menurut Tjondrorahardja (2005, p.12), yaitu :
1) Perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga baik saham dan
kepemilikan serta yang menjalankan, memimpin dan mengoperasikan
perusahaan keluarga tersebut adalah salah satu dari anggota keluarga tersebut,
menurut pemilihan keluarga tersebut berdasarkan kriteria tertentu disebut
dengan Family Business.
2) Perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh keluarga, baik saham maupun
kepemilikan, namun yang menjalankan dan mengoperasikan perusahaan
tersebut yaitu ahli profesional di bidangnya, disebut dengan Family Owned
Business.

4
3) Perusahaan keluarga yang pada akhirnya diberikan atau dihibahkan orang tua
nya ke anak yang merupakan warisan usaha sebagai salah satu sisi tanggung
jawab tradisional turun temurun orang tua kepada anaknya. Tidak ada ambisi
dari orang tua untuk memperbesar dan menjadikan perusahaan tersebut
berkembang. Keputusan berada di tangan anaknya sendiri, mau meneruskan
perusahaannya atau menutup perusahaan untuk kemudian dijual dan uangnya
diinvestasikan untuk kegiatan yang lain sepenuhnya merupakan open
management sang anak, disebut dengan Business Family.
Dari beberapa tipe perusahaan keluarga yang telah disebutkan, subyek dari
penelitian ini termasuk dalam family business, karena perusahaan dioperasikan,
dikelola, dan dikembangkan oleh anggota keluarganya sendiri.
Tugiman (1995; 7) mengemukakan karakteristik perusahaan keluarga dalam
konteks usaha kecil adalah (1) posisi kunci dipegang keluarga, (2) keuangan
perusahaan cenderung berbaur dengan keuangan keluarga, (3) tidak adanya
mekanisme pertanggung jawaban yang ketat, (4) motivasi kerja tinggi, (5) tidak
adanya kekhususan dalam manajemen. Memang dengan karakteristik ini, perusahaan
keluarga sangat lentur terhadap perubahan lingkungan. Hal inilah yang menjadi
alasan utama sebuah perusahaan keluarga cepat beradaptasi dan menemukan bentuk
bisnis yang cocok, segera dapat meraih peluang dan sekaligus dapat menampik
kendala yang ada.

Kompetensi Kewirausahaan
Mangkunegara (2005:113) menyatakan bahwa “Kompetensi kewirausahaan
merupakan faktor mendasar yang dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan
lebih, yang membuatnya berbeda dengan seorang yang mempunyai kemampuan rata-
rata”. Menurut Suegoto (2009), kompetensi kewirausahaan merupakan pengetahuan,
sikap dan keterampilan yang terhubung satu dengan lainnya, yang diperlukan
pengusaha untuk dilatih dan dikembangkan agar mampu menghasilkan kinerja terbaik
dalam mengelola usahanya.

5
Suryana (2006:5), mengemukakan bahwa kompetensi kewirausahaan
diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (personality)
yang langsung berpengaruh pada kinerja bisnis, dimana kinerja bagi wirausaha
merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya.
Dari beberapa definisi – definisi tentang kompetensi kewirausahaan, definisi
kompetensi kewirausahaan menurut Suryana (2006:5) yang digunakan dalam
penelitian ini dengan alasan, menurut Suryana (2006:5) seorang wirausaha harus
memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (personality) yang
nantinya akan langsung berpengaruh pada kinerja bisnis yang dijalankannya, dimana
kinerja bagi wirausaha yang baik merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya
untuk perkembangan usahanya.
Suryana (2006:91) berpendapat bahwa untuk mengukur kompetensi
kewirausahaan terdapat empat kemampuan utama yang diperlukan yang seimbang
agar tercapai keberhasilan usaha, diantaranya:
1) Technical competence atau kompetensi teknis, yaitu kemampuan yang dimiliki
wirausaha dalam bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk
usaha yang akan dipilih (Suryana, 2006). Maksud dari rancang bangun (know-
how) yaitu, seorang wirausaha yang ingin memulai usaha pembuatan roti, maka
seseorang tersebut harus memiliki pengetahuan tentang: peluang pasar roti di
daerah terpilih, mengetahui produk roti dari pesaing, proses produksi dan
teknologi proses yang tersedia serta mengetahui desain produk.
2) Marketing competence atau kompetensi pemasaran, yaitu kemampuan yang
dimiliki wirausaha dalam menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi
pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan (Suryana, 2006).
Adapun kemampuan tersebut yaitu menemukan pasar yang akan dituju,
mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan,
dapat membaca peluang pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya, baik
pelanggan dan harga khusus yang belum digarap oleh pesaing-pesaing yang ada
(Suryana, 2006).

6
3) Financial competence atau kompetensi keuangan, yaitu kemampuan yang
dimiliki oleh wirausaha dalam bidang keuangan, pembelian, penjualan,
pembukuan dan perhitungan laba/rugi. Kemampuan tersebut seperti pembukuan
dan perhitungan laba/rugi. Selain itu, seorang wirausaha harus dapat
memikirkan bagaimana untuk mendapatkan dana dan cara untuk menggunakan
serta memanajemen dana tersebut untuk kelangsungan dan perkembangan
usaha untuk masa datang (Suryana, 2006).
4) Human relation competence atau kompetensi hubungan personal, yaitu
kemampuan yang dimiliki oleh wirausaha dalam mengembangkan hubungan
personal, seperti kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar perusahaan
serta harus mengetahui hubungan inter-personal dengan baik dan sehat. Dalam
hal ini kompetensi yang dimiliki oleh wirausaha seperti: kemampuan berelasi
dan menjalin kemitraan antar perusahaan (Suryana, 2006). Dalam kemampuan
ini, seorang wirausaha harus dapat mencari relasi-relasi yang baru yang
berhubungan dengan usahanya dan menjalin hubungan yang baik dan saling
menguntungkan.

7
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian
Penelitian ini termasuk salah satu penelitian yang dapat dikategorikan sebagai
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Wirartha
(2006:155), metode analisis deskriptif kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan,
dan meringkas berbagai kondisi, situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa
hasil wawacara dan pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di
lapangan. Adapun data yang akan digali lebih lanjut dalam penelitian ini mengenai
kompetensi kewirausahaan pemilik dan anggota keluarga dalam mengeola bisnis
keluarga Mandala Bakery (MB).

Satuan Pengamatan dan Satuan Analisis


Satuan pengamatan (unit of observation) adalah hasil amatan yang dijadikan
sumber untuk memperoleh data dalam rangka menggambarkan atau menjelaskan
tentang satuan analisis (Ihalauw, 2003). Dalam penelitian ini yang menjadi satuan
analisis penelitian ini adalah kelompok, yaitu kompetensi kewirausahaan pada
pemilik dan anggota keluarga yang mengelola Mandala Bakery (MB). Untuk satuan
pengamatannya adalah pemilik dan anggota keluarga yang mengelola perusahaan roti
Mandala Bakery (MB).

Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan data primer. Data primer pada penelitian ini
diperoleh dengan melakukan wawancara mendalam mengenai kompetensi
kewirausahaan dengan narasumber pertama yaitu pemilik perusahaan, yang
merupakan pendiri perusahaan. Narasumber yang kedua adalah keluarga yang
merupakan anak dari pemilik yang ikut dalam mengelola usaha.

Indikator Empirik

8
Berikut tabel yang menyajikan konsep, definisi konsep, dimensi dan indikator
empirik kompetensi kewirausahaan. Kompetensi kewirausahaan diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan individu (personality) yang langsung
berpengaruh pada kinerja bisnis (Suryana, 2006:5). Suryana (2006) menjelaskan
bahwa kinerja bagi wirausaha merupakan tujuan yang selalu ingin dicapainya.
Berikut tabel yang menyajikan indikator empirik kompetensi teknis, kompetensi
pemasaran, kompetensi keuangan serta kompetensi hubungan personal.
Tabel 1
Dimensi, Definisi Operasional dan Indikator Empirik
Dimensi Definisi operasional Indikator Empirik
Kompetensi Kemampuan yang dimiliki 1) Mengetahui peluang pasar roti
teknis wirausaha dalam bidang di daerah terpilih
rancang bangun (know-how) 2) Mengetahui produk roti dari
sesuai dengan bentuk usaha pesaing
yang akan dipilih (Suryana, 3) Proses produksi dan teknologi
2006). proses yang tersedia
4) Mengetahui desain produk
Kompetensi Kemampuan yang dimiliki 1) Menemukan pasar yang akan
pemasaran wirausaha dalam menemukan dituju
pasar yang cocok, 2) Mengidentifikasi pelanggan
mengidentifikasi pelanggan dan 3) Menjaga kelangsungan hidup
menjaga kelangsungan hidup perusahaan
perusahaan (Suryana, 2006). 4) Dapat membaca peluang pasar
yang spesifik dan cocok untuk
usahanya
Kompetensi Kemampuan yang dimiliki oleh 1) Mengetahui pembukuan dan
keuangan wirausaha dalam bidang perhitungan rugi/laba
keuangan, pembelian, 2) Kemampuan mendapatkan
penjualan, pembukuan dan dana
perhitungan laba rugi (Suryana, 3) Mengetahui cara
2006). menggunakan dana
4) Mengetahui laporan keuangan
(neraca)

Kompetensi Kemampuan yang dimiliki oleh 1) Memiliki kemampuan berelasi


hubungan wirausaha dalam dan menjalin kemitraan
personal mengembangkan hubungan 2) mengetahui hubungan inter-
personal, seperti kemampuan personal secara sehat
berelasi dan menjalin kemitraan
antar perusahaan serta harus
mengetahui hubungan inter-
personal secara sehat (Suryana,

9
2006).

Teknik Analisis
Teknik analisis yang digunakan penulis untuk menjawab persoalan penelitian
yaitu dengan menggunakan teknik analisis yang bersifat deskriptif kualitatif. Adapun
langkah untuk mendapatkan data kualitatif yaitu dengan melakukan wawancara
mendalam dengan panduan pertanyaan yang bersumber dari indikator empirik (lihat
lampiran 1) terhadap pemilik perusahaan roti Mandala Bakery (MB) beserta anak dari
pemilik yang mengelola usaha.
Berdasarkan tabel indikator tersebut, peneliti akan mengukur masing-masing
kompetensi kewirausahaan dengan rentang kategori mumpuni, bisa dan tidak bisa.
Mumpuni dalam arti wirausaha memiliki kemahiran pada setiap indikator dari
masing-masing kompetensi. Jika rentang bisa, dalam hal ini tidak semua indikator
kompetensi dikuasai oleh wirausaha. Jika rentang tidak bisa, dalam hal ini wirausaha
tidak menguasai kompetensi yang ada.
Berdasarkan tingkat kompetensi atau rentang kompetensi dapat dinilai
berdasarkan wirausaha tulen, profesional dan tenaga kerja. Menurut Stevenson &
Jarillo (1990), dapat dikatakan wirausaha tulen jika memiliki semua kompetensi
dengan belajar sendiri, artinya wirausaha ini adalah generasi pertama yang
membangun usaha dari awal. Wirausaha profesional merupakan wirausaha yang tidak
memiliki semua kompetensi, namun memiliki kemampuan dalam mengembangkan.
Sementara itu jika tenaga kerja, kemampuanya bisa diperoleh dari belajar disekolah.
Wirausaha profesional dan tenaga kerja merupakan generasi kedua yang sifatnya
mengembangkan (Stevenson & Jarillo, 1990).

10
TEMUAN PENELITIAN
Gambaran Perusahaan
Bisnis keluarga yang menjadi obyek penelitian ini yaitu perusahaan roti
“Mandala Bakery“ (MB). Perusahaan ini bergerak dibidang makanan yaitu roti, yang
berada di jalan Pandanaran no. 200 A, Boyolali. Usaha ini sudah ada sejak lama, dan
sampai sekarang masih berjalan dan berkembang dengan baik. Usaha ini dimiliki oleh
Ibu Setyawati Antono (SA) yang didirikan pada tahun 1975. Awal mula, pada tahun
1973, SA harus hidup dan menafkai kesembilan anaknya dengan usahanya sendiri,
karena suami beliau telah meninggal dunia. Akhirnya, diadakan rapat keluarga SA,
yang inti dari rapat tersebut adalah mengurangi jumlah anak dengan menitipkannya
kepada saudara – saudara SA untuk mengurangi biaya hidup. Namun, hal itu di
bantah dan tidak disetujui oleh kakak SA yang sudah menikah, namun belum
dikaruniai anak. Kakak SA bernama Minto Raharjo (MR). MR mengatakan pepatah
jawa yaitu “mangan ora mangan sing penting kumpul”. Dengan berbekal keahlihan
MR membuat roti yang didapat dari pembelajaran yang diberikan oleh temannya
yang pernah bekerja sebagai pegawai disebuah perusahaan roti, akhirnya SA
mendapat sebuah ide untuk membuka usaha yang memproduksi roti, dengan bantuan
dan pembelajaran dari MR guna mencukupi kehidupannya. Disaat itu, keluarga SA
dipegang alih oleh MR sebagai pengganti posisi kewajiban suami, karena suami dari
SA telah meninggal dan beliau juga bertanggung jawab atas tidak mengijinkan anak
dari SA dititipkan kepada saudara – saudaranya seperti yang sudah menjadi hasil
rapat keluarga.
SA mengawali usaha dengan bahan dan alat yang sederhana. Usaha ini
dikerjakan dengan mengikut sertakan anak pertama sampai anak keempat, karena
anak kelima sampai anak kesembilan masih kecil dan masih belum memungkinkan
untuk membantu. Mereka kerjakan secara bersama – sama dengan pembagian tugas
masing masing sesuai dengan kemampuan dan tenaga yang dimiliki. Produk pertama
yang dibuat dan dihasilkan yaitu roti bolu. Tercipta ide untuk membuat roti tersebut
yaitu selain rasanya enak, pada jaman dahulu masih sangat jarang ada dan dijual di

11
pasar, khususnya pasar di Boyolali. Produk tersebut ditawarkan di warung dan toko –
toko yang ada dipasar, dengan dibantu anak pertama yang bernama Tejo Purnomo
(TP), karena lebih siap dan lebih mumpuni daripada adik - adiknya. Untuk pembagian
tugas, untuk pemasaran dikerjakan oleh anak pertama yaitu Tejo Purnomo (TP). Anak
kedua yang bernama Triyanto (TR), anak ketiga yang bernama Joko Sutrisno (JS),
dan anak yang keempat yang bernama Teguh Jayadi (TJ), bertugas membantu SA di
bagian produksi. Mereka berempat masih bersekolah, sehingga mereka kerjakan tugas
tersebut setelah mereka pulang dari bersekolah.
Setelah dipasarkan, ternyata roti tersebut dapat diterima oleh pasar dan
sekaligus konsumen. Hal ini membuat mereka semakin bersemangat dan kerja keras.
Keempat anak tersebut sepakat untuk mengakhiri pendidikannya sampai di jenjang
Sekolah Menengah Akhir atau SMA untuk fokus membesarkan usaha.Kesepakatan
tersebut menuai hasil yang positif. Usahanya berkembang baik, permintaan akan roti
semakin bertambah. Melihat permintaan roti yang semakin bertambah, akhirnya
mereka menambahkan kapasitas hasil produksi. Untuk mengimbangi hal tersebut,
maka mereka menambah jumlah tenaga kerja dengan merekrut orang – orang yang
tidak memiliki pekerjaan, yang tinggal di dekat rumah untuk menjadi pegawai.
Berjalannya waktu, MB semakin berkembang. Pada tahun 1981, timbul
keinginan untuk berkembang lebih besar lagi, dengan menambah jenis roti yang
dihasilkan, dan itu membutuhkan tambahan modal. Dengan itu, maka diadakan rapat
untuk membahas tentang kelanjutan usaha. Rapat tersebut menghasilkan keputusan
untuk meminjam uang di Bank. TP memiliki relasi yang bekerja di Bank BPD yang
berada di Solo. Dan akhirnya mereka memutuskan untuk meminjam uang di Bank
dan mendapatkan pinjaman sebesar satu juta rupiah. Pinjaman tersebut digunakan
untuk mengembangkan Mandala Bakery. Mereka berkerja sama dibawah pengawasan
SA, untuk membangun usaha tersebut agar berkembang lebih besar lagi. Pada saat
itu, anak kelima sampai anak ke sembilan tidak ikut campur di dalam usaha, karena
mereka diperintahkan untuk fokus bersekolah sampai jenjang perguruan tinggi,

12
dengan tujuan agar memperoleh ilmu yang lebih tinggi, agar bisa membantu
kemajuan usaha tersebut.
Adanya pembagian tugas yang baik serta penambahan modal, usaha tersebut
dapat menghasilkan beberapa varian roti yang masih belum ada dipasar, dan
berdampak positif di pemasarannya. Target pemasaran yang semula hanya berada di
daerah Boyolali, menjadi daerah - daerah yang ada di Jawa tengah. Setelah berjalan
lama, MB berkembang pesat karena mendapatkan tambahan bantuan dari anak kelima
sampai anak ke sembilan yang ikut mengelola dalam perkembangan usaha tersebut,
karena mereka sudah menyelesaikan sekolah sampai ke jenjang perguruan tinggi, dan
mengaplikasikan ilmu yang mereka dapat pada saat mereka bersekolah ke usaha
tersebut.

Profil Narasumber
Narasumber penelitian ini berjumlah enam, yaitu ibu dan lima orang anak.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2
Profil Nara Sumber Berdasarkan Nama, Usia dan Pendidikan Terkhir
Nama Usia Pendidikan Terakhir
Setyawati Antono (SA) 79 tahun SD
Tejo Purnomo (TP) 55 tahun SMA
Triyanto (TR) 54 tahun SMA
Teguh Jayadi (TJ) 52 tahun SMA
Kuncoro (KC) 50 tahun SMA
Subiantoro (SI) 49 tahun Diploma

SA merupakan narasumber pertama, dia adalah pendiri, pemilik Mandala


Bakery. SA berusia 79 tahun, dengan pendidikan terakhir SD. SA merupakan ibu dari
kelima narasumber lainnya. Narasumber kedua adalah TP yang berusia 55 tahun
dengan pendidikan terakhir SMA. TP merupakan anak pertama dari SA. TP inilah
yang pertama kali membantu SA dalam mengelola MB. Narasumber ketiga adalah
TR yang berusia 54 tahun dengan pendidikan terakhir SMA. TR merupakan anak

13
kedua, dan sudah selama 36 tahun membantu dan keluarga dalam mengelola MB.
Pada awalnya TR diajarkan atau diajak oleh kakaknya yaitu TJ.
Nara sumber keempat adalah TJ yang berusia 52 tahun dengan pendidikan
terakhir SMA. TJ merupakan anak keempat, dan sudah kurang lebih sudah 34 tahun
mengelola MB, yang pada awalnya diajarkan oleh TJ. Narasumber kelima adalah KC
yang berusia 50 tahun dengan pendidikan terakhir SMA. KC merupakan anak kelima.
KC membantu dan mengelola MB kurang lebih 25 tahun. Narasumber keenam adalah
SI yang berusia 49 tahun. SI merupakan satu-satunya anak dari SA yang
berpendidikan terakhir Diploma (D3). SI membantu keluarga dalam menjalankan
usaha kurang lebih selama 27 tahun. Pada awalnya SI diajarkan oleh TP dalam
mengelola usaha.

Kompetensi Kewirausahaan Pada Perusahaan Roti Mandala Bakery


Penelitian ini difokuskan pada kompetensi kewirausahaan yang terdapat empat
kemampuan utama yang diperlukan secara seimbang agar tercapai keberhasilan
usaha, diantaranya: kompetensi teknis, kompetensi pemasaran, kompetensi keuangan
dan kompetensi hubungan personal. Penelitian ini akan difokuskan pada jenjang
kompetensi kewirausahaan. Jenjang kompetensi kewirausahaan tersebut tidak sama
antara orang yang satu dengan orang lainnya. Adapun jenjang tersebut adalah
mumpuni, mampu, bisa dan tidak bisa.
1) Kompetensi teknis.
Kompetensi teknis merupakan kemampuan yang dimiliki wirausaha dalam
bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih.
Hal ini dimiliki oleh wirausaha tulen, karena dialah yang memiliki ide awal sekaligus
merancang dan membangun sebuah usaha. Pada MB, kompetensi ini dimiliki oleh SA
kemudian diturunkan kepada anak pertama, dan akhirnya diturunkan lagi kepada anak
kedua dan seterusnya. SA memiliki kompetensi untuk membuat roti serta memiliki
kompetensi mendesain roti serta mengetahui bahan dan peralatan apa saja yang
digunakan dalam membuat roti. Seperti yang diungkapkan oleh SA sebagai berikut:

14
“Saya pertama kali bisa membuat roti, awalnya karena nekad aja mas,
karena kepepet kebutuhan uang, akhirnya saya punya ide membuat roti saja.
Pada awalnya saya diajarakan oleh Bapak Alm Minto Raharjo (MR) dalam
membuat roti, kemudian sedikit - sedikit saya belajar dan mulai bisa membuat
roti. Semakin lama saya mahir dalam membuat roti sampai-sampai saya paham
bahan apa yang akan digunakan untuk membuat roti. Di tambah secara
otodidak ya belajar sendiri. Roti pertama yang dibuat adalah roti bolu. Roti
bolu laku dipasar, saya mulai membuat jenis roti lain, selain roti bolu dan
mendesain bentuk roti yang baru serta mengkombinasikan dengan rasa yang
bermacam-macam. Awalnya, saya dibantu oleh anak pertama saya Tejo
Purnomo, mulai dari produksi, keuangan, memasarkan roti, agar kami tidak
kehilangan pelanggan”.

Berdasarkan yang diungkapkan oleh SA, seorang wirausaha tulen harus


memiliki kompetensi teknis. Kompetensi tersebut dapat diperoleh dari belajar dengan
orang lain kemudian mandiri atau otodidak (belajar sendiri). SA mempelajari proses
produksi roti, mendesain roti dan merancang peralatan untuk membuat roti.
Kemudian kompetensi ini diajarkan kepada anak - anak nya. Pada awalnya SA
mengajak dan mengajarkan kepada TP. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh TP
sebagai berikut:
“Saya memiliki kompetensi membuat roti diajarkan oleh ibu saya.
Berawal dari membantu menyiapkan bahan, membeli bahan berdasarkan
catatan yang diberikan oleh ibu, membantu membuat adonan roti. Setelah saya
mahir, saya dan ibu memiliki ide untuk mencoba untuk membuat beraneka rasa
roti dan membuat bentuk roti. Akhirnya, dari hasil pembelajaran dari ibu,
hingga saat ini saya memiliki kompetensi yang mumpuni, dan saya ajarkan
kepada adik-adik saya”.

15
Kompetensi teknis di perusahaan roti Mandala bakery (MB), berawal dari SA
yang mengajarkan ke anak pertama yaitu TP. Setelah itu, SA dan TP mengajarkan
kepada anak kedua, ketiga dan anak keempat. Awal mengajarkannya yaitu dengan
memperkenalkan bahan baku pembuatan roti, dari terigu sampai dengan bahan-bahan
lainnya. Kemudian mengajarkan seberapa banyak kebutuhan bahan baku yang akan
disiapkan untuk membuat roti. Setelah TR, TJ, dan KC mengetahui kebutuhan dan
takaran yang digunakan untuk membuat roti, kemudian TP mengajarkan cara untuk
mencampur bahan-bahan tersebut. Setelah bahan tercampur, TP mengajarkan cara
membuat adonan hingga mudah terbentuk dan mengembang. TP mengajarkan semua
proses pembuatan roti kepada adik-adiknya kadang-kadang dibantu oleh SA. Setelah
anggota keluarga mulai bisa membuat roti, kemudian mereka mulai belajar membuat
desain roti. Kompetensi mendesain bentuk roti diperoleh dengan cara belajar sendiri
hingga sekarang. Dari kelima anak SA, hanya SI yang tidak memiliki kemampuan
ini.
Tabel 3
Kompetensi Teknis
Nama Kompetensi Keterangan
Setyawati Antono (SA) Mumpuni Mengetahui proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti,
mengetahui desain produk roti.
Tejo Purnomo (TP) Mumpuni Mengetahui proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti,
mengetahui desain produk roti.
Triyanto (TR) Mumpuni Mengetahui proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti,
mengetahui desain produk roti.
Teguh Jayadi (TJ) Mumpuni Mengetahui proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti,
mengetahui desain produk roti.
Kuncoro (KC) Mumpuni Mengetahui proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti,
mengetahui desain produk roti.
Subiantoro (SI) Tidak bisa Tidak mengetahui cara dan proses
pembuatan roti.

16
Hasil temuan ini sesuai dengan pendapat Suryana (2006), yang menyatakan
bahwa kompetensi teknis yang dimiliki oleh wirausaha adalah kemampuan dalam
bidang rancang bangun (know-how) sesuai dengan bentuk usaha yang akan dipilih
oleh seorang wirausaha untuk membuka sebuah usaha. Seorang wirausaha yang ingin
memulai sebuah usaha, maka harus memiliki pengetahuan tentang proses produksi
dan teknologi proses yang tersedia serta mengetahui desain produk.
2) Kompetensi Pemasaran.
Kompetensi pemasaran yaitu kemampuan yang dimiliki wirausaha dalam
menemukan pasar yang cocok, mengidentifikasi pelanggan dan menjaga
kelangsungan hidup perusahaan. Pada awalnya perusahaan roti Mandala Bakery
(MB) memasarkan produknya dengan menitipkan ke toko dan warung-warung kecil
yang ada dipasar Boyolali. Setelah berkembang, wilayah pemasarannya menjadi luas
yaitu daerah – daerah di Jawa Tengah. Kompetensi ini diperoleh keluarga secara
otodidak yaitu dengan belajar nekad tanpa malu untuk memasarkan roti ke warung
maupun toko. Namun, hanya tiga orang anak yang memiliki kemampuan ini yaitu TP,
TJ dan KC. Seperti yang diungkapkan oleh SA berikut ini:
“saya awalnya modal nekad aja mas, yang penting mencoba dan
berusaha menjual roti ini ke warung dan toko, ya akhirnya saya memiliki
kemampuan ini mas yaitu melihat dan mengetahui peluang dan permintaan
dipasar”.

Hal senada juga diungkapkan oleh TP:


“Saya memperoleh kompetensi ini bersama ibu berawal dari modal
nekad, tanpa malu menawarkan produk ke saudara dan tetangga ya sambil
melihat cara orang berjualan, akhirnya saya memiliki kemampuan ini mas.
Kemampuan yang saya peroleh hingga saat ini yaitu saya bisa menemukan
pasar mana yang akan saya tuju untuk menjual roti, memiliki kemampuan
membaca peluang. Peluang dalam arti bisnis makanan ini tidak ada matinya
jika dikelola dengan baik sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik”.

17
Keempat anak lainnya, memperoleh kompetensi (menemukan pasar yang akan
dituju, mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan
dapat membaca peluang pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya) karena
mereka mau berusaha, tidak malu dan modal nekad. Pada awalnya kemampuan ini
diperoleh TP dan mengajarkan kepada adik-adiknya yaitu dengan cara mengajak ikut
serta memasarkan roti ke warung dan toko yang ada di Boyolali.
Berikut adalah tabel hasil analisis data kompetensi pemasaran yang dimiliki
oleh keempat anak lainnya.
Tabel 4
Kompetensi Pemasaran
Nama Kompetensi Keterangan
Setyawati Mumpuni Menemukan pasar yang akan dituju,
Antono (SA) mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang
pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya.
Tejo Purnomo Mumpuni Menemukan pasar yang akan dituju,
(TP) mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang
pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya.
Triyanto (TR) Mumpuni Menemukan pasar yang akan dituju,
mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang
pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya.
Teguh Jayadi Mumpuni Menemukan pasar yang akan dituju,
(TJ) mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang
pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya.
Kuncoro (KC) Mumpuni Menemukan pasar yang akan dituju,
mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang
pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya.
Subiantoro Tidak bisa Tidak memiliki kompetensi pemasaran.
(SI)

Hasil temuan di atas sejalan dengan yang diungkapkan oleh Suryana (2006),
kompetensi pemasaran mencakup kompetensi menemukan pasar yang akan dituju,
mengidentifikasi pelanggan dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan, dapat

18
membaca peluang pasar yang spesifik dan cocok untuk usahanya, baik pelanggan dan
harga khusus yang belum digarap oleh pesaing-pesaing yang ada.

3) Kompetensi keuangan.
Kompetensi keuangan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh wirausaha
dalam bidang keuangan, pembelian, penjualan, pembukuan dan perhitungan laba rugi.
Pada awalnya kompetensi yang dimiliki oleh keluarga ini adalah dengan melakukan
pencatatan sederhana, yaitu dengan mencatat bahan apa saja yang dibeli, harga bahan
baku, jumlah roti yang telah diproduksi, hasil penjualan dan menhitung pendapatan
setelah dikurangi pengeluaran. Seperti yang diungkapkan oleh SA sebagai berikut:
“saya memiliki kompetensi ini berawal dibantu dengan anak pertama
saya yaitu dengan mencatat bahan apa yang dibeli, harga bahan baku, jumlah
roti yang telah diproduksi, hasil penjualan dan menghitung pendapatan setelah
dikurangi pengeluaran”.

Hal senada juga diungkapkan oleh TR, KC yang memiliki kompetensi


mengelola keuangan sebagaimana diajarkan oleh TP. Pada awalnya, TP mengajarkan
dengan cara menyuruh adik-adiknya berbelanja bahan baku, kemudian mencatat hasil
pembelian bahan baku tersebut. Setelah itu mengajarkan mencatat hasil produksi dan
hasil penjualan. Setelah itu, TP juga mengajarkan bagaimana menghitung keuntungan
yaitu dengan cara adik - adiknya menghitung semua hasil penjualan dengan
dikurangkan dengan hasil pengeluaran. Berbeda dengan SI yang memiliki kompetensi
mengelola keuangan karena belajar dari bangku Diploma (D3), sehingga saat ini, SI
diberi tugas untuk memegang administrasi bisnis keluarga ini. TJ tidak memiliki
kompetensi ini. Kompetensi keuangan masing - masing anggota keluarga adalah
sebagai berikut:
Tabel 4
Kompetensi Keuangan
Nama Kompetensi Keterangan
Setyawati Antono Bisa Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba,

19
(SA) kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana.
Tejo Purnomo Bisa Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba,
(TP) kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana.
Triyanto (TR) Bisa Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba,
kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana.
Teguh Jayadi (TJ) Tidak Bisa Tidak memiliki kompetensi keuangan
Kuncoro (KC) Bisa Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba,
kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana.
Subiantoro (SI) Mampu Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba,
kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana, mengetahui cara membuat
laporan keuangan (neraca).

Kompetensi keuangan yang dimiliki anggota keluarga berasal dari belajar hal
yang sederhana yaitu mencatat semua kejadian atau transaksi usaha. Dalam
menangani keuangan perusahaan yaitu dengan cara menghitung laba rugi perusahaan,
menentukan jumlah modal yang dibutuhkan perusahaan disaat perusahaan
membutuhkan dana atau modal dan mengatur pemasukan dan pengeluaran dana yang
digunakan dalam proses produksi. Hasil temuan ini sejalan dengan yang diungkapkan
oleh Suryana (2006). Kompetensi ini harus dimiliki oleh setiap wirausaha, karena
seorang wirausaha harus dapat memikirkan bagaimana untuk mendapatkan dana dan
cara untuk menggunakannya, serta memanajemen dana tersebut untuk kelangsungan
dan perkembangan usaha untuk masa kedepan.

4) Kompetensi hubungan personal.


Kompetensi hubungan personal merupakan kemampuan yang dimiliki oleh
wirausaha dalam mengembangkan hubungan personal, seperti kemampuan berelasi
dan menjalin kemitraan antar perusahaan serta harus mengetahui hubungan inter -
personal dengan baik dan sehat. Dalam bisnis keluarga ini, kompetensi ini diperoleh
secara mandiri, belajar mengenai bagaimana cara menjalin hubungan yang baik

20
dengan relasi. Menjalin relasi berawal dari menjalin hubungan dengan penjual yang
ada di pasar Boyolali. Seperti yang diungkapkan oleh SA berikut ini:
Kompetensi ini berasal dari menjalin hubungan dengan para penjual yang
ada di pasar Boyolali, yang penting jika penjual memberikan masukan
tentang roti saya terima dan saya kembangkan. Masukan tersebut juga dari
para pembeli yang penting relasi tetap terjaga. Menjaga hubungan yang baik
dengan relasi, sangat ditekankan di Mandala dengan hal ini maka pelanggan
akan tetap setia dengan produk kami.

Kompetensi ini diturunkan atau diajarkan kepada anak-anaknya kecuali SI. SI


memperoleh kompetensi ini berdasarkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan.
Hasil analisis data kompetensi hubungan personal dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5
Kompetensi Hubungan Personal
Nama Kompetensi Keterangan
Setyawati Antono (SA) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.
Tejo Purnomo (TP) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.
Triyanto (TR) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.
Teguh Jayadi (TJ) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.
Kuncoro (KC) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.
Subiantoro (SI) Mumpuni Memiliki kemampuan berelasi dan menjalin
kemitraan, mengetahui hubungan inter-personal
secara sehat.

Berdasarkan temuan diatas, kemampuan yang dimiliki oleh masing-masing


keluarga adalah sama yaitu dengan memiliki relasi yang baik dengan pelanggan dan

21
menjalin hubungan yang sehat dengan pelanggan. Hasil temuan ini sejalan dengan
yang diungkapkan Suryana (2006). Kompetensi yang dimiliki oleh wirausaha seperti:
kemampuan berelasi dan menjalin kemitraan antar perusahaan. Dalam kompetensi
ini, seorang wirausaha harus dapat mencari relasi-relasi yang baru yang berhubungan
dengan usahanya dan menjalin hubungan yang baik dan saling menguntungkan.

Berdasarkan temuan diatas dapat disimpulkan kompetensi kewirausahaan


yang dimiliki oleh anggota keluarga sebagai berikut.
Tabel 4
Kompetensi Kewirausahaan
Kompetensi
Kompetensi Kompetensi Kompetensi
Nama Hubungan Keterangan
Teknis Pemasaran Keuangan
Interpersonal
SA Mumpuni Mumpuni bisa Mumpuni Tulen
TP Mumpuni Mumpuni bisa Mumpuni Tulen
TR Mumpuni Mumpuni bisa Mumpuni Tulen
TJ Mumpuni Mumpuni Tidak Bisa Mumpuni Profesional
KC Mumpuni Mumpuni bisa Mumpuni Tulen
SI Tidak bisa Tidak bisa Mampu Mumpuni Tenaga kerja

Tabel di atas, menunjukan bahwa di perusahaan roti Mandala bakery (MB)


ada empat orang narasumber yang termasuk wirausaha tulen yaitu SA, TP, TR, KC,
karena secara mendasar keempat orang ini mumpuni dalam kompetensi teknis,
kompetensi pemasaran, kompetensi keuangan, dan kompetensi hubungan personal.
Di awal penelitian, dua narasumber yang teridentifikasi sebagai wirausaha tulen,
yaitu SA dan TP, dan dikatakan sebagai generasi pertama yang sifatnya membangun.
Dalam proses pembelajaran berwirausaha di MB, ada dua orang yang berhasil
berkembang menjadi seorang wirausaha tulen, yaitu TR dan KC. Sementara TJ
tergolong wirausaha profesional karena memiliki kompetensi teknis, pemasaran dan
hubungan interpersonal, namun tidak memiliki kompetensi keuangan. SI hanya
memiliki kompetensi keuangan dan hubungan interpersonal, sehingga tidak dapat
menjadi wirausaha. SI hanya dapat digolongkan sebagai pekerja atau tenaga kerja.

22
Dalam MB, yang termasuk generasi kedua yaitu TR, TC, KC dan SI yang sifatnya
mengembangkan usaha. Sementara generasi ketiga yang sifatnya memecahkan
masalah tidak ada, karena tidak diturunkan ke anak-anaknya.

23
PENUTUP
Kesimpulan
Hasil temuan penelitian menunjukan bahwa tidak ada wirausaha yang
menguasai kompetensi kewirausahaan dengan sempurna, mumpuni di setiap
komponen kompetensi. Kompetensi yang dikuasai dengan mumpuni oleh pengelola
MB adalah kompetensi hubungan personal. Kompetensi yang sulit dikuasai dengan
mumpuni adalah kompetensi keuangan, namun seorang wirausaha tulen harus bisa
untuk memanajemen keuangan dengan baik. Jika wirausaha tersebut memiliki empat
kompetensi kewirausahaan, yaitu kompetensi teknis, kompetensi pemasaran,
kompetensi keuangan, dan kompetensi hubungan personal, maka wirausaha tersebut
adalah wirausaha tulen. Wirausaha yang tidak memiliki salah satu dari empat
kompetensi kewirausahaan, maka wirausaha tersebut adalah wirausaha profesional.
Sementara itu, jika kompetensi tersebut diperoleh dari belajar disekolah maka orang
tersebut tidak bisa dikatakan sebagai wirausaha, namun hanya menjadi tenaga kerja.
Kompetensi kewirausahaan dapat berkembang selama orang tersebut ikut
menjalankan dan mengelola usaha. Itu menunjukan bahwa kompetensi kewirausahaan
dapat dipelajari. Ada pula anak yang dilahirkan oleh seorang wirausaha tulen, hidup
belajar dan bekerja di lingkungan usaha, namun tidak berhasil menguasai kompetensi
kewirausahaan dengan mumpuni. Ini menunjukan bahwa seorang wirausaha tulen
tidak selamanya dapat lahirkan wirausaha yang nantinya akan menjadi wirausaha
tulen sebagai penerusnya.

Implikasi
Temuan penelitian ini menjelaskan proses pembelajaran untuk
pengembangan kompetensi kewirausahaan dalam bisnis keluarga, sehingga
dihasilkan wirausaha – wirausaha tulen yang siap mandiri.

Saran

24
Mandala Bakery sudah memiliki empat wirausaha tulen, oleh karena itu bisnis
keluarga ini siap untuk memandirikan beberapa wirausaha tersebut. Proses
memandirikanya dapat dilakukan dengan membuka cabang Mandala bakery (MB),
membangun sebuah bisnis baru dibidang yang sama atau berbeda.

25
Daftar pustaka
Anwar Prabu Mangkunegara. 2005. Sumber daya manusia perusahaan. Remaja
Rosdakarya: Bandung.

Eddy Soeryanto Soegoto, 2009, Enterpreneurship, Edisi Pertama, Jakarta : PT. Elek
Media Komputindo.

Fazriyati, W. 2011. Agar Bisnis Keluarga Tetap Eksis [Online].


http://female.kompas.com/read/2011/01/14/13475865/. Diakses pada tanggal
9 juli 2015.

Kidwell, R. E., Kellermanns, F. W., & Eddleston, K. A. 2012. Harmony, justice,


confusion, and conflict in family firms: Implications for ethical climate and the
“fredo effect”.Journal of business ethics,106 (4), 503- 517.

Simanjuntak, A. 2010. Prinsip-Prinsip Manajemen Bisnis Keluarga (Family


Business) Dikaitkan Dengan Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas (PT).
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. Vol. 12, No. 2.

Sindhuja, P. N, 2009. Performance and value creation: family managed business


versus non-family managed business. IUP Journal of Business Strategy,6 (3-
4), 66-80.

Stevenson, H. H. & Jarillo, J. C. 1990. A paradigm of entrepreneurship:


Entrepreneurial
management. Strategic Management Journal, 11, 17-27.

Suryana, 2006. Kewirausahaan Pedoman Praktis : Kiat dan Proses Menuju Sukses
Cetakan Keempat. Salemba Empat, Jakarta.

26
Susanto, A.B. 2006. Mitos dalam perusahaan keluarga. Divisi penerbita The Jakarta
Consulting Group, Jakarta.

Susanto, A.B. 2008. Bisnis Indonesia - Resep Panjang Umur Perusahaan Keluarga.
Retrieved April 10, 2013 from
http://jakartaconsulting.com/baru/publications/articles/family-
business/bisnis-indonesia-reseppanjang-umur-perusahaan keluarga-2/.
Diakses pada tanggal 9 juli 2015.

Tjondrorahardja, D, 2005. The greatest FBI (Family Business Inspiration). Jakarta:


PT. Elex Media Komputindo.

Tugiman, 1995, Peranan Usaha kecil dan Koperasi dalam Memanfaatkan Sisa Laba
BUMN, Penerbit Eresco, Bandung.

Wijanarko, H. 2006. Lahirnya Bisnis Keluarga. Harian Trust.


http://www.jakartaconsulting.com/art-05-19.htm. Diakses tanggal 07 Oktober
2012.

Wijayanto, F.A., Indriyani, R. 2013. Pengelolaan Dan Pengembangan Usaha Pada


Belvia Mini Pie. Agora,1(1), 1-11.

Wirartha, I. Made., 2006. Metodologi Penetilian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: C.V


Andi Offset.

27
LAMPIRAN 1
KUESIONER PENELITIAN

PROFIL NARASUMBER
1. Nama :…………………………………
2. Usia :…………………………………tahun
3. Pendidikan terakhir :…………………………………
4. Bagian yang dikerjakan :………………………………..
5. Sudah berapa lama membantu keluarga, dalam mengelola usaha Roti Mandala
Bakery:…………….tahun

PERTANYAAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


1) Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda yang anda miliki ?
a. Technical competence
b. Marketing competence
c. Financial kompetence
d. Human relation competence

2) Jika Anda memiliki kompetensi tersebut, kompetensi apa saja yang anda
miliki saat ini?
Jawaban:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

28
…………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………

3) Dari mana anda memperoleh kompetensi ini?


Jawaban:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

4) Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini?


Jawaban:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

5) Siapa yang mengajarkan anda mengenai kompetensi ini?


Jawaban:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

6) Bagaimana cara anda menggunakan kompetensi ini dalam mengelola usaha


ini?
Jawaban:………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………

29
LAMPIRAN II

HASIL WAWANCARA

PROFIL NARASUMBER 1
6. Nama : Setyawati Antono (SA)
7. Usia : 79 tahun
8. Pendidikan terakhir : SD
9. Tempat wawancara : Kantor
10. Kegiatan : Bersantai
11. Hari : Senin, 7 September 2015
12. Waktu : 15.00 – 17.00

Wawancara dengan Setyawati Antono (SA)

PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN

30
 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda miliki ?
Jawaban :
Technical competence, Marketing competence, Financial competence, Human
relation competence
 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?
Jawaban :
Saya memiliki kompetensi teknis yaitu pada saat mendapat pelajaran
membuat roti dari Alm kakak saya, Minto Raharjo (MR), untuk yang lain,
saya mendapatkan saat terjun langsung membuka Mandala, ya lama lama saya
mampu dalam segala kompetensi tersebut
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban :
Saya pertama kali bisa membuat roti, awalnya karena nekad aja mas, karena
kepepet kebutuhan uang, akhirnya saya punya ide membuat roti saja. Pada
awalnya saya diajarakan oleh Bapak Alm Minto Raharjo (MR) dalam
membuat roti, kemudian sedikit - sedikit saya belajar dan mulai bisa membuat
roti. Semakin lama saya mahir dalam membuat roti sampai-sampai saya
paham bahan apa yang akan digunakan untuk membuat roti. Di tambah secara
otodidak ya belajar sendiri. Roti pertama yang dibuat adalah roti bolu. Roti
bolu laku dipasar, saya mulai membuat jenis roti lain, selain roti bolu dan
mendesain bentuk roti yang baru serta mengkombinasikan dengan rasa yang
bermacam-macam. Awalnya, saya dibantu oleh anak pertama saya Tejo
Purnomo, mulai dari produksi, keuangan, memasarkan roti, agar kami tidak
kehilangan pelanggan.

31
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
saya awalnya modal nekad aja mas, yang penting mencoba dan berusaha
menjual roti ini ke warung dan toko, ya akhirnya saya memiliki kompetensi
ini mas yaitu melihat dan mengetahui peluang dan permintaan dipasar.
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban :
saya memiliki kompetensi ini berawal dibantu dengan anak pertama saya yaitu
dengan mencatat bahan apa yang dibeli, harga bahan baku, jumlah roti yang
telah diproduksi, hasil penjualan dan menghitung pendapatan setelah
dikurangi pengeluaran.
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.
Jawaban :
Kompetensi ini berasal dari menjalin hubungan dengan para penjual yang ada
di pasar Boyolali, yang penting jika penjual memberikan masukan tentang roti
saya terima dan saya kembangkan. Masukan tersebut juga dari para pembeli
yang penting relasi tetap terjaga. Menjaga hubungan yang baik dengan relasi,
sangat ditekankan di Mandala dengan hal ini maka pelanggan akan tetap setia
dengan produk kami.

32
PROFIL NARASUMBER 2
Nama : Tejo Purnomo (TP)
Usia : 55 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Tempat wawancara : Di ruang tamu rumah bapak Tejo Purnomo (TP)
Kegiatan : Bersiap – siap untuk berangkat ke Mandala Bakery (MB)
Hari : Rabu, 9 September 2015
Waktu : 08.00

33
PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN
 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda yang anda miliki ?
Jawaban :
Technical competence, Marketing competence, Financial competence, Human
relation competence
 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?
Jawaban :
Saya memiliki kompetensi ini pada saat saya ikut membantu ibu saya, dan
mengajarkan kepada adik – adik saya untuk ikut membantu mengelola usaha.
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Saya memiliki kemampuan membuat roti diajarkan oleh ibu saya. Berawal
dari membantu menyiapkan bahan, membeli bahan berdasarkan catatan yang
diberikan oleh ibu, membantu membuat adonan roti. Setelah saya mahir, saya
dan ibu memiliki ide untuk mencoba untuk membuat beraneka rasa roti dan
membuat bentuk roti. Akhirnya, dari hasil pembelajaran dari ibu, hingga saat

34
ini saya memiliki kemampuan yang mumpuni, dan saya ajarkan kepada adik-
adik saya.
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Saya memperoleh kompetensi ini bersama ibu berawal dari modal nekad, tanpa
malu menawarkan produk ke saudara dan tetangga ya sambil melihat cara orang
berjualan, akhirnya saya memiliki kemampuan ini mas. Kompetensi yang saya
peroleh hingga saat ini yaitu saya bisa menemukan pasar mana yang akan saya
tuju untuk menjual roti, memiliki kemampuan membaca peluang. Peluang
dalam arti bisnis makanan ini tidak ada matinya jika dikelola dengan baik
sehingga perusahaan dapat berjalan dengan baik.
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Saya memiliki kemampuan ini belajar sendiri mas dengan ibu, lalu saya lama-
lama bisa. Kemampuan saya dalam bidang ini Mengetahui pembukuan dan
perhitungan rugi/laba, kemampuan mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana.
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.

Jawaban:
Kemampuan ini ya sama aja dengan kemampuan kita berkomunikasi dengan
orang lain.. menjalin. Hubungan baik. Selain itu juga saya memiliki memiliki

35
kompetensi ini yaitu berelasi dan menjalin kemitraan, mengetahui hubungan
inter-personal secara sehat.

PROFIL NARASUMBER 3

36
Nama : Triyanto (TR)
Usia : 54 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Tempat wawancara : Di teras Rumah bapak Triyanto (TR)
Kegiatan : Bersiap untuk berangkat ke Mandala Bakery (MB)
Hari : Kamis, 10 September 2015
Waktu : 08.00

Wawancara dengan Triyanto (TR)

PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda miliki ?
Jawaban :
Technical competence, Marketing competence, Financial competence, Human
relation competence
 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?
Jawaban :
Semua kompetensi yang saya miliki, berawal dari pembelajaran dengan kakak
saya, yaitu Tejo Purnomo (TP), dan mencoba turun langsung ke lapangan,
berkerja tanpa didampingi mas Tejo. Dari situ saya mampu berkembang dan
memiliki kompetensi - kompetensi tersebut.

37
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Saya pertama kali memiliki kompetensi ini diajak dan diajarkan oleh kakak
saya TP, beliau mengajarkan hal seperti proses produksi, mengetahui
teknologi proses pembuatan roti, mengetahui desain produk roti baik roti
kering maupun basah.
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Kalau kompetensi pemasaran saya bisa karena modal nekad, selain itu juga
saya diajarkan oleh kakak saya mas, mas Tejo seperti bagaimana menemukan
pasar yang akan dituju, mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang pasar yang spesifik dan cocok
untuk usahanya, dengan terjun langsung ke lapangan.
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Awalnya saya tidak mudeng mas, setelah kakak dan ibu mengajarkan saya
lama-lama bisa walau tidak bisa banget, kompetensi yang diajarkan kakak dan
ibu ke saya seperti pembukuan dan perhitungan rugi/laba, kemampuan
mendapatkan dana, mengetahui cara menggunakan dana. Dari situ saya
mengerti laporan keuangan seperti apa.

38
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.

Jawaban:
ya seperti orang lain lah mas, dalam melakukan hubungan pasti adanya
komunikasi, ya intinya menjalin hubungan personal dengan pelanggan.
Bertanggung jawab dan disiplin. Saya memiliki kompetensi ini dari
pembelajaran kakak saya, TP.

39
PROFIL NARASUMBER 4
Nama : Teguh Jayadi (TJ)
Usia : 52 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Tempat wawancara : Ruang tamu, Rumah Bapak Teguh Jayadi
Kegiatan : Istirahat
Hari : Rabu, 9 September 2015
Waktu : 12.30

PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda miliki ?

40
Jawaban :
Technical competence, Marketing competence, Human relation competence
 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?
Jawaban :
Saya memiliki kompetensi ini setelah masih sekolah di SMA, ya pada saat itu
saya hanya belajar untuk memahami dan membantu. Setelah saya
memutuskan untuk berhenti sekolah dan tidak melanjutkan ke sekolah tinggi,
saya mulai memahami, focus, dan akhirnya saya memiliki kompetensi
tersebut
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Awalnya saya diajarkan oleh mas Tejo dan Triyanto dan dibantu oleh ibu mas,
mereka mengajarkan saya mengenai proses produksi, mengetahui teknologi
proses pembuatan roti, mengetahui desain produk roti baik roti kering maupun
basah.
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Seperti kakak saya TR, kemampuan pemasaran diajarkan oleh TP seperti
menemukan pasar yang akan dituju, mengidentifikasi pelanggan, menjaga
kelangsungan hidup perusahaan dan dapat membaca peluang pasar yang
spesifik dan cocok untuk usahanya.
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.

41
Jawaban:
Saya tidak bisa atau tidak memiliki kompetensi tersebut, karena saya hanya
fokus di bagian produksi dan pemasaran saja.
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.
Jawaban:
Kemampuan ini saya peroleh secara alami, seperti kemitraan dengan
pelanggan,. Ya kemampuan ini berawal dari saya menjalin dengan tetangga
teman guna memperkenalkan produk roti.

PROFIL NARASUMBER 5
Nama : Kuncoro (KC)
Usia : 50 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Tempat wawancara : Tempat untuk memantau jumah roti yang akan dipasarkan
(MB)
Kegiatan : Bersantai, setelah mencatat jumlah roti yang akan dipasarkan
Hari : Kamis, 10 September 2015
Waktu : 10.15

42
Wawancara dengan Kuncoro (KC)

PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda miliki ?
Jawaban :
Technical competence, Marketing competence, Financial competence, Human
relation competence

 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?


Jawaban :
Saya memiliki kompetensi – kompetensi yang anda sebutkan yaitu teknis,
pemasaran, keuangan, dan hubungan personal saat saya juga memilih untuk
tidak melanjutkan sekolah, dan membantu keluarga saya untuk mengelola
usaha ini. Yang paling banyak mengajarkan kompetensi tersebut yaitu kakak
saya yang pertama, yaitu mas Tejo.

43
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Seperti yang lain, saya diajarkan oleh mas Tejo yaitu proses produksi,
mengetahui teknologi proses pembuatan roti, mengetahui desain produk roti
baik roti kering maupun basah.
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Kompetensi ini berawal dari ajakan mas Tejo, terus saya belajar sendiri
dengan modal nekad. Sehingga saya memiliki kompetensi seperti menemukan
pasar yang akan dituju, mengidentifikasi pelanggan, menjaga kelangsungan
hidup perusahaan dan dapat membaca peluang pasar yang spesifik dan cocok
untuk usahanya
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
saya memiliki kompetensi ini berawal diajarkan bapak TP seperti mengetahui
pembukuan dan perhitungan rugi/laba, mendapatkan dana, mengetahui cara
menggunakan dana
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.
Jawaban:

44
Kompetensi ini berasal dengan menjalin hubungan keluarga dan tetangga, ikut
terjun langsung memasarkan roti dan dikenalkan oleh para pedagang –
pedangang yang membeli roti. Dari situ saya belajar sehingga saya memiliki
kompetensi yaitu berelasi dan menjalin kemitraan, mengetahui hubungan inter-
personal secara sehat

PROFIL NARASUMBER 6

45
Nama : Subiantoro (SI)
Usia : 49 tahun
Pendidikan terakhir : Diploma
Tempat wawancara : Ruang Tamu Mandala Bakery (MB)
Kegiatan : Bersantai setelah mencatat laporan keuangan
Hari : Senin, 7 September 2015
Waktu : 17.50

Wawancara dengan Subiantoro (SI)

PERTANYAAN DAN JAWABAN KOMPETENSI KEWIRAUSAHAAN


 Kompetensi kewirausahaan apa saja yang anda miliki ?
Jawaban :
Financial competence, Human relation competence
 Sejak kapan anda memiliki kompetensi ini ?
Jawaban :
Saya memiliki kompetensi ini pada saat saya sekolah di perguruan tinggi.
Setelah saya lulus, saya langsung mempraktekan di Mandala. Tidak seperti
kakak – kakak saya yang hanya sekolah sampai SMA saja, saya memang
ingin membantu dalam bidang keuangan.

46
 Kompetensi teknis apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Tidak memiliki kompetensi teknis
 Kompetensi pemasaran apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Tidak memiliki kompetensi ini
 Kompetensi keuangan apa saja yang anda miliki, siapa yang mengajarkan
kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan kompetensi tersebut
dalam mengelola usaha tersebut ?.
Jawaban:
Kalau berbicara soal keuangan, saya lebih mahir dan mampu dalam masalah
keuangan. Mengetahui pembukuan dan perhitungan rugi/laba, Mengetahui
cara menggunakan dana secara sistematis, Mengetahui laporan keuangan
(neraca). Saya peroleh kompetensi tersebut di perguruan tinggi, saya
mengambil jurusan ekonomi diploma. Setelah saya lulus, saya terapkan di
Mandala. Akhirnya laporan keuangan Mandala tersusun secara sistematis,
walaupun masih dalam ditulis di buku.
 Kompetensi hubungan personal apa saja yang anda miliki, siapa yang
mengajarkan kompetensi tersebut, dan bagaimana anda menggunakan
kompetensi tersebut dalam mengelola usaha tersebut?.
Jawaban:
Kalau kompetensi ini, saya dapatkan di pembelajaran pada saat sekolah.
Memang di sekolah tidak diajarakan, namun dengan berkomunikasi dengan
dosen dan teman – teman sekolah, karakter untuk menjalin relasi yang baik

47
terbentuk. Dari situ saya mendapatkan kompetensi ini. Tapi, untuk langsung
terjun dalam mengelola Mandala, tetap saya diajarkan oleh kakak – kakak
saya.
LAMPIRAN III
FOTO MANDALA BAKERY

PABRIK ROTI MANDALA BAKERY

( JALAN PANDANARAN NO. 200 A, BOYOLALI )

48
BERBAGAI MACAM ROTI MANDALA BAKERY

PROSES PRODUKSI PEMBUATAN ADONAN

49
PROSES PENGEMASAN ROTI

PROSES PENGEPAKAN ROTI

50
PRODUK YANG SIAP UNTUK DIJUAL

SA (SETYAWATI ANTONO) DENGAN SEORANG PEGAWAI

KC (KUNCORO) MENCATAT JUMLAH ROTI YANG AKAN DIPASARKAN

51
BENTUK LAPORAN KEUANGAN MANDALA BAKERY

52

Anda mungkin juga menyukai