Anda di halaman 1dari 173

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING, FLIPPING ACTIVITY, DAN UNDERPERFORMANCE


SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA
EFEK INDONESIA PERIODE 2018-2021

Oleh:
Weni Ananda Putri
NIM: 11190810000092

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1445 H/2023 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


UNDERPRICING, FLIPPING ACTIVITY, DAN
UNDERPERFORMANCE SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG
MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-
2021

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
Weni Ananda Putri
NIM: 11190810000092

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1445 H/2023 M

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Rabu 26 Juli 2023 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

1. Nama : Weni Ananda Putri


2. NIM : 111908100000092
3. Jurusan : Manajemen
4. Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI UNDERPRICING, FLIPPING
ACTIVITY, DAN UNDERPERFORMANCE SAHAM
PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN IPO DI
BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-2021
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan
mahasiswa yang bersangkutan selama ujian skripsi, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juli 2023

1. Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB


NIP. 197411272001121002

2. Prof. Dr. Ahmad Rodoni, M.M


NIP. 196902032001121003

3. Dr. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si


NIP. 197312212005012002

iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Identitas Diri
Nama : Weni Ananda Putri
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 6 Januari 2001
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Kp. Bintaro, Kel. Pesanggrahan,
Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan,
DKI Jakarta 12320
No.Hp : 089668374068
Email : wenianandaputri@gmail.com

Pendidikan Formal
2007 – 2013 : SDIT Insan Mulia
2013 – 2016 : MTsN 13 Jakarta
2016 – 2019 : SMAN 108 Jakarta
2019 – 2023 : Program Sarjana Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

Pengalaman Organisasi
Apr 2022 – Apr 2023 : Inpower Indonesia
Jul 2022 – Agust 2022 : KKN X Local Project Aiesec in UIN Syarif
Hidayatullah

v
Pengalaman Bekerja
Des 2021 – Sep 2022 : Finance Staff Part time di Fulfill Coffee
Roasters
Mei 2022 – Jun 2022 : Budget Drafting di Kopi Roti Kamu
Juni 2022 – Jul 2022 : Administration Staff Intern di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
Des 2022 – Sekarang : Account Receivable Intern di Shipper.id

vi
ABSTRACT

This study aims to examine underpricing, flipping activity, and stock


underperformance which are influenced by various factors in companies
conducting IPOs on the IDX for the 2018-2021 period. This study used a purposive
sampling method with a total sample of 115 and data analysis techniques One
sample t-test, OLS test, and GLS test. The results of the One sample t-test show that
there has been underpricing and flipping activity and no underperformance has
occurred. The OLS test results show that the underwriter's reputation has a
negative and significant effect on underpricing; firm size and inflation rate have a
positive effect on underpricing; as well as other factors have no effect on
underpricing. Then, the reputation of the auditor and the inflation rate have a
positive and significant effect on flipping activity; hot/cold market and ROA have a
negative and significant effect on flipping activity; and other factors have no effect
on flipping activity. GLS test results show that the underwriter's reputation has a
positive and significant effect on underperformance; hot/cold market variables
have a positive and significant effect on underperformance; as well as other factors
have no effect on underperformance.
Keywords: Underpricing; Flipping Activity; Underperformance; IPO

vii
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menguji underpricing, flipping activity, dan


underperformance saham yang dipengaruhi berbagai faktor pada perusahaan yang
melakukan IPO di BEI periode 2018-2021. Penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling dengan total sampel sebanyak 115 serta teknik analisis data
One sample t-test, Uji OLS, dan Uji GLS. Hasil One sample t-test menunjukkan
telah terjadi underpricing dan flipping activity serta tidak terjadi underperformance.
Hasil uji OLS menunjukkan reputasi underwriter berpengaruh negative dan
signifikan terhadap underpricing; ukuran perusahaan dan tingkat inflasi
berpengaruh positif terhadap underpricing; serta faktor lainnya tidak berpengaruh
terhadap underpricing. Kemudian, reputasi auditor dan tingkat inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap flipping activity; hot/cold market dan ROA
berpengaruh negative dan signifikan terhadap flipping activity; serta faktor lainnya
tidak berpengaruh terhadap flipping activity. Hasil uji GLS menunjukkan bahwa
reputasi underwriter berpengaruh positif dan signifikan terhadap
underperformance; variabel hot/cold market berpengaruh positif dan signifikan
terhadap underperformance; serta faktor lainnya tidak berpengaruh terhadap
underperformance.
Kata Kunci: Underpricing; Flipping Activity; Underperformance; IPO

viii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas berkat Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPRICING, FLIPPING
ACTIVITY, DAN UNDERPERFORMANCE SAHAM PADA PERUSAHAAN
YANG MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-
2021” dengan lancar.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan Nabi Besar
Muhammad SAW, kepada keluarganya, anak cucunya, para sahabatnya, dan
kepada umatnya sampai akhir zaman.
Adapun maksud dan tujuan dari penulisan skripsi ini untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan bagi setiap mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Selain itu juga merupakan salah satu bukti bahwa mahasiswa
telah menyelesaikan kuliah di program studi Manajemen dan untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan, masukan,
bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu melalui kesempatan ini
penulis menyampaikan terima kasih yang tulus kepada:
1. Allah SWT yang selalu melimpahkan berkah dan nikmat-Nya kepada
penulis serta memberi kemudahan dan kelancaran terhadap segala urusan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya Ibu Wati dan Bapak Warsito yang selalu memberikan
dukungan, doa, motivasi, dan kasih sayang yang membuat penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Asep Saepudin Jahar, M.A., Ph.D. selaku Rektor Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta jajarannya.
4. Prof. Dr. Ibnu Qizam, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta
jajarannya.

ix
5. Ibu Murdiyah Hayati, M.M. selaku ketua jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada seluruh mahasiswanya.
6. Prof. Dr. Ahmad Rodhoni, MM. selaku pembimbing yang telah memberi
arahan dan motivasi kepada saya.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu yang tak ternilai
hingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Essa Hafidzul, selaku orang special yang telah membantu, menemani,
mendukung, memberikan semangat dalam proses pengerjaan skripsi ini
hingga tuntas.
9. Seluruh teman yang mendukung saya untuk terus berjuang dan pantang
menyerah yaitu Elsa, Annisa. Juga teman-teman seperjuangan Angkatan
2019 khususnya Tari, Vena, Tiara, Aqilah, Nadhifah, Aldira, dan lainnya
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.
Dengan menyelesaikan skripsi ini penulis berharap banyak manfaat yang dapat
dipetik dan diambil dari karya ini. Penulis menyadari bahwa banyak kesalahan yang
penulis buat dalam penulisan skripsi ini, dengan itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan menuju kesempurnaan skripsi
ini.
Ciputat, 21 Juli 2023
Weni Ananda Putri

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 14
C. Batasan Masalah......................................................................................... 14
D. Rumusan Masalah ...................................................................................... 15
E. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 16
F. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 16
BAB II ................................................................................................................... 18
A. Teori – teori terkait Penelitian ................................................................... 18
1. Initial Public Offering (IPO) .................................................................. 18
2. Pasar Sekunder ....................................................................................... 19
3. Underpricing .......................................................................................... 20
4. Flipping Activity ..................................................................................... 21
5. Underperformance ................................................................................. 22
6. Reputasi Underwriter ............................................................................. 22
7. Reputasi Auditor..................................................................................... 24
8. Umur Perusahaan ................................................................................... 26
9. Ukuran Perusahaan ................................................................................. 26
10. Hot/cold market (TIME) ..................................................................... 27
11. Return on Asset (ROA)....................................................................... 28

xi
12. Return on Equity (ROE) ..................................................................... 29
13. Debt to Equity Ratio (DER)................................................................ 29
14. Earning Per Share (EPS) ..................................................................... 30
15. Jenis Industri ....................................................................................... 31
16. Tingkat Inflasi ..................................................................................... 32
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 35
D. Kerangka Pemikiran ................................................................................... 52
E. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis .................................................. 53
F. Hipotesis..................................................................................................... 60
BAB III ................................................................................................................. 62
A. Populasi dan Sampel .................................................................................. 62
1. Populasi .................................................................................................. 62
2. Sampel .................................................................................................... 62
B. Data dan Sumber data ................................................................................ 63
C. Metode Pengumpulan Data ........................................................................ 63
D. Metode Analisis Data ................................................................................. 64
E. Definisi Operasional Variabel .................................................................... 70
BAB IV ................................................................................................................. 77
A. Gambaran umum objek penelitian ............................................................. 77
B. Analisis Data .............................................................................................. 78
1. Statistik Deskriptif .................................................................................. 78
2. One Sample T-Test ................................................................................. 82
3. Uji asumsi klasik .................................................................................... 85
4. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 90
C. Pembahasan .............................................................................................. 102
1. Pengaruh Variabel independent terhadap Underpricing ...................... 102
2. Pengaruh Variabel independent terhadap Flipping Activity ................. 111
3. Pengaruh Variabel independent terhadap Underperformance ............. 120
BAB V................................................................................................................. 128
A. Kesimpulan .............................................................................................. 128
B. Saran ......................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 130

xii
LAMPIRAN ........................................................................................................ 138
Lampiran 1: Data sampel perusahaan sebelum outlier .................................... 138
Lampiran 2: Data sampel perusahaan sesudah outlier .................................... 146
Lampiran 3: Uji One Sample Test ................................................................... 153
Lampiran 4: Uji Normalitas Y1 Sebelum Outliers ......................................... 154
Lampiran 5: Uji Normalitas Y2 Sebelum Outliers ......................................... 154
Lampiran 6: Uji Normalitas Y3 Sebelum Outliers ......................................... 154
Lampiran 7: Uji Normalitas Y4 Sebelum Outliers ......................................... 155
Lampiran 8: Uji Normalitas Y1 Setelah Outliers ............................................ 155
Lampiran 9: Uji Normalitas Y2 Setelah Outliers ............................................ 155
Lampiran 10: Uji Normalitas Y3 Setelah Outliers .......................................... 156
Lampiran 11: Uji Normalitas Y4 Setelah Outliers .......................................... 156
Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y1 ...................................... 156
Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y2 ...................................... 156
Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y3 ...................................... 157
Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y4 ...................................... 157

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Jumlah Investor Pasar Modal di Indonesia (2017-2021)................................ 1


Gambar 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2020-2021 ...................................... 3
Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir ........................................................................................ 52

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Data Jumlah Perusahaan yang melakukan IPO dan Rata-Rata Tingkat
Underpricing di Indonesia tahun 2018-2021 .......................................................... 6
Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu ............................................................................ 35
Tabel 3. 1 Kriteria Sampel .................................................................................... 63
Tabel 3. 2 Operasional Variabel............................................................................ 71
Tabel 4. 1 Variabel Underpricing, Flipping Activity, Underperformance,
Underpricing after 6 Month IPO Periode 2018-2021 ........................................... 79
Tabel 4. 2 Variabel Independen Periode 2018-2021............................................. 79
Tabel 4. 3 One Sample t Test ................................................................................ 83
Tabel 4. 4 Uji Multikolonieritas ............................................................................ 88
Tabel 4. 5 Hasil Uji t parsial model OLS Variabel Underpricing ......................... 90
Tabel 4. 6 Hasil Uji t parsial model OLS Variabel Flipping Activity .................. 93
Tabel 4. 7 Hasil Uji t parsial model GLS .............................................................. 96
Tabel 4. 8 Hasil Uji F Simultan Model OLS ........................................................ 99
Tabel 4. 9 Hasil Uji F Simultan Model GLS ...................................................... 100
Tabel 4. 10 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model OLS .................................. 101
Tabel 4. 11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model GLS .................................. 102

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasar modal memegang peranan penting terhadap perekonomian suatu

negara karena pasar modal merupakan sebuah sarana bagi perusahaan untuk

mendapatkan dana dari para investor bertujuan untuk mengembangkan

usahanya, selain itu pasar modal juga kian digunakan oleh masyarakat

sebagai wadah investasi keuangan. Seiring berjalannya waktu, pasar modal

tidak hanya menjadi sarana investasi bagi para investor namun dapat

dijadikan suatu mata pencaharian karena menjanjikan keuntungan yang

sangat tinggi khususnya pada instrumen saham (Fadly, 2021). Jumlah

investor pasar modal Indonesia memiliki perkembangan yang sangat

signifikan dalam waktu 4 tahun terakhir.

Gambar 1. 1 Jumlah Investor Pasar Modal di Indonesia (2017-2021)


Sumber: Katadata.co.id

1
Berdasarkan grafik di atas, jumlah investor pasar modal kian meningkat

sejak tahun 2018. Pada tahun 2017, jumlah investor pasar modal sebesar

1,12 juta. Jumlah ini meningkat sebesar 44% menjadi 1,82 juta pada 2018.

Selanjutnya, jumlah investor meningkat sebesar 53% menjadi 2,48 Juta

pada tahun 2019. Pada tahun 2020, jumlah investor meningkat 56,2%

menjadi 3,88 juta meski pada masa awal pandemi. Lalu pada tahun 2021,

jumlah investor pasar modal meningkat hingga 92,99% menjadi 7,49 juta

(Pahlevi, 2022).

Meski mengalami peningkatan jumlah investor, ternyata kinerja indeks

harga saham gabungan (IHSG) tahun 2018 merupakan yang terburuk dalam

3 tahun terakhir di mana mencapai -2,54% dalam setahun, padahal pada

2017 dan 2016 IHSG masih memberikan return 19,99% dan 15,32%.

Penurunan ini disebabkan oleh kinerja negatif baik dari dalam negeri seperti

pertumbuhan ekonomi Indonesia yang belum beranjak dari 5%, depresiasi

nilai tukar rupiah, defisit neraca perdagangan, hingga sentimen luar negeri

seperti perang dagang dan kenaikan Fed Funds Rate (FFR) bank sentral AS.

Hal ini mendorong investor asing melakukan aksi jual bersih (Net Sell)

mencapai Rp.45,65 T di pasar regular (Saleh, 2018). Meski begitu, jika

dilihat dari data yang ada di Bursa Efek Indonesia, pada tahun 2018 terdapat

total 57 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).

Kinerja pasar modal Indonesia pada tahun 2019 cukup meningkat

hingga 1,70% menjadi -0,47%. Secara year to date, IHSG naik 1,70% dan

3 tahun terakhir IHSG naik 17,51% Year to date, asing masuk di pasar nego

2
dan tunai Rp 68,02 triliun, sementara di pasar reguler terjadi net sell Rp

23,39 triliun sehingga net buy di semua pasar Rp 44,63 triliun (Wareza,

2019). Berdasarkan data yang ada di Bursa Efek Indonesia, pada tahun 2019

terdapat total 55 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).

Tahun 2020 dapat dikatakan sebagai tahun yang berbeda dengan tahun-

tahun sebelumnya, karena pada Maret 2020 muncul kasus pertama virus

Covid-19 di Indonesia. Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang

sangat signifikan bagi seluruh aspek di dunia, salah satunya aspek ekonomi.

Pada tahun 2020 hampir seluruh dunia mencatat pertumbuhan ekonomi

yang negatif. Demikian pula dengan perekonomian Indonesia yang

mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada kwartal 1 sebesar 2,97,

lalu turun menjadi -5,23% pada kwartal kedua. Pada kwartal ketiga,

pertumbuhan ekonomi mulai meningkat tipis menjadi -3,49%.

Gambar 1. 2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia tahun 2020-2021


Sumber: IDX Bond Book, 2021

3
Hal ini tentu saja membuat IHSG mengalami penurunan drastis yakni

hingga -19,31% (Penilai Harga Efek Indonesia, 2021). Pada tahun 2020

terdapat total 51 perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).

Akhir tahun 2021 ditutup oleh kinerja positif Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG) mencapai posisi 6.581,5 atau naik 10,1% (yoy), setelah

mengalami penurunan pada masa pandemi tahun 2020 (Binekasri, 2022).

Berdasarkan data di Bursa Efek Indonesia, sebanyak 53 perusahaan tercatat

melakukan Initial Public Offering (IPO).

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa perkembangan

pasar modal di Indonesia sangat meningkat pesat. Meski IHSG mengalami

fluktuasi, jumlah perusahaan yang melakukan IPO tetap konsisten. Hal ini

mengindikasikan bahwa persaingan yang tajam pada era globalisasi

mendorong perusahaan untuk ikut berpartisipasi mengembangkan

usahanya.

Banyak cara yang dapat diusung oleh perusahaan untuk

mengembangkan usahanya, salah satunya adalah melakukan ekspansi.

Namun, untuk melakukan ekspansi perusahaan harus menyiapkan dana

yang cukup besar. Salah satu solusi yang dapat digunakan oleh perusahaan

dalam menghimpun dana yang besar adalah melakukan IPO (Initial Public

Offering).

IPO (Initial Public Offering) merupakan sebuah proses di mana

perusahaan yang hendak go public menawarkan saham pertamanya melalui

primary market yang dilakukan oleh sebuah emiten. Harga saham yang

4
dijual oleh primary market ini merupakan harga yang telah disepakati oleh

kedua belah pihak, yakni perusahaan emiten dan penjamin emisi (Stella et

al., 2018). Sebelum itu, perusahaan yang akan melakukan IPO harus dapat

menciptakan harga saham yang ideal. Dalam menemukan harga saham yang

ideal, perusahaan sebaiknya mempelajari faktor yang dapat mempengaruhi

gejala “Underpricing” terlebih dahulu. Dengan demikian perusahaan dapat

terhindar dari kerugian yang disebabkan underestimate terhadap nilai saham

yang ditawarkan (Trisnaningsih, 2005)

Fenomena Underpricing merupakan fenomena yang sering dijumpai

oleh emiten yang melakukan IPO, kondisi ini tentu saja tidak memberikan

keuntungan bagi emiten namun memberikan keuntungan besar bagi para

investor karena mendapatkan keuntungan dari selisih harga di primary

market dan harga di secondary market. Menurut Saputra dan Suaryana

(2016) fenomena underpricing dapat menyebabkan perusahaan tidak

mendapatkan keuntungan maksimal dari IPO sehingga hal ini tentu saja

sangat dihindari oleh perusahaan. Salah satu penyebab adanya underpricing

adalah adanya asimetri informasi.

Asimetri informasi terjadi antara dua pihak yaitu emiten dengan

underwriter dan antar investor. Asimetri informasi antara emiten dengan

underwriter, bisa terjadi karena underwriter memiliki informasi pasar

daripada emiten. Kondisi ini dimanfaatkan oleh underwriter dalam

melakukan negosiasi penetapan harga penawaran dengan emiten agar harga

saham yang ditawarkan relatif rendah dari harga pasar. Tujuan penetapan

5
harga rendah untuk dapat menarik investor serta mengurangi risiko saham

yang tidak terjual di pasar primer.

Asimetri informasi antara investor dengan investor bisa terjadi karena

ada dua kemungkinan, yaitu investor yang memiliki informasi lebih tentang

emiten dengan investor yang tidak memiliki informasi sama sekali. Investor

yang memiliki informasi hanya membeli saham yang benar-benar

mengalami underpricing dengan mempertimbangkan berbagai aspek,

kondisi, serta prospek perusahaan di masa yang akan datang, sedangkan

investor yang tidak memiliki informasi terkait emiten yang melakukan IPO,

investor cenderung akan membeli saham pada kondisi yang terlihat murah

(underpriced) tanpa mempertimbangkan kondisi serta prospek perusahaan

di masa yang akan datang.

Tabel 1. 1 Data Jumlah Perusahaan yang melakukan IPO dan Rata-Rata

Tingkat Underpricing di Indonesia tahun 2018-2021

Rata - Rata tingkat Underpricing tahunan


Perusahaan yang IPO di BEI
60
50
40
30
20
10
0
2018 2019 2020 2021

Emiten Underpricing (%)

Sumber: IDX, data diolah

6
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dalam pasar IPO di Indonesia

terjadi fenomena underpricing yang bervariasi sejak tahun 2018-2021 di

mana tingkat rata-rata underpricing terbesar terjadi pada tahun 2019 dengan

tingkat underpricing rata-rata sebesar 49% dan tingkat underpricing paling

rendah terjadi pada tahun 2021 dengan rata-rata tingkat underpricing

sebesar 20%.

Dalam penelitian Wang, dkk (2003); Syofian, dkk (2021); Kuncoro dan

Suryaputri (2019); Rodoni, dkk (2018); Bandi dan Trinugroho (2020);

Kurniawan dan Putri Novianti (2022); serta Fadila dan Kery (2020)

menemukan reputasi underwriter berpengaruh secara negative dan

signifikan terhadap underpricing, semakin tinggi reputasi Underwriter

maka semakin rendah tingkat underpricing.

Sementara pada penelitian Putra (2020) menemukan hasil bahwa

variabel reputasi underwriter berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap underpricing. Bahkan dalam penelitian Widjaya, dkk (2017); Irine

(2017); Lestari dan Adiati (2020); serta Salfida, dkk (2014) menemukan

reputasi underwriter tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underpricing.

Dalam penelitian Tomczyk (1996); Hana Nazihah, dkk (2020);

Mulyani, dkk (2017); Rodoni, dkk (2018); serta Putra (2020) menemukan

bahwa reputasi auditor berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap

tingkat underpricing. Sementara penelitian Firdaus dan Vinola (2020)

menemukan reputasi auditor berpengaruh secara positif dan signifikan

7
terhadap tingkat underpricing. Bahkan dalam pelitian (Salfida et al., 2014)

menemukan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap underpricing.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018); Salfida, dkk (2014); serta

Sulistiawati, dkk (2021) menemukan bahwa umur perusahaan memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap tingkat underpricing. Sementara

penelitian Firdaus dan Vinola (2020) serta Syukur, dkk (2018) menemukan

bahwa umur perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underpricing.

Dalam penelitian Leow dan Wee (2020); Kartika dan Putra (2017);

serta Irine (2017) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh

secara negative dan signifikan terhadap underpricing. Sementara dalam

penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing dan penelitian

Nuryasinta dan Haryanto (2017b) menemukan bahwa ukuran perusahaan

berpengaruh secara signifikan positif terhadap underpricing.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa hot/cold

market berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap underpricing.

Sementara penelitian Robinson (2015) menemukan bahwa hot/cold market

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Penelitian Fadila dan Kery (2020) berhasil menemukan bahwa ROA

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap tingkat underpricing.

Sementara dalam penelitian Irine (2017); Lestari dan Adiati (2020); serta

8
Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap underpricing.

Penelitian Rodoni, dkk (2018) serta Kuncoro dan Suryaputri (2019)

berhasil menemukan bahwa ROE berpengaruh secara negative dan

signifikan terhadap tingkat underpricing. Sementara penelitian Lestari dan

Adiati Trihastuti (2020) menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap underpricing.

Penelitian Syukur, dkk (2018); Rodoni, dkk (2018); serta Fadila dan

Utami (2020) berhasil menemukan bahwa DER berpengaruh secara positif

dan signifikan terhadap tingkat underpricing. Sementara penelitian Irine

(2017); Firdaus dan Vinola (2020); serta Lestari dan Adiati (2020)

menemukan bahwa DER tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

Underpricing.

Penelitian Widjaya dan Sulitiyani (2017) berhasil menemukan

bahwa EPS berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap tingkat

underpricing. Sementara penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa

EPS berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap underpricing.

Bahkan penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Penelitian Rodoni, dkk (2018) serta Laurentia (2008) menemukan

bahwa jenis industri berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Sementara penelitian Kristiantari (2012) dan Pahlevi (2014) menemukan

9
bahwa jenis industri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underpricing.

Penelitian Nasution dan Mutasowifin (2021) menemukan bahwa

tingkat inflasi berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap

underpricing. Sementara penelitian (Ratnasari & Gunasti Hudiwinarsih, 2013)

menemukan tingkat inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underpricing.

Menurut Ellis, dkk (2002), pada perdagangan hari pertama terdapat

celah untuh flipping sekitar 70% dari volume saham yang dijual di IPO.

Maka dari itu, IPO Flipper yang awalnya menerima saham dengan harga

penawaran segera menjualnya kembali di hari pertama IPO (e, Krigman et

al. (1999), Aggarwal (2003), and Boehmer et al. (2006). Flipper kerap

menyediakan likuiditas pasar dan berkontribusi terhadap penemuan harga

karena flipping dapat menjadi respon rasional untuk kesalahan harga

underwriter (Krigman et al., 2002).

Selain itu, flippers juga meletakkan tekanan kebawah pada harga

saham, khususnya saat cold IPO, flipper juga memaksa underwriter untuk

terlibat dalam kegiatan stabilisasi dengan cara membeli kembali saham di

aftermarket (Aggarwal, 2003). Dengan demikian, kinerja awal IPO

dipengaruhi oleh harga saham, alokasi saham dan aktivitas flipping oleh

investor (Kooli & Zhou, 2020). Menurut Syukur, (2018) flipping activity

merupakan sebuah respon rasional yang dilakukan oleh investor atas

terjadinya kesalahan harga yang dilakukan oleh underwriter.

10
Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa reputasi

underwriter tidak berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

Sementara dalam penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa reputasi

underwriter berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap flipping

activity.

Dalam penelitian Rodoni, (2018) menemukan bahwa umur perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Sementara

dalam penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa umur perusahaan

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa ROA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Sementara

penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa ROA berpengaruh secara

signifikan terhadap flipping activity.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa DER

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap flipping activity.

Sementara penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa DER

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap flipping activity.

Fenomena underpricing biasanya terjadi dalam jangka pendek yaitu

setelah perusahaan melakukan penawaran saham perdana dan memasuki

pasar sekunder. Namun ketika diamati lebih lanjut, beberapa penelitian

menemukan bahwa kinerja saham yang melakukan IPO banyak yang

mengalami underperformed pada jangka waktu yang lebih lama. Penelitian

Hartanto dan Sri (2004) menemukan bahwa kinerja perusahaan mengalami

11
underperformance sebesar 7,83% setelah setahun IPO. Penelitian Suherman

dan Dharmawan (2011) menemukan bahwa umumnya perusahaan

nonshariah mengalami kinerja yang underperformed setelah satu dan dua

tahun pasca IPO baik ketika diukur dengan CARs maupun BHARs.

Penelitian Manurung dan Soepriyono (2006) menemukan bahwa

performa emiten non privatisasi setelah satu, dua, dan tiga tahun IPO

mengalami underperformance sebesar 8,27%, 26,60%, dan 47,42%.

Menurut Ritter (1991) rata-rata tingkat pengembalian saham IPO di bursa

efek Amerika Serikat setelah 3 tahun melakukan IPO mendapatkan hasil -

29,13. Menurut penelitian Pamungkas (2013) dalam Sri Andayani, dkk

(2017) PT Garuda Indonesia melakukan IPO pada bulan Februari 2011

dengan harga Rp.750/lembar di BEI, tetapi saham perusahaan mengalami

penurunan hingga mencapai Rp.650/lembar. Hal ini dapat menyebabkan

investor yang membeli saham untuk periode lebih lama tidak menikmati

return yang diharapkan.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa ukuran

perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

underperformance. Sementara penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan

bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa DER

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap underperformance.

12
Sementara penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa DER

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap underperformance.

Dalam penelitian Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa earning per

share (EPS) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Sementara penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan

bahwa earning per share (EPS) berpengaruh secara negative dan signifikan

terhadap underperformance

Berdasarkan fenomena dari penjelasan di atas dan inkonsistensi

beberapa penelitian sebelumnya yang relevan, maka peneliti bermaksud

untuk meneliti lebih lanjut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

underpricing, flipping activity, dan underperformance saham khususnya

pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

Kelebihan penelitian ini adalah menggunakan tiga variabel dependen

yaitu underpricing, flipping activity, dan underperformance saham.

Penelitian ini menggunakan sebelas variabel independen yaitu Reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan,

hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis industri, tingkat inflasi. Maka

peneliti memilih judul penulisan tentang:

“ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

UNDERPRICING, FLIPPING ACTIVITY, DAN

UNDERPERFORMANCE SAHAM PADA PERUSAHAAN YANG

MELAKUKAN IPO DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2018-

2021”

13
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti

mengidentifikasi masalah-masalah yang ada pada penelitian ini diantaranya

yaitu:

1. Fenomena underpricing menyebabkan perusahaan mendapatkan

keuntungan yang tidak maksimal pada saat IPO.

2. Kesalahan penentuan harga menyebabkan tingginya flipping

activity.

3. underperformance dapat menyebabkan kerugian bagi investor

jangka Panjang.

4. Adanya inkonsistensi dari beberapa hasil penelitian terkait faktor

yang mempengaruhi underpricing, flipping activity, dan

underperformance saat IPO.

5. Banyak faktor yang mempengaruhi underpricing, flipping activity,

dan underperformance saat IPO.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah di atas, peneliti menetapkan

batasan masalah agar penelitian ini lebih terarah. Penelitian ini berfokus

pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat underpricing, flipping

activity, dan underperformance saham sebagai variabel dependen. Adapun

variabel independent yang dijadikan faktor pada penelitian ini yaitu

reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran

14
perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis industri, dan

tingkat inflasi.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan Batasan masalah di atas, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah terdapat fenomena underpricing di Bursa Efek Indonesia,

dan apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, umur

perusahaan, ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER,

EPS, jenis industri, tingkat inflasi mempengaruhi underpricing

pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2018-2021?

2. Apakah terdapat fenomena flipping activity di Bursa Efek

Indonesia, dan apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, umur

perusahaan, ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER,

EPS, jenis industri, tingkat inflasi mempengaruhi flipping activity

pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2018-2021?

3. Apakah terdapat fenomena underperformance di Bursa Efek

Indonesia, dan apakah reputasi underwriter, reputasi auditor, umur

perusahaan, ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER,

EPS, jenis industri, tingkat inflasi mempengaruhi

underperformance pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa

Efek Indonesia pada periode 2018-2021?

15
E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Menganalisis fenomena underpricing dan pengaruh reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan,

hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis industri, tingkat

inflasi terhadap underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO

di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021.

2. Menganalisis fenomena flipping activity dan pengaruh reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan,

hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis industri, tingkat

inflasi terhadap flipping activity pada perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021.

3. Menganalisis fenomena underperformance dan pengaruh Reputasi

underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan, ukuran perusahaan,

hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis industri, tingkat

inflasi terhadap underperformance pada perusahaan yang

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021.

F. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

dijadikan referensi untuk pihak-pihak terkait, diantaranya yaitu:

16
1. Bagi Peneliti/Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta

pengetahuan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

underpricing, flipping activity, dan underperformance saham pada

perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

Penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan/referensi untuk

dikembangkan kembali pada penelitian selanjutnya.

2. Bagi Emiten

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

emiten yang ingin melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

3. Bagi Investor

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi

investor saat mengambil keputusan untuk menanamkan modalnya.

17
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori – teori terkait Penelitian

1. Initial Public Offering (IPO)

Initial Public Offering (IPO) atau penawaran umum perdana

merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan oleh emiten untuk

menawarkan saham pada pertama kalinya ke publik. Menurut UU RI

No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, IPO merupakan sebuah kegiatan

penawaran yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada

masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam undang-undang

dan peraturan pelaksanaannya. Menurut Stella, dkk (2018) IPO (Initial

Public Offering) merupakan sebuah proses di mana perusahaan yang

hendak go public menawarkan saham pertamanya melalui primary

market yang dilakukan oleh sebuah emiten.

Harga saham yang dijual oleh primary market ini merupakan harga

yang telah disepakati oleh kedua belah pihak, yakni perusahaan emiten

dan penjamin emisi. Penawaran perdana juga kerap dikenal dengan

istilah go public. PT Bursa Efek Indonesia mengartikan go public

sebagai suatu keadaan di mana perusahaan tertutup menawarkan atau

menjual sahamnya kepada publik. Ketika sebuah perusahaan telah

memutuskan untuk melakukan go public, pastinya perusahaan tersebut

telah mempertimbangkan apa saja manfaat serta akibat yang akan di

dapat.

18
PT Bursa Efek Indonesia menjelaskan beberapa manfaat yang

didapat ketika perusahaan melakukan go public:

a. Mendapatkan sumber pendanaan baru. Sumber dana ini didapat

dari hasil penjualan sahamnya kepada publik, mudahnya akses

pada pinjaman bank, serta mudahnya perusahaan untuk masuk

ke pasar uang.

b. Memperoleh competitive advantages untuk mengembangkan

usaha.

c. Dapat dengan mudah melakukan merger atau akuisisi dengan

perusahaan lain melalui penerbitan saham baru.

d. Meningkatkan kemampuan perusahaan untuk tetap bertahan

dalam kondisi apapun yang dapat mengakibatkan perusahaan

mengalami pailit.

e. Meningkatkan citra perusahaan, karena perusahaan go public

akan selalu menyita perhatian media dan masyarakat.

f. Meningkatkan nilai perusahaan.

Selain itu, PT Bursa Efek Indonesia juga menjelaskan akibat yang

akan didapatkan ketika melakukan go public:

a. Berkurangnya persentase kepemilikan.

b. Harus menaati seluruh peraturan yang berlaku di pasar modal.

2. Pasar Sekunder

Menurut Sunariyah (2011), pasar sekunder didefinisikan sebagai

perdagangan saham setelah melewati masa penawaran pada pasar

19
perdana. Jadi, pasar sekunder di mana saham dan sekuritas lain

diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan dari pasar

perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan

dan penawaran antara pembeli dan penjual. Sedangkan menurut

Tandelilin (2010), “setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana,

selanjutnya sekuritas emiten tersebut kemudian biasa diperjualbelikan

oleh dan antara investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar

sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk

mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan

likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan”. Pasar sekunder

merupakan tempat jual beli surat berharga yang telah tercatat di bursa

setelah penawaran penjualan selesai di pasar perdana. Transaksinya

bukan antara investor dengan emiten lagi melainkan investor dengan

investor lainnya. Pasar sekunder ini biasanya disebut sebagai pasar

kedua atau secondary market (Wijayanti, 2022).

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pasar

sekunder adalah tempat di mana saham atau sekuritas yang telah dicatat

di Bursa Efek Indonesia dan telah melewati perdagangan di pasar

perdana diperjualbelikan secara luas oleh investor kepada investor lain.

3. Underpricing

Underpricing adalah selisih harga penawaran perdana lebih rendah

dibandingkan harga penutupan saham perusahaan di pasar sekunder

pada hari pertama (Jogiyanto, 2009:34). Underpricing merupakan

20
kondisi di mana harga saham di penawaran pertama lebih rendah

dibandingkan harga yang telah ditetapkan pada harga saham pertama

kali dijual di pasar sekunder. Underpricing merupakan loncatan harga

yang terjadi pada penjualan bursa maupun pasar sekunder (Firnanti &

Arwina Karmudiandri, 2020). Jika terjadi underpricing saham, para

investor dapat memperoleh kesempatan yang berupa abnormal return.

Underpricing merupakan perbedaan harga antara penutupan di hari

pertama pada pasar sekunder dengan penawaran yang biasanya

ditawarkan, kemudian dibagi dengan harga penawaran umum tersebut.

Kondisi tersebut dapat menyebabkan terjadinya underpricing saham.

Fenomena underpricing biasanya terjadi dalam jangka pendek, yaitu

kurang dari setahun.

4. Flipping Activity

Bayley (2006) dalam Arfandi dan Salma (2018) mendefinisikan

aktivitas flipping sebagai volume saham yang sedang dijual dan dibeli

oleh investor pada hari pertama IPO atau total saham yang

diinvestasikan oleh investor sebelum daftar IPO, diukur dengan

perdagangan aftermarket.

Chong (2009) dalam Dewi dan Asri (2019) mendefinisikan flipping

sebagai Tindakan menjual saham IPO pada hari pertama listing di pasar

sekunder. Hal ini diperlukan untuk mengetahui likuiditas saham IPO di

pasar sekunder. Tingkat flipping yang tinggi tidak disukai oleh

penjamin emisi karena dianggap dapat merugikan kinerja saham IPO.

21
Jika terdapat cukup permintaan untuk memenuhi saham flipping harga

di pasar sekunder akan mengalami kenaikan, sebaliknya apabila tidak

terdapat permintaan saham flipping harga saham di pasar sekunder akan

mengalami penurunan.

5. Underperformance

Underperformance merupakan penurunan harga saham setelah

penawaran saham pertama. Fenomena ini biasa terjadi setelah IPO

dilakukan (Raya & Herry Laksito, 2020). Penurunan ini ditandai

dengan munculnya abnormal return negatif, yaitu penurunan harga

saham setelah IPO dalam jangka panjang. Menurut Sulistyastuti (2002)

kinerja saham jangka panjang adalah kinerja saham dalam kurun waktu

setahun atau lebih dari setahun setelah IPO. Apabila hal ini terjadi

secara terus-menerus, dikhawatirkan kinerja yang terjadi pada

perusahaan tersebut juga menurun. Kondisi underperformance

perusahaan mencermikan rata-rata isi keseluruhan informasi pada

perusahaan.

6. Reputasi Underwriter

Underwriter menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 merupakan pihak

yang menetapkan perjanjian dengan emiten untuk melakukan

penawaran untuk memenuhi kebutuhan emiten dengan atau tanpa

kewajiban memberi sisa efek yang tidak terjual, artinya Underwriter

sebagai mediator dalam go public emiten (Lestari, 2018).

22
Menurut Ang dalam Ustman (2020), fungsi reputasi underwriter

dalam suatu perusahaan selain menjadi mediator adalah untuk memberi

jaminan kepada investor bahwa saham yang mereka tawarkan terjual

sesuai dengan tipe penjamin yang telah disepakati sebelumnya.

Underwriter juga berperan dalam memberi masukan kepada emiten

mengenai jenis, harga, kapan dan bagaimana cara yang tepat untuk

melakukan penawaran.

Harga saham pada saham perdana merupakan harga yang telah

ditentukan dan disepakati oleh emiten dan underwriter. Dalam

menentukan harga yang wajar, underwriter dan emiten kerap kali

mengalami kesulitan. Sehingga underwriter lebih condong untuk

memberikan harga penawaran yang lebih rendah dibanding harga yang

diharapkan oleh emiten. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir risiko

tanggung jawab underwriter apabila saham yang ditawarkan tidak laku

atau tidak habis terjual.

Reputasi underwriter pada penelitian ini diukur menggunakan

variabel dummy. Apabila perusahaan penjamin emisi termasuk dalam

peringkat 20 penjamin emisi teraktif dalam perdagangan di bursa di

setiap tahunnya, maka perusahaan yang IPO di tahun tersebut dan

dijamin oleh salah satu penjamin emisi tersebut diberi nilai 1,

sebaliknya apabila perusahaan tidak dijamin oleh salah satu penjamin

emisi tersebut maka diberi nilai 0.

23
7. Reputasi Auditor

Reputasi auditor merupakan bagian dari proses audit. Reputasi

auditor dapat menggambarkan kualitas audit dan skala kemampuan

auditor itu sendiri. Reputasi auditor muncul karena adanya kepercayaan

yang diberikan oleh pengguna jasa auditor kepada auditor atas hasil

kerjanya.

Auditor memiliki tanggung jawab untuk memberikan informasi

yang dibutuhkan oleh pemakai jasa untuk memberi laporan keuangan.

Reputasi auditor menunjukkan tolak ukur kemampuan yang dimiliki

oleh auditor sekaligus mengukur kepercayaan publik kepada auditor

tersebut.

Penting bagi auditor yang memiliki reputasi dan prestasi yang baik

untuk memberikan pelayanan audit yang berkualitas, termasuk

menginformasikan konsentrasi yang terjadi kepada pengguna jasa audit

secara terintegritas untuk memperoleh reputasi yang baik dimata

pengguna jasa (Yendrawati & Mahendra, 2018)

Reputasi auditor merupakan reputas dan nama besar yang diberikan

kepada auditor yang memiliki kualitas yang baik, termasuk dalam

menjaga nama baik dan prestasi mereka (Firnanti & Karmudiandri,

2020).

Reputasi auditor juga dapat diartikan sebagai bentuk penilaian

terhadap auditor publik yang dilakukan oleh pemerintah maupun

masyarakat melalui kondisi perusahaan auditor tersebut melakukan

24
audit. Artinya, auditor memiliki pengaruh besar terhadap

keberlangsungan bisnis suatu perusahaan beserta loyalitas kliennya

(Abdillah et al., 2019).

Reputasi auditor sangat diandalkan untuk memeriksa laporan

keuangan yang akan diterbitkan agar menghasilkan laporan keuangan

yang berkualitas dan dapat diandalkan. Terlebih jika laporan keuangan

tersebut diaudit oleh auditor yang berasal dari KAP big four.

Keunggulan auditor yang berasal dari KAP big four dibandingkan

dengan KAP non-big four adalah kualitas auditor. Hal ini dikarenakan

KAP big four memberikan pelatihan, prosedur dan program audit yang

lebih efektif dan efisien yang dapat membantu para auditor dalam

meningkatkan kualitas kerja menjadi semakin maksimal dan

berkualitas (Kristian, 2018).

Emiten yang menggunakan auditor dengan reputasi yang baik dapat

membuat para investor lebih percaya bahwa informasi yang diberikan

tidak menyesatkan. Dengan demikian penggunaan auditor yang

memiliki reputasi tinggi akan mengurangi ketidakpastian pada masa

mendatang. Ketidakpastian yang rendah berasosiasi dengan tingkat

Underpricing yang rendah (Kristiantari, 2012).

dalam penelitian ini peneliti menggunakan variabel dummy untuk

mengukur variabel reputasi auditor. Apabila auditor termasuk dalam

KAP big four maka perusahaan yang melakukan IPO akan diberikan

25
nilai 1, sebaliknya apabila auditor tidak termasuk dalam KAP big four

maka perusahaan yang melakukan IPO diberikan nilai 0.

8. Umur Perusahaan

Umur perusahaan adalah lamanya suatu perusahaan mampu

menunjukan citranya dalam menjalankan bisnisnya, hal ini menjadi

penilaian penting untuk menilai suatu perusahaan dalam hal

pengalaman yang dimilikinya dibandingkan perusahaan lainnya.

Lamanya suatu perusahaan berdiri mencermikan banyaknya

pengalaman yang dimiliki oleh perusahaan tersebut hingga

kemampuannya untuk bertahan dalam dunia bisnis (Ustman, 2020).

Biasanya, perusahaan yang memiliki umur panjang akan

berkemungkinan untuk memberi informasi perusahaan yang lebih

detail daripada perusahaan-perusahaan yang baru berdiri. Hal ini dapat

mengurangi kurangnya informasi dan ketidakpastian pasar yang

mampu menyebabkan underpricing saham. Umur perusahaan juga

dapat memberi kepercayaan masyarakat luas dan para investor karena

sudah terkendal dan bertahan lebih lama dibandingkan perusahaan yang

relatif baru berdiri.

9. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan berfungsi sebagai proksi untuk mencegah

ketidakpastian yang akan terjadi di masa yang akan datang. Ukuran

perusahaan dinilai berdasarkan besaran total aktiva perusahaan pada

periode tertentu (Artaningrum et al., 2017). Menurut Arifuddin, dkk

26
(2017) ukuran perusahaan dapat dihitung berdasarkan besar atau

kecilnya total asset yang dimiliki oleh perusahaa tersebut. Maka dapat

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berisi gambaran mengenai

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan asset atau profit dalam

jangka waktu tertentu.

Perusahaan-perusahaan yang memiliki ukuran perusahaan dengan

skala besar biasanya lebih dikenal oleh publik dan investor. Hal ini

menguntungkan bagi investor untuk mengakses prospek dan nilai yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut (Susianto, 2017).

Dalam perusahaan berskala besar, informasi yang dimiliki biasanya

lebih detail dibandingkan perusahaan berskala kecil, sehingga dapat

memberi kepastian dan kepercayaan kepada para investor yang ingin

bekerja sama dengan perusahaan. selain itu, ukuran perusahaan juga

dapat mengurangi risiko terjadinya underpricing.

10. Hot/cold market (TIME)

Hot and cold market merupakan klasifikasi periode siklus IPO yang

ditentukan berdasarkan tingkat aktivitas dan optimisme pasar. Menurut

Helwege (2004) dalam Robinson (2015) hot market memiliki

karakteristik dengan volume penawaran saham yang tinggi, terdapat

underpricing, oversubscribe dalam penawaran umum, dan memiliki

konsentrasi khusus dalam sebuah industri tertentu. Sedangkan dalam

cold market mempunyai karakteristik dengan lebih sedikitnya

penawaran umum, lebih sedikit underpricing¸ dan lebih sedikit

27
oversubscribtion. Menurut Arifin (2010) dalam Robinson (2015)

klasifikasi periode IPO hot dan cold ditentukan berdasarkan rata-rata

tingkat underpricing tahunan, di mana apabila periode memiliki tingkat

rata-rata underpricing >25% maka periode tersebut berada dalam siklus

hot market, sebaliknya apabila periode tersebut memiliki tingkat

underpricing <25% maka periode tersebut berada dalam siklus cold

market.

Pada penelitian ini variabel TIME dilihat dari siklus Hot dan Cold

market di mana variabel ini merupakan variabel dummy. Apabila

periode tahun tersebut memiliki rata-rata tingkat underpricing >25%

maka perusahaan pada periode tahun tersebut akan diberi nilai 1,

sebaliknya apabila periode tahun tersebut memiliki rata-rata tingkat

underpricing <25% maka perusahaan pada periode tahun tersebut akan

diberi nilai 0.

11. Return on Asset (ROA)

Return on asset adalah rasio untuk mengukur besaran efektivitas

suatu perusahaan untuk memperoleh profit melalui pemanfaatan aktiva.

ROA juga menjadi bagian penilaian investor sebelum menjalin

kerjasama dengan suatu perusahaan (Abdillah et al., 2019).

ROA bernilai tinggi dapat mempengaruhi ketidakpastian perusahaan

IPO di masa yang akan datang dan mengurangi risiko terjadinya

Underpricing (Mulyono, 2017). Selain itu, ROA juga menentukan

prestasi keuangan yang dicapai oleh perusahaan, terutama dalam

28
memperoleh keuntungan yang dapat menentukan hasil akhir keputusan

investor untuk berinvestasi pada perusahaan tersebut.

12. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan alat ukur yang digunakan untuk menghitung

kinerja perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki nilai ROE tinggi

dianggap memiliki kinerja yang memuaskan. ROE adalah rasio yang

digunakan untuk menghitung tingkat pencapaian perusahaan dalam

memperoleh laba bagi para pemegang saham atau nilai perusahaan

(Hery, 2017).

Menurut Kasmir (2019), ROE merupakan perbandingan antara laba

bersih yang diperoleh perusahaan dengan modal yang dikeluarkan.

ROE digunakan untuk menilai presnetase yang penting bagi penilaian

perusahaan di mata calon investor maupun pemegang saham.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih

suatu perusahaan dalam memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh

kepercayaan dari investor atau pemegang saham.

13. Debt to Equity Ratio (DER)

Debt to equity (DER) adalah kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajibannya kepada ahli modal yang digunakan untuk

melunasi hutang perusahaan. perusahaan wajib membayar hutang

perusahaan kepada kreditur, kemudian memberikan return kepada

investor (Kaliman & Satriyo Wibowo, 2017).

29
Semakin tinggi tingkat DER suatu perusahaan maka kemungkinan

tingkat risiko yang akan dihadapi di masa depan juga akan tinggi. Oleh

karena itu, underwriter menyadari tingginya risiko pada emiten akan

memengaruhi investor untuk tidak memilih saham perusahaan yang

memiliki financial leverage yang tinggi (Abdillah et al., 2019).

14. Earning Per Share (EPS)

Dalam upaya pengambilan keputusan, investor harus meneliti suatu

perusahaan secara mendalam sebelum melakukan kerja sama,

khususnya dalam hal penanaman modal atau saham. Hal ini dilakukan

oleh investor sebelum melakukan investasi saham. Investor perlu

melakukan analisis keuangan perusahaan tersebut sebelum mengambil

keputusan. Analisis yang dapat digunakan untuk menghitung rasio

keuangan perusahaan adalah earning per share (EPS).

Secara umum, earning per share (EPS) merupakan lembar saham

yang merupakan keuntungan bersih pada tiap-tiap lembar saham yang

dimiliki oleh perusahaan (Wijaya & Meiriska Febrianti, 2017). Earning

Per Share (EPS) baru dapat dihitung sesuai dengan periode yang

sedang dijalankan dan dibagi dengan jumlah saham Bursa Efek

Indonesia.

Earning per share (EPS) merupakan laba bersih yang dibagikan

kepada pemegang saham dan dibagi dengan jumlah lebar perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa earning per share (EPS) merupakan jumlah

keuntungan yang diperoleh oleh pemegang saham perusahaan dalam

30
tiap-tiap lembarnya selama periode tertentu. Earning per share (EPS)

yang besar merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan bagi

perusahaan. Hal ini akan membuat investor percaya untuk menanamkan

modalnya dengan harapan memperoleh capital age di masa yang akan

datang.

15. Jenis Industri

Setiap kelompok industri memiliki karakteristik utama yang

menjadi perbedaan dari industri lain. Industri dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa jenis, yaitu berdasarkan bahan baku, tenaga kerja,

produksi yang dihasilkan, bahan mentah, lokasi unit usaha, proses

produksi barang yang dihasilkan, modal yang digunakan, subjek

pengelola, dan cara pengorganisasian.

Tujuan dari dijadikannya jenis industri sebagai variabel independen

adalah untuk melihat apakah underpricing terjadi pada hampir semua

jenis industri yang IPO atau hanya pada jenis industri tertentu saja.

(Kristiantari, 2012)

Pada penelitian ini, variabel jenis industri diukur menggunakan

variabel dummy. Apabila perusahaan tersebut masuk dalam kategori

industri non keuangan maka perusahaan tersebut diberikan nilai 1,

sebaliknya apabila perusahaan tersebut tidak termasuk dalam kategori

industri non keuangan maka perusahaan tersebut diberi nilai 0.

31
16. Tingkat Inflasi

Inflasi merupakan naiknya harga-harga komoditi yang disebabkan

oleh adanya ketidaksinkronan antara sistem pengadaan komoditi

dengan tingkat pendapatan masyarakat (Mulyono, 2017).

Inflasi terbagi menjadi beberapa jenis pengelompokkan, yakni

sebagai berikut:

a. Menurut Derajatnya

1) Inflasi Rendah (Creeping Inflation)

Yaitu inflasi yang besarnya kurang dari 10% per tahunnya.

inflasi ini penting untuk mendorong produsen untuk

menciptakan produk dengan kuantiti yang lebih banyak.

2) Inflasi Menengah (Galloping Inflation)

Yaitu inflasi yang besarnya antara 10-30% per tahun, inflasi ini

diketahui melalui melambungnya harga-harga secara cepat dan

dalam jumlah yang besar.

3) Inflasi Tinggi (High Inflation)

Inflasi Berat yaitu inflasi yang besarnya antara 30-100% per

tahun.

4) Inflasi Sangat Tinggi (Hyperinflation)

Yaitu inflasi dengan kenaikan harga diluar normal, angka yang

dapat meningkat hinga 4 digit di atas 100%. Masyarakat tidak

lagi dapat menukarkan uang yang mereka miliki karena tidak

berharga lagi.

32
b. Menurut Penyebabnya

1) Demand Pull Inflation

Yaitu inflasi yang terjadi akibat permintaan yang tinggi

sedangkan jumlah penawaran tidak bertambah. Inflasi ini

menyebabkan inflasi berkepanjangan. Untuk mengatasi inflasi

ini, dibutuhkan pembukaan kapasitas produksi dengan

menambah sumber daya manusia dan teknologi baru.

2) Cost Push Inflation

Yaitu inflasi yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi

yang dilihat dari biaya input dan faktor produksinya. Produsen

dapat melakukan dua solusi atas permasalahan tersebut, yakni

dengan menaikkan harga produk dengan jumlah penawaran

yang sama atau harga produknya naik karena jumlah produksi

yang diturunkan.

3) Bottle Neck Inflation

Inflasi ini didorong karena daya faktor penawaran dan faktor

permintaan. Untuk faktor penawaran, meskipun kapasitas yang

ada telah dipakai tetapi permintaannya masih banyak, hal ini

dapat memicu inflasi. Sedangkan untuk kasus permintaan,

apabila teradi likuiditas yang tinggi, maka permintaan baru juga

meningkat.

33
c. Menurut Asalnya

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation).

Inflasi ini timbul karena terjadinya defisit dalam pembiayaan

dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.

Untuk mengatasinya, biasanya pemerintah melakukan

kebijakan mencetak uang baru.

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation). Inflasi

ini timbul karena negara-negara yang menjadi mitra dagang

suatu negara mengalami inflasi yang tinggi. Kenaikan harga-

harga di luar negeri atau di negara-negara mitra dagang utama

(antara lain disebabkan melemahnya nilai tukar) yang secara

langsung maupun tidak langsung akan menimbulkan kenaikan

biaya produksi biasanya akan disertai dengan kenaikan harga-

harga barang.

Tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan laba perusahaan

sehingga dapat menyebabkan turunnya minat investor untuk

menanamkan sahamnya. Hal ini tentu saja membuat permintaan

saham menjadi turun sehingga akan mengarah kepada

pembuatan harga penawaran saham yang lebih rendah dan

menyebabkan Underpricing. Dalam penelitian yang dilakukan

oleh Imawati & I Made Adnyana (2017) menemukan hasil

bahwa tingkat inflasi tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap tingkat Underpricing sementara exchange rate

34
memiliki hasil yang positif dan signifikan terhadap

Underpricing. Sementara hasil penelitian Thoriq et al (2018)

menemukan bahwa tingkat inflasi, initial return lag one and

two, dan oil price berpengaruh terhadap tingkat Underpricing

(Sulistiawati et al., 2021).

B. Penelitian Terdahulu

Peneliti memasukkan beberapa penelitian terdahulu untuk melihat

persamaan dan perbedaan penelitian yang dilakukan.

Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu


No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
1 Impact of Aulia Amin Penelitian Meneliti Meneliti lebih
Macroeconomic Nasution, mengungkapkan pengaruh banyak
Factors on Ali rata-rata tingkat Tingkat inflasi, variabel
Underpricing: Mutasowifin Underpricing dari terhadap independent
Case of (2021) perusahaan yang Underpricing yang
Indonesia Stock melakukan IPO di mempengaruhi
Exchange BEI sebesar 91%. Underpricing,
Penelitian juga Flipping
mengatakan factor Activity, dan
makroekonomi yaitu Underperform
tingkat inflasi, IDX ance saham
Composite Index, pada
dan GDP perusahaan
berpengaruh secara yang IPO di
signifikan terhadap Bursa Efek
Underpricing, Indonesia
sebagaimana tahun 2018-
berikut: 2021.
- Tingkat inflasi
berpengaruh
negative
signifikan
terhadap
Underpricing
- IDX
Composite
Index

35
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Underpricing
- GDP
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Underpricing.
2 IPO fipping Maher Penelitian ini Meneliti Meneliti
activity in Kooli,, menemukan bahwa terjadinya faktor-faktor
China and its Xiaozhou pada saat IPO di flipping activity yang
implications Zhou (2020) China, rata-rata pada saat IPO mempengaruhi
investor Underpricing,
melakukan flipping Flipping
activity sebesar Activity, dan
65,99% dari total Underperform
saham. Tingkat ance saham
persentase flipping pada
activity terjadi perusahaan
pada saat Hot IPO. yang IPO di
Penelitian ini juga Bursa Efek
menemukan bahwa Indonesia
flipping activity tahun 2018-
jarang ditemukan 2021.
apabila perusahaan
menggunakan
underwriter yang
memiliki reputasi
baik.
3 Infuence of Norliza Penelitian ini Meneliti Meneliti lebih
institutional Che-Yahya, meneliti aktivitas aktivitas bayak faktor-
investors’ Ruzita flipping dari 248 flipping yang faktor yang
participation Abdul- IPO yang terdaftar terjadi pada mempengaruhi
on fipping Rahim, di Bursa Malaysia saat IPO serta Underpricing,
activity of Othman antara Januari faktor yang Flipping
Malaysian Yong 2000 dan mempengaruhi Activity, dan
IPOs (2014) Desember flipping Underperform
2012. Hasil dari activity. ance saham
penelitian ini yaitu: pada
- Partisipasi perusahaan
investor institusi yang IPO di

36
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
berhubungan Bursa Efek
secara signifikan Indonesia
dan tahun 2018-
negatif dengan 2021.
perilaku flipping
investor di
Malaysia.
4 Abnormal Antonio Hasil penelitian ini Meneliti Meneliti
Operating Meles, menemukan bahwa Abnormal faktor-faktor
Performance in Dario rata-rata return yang
IPOs: Does Salerno perusahaan yang perusahaan mempengaruhi
Public Float (2020) melakukan IPO pasca IPO Underpricing,
Matter? mengalami Flipping
abnormal return Activity, dan
negatif di tahun Underperform
setelah IPO ance saham
pada
perusahaan
yang IPO di
Bursa Efek
Indonesia
tahun 2018-
2021.
5 Does a Hafz Hoque, - Pertama, Meneliti Meneliti
reduction of Shaolong mendukung terjadinya faktor-faktor
state control Mu (2021) Hipotesis fenomena yang
affect IPO sertifikasi pada underpricing mempengaruhi
underpricing? kedua lembaga dan faktor yang Underpricing,
Evidence from sponsor dan menyebabkan Flipping
the Chinese A- perwakilan underpricing. Activity, dan
share market individu, Underperform
menunjukkan ance saham
bahwa itu pada
bermanfaat perusahaan
untuk yang IPO di
mengurangi Bursa Efek
underpricing Indonesia
IPO jika tahun 2018-
penegak publik 2021.
mempercayaka
pengawasan
IPO kepada
entitas sektor
swasta.

37
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
- menemukan
hubungan
negatif antara
pengungkapan
faktor risiko
(dalam
penerbitan
dokumen
sponsorship)
dan
underpricing
IPO.
- Tingkat
underpricing
IPO China tetap
lebih tinggi
dibandingkan
dengan
ekonomi maju
lainnya
meskipun
kontrol tingkat
negara telah
berkurang
sampai batas
tertentu dan
sistem berbasis
pasar sudah
ada.
6 Information Catherine Hasil penelitian ini Meneliti Meneliti
quality and IPO Heyjung menunjukkan pengaruh faktor-faktor
underpricing: Sonu (2022) bahwa ketika variabel yang
The role of peraturan Reputasi mempengaruhi
underwriter membatasi Underwriter Underpricing,
pricing and wewenang terhadap Flipping
allocation penetapan harga Underpricing. Activity, dan
powers dan alokasi Underperform
penjamin emisi, ance saham
informasi tidak pada
disita dalam perusahaan
penetapan harga yang IPO di
IPO secara efisien, Bursa Efek
tetapi inefisiensi Indonesia
menghilang ketika

38
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
penjamin emisi tahun 2018-
mendapatkan 2021.
kendali atas
penetapan harga
dan penjatahan
saham. Secara
khusus, peneliti
menemukan bahwa
harga IPO lebih
rendah untuk
perusahaan yang
menghasilkan
informasi
akuntansi
berkualitas buruk,
sesuai dengan teori
informasi
asimetris, hanya
ketika kekuatan
alokasi berada di
tangan penjamin
emisi.
Hasilnya
menawarkan
implikasi
kebijakan untuk
mengatur pasar
IPO sehubungan
dengan proses
penemuan
harga pasar
8 Underwriter Yi Hu,dkk Hasil penelitian ini Meneliti Meneliti
reputation and (2021) menemukan bahwa pengaruh faktor-faktor
IPO IPO perusahaan variabel yang
underpricing: dengan penjamin Reputasi mempengaruhi
The role of emisi bergengsi Underwriter Underpricing,
institutional rata-rata terhadap Flipping
investors in the pengembalian awal Underpricing. Activity, dan
Chinese growth yang disesuaikan Underperform
enterprise pasar lebih rendah. ance saham
market Peneliti juga pada
menemukan bahwa perusahaan
penjamin emisi yang IPO di
Bursa Efek

39
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
bergengsi Indonesia
mengurangi IPO tahun 2018-
underpricing 2021.
dengan
meminimalkan
kesenjangan waktu
antara penawaran
dan daftar,
memilih
perusahaan
berkualitas tinggi
untuk underwriter,
dan mengurangi
asimetri informasi
antara emiten dan
investor. Di
hadapan
kelembagaan
investor.

9 Underpricing Metin Hasil penelitian ini Meneliti Meneliti


and aftermarket Ilbasmıs¸ menemukan bahwa fenomena faktor-faktor
performance of (2023) IPO yang Underpricing yang
IPOs during the diluncurkan dan Abnormal mempengaruhi
Covid-19 selama periode Return Underpricing,
period: Covid-19 memiliki Flipping
Evidence from underpricing yang Activity, dan
Istanbul stock lebih besar, rata- Underperform
exchange rata perusahaan ance saham
IPO yang lebih tua, pada
memiliki lebih perusahaan
banyak aset, yang IPO di
menghasilkan Bursa Efek
pendapatan lebih Indonesia
besar, berdagang tahun 2018-
lebih 2021.
banyak pada hari
pertama
perdagangannya,
diperkirakan akan
berfluktuasi lebih
sedikit setelah
periode tersebut.
IPO memiliki

40
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
underpricing yang
lebih kecil pada
penawaran umum
perdananya. Hasil
empiris
menunjukkan
bahwa
pengembalian
abnormal jangka
pendek yang
disesuaikan pasar
dari perusahaan
IPO selama
pandemi jauh lebih
besar daripada
sebelum pandemic
10 Do anti- Chao Yan, Hasil penelitian ini Meneliti Meneliti
corruption Zai Li, menemukan bahwa fenomena faktor-faktor
campaigns Jiaxin Wang perusahaan IPO underpricing yang
afect IPO (2023) yang terdaftar dan kinerja mempengaruhi
underpricing? selama janka panjang Underpricing,
Evidence from periode inspeksi setelah IPO. Flipping
a central menunjukkan Meneliti faktor Activity, dan
discipline underpricing IPO yang Underperform
inspection of yang lebih besar mempengaruhi ance saham
the CSRC in daripada yang underpricing. pada
China terdaftar di luar perusahaan
periode inspeksi. yang IPO di
Penelitian ini juga Bursa Efek
menemukan bahwa Indonesia
perusahaan IPO tahun 2018-
yang terdaftar 2021.
selama periode
inspeksi memiliki
kinerja pasar
jangka
pendek yang lebih
baik tetapi
pengembalian
jangka panjang
yang lebih buruk
daripada
yang terdaftar di
luar periode

41
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
inspeksi. Selain
itu, efek
pemeriksaan
antikorupsi
terhadap
underpricing IPO
lebih terasa pada
perusahaan non-
BUMN,
perusahaan
dengan kualitas
auditor rendah dan
perusahaan yang
berlokasi di daerah
dengan
korupsi tinggi.
11 The Interaction Hon-Wei Penelitian Meneliti Meneliti lebih
Effect of Leow, Wee- menemukan bahwa pengaruh banyak
Heuristic Yeap Lau the distribution of firmsize variabel
Representation (2020) initial return, terhadap independenn
on Initial oversubscription Flipping yang
Public ratio, firm age, Activity mempengaruhi
Offering offer period, firm Underpricing,
Anomaly: size, heuristic Flipping
Evidence from representation, dan Activity, dan
Flipping Flipping Activity Underperform
Activity memiliki korelasi ance saham
positif. Variabel pada
oversubscription perusahaan
ratio memiliki yang IPO di
hubungan positif Bursa Efek
terhadap Flipping Indonesia
Activity. tahun 2018-
Sedangkan 2021.
variabel firm size
memiliki
hubungan negatif
terhadap Flipping
Activity. Heuristic
representation
mempengaruhi
hubungan antara
oversubscription

42
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
ratio and Flipping
Activity.
12 Faktor – Faktor Gusti Ayu Hasil penelitian Meneliti factor Meneliti lebih
Underpricing Sri Kartika, diketahui Underpricing banyak
Initial Public I Made bahwa ukuran menggunakan variabel
Offering Di Pande perusahaan variabel independenn
Bursa Efek Dwiana serta financial independen yang
Indonesia Putra (2017) leverage ukuran mempengaruhi
berpengaruh perusahaan, Underpricing,
negatif terhadap financial Flipping
tingkat leverage, Activity, dan
Underpricing reputasi Underperform
, sedangkan penjamin ance saham
reputasi penjamin emisi, Reputasi pada
emisi, reputasi KAP. perusahaan
KAP, yang IPO di
persentase saham Bursa Efek
pemilik lama serta Indonesia
tujuan tahun 2018-
penggunaan dana 2021.
tidak berpengaruh
terhadap tingkat
Underpricing

13 IPO Ardhiani Hasil penelitian Meneliti factor Meneliti lebih


Underpricing di Fadila, Kery menunjukan data Underpricing banyak
bursa efek Utami keuangan; ROA menggunakan variabel
indonesia (2020) (return on assets) variabel ROA, independen
memiliki dampak DER, dan yang
negatif dan Reputasi mempengaruhi
signifikan dan Underwriter Underpricing,
financial leverage Flipping
(debt to Activity, dan
equity/DER) Underperform
memiliki pengaruh ance saham
positif pada
dan signifikan perusahaan
terhadap IPO yang IPO di
Underpricing. Bursa Efek
Sedangkan, data Indonesia
non-keuangan tahun 2018-
yaitu pengaruh 2021.
variabel

43
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
Underwriter’s
reputation
memiliki pengaruh
negatif signifikan
terhadap IPO
Underpricing

14 The Long-run Killins, Penelitian ini Meneliti faktor Meneliti lebih


Performance of R. dan Egly, menemukan hasil: abnormal banyak
U.S. firms P.V. (2018) - Foreign return variabel
Pursuing IPOs dummy menggunakan independen
in Foreign berpengaru variabel yang
Markets h secara independent mempengaruhi
negative Reputasi Underpricing,
dan Underwriter Flipping
signifikan Activity, dan
terhadap Underperform
abnormal ance saham
return pada
- Reputasi perusahaan
Underwrite yang IPO di
r Bursa Efek
berpengaru Indonesia
h secara tahun 2018-
positif dan 2021.
signifkan
terhadap
abnormal
return
Capital banking
berpengaruh secara
negative dan
signifikan terhadap
abnormal return
15 Pengaruh Ary Sofian, Penelitian ini Meneliti faktor Meneliti lebih
Reputasi Nurzi menunjukan hasil: Underpricing banyak
Underwriter, Sebrina - Reputasi menggunakan variabel
Reputasi (2021) Underwrite variabel independen
Auditor, dan r reputasi yang
Ukuran berpengaru Underwriter, mempengaruhi
Perusahaan h negatif reputasi Underpricing,
Terhadap terhadap auditor, dan Flipping
Underpricing Underprici ukuran Activity, dan
Perusahaan ng saat IPO perusahaan Underperform

44
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
yang - Reputasi ance saham
melakukan auditor pada
Initian Public tidak perusahaan
Offering (IPO) berpengaru yang IPO di
di BEI h terhadap Bursa Efek
Underprici Indonesia
ng saat IPO tahun 2018-
Ukuran perusahaan 2021.
tidak berpengaruh
terhadap
Underpricing saat
IPO
16 Analisis Faktor- Himawan Penelitian ini Meneliti faktor Meneliti lebih
faktor yang Budi, Rossje menunjukkan yang banyak
Mempengaruhi V hasil: mempengaruhi variabel
Underpricing Suryaputri - DER tidak Underpricing independen
saham pada (2019) berpengaru menggunakan yang
penawaran h terhadap variabel mempengaruhi
umum perdana Underprici independen Underpricing,
ng DER, Reputasi Flipping
- Reputasi Underwriter, Activity, dan
Underwrite Umur Underperform
r perusahaan, ance saham
berpengaru Jenis industri, pada
h secara ROE, Ukuran perusahaan
negatif perusahaan, yang IPO di
terhadap dan Tingkat Bursa Efek
Underprici inflasi Indonesia
ng tahun 2018-
- Umur 2021.
perusahaan
tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng
- Jenis
industry
tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng

45
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
-ROE
berpengaru
h negatif
terhadap
Underprici
ng
- Ukuran
perusahaan
berpengaru
h negatif
terhadap
Underprici
ng
- Tingkat
inflasi tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng
17 Analisis Faktor- Kunthi Penelitian ini Meneliti fak tor Meneliti lebih
Faktor Yang Widjaya dan menemukan hasil: yang banyak
Mempengaruhi Tina - Variabel mempengaruhi variabel
Tingkat Sulistiyani Earning Underpricing independen
Underpricing (2017) Per Share menggunakan yang
Pada (EPS) variabel EPS, mempengaruhi
Perusahaan Go berpengaru DER, Reputasi Underpricing,
Public Yang h negatif Underwriter, Flipping
Terdaftar Di terhadap reputasi Activity, dan
Bursa Efek Underprici auditor, dan Underperform
Indonesia (BEI) ng jenis industri ance saham
Tahun 2012- - Variabel pada
2014 Debt to perusahaan
Equity yang IPO di
Ratio Bursa Efek
(DER) Indonesia
tidak tahun 2018-
berpengaru 2021.
h terhadap
tingkat
Underprici
ng
- Variabel
reputasi
Underwrite

46
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
r tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng
- Variabel
reputasi
auditor
tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng
- Variabel
jenis
industry
tidak
berpengaru
h terhadap
Underprici
ng
18 The Influence Mad Syukur Penelitian ini Meneliti faktor Meneliti lebih
Of Financial , Azis menemukan yang banyak
And Non Fathoni, bahwa: mempengaruhi variabel
Financial SE., MM, - Variabel Underpricing, independen
Information On Edward reputasi Flipping yang
Return Gagah P. T., Underwrite Activity, dan mempengaruhi
Initials In SE., MM r Underperforma Underpricing,
Companies (2018) berpengaru nce saham pada Flipping
That Conduct h secara perusahaan Activity, dan
Ipo In negatif dan yang Underperform
Indonesia Stock signifikan melakukan IPO ance saham
Exchange terhadap di BEI pada
Underprici menggunakan perusahaan
ng variabel yang IPO di
- Debt to independent Bursa Efek
Equity Reputasi Indonesia
Ratio Underwriter, tahun 2018-
(DER) DER, umur 2021.
berpengaru perusahaan,
h secara ROA, EPS.
negatif dan Penelitian ini
signifikan menggunakan
terhadap metode

47
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
Underprici Generalized
ng least square
- Variabel (GLS)
reputasi
Underwrite
r
berpengaru
h secara
negatif
terhadap
Flipping
Activity
- Penawaran
saham
berpengaru
h secara
negatif dan
signifkan
terhadap
Flipping
Activity
- umur
perusahaan
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap
Flipping
Activity
- ROA
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap
Flipping
Activity
- DER
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap

48
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
Flipping
Activity
- umur
perusahaan
berpengaru
h secara
negative
terhadap
abnormal
return
- Earning
Per Share
(EPS)
berpengaru
h secara
negative
terhadap
abnormal
return
- persentase
penawaran
saham
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap
abnormal
return
- ROA
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap
abnormal
return
- DER
berpengaru
h secara
positif dan
signifikan
terhadap

49
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
abnormal
return
Variabel
Underpricing tidak
berpengaruh
terhadap Flipping
Activity, namun
Underpricing dan
Flipping Activity
berpengaruh secara
positif dan
signifikan terhadap
abnormal return
19 Analisis Endang Hasil penelitian Meneliti faktor Meneliti lebih
Prospektus Sulistiawati menemukan yang banyak
Informasi Dan , Sri bahwa: mempengaruhi variabel
Inflasi Murtatik , - Terdapat Underpricing independen
Terhadap Dewi pengaruh IPO yang
Underpricing Cahyani likuiditas menggunakan mempengaruhi
Saham Di BEI Pangestuti terhadap variabel Underpricing,
(2021) Underprici financial Flipping
ng saham leverage, Activity, dan
- Tidak ukuran Underperform
terdapat perusahaan, ance saham
pengaruh reputasi pada
financial Underwriter, perusahaan
leverage reputasi yang IPO di
terhadap auditor, umur Bursa Efek
Underprici perusahaan, Indonesia
ng saham tingkat inflasi tahun 2018-
- Terdapat 2021.
pengaruh
profitabilita
s terhadap
Underprici
ng saham
- Terdapat
pengaruh
ukuran
perusahaan
terhadap
Underprici
ng saham

50
No Judul Penulis Hasil Persamaan Perbedaan
(Tahun)
- Terdapat
pengaruh
reputasi
Underwrite
r terhadap
Underprici
saham
- Tidak
terdapat
pengaruh
reputasi
auditor
terhadap
Underprici
ng saham
- Terdapat
pengaruh
umur
perusahaan
terhadap
Underprici
ng saham
- Tidak
terdapat
pengaruh
inflasi
terhadap
Underprici
ng saham.

51
D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir

Perusahaan yang melakukan IPO tahun 2018 - 2021

Bursa Efek Indonesia

Variabel Dependen Variabel Independen :

1. Underpricing 1. Reputasi Underwriter


2. Reputasi Auditor
2. Flipping Activity 3. Jenis Industri
3. Abnormal Return 4. Time (Hot/cold)
5. Return On Asset
6. Return on Equity
7. Debt to Equity Ratio
8. Earning Per Shared
9. Umur Perusahaan
10. Ukuran Perusahaan
Statistika Deskriptif 11. Tingkat Inflasi

One Sample Test

Uji Asumsi Klasik

Model Ordinary Least Square (OLS)


Generalized Least Square (GLS

Uji t (Parsial) Uji F (Simultan) Koefisien Determinasi (R2)

Interprestasi

52
E. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis

1. Variabel independent dengan Underpricing

Menurut UU Nomor 8 Tahun 1995 Underwriter

merupakan mediator bagi emiten yang ingin melakukan go

public. Underwriter memiliki peran terhadap pembentukan harga

penawaran saham. Untuk meminimalisir risiko tanggung jawab,

biasanya underwriter menentukan harga yang lebih rendah

dibandingkan harga yang diharapkan. Pada saat penentuan harga

ini reputasi underwriter dapat digunakan sebagai tanda kualitas

perusahaan. Semakin tinggi reputasi underwriter maka akan

mengurangi kesesatan informasi yang diberikan sehingga hal ini

dapat membuat saham dihargai lebih tinggi dan mengurangi

tingkat underpricing. Penelitian Kuncoro dan Suryaputri (2019)

bahwa reputasi underwriter memiliki pengaruh negative dan

signifikan terhadap tingkat underpricing. Penelitian Syofian,

(2021) juga menemukan bahwa reputasi underwriter berpengaruh

secara negative dan signifikan terhadap tingkat underpricing.

Fadila dan Kery (2020) juga menemukan bahwa reputasi

underwriter berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap

tingkat underpricing.

Reputasi auditor sangat diandalkan untuk memeriksa

laporan keuangan yang akan diterbitkan agar menghasilkan

laporan keuangan yang berkualitas dan dapat diandalkan. Emiten

53
yang menggunakan auditor dengan reputasi yang baik dapat

membuat para investor lebih percaya bahwa informasi yang

diberikan tidak menyesatkan. Dengan demikian penggunaan

auditor yang memiliki reputasi tinggi akan mengurangi

ketidakpastian pada masa mendatang. Ketidakpastian yang

rendah berasosiasi dengan tingkat underpricing yang rendah

(Kristiantari, 2012). Penelitian Mulyani, dkk (2017) menemukan

bahwa reputasi auditor berpengaruh secara negative terhadap

tingkat underpricing.

Perusahaan yang memiliki umur panjang akan

berkemungkinan untuk memberi informasi perusahaan yang lebih

detail daripada perusahaan-perusahaan yang baru berdiri. Hal ini

dapat mengurangi kurangnya informasi dan ketidakpastian pasar

yang mampu menyebabkan underpricing saham. Umur

perusahaan juga dapat memberi kepercayaan masyarakat luas dan

para investor karena sudah terkendal dan bertahan lebih lama

dibandingkan perusahaan yang relatif baru berdiri. Penelitian

Sulistiawati, dkk (2021) menemukan bahwa umur perusahaan

memiliki pengaruh terhadap tingkat underpricing.

Dalam perusahaan berskala besar, informasi yang dimiliki

biasanya lebih detail dibandingkan perusahaan berskala kecil,

sehingga dapat memberi kepastian dan kepercayaan kepada para

investor yang ingin bekerja sama dengan perusahaan. selain itu,

54
ukuran perusahaan juga dapat mengurangi risiko terjadinya

underpricing. Penelitian Leow dan Wee (2020) menemukan

bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh negative dan

signifikan terhadap underpricing saham. Penelitian Kartika dan

Putra (2017) juga menemukan bahwa ukuran perusahaan

memiliki pengaruh negative dan signifikan terhadap underpricing

saham.

Menurut Helwege (2004) dalam Robinson (2015) hot

market memiliki karakteristik dengan volume penawaran saham

yang tinggi, terdapat underpricing, oversubscribe dalam

penawaran umum, dan memiliki konsentrasi khusus dalam

sebuah industri tertentu. Sedangkan dalam cold market

mempunyai karakteristik dengan lebih sedikitnya penawaran

umum, lebih sedikit underpricing¸ dan lebih sedikit

oversubscribtion.

ROA bernilai tinggi dapat mempengaruhi ketidakpastian

perusahaan IPO di masa yang akan datang dan mengurangi risiko

terjadinya underpricing (Mulyono, 2017). Penelitian Fadila dan

Kery Utami (2020) berhasil menemukan bahwa ROA

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap tingkat

underpricing.

ROE merupakan alat ukur yang digunakan untuk

menghitung kinerja perusahaan. Suatu perusahaan yang memiliki

55
nilai ROE tinggi dianggap memiliki kinerja yang memuaskan

sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya Underpricing.

Penelitian Kuncoro dan Suryaputri (2019) berhasil menemukan

bahwa ROE berpengaruh secara negative terhadap tingkat

underpricing.

Semakin tinggi tingkat DER suatu perusahaan maka

kemungkinan tingkat risiko yang akan dihadapi di masa depan

juga akan tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi DER maka

semakin tinggi juga tingkat underpricing. Penelitian Fadila dan

Utami (2020) berhasil menemukan bahwa DER berpengaruh

secara positif terhadap tingkat underpricing.

Earning per share (EPS) yang besar merupakan salah satu

tolak ukur keberhasilan bagi perusahaan. Hal ini akan membuat

investor percaya untuk menanamkan modalnya dengan harapan

memperoleh capital age di masa yang akan datang. Oleh karena

itu, semakin tinggi earning per share (EPS) maka semakin kecil

tingkat Underpricing. Penelitian Widjaya dan Sulitiyani (2017)

berhasil menemukan bahwa EPS berpengaruh secara negative

terhadap tingkat underpricing.

Jenis industri juga dianggap berpengaruh terhadap tingkat

underpricing, tingkat underpricing diduga memiliki angka yang

berbeda di setiap sector perusahaan seperti perusahaan yang

bergerak pada industri non keuangan dan keuangan.

56
Tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan laba

perusahaan sehingga dapat menyebabkan turunnya minat investor

untuk menanamkan sahamnya. Hal ini tentu saja membuat

permintaan saham menjadi turun sehingga akan mengarah kepada

pembuatan harga penawaran saham yang lebih rendah dan

menyebabkan underpricing. Oleh karena itu semakin tinggi

tingkat inflasi maka semakin tinggi tingkat underpricing.

2. Variabel independent dengan Flipping Activity.

Penjamin emisi merupakan pihak yang memiliki tanggung jawab

penuh terhadap proses IPO. Tingkat flipping yang tinggi sangat tidak

disukai oleh penjamin emisi karena dianggap merugikan kinerja saham

saat IPO. Hal ini tentu saja dapat merugikan emiten dan hanya

menguntungkan investor. Oleh karena itu, semakin tinggi reputasi

underwriter maka semakin rendah tingkat flipping activity karena

semakin perusahaan mengalami kerugian, penjamin emisi juga akan

mendapatkan risiko yang tinggi. Penelitian Syukur, dkk (2018) berhasil

menemukan hasil bahwa reputasi Underwriter berpengaruh secara

negative terhadap flipping activity.

Menurut Dewi dan Dewi (2022) flipping activity merupakan

pembelian aset dan menjualnya kembali dalam waktu singkat dengan

tujuan mendapatkan keuntungan dengan cepat. Keuntungan ini berkaitan

dengan tingkat underpricing saham pada hari pertama IPO. Hal ini

membuat para investor memperhatikan auditor suatu perusahaan.

57
Auditor yang bereputasi tinggi tentunya akan memberikan informasi

laporan keuangan yang akurat. Oleh karena itu, semakin tinggi reputasi

auditor, maka akan meningkatkan aktivitas flipping. Penelitian Rodoni,

dkk (2018)menemukan hasil bahwa reputasi auditor berpengaruh secara

positif terhadap flipping activity.

Umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan industry perusahaan

dinilai memiliki pengaruh terhadap flipping activity karena perusahaan

yang sudah berdiri lama memiliki informasi yang akurat dan perusahaan

yang memiliki total aktiva yang besar akan membuat investor tertarik

untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar dengan melakukan

flipping activity. Penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa umur

perusahaan berpengaruh secara positif terhadap tingkat flipping activity.

Menurut Arifin (2010) Klasifikasi periode IPO hot dan cold

ditentukan berdasarkan rata-rata tingkat underpricing tahunan, di mana

apabila periode memiliki tingkat rata-rata underpricing >25% maka

periode tersebut berada dalam siklus hot market, sebaliknya apabila

periode tersebut memiliki tingkat underpricing <25% maka periode

tersebut berada dalam siklus cold market. Ketertarikan investor untuk

mendapatkan keuntungan yang besar membuat investor lebih mengamati

siklus IPO. Oleh karena itu, TIME berpengaruh terhadap tingkat Flipping

Activity.

Semakin tinggi ROA, ROE, dan EPS akan membuat investor tertarik

untuk menanamkan sahamnya kepada emiten. Oleh karena itu harga

58
saham akan dihargai lebih tinggi dan menimbulkan ketertarikan yang

sangat tinggi lagi untuk memperoleh keuntungan yang besar. Oleh karena

itu, ROA, ROE, EPS yang tinggi akan mempengaruhi tingkat flipping

activity. Penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa ROA

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat flipping

activity.

Semakin tinggi DER maka semakin tinggi tingkat risiko

ketidakpastian di masa depan. Oleh karena itu, investor akan melakukan

Flipping Activity untuk mengurangi tingkat risiko tersebut. Penelitian

Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa DER berpengaruh positif dan

signifikan terhadap flipping activity.

3. Variabel independent dengan Underperformance.

Underwriter memiliki peran terhadap pembentukan harga

penawaran saham. Hal ini tentu saja menentukan keberhasilan emiten.

Penggunaan underwriter yang memiliki reputasi tinggi akan

meningkatkan kepercayaan investor untuk mengambil informasi dari

perusahaan karena dianggap berkualitas dan akurat. Oleh karena itu,

semakin tinggi reputasi underwriter maka semakin kecil tingkat

underperformance.

Semakin tinggi ROA, ROE, dan EPS maka semakin kecil tingkat

underperformance. Karena tingkat ROA, ROE, dan EPS yang tinggi

akan membuat investor tertarik menanamkan sahamnya kepada emiten,

semakin tinggi jumlah investor yang ingin membeli saham tersebut maka

59
semakin tinggi pula harga saham. Harga saham yang tinggi menandakan

kinerja saham yang semakin baik. Penelitian Syukur, dkk (2018)

menemukan bahwa EPS berpengaruh secara negative terhadap

underperformance saham.

Semakin tinggi DER maka semakin tinggi tingkat risiko

ketidakpastian di masa depan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi

tingkat return yang didapat oleh investor. Oleh karena itu, DER dapat

mempengaruhi underperformance. Penelitian Syukur, dkk (2018)

menemukan bahwa DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underperformance.

Umur perusahaan, ukuran perusahaan, dan jenis industri perusahaan

dinilai memiliki pengaruh terhadap underperformance karena

perusahaan yang sudah berdiri lama memiliki informasi yang akurat dan

perusahaan yang memiliki total aktiva yang besar dinilai dapat

mempertahankan kinerja sahamnya. Oleh karena itu umur perusahaan,

ukuran perusahaan, dan jenis industri mempengaruhi

Underperformance. Penelitian Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa

umur perusahaan berpengaruh secara negative terhadap

Underperformance.

F. Hipotesis

Hipotesis pertama:

a. Terjadi fenomena underpricing pada perusahaan yang melakukan IPO

di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021

60
b. Terjadi fenomena flipping activity pada perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021

c. Terjadi fenomena underpricing setelah 6 bulan IPO pada perusahaan

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021

d. Terjadi fenomena underperformance setelah 6 bulan IPO pada

perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode

2018-2021

Hipotesis kedua:

a. Variabel Reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan,

ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis

industri, tingkat inflasi berpengaruh terhadap underpricing

b. Variabel Reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan,

ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis

industri, tingkat inflasi berpengaruh terhadap flipping activity

c. Variabel Reputasi underwriter, reputasi auditor, umur perusahaan,

ukuran perusahaan, hot/cold market, ROA, ROE, DER, EPS, jenis

industri, tingkat inflasi berpengaruh terhadap underperformance

61
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2020:126) populasi merupakan wilayah

umum yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kuantitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini

adalah perusahaan yang melalukan IPO di Bursa Efek Indonesia.

2. Sampel

Menurut Sugiono (2020:127-133) sampel merupakan

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

Kriteria perusahaan yang akan menjadi sampel dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Seluruh perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2018-2021.

2. Perusahaan yang mengalami Underpricing pada saat

penawaran umum saham perdana (IPO) periode 2018-2021

3. Perusahaan yang listing pada awal periode pengamatan dan

tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.

62
4. Memiliki informasi dan ketersediaan data yang digunakan

oleh peneliti.

Tabel 3. 1 Kriteria Sampel

No Kriteria Jumlah Perusahaan


1 Perusahaan yang melakukan IPO 216
periode 2018-2021
2 Perusahaan yang mengalami (14)
overpricing
3 Perusahaan yang memiliki IR 0% (2)
4 Perusahaan yang datanya tidak (8)
sesuai dengan kriteria penelitian
5 Data Outliers (77)
Total 115

B. Data dan Sumber data

Jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data

sekunder yaitu daftar perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia pada tahun 2018-2021, Prospektus perusahaan, dan Data

perkembangan harga saham harian. Data ini diperoleh dari website resmi

Perusahaan dan PT Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id yang

berisikan seluruh informasi terkait perusahaan yang melakukan IPO pada

tahun 2018-2021.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk keperluan Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Underpricing Flipping Activity, dan Underperformance Saham pada

Perusahaan yang Melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia Periode 2018-

2021, peneliti memerlukan data pendukung. Dalam penelitian ini peneliti

melakukan pengumpulan data melalui langkah berikut ini:

63
1. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara

yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam

bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang

berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan

laporan keuangan, propektus, dan laporan tahunan perusahaan.

2. Kepustakaan

Menurut Sugiyono (2015:140) “studi kepustakaan berkaitan

dengan kajian teoritis dan referensi lain yang berkaitan dengan

nilai, budaya dan norma yang berkembang pada situasi sosial yang

diteliti, hal ini dikarenakan penelitian tidak akan lepas dari

literature-literatur ilmiah”.

D. Metode Analisis Data

1. Statistika Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis statistik yang memberikan

gambaran secara umum mengenai karakteristik dari masing-masing

variabel penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maximum,

dan minimum.

2. Uji One Sample Test (t-Test)

T-Test adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan dari

analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari

observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan

64
signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin

disebabkan oleh faktor kebetulan semata. Keputusan dari uji Hipotesis

hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian Hipotesis nol.

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam analisis regresi ganda, perlu dilakukan pengujian asumsi

klasik agar memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimate).

Di mana untuk memenuhi kriteria BLUE harus terpenuhi residual

berdistribusi normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak terjadi

multikolinearitas. Adapun pengujian asumsi klasik sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi,

variabel dependent, variabel independent atau keduanya

mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah

distribusi normal atau mendekati normal.

Uji normalitas yang digunakan oleh peneliti aadalah metode

Jarque-Bera. Menurut Ansofino (2016:23) uji normalitas dengan

metode Jarque-Beradalam Software Eviews normalitas sebuah data

dapat diketahui dengan membandingkan nilai Jarque-Bera (JB) dan

nilai Chi Square table. Uji JB didapat dari histogram normality

yang akan kita bahas dengan Hipotesis di bawah ini:

H0 : data berdistribusi normal

H1 : data tidak berdistribusi normal

65
1. Jika nilai probability > 0.05 (lebih besar dari 5%), maka data

dapat dikatakan berdistribusi normal

2. Jika nilai probability < 0.05 (lebih kecil dari 5%), maka dapat

dikatakan data tidak berdistribusi normal.

Apabila uji normalitas menunjukkan bahwa yang digunakan

dalam penelitian ini cenderung tidak normal maka dapat digunakan

asumsi Central Limit Theorem yaitu jika jumlah observasi cukup

besar (n>30), maka asumsi normalitas dapat diabaikan (Gujarati,

2009).

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolonieritas memiliki tujuan untuk menguji dan

mengetahui adanya hubungan antara variabel independent atau

tidak. Model regrei yang baik seharusnya tidak terdapat sebuah

hubungan antara variabel independent. Untuk mendiagnosa adanya

multikolonier adalah dengan menentukan nilai variance inflaction

factor (VIF). Batas tolerance value adalah > 0,10 dan variance

inflaction faktor (VIF) < 10. Apabila nilai tolerance di bawah 0,10

atau VIF di atas 10, maka akan terdapat hubungan antar variabel

independent sebesar10% (Trisnaningsih, 2005)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas ini berujuan untuk menganalisis apakah

variansi dari error bersifat tetap/konstan (homokedastik) atau

berubah-ubah (heteroskedastik) (Rosadi, 2012:53).

66
Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan menggunakan uji Breusch-Pagan-Godfrey. Breusch-

Pagan-Godfrey test ini adalah uji untuk mendeteksi adanya

heteroskesdatisitas dalam suatu model yang merupakan

penyempurnaan uji Goldfeld-Quandt. Uji G-Q memiliki

kemampuan yang memuaskan untuk diterapkan pada sampel kecil

sedangkan B-P-G test dapat diterapkan dengan baik untuk sampel

besar (Winarno, 2009). Pengujian ini dilakukan dengan bantuan

program Eviews 8 yang akan memperoleh nilai probabilitas

Obs*R- square yang nantinya akan dibandingkan dengan tingkat

signifikansi (alpha). Jika nilai probabilitas signifikansinya di atas

0,05 maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Namun sebaliknya, jika nilai probabilitas signifikansinya di bawah

0,05 maka dapat dikatakan telah terjadi heteroskedastisitas.

4. Ordinary Least Square (OLS)

Menurut Sugiyono (2017:275) analisis regresi linier berganda

digunakan oleh peneliti, apabila peneliti meramalkan bagaimana naik

turunnya keadaan variabel dependen (kriterium), bila dua atau lebih

variabel independen sebagai faktor predictor dinaik turunkan nilainya

(dimanipulasi). Analisis regresi berganda akan dilakukan apabila

jumlah dari variabel independennya minimal 2.

Pada penelitian ini menggunakan persamaan regresi linier berganda

dikarenakan terdapat variabel bebas dalam penelitian yang jumlahnya

67
lebih dari satu serta merujuk pada penelitian (Frimpong, dkk,

2022);(Mola, 2013). Menurut Sugiyono (2017:275) persamaan regresi

linier berganda dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y(Underpricing) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7

+ β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + εi

Y(Flipping Activity) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 +

β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + εi

Y(Underperformance) = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 +

β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 + εi

Keterangan:

β1 - β11= Koefisien X7 = ROE

X1 = Reputasi Underwriter X8 = DER

X2 = Reputasi Auditor X9 = EPS

X3 = Umur Perusahaan X10 = Jenis Industri

X4 = Ukuran Perusahaan X11 = Tingkat Inflasi

X5 = Hot/cold market

X6 = ROA

5. Generalized Least Square (GLS)

Penyimpangan asumsi homoskedastisitas terhadap operasi OLS

sekalipun tidak merusak sifat unbiased dan konsistensinya, namun

merusak efisiensi estimatornya. Rusaknya sifat efisiensi estimator OLS

tersebut menyebabkan hasil pengujian hipotesisnya menjadi

meragukan. GLS, sebagai salah satu bentuk estimasi least square,

68
merupakan bentuk estimasi yang dibuat untuk mengatasi sifat

heteroskedastisitas yang memiliki kemampuan untuk mempertahankan

sifat efisiensi estimatornya tanpa harus kehilangan sifat unbiased dan

konsistensinya. Penelitian ini merujuk pada merujuk pada penelitian

Frimpong, dkk (2022) serta Mola (2013).

Yi = β0 +β1Xi + εi dengan Var (εi) = σi2

Masing-masing dikalikan, maka diperoleh transformed model sebagai

berikut:

Yi* = β0* + β1Xi* + εi* 1/σ2

Dari perbandingan hasil perhitungan antara model estimasi OLS

dengan GLS terlihat bahwa GLS merupakan alternatif model estimasi

yang baik untuk berhadapan dengan gejala heteroskedastisitas. Hal

tersebut dikarenakan, di samping GLS memiliki kemampuan untuk

menetralisir akibat pelanggaran asumsi homoskedastisitas, model GLS

juga tidak kehilangan sifat unbiased dan konsistensi dari model estimasi

OLS. Sifat estimator metode GLS yaitu linear, tidak bias (unbiased),

variansi minimum.

6. Pengujian Hipotesis

a. Uji t (Parsial)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh

suatu variabel penjelas/independen secara individual dalam

menerangkan variasi variabel penelitian.

69
1) Ho: βi = 0, berarti tidak ada pengaruh dari variabel

independent terhadap variabel dependen.

2) Ha: βi ≠ 0, berarti ada pengaruh dari variabel independen

terhadap variabel dependen.

b. Uji F (Simultan)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen/ terikat.

1) Ho: βi = 0, berarti tidak ada pengaruh dari variabel

independent secara simultan terhadap variabel dependen.

2) Ha: βi ≠ 0, berarti ada pengaruh dari variabel independen

secara simultan terhadap variabel dependen.

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat seberapa

besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel

independen lebih dari dua.

E. Definisi Operasional Variabel

Berikut adalah definisi operasional variabel yang digunakan dalam

penelitian ini:

70
Tabel 3. 2 Operasional Variabel

No Variabel Definisi Indikator Skala


1 Underpricing (Y1) Underpricing Berdasarkan pada penelitian Rasio
merupakan kondisi Syukur, dkk (2018) untuk
di mana harga mengukur tingkat
saham di underpricing memerlukan
penawaran pertama rumus sebagai berikut:
lebih rendah UP(hari pertama) =
dibandingkan harga 𝐶𝑙𝑜𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒−𝑂𝑓𝑓𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
𝑂𝑓𝑓𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
yang telah
ditetapkan pada UP(setelah 6 b) =
𝐶𝑙𝑜𝑠𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒(6𝑏)−𝑂𝑓𝑓𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
harga saham 𝑂𝑓𝑓𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑟𝑖𝑐𝑒
pertama kali dijual
di pasar sekunder
2 Flipping Activity Menurut Chong Menurut Syukur, dkk (2018) Rasio
(Y2) (2009) dalam Dewi untuk mengukur flipping
dan Asri (2019) activity, memerlukan rumus
mendefinisikan sebagai berikut:
flipping sebagai 𝑉𝑂𝐿
FLIP = 𝑁𝑂𝑆𝐻
tindakan menjual
saham IPO pada
Di mana:
hari pertama listing
VOL: trading volume of the
di pasar sekunder.
ith issuer on the first trading
day (Total volume
perdagangan saham pada hari
ke-1)
NOSH: number of shares
issued for the ith issuer at the
IPO
(Jumlah total saham yang di
terbitkan saat IPO)
3 Underperformance Underperformance Menurut (Syukur et al., Rasio
(Y3) merupakan 2018) untuk mengukur
penurunan harga underperformance,
saham setelah memerlukan rumus sebagai
penawaran saham berikut:
pertama. Menurut ARit = Rit ─ Rmt
Sulistyastuti (2002) ARit: Abnormal Return
kinerja saham saham i pada waktu ke-t

71
No Variabel Definisi Indikator Skala
jangka panjang Rit: Actual Return saham i
adalah kinerja pada waktu ke-t
saham dalam kurun Rmt: Return pasar yang di
waktu setahun atau hitung dengan cara:
lebih dari setahun 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡 – 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
Rmt = 𝐼𝐻𝑆𝐺𝑡−1
setelah IPO
4 Reputasi Underwriter Menurut Syukur, dkk (2018) Dummy
Underwriter (X1) menurut UU untuk mengukur variabel
Nomor 8 Tahun reputasi underwriter,
1995 merupakan menggunakan variabel
pihak yang dummy dengan kriteria
menetapkan berikut:
perjanjian dengan Berdasarkan peringkat 20
emiten untuk most active brokerage houses
melakukan by total frequency di Bursa
penawaran untuk Efek Indonesia:
memenuhi Penjamin emisi yang
kebutuhan emiten terdaftar di BEI = 1
dengan atau tanpa Penjamin emisi yang tidak
kewajiban memberi terdaftar di Bursa Efek
sisa efek yang tidak Indonesia = 0
terjual, artinya
underwriter
sebagai mediator
dalam go public
emiten (Lestari,
2018).
5 Reputasi Auditor Reputasi auditor Berdasarkan kategori Dummy
(X2) merupakan bagian Reputasi Auditor:
dari proses audit. Auditor yang masuk dalam
Reputasi auditor KAP big four = 1
dapat Auditor yang tidak masuk
menggambarkan dalam KAP big four = 0
kualitas audit dan
skala kemampuan
auditor itu sendiri.
Reputasi auditor
muncul karena
adanya
kepercayaan yang
diberikan oleh
pengguna jasa
auditor kepada

72
No Variabel Definisi Indikator Skala
auditor atas hasil
kerjanya.
6 Umur perusahaan Umur perusahaan Menurut Syukur, dkk (2018) Numeric
(X3) adalah lamanya untuk mengukur umur
suatu perusahaan perusahaan, memerlukan
mampu rumus sebagai berikut:
menunjukan
citranya dalam Umur Perusahaan = Tahun
menjalankan IPO - Tahun Pendirian
bisnisnya, hal ini Perusahaan
menjadi penilaian
penting untuk
menilai suatu
perusahaan dalam
hal pengalaman
yang dimilikinya
dibandingkan
perusahaan lainnya.
7 Ukuran Ukuran perusahaan Menurut Syukur, dkk (2018) Numeric
perusahaan (X4) berfungsi sebagai untuk mengukur ukuran
proksi untuk perusahaan, memerlukan
mencegah rumus sebagai berikut:
ketidakpastian yang Ukuran Perusahaan = Ln
akan terjadi di (Total aktiva)
masa yang akan
datang. Ukuran
perusahaan dinilai
berdasarkan
besaran total aktiva
perusahaan pada
periode tertentu
(Artaningrum et al.,
2017).
8 Hot/cold market Menurut Helwege Kategori penentuan Pasar Dummy
(X5) (2004) dalam Hot/cold:
Robinson (2015) Tingkat rata- rata
hot market Underpricing
memiliki tahunan > 25% (periode Hot)
karakteristik =1
dengan volume Tingkat rata- rata
penawaran saham Underpricing
yang tinggi, tahunan < 25% (periode
terdapat Cold) = 0
underpricing,

73
No Variabel Definisi Indikator Skala
oversubscribe
dalam penawaran
umum, dan
memiliki
konsentrasi khusus
dalam sebuah
industri tertentu.
Sedangkan dalam
cold market
mempunyai
karakteristik
dengan lebih
sedikitnya
penawaran umum,
lebih sedikit
Underpricing¸ dan
lebih sedikit
oversubscribtion.
9 Return on Asset Return on Asset Menurut Syukur, dkk (2018) Rasio
(ROA) (X6) adalah rasio untuk untuk mengukur ROA,
mengukur besaran memerlukan rumus sebagai
efektivitas suatu berikut:
perusahaan untuk ROA =
memperoleh profit 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇)

melalui 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡

pemanfaatan
aktiva. ROA juga
menjadi bagian
penilaian investor
sebelum menjalin
kerjasama dengan
suatu perusahaan
(Abdillah et al.,
2019).
10 Return on Equity Menurut Kasmir Rasio
(ROE) (X7) (2019) ROE 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
ROE = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
merupakan
perbandingan
antara laba bersih
yang diperoleh
perusahaan dengan
modal yang
dikeluarkan. ROE
digunakan untuk

74
No Variabel Definisi Indikator Skala
menilai persentase
yang penting bagi
penilaian
perusahaan di mata
calon investor
maupun pemegang
saham.
11 Debt to Equity Debt to Equity Menurut Syukur, dkk (2018) Rasio
Ratio (DER) (X8) (DER) adalah untuk mengukur DER,
kemampuan memerlukan rumus sebagai
perusahaan untuk berikut:
memenuhi 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
DER = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
kewajibannya
kepada ahli modal
yang digunakan
untuk melunasi
hutang perusahaan.
perusahaan wajib
membayar hutang
perusahaan kepada
kreditur, kemudian
memberikan return
kepada investor
(Kaliman & Satriyo
Wibowo, 2017).
12 Earning Per Share Earning Per Share Menurut Syukur, dkk (2018) Rasio
(EPS) (X9) (EPS) merupakan untuk mengukur EPS,
lembar saham yang memerlukan rumus sebagai
merupakan berikut:
keuntungan bersih 𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝐴𝑓𝑡𝑒𝑟 𝑇𝑎𝑥 (𝐸𝐴𝑇)
EPS = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
pada tiap-tiap
lembar saham yang
dimiliki oleh
perusahaan (Wijaya
& Meiriska
Febrianti, 2017)
13 Jenis Industri (X10) Setiap kelompok Berdasarkan kategori Dummy
industri memiliki perusahaan :
karakteristik utama Perusahaan Non Keuangan =
yang menjadi 1
perbedaan dari Perusahaan Keuangan = 0
industry lain.
Industri dapat

75
No Variabel Definisi Indikator Skala
diklasifikasikan
menjadi beberapa
jenis, yaitu
berdasarkan bahan
baku, tenaga kerja,
produksi yang
dihasilkan, bahan
mentah, lokasi unit
usaha, proses
produksi barang
yang
dihasilkan,modal
yang digunakan,
subjek pengelola,
dan cara
pengorganisasian.
14 Tingkat inflasi Inflasi merupakan 𝐼𝐻𝐾𝑡 – 𝐼𝐻𝐾𝑡−1 Persen
LI = 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
(X11) naiknya harga-
harga komoditi Keterangan :
yang disebabkan IHKt = Indeks Harga
oleh adanya Konsumen t
ketidaksinkronan IHKt-1 = Indeks Harga
antara sistem Konsumen t-1
pengadaan
komoditi dengan
tingkat pendapatan
masyarakat.

76
BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum objek penelitian

Bursa Efek Indonesia (BEI)

Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange

(IDX) merupakan sarana penting bagi masyarakat yang ingin

berinvestasi dan sebagai sumber tambahan modal bagi perusahaan

dengan cara go public.

Pasar modal atau bursa efek hadir sejak zaman colonial Belanda

pada tahun 1912 di Batavia. Pada saat itu pasar modal didirikan oleh

pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan colonial atau VOC.

Meski begitu, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak

berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan

pasar modal mengalami hiatus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

beberapa diantaranya perang dunia ke-1 pada 1914-1918 membuat Bursa

Efek di Batavia ditutup dan kembali buka pada 1921 beserta Bursa Efek

di Semarang dan Surabaya, Bursa Efek Kembali hiatus karena perang

dunia ke-2 pada 1942-1952, adanya restrukturisasi kekuasaan dari

colonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi

lainnya.

Pasar modal Kembali diaktifkan pada 10 December 1977 dengan

nama Bursa Efek Jakarta yang diresmikan oleh Presiden Soeharto. BEJ

77
diawasi oleh BAPEPAM. Kemudian Bursa Paralel Indonesia melakukan

merger dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1995. Pada tahun 2000

sistem perdagangan tanpa warkat mulai diaplikasikan di pasar modal

Indonesia dan pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan system

perdagangan jarak jauh. Pada 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek

Surabaya melakukan penggabungan yang menjadi Bursa Efek Indonesia.

Pada 2 Maret 2009 diadakannya peluncuran perdana sistem perdagangan

baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

B. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan analisis statistik yang memberikan

gambaran secara umum mengenai karakteristik dari masing-masing

variabel penelitian yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), maximum, dan

minimum. Pada penelitian ini, variabel yang akan dideskripsikan

meliputi Underpricing, Flipping Activity, Underpricing 6 bulan,

Underperformance, Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, Umur

Perusahaan, Ukuran Perusahaan, Hot/Cold Market, ROA, ROE, DER,

EPS, Jenis Industri, dan Tingkat Inflasi. Pengolahan data deskripsi ini

menggunakan EVIEWS 12.

78
Statistics Descriptive

Tabel 4. 1 Variabel Underpricing, Flipping Activity, Underperformance,


Underpricing after 6 Month IPO Periode 2018-2021

Underpricing
Flipping after 6 Month
Underpricing Activity Underperformance IPO
Mean 0.476462 0.003239 0.034739 1.355493
Median 0.499221 0.000149 -0.179731 0.513043
Maximum 0.7 0.036606 1.975582 28
Minimum 0.096296 2.00E-07 -1.04199 -0.727414
Std. Dev. 0.187454 0.006217 0.776481 3.254493
Skewness -0.312037 2.651505 0.88858 5.396525
Kurtosis 2.04802 11.0333 2.732959 41.24526

Jarque-Bera 6.208728 443.9759 15.47521 7566.951


Probability 0.044853 0 0.000436 0

Sum 54.79309 0.372439 3.994932 155.8817


Sum Sq.
Dev. 4.005839 0.004407 68.73315 1207.457

Observations 115 115 115 115

Tabel 4. 2 Variabel Independen Periode 2018-2021

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
0.29565 0.00869 26.3379 0.82608 0.02461 0.04368 2.19133 8.42392 0.94782
Mean 2 6 18.17391 6 7 3 8 1 7 6 0.025455
26.2373 0.02042 0.04573 1.06014 2.46770
Median 0 0 14 6 1 6 8 9 9 1 0.0296
Maximu 31.4826 0.47223 0.71718 56.4051 170.335
m 1 1 64 1 1 4 3 6 9 1 0.0341
- - -
Minimu 19.7274 0.52013 2.00353 49.2991
m 0 0 2 8 0 1 7 0.00221 7 0 0.0132
Std. 0.45833 1.78721 0.38069 0.24772 6.31053 24.5857 0.22335
Dev. 2 0.09325 14.1243 8 3 0.09118 4 6 1 1 0.007749
- - - - -
Skewne 0.89560 10.5834 0.34437 1.72061 1.05442 4.94102 7.18429 4.02761
ss 4 2 1.393141 5 8 4 3 6 3.70537 9 -0.569528
1.80210 113.008 4.89339 3.96052 20.3756 43.8490 57.1834 21.7820 17.2217
Kurtosis 6 8 4.596504 8 6 2 9 5 1 1 1.581277

Jarque- 60135.2 19.4509 61.1642 1467.97 8463.53 15056.8 1953.48 1280.06


Bera 22.2495 5 49.41258 6 6 2 6 7 1 5 15.86149

79
X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11
Probabili 0.00001
ty 5 0 0 0.00006 0 0 0 0 0 0 0.00036

3028.86 2.83053 5.02407 252.003 968.751


Sum 34 1 2090 5 95 1 5 1 7 109 2.9273
Sum Sq. 23.9478 0.99130 364.132 16.5217 0.94777 6.99583 4539.80 5.68695
Dev. 3 4 22742.52 8 4 8 8 6 68908.1 7 0.006845

Observa
tions 115 115 115 115 115 115 115 115 115 115 115

Berdasarkan hasil statistika deskriptif rata-rata tingkat

underpricing (Y1) dari 115 perusahaan yang melakukan IPO di Bursa

Efek Indonesia pada periode 2018-2021 sebesar 0,4764 atau 47,64%

dengan standar deviasi sebesar 18,74%. Berdasarkan hasil statistika

deskriptif, rata-rata tingkat flipping activity (Y2) dari 115 perusahaan

yang meelakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021

sebesar 0.0032 atau 0,32% dengan standar deviasi 0,62%. Hal ini

menunjukkan bahwa sebesar 0,325 perusahaan yang melakukan IPO di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021 mengalami aktifitas

flipping. Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-rata tingkat

abnormal return sebesar 3,47% dari 115 perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021. Hal ini

menunjukkan bahwa rata-rata return kinerja saham meningkat sebesar

3,47% setelah 1 tahun IPO. Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-

rata tingkat underpricing setelah 6 bulan IPO sebesar 135,54% dengan

standar deviasi sebesar 325,44%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata

80
tingkat underpricing meningkat menjadi 135,54% setelah 6 bulan

perusahaan melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-

2021.

Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-rata perusahaan yang

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021

menggunakan underwriter (X1) dengan reputasi baik sebesar 29,56%

dengan standar deviasi sebesar 45,83%. Berdasarkan hasil statistika

deskriptif, rata-rata perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2021 menggunakan Auditor (X2) dengan

reputasi baik sebesar 0,86% dengan standar deviasi sebesar 9,32%.

Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-rata umur perusahaan (X3)

yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021

berumur 18,1 tahun dengan standar deviasi sebesar 14,1. Berdasarkan

hasil statistika deskriptif, rata-rata ukuran perusahaan (X4) yang

melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021 memiliki

rata-rata total asset sebesar 26,337 dengan standar deviasi sebesar 1,78.

Berdasarkan hasil statistika deskriptif, variabel hot/cold market (X5)

menunjukkan rata-rata perusahaan yang melakukan IPO pada periode hot

sebesar 82,6% dengan standar deviasi sebesar 38,06% dibandingan

perusahaan yang melakukan IPO pada periode cold.

Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-rata ROA (X6)

perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2018-

2021 sebesar 2,46% dengan standar deviasi sebesar 9,1%. Berdasarkan

81
hasil statistika deskriptif, rata-rata ROE (X7) perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021 sebesar 4,36% dengan

standar deviasi sebesar 24,7%. Berdasarkan hasil statistika deskriptif,

rata-rata DER (X8) perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2021 sebesar 219,13% dengan standar deviasi

sebesar 631,05%. Berdasarkan hasil statistika deskriptif, rata-rata EPS

(X9) perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek Indonesia periode

2018-2021 sebesar 842,39% dengan standar deviasi sebesar 2458,57%.

Berdasarkan hasil statistika deskriptif, nilai rata-rata pada Jenis Industri

(X10) sebesar 94,78% dengan standar deviasi sebesar 22,33%. Hal ini

menunjukkan bahwa 94,78% dari 115 perusahaan yang dijadikan sampel

masuk kedalam kategori industri non keuangan. Berdasarkan hasil

statistika deskriptif, rata-rata pada Tingkat inflasi (X11) sebesar 2,54%

dengan standar deviasi sebesar 0,77%. Hal ini menunjukkan bahwa rata-

rata perusahaan yang dijadikan sampel melakukan IPO pada saat tingkat

inflasi sebesar 2,54%.

2. One Sample T-Test

T-Test adalah metode pengambilan keputusan yang didasarkan

dari analisa data, baik dari percobaan yang terkontrol, maupun dari

observasi (tidak terkontrol). Dalam statistik sebuah hasil bisa dikatakan

signifikan secara statistik jika kejadian tersebut hampir tidak mungkin

disebabkan oleh faktor kebetulan semata. Keputusan dari uji hipotesis

hampir selalu dibuat berdasarkan pengujian hipotesis nol. Pada

82
menelitian (Rodoni et al., 2018), dasar keputusan one sample t-test ialah

sebagai berikut:

a. Jika nilai sig(2-tailed) < 0,05 maka h0 ditolak.

b. Jika nilai sig(2-tailed) > 0,05 maka h0 diterima.

Tabel 4. 3 One Sample t Test

95% Confidence Interval of the


Difference
Sig. (2- Mean
t df tailed) Difference Lower Upper
Y1 27.257 114 0,000 0,47646164 0,4418335762 0,5110897037
Y2 5,586 114 0,000 0,003238602 0,0020901059 0,0043870972
Y3 0,48 114 0,632 0,034738535 -0,108699575 0,1781766448
Y4 4,466 114 0,000 1,355492669 0,7542950208 1,1956690318

a. Underpricing (Y1)
Pada table tersebut, nilai t hitung dengan degree of freedom

(DF) 114 adalah 27,257 > dari t table (1,98099) dan nilai p-values

untuk two-tailed = 0,000. Karena pada penelitian ini dilakukan uji

hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha= μ > 0, maka nilai p-values

harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk uji satu sisi ini lebih

kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak sehingga Ha diterima,

di mana telah terjadi underpricing pada saat penawaran umum

perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021

dengan rata-rata underpricing sebesar 47,64%.

83
b. Flipping Activity (Y2)

Pada table tersebut, nilai t hitung dengan degree of freedom

(DF) 114 adalah 5,586 > dari t table (1,98099) dan nilai p-values

untuk two-tailed = 0,00. Karena pada penelitian ini dilakukan uji

hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha= μ > 0, maka nilai p-values

harus dibagi dua (0,000: 2) = 0,000 untuk uji satu sisi ini lebih besar

dari α = 0,05 Ho : μ > 0 ditolak sehingga Ha diterima, di mana telah

terjadi underpricing pada saat penawaran umum perdana (IPO) di

Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-2021 dengan rata-rata

flipping activity sebesar 0,32%.

c. Underperformance (Y3)

Pada table tersebut, nilai t hitung dengan degree of freedom

(DF) 114 adalah 0,480 < dari t table (1,98099) dan nilai p-values

untuk two-tailed = 0,632. Karena pada penelitian ini dilakukan uji

hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha= μ > 0, maka nilai p-values

harus dibagi dua (0,632 : 2) = 0,316 untuk uji satu sisi ini lebih

besar dari α = 0,05 maka Ha : μ > 0 ditolak sehingga H0 diterima,

di mana tidak terjadi underperformanced pada saat penawaran

umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada periode 2018-

2021.

d. Underpricing After 6 Month IPO (Y4)

Pada table tersebut, nilai t hitung dengan degree of freedom

(DF) 114 adalah 4,466 > dari t table (1,98099) dan nilai p-values

84
untuk two-tailed = 0,000. Karena pada penelitian ini dilakukan uji

hipotesis satu sisi (one tailed test) Ha= μ > 0, maka nilai p-values

harus dibagi dua (0,000 : 2) = 0,000 untuk uji satu sisi ini lebih

kecil dari α = 0,05 maka Ho : μ ≤ 0 ditolak sehingga Ha diterima,

di mana telah terjadi underpricing setelah 6 bulan melakukan

penawaran umum perdana (IPO) di Bursa Efek Indonesia pada

periode 2018-2021 dengan rata-rata sebesar 135,54%.

3. Uji asumsi klasik

Dalam analisis regresi ganda, perlu dilakukan pengujian asumsi

klasik agar memenuhi kriteria BLUE (Best Linier Unbiased Estimate).

Di mana untuk memenuhi kriteria BLUE harus terpenuhi residual

berdistribusi normal, tidak terjadi heteroskedastisitas, dan tidak terjadi

multikolinearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan apakah dalam model regresi, variabel

dependent, variabel independent, atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah distribusi

normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah data

normal atau tidak pada Eviews 12 dapat menggunakan Jarque-Bera.

Tabel 4. 4 Uji Normalitas (Sebelum Outliers)

Jarque-Bera Probability
Y1 60,73149 0,00000
Y2 274926,1 0,00000
Y3 7754,164 0,00000
Y4 16310,48 0,00000

85
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai Jarque-Bera

persamaan Y1 sebesar 60,73149 dengan p-values 0,000000 < 0,05.

Maka dapat dikatakan data persamaan Y1 dalam penelitian ini tidak

berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai

Jarque-Bera persamaan Y2 sebesar 274926,1 dengan p-values

0,000000 < 0,05. Maka dapat dikatakan data persamaan Y2 dalam

penelitian ini tidak berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas

menunjukkan nilai Jarque-Bera persamaan Y3 sebesar 7754,164

dengan p-values 0,000000 < 0,05. Maka dapat dikatakan data

persamaan Y3 dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai Jarque-Bera

persamaan Y4 sebesar 16310,48 dengan p-values 0,000000 < 0,05.

Maka dapat dikatakan data persamaan Y4 dalam penelitian ini tidak

berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil uji normalitas di atas, persamaan Y1, Y2, Y3,

dan Y4 tidak berdistribusi normal, oleh karena itu, peneliti

memutuskan untuk membuang data outliers yang ada pada sampel.

Tabel 4. 5 Uji Normalitas (Setelah Outliers)

Jarque-Bera Probability
Y1 3,52518 0,17160
Y2 142,1321 0,00000
Y3 3243,751 0,00000
Y4 7059,024 0,00000

86
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai Jarque-Bera

persamaan Y1 sebesar 3,525175 dengan p-values 0,171600 > 0,05.

Maka dapat dikatakan data persamaan Y1 dalam penelitian ini

berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai

Jarque-Bera persamaan Y2 sebesar 142,1321 dengan p-values

0,000000 < 0,05. Maka dapat dikatakan data persamaan Y2 dalam

penelitian ini tidak berdistribusi normal. Berdasarkan tabel di atas

menunjukkan nilai Jarque-Bera persamaan Y3 sebesar 3243,751

dengan p-values 0,000000 < 0,05. Maka dapat dikatakan data

persamaan Y3 dalam penelitian ini tidak berdistribusi normal.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan nilai Jarque-Bera

persamaan Y4 sebesar 7059,024 dengan p-values 0,000000 < 0,05.

Maka dapat dikatakan data persamaan Y4 dalam penelitian ini tidak

berdistribusi normal.

Pemberlakuan Central Limit Theorem

Berdasalkan hasil uji normalitas menggunakan data setelah di

outliers, hanya persamaan Y1 yaitu Underpricing yang

berdistribusi normal. Sementara persamaan Y2 (Flipping

Activity), persamaan Y3 (Uderperformance), dan persamaan Y4

(Underpricing after 6 Month IPO) tidak berdistribusi Normal.

Maka uji normalitas untuk kedua persamaan tersebut akan

diberlakukan Central Limit Theorem sehingga data diasumsikan

normal.

87
b. Uji Multikolonieritas

Untuk mendiagnosa adanya multikolonier adalah dengan

menentukan nilai variance inflaction factor (VIF). Batas tolerance

value adalah > 0,10 dan variance inflaction faktor (VIF) < 10.

Apabila nilai tolerance di bawah 0,10 atau VIF di atas 10, maka

akan terdapat hubungan antar variabel independent sebesar10%

(Trisnaningsih, 2005)

Tabel 4. 4 Uji Multikolonieritas

VIF VIF VIF VIF


No Model
(Y1) (Y2) (Y3) (Y4)
Reputasi
1 Underwriter 1,148055 1,148055 1,148055 1,148055
2 Reputasi auditor 1,049014 1,049014 1,049014 1,049014
3 Umur Perusahaan 1,048167 1,048167 1,048167 1,048167
4 Ukuran Perusahaan 1,199463 1,199463 1,199463 1,199463
5 Hot/Cold Market 1,746454 1,746454 1,746454 1,746454
6 ROA 3,464731 3,464731 3,464731 3,464731
7 ROE 3,194013 3,194013 3,194013 3,194013
8 DER 1,233042 1,233042 1,233042 1,233042
9 EPS 1,526415 1,526415 1,526415 1,526415
10 Jenis Industri 1,051278 1,051278 1,051278 1,051278
11 Tingkat Inflasi 1,762455 1,762455 1,762455 1,762455
Sumber: Data diolah (Eviews 12)

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai VIF<10

maka dapat dikatakan bahwa data tersebut lolos dari uji

multikolonieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedasitas ini berujuan untuk menganalisis apakah

variansi dari error bersifat tetap/konstan (homokedastik) atau

berubah-ubah (heteroskedastik).

88
Tabel 4. 5 Uji Heteroskedastisitas

Obs*R-squared Prob. Chi Square


Y1 18,30214 0,07480
Y2 6,489162 0,83880
Y3 29,58974 0,00180
Y4 12,23581 0,34620

Berdasarkan hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey terlihat bahwa

nilai Obs*R-squared sebesar 18,30214 dengan nilai

probabilitasnya 0,0748 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

dalam penelitian ini lolos uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan

hasil Uji Breusch-Pagan-Godfrey terlihat bahwa nilai Obs*R-

squared sebesar 6,489162 dengan nilai probabilitasnya 0,8388 >

0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini lolos

uji Heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil Uji Breusch-Pagan-

Godfrey terlihat bahwa nilai Obs*R-squared sebesar 29,58974

dengan nilai probabilitasnya 0,0018 < 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini tidak lolos uji

Heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil Uji Breusch-Pagan-

Godfrey terlihat bahwa nilai Obs*R-squared sebesar 12,23581

dengan nilai probabilitasnya 0,3462 > 0,05 maka dapat

disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini lolos uji

Heteroskedastisitas.

89
4. Pengujian Hipotesis

a. Uji t parsial model OLS

Uji parsial digunakan untuk mengetahui besarnya masing-

masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah Reputasi

Underwriter (X1), Reputasi Auditor (X2), Umur perusahaan (X3),

Ukuran perusahaan (X4), Hot/cold market (X5), ROA (X6), ROE

(X7), DER (X8), EPS (X9), Jenis industri (X10), Tingkat inflasi (X11).

Variabel dependen dalam penelitian ini yang menggunakan regresi

OLS adalah Underpricing (Y1) dan Flipping Activity (Y2).

1) Underpricing

Tabel 4. 6 Hasil Uji t parsial model OLS Variabel Underpricing


Dependent Variable: Y1
Method: Least Squares
Date: 06/10/23 Time: 19:03
Sample: 1 115
Included observations: 115

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.393874 0.207724 -1.896141 0.0607


X1 -0.058314 0.027611 -2.111979 0.0371
X2 -0.010682 0.129725 -0.082344 0.9345
X3 -0.000987 0.000856 -1.153127 0.2515
X4 0.018649 0.007238 2.576591 0.0114
X5 0.043654 0.041000 1.064731 0.2895
X6 0.131335 0.241112 0.544705 0.5871
X7 -0.013391 0.085209 -0.157158 0.8754
X8 -0.000335 0.002078 -0.160969 0.8724
X9 -0.000466 0.000594 -0.784450 0.4346
X10 -0.022766 0.054220 -0.419892 0.6754
X11 15.79144 2.023601 7.803633 0.0000

R-squared 0.591097 Mean dependent var 0.476462


Adjusted R-squared 0.547428 S.D. dependent var 0.187454
S.E. of regression 0.126107 Akaike info criterion -1.204884
Sum squared resid 1.637998 Schwarz criterion -0.918457
Log likelihood 81.28086 Hannan-Quinn criter. -1.088625
F-statistic 13.53579 Durbin-Watson stat 1.706383
Prob(F-statistic) 0.000000

90
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua

variabel independen yang diteliti pada penelitian ini

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. berikut

hasil analisis dari masing-masing variabel independen terhadap

variabel underpricing.

a) Nilai signifikansi dari variabel X1 menunjukkan hasil

sebesar 0,0371 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,111979

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh

signifikan secara negative terhadap underpricing.

b) Nilai signifikansi dari variabel X2 menunjukkan hasil

sebesar 0,9345 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

c) Nilai signifikansi dari variabel X3 menunjukkan hasil

sebesar 0,2515 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

d) Nilai signifikansi dari variabel X4 menunjukkan hasil

sebesar 0,0114 < 0,05 dengan t hitung sebesar 2,576591

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh

signifikan secara positive terhadap underpricing.

91
e) Nilai signifikansi dari variabel X5 menunjukkan hasil

sebesar 0,2895 > 0,05 maka Ho : β1 ditolak dan menerima

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa hot/cold market

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

f) Nilai signifikansi dari variabel X6 menunjukkan hasil

sebesar 0,5871 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan Ha : β1 ≠

0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ROA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

g) Nilai signifikansi dari variabel X7 menunjukkan hasil

sebesar 0,8754 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing.

h) Nilai signifikansi dari variabel X8 menunjukkan hasil

sebesar 0,8724 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing.

i) Nilai signifikansi dari variabel X9 menunjukkan hasil

sebesar 0,4346 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing.

j) Nilai signifikansi dari variabel X10 menunjukkan hasil

sebesar 0,6754 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

92
Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa Jenis Industri tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

k) Nilai signifikansi dari variabel X11 menunjukkan hasil

sebesar 0,0000 < 0,05 dengan t hitung sebesar 7,803633

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa Tingkat inflasi berpengaruh signifikan

secara positive terhadap underpricing.

2) Flipping Activity

Tabel 4. 7 Hasil Uji t parsial model OLS Variabel Flipping


Activity

Dependent Variable: Y2
Method: Least Squares
Date: 06/10/23 Time: 19:07
Sample: 1 115
Included observations: 115

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.002663 0.008624 0.308770 0.7581


X1 0.000381 0.001146 0.332630 0.7401
X2 0.033680 0.005386 6.253194 0.0000
X3 3.34E-05 3.55E-05 0.940928 0.3489
X4 -2.32E-05 0.000300 -0.077111 0.9387
X5 -0.003494 0.001702 -2.052330 0.0427
X6 -0.027234 0.010011 -2.720487 0.0077
X7 0.006094 0.003538 1.722544 0.0880
X8 -0.000142 8.63E-05 -1.641141 0.1038
X9 -4.04E-06 2.46E-05 -0.163780 0.8702
X10 -0.000751 0.002251 -0.333605 0.7394
X11 0.177521 0.084017 2.112918 0.0370

R-squared 0.359230 Mean dependent var 0.003239


Adjusted R-squared 0.290798 S.D. dependent var 0.006217
S.E. of regression 0.005236 Akaike info criterion -7.568114
Sum squared resid 0.002824 Schwarz criterion -7.281686
Log likelihood 447.1665 Hannan-Quinn criter. -7.451854
F-statistic 5.249458 Durbin-Watson stat 2.087726
Prob(F-statistic) 0.000002

Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua variabel

independen yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap

93
flipping activity. Berikut hasil analisis dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel flipping activity.

a) Nilai signifikansi dari variabel X1 menunjukkan hasil

sebesar 0,7401 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa Reputasi

underwriter tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

flipping activity.

b) Nilai signifikansi dari variabel X2 menunjukkan hasil

sebesar 0,0000 < 0,05 dengan t hitung sebesar 6,253194

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan

secara positive terhadap flipping activity.

c) Nilai signifikansi dari variabel X3 menunjukkan hasil

sebesar 0,3489 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap flipping

activity.

d) Nilai signifikansi dari variabel X4 menunjukkan hasil

sebesar 0,9387 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap flipping

activity.

94
e) Nilai signifikansi dari variabel X5 menunjukkan hasil

sebesar 0,0427 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,052330

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa hot/cold market berpengaruh signifikan

secara negative terhadap flipping activity.

f) Nilai signifikansi dari variabel X6 menunjukkan hasil

sebesar 0,0077 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,720487

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa ROA berpengaruh signifikan secara

negative terhadap flipping activity.

g) Nilai signifikansi dari variabel X7 menunjukkan hasil

sebesar 0,0880 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

h) Nilai signifikansi dari variabel X8 menunjukkan hasil

sebesar 0,1038 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

i) Nilai signifikansi dari variabel X9 menunjukkan hasil

sebesar 0,8702 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

95
j) Nilai signifikansi dari variabel X10 menunjukkan hasil

sebesar 0,7394 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa Jenis Industri tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

k) Nilai signifikansi dari variabel X11 menunjukkan hasil

sebesar 0,0370 < 0,05 dengan t hitung sebesar 2,112918

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa Tingkat inflasi berpengaruh signifikan

secara positive terhadap flipping activity.

b. Uji t parsial model GLS

1) Underperformance

Tabel 4. 8 Hasil Uji t parsial model GLS


Dependent Variable: Y3
Method: Least Squares
Date: 06/10/23 Time: 19:12
Sample: 1 115
Included observations: 115

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 36.63639 6.830567 5.363595 0.0000


X1 -2.551401 0.907939 -2.810103 0.0059
X2 2.828698 4.265749 0.663119 0.5087
X3 -0.004977 0.028152 -0.176797 0.8600
X4 -0.230570 0.237997 -0.968795 0.3349
X5 4.038061 1.348214 2.995119 0.0034
X6 -15.18203 7.928472 -1.914874 0.0583
X7 2.469483 2.801925 0.881352 0.3802
X8 -0.039231 0.068341 -0.574053 0.5672
X9 0.015619 0.019517 0.800270 0.4254
X10 -1.122261 1.782900 -0.629458 0.5304
X11 -8.857329 66.54185 -0.133109 0.8944

R-squared 0.212314 Mean dependent var 31.56988


Adjusted R-squared 0.128193 S.D. dependent var 4.441175
S.E. of regression 4.146753 Akaike info criterion 5.781021
Sum squared resid 1771.142 Schwarz criterion 6.067448
Log likelihood -320.4087 Hannan-Quinn criter. 5.897280
F-statistic 2.523895 Durbin-Watson stat 0.487533
Prob(F-statistic) 0.007381

96
Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa tidak semua variabel

independen yang diteliti berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Berikut hasil analisis dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel underperformance.

a) Nilai signifikansi dari variabel X1 menunjukkan hasil

sebesar 0,0059 < 0,05 dengan t hitung sebesar -2,810103

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa reputasi underwriter berpengaruh

signifikan secara negative terhadap underperformance.

b) Nilai signifikansi dari variabel X2 menunjukkan hasil

sebesar 0,5087 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa reputasi auditor tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance

c) Nilai signifikansi dari variabel X3 menunjukkan hasil

sebesar 0,8600 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa umur perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance.

d) Nilai signifikansi dari variabel X4 menunjukkan hasil

sebesar 0,3349 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance.

97
e) Nilai signifikansi dari variabel X5 menunjukkan hasil

sebesar 0,0034 < 0,05 dengan t hitung sebesar 2,995119

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa hot/cold market berpengaruh signifikan

secara positive terhadap underperformance.

f) Nilai signifikansi dari variabel X6 menunjukkan hasil

sebesar 0,0583 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ROA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

g) Nilai signifikansi dari variabel X7 menunjukkan hasil

sebesar 0,3802 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

h) Nilai signifikansi dari variabel X8 menunjukkan hasil

sebesar 0,5672 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

i) Nilai signifikansi dari variabel X9 menunjukkan hasil

sebesar 0,4254 < 0,05 dengan t hitung sebesar 6,702494

maka Ho : β1 ditolak dan menerima Ha : β1 ≠ 0. Dapat

disimpulkan bahwa EPS berpengaruh signifikan secara

positif terhadap underperformance.

98
j) Nilai signifikansi dari variabel X10 menunjukkan hasil

sebesar 0,5304 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa Jenis Industri tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

k) Nilai signifikansi dari variabel X11 menunjukkan hasil

sebesar 0,8944 > 0,05 maka Ho : β1 diterima dan menolak

Ha : β1 ≠ 0. Dapat disimpulkan bahwa Tingkat Inflasi tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

c. Uji F simultan model OLS (Ordinary Least Square)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen/ terikat.

Tabel 4. 9 Hasil Uji F Simultan Model OLS

No Persamaan F Sig
1 Underpricing 13,536 0,000
2 Flipping Activity 5,249 0,000

Dari hasil uji F simultan dapat dilihat bahwa variabel

independent yang terdiri dari reputasi underwriter (X1), reputasi

auditor (X2), umur perusahaan (X3), ukuran perusahaan (X4),

hot/cold market (X5), ROA (X6), ROE (X7), DER (X8), EPS (X9),

jenis industri (X10), tingkat inflasi (X11) menunjukkan hasil

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 terhadap variabel underpricing

dan flipping activity maka dapat disimpulkan bahwa variabel

99
independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel

dependen.

d. Uji F simultan model GLS (Generalized Least Square)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua

variabel independent atau bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel

dependen/ terikat.

Tabel 4. 10 Hasil Uji F Simultan Model GLS

No Persamaan F Sig
1 Underperformance 2,524 0,007

Dari hasil uji F simultan dapat dilihat bahwa variabel

independent yang terdiri dari Reputasi Underwriter (X1), Reputasi

Auditor (X2), Umur perusahaan (X3), Ukuran perusahaan (X4),

Hot/cold market (X5), ROA (X6), ROE (X7), DER (X8), EPS (X9),

Jenis industri (X10), Tingkat inflasi (X11) menunjukkan hasil

signifikansi sebesar 0,000 < 0,05 terhadap variabel

Underperformance maka dapat disimpulkan bahwa variabel

independent secara simultan berpengaruh terhadap variabel

dependen.

e. Koefisien Determinasi model OLS (Ordinary Least Square)

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat seberapa

besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

100
dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel

independen lebih dari dua.

Tabel 4. 11 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model OLS

No Persamaan R-squared Adj. R-squared


1 Underpricing 0,591 0,547
2 Flipping Activity 0,359 0,291

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai Adj-R2 sebagai

berikut:

1) Pada variabel underpricing, nilai Adj-R2 sebesar 0,547 atau

54,7% yang berarti variabel Underpricing dapat

dipengaruhi oleh variabel independent pada penelitian ini

sebesar 54,7%. Sementara 45,3% lainnya dipengaruhi oleh

variabel lain diluar penelitian ini.

2) Pada variabel flipping activity, nilai Adj-R2 sebesar 0,291

atau 29,1% yang berarti variabel Flipping Activity dapat

dipengaruhi oleh variabel independent pada penelitian ini

sebesar 29,1%. Sementara 70,9% lainnya dipengaruhi oleh

variabel lain diluar penelitian ini.

f. Koefisien Determinasi model GLS (Generalized Least Square)

Uji koefisien determinasi ditunjukkan untuk melihat seberapa

besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel

dependen yang dilihat melalui adjusted R square karena variabel

independen lebih dari dua.

101
Tabel 4. 12 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model GLS

No Persamaan R-squared Adj. R-squared


1 Underperformance 0,212 0,128

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat nilai Adj-R2 sebagai

berikut:

1) Pada variabel underperformance, nilai Adj-R2 sebesar

0,128 atau 12,8% yang berarti variabel underperformance

dapat dipengaruhi oleh variabel independent pada

penelitian ini sebesar 31,4%. Sementara 87,2% lainnya

dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

C. Pembahasan

1. Pengaruh Variabel independent terhadap Underpricing

a. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reputasi

underwriter memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa reputasi

underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel reputasi underwriter

berpengaruh signifikan secara negatif terhadap underpricing, artinya

semakin tinggi reputasi underwriter akan semakin kecil tingkat

underpricing.

Semakin tinggi reputasi underwriter maka akan mengurangi

kesesatan informasi yang diberikan sehingga hal ini dapat membuat

saham dihargai lebih tinggi dan mengurangi tingkat underpricing.

102
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kuncoro dan

Suryaputri (2019); Syofian, dkk (2021); dan Fadila dan Kery (2020)

bahwa reputasi underwriter memiliki pengaruh negative dan

signifikan terhadap tingkat underpricing.

Sementara itu, hasil penelitian ini menolak hasil penelitian Putra

(2020) yang menemukan hasil bahwa variabel reputasi underwriter

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap underpricing,

dan penelitian penelitian Widjaya, dkk (2017); Irine (2017); Lestari

dan Adiati (2020); serta Salfida, dkk (2014) menemukan bahwa

reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap underpricing.

b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor

tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa reputasi

auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel reputasi auditor tidak

berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Hal ini dapat terjadi

karena kurangnya kepercayaan investor terhadap auditor yang

didukung dengan adanya beberapa kasus inkonsistensi antara

laporan keuangan dengan kondisi keuangan yang disajikan oleh

beberapa KAP di Indonesia, diantaranya KAP Purwanto, Sungkoro,

dan Surja (Member dari Ernst and Young Global Limited/EY), KAP

Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan (Member dari BDO

103
International), KAP Amir Abadi Jusuf, Aryanto, Mawar & Rekan

(Afiliasi dari RSM International), KAP Satrio, Bing, eny & Rekan

(Partner Deloitte Indonesia) (Ayuningtyas, 2019).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Salfida, dkk (2014)

menemukan bahwa reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap

underpricing.

Sementara itu penelitian ini menolak hasil penelitian Mulyani,

dkk (2017); Rodoni, dkk (2018); Putra (2020) menemukan bahwa

reputasi auditor berpengaruh secara negative terhadap tingkat

underpricing dan penelitian Firdaus dan Vinola (2020) menemukan

bahwa reputasi auditor berpengaruh secara positif terhadap tingkat

underpricing.

c. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Umur perusahaan

tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa umur

perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underpricing. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel Umur

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap underpricing.

Hal ini terjadi karena lama nya umur perusahaan tidak cukup

dijadikan sebagai acuan dalam pembelian saham karena umur

perusahaan tidak bisa menjelaskan kualitas perusahaan. Investor

104
cenderung melihat prospek jangka panjang dari saham yang mereka

beli agar mendapatkan keuntungan yang besar.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Firdaus dan Vinola

(2020) dan Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa umur perusahaan

tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sementara itu penelitian ini menolak hasil penelitian Rodoni,

dkk (2018); Salfida, dkk (2014); Sulistiawati, dkk (2021)

menemukan bahwa umur perusahaan memiliki pengaruh terhadap

tingkat underpricing.

d. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Ukuran

perusahaan memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa Ukuran

perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel ukuran perusahaan

berpengaruh signifikan secara positif terhadap underpricing, artinya

semakin baik ukuran perusahaan maka akan semakin tinggi tingkat

underpricing.

Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi

kemungkinannya untuk dikenal oleh public sehingga hal ini akan

meningkatkan initial return dan menyebabkan naiknya

underpricing. hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

Nuryasinta dan Haryanto (2017b) menemukan bahwa ukuran

105
perusahaan berpengaruh secara signifikan positif terhadap

underpricing.

Sementara itu penelitian ini bertentangan dengan penelitian

penelitian Leow dan Wee (2020); Kartika dan Putra (2017); serta

Irine (2017) menemukan bahwa ukuran perusahaan memiliki

pengaruh secara negative dan signifikan terhadap underpricing.

e. Pengaruh Hot/cold market terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hot/cold market

tidak memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa hot/cold

market tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel hot/cold market tidak

berpengaruh signifikan terhadap underpricing. Artinya, pada

penelitian ini tidak terdapat perbedaan tingkat underpricing pada

perusahaan yang melakukan IPO saat periode hot maupun cold.

Hasil penelitian ini menolak penelitian Rodoni, dkk (2018)

menemukan bahwa hot/cold market berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap underpricing.

f. Pengaruh ROA terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA tidak

memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa ROA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Diketahui dari

106
hasil uji parsial, variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kepercayaan

investor terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan

perusahaan sehingga investor cenderung tidak memperhatikan

laporan keuangan perusahaan pada saat membeli saham.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irine (2017); Lestari

dan Adiati (2020); Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa ROA

tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sementara itu, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Alviani (2015); Widhiastina dan Prihatini (2016); serta Nuryasinta

dan Haryanto (2017a) yang menunjukkan hasil bahwa ROA

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat

underpricing dan penelitian (Fadila & Kery Utami, 2020) berhasil

menemukan bahwa ROA berpengaruh secara negative.

g. Pengaruh ROE terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE tidak

memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Diketahui dari

hasil uji parsial, variabel ROE tidak berpengaruh signifikan terhadap

underpricing.

107
Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kepercayaan

investor terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan

perusahaan sehingga investor cenderung tidak memperhatikan

laporan keuangan perusahaan pada saat membeli saham.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lestari dan Adiati

(2020) menemukan bahwa ROE tidak berpengaruh terhadap

underpricing.

Sementara itu, penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) serta Kuncoro dan Suryaputri (2019) berhasil

menemukan bahwa ROE berpengaruh secara negative terhadap

tingkat underpricing.

h. Pengaruh DER terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER tidak

memiliki pengaruh terhadap Underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel DER tidak berpengaruh signifikan

terhadap underpricing.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kepercayaan

investor terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan

perusahaan sehingga investor cenderung tidak memperhatikan

laporan keuangan perusahaan pada saat membeli saham.

108
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Irine (2017);

Firdaus dan Vinola (2020); serta Lestari dan Adiati (2020)

menemukan bahwa DER tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sementara itu, penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Syukur, dkk (2018); Rodoni, dkk (2018); serta Fadila dan Utami

(2020) menemukan bahwa DER berpengaruh secara positif terhadap

tingkat underpricing.

i. Pengaruh EPS terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EPS tidak

memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Underpricing. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel EPS tidak berpengaruh signifikan

terhadap underpricing.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan kurangnya kepercayaan

investor terhadap informasi yang disajikan pada laporan keuangan

perusahaan sehingga investor cenderung tidak memperhatikan

laporan keuangan perusahaan pada saat membeli saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syukur, dkk (2018)

menemukan bahwa EPS tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sementara itu, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Widjaya dan Sulitiyani (2017) menemukan bahwa EPS berpengaruh

secara negative terhadap tingkat underpricing dan penelitian

109
Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa EPS berpengaruh secara

positif terhadap underpricing.

j. Pengaruh Jenis Industri terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel JI tidak memiliki

pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (H0) yang menyatakan bahwa Jenis industri tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing. Diketahui dari

hasil uji parsial, variabel Jenis industri tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap underpricing, artinya tidak terdapat perbedaan

tingkat underpricing pada jenis industry non keuangan dan

keuangan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan dengan penelitian Kristiantari

(2012) serta R. W. Pahlevi (2014) menemukan bahwa jenis industri

tidak berpengaruh terhadap underpricing.

Sementara itu, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) dan Laurentia (2008) menemukan bahwa jenis

industri berpengaruh terhadap underpricing.

k. Pengaruh Tingkat inflasi terhadap Underpricing

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Tingkat inflasi

memiliki pengaruh terhadap underpricing. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa Tingkat

inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap underpricing.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel tingkat inflasi berpengaruh

110
signifikan secara positif terhadap underpricing, artinya semakin

tinggi tingkat inflasi akan semakin tinggi tingkat underpricing.

Tingginya tingkat inflasi dapat menurunkan laba perusahaan

sehingga dapat menyebabkan turunnya minat investor untuk

menanamkan sahamnya. Hal ini tentu saja membuat permintaan

saham menjadi turun sehingga akan mengarah kepada pembuatan

harga penawaran saham yang lebih rendah dan menyebabkan

underpricing.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan Penelitian Nasution

dan Mutasowifin (2021) menemukan bahwa tingkat inflasi

berpengaruh secara negatif terhadap underpricing dan penelitian

Ratnasari dan Gunasti Hudiwinarsih (2013) menemukan tingkat

inflasi tidak berpengaruh terhadap underpricing.

2. Pengaruh Variabel independent terhadap Flipping Activity

a. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel RU tidak memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (H0) yang menyatakan bahwa reputasi underwriter tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel reputasi Underwriter tidak

berpengaruh signifikan terhadap flipping activity.

Hal ini dapat terjadi karena seorang flipper cenderung membeli

saham dengan harga penawaran kemudian menjualnya kembali

111
dihari pertama. Flipper cenderung tidak memperhatikan reputasi

underwriter, namun berkontribusi dalam penemuan harga.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Rodoni, dkk (2018)

menemukan bahwa reputasi underwriter tidak berpengaruh terhadap

flipping activity.

Sementara itu, penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa reputasi underwriter

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap flipping

activity.

b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel RA memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (Ha) yang menyatakan bahwa reputasi auditor

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel reputasi auditor berpengaruh secara

positif dan signifikan terhadap flipping activity.

Menurut Dewi dan Dewi 2022) flipping activity merupakan

pembelian aset dan menjualnya kembali dalam waktu singkat

dengan tujuan mendapatkan keuntungan dengan cepat. Keuntungan

ini berkaitan dengan tingkat underpricing saham pada hari pertama

IPO. Hal ini membuat para investor memperhatikan auditor suatu

perusahaan. Auditor yang bereputasi tinggi tentunya akan

memberikan informasi laporan keuangan yang akurat. Oleh karena

112
itu, semakin tinggi reputasi auditor, maka akan meningkatkan

aktivitas flipping.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rodoni, dkk (2018) yang

menemukan hasil bahwa reputasi auditor berpengaruh secara positif

terhadap flipping activity.

c. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel X3 tidak memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (H0) yang menyatakan bahwa Umur perusahaan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Flipping Activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel Umur perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap flipping activity.

Hal ini dapat terjadi karena lamanya perusahaan tidak cukup

dijadikan sebagai acuan dalam pembelian saham, terlebih lagi

seorang flipper kerap melakukan investasi jangka pendek yang

memanfaatkan nilai underpricing awal, sehingga cenderung tidak

memperhatikan umur perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Rodoni, dkk

(2018) yang menemukan hasil bahwa variabel umur perusahaan

tidak berpengaruh terhadap flipping activity.

Sementara itu, penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Syukur, dkk (2018) menemukan bahwa umur perusahaan

berpengaruh secara positif terhadap tingkat flipping activity.

113
d. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel X4 tidak memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (H0) yang menyatakan bahwa Ukuran perusahaan tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel Ukuran perusahaan tidak berpengaruh

signifikan terhadap flipping activity.

Hal ini dapat terjadi karena besarnya ukuran perusahaan tidak

cukup dijadikan sebagai acuan dalam menentukan kualitas

perusahaan, terlebih lagi seorang flipper kerap melakukan investasi

jangka pendek yang memanfaatkan nilai underpricing awal,

sehingga cenderung tidak memperhatikan ukuran perusahaan.

e. Pengaruh Hot/cold market terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel X5 memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (Ha) yang menyatakan bahwa hot/cold market

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel Tingkat hot/cold market berpengaruh

signifikan secara negatif terhadap flipping activity, artinya terdapat

perbedaan tingkat flipping activity pada saat periode hot dan cold.

Maka dapat disimpulkan bahwa tingkat flipping activity pada

periode cold lebih tinggi dibanding periode hot.

114
Penelitian ini sesuai dengan pendapat Arifin (2010) yang

mengklasifikasikan periode IPO Hot dan Cold ditentukan

berdasarkan rata-rata tingkat underpricing tahunan, di mana apabila

periode memiliki tingkat rata-rata underpricing >25% maka periode

tersebut berada dalam siklus hot market, sebaliknya apabila periode

tersebut memiliki tingkat underpricing <25% maka periode tersebut

berada dalam siklus cold market. Ketertarikan investor untuk

mendapatkan keuntungan yang besar membuat investor lebih

mengamati siklus IPO. Oleh karena itu, time berpengaruh terhadap

tingkat flipping activity.

Sementara itu, hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) yang menemukan hasil variabel time tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity.

f. Pengaruh ROA terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA memiliki

pengaruh terhadap Flipping Activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (Ha) yang menyatakan bahwa ROA berpengaruh secara

signifikan terhadap Flipping Activity. Diketahui dari hasil uji parsial,

variabel ROA berpengaruh secara negative signifikan terhadap

Flipping Activity.

Semakin tinggi ROA maka semakin efektif suatu perusahaan

untuk memperoleh profit melalui pemanfaatan aktiva. Hal ini akan

membuat investor tertarik untuk menanamkan sahamnya kepada

115
emiten. Oleh karena itu harga saham akan dihargai lebih tinggi dan

menimbulkan ketertarikan yang sangat tinggi lagi untuk

memperoleh keuntungan yang besar. ROA bernilai tinggi dapat

mempengaruhi ketidakpastian perusahaan IPO di masa yang akan

datang dan mengurangi risiko terjadinya underpricing (Mulyono,

2017) sehingga tingkat flipping activity juga akan semakin rendah.

Oleh karena itu penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) menemukan bahwa ROA tidak berpengaruh

terhadap flipping activity dan penelitian Syukur, dkk (2018)

menemukan bahwa ROA berpengaruh secara positif dan signifikan

terhadap tingkat flipping activity.

g. Pengaruh ROE terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE tidak

memiliki pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (Ho) yang menyatakan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel ROE tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Hal ini dapat terjadi karena seorang flipper yang melakukan

aktivitas flipping cenderung berinvestasi jangka pendek, mereka

lebih memperhatikan initial return pada hari pertama listing,

sehingga tidak memperhatikan tingkat ROE perusahaan pada saat

melakukan aktivitas flipping.

116
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rodoni, dkk (2018) yang

menemukan hasil bahwa variabel ROE tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap flipping activity.

h. Pengaruh DER terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER tidak

memiliki pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (Ho) yang menyatakan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel DER tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Sama hal nya dengan ROE, hal ini dapat terjadi karena seorang

flipper yang melakukan aktivitas flipping cenderung berinvestasi

jangka pendek, mereka lebih memperhatikan initial return pada hari

pertama listing, sehingga tidak memperhatikan tingkat DER

perusahaan pada saat melakukan aktivitas flipping.

Hasil penelitian ini menentang penelitian Syukur, dkk (2018)

yang menemukan bahwa DER berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap flipping activity dan penelitian (Rodoni et al.,

2018) yang menemukan bahwa DER berpengaruh secara negatif dan

signifikan terhadap flipping activity.

i. Pengaruh EPS terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EPS tidak

memiliki pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu,

117
penelitian ini menerima (Ho) yang menyatakan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel EPS tidak berpengaruh signifikan

terhadap flipping activity.

Sama hal nya dengan ROE dan DER, hal ini dapat terjadi karena

seorang flipper yang melakukan aktivitas flipping cenderung

berinvestasi jangka pendek, mereka lebih memperhatikan initial

return pada hari pertama listing, sehingga tidak memperhatikan

tingkat EPS perusahaan pada saat melakukan aktivitas flipping.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rodoni, dkk (2018) serta Syukur, dkk (2018) yang menemukan hasil

variabel EPS tidak berpengaruh secara signifikan terhadap flipping

activity.

j. Pengaruh Jenis Industri terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel JI tidak memiliki

pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu, penelitian ini

menerima (Ho) yang menyatakan bahwa jenis industri tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel jenis industri tidak berpengaruh

signifikan terhadap flipping activity.

Hal ini dapat terjadi karena seorang flipper yang melakukan

aktivitas flipping cenderung berinvestasi jangka pendek, mereka

lebih memperhatikan initial return pada hari pertama listing,

118
sehingga tidak memperhatikan jenis industri perusahaan pada saat

melakukan aktivitas flipping.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rodoni, dkk

(2018) yang menemukan bahwa variabel jenis industri berpengaruh

signifikan secara positif terhadap flipping activity.

k. Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Flipping Activity

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi

memiliki pengaruh terhadap flipping activity. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa jenis industri

berpengaruh secara signifikan terhadap flipping activity. Diketahui

dari hasil uji parsial, variabel Tingkat inflasi berpengaruh secara

positif signifikan terhadap flipping activity. Artinya, semakin tinggi

tingkat inflasi, maka semakin tinggi aktivitas flipping

Hal ini terjadi karena tingginya tingkat inflasi akan menurunkan

laba perusahaan, hal ini tentu saja akan berdampak terhadap

turunnya minat investor dalam menanamkan modalnya dan

membuat harga saham menjadi rendah. Pada saat ini, flipper

memanfaatkan waktu untuk mencari keuntungan pada hari pertama

IPO dengan melakukan aktivitas flipping.

119
3. Pengaruh Variabel independent terhadap Underperformance

a. Pengaruh Reputasi Underwriter terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reputasi

underwriter memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh

karena itu, penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa

reputasi underwriter berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel reputasi

underwriter berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap

abnormal return. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi

reputasi underwriter maka semakin rendah abnormal return.

Artinya, semakin tinggi reputasi underwriter semakin tinggi tingkat

underperformance.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan underwriter berkontribusi

dalam penentuan harga pada saat IPO, namun pada saat setelah IPO

harga saham cenderung bergerak atas spekulasi dan kegiatan

operasional perusahaan. Tinggi rendahnya optimisme investor akan

membuat harga saham menjadi naik ataupun turun yang akan

berdampak terhadap return saham.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syukur, dkk (2018)

yang menemukan bahwa variabel reputasi underwriter berpengaruh

secara negatif terhadap abnormal return.

120
Sementara itu, penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) yang menemukan hasil bahwa reputasi

underwriter berpengaruh secara positif terhadap abnormal return.

b. Pengaruh Reputasi Auditor terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel reputasi auditor

tidak memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa reputasi

auditor tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel reputasi

auditor tidak berpengaruh signifikan terhadap underperformance.

Hal ini dapat terjadi karena adanya beberapa kasus yang

menimpa beberapa KAP pada rentang waktu 2018-2021 yang

menyebabkan ketidakpastian dan manipulasi laporan keuangan. Hal

ini bisa saja membuat pergerakan kinerja saham menjadi tidak valid.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rodoni, dkk

(2018) yang menemukan bahwa variabel reputasi auditor

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

underperformance.

c. Pengaruh Umur Perusahaan terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel umur perusahaan

tidak memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa umur

perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

121
underperformance. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel umur

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

underperformance.

Hal ini dapat terjadi karena umur perusahaan tidak cukup untuk

mengidentifikasi kinerja operasional perusahaan. Sehingga investor

jangka panjang tidak memperhatikan umur perusahaan pada saat

mengambil keputusan berinvestasi jangka panjang.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Rodoni, dkk

(2018) dan Syukur, dkk (2018) yang menemukan hasil variabel umur

perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance.

d. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan

tidak memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa ukuran

perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel ukuran

perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap

underperformance.

Hal ini dapat terjadi karena besarnya ukuran perusahaan pada saat

IPO tidak cukup untuk dijadikan tolak ukur untuk berinvestasi

jangka panjang.

122
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Syukur, dkk (2018)

yang menemukan hasil bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap underperformance.

Sementara itu, penelitian ini bertentangan dengan penelitian

Rodoni, dkk (2018) yang menemukan bahwa variabel ukuran

perusahaan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap

abnormal return.

e. Pengaruh Hot/Cold Market terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel hot/cold market

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (Ha) yang menyatakan bahwa hot/cold

market berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel hot/cold market berpengaruh

secara positif signifikan terhadap underperformance.

Hal ini berarti terdapat pengaruh kondisi pasar saat hot atau cold

terhadap tingkat underperformance. Hal ini berkaitan dengan pasar

hot/cold berpengaruh terhadap tingkat underpricing. Di mana

tingkat underpricing yang tinggi biasanya diikuti dengan kinerja

saham yang buruk (underperformance) di periode selanjutnya.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Rodoni, dkk (2018) serta

Jaskiewicz, dkk (2005) di mana kondisi pasar hot menghasilkan

koefisien korelasi positif terhadap underperformance. Sedangkan

tidak sesuai dengan penelitian Sahoo dan Rajib (2010) melakukan

123
penelitian hot maket menghasilkan koefisien korelasi negatif

terhadap underperformance. Coakley, dkk (2005) melakukan

penelitian kondisi pasar (hot market) menghasilkan bahwa

perusahaan-perusahaan yang melakukan IPO pada kondisi hot

market memiliki kecenderungan untuk lebih underperformance

dibandingkan pada cold market

f. Pengaruh ROA terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA tidak

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa ROA tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel ROA tidak berpengaruh

signifikan terhadap underperformance.

Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan teori semakin tinggi

ROA maka akan semakin menarik kepercayaan investor dalam

menanamkan sahamnya, sehingga akan meningkatkan harga saham,

harga saham yang baik akan membuat kenerja saham menjadi baik.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor lain seperti kondisi

pasar actual, penjualan, ataupun trend, etc.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Rodoni,

dkk (2018) yang menemukan bahwa variabel ROA berpengaruh

secara positif dan signifikan terhadap underperformance.

124
g. Pengaruh ROE terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROE tidak

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa ROE tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel ROE tidak berpengaruh

signifikan terhadap underperformance.

Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan teori semakin tinggi

ROE maka akan semakin menarik kepercayaan investor dalam

menanamkan sahamnya, sehingga akan meningkatkan harga saham,

harga saham yang baik akan membuat kenerja saham menjadi baik.

Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor lain seperti kondisi

pasar actual, penjualan, ataupun trend, etc.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Rodoni,

dkk (2018) yang menemukan bahwa variabel ROE berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap underperformance.

h. Pengaruh DER terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel DER tidak

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa DER tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel DER tidak berpengaruh

signifikan terhadap underperformance.

125
Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan teori semakin tinggi

DER maka semakin tinggi tingkat risiko ketidakpastian di masa

depan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi tingkat return yang

didapat oleh investor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa

faktor lain seperti kondisi pasar actual, penjualan, ataupun trend, etc.

Hasil penelitian ini bertentangan dengan hasil penelitian Rodoni,

dkk (2018) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap underperformance.

i. Pengaruh EPS terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel EPS tidak

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa EPS tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel EPS tidak berpengaruh

signifikan terhadap underperformance.

Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan teori semakin tinggi

EPS maka semakin tinggi tingkat risiko ketidakpastian di masa

depan. Hal ini tentu saja akan mempengaruhi tingkat return yang

didapat oleh investor. Hal ini dapat terjadi dikarenakan beberapa

faktor lain seperti kondisi pasar actual, penjualan, ataupun trend, etc.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Rodoni, dkk

2018) yang menemukan bahwa variabel EPS tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap underperformance.

126
j. Pengaruh Jenis Industri terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel jenis industri tidak

memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena itu,

penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa jenis industri

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap underperformance.

Diketahui dari hasil uji parsial, variabel jenis industri tidak

berpengaruh signifikan terhadap underperformance.

Hal ini terjadi karena ketika ingin berinvestasi jangka panjang,

investor cenderung tidak memperhatikan jenis industri.

k. Pengaruh Tingkat inflasi terhadap Underperformance

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi

tidak memiliki pengaruh terhadap underperformance. Oleh karena

itu, penelitian ini menerima (H0) yang menyatakan bahwa tingkat

inflasi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap

underperformance. Diketahui dari hasil uji parsial, variabel tinfkat

inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap underperformance.

Hal ini terjadi karena tingkat inflasi bersifat fluktuatif, sehingga

tidak bisa dijadikan acuan untuk melihat kinerja saham jangka

panjang.

127
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil One sample t-test menunjukan hasil bahwa terjadi

fenomena underpricing pada saat hari pertama IPO dan 6 bulan setelah

IPO pada perusahaan yang melakukan IPO di Bursa Efek periode 2018-

2021.

2. Berdasarkan hasil uji regresi OLS (Ordinary Least Square), penelitian

ini menunjukkan bahwa variabel Reputasi Underwriter berpengaruh

secara negative dan signifikan terhadap Underpricing. Variabel Ukuran

Perusahaan dan Tingkat inflasi berpengaruh secara positif terhadap

Underpricing. Sementara variabel Reputasi Auditor, Umur Perusahaan,

Hot/Cold Market, ROA, ROE, DER, EPS, dan Jenis Industri tidak

berpengaruh terhadap tingkat Underpricing pada perusahaan yang IPO

di Bursa Efek Indonesia periode 2018-2021.

3. Berdasarkan hasil One sample t-test menunjukan hasil bahwa terjadi

fenomena flipping activity pada perusahaan yang melakukan IPO di

Bursa Efek periode 2018-2021. Berdasarkan hasil uji regresi OLS

(Ordinary Least Square), penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

Reputasi Auditor dan Tingkat Inflasi berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap flipping activity, Hot/Cold Market dan ROA

berpengaruh secara negative dan signifikan terhadap Flipping Activity.

Sementara variabel Reputasi Underwriter, Umur Perusahaan, Ukuran

128
Perusahaan, ROE, DER, EPS, dan Jenis Industri tidak berpengaruh

terhadap tingkat Underpricing pada perusahaan yang IPO di Bursa Efek

Indonesia periode 2018-2021.

4. Berdasarkan hasil One sample t-test menunjukan hasil bahwa tidak

terjadi fenomena Underperformance pada perusahaan yang melakukan

IPO di Bursa Efek periode 2018-2021. Berdasarkan hasil uji regresi GLS

(Generalized Least Square), penelitian ini menunjukkan bahwa variabel

reputasi underwriter berpengaruh positif dan signifikan terhadap

underperformance, variabel hot/cold market berpengaruh secara positive

dan signifikan terhadap underperformance. Sementara variabel Reputasi

Auditor, Umur Perusahaan, Ukuran Perusahaan, ROA, ROE, DER, EPS,

Jenis Industri, dan Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap tingkat

Underperformance pada perusahaan yang IPO di Bursa Efek Indonesia

periode 2018-2021.

B. Saran

Adapun saran yang peneliti ajukan yaitu hendaknya penelitian selanjutnya

menggunakan data sampel yang lebih luas agar dapat merepresentasikan hasil

yang lebih baik dan melakukan analisis faktor yang terjadi sebelum dan

setelah Covid-19.

129
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. R., Agus Widodo Mardijuwono, & Habiburrochman Habiburrochman.


(2019). The Effect of Company Characteristics and Auditor Characteristics to
Audit Report Lag. Asian Journal of Accounting Research, 4(1), 129–144.
Aggarwal, R. (2003). Allocation of Initial Public Offerings and Flipping Activity.
Journal of Financial Economics.
Ansofino. (2016). Buku Ajar Ekonometrika. Deepublish.
Arfandi, & Salma. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Initial
Public Offering (IPO) Pada Perusahaan Non Keuangan di Bursa Efek Indonesia.
Jurnal WRA, 6(2).
Arifin, Z. (2010). POTRET IPO DI BURSA EFEK INDONESIA. Juenal Siasat
Bisnis, 14(1), 89–100.
Arifuddin, Kartini Hanafi, & Asri Usman. (2017). Company Size, Profitability, and
Auditor Opinion Influence to Audit Report Lag on Registered Manufacturing
Company in Indonesia Stock Exchange. International Journal of Applied
Business and Economic Research, 15(19), 353–367.
Artaningrum, R. G., I Ketut Budhiarta, & Made Gede Wirakusuma. (2017). Pengaruh
Profitabilitas, Solvabilitas, Likuiditas, Ukuran Perusahaan Dan Pergantian
Manajemen Pada Audit Report Lag Perusahaan Perbankan. E-Jurnal Ekonomi
Dan Bisnis Universitas Udayana, 6(3), 1079–1108.
Ayuningtyas, D. (2019). Gara-gara Lapkeu, Deretan KAP Ini Malah Kena Sanksi
OJK.
Bandi, W. W., & Trinugroho, I. (2020). The lead underwriter reputation and
underpricing: study of company’s IPO in Indonesia. In Int. J. Economic Policy
in Emerging Economies (Vol. 13, Issue 3).
Binekasri, R. (2022, June 29). Intip Lagi Kinerja IHSG Selama 2021, Bangkit dari
Pandemi. CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20220629145448-17-351432/intip-
lagi-kinerja-ihsg-selama-2021-bangkit-dari-
pandemi#:~:text=Hal%20ini%20terlihat%20pada%20akhir,pada%20masa%20
pandemi%20tahun%202020.

130
Coakley, J. , H. L., & Wood, A. (2005). UK IPO underpricing: Venture capitalists,
high-prestige underwriters and the bubble period.
D.Alviani, A. L. (2015). ANALYSIS OF FINANCIAL RATIOS ROA, ROE, PRICE
EARNINGS RATIO OF STOCK UNDERPRICING PRIME : Case Study: IPO
COMPANY DOING IN BEI PERIOD 2008-2011. JURNAL AKUNIDA, 1(1).
Dewi, A. N., & Asri, M. (2019). Flipping Activity And Underpricing Phenomenon In
Indonesia Stock Exchange. https://doi.org/10.22219/jrak.v9i2.51
Dewi, C. S., & Dewi, H. (2022). Analisa Penentu Flipping Activity pada Saham-
Saham IPO di Indonesia. Formosa Journal of Sustainable Research, 1(5), 681–
696. https://doi.org/10.55927/fjsr.v1i5.1566
Ellis, K., Michaely, R., & O’Hara, M. (2002). The Making of a Dealer Market: From
Entry to Equilibrium in the Trading of Nasdaq Stocks. The Journal of Finance.
Fadila, A., & Kery Utami. (2020). Ipo underpricing di bursa efek indonesia. INOVASI
Jurnal Ekonomi Keuangan Dan Manajemen, 16(2).
Fadly, S. R. (2021, March 31). Aktivitas Pasar Modal Indonesia Di Era Pandemi.
Kemenkeu.Go.Id. https://www.djkn.kemenkeu.go.id/kpknl-kupang/baca-
artikel/13817/Aktivitas-Pasar-Modal-Indonesia-Di-Era-Pandemi.html
Firdaus, H., & Vinola Herawati. (2020).
PENGARUHPROFITABILITAS,UMURPERUSAHAAN,FINANCIALLEVE
RAGE,DAN REPUTASI UNDERWRITER TERHADAPTINGKAT
UNDERPRICING DENGAN REPUTASI AUDITOR SEBAGAI VARIABEL
MODERASI. KOCENIN Serial Konferensi.
Firnanti, F., & Arwina Karmudiandri. (2020). Corporate Governance and Financial
Ratios Effect on Audit Report Lag. GATR Accounting and Finance Review, ,
5(1), 15–21.
Frimpong, F. A., Akwaa-Sekyi, E. K., & Saladrigues, R. (2022). Venture capital
healthcare investments and health care sector growth: A panel data analysis of
Europe. Borsa Istanbul Review, 22(2), 388–399.
https://doi.org/10.1016/j.bir.2021.06.008
Gujarati, D. (2009). Dasar-Dasar Ekonometrika (Kelima). Salemba Empat.
Hana Nazihah, A., Rosnidah, I., & Juwenah, J. (2020). The Influence of Auditor’s
Reputation and Underwriter’s Reputation to Underpricing Shares When Initial
Public Offering. www.idx.co.id
Hartanto, I. B., & Sri Isworo Ediningsih. (2004). Kinerja harga saham setelah
penawaran perdana (IPO) pada Bursa Efek Jakarta. Manajemen Dan Usahawan
Indonesia, 8, 36–43.

131
Hartono, J. (2009). Teori Portofolio dan Analisis Investasi (Keenam). BPFE.
Hery. (2017). Auditing dan Asuransi. Grasindo.
Irine, P. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAMPERDANA DI
BURSA EFEK INDONESIA. Equator Journal of Management and
Entrepreneurship, 51.
Jaskiewicz, P., González, V. M. , M. S. , & Schiereck, D. (2005). IPO Performance
of German and Spanish Family-Owned Companies 1990-2000. Family Business
Review, 18(3).
Kaliman, R., & Satriyo Wibowo. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, RIsiko
Bisnis, Growth, Profitabilitas, Likuiditas, Dan Sales Growth Terhadap Struktur
Modal Pada Sektor Farmasi Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Bisnis Dan
Akuntansi, 19(1), 185–190.
Kartika, G. A. sri, & I Made Pande Dwiana Putra. (2017). FAKTOR-FAKTOR
UNDERPRICING INITIAL PUBLIC OFFERING DI BURSA EFEK
INDONESIA. E-Jurnal Akuntansi, 19(3).
Kasmir. (2019). Analisis Laporan Keuangan (1st ed.).
Kooli, M., & Zhou, X. (2020). IPO flipping activity in China and its implications.
Pacific Basin Finance Journal, 61.
https://doi.org/10.1016/j.pacfin.2020.101345
Krigman, L., Shaw, W. H., & Womack, K. L. (2002). The Persistence of IPO
Mispricing and the Predictive Power of Flipping. The Journal of Finance, 54.
https://doi.org/https://doi.org/10.1111/0022-1082.00135
Kristian, M. (2018). PENGARUH INDEPENDENSI AUDITOR, UKURAN
KANTOR AKUNTAN PUBLIK, DAN PROFESSIONAL JUDGEMENT
AUDITOR TERHADAP KINERJA AUDITOR (Studi Pada Kantor Akuntan
Publik di Jakarta dan Tangerang). Jurnal STEI Ekonomi, 27(2), 208–227.
Kristiantari, I. D. A. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Underpricing Saham pada Penawaran Saham Perdana di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Udayana Denpasar.
Kuncoro, H. B., & Suryaputri, R. V. (2019). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN
UMUM PERDANA DI BEI PERIODE 2015-2017. Jurnal Akuntansi Trisakti,
6(2), 263–284. https://doi.org/10.25105/jat.v6i2.5573
Kurniawan, E., & Putri Novianti. (2022). REPUTASI UNDERWRITER,
PRESENTASE SAHAM YANG DI TAWARKAN DAN PROFITABILITAS

132
TERHADAP UNDERPRICINGPADA SAAT INITIAL PUBLIC OFFERING.
AKRUAL Jurnal Akuntansi Dan Keuangan, 4(1).
Laurentia, S. A. (2008). Jenis Industri, dan Basic Earning Power (BEP) Terhadap
Terjadinya Fenomena Underpricing Pada Bursa Efek Indonesia Periode.
Banking & Management Review.
Leow, H.-W., & Wee-Yeap Lau. (2020). The Interaction Effect of Heuristic
Representation on Initial Public Offering Anomaly: Evidence from Flipping
Activity. Australasian Accounting Bussiness And Finance Journal, 14(2).
Lestari, Y. S., & Adiati Trihastuti. (2020). ENGARUHUKURANPERUSAHAAN,
REPUTASIUNDERWRITER,RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON
EQUITY (ROE) DANFINANCIAL LEVERAGE
TERHADAPUNDERPRICING SAHAM INITIAL PUBLIC OFFERING
(IPO) PADA PASAR PERDANA DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE
2012-2016. JEA17 Jurnal Ekonomi Akuntansi, 5(1), 39–52.
Manurung, A., & G. Soepriyono. (2006). Hubungan Antara Imbal Hasil IPO dan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja IPO di BEJ. Usahawan, 14–26.
Mola, S. (2013). Framing the initiation of analyst coverage on IPOs. Journal of
Behavioral Finance, 14(1), 25–41.
https://doi.org/10.1080/15427560.2013.759578
Mulyani, R., Ekonomi, F., Islam, B., Malikussaleh, I., & Lhokseumawe, K. (2017).
THE EFFECT OF UNDERWRITER AND AUDITOR REPUTATION,
FINANCIAL LEVERAGE AND SIZE COMPANY TOWARDS
UNDERPRICING (Empiric Study at all IPO Company Listed in Indonesia
Stock Exchange. Jurnal Ekonomi Syariah, Akuntansi, Dan Perbankan.
Mulyono, A. T. (2017). Pengaruh Reputasi Auditor Terhadap Manajemen Laba
Dengan Corporate Governance Sebagai Variabel Pemoderasi (Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia). BALANCE Jurnal
Akuntansi Dan Bisnis, 2(2), 224.
Nasution, A. A., & Mutasowifin, A. (2021). Impact of Macroeconomic Factors on
Underpricing: Case of Indonesia Stock Exchange. InFestasi, 17(2).
Nuryasinta, A., & Haryanto, M. (2017a). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI INITIAL RETURNPADA PERUSAHAAN NON
KEUANGAN YANG MELAKUKANINITIAL PUBLIC OFFERING(IPO) DI
BEI PERIODE2010-2015. DIPONEGORO JOURNAL OFMANAGEMENT,
6(2), 1–11.
Nuryasinta, A., & Haryanto, M. (2017b). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHIINITIALRETURNPADA PERUSAHAAN NON

133
KEUANGAN YANGMELAKUKANINITIAL PUBLIC OFFERING(IPO) DI BEI
PERIODE2010-2015. DIPONEGORO JOURNAL OFMANAGEMENT, 6(2), 1–11.
Pahlevi, R. (2022, February 7). Selama 2021, Jumlah Investor Pasar Modal
Meningkat 93%. Katadata.Co.Id.
https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/07/selama-2021-jumlah-
investor-pasar-modal-meningkat-
93#:~:text=Pada%202017%2C%20jumlah%20investor%20pasar,88%20juta%
20meski%20ada%20pandemi.
Pahlevi, R. W. (2014). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
UNDERPRICING SAHAM PADA PENAWARAN SAHAM PERDANA DI
BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Siasat Bisnis, 18(2), 219–232.
Penilai Harga Efek Indonesia. (2021). Indonesia Bond Market Directory 2021.
PT Bursa Efek Indonesia. (n.d.). Panduan IPO (Go Public). Retrieved September 21,
2022, from
https://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/Information/ForCompany/Panduan-
Go-Public%20_Dec-2015.pdf
Putra, K. M. S. (2020). PENGARUH REPUTASI UNDERWRITER, REPUTASI
AUDITOR DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP UNDERPRICING
SAHAM. Jurnal Ilmu Dan Riset Manajemen.
Ratnasari, A., & Gunasti Hudiwinarsih. (2013). ANALISIS PENGARUH
INFORMASI KEUANGAN, NON KEUANGAN SERTA EKONOMI
MAKRO TERHADAP UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN KETIKA
IPO. Jurnal Buletin Studi Ekonomi, 18(2).
Raya, V. J., & Herry Laksito. (2020). Pengaruh Reputasi Auditor Dan Spesialisasi
Industri Auditor Terhadap Audit Report Lag (Studi Empiris Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Tahun 2016 Dan 2017). Diponegoro Journal
of Accounting, 9(3), 1–10.
Ritter, J. R. (1991). The Long‐Run Performance of initial Public Offerings. The
Journal of Finance, 46(1), 3–27. https://doi.org/10.1111/j.1540-
6261.1991.tb03743.x
Robinson, I. R. D. P. (2015). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI STOCK UNDERPERFORMANCE IPOPADA
PERUSAHAAN YANG LISTING DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN
1998-2012. In DIPONEGORO JOURNAL OF MANAGEMENT (Vol. 4, Issue
2). http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dbrISSN
Rodoni, A., Sofyan Mulazid, A., & Febriyanti, R. (2018). Phenomena and
determinants of underpricing, flipping activity and long term performance: an

134
empirical investigation of sharia IPO in Indonesia. In Int. J. Monetary
Economics and Finance (Vol. 11, Issue 4).
Rosadi, D. (2012). Analisis Ekonometrika dan Runtun Waktu Terapan dengan R.
Andi Offset .
Sahoo, S., & Rajib, P. (2010). After Market Pricing Performance of Initial Public
Offerings (IPOs): Indian IPO Market 2002-2006. Vikalpa, 35(4).
Saleh, T. (2018, December 12). Kinerja IHSG 2018, Terburuk dalam 3 Tahun. CNBC
Indonesia. https://www.cnbcindonesia.com/market/20181231120250-17-
48509/kinerja-ihsg-2018-terburuk-dalam-3-tahun
Salfida, R., Kencana Dewi, & Mukhtaruddin. (2014). THE INFLUENCE OF
UNDERWRITER REPUTATION, AUDITOR REPUTATION, COMPANY
SIZE AND COMPANY AGE ON UNDERPRICING IPO FOR COMPANIES
LISTED IN INDONESIA STOCK EXCHANGE PERIOD 2008-2013.
Akuntabilitas: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Akuntansi, 8(2).
Saputra, A. C., & I.G.N Suaryana. (2016). engaruh Umur Perusahaan,
Ukuran Perusahaan, Return on Assets dan Financial leverage pada
Underpricing Penawaran Umum Perdana. E-Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana, 15(2), 1201–1227.
Sri Andayani, N., Wiksuana, I., & Panji Sedana, I. (2017). KINERJA KEUANGAN
SEBELUM DAN SESUDAH IPO DAN PENGARUHNYA TERHADAP
NILAI PERUSAHAAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK. E-
Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 881–908.
Stella, C., Mustika, J., Ekonomi dan Bisnis IIB Darmajaya Jl Pagar Alam No, F. Z.,
& Ratu Bandar Lampung, L. (2018). Seminar Nasional Teknologi dan Bisnis
2018 IIB DARMAJAYA Bandar Lampung.
Sugiono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Kedua).
Alfabeta.
Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta.
Sugiyono. (2020). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D (Kedua).
Alfabeta.
Suherman, & Dharmawan Buchdadi, A. (2011). The Long-Run Performance of
Initial Public Offerings (IPOs): Comparison Between Shari’ah and Non
Shari’ah-Based Firms. International Research Journal of Finance and
Economics, 61, 74–84.

135
http://ssrn.com/abstract=1567344Electroniccopyavailableat:https://ssrn.com/a
bstract=1567344Electroniccopyavailableat:http://ssrn.com/abstract=1567344
Sulistiawati, E., Murtatik, S., Cahyani Pangestuti, D., & Korespondensi, P. (2021).
ANALISIS PROSPEKTUS INFORMASI DAN INFLASI TERHADAP
UNDERPRICING SAHAM DI BEI. KORELASI Konferensi Riset Nasional
Ekonomi, Manajemen, Dan Akuntansi, 2, 2021–1199.
Sulistyastuti. (2002). Saham dan Obligasi: Ringkasan Teori dan Soal Jawab. UAJY.
Sunariyah. (2011). Pengantar Pengetahuan Pasar Modal (4th ed.). Unit Penerbit dan
Percetakan AMP YKPN.
Susianto, S. N. (2017). Pengaruh Penerapan Wajib IFRS, Jenis Industri, Rugi, Anak
Perusahaan, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan, Opini Audit, Dan Ukuran
Komite Audit Terhadap Audit Report Lag (ARL) (Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI Periode Tahun 2009-2013). Jurnal
Akuntansi Bisnis, 15(1), 152–178.
Syofian, A., Sebrina, N., Fakultas, J. A., Universitas, E., & Padang, N. (2021).
Pengaruh Reputasi Underwriter, Reputasi Auditor, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Underpricing Perusahaan yang Melakukan Initial Public Offering
(IPO) di BEI. In JEA Jurnal Eksplorasi Akuntansi (Vol. 3, Issue 1). Online.
http://jea.ppj.unp.ac.id/index.php/jea
Syukur, M., Azis Fathoni, SE. , M., & Edward Gagah P. T., SE. , M. (2018). THE
INFLUENCE OF FINANCIAL AND NON FINANCIAL INFORMATION ON
RETURN INITIALS IN COMPANIES THAT CONDUCT IPO IN INDONESIA
STOCK EXCHANGE (Empirical Study on Companies Listing on the IDX.
Tandelilin, E. (2010). Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi (1st ed.). Kanisius.
Tomczyk, S. (1996). Auditor Reputation and Initial Public Offerings by Foreign
Companies.
Trisnaningsih, S. (2005). Analisis Faktor-faktor yang Memepengaruhi Tingkat
Underpricing Pada Perusahaan yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal
Akuntansi Dan Keuangan, 7.
Ustman. (2020). The Effect of Solvency, Firm Size, Age Companies on Audit Report
Lag in Indonesian Company. Research Journal of Finance and Accounting,
11(2), 17–22.
Wang, J., Liu, S., & Wu, C. (2003). Does Underwriter Reputation Affect the
Performance of IPO Issues? The Journal of Entrepreneurial Finance, 8(3), 17–
41. https://doi.org/10.57229/2373-1761.1217

136
Wareza, M. (2019, December 30). IHSG Menguat 1,7% di 2019, Dibanding Negara
Lain Bagaimana? CNBC Indonesia.
https://www.cnbcindonesia.com/market/20191230160245-17-126522/ihsg-
menguat-17-di-2019-dibanding-negara-lain-
bagaimana#:~:text=Jakarta%2C%20CNBC%20Indonesia%20%2D%20Indeks
%20Harga,minus%20hingga%202%2C54%25.
Widhiastina, P., & Prihatini, Ri. (2016). PENGARUH RETURN ON ASSET,
FINANCIAL LEVERAGE, DAN UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP
UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN YANG MELAKUKAN INITIAL
PUBLIC OFFERING (IPO) DI BURSA EFEK INDONESIA. Jurnal Ilmiah
Wahana Akuntansi, 11.
Widjaya, K., Dahlan, U. A., & Sulistiyani, T. (2017). ANALISIS FAKTOR-
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA
PERUSAHAAN GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) TAHUN 2012-2014. In JURNAL FOKUS (Vol. 7, Issue 2).
Widjaya, K., & Tina Sulitiyani. (2017). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI TINGKAT UNDERPRICING PADA PERUSAHAAN
GO PUBLIC YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
TAHUN 2012-2014. Researchgate. https://doi.org/10.12928/fokus.v7i2.1739
Wijaya, S. E., & Meiriska Febrianti. (2017). Pengaruh Size, Leverage, Profitability,
Inventory Intensity, Dan Corporate Governance Terhadap Manajemen Pajak.
Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, 19(4), 274–280.
Wijayanti, R. I. (2022, April 7). Lima Perbedaan Pasar Perdana dan Sekunder,
Investor Wajib Tahu. Idxchannel.Com. https://www.idxchannel.com/market-
news/lima-perbedaan-pasar-perdana-dan-sekunder-investor-wajib-tahu
Winarno, W. W. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. UPP
STIM YKPN.
Yendrawati, R., & araby Wahyu Mahendra. (2018). The Influence of Profitability,
Solvability, Liquidity, Company Size and Size of Public Accountant Firm on
Audit Report Lag. The International Journal of Social Sciences and Humanities
Invention, 5(12), 5170–5178.

137
LAMPIRAN

Lampiran 1: Data sampel perusahaan sebelum outlier

Underpricing
Kode Underpric Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan After 6
Perusahaan ing Activity Return
Month IPO

1 PEHA PT PHAPROS TBK 50% 0,000124 0,585977 71%


2 ZONE PT MEGA PERINTIS TBK 50% 5,58E-05 0,979866 105%
PT URBAN JAKARTA
3 URBN PROPERTINDO TBK 50% 0,000259 0,983333 25%
PT SATRIA MEGA
4 SOTS KENCANA TBK 70% 0,014312 0,818182 -16%
PT SENTRAL MITRA
5 LUCK INFORMATIKA TBK 50% 0,022876 2,842105 20%
PT DISTRIBUSI
VOUCHER NUSANTARA
6 DIVA TBK 11% 0,31749 -0,50339 14%
PT POOL ADVISTA
7 POLA FINANCE TBK 69% 0,000197 8,444444 482%
PT DEWATA
FREIGHTINTERNATIO
8 DEAL NAL TBK 69% 109,5827 5,833333 635%
PT SHIELD ON SERVICE
9 SOSS TBK 51% 0,000072 0,636364 -18%
PT KOTA SATU
10 SATU PROPERTI TBK 69% 6,8E-06 -0,05983 -54%
PT YELOOO INTEGRA
11 YELO DATANET TBK 49% 0,000235 -0,38667 -88%
PT SUPERKRANE
12 SKRN MITRA UTAMA TBK 50% 0,299092 -0,884 -56%
PT JAYA BERSAMA
13 DUCK INDO TBK 50% 0,099926 1,653465 122%
PT GARUDAFOOD
14 GOOD PUTRA PUTRI JAYA TBK 50% 0,006406 -0,72741 -23%
PT HK METALS UTAMA
15 HKMU TBK 50% 0,022891 0,513043 -10%
PT. MAHA PROPERTI
16 MPRO INDONESIA TBK 70% 0,211256 6,272727 348%
PT COTTONINDO
17 KPAS ARIESTA TBK 69% 3,88E-05 0,029762 -71%
18 SURE PT SUPER ENERGY TBK 69% 4,71E-05 15,19355 1063%

138
Underpricing
Kode Underpric Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan After 6
Perusahaan ing Activity Return
Month IPO
PT SATRIA ANTARAN
19 SAPX PRIMA TBK 50% 4,94E-05 1,48 162%
PT NATURA CITY
20 CITY DEVELOPMENTS TBK 70% 1,83E-05 1,983333 -15%
PT PRATAMA ABADI
21 PANI NUSA INDUSTRI TBK 69% 0,007464 0,175926 -41%
PT ARKADIA DIGITAL
22 DIGI MEDIA TBK 70% 0,000034 0,72 477%
PT MADUSARI MURNI
23 MOLI INDAH TBK 50% 0,002619 0,684724 -12%
PT TRIMITRA
24 LAND PROPERTINDO TBK 50% 0,000268 2,179487 191%
25 FILM PT MD PICTURES TBK 50% 9,96E-05 2,761905 201%
PT NFC INDONESIA
26 NFCX TBK 50% 0,044396 0,189189 -21%
PT MAHKOTA GROUP
27 MGRO TBK 50% 7,93E-05 2,444444 136%
PT SINERGI MEGAH
28 NUSA INTERNUSA TBK 69% 0,021571 -0,30667 -87%
PT POLLUX PROPERTI
29 POLL INDONESIA 50% 0,000262 1,723577 11%
PT INDONESIA
KENDARAAN
30 IPCC TERMINAL TBK 5% 0,074749 -0,06707 -37%
PT JAYA SUKSES
31 RISE MAKMUR SENTOSA TBK 69% 0,000536 2,055215 124%
PT BATAVIA
PROSPERINDO TRANS
32 BPTR TBK 70% 0,000594 -0,22 -50%
PT TRANSCOAL
33 TCPI PACIFIC TBK 70% 1,93E-05 63,67391 2634%
PT MAP AKTIF
34 MAPA ADIPERKASA TBK 50% 0,003333 0,904762 71%
PT TRIMUDA NUANSA
35 TNCA CITRA TBK 69% 0,000058 0,333333 18%
PT MNC STUDIOS
36 MSIN INTERNATIONAL TBK 5% 0,035694 -0,654 -33%
PT STEADFAST MARINE
37 KPAL TBK 70% 0,000633 1,93913 -3%
PT GUNA TIMUR RAYA
38 TRUK TBK 50% 0,001069 -0,37391 -73%
PT SURYA PERTIWI
39 SPTO TBK 3% 0,078151 -0,2069 -22%

139
Underpricing
Kode Underpric Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan After 6
Perusahaan ing Activity Return
Month IPO
PT BANK TABUNGAN
PENSIUNAN NASIONAL
40 BTPS SYARIAH TBK 50% 0,096682 0,733333 74%
PT CHARNIC CAPITAL
41 NICK TBK 70% 0,006396 -0,34 -14%
PT GIHON
TELEKOMUNIKASI
42 GHON INDONESIA TBK 50% 0,000634 -0,01709 -25%
PT INDAH PRAKASA
43 INPS SENTOSA TBK 50% 1,33E-05 6,282609 669%
PT SKY ENERGY
44 JSKY INDONESIA TBK 50% 0,000444 0,25 25%
PT JAYA TRISHINDO
45 HELI TBK 70% 1,2E-06 -0,1 -32%
PT BORNEO OLAH
46 BOSS SARANA SUKSES TBK 50% 9,33E-05 4,65 243%
PT LCK GLOBAL
47 LCKM KEDATON TBK 50% 0,004854 0,721154 -9%
BANK BRISYARIAH
48 BRIS TBK 12% 0,104899 0,072706 -8%
TRIDOMAIN
PERFORMANCE
49 TDPM MATERIALS TBK 50% 0,035142 0,508772 -17%
PT Galva Technologies
50 GLVA Tbk 50% 0,03358 0,460177 10%
PT Uni-Charm Indonesia
51 UCID Tbk. 18% 0,108196 -0,03667 -13%
PT Putra Mandiri Jembar
52 PMJS Tbk 60% 0,739265 -0,016 -45%
PT Indonesia Fibreboard
53 IFII Industry Tbk 70% 7,65E-06 0,561905 -9%
54 IFSH PT Ifishdeco Tbk. 50% 0,02827 -0,32273 -43%
55 AGAR PT Asia Sejahtera Mina Tbk 70% 9,16E-05 3,363636 143%
56 KEJU PT Mulia Boga Raya Tbk 50% 0,002458 0,013333 20%
57 PSGO PT Palma Serasih Tbk. 70% 2,04E-05 0,038095 -36%
58 TEBE PT Dana Brata Luhur Tbk. 50% 0,000383 0,474886 -45%
PT Sinergi Inti Plastindo
59 ESIP Tbk. 69% 2,79E-05 -0,07975 -60%
60 SINI PT Singaraja Putra Tbk. 69% 0,000629 10,89815 130%
PT Ginting Jaya Energi
61 WOWS Tbk 2% 0,128098 -0,88889 -73%
PT Digital Mediatama
62 DMMX Maxima Tbk 17% 0,09871 -0,57391 -10%

140
Underpricing
Kode Underpric Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan After 6
Perusahaan ing Activity Return
Month IPO
63 IRRA PT Itama Ranoraya Tbk. 50% 0,030814 0,457219 74%
PT Trinitan Metals and
64 PURE Minerals Tbk 50% 0,007613 -0,64 -13%
PT Gaya Abadi Sempurna
65 SLIS Tbk 70% 0,000066 39,69565 2450%
66 NZIA PT Nusantara Almazia, Tbk. 50% 6,63E-05 0,581818 -41%
PT Optima Prima Metal
67 OPMS Sinergi Tbk. 69% 5,85E-05 -0,40741 -13%
68 GGRP PT Gunung Raja Paksi Tbk. 13% 0,018485 -0,5881 -48%
69 TFAS PT Telefast Indonesia Tbk. 54% 0,44056 -0,22222 -27%
PT Kencana Energi
70 KEEN Lestari Tbk. 49% 0,101304 -0,01515 -32%
PT Hensel Davest Indonesia
71 HDIT Tbk 50% 3,07E-05 0,190476 -24%
PT Satyamitra Kemas
72 SMKL Lestari Tbk 34% 0,079789 0,202073 -11%
PT Inocycle Technology
73 INOV Group Tbk. 50% 3,45E-05 0,28 -12%
PT Arkha Jayanti Persada
74 ARKA Tbk. 50% 2,64E-05 7,983051 15%
75 EAST PT Eastparc Hotel Tbk 1% 0,403238 -0,27068 -35%
PT Fuji Finance Indonesia
76 FUJI Tbk. 64% 0,003752 0,018182 -22%
77 KOTA PT DMS Propertindo Tbk. 70% 0,000116 2,7 109%
PT Berkah Prima Perkasa
78 BLUE Tbk 69% 1,19E-05 3 146%
PT Envy Technologies
79 ENVY Indonesia Tbk 50% 0,006958 1,162162 -60%
80 PAMG PT Bima Sakti Pertiwi Tbk 70% 0,00026 -0,32 -29%
81 KAYU PT Darmi Bersaudara Tbk. 69% 0,000004 -0,54667 -59%
PT Indonesian Tobacco
82 ITIC Tbk. 51% 1,79E-05 10,6895 310%
PT Krida Jaringan
83 KJEN Nusantara Tbk. 50% 0,000074 8,851485 287%
84 POLU PT Golden Flower Tbk. 50% 1,93E-05 7,333333 131%
85 SFAN PT Surya Fajar Capital Tbk 69% 1,51E-05 4,18617 198%
PT Bali Bintang Sejahtera
86 BOLA Tbk. 69% 0,000179 0,771429 -20%
PT Hotel Fitra International
87 FITT Tbk 70% 0,000133 -0,5098 -46%

141
Underpricing
Kode Underpric Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan After 6
Perusahaan ing Activity Return
Month IPO
88 JAST PT Jasnita Telekomindo 50% 6,74E-05 8,105691 -35%
Tbk.
89 POSA PT Bliss Properti Indonesia 69% 0,000448 -0,66 -55%
Tbk.
90 HRME PT Menteng Heritage Realty 70% 4,65E-05 9,47619 123%
Tbk.
91 CPRI PT Capri Nusa Satu 55% 0,916456 -0,56 -47%
Properti Tbk.
92 MTPS PT Meta Epsi Tbk. 50% 0,000654 3,15625 5%
93 COCO PT Wahana Interfood 70% 1,49E-05 3,671717 188%
Nusantara Tbk.
94 JAYA PT Armada Berjaya Trans 50% 0,001219 -0,64583 -72%
Tbk.
95 CLAY PT Citra Putra Realty Tbk 70% 0,000025 19 880%
96 NATO PT Surya Permata 70% 0,000373 6,378641 543%
Andalan Tbk
97 BEEF PT Estika Tata Tiara Tbk. 14% 0,634831 -0,18235 1%
98 POLI PT Pollux Hotels Group Tbk 50% 0,005007 -0,3578 -42%
99 FOOD PT Sentra Food Indonesia 69% 2,13E-05 0,125926 -51%
Tbk.
100 WIFI PT Solusi Sinergi Digital 25% 0,008949 0,981132 -27%
Tbk
101 PMMP PT Panca Mitra 15% 0,175944 0,14881 20%
Multiperdana Tbk.
102 VICI PT Victoria Care 35% 9,62E-06 2,76 277%
Indonesia Tbk
103 ATAP PT Trimitra Prawara 35% 1,2E-06 0,1 -3%
Goldland Tbk
104 PTDU PT Djasa Ubersakti Tbk 35% 4,77E-05 28 14%
105 PLAN PT Planet Properindo Jaya 54% 8,96E-06 -0,45 -96%
Tbk
106 ENZO PT Morenzo Abadi Perkasa 34% 0,001762 -0,52381 -83%
Tbk
107 HOMI PT Grand House Mulia 25% 0,000201 3,184211 283%
Tbk
108 ROCK PT Rockfields Properti 25% 0,000149 -0,45149 -85%
Indonesia Tbk.

142
No Kode Nama Perusahaan Underpric Flipping Underpricing Abnormal
Perusahaan ing Activity After 6 Return
Month IPO
109 PURI PT Puri Global Sukses Tbk 34% 0,000095 1,329412 55%
110 SOHO PT Soho Global Health Tbk 25% 4,28E-05 1,60989 112%
111 SCNP PT Selaras Citra Nusantara 35% 2E-07 1,272727 82%
Perkasa Tbk
112 BBSI PT Bank Bisnis 25% 0,068519 5,041667 785%
Internasional Tbk.
113 KMDS PT Kurniamitra Duta 25% 6,88E-05 0,7 3%
Sentosa Tbk.
114 PNGO PT Pinago Utama Tbk 25% 0,000129 3,4 341%
115 TRJA PT Transkon Jaya Tbk. 25% 0,025051 -0,344 -48%
116 SGER PT Sumber Global Energy 34% 2,8E-06 4,185185 174%
Tbk.
117 TOYS PT Sunindo Adipersada Tbk. 25% 1,13E-05 0,32 -104%
118 PPGL PT Prima Globalindo 10% 0,000584 0,281818 -57%
Logistik Tbk.
119 PGUN PT Pradiksi Gunatama Tbk 35% 0,000007 1,173913 44%
120 SOFA PT Boston Furniture 10% 1,58E-05 0,02 -19%
Industries Tbk..
121 UANG PT Pakuan Tbk 34% 5,53E-05 0,592 182%
122 EPAC PT Megalestari Epack 35% 2,52E-05 0,263636 -88%
Sentosaraya Tbk.
123 TECH PT Indosterling 35% 0,121421 0,175 460%
Technomedia Tbk
124 CASH PT Cashlez Worldwide 10% 0,0003 0,6 -48%
Indonesia Tbk.
125 BBSS PT Bumi Benowo Sukses 35% 0,013018 0,025 -94%
Sejahtera Tbk
126 BHAT PT Bhakti Multi Artha 35% 0,000251 3,757282 311%
Tbk.
127 CBMF PT Cahaya Bintang Medan 35% 0,000215 1,45 -44%
Tbk
128 RONY PT Aesler Grup 35% 0,00004 2,28 -18%
Internasional Tbk
129 CSMI PT Cipta Selera Murni 1% 0,12585 0,836735 783%
Tbk.
130 SBAT PT Sejahtera Bintang Abadi 34% 0,00706 0,371429 -92%
Textile Tbk.

143
No Kode Nama Perusahaan Underpric Flipping Underpricing Abnormal
Perusahaan ing Activity After 6 Return
Month IPO
131 KBAG PT Karya Bersama 35% 0,000417 -0,37 -94%
Anugerah Tbk
132 SAMF PT Saraswanti Anugerah 35% 5,81E-05 2,2 114%
Makmur Tbk.
133 AMAN PT Makmur Berkah 35% 0,000254 1,363636 68%
Amanda Tbk.
134 CARE PT Metro Healthcare 35% 0,011565 2,320388 127%
Indonesia Tbk
135 ESTA PT Esta Multi Usaha Tbk. 70% 0,007315 -0,15833 -70%
136 BESS PT Batulicin Nusantara 70% 0,000452 1,438095 12%
Maritim Tbk.
137 ASPI PT Andalan Sakti Primaindo 70% 2,24E-05 0,47619 -70%
Tbk.
138 DADA PT Diamond Citra 70% 0,022396 -0,2451 -78%
Propertindo Tbk.
139 IKAN PT Era Mandiri Cemerlang 70% 0,013899 3,666667 -71%
Tbk
140 AYLS PT Agro Yasa Lestari Tbk 70% 4,45E-05 -0,5 -77%
141 TAMA PT Lancartama Sejati Tbk. 69% 0,000053 -0,01714 -75%
142 PTPW PT Pratama Widya Tbk. 50% 0,011644 1,523077 32%
143 PURA PT Putra Rajawali 70% 0,062777 0,219048 -31%
Kencana Tbk.
144 DMND PT Diamond Food Indonesia 50% 0,036606 0,04918 -34%
Tbk.
145 TRIN PT Perintis Triniti 70% 0,057041 0,34 -40%
Properti Tbk
146 INDO PT Royalindo Investa 70% 0,000109 0,072727 -33%
Wijaya Tbk
147 AMAR PT Bank Amar Indonesia 69% 0,005471 1,241379 -6%
Tbk.
148 CSRA PT Cisadane Sawit Raya 70% 0,001309 0,84 79%
Tbk.
149 BSML PT Bintang Samudera 34% 0,770767 7,034188 168%
Mandiri Lines Tbk
150 NASI PT Wahana Inti Makmur 34% 0,527257 1,116129 -57%
Tbk
151 IPPE PT Indo Pureco Pratama 35% 0,116417 2 20%
Tbk
152 CMRY PT Cisarua Mountain 11% 0,112826 0,279221 30%
Dairy Tbk

144
No Kode Nama Perusahaan Underpric Flipping Underpricing Abnormal
Perusahaan ing Activity After 6 Return
Month IPO
153 WGSH PT Wira Global Solusi Tbk 10% 0,682292 0,471429 -9%
154 DEPO PT Caturkarda Depo 24% 0,273248 0,024896 -26%
Bangunan Tbk
155 BINO PT Perma Plasindo Tbk 21% 1,923719 -0,03623 -26%
156 BOBA PT Formosa Ingredient 25% 0,464373 -0,29643 -53%
Factory Tbk
157 KUAS PT Ace Oldfields Tbk 34% 0,195946 -0,62051 -80%
158 IDEA PT Idea Indonesia 10% 0,067088 -0,49286 -79%
Akademi Tbk
159 RSGK PT Kedoya Adyaraya Tbk 25% 0,014723 -0,18605 -60%
160 RUNS PT Global Sukses Solusi 9% 0,024797 -0,41339 -57%
Tbk
161 SBMA PT Surya Biru Murni 34% 0,068674 0,955556 -30%
Acetylene Tbk
162 CMNT PT Cemindo Gemilang 25% 0,048987 0,544118 6%
Tbk
163 MCOL PT Prima Andalan 10% 0,185673 1,577465 338%
Mandiri Tbk
164 OILS PT Indo Oil Perkasa Tbk 24% 1,169543 -0,12593 -53%
165 GPSO PT Geoprima Solusi Tbk 34% 0,008978 -0,44444 -67%
166 HAIS PT Hasnur Internasional 25% 0,023837 -0,23333 -53%
Shipping Tbk
167 BUKA PT Bukalapak.com Tbk 25% 0,020343 -0,53882 -85%
168 UVCR PT Trimegah Karya Pratama 10% 0,013503 1,96 21%
Tbk.
169 NICL PT PAM Mineral Tbk 35% 0,000118 -0,3 -46%
170 BMHS PT Bundamedik Tbk 25% 0,00278 1,294118 29%
171 IPAC PT Era Graharealty Tbk 10% 3,68E-06 -0,05 -29%
172 MASB PT Bank Multiarta Sentosa 25% 0,007618 0,056548 -32%
Tbk
173 ARCI PT Archi Indonesia Tbk 1% 0,100402 -0,27333 -72%
174 TRUE PT Triniti Dinamik Tbk 35% 4,29E-06 0,24 -65%
175 LABA PT Ladangbaja Murni Tbk 34% 0,005266 -0,088 -16%
176 MGLV PT Panca Anugrah Wisesa 10% 4,75E-05 0,762963 -1%
Tbk
177 HOPE PT Harapan Duta Pertiwi 35% 0,000104 -0,20339 20%
Tbk.
178 LUCY PT Lima Dua Lima Tiga 10% 0,319169 -0,48 -20%
Tbk

145
No Kode Nama Perusahaan Underpric Flipping Underpricing Abnormal
Perusahaan ing Activity After 6 Return
Month IPO
179 NPGF PT Nusa Palapa Gemilang 35% 4,63E-06 0 -33%
Tbk
180 TAPG PT Triputra Agro Persada 35% 4,64E-05 2,625 131%
Tbk.
181 FIMP PT Fimperkasa Utama 10% 0,368463 -0,608 -81%
Tbk
182 LFLO PT Imago Mulia Persada 10% 9,97E-05 -0,22 -24%
Tbk
183 ZYRX PT Zyrexindo Mandiri 25% 0,004791 1,08 76%
Buana Tbk
184 SNLK PT Sunter Lakeside Hotel 35% 0,00047 5,333333 136%
Tbk.
185 BEBS PT Berkah Beton Sadaya 35% 1,35E-05 11,55 3127%
Tbk
186 UNIQ PT Ulima Nitra Tbk 35% 0,835379 -0,25424 -58%
187 EDGE PT Indointernet Tbk. 20% 3,22E-05 2,586441 143%
188 WMUU PT Widodo Makmur 34% 0,522521 -0,10556 -55%
Unggas Tbk
189 UFOE PT Damai Sejahtera Abadi 35% 1,09E-05 11,27723 867%
Tbk
190 BANK PT Bank Aladin Syariah 35% 1,52E-05 32,30097 1580%
Tbk
191 DGNS PT Diagnos Laboratorium 35% 1,16E-05 4,75 174%
Utama Tbk
192 FAPA PT FAP Agri Tbk 25% 0,00612 0,521739 29%
*Huruf tebal: Data Outlier
Lampiran 2: Data sampel perusahaan sesudah outlier

Underpricing
Kode Nama Flipping Abnormal
No Underpricing After 6
Perusahaan Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT PHAPROS
1 PEHA TBK 50% 0,00012388 59% 71%

PT MEGA
2 ZONE PERINTIS TBK 50% 5,58376E-05 98% 105%
PT URBAN
JAKARTA
PROPERTINDO
3 URBN TBK 50% 0,000259167 98% 25%

146
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO

PT SATRIA MEGA
4 SOTS KENCANA TBK 70% 0,01431175 82% -16%
PT SHIELD ON
5 SOSS SERVICE TBK 51% 0,000072 64% -18%
PT KOTA SATU
6 SATU PROPERTI TBK 69% 0,0000068 -6% -54%
PT YELOOO
INTEGRA
7 YELO DATANET TBK 49% 0,000234615 -39% -88%
PT GARUDAFOOD
PUTRA PUTRI
8 GOOD JAYA TBK 50% 0,006405714 -73% -23%
PT HK METALS
9 HKMU UTAMA TBK 50% 0,022890755 51% -10%
PT COTTONINDO
10 KPAS ARIESTA TBK 69% 3,8806E-05 3% -71%
PT SATRIA
ANTARAN PRIMA
11 SAPX TBK 50% 4,93846E-05 148% 162%
PT NATURA CITY
DEVELOPMENTS
12 CITY TBK 70% 1,82692E-05 198% -15%
PT PRATAMA
ABADI NUSA
13 PANI INDUSTRI TBK 69% 0,007464 18% -41%
PT MADUSARI
MURNI INDAH
14 MOLI TBK 50% 0,002618803 68% -12%
PT MAHKOTA
15 MGRO GROUP TBK 50% 7,92965E-05 244% 136%
PT SINERGI
MEGAH
16 NUSA INTERNUSA TBK 69% 0,021570833 -31% -87%
PT POLLUX
PROPERTI
17 POLL INDONESIA 50% 0,000261736 172% 11%
PT JAYA SUKSES
MAKMUR
18 RISE SENTOSA TBK 69% 0,000536467 206% 124%

147
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT BATAVIA
PROSPERINDO
19 BPTR TRANS TBK 70% 0,00059375 -22% -50%
PT MAP AKTIF
20 MAPA ADIPERKASA TBK 50% 0,003332866 90% 71%
PT STEADFAST
21 KPAL MARINE TBK 70% 0,000633423 194% -3%
PT GUNA TIMUR
22 TRUK RAYA TBK 50% 0,001069333 -37% -73%
PT CHARNIC
23 NICK CAPITAL TBK 70% 0,006396 -34% -14%
PT GIHON
TELEKOMUNIKASI
24 GHON INDONESIA TBK 50% 0,000633822 -2% -25%
PT SKY ENERGY
25 JSKY INDONESIA TBK 50% 0,000444267 25% 25%
PT JAYA
26 HELI TRISHINDO TBK 70% 0,0000012 -10% -32%
PT LCK GLOBAL
27 LCKM KEDATON TBK 50% 0,0048535 72% -9%
PT Indonesia
Fibreboard Industry
28 IFII Tbk 70% 7,64873E-06 56% -9%
PT Asia Sejahtera
29 AGAR Mina Tbk 70% 0,0000916 336% 143%
PT Mulia Boga Raya
30 KEJU Tbk 50% 0,002458 1% 20%
PT Palma Serasih
31 PSGO Tbk. 70% 2,03509E-05 4% -36%
PT Dana Brata Luhur
32 TEBE Tbk. 50% 0,000382857 47% -45%
PT Sinergi Inti
33 ESIP Plastindo Tbk. 69% 2,78947E-05 -8% -60%
PT Singaraja Putra
34 SINI Tbk. 69% 0,000629143 1090% 130%
PT Trinitan Metals
35 PURE and Minerals Tbk 50% 0,007613396 -64% -13%
PT Nusantara
36 NZIA Almazia, Tbk. 50% 6,63001E-05 58% -41%

148
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT Optima Prima
37 OPMS Metal Sinergi Tbk. 69% 0,0000585 -41% -13%
PT Gunung Raja
38 GGRP Paksi Tbk. 13% 0,018484854 -59% -48%
PT Hensel Davest
39 HDIT Indonesia Tbk 50% 3,0695E-05 19% -24%
PT Inocycle
Technology Group
40 INOV Tbk. 50% 3,45395E-05 28% -12%
PT Arkha Jayanti
41 ARKA Persada Tbk. 50% 0,0000264 798% 15%
PT Fuji Finance
42 FUJI Indonesia Tbk. 64% 0,003751667 2% -22%
PT DMS Propertindo
43 KOTA Tbk. 70% 0,000115648 270% 109%
PT Berkah Prima
44 BLUE Perkasa Tbk 69% 1,19048E-05 300% 146%
PT Envy
Technologies
45 ENVY Indonesia Tbk 50% 0,006958 116% -60%
PT Darmi Bersaudara
46 KAYU Tbk. 69% 0,000004 -55% -59%
PT Golden Flower
47 POLU Tbk. 50% 1,93333E-05 733% 131%
PT Surya Fajar
48 SFAN Capital Tbk 69% 1,50588E-05 419% 198%
PT Bali Bintang
49 BOLA Sejahtera Tbk. 69% 0,00017945 77% -20%
PT Hotel Fitra
50 FITT International Tbk 70% 0,000132727 -51% -46%
PT Jasnita
51 JAST Telekomindo Tbk. 50% 6,73527E-05 811% -35%
PT Bliss Properti
52 POSA Indonesia Tbk. 69% 0,000448353 -66% -55%

PT Menteng Heritage
53 HRME Realty Tbk. 70% 4,64863E-05 948% 123%
54 MTPS PT Meta Epsi Tbk. 50% 0,0006536 316% 5%

149
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO

PT Wahana Interfood
55 COCO Nusantara Tbk. 70% 1,4881E-05 367% 188%
PT Armada Berjaya
56 JAYA Trans Tbk. 50% 0,001218667 -65% -72%
PT Pollux Hotels
57 POLI Group Tbk 50% 0,005006649 -36% -42%
PT Sentra Food
58 FOOD Indonesia Tbk. 69% 2,13333E-05 13% -51%
PT Solusi Sinergi
59 WIFI Digital Tbk 25% 0,008949388 98% -27%

PT Trimitra Prawara
60 ATAP Goldland Tbk 35% 0,0000012 10% -3%
PT Djasa Ubersakti
61 PTDU Tbk 35% 4,76667E-05 2800% 14%

PT Planet Properindo
62 PLAN Jaya Tbk 54% 8,96001E-06 -45% -96%
PT Morenzo Abadi
63 ENZO Perkasa Tbk 34% 0,00176199 -52% -83%
PT Rockfields
Properti Indonesia
64 ROCK Tbk. 25% 0,000149458 -45% -85%
PT Puri Global
65 PURI Sukses Tbk 34% 0,000095 133% 55%
PT Soho Global
66 SOHO Health Tbk 25% 4,28394E-05 161% 112%
PT Selaras Citra
Nusantara Perkasa
67 SCNP Tbk 35% 0,0000002 127% 82%
PT Kurniamitra Duta
68 KMDS Sentosa Tbk. 25% 0,00006875 70% 3%
PT Sumber Global
69 SGER Energy Tbk. 34% 0,0000028 419% 174%
PT Sunindo
70 TOYS Adipersada Tbk. 25% 1,12941E-05 32% -104%

PT Prima Globalindo
71 PPGL Logistik Tbk. 10% 0,000584 28% -57%

150
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT Pradiksi
72 PGUN Gunatama Tbk 35% 0,000007 117% 44%

PT Boston Furniture
73 SOFA Industries Tbk.. 10% 0,00001575 2% -19%
74 UANG PT Pakuan Tbk 34% 5,52727E-05 59% 182%

PT Megalestari Epack
75 EPAC Sentosaraya Tbk. 35% 0,0000252 26% -88%
PT Cashlez
Worldwide Indonesia
76 CASH Tbk. 10% 0,0003004 60% -48%

PT Bumi Benowo
77 BBSS Sukses Sejahtera Tbk 35% 0,013018231 3% -94%
PT Cahaya Bintang
78 CBMF Medan Tbk 35% 0,000214933 145% -44%
PT Aesler Grup
79 RONY Internasional Tbk 35% 0,00004 228% -18%

PT Sejahtera Bintang
80 SBAT Abadi Textile Tbk. 34% 0,007060235 37% -92%
PT Karya Bersama
81 KBAG Anugerah Tbk 35% 0,00041693 -37% -94%
PT Saraswanti
Anugerah Makmur
82 SAMF Tbk. 35% 5,80645E-05 220% 114%

PT Metro Healthcare
83 CARE Indonesia Tbk 35% 0,01156476 232% 127%
PT Esta Multi Usaha
84 ESTA Tbk. 70% 0,007315 -16% -70%
PT Batulicin
Nusantara Maritim
85 BESS Tbk. 70% 0,000452143 144% 12%
PT Andalan Sakti
86 ASPI Primaindo Tbk. 70% 2,24242E-05 48% -70%
PT Diamond Citra
87 DADA Propertindo Tbk. 70% 0,02239646 -25% -78%

151
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT Era Mandiri
88 IKAN Cemerlang Tbk 70% 0,013899314 367% -71%
PT Agro Yasa Lestari
89 AYLS Tbk 70% 4,44525E-05 -50% -77%
PT Lancartama Sejati
90 TAMA Tbk. 69% 0,000053 -2% -75%
PT Pratama Widya
91 PTPW Tbk. 50% 0,011644438 152% 32%
PT Diamond Food
92 DMND Indonesia Tbk. 50% 0,036606 5% -34%
PT Royalindo Investa
93 INDO Wijaya Tbk 70% 0,000108839 7% -33%
PT Bank Amar
94 AMAR Indonesia Tbk. 69% 0,005471248 124% -6%
PT Cisadane Sawit
95 CSRA Raya Tbk. 70% 0,001308537 84% 79%
PT Kedoya Adyaraya
96 RSGK Tbk 25% 0,014723029 -19% -60%
PT Geoprima Solusi
97 GPSO Tbk 34% 0,008977804 -44% -67%
PT Bukalapak.com
98 BUKA Tbk 25% 0,020342633 -54% -85%
PT Trimegah Karya
99 UVCR Pratama Tbk. 10% 0,013503 196% 21%

100 NICL PT PAM Mineral Tbk 35% 0,0001181 -30% -46%

101 BMHS PT Bundamedik Tbk 25% 0,002780323 129% 29%


PT Era Graharealty
102 IPAC Tbk 10% 3,68472E-06 -5% -29%
PT Bank Multiarta
103 MASB Sentosa Tbk 25% 0,00761804 6% -32%
PT Triniti Dinamik
104 TRUE Tbk 35% 4,29335E-06 24% -65%
PT Ladangbaja Murni
105 LABA Tbk 34% 0,005266 -9% -16%
PT Panca Anugrah
106 MGLV Wisesa Tbk 10% 0,0000475 76% -1%

152
Underpricing
Kode Flipping Abnormal
No Nama Perusahaan Underpricing After 6
Perusahaan Activity Return
Month IPO
PT Harapan Duta
107 HOPE Pertiwi Tbk. 35% 0,000104031 -20% 20%
PT Nusa Palapa
108 NPGF Gemilang Tbk 35% 4,62929E-06 0% -33%
PT Triputra Agro
109 TAPG Persada Tbk. 35% 4,64096E-05 263% 131%
PT Imago Mulia
110 LFLO Persada Tbk 10% 9,96667E-05 -22% -24%
PT Zyrexindo
111 ZYRX Mandiri Buana Tbk 25% 0,0047907 108% 76%
PT Sunter Lakeside
112 SNLK Hotel Tbk. 35% 0,00047 533% 136%

113 EDGE PT Indointernet Tbk. 20% 3,21742E-05 259% 143%


PT Diagnos
Laboratorium Utama
114 DGNS Tbk 35% 0,0000116 475% 174%
115 FAPA PT FAP Agri Tbk 25% 0,006119816 52% 29%

Lampiran 3: Uji One Sample Test

153
Lampiran 4: Uji Normalitas Y1 Sebelum Outliers

20
Series: Residuals
Sample 1 192
16 Observations 192

12 Mean 2.44e-16
Median 0.011812
Maximum 0.247091
8
Minimum -0.577602
Std. Dev. 0.158305
4 Skewness -1.140244
Kurtosis 4.546224

0
-0.500 -0.375 -0.250 -0.125 0.000 0.125 0.250 Jarque-Bera 60.73149
Probability 0.000000

Lampiran 5: Uji Normalitas Y2 Sebelum Outliers

160
Series: Residuals
140 Sample 1 192
120 Observations 192

100 Mean 1.73e-16


Median -0.617457
80
Maximum 107.9663
60 Minimum -2.280699
Std. Dev. 7.870316
40
Skewness 13.54940
20 Kurtosis 186.3887

0
0 20 40 60 80 100 Jarque-Bera 274926.1
Probability 0.000000

Lampiran 6: Uji Normalitas Y3 Sebelum Outliers

80
Series: Residuals
70 Sample 1 192
Observations 192
60
50 Mean -1.02e-16
Median -0.963492
40
Maximum 29.44611
30 Minimum -3.868665
Std. Dev. 3.940760
20
Skewness 4.997027
10 Kurtosis 32.48541

0 Jarque-Bera 7754.164
0 5 10 15 20 25 30
Probability 0.000000

154
Lampiran 7: Uji Normalitas Y4 Sebelum Outliers

120
Series: Residuals
100 Sample 1 192
Observations 192
80
Mean 2.78e-16
Median -1.406962
60
Maximum 60.20208
Minimum -7.573066
40
Std. Dev. 6.536757
Skewness 5.892133
20
Kurtosis 46.58831

0
-10 0 10 20 30 40 50 60 Jarque-Bera 16310.48
Probability 0.000000

Lampiran 8: Uji Normalitas Y1 Setelah Outliers


12
Series: Residuals
10 Sample 1 115
Observations 115
8
Mean 1.02e-16
Median 0.016333
6
Maximum 0.239618
Minimum -0.376668
4
Std. Dev. 0.119868
Skewness -0.419071
2
Kurtosis 2.817777

0
-0.4 -0.3 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 Jarque-Bera 3.525176
Probability 0.171600

Lampiran 9: Uji Normalitas Y2 Setelah Outliers


32
Series: Residuals
28 Sample 1 115
24 Observations 115

20 Mean 9.74e-19
Median -0.001816
16
Maximum 0.019280
12 Minimum -0.005357
Std. Dev. 0.004977
8
Skewness 1.935368
4 Kurtosis 6.831419

0
-0.005 0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 Jarque-Bera 142.1321
Probability 0.000000

155
Lampiran 10: Uji Normalitas Y3 Setelah Outliers
40
Series: Residuals
35 Sample 1 115
Observations 115
30
25 Mean -4.94e-15
Median -0.096743
20
Maximum 7.158716
15 Minimum -24.77421
Std. Dev. 3.941616
10
Skewness -4.319844
5 Kurtosis 27.54206

0 Jarque-Bera 3243.751
-25 -20 -15 -10 -5 0 5
Probability 0.000000

Lampiran 11: Uji Normalitas Y4 Setelah Outliers


35
Series: Residuals
30 Sample 1 115
Observations 115
25
Mean 2.28e-16
20
Median -0.651416
Maximum 23.98195
15
Minimum -4.169067
10 Std. Dev. 2.950636
Skewness 5.134357
5 Kurtosis 39.98298

0 Jarque-Bera 7059.024
-5 0 5 10 15 20
Probability 0.000000

Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y1

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 1.772269 Prob. F(11,103) 0.0684


Obs*R-squared 18.30214 Prob. Chi-Square(11) 0.0748
Scaled explained SS 13.34416 Prob. Chi-Square(11) 0.2714

Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y2

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 0.559964 Prob. F(11,103) 0.8569


Obs*R-squared 6.489162 Prob. Chi-Square(11) 0.8388
Scaled explained SS 15.17790 Prob. Chi-Square(11) 0.1745

156
Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y3

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 3.243961 Prob. F(11,103) 0.0008


Obs*R-squared 29.58974 Prob. Chi-Square(11) 0.0018
Scaled explained SS 315.0101 Prob. Chi-Square(11) 0.0000

Lampiran 12: Uji Heteroskedastisitas Persamaan Y4

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey


Null hypothesis: Homoskedasticity

F-statistic 1.114898 Prob. F(11,103) 0.3574


Obs*R-squared 12.23581 Prob. Chi-Square(11) 0.3462
Scaled explained SS 191.3183 Prob. Chi-Square(11) 0.0000

157

Anda mungkin juga menyukai