Anda di halaman 1dari 108

ANALISIS PENGARUH PDRB DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR

TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA


(Studi Kasus 12 Provinsi di Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakutas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh:
Alaika Nurfauziah
NIM: 11160840000014

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1442 H / 2021 M
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING

ANALISIS PENGARUH PDRB DAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR


TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (Studi Kasus 12 Provinsi di
Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Disusun Oleh :

Alaika Nurfauziah

11160840000014

JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1442 H/2021 M

i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

ii
LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH

iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTIITAS PRIBADI

a. Nama Lengkap : Alaika Nurfauziah

b. Tempat, tanggal lahir : Bogor, 27 Januari 1998

c. Alamat : Gg. Bobin Kp. Jampang Rt 003/04 no.98

Wanaherang, Gunung Putri, Bogor

d. Jenis Kelamin : Perempuan

e. Agama : Islam

f. Kewarganegaraan : Indonesia

g. E-mail : Alaikanurfauziah27@gmail.com

II. PENDIDIKAN

a. 2002-2004 : TK Islam As-Sa'adah

b. 2004-2010 : SD Negeri 01 Wanaherang

c. 2010-2013 : SMP Negeri 01 Gunung Putri

d. 2013-2016 : MA Al-Hamid Cilangkap

e. 2016-2020 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

III. PENGALAMAN ORGANISASI

a. Anggota Departemen Data dan Informasi Himpunan Mahasiswa Jurusan

Ekonomi Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2017-2018

b. Anggota Divisi Acara Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) 179 Zeal UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2019

v
ABSTRACT

This study aims to determine the effect of GRDP and Availability of Infrastructure on

Human Development Index (HDI) in Eastern Indonesia. This study uses panel data types as

many as 8 years from 2011-2018 and the data taken from 12 provinces in Eastern Indonesia,

the research observations amounted to 96. The researcher used the estimation of the fixed

effect model using the Eviews application tool. The result of research showed that there was a

positive and also significant effect of GRDP and Availability of Infrastructure on the Human

Development Index (HDI).

Keywords: HDI, Gross Domestic Regional Product, Infrastructure, 12 Provinces of Eastern

Indonesia, (Fixed Effect Model) FEM.

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PDRB dan Ketersediaan

Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Indonesia Timur. Penelitian ini

menggunakan jenis data panel sebanyak 8 tahun dari tahun 2011-2018 dan data diambil dari

12 Provinsi di Indonesia bagian Timur, sehingga observasi penelitian ini berjumlah 96. Peneliti

menggunakan estimasi model Fixed Effect Model (FEM) yang menggunakan alat bantu

aplikasi Eviews. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh positif dan juga

signifikan secara parsial dari PDRB dan Ketersediaan Infrastruktur terhadap Indeks

Pembangunan Manusia

Kata Kunci: IPM, PDRB, Infrastuktur, 12 Provinsi Indonesia bagian Timur, (Fixed

Effect Model) FEM.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Segala puji serta rasa syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wata’ala yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul “Analisis Pengaruh PDRB dan Ketersediaan Infrastuktur Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia (Studi Kasus 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-

2018)” dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis pada program studi Ekonomi Pembangunan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik jika tanpa

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis ingin

menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga Allah SWT memberikan

pahala, kesehatan dan keberkahan serta balasan yang setimpal atas amal kebaikan kepada

seluruh pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil kepada:

1. Orang tua penulis, kepada Bapak Muhamad Soleh dan Ibu Nurlaelah yang

selalu memberikan kasih sayang dan dukungan secara moril maupun materil

kepada penulis.

2. Saudara kandung penulis , adik-adik Syaira Rachma, Muhamad Aliva Tirmidzi,

Alaena Zulfa Nursoleha yang selalu memberikan dukungan serta motivasi

dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Prof.Dr.Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP., selaku Dekan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta jajaran.

4. Bapak M. Hartana Iswandi Putra, M.Si selaku Kepala Jurusan dan dan Bapak

Deni Pandu, M.Sc selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah

memberikan motivasi selama penyelesaian perkuliahan.

viii
5. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si selaku pembimbing skripsi yang telah

meluangkan waktu untuk selalu memotivasi, mengarahkan, dan membimbing

penulis serta ilmu yang bermanfaat kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

6. Bapak Aizirman Djusan, M.Sc., Econ selaku dosen pembimbing akademik yang

telah memberikan dukungan dan arahan serta motivasi kepada penulis semenjak

awal perkuliahan hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang berharga selama proses perkuliahan,

serta seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah

melayani dan membantu.

8. Kepada Ari Firdian yang selalu menemani, membantu dan memberi semangat

dalam proses perkuliahan sampai tahap penyusunan skripsi ini.

9. Kepada seluruh teman terdekat selama proses perkuliahan, Tyas, Ijal, Ryan,

Aldi, Ojan, Jule, Padang, dan teman-teman Bikin Banner Yuk serta yang

lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah menghabiskan

waktu bersama, yang selalu setia menemani dan memberi semangat selama

masa perkuliahan sampai tahap penyusunan skripsi.

10. Seluruh teman-teman seperjuangan Ekonomi Pembangunan Angkatan 2016

yang telah menjadi keluarga selama dikampus dan kini sama-sama berjuang

untuk menyelesaikan skripsi terima kasih untuk 4 tahun kebersamaannya.

11. Kepada teman-teman KKN 179 Zeal yang telah memberikan banyak

pengelaman berharga serta motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

12. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah banyak

membantu dan memberikan masukan serta inspirasi bagi penulis.

ix
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas segala kekurangan,

dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang nantinya dapat memberikan masukan

bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat untuk

banyak pihak, Terima kasih

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bogor, Januari 2021

Alaika Nurfauziah

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ........................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................................... ii

LEMBAR KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .... ......................................................................................... v

ABSTRACT .................................. ........................................................................................ vi

ABSTRAK .................................... ....................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................. ...................................................................................... viii

DAFTAR ISI................................. ........................................................................................ xi

DAFTAR TABEL ........................ ...................................................................................... xiv

DAFTAR GAMBAR .................... ....................................................................................... xv

BAB I PENDADULUAN ............. ......................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................... ...........................................................................................1


B. Rumusan Masalah .............. .........................................................................................13
C. Tujuan Penelitian ............... .........................................................................................14
D. Manfaat Penelitian ............. .........................................................................................14
E. Sistematika Penelitian ........ .........................................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA . .........................................................................................16

A. Definisi Pembangunan Manusia .................................................................................. 16


1. Indeks Pembangunan Manusia ........................................................................ 17
2. Metode Indeks Pembangunan Manusia ........................................................... 18
3. Menghitung Indeks Pembangunan Manusia .................................................... 19
4. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia .......................................................... 20
B. Produk Domestik Regional Bruto ................................................................................ 21
1. Konsep dan Definisi PDRB ............................................................................. 21
2. Metode Perhitungan ......................................................................................... 22
C. Konsep Ketersediaan Infrastruktur .............................................................................. 26

xi
D. Pendidikan.......................... ......................................................................................... 27
1. Pengertian Pendidikan ..................................................................................... 27
2. Rasio Fasilitas Pendidikan ............................................................................... 27
E. Kesehatan ........................... ......................................................................................... 28
1. Pengertian Kesehatan ....................................................................................... 28
2. Rasio Fasilitas Kesehatan ................................................................................ 29

F. Jalan Raya .......................... ......................................................................................... 29


1. Pengertian Jalan Raya ...................................................................................... 29
2. Rasio Panjang Jalan Raya ................................................................................ 30

G. Hubungan Antar Variabel .. ......................................................................................... 30

1. Hubungan PDRB dengan IPM ......................................................................... 30


2. Hubungan Ketersediaan Infrastruktur Pendidikan, Kesehatan dan Panjang
Jalan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia ............................................... 31

H. Tinjauan Penelitian Terdahulu ..................................................................................... 32


I. Kerangka Pemikiran........... ......................................................................................... 37
J. Hipotesis ............................ ......................................................................................... 37
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................................... 38

A. Ruang Lingkup Penelitian.. ......................................................................................... 38


B. Jenis Penelitian................... ......................................................................................... 38
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ..................................................................... 39
D. Data dan Sumber Data ....... ......................................................................................... 39
E. Metode Analisis Data ......... ......................................................................................... 40
1. Regresi Data Panel . ......................................................................................... 40
2. Metode Estimasi Model Data Panel Pengujian ................................................ 42
3. Uji Spesifikasi Model ...................................................................................... 44
4. Uji Asumsi Klasik .. ......................................................................................... 45
5. Uji Hipotesis .......... ......................................................................................... 46
F. Model Penelitian dan Operasional Variabel Penelitian ............................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................... 51

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................................................. 51


1. Keadaan IPM di 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur .................................... 51

xii
2. Keadaan PDRB di 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur ................................. 52
3. Keadaan Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di 12 Provinsi Indonesia
Bagian Timur ......... ......................................................................................... 53
4. Keadaan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di 12 Provinsi Indonesia
Bagian Timur ......... ......................................................................................... 55
5. Keadaan Rasio Panjang Jalan Raya di 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur .. 56
B. Temuan Hasil Penelitian .... ......................................................................................... 57
1. Uji Chow ................ ......................................................................................... 57
2. Uji Hausman .......... ......................................................................................... 58
3. Fixed Effect Model ......................................................................................... 59
4. Uji Asumsi Klasik .. ......................................................................................... 64
5. Uji Hipotesis .......... ......................................................................................... 68
C. Pembahasan........................ ......................................................................................... 72
1. PDRB terhadap IPM ........................................................................................ 72
2. Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan Terhadap IPM ................................. 73
3. Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan Terhadap IPM .................................. 74
4. Rasio Panjang Jalan Raya Terhadap IPM ........................................................ 74
BAB V PENUTUP........................ ......................................................................................... 76

A. Kesimpulan ........................ ......................................................................................... 76


B. Saran .................................. ......................................................................................... 77
1. Bagi Pemerintah ..... ......................................................................................... 77
2. Bagi Masyarakat .... ......................................................................................... 77
3. Bagi Peneliti Selanjutnya ................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ................... ......................................................................................... 78

LAMPIRAN-LAMPIRAN .......... ......................................................................................... 84

xiii
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 ............................................................................................................................... 2


TABEL 1.2 ............................................................................................................................... 3
TABEL 1.3 ............................................................................................................................... 3
TABEL 1.4 ............................................................................................................................... 5
TABEL 1.5 ............................................................................................................................... 8
TABEL 1.6 ............................................................................................................................. 10

TABEL 2.1 ............................................................................................................................. 32

TABEL 4.1 ............................................................................................................................. 58


TABEL 4.2 ............................................................................................................................. 59
TABEL 4.3 ............................................................................................................................. 59
TABEL 4.4 ............................................................................................................................. 61
TABEL 4.5 ............................................................................................................................. 66
TABEL 4.6 ............................................................................................................................. 67
TABEL 4.7 ............................................................................................................................. 67
TABEL 4.8 ............................................................................................................................. 69
TABEL 4.9 ............................................................................................................................. 70
TABEL 4.10 ........................................................................................................................... 71

xiv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.1 .......................................................................................................................... 7


GAMBAR 1.2 .......................................................................................................................... 9
GAMBAR 1.3 ........................................................................................................................ 12

GAMBAR 4.1 ........................................................................................................................ 51


GAMBAR 4.2 ........................................................................................................................ 53
GAMBAR 4.3 ........................................................................................................................ 54
GAMBAR 4.4 ........................................................................................................................ 55
GAMBAR 4.5 ........................................................................................................................ 56
GAMBAR 4.6 ........................................................................................................................ 65

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan diharapkan mampu meningkatkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang


pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan
sendiri merupakan suatu proses perubahan menuju ke arah yang lebih baik dan terus menerus
dilakukan untuk mencapai tujuan yakni mewujudkan masyarakat Indonesia yang berkeadilan,
berdaya saing, maju. Oleh karna itu, pembangunan merupakan syarat mutlak bagi
kelangsungan suatu daerah, setiap daerah dalam melaksanakan pembangunannya
mengharapkan pertumbuhan ekonomi yang tinggi disertai dengan pemerataan, sehingga akan
meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup sumber daya manusia nya. Tingkat
kesejahteraan yang belum memadai dapat menyebabkan kemiskinan, ketertinggalan, dan
keterpurukan ekonomi terus terjadi. Komponen dasar atau nilai inti keberhasilan pembangunan
ekonomi antara lain kecukupan (sustenance), harga diri (self-esteem), dan kebebasan
(freedom), ketiga tersebut merupakan tujuan pokok yang haus digapai oleh setiap orang dan
masyarakat melalui pembangunan (Todaro, 2006:26).

Keberhasilan suatu daerah terletak pada sumber daya manusia (SDM), Selama ini
pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah terkadang tidak sesuai atau tidak sejalan
dengan kebutuhan sumber daya manusia yang sebenarnya. Pola pemerintah yang dilakukan
tidak berdasarkan kebutuhan dapat menimbulkan menurunnya kualitas sumber daya manusia
di daerah tersebut. Sumber daya manusia saat ini masih jauh dari harapan pemerintah sebagai
pengatur tatanan pemerintah maupun tatanan masyarakatnya yang bertujuan untuk
memakmurkan dan mensejahterakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu unsur
penting yang diperoleh dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah manusia
sebagai objek untuk meningkatkan pembangunan ekonomi suatu Negara (Suparmoko,
1979:31).

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
perekonomian suatu daerah selain sumber daya alam dan modal. Tanpa sumber daya manusia
maka sumber daya alam yang berlimpah tidak dapat dikelola. Namun peningkatan
perekonomian suatu daerah tidak semata-mata tergantung pada jumlah sumber daya manusia
saja, melainkan lebih menekankan pada produktivitas. Semakin tinggi kualitas sumber daya
manusia, maka semakin meningkat pula efisiensi dan produktivitas suatu Negara atau wilayah.

1
Menurut United Nations Development Programmes (UNDP) tolak ukur kualitas
sumber daya manusia bisa dilihat berdasarkan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM),
UNDP tahun 1990 menekankan bahwa pembangunan manusia (Human Development) yaitu
pembangunan yang berpusat pada manusia yang menempatkan manusia sebagai tujuan akhir
dari pembangunan dan bukan sebagai alat pembangunan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
adalah suatu indeks komposit yang mencakup tiga bidang pembangunan manusia yang
dianggap sangat mendasar yang dilihat dari umur panjang dan hidup sehat, pengatahuan,
standar hidup layak. Tinggi rendahnya kualitas Sumber Daya Manusia diukur melalui tiga
indikator yakni tingkat pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Menurut BPS, IPM merupakan
indikator penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan kualitas hidup manusia
(masyarakat/penduduk) serta dapat menentukan level pembangunan suatu wilayah/Negara.

Tabel 1.1

Peringkat beberapa Negara dengan IPM kategori High Human Development Tahun
2018
Peringkat Negara IPM
2017 2018
108 Turkmenistan 0,708 0,710
109 Uzbekistan 0,707 0,710
110 Libya 0,704 0,708
111 Indonesia 0,704 0,707
112 Samoa 0,706 0,707
113 Afrika Selatan 0,704 0,705
114 Bolivia 0,700 0,703
Sumber:United Nation Development Programme, Data diolah

Pada tahun 2018 menurut laporan Human Development Report 2018 oleh United
Nations Development Programme (UNDP), IPM Indonesia berada di peringkat 111 dari 189
negara di dunia. Dari tabel 1.1 di atas terlihat bahwa Indeks Pembangunan Manusia di
Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Namun, dilihat dari perbandingannya dengan
Negara-negara tetangga seperti Singapura di urutan 9, Brunei Darussalam di urutan 43 dan
Malaysia di peringkat 61 termasuk kedalam kategori Very High Human Development maka
capaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia yang masuk kedalam kategori High
Human Development masih kategori di bawah diantara negara tetangga lainnya.

2
Tabel 1.2

Peringkat IPM Negara-negara ASEAN Tahun 2018

Peringkat Negara IPM


9 Singapura 0,935
43 Brunei Darussalam 0,845
61 Malaysia 0,804
77 Thailand 0,765
106 Filipina 0,712
111 Indonesia 0,707
118 Vietnam 0,693
140 Laos 0,604
145 Myanmar 0,584
146 Kamboja 0,581
Sumber: United Nation Development Programme, Data diolah

Tabel di atas menunjukan bahwa Indonesia berada di peringkat ke 6 di antara Negara-


negara ASEAN. Oleh karena itu Indonesia masih membutuhkan peningkatan kualitas sumber
daya manusia agar mendapatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang lebih baik.

Tabel 1.3

Peringkat dan Nilai IPM Provinsi-Provinsi di Indonesia tahun 2018

Peringkat Provinsi IPM Peringkat Provinsi IPM


1 Dki Jakarta 80,47 18 Bengkulu 70,64
2 DI Yogyakarta 79,53 19 Sulawesi Tenggara 70,61
3 Kalimantan Timur 75,83 20 Kalimantan Utara 70,56
4 Kep. Riau 74,84 21 Kalimantan Tengah 70,42
5 Bali 74,77 22 Kalimantan Selatan 70,17
6 Riau 72,44 23 Sumatera Selatan 69,39
7 Sulawesi Utara 72,20 24 Lampung 69,02
8 Banten 71,95 25 Sulawesi Tengah 68,88
9 Sumatera Barat 71,73 26 Maluku 68,87
10 Jawa Barat 71,30 27 Maluku Utara 67,76

3
Peringkat Provinsi IPM Peringkat Provinsi IPM
11 Aceh 71,19 28 Gorontalo 67,71
12 Sumatera Utara 71,18 29 Nusa Tenggara Barat 67,30
13 Jawa Tengah 71,12 30 Kalimantan Barat 66,98
14 Sulawesi Selatan 70,90 31 Sulawesi Barat 65,10
15 Jawa Timur 70,77 32 Nusa Tenggara Timur 64,39
16 Kep. Bangka Belitung 70,67 33 Papua Barat 63,74
17 Jambi 70,65 34 Papua 60,06
Sumber : Badan Pusat Statistik 2018, Data diolah

Peningkatan kemajuan pembangunan manusia pada tahun 2018 telah mengubah status
Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia mencapai kategori sedang menjadi kategori tinggi.
Klasifikasi Indeks pembangunan manusia dikatakan rendah jika IPM < 60, sedang 60 ≤ IPM
<70, tinggi 70 ≤ IPM < 80, dan ≥ 80 sangat tinggi (BPS). Di Indonesia sendiri, Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) dengan kategori dibawah rata-rata nasional di dominasi oleh
kawasan Indonesia bagian timur, kecuali Sulawesi Utara yang masih masuk dalam kategori
Tinggi (BPS, 2018). Hal ini menunjukan pembangunan manusia di Indonesia Timur belum
maksimal sehingga masih harus terus diperhatikan dan ditingkatkan.

Meskipun IPM di setiap provinsi berhasil mengalami peningkatan pada setiap tahun,
namun kondisi pembangunan manusia di Indonesia masih belum merata di masing-masing
provinsi, kabupaten, hingga kota. Hal ini tidak lepas dari pertumbuhan indikator pembangunan
manusia yang berbeda-beda. Selain itu, adapula faktor program pengembangan pembangunan
manusia yang tidak sama di masing-masing daerah. Dengan klasifikasi IPM wilayah Indonesia
Timur yang masih rendah menunjukan kurangnya pemerataan pembangunan antar wilayah
maupun antar kelompok masyarakat di wilayah tersebut. Beberapa strategi yang dapat
dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan layanan kesehatan, kualitas
pendidikan, lapangan pekerjaan serta pembangunan infrastruktur yang dipusatkan di daerah
tertinggal dan terpencil. Pertumbuhan ekonomi yang tidak memperhatikan manusia tidak akan
bertahan lama (sustainable) karena pembangunan manusia atau peningkatan kualitas sumber
daya manusia menjadi hal yang sangat penting dalam strategi kebijakan pembangunan nasional
(Firda, 2014).

Untuk menggambarkan kualitas Indeks Pembangunan Manusia di 12 provinsi


Indonesia bagian Timur selanjutnya, dapat dilihat dari perekonomiannya. Perekonomian suatu

4
daerah dapat dilihat dari proses produksi barang dan jasa yang ada di suatu daerah tersebut.
Proses produksi barang dan jasa itu dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah produksi yang
ditimbulkan oleh berbagai lapangan usaha yang melakukan kegiatan disuatu daerah tanpa
memilih atas faktor produksi (Anwar, 1992:163). Kenaikan nilai PDRB suatu daerah
menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan
masyarakat pada suatu periode tertentu. Perekonomian dianggap mengalami pertumbuhan bila
seluruh balas jasa riil terhadap penggunaan faktor produksi pada tahun tertentu lebih besar
daripada tahun sebelumnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi
adalah tingkat pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan harga
konstan (Bappeda. 2011).

Tabel 1.4
Nilai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010
Provinsi Wilayah Indonesia Timur 2011-2018 (Miliar Rupiah)

No Wilayah Tahun
2011 2018
1 Nusa Tenggara Barat
67.379,14 90.323,42
2 Nusa Tenggara Timur
46.334,13 65.941,41
3 Sulawesi Utara
54.910,9 84.258,69
4 Sulawesi Tengah
56.833,83 103.617,7
5 Sulawesi Selatan
185.708,5 309.243,6
6 Sulawesi Tenggara
53.546,69 88.328,52
7 Gorontalo
16.669,09 26.722,59
8 Sulawesi Barat
19.027,5 31.176,59
9 Maluku
19.597,39 29.465,36
10 Maluku Utara
16.002,45 25.050,12
11 Papua Barat
42.867,19 60.453,56
12 Papua
106.066,7 159.728,9
Sumber : Badan Pusat Statistik 2011-2018, Data diolah

Berdasarkan Tabel 1.4 dapat dilihat bahwa pertumbuhan PDRB di Wilayah Indonesia
Timur tahun 2011-2018 pada masing-masing provinsi mengalami peningkatan yang cukup
tinggi. Secara keseluruhan, Provinsi Sulawesi Selatan menjadi penyumbang PDRB tertinggi

5
diantara 12 provinsi lainnya pada tahun 2018 hal ini disebabkan karena provinsi Sulawesi
Selatan di dominasi oleh empat lapangan usaha dalam peningkatan PDRB salah satunya yang
paling dominan yaitu pertanian, kehutanan, dan perikanan.

Terjadinya kenaikan atau penurunan PDRB mengakibatkan terjadinya kenaikan atau


penurunan dalam proses produksi barang dan jasa yang dihasilkan suatu daerah. Terjadinya
kenaikan PDRB menunjukan kegairahan ekonomi suatu daerah yang berarti perekonomian
daerah tersebut telah bergerak sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat daerah tersebut. Dalam menunjang pertumbuhan PDRB pada suatu daerah salah
satunya yaitu melalui sumber daya manusia pada daerah tersebut dengan meningkatkan
produktivitas atau keterampilan, pengetahuan pada kemampuan sumber daya manusia tersebut.

Perbaikan ataupun pembangunan manusia yang berkualitas dapat dilakukan dengan


berbagai cara, salah satunya melalui pembangunan infrastruktur. Perbaikan kualitas modal
manusia tergantung pada tersedianya infrastukur yang menunjang upaya peningkatan kualitas
SDM. Infrastruktur merupakan suatu sarana (fisik) pendukung agar pembangunan ekonomi
suatu Negara dapat terwujud. Provinsi-provinsi di kawasan Indonesia bagian timur selalu
berada di peringkat bawah dengan nilai IPM yang tergolong rendah. Perbedaan IPM tersebut
dapat disebabkan oleh perbedaan dalam ketersediaan infrastruktur baik pendidikan, kesehatan
maupun transportasi.Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu pembangunan yang
dapat memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia. Oleh sebab itu,
infrastruktur layak untuk menjadi perhatian yang harus dikelola dengan baik.

Kualitas Sumber Daya Manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas pendidikan informal
dan formal, kualitas kesehatan, kepribadian dan kepercayaan diri, tingkat kesejahteraan hidup
dan ketersediaan lapangan kerja yang relevan. Perbaikan di bidang pendidikan dan kesehatan
juga akan berdampak pada capaian proses pengembangan SDM. Hal ini mengingat indikator
dalam indeks pembangunan manusia (IPM) oleh UNDP menempatkan pendidikan dan
kesehatan sebagai indikator utama disamping indikator ekonomi. Pembangunan manusia telah
memberikan sumbangan terbesar bagi pencapaian keberlangsungan pembangunan (Anand dan
Sen, 2000:203). Pedidikan dan kesehatan adala dua masalah yang berhubungan langsung
dengan mutu dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa. Banyak hal yang perlu
diperhatikan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dintaranya menyangkut
sarana dan prasarana sebagai penunjang kelancaran dalam mencapai cita bersama.

6
Untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas, maka pendidikan
merupakan suatu hal yang penting dan untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia
mutlak harus dilakukan. Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dapat
memberikan multiplier effect terhadap pembangunan suatu negara, khususnya pembangunan
bidang ekonomi. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang berperan bagi
terciptanya generasi penerus yang berkualitas. Pendidikan dituntut memiliki sumber daya
pendidikan untuk mempersiapkan pelaku-pelaku perubahan yang tangguh, unggul, partisipatif,
dan kompetitif. Sumber daya pendidikan adalah segala sesuatu yang dipergunakan dalam
penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga kependidikan, masyarakat, dana, sarana,
dan prasarana (UURI No. 20 Tahun 2003). Adanya penduduk tidaklah cukup sebagai modal
pembangunan. Pembangunan pendidikan yang merata dapat mendorong pembangunan
nasional secara menyeluruh. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 "setiap warga Negara
berhak mendapatkan pendidikan" maka seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan
pendidikan yang layak dan berkualitas melalui infrastruktur pendidikan yang merata.

Gambar 1.1

Jumlah Fasilitas Pendidikan Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018

12000

10000

8000

6000

4000

2000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan 2018, Diolah


Pertumbuhan penduduk yang semakin berkembang, sejalan dengan bertambahnya
pemenuhan kebutuhan salah satunya di bidang pendidikan. Peran pendidikan dalam

7
pembentukan karakter suatu bangsa dapat didukung melalui adanya fasilitas pendidikan yang
memadai. Jumlah fasilitas pendidikan di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur setiap tahun
mengalami peningkatan. Jumlah fasilitas pendidikan diatas merupakan jumlah jenjang
pendidikan Sekolah Dasar sederajat, Sekolah Menengah Pertama sederajat, dan Sekolah
Menengah Atas sederajat. Ketersediaan fasilitas pendidikan pada setiap daerah menunjukan
kemampuan pemerintah daerah tersebut dalam mewujudkan kualitas pendidikan
masyarakatnya. Provinsi Sulawesi Selatan menjadi Provinsi dengan penyediaan fasilitas
pendidikan tertinggi diantara provinsi lainnya dengan jumlah fasilitas pendidikan sebanyak
10.999 unit fasilitas pendidikan pada jenjang SD,SMP, dan SMA.
Tabel 1.5
Jumlah Penduduk Usia Sekolah Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2018
No Provinsi Jumlah Penduduk Usia Sekolah
1 Nusa Tenggara Barat
1.134.000
2 Nusa Tenggara Timur
1.399.600
3 Sulawesi Utara
495.300
4 Sulawesi Tengah
644.300
5 Sulawesi Selatan
1.931.200
6 Sulawesi Tenggara
656.400
7 Gorontalo
255.800
8 Sulawesi Barat
317.300
9 Maluku
433.900
10 Maluku Utara
304.800
11 Papua Barat
212.800
12 Papua
761.900
Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah
Pada tahun 2018 jumlah penduduk usia sekolah di Provinsi Sulawesi Selatan menjadi
yang paling tertinggi mencapai 1.931.200 penduduk hal ini sejalan dengan ketersediaan
fasilitas pendidikan berdasarkan Gambar 1.1 yang paling terbanyak pada tahun 2018.
Ketersediaan fasilitas pendidikan yang merata pada setiap lapisan masyarakat dapat diukur
menggunakan Rasio ketersediaan fasilitas pendidikan. Melalui rasio ketersediaan fasilitas
pendidikan dapat menunjukkan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia
pendidikan. Rasio ketersediaan sekolah ini dihitung untuk tiap 10.000 penduduk.
Hal ini mencerminkan perhatian pemerintah dalam menyelenggarakan layanan

8
pendidikan dasar melalui penyediaan sarana belajar bagi anak usia sekolah. Kualitas
pendidikan di setiap provinsi dapat dilihat dari seberapa banyak pemerintah dapat memberikan
fasilitas untuk masyarakatnya. Kurangnya pendidikan akan membuat individu kekurangan
keterampilan dalam dirinya serta akan sulit untuk mensejahterakan hidupnya karena hanya
memiliki sedikit ilmu dan keterampilan yang bisa di andalkan yang nantinya akan berimbas
kepada kurangnya pemahaman masyarakat yang dapat menyebabkan Indeks Pembangunan
Manusia di Daerah tersebut menurun. Kesenjangan infrastruktur di berbagai wilayah Indonesia
saat ini masih tinggi terutama di kawasan Indonesia Timur. Oleh sebab itu, masalah pendidikan
tersebut dapat dilihat bahwa pemerintah harus lebih memperhatikan infrastruktur pendidikan
karna peningkatan kualitas pendidikan itu penting untuk mendapatkan sumber daya manusia
yang berkualitas.
Selain pendidikan untuk menuju Sumber Daya Manusia yang berkualitas, sektor
kesehatan juga memiliki peran penting dalam upaya peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia. Dari aspek kesehatan, ketersediaan fasilitas kesehatan sangat diperlukan dalam upaya
peningkatan kesehatan masyarakat (BPS, 2019). Sebab, untuk menunjang SDM yang mampu
berdaya saing, kesehatan menjadi faktor utama.

Gambar 1.2

Jumlah Fasilitas Kesehatan Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018

600

500

400

300

200

100

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Kementrian Kesehatan 2018, Diolah

9
Jumlah fasilitas kesehatan pada Gambar 1.2 merupakan jumlah fasilitas kesehatan
Rumah Sakit dan Puskesmas. Sejak tahun 2011 jumlah puskesmas dan rumah sakit di wilayah
Timur Indonesia semakin meningkat. Fasilitas kesehatan pada provinsi Sulawesi Barat dan
Gorontalo adalah yang terendah dikarenakan pada tahun 2018 fasilitas kesehatan yang ada pada
kedua provinsi tersebut hanya terdapat 106 dan 107 unit fasilitas kesehatan. Hal ini
menandakan bahwa persebaran fasilitas penunjang kesehatan masyarakat Indonesia belum
merata. Persebaran fasilitas penunjang kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit pun
tergolong masih menumpuk di kota-kota besar. Kondisi ini memiliki akses yang cukup baik
sehingga perolehan informasi seputar kesehatan bagi masyarakat dapat dikatakan lebih baik
jika dibandingkan dengan masyarakat yang berada di wilayah dengan akses kesehatan yang
jauh dari kata baik. Keterbatasan sarana dan fasilitas pelayanan kesehatan tersebut yang
menyebabkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah timur Indonesia masih tergolong
rendah, selain itu dikarenakan kondisi lingkungan permukiman dan cara hidup masyarakat
yang kurang sehat.

Tabel 1.6

Jumlah Penduduk Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018

No Provinsi Jumlah Penduduk Provinsi


2011 2018
1 Nusa Tenggara Barat
4.550.546 5.013.687
2 Nusa Tenggara Timur
4.778.348 5.371.519
3 Sulawesi Utara
2.298.489 2.484.392
4 Sulawesi Tengah
2.685.024 3.010.443
5 Sulawesi Selatan
8.124.645 8.771.970
6 Sulawesi Tenggara
2.277.864 2.653.654
7 Gorontalo
1.063.131 1.185.492
8 Sulawesi Barat
1.189.097 1.355.554
9 Maluku
1.575.642 1.773.776
10 Maluku Utara
1.063.187 1.232.632
11 Papua Barat
788.233 937.458
12 Papua
2.984.580 3.322.526

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah

11
Peningkatan derajat kesehatan terkait dengan jumlah penduduk. Semakin besar jumlah
penduduk, semakin tinggi pula beban pemerintah memfasilitasi faktor kesehatan. Dalam
pemenuhan kesejahteraan masyarakat sebagai objek pembangunan dan perkembangan terdapat
kesehatan didalam nya. Peningkatan jumlah penduduk pada setiap provinsi seharusnya sejalan
dengan meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan, agar pemenuhan fasilitas kesehatan dapat
dirasakan oleh setiap masyarakat. Hal ini merupakan tantangan pembangunan yang pada
hakikatnya adalah mencapai keadilan dan kesejahteraan kesehatan bagi semua yang berarti
terpenuhinya hak setiap orang untuk hidup sehat, sehingga dapat meraih hidup yang produktif
dan berbahagia.
Berdasarkan Tabel 1.6 diatas, provinsi Sulawesi Selatan menjadi provinsi yang
peningkatan penduduknya tertinggi dari tahun 2011-2018 sebesar 647.325 penduduk. Hal ini
sejalan dengan peningkatan pemenuhan fasilitas kesehatan yang ada di provinsi Sulawesi
Selatan menjadi yang tertinggi, berdasarkan Gambar 1.2 terdapat 489 unit kesehatan Rumah
Sakit dan Puskesmas pada tahun 2011, 564 unit kesehatan Rumah Sakit dan Puskesmas pada
tahun 2018.

Tinggi nya jumlah fasilitas kesehatan yang ada di setiap provinsi belum menjamin
apakah fasilitas tersebut sudah dikatakan cukup layak untuk menunjang kesehatan masyarakat
pada setiap provinsi. Hal ini dibutuhkan perhatian lebih dari pemerintah daerah agar setiap
masyarakat dapat merasakan manfaat fasilitas kesehatan yang telah disediakan. Namun
demikian, peningkatan jumlah puskesmas dan rumah sakit tidak secara lansung
menggambarkan pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan di suatu wilayah. Jumlah
penduduk di setiap provinsi seharusnya berbanding lurus dengan jumlah fasilitas kesehatan
agar penanganan kesehatan yang dilakukan bisa seimbang. Untuk memenuhi kebutuhan
pelayanan kesehatan dapat digambarkan secara umum oleh indikator rasio puskesmas dan
rumah sakit terhadap 1.000 penduduk.

Menurut World Health Organization (WHO), kesehatan merupakan kondisi


kesejahteraan fisik, mental dan sosial. Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari
pembangunan nasional karena bidang kesehatan menyentuh hampir seluruh aspek kehidupan
manusia. Pembangunan kesehatan tersebut merupakan upaya untuk tercapainnya kesadaran
serta kemampuan hidup bagi setiap masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang optimal.
Melalui pembangunan infrastruktur kesehatan diharapkan setiap penduduk memiliki
kemampuan hidup yang sehat sehingga tercipta generasi penerus yang bermutu di masa yang
akan datang sebagai modal bagi pembangunan nasional. Pelayanan infrastruktur kesehatan

11
seperti rumah sakit dan puskesmas diharapkan meningkatkan mutu kesehatan yang merata.
Pengembangan infrastruktur kesehatan juga akan mendorong peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia (SDM) sehingga Indeks Pembangunan Manusia (IPM) akan meningkat juga
karena kesehatan merupakan salah satu indikator dalam peningkatan IPM.

Tersedianya Infrastruktur, seperti jalan merupakan social overhead capital yang


memiliki keterkaitan sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain
dicirikan oleh laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut dapat
dilihat dari kenyataan bahwa daerah yang mempunyai kelengkapan sistem infrastruktur yang
lebih baik, mempunyai tingkat laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang
lebih baik pula, dibandingkan dengan daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang
terbatas.

Gambar 1.3

Panjang Jalan (Km) Provinsi Indonesia Bagian Timur Tahun 2011-2018

35000

30000

25000

20000

15000

10000

5000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah


Dapat dilihat pada Gambar 1.3 pertumbuhan panjang jalan (km) di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur pada tahun 2011-2018 panjang jalan mengalami fluktuasi setiap
tahunnya. Infrastruktur panjang jalan merupakan salah satu infrastruktur yang akan mengacu
dan berdampak langsung pada pembangunan fisik atau gedung yang dapat menghasilkan nilai
tambah pada perekonomian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penyediaan infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional.
12
Melihat beberapa indikator dan penjelasan yang mempengaruhi Indeks Pembangunan
Manusia sebagaimana diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk membahas dan
menganalisa sejauh mana Indeks Pembangunan Manusia di 12 Provinsi Wilayah Indonesia
Timur serta apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi Indeks Pembangunan Manusia tersebut.
Oleh karena itu, penulis mengambil judul "Analisis Pengaruh PDRB dan Ketersediaan
Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia (Studi Kasus 12 Provinsi di
Indonesia Bagian Timur tahun 2011-2018)"

B. Rumusan Masalah

Tingkat pembangunan manusia suatu daerah merupakan salah satu bentuk dari
keberhasilan suatu pembangunan. Oleh sebab itu, Indeks Pembangunan Manusia merupakan
tolak ukur dalam keberhasilan pembangunan daerah. Kualitas kesejahteraan masyarakat tidak
hanya tercipta dari peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pendapatan yang tinggi saja, karna
pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya dapat dirasakan oleh sekelompok orang saja seperti
masyarakat yang ada di perkotaan, sedangkan masyarakat yang berada di pinggiran atau di
pedesaan hanya mendapatkan bagian lebih sedikit. Hal ini menyebabkan tidak terciptanya
kesejahteraan masyarakat yang disebabkan karna kesenjangan tingkat ekonomi setiap
kelompok masyarakat.

Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka perumusan masalah pada
penelitian ini adalah:

a. Bagaimana pengaruh variabel PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 12


Provinsi Indonesia Timur?
b. Bagaimana pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di 12 Provinsi Indonesia Timur?
c. Bagaimana pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di 12 Provinsi Indonesia Timur?
d. Bagaimana Pengaruh Rasio Panjang Jalan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di
12 Provinsi Indonesia Timur?
e. Bagaimana pengaruh PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan Rasio Panjang Jalan secara simultan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di 12 Provinsi Indonesia?

13
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka dijelaskan tujuan dari


penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh PDRB terhadap Indeks Pembangunan Manusia dengan


sampel 12 Provinsi Indonesia Timur.
b. Untuk mengetahui pengaruh rasio ketersediaan fasilitas pendidikan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia dengan sampel 12 Provinsi Indonesia Timur.
c. Untuk mengetahui pengaruh rasio ketersediaan fasilitas kesehatan terhadap Indeks
Pembangunan Manusia dengan sampel 12 Provinsi Indonesia Timur.
d. Untuk mengetahui pengaruh rasio panjang jalan terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di 12 Provinsi Indonesia Timur
e. Untuk mengetahui pengaruh variabel PDRB, rasio ketersediaan fasilitas pendidikan,
rasio ketersediaan fasilitas kesehatan dan rasio panjang jalan secara simultan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia dengan sampel 12 Provinsi Indonesia Timur.

D. Manfaat Penelitian

a. Bagi kepentingan teoritis


1) Menambah wawasan pada bidang ekonomi terutama mengenai Indeks
Pembangunan Manusia di 12 provinsi Indonesia bagian Timur.
2) Memberikan kontribusi dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan dan
pendidikan.
3) Menjadi acuan dalam penelitian selanjutnya.
b. Bagi Pemerintah
Bagi pemerintah Pusat dan khususnya pemerintah di 12 Provinsi Indonesia Timur,
penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan yang mengarah pada proses pembangunan
Indeks Pembangunan Manusia.

E. Sistematika Penelitian

Penelitian ini disusun dengan sistematika Bab yang terdiri dari Bab I Pendahuluan, Bab II
Tinjauan Pustaka, Bab III Metode Penelitian, Bab IV Hasil dan Pembahasan,serta Bab V
Penutup.
BAB I : PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, Rumusan Masalah Penelitian, Tujuan dan Kegunaan
Penelitian, serta Sistematika Penelitian.

14
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Menguraikan Landasan Teori, Penelitian Terdahulu, Kerangka Pemikiran Teoritis, dan
Hipotesis Penelitian.
BAB III : METODE PENELITIAN
Menguraikan Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, Jenis dan Sumber Data, Metode
Pengumpulan Data serta Metode Analisis Data.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Menuraikan Deskripsi Objek Penelitian, Pengujian Hipotesis, Analisis Data dan Pembahasan.
BAB V : PENUTUP
Menguraikan Kesimpulan dari Penelitian dan Saran-saran.

15
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Defini Pembangunan Manusia


Dalam laporannya “Global Human Development Report”, tahun 1990 UNDP
(United Nations Development Programme) memperkenalkan konsep Pembangunan
Manusia (Human Development) sebagai paradigma baru model pembangunan.
Menurut UNDP (United Nations Development Programme), Pembangunan manusia/
human development dapat diartikan sebagai perluasan pilihan bagi penduduk (a process
of enlarging people's choices), yang dapat dilihat sebagai proses dan sebagai taraf yang
dicapai dari upaya tersebut. Perluasan ini meliputi pilihan-pilihan yang memungkinkan
masyarakat untuk hidup lebih lama dan lebih sehat, lebih berpendidikan dan memiliki
standar kehidupan yang lebih baik. Dikutip dari UNDP (Human Development Report,
1995:103), berikut adalah beberapa konsep penting pembangunan manusia:
a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian.
b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi penduduk,
tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka dan bukan hanya pada
aspek ekonomi saja.
c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya meningkatkan
kemampuan (kapabilitas) manusia tetapi juga dalam kemampuan manusia
tersebut secara optimal.
d. Pembangunan manusia didukung oleh empat pilar pokok, yaitu produktifitas,
pemerataan, kesinambungan, dan yang terakhir pemberdayaan.
e. Dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan
untuk pencapaian-nya, Pembangunan manusia menjadi landasan dasar.

Menurut UNDP 1995 dalam Human Development Report, ada empat hal pokok
yang perlu diperhatikan untuk bisa memperluas pilihan-pilihan manusia dan untuk
menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, yaitu:

a. Produktivitas (Productivity)
Pembangunan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia
karena setiap individu harus mampu untuk meningkatkan produktifitas mereka
dalam mencari penghasilan dan lapangan pekerjaan
b. Pemerataan (equity)

16
Setiap individu harus mempunyai akses untuk memperoleh kesempatan yang
adil. Semua hambatan yang ada terhadap peluang ekonomi dan politik harus
dihapuskan sehingga individu tersebut dapat berpartisipasi dan memperoleh
manfaat dari peluang yang ada.
c. Kesinambungan (Sustainability)
Akses pemerataan untuk memperoleh kesempatan dalam pekerjaan harus
dipastikan agar tidak hanya untuk generasi sekarang tetapi juga untuk beberapa
generasi yang akan datang. Pemerataan tersebut meliputi semua jenis
pemodalan baik itu fisik, manusia, dan lingkungan hidup.
d. Pemberdayaan (Empowerment)
Pembangunan harus dilakukan oleh setiap individu, dan bukan hanya untuk
mereka. Setiap individu harus berpartisipasi penuh dalam mengambil keputusan
dan dalam proses yang memengaruhi kehidupan setiap individu itu sendiri.
1. Indeks Pembangunan Manusia
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) diperkenalkan oleh United Nations
Development Programme (UNDP) pada tahun 1990 untuk pertama kalinya. Menurut
UNDP 1990, Indeks Pembangunan Manusia (IPM)/ Human Development Index (HDI)
merupakan indikator yang mengukur kualitas derajat manusia dari hasil pembangunan
ekonomi. Dalam IPM terdapat tiga komposisi indikator yang digunakan untuk
mengukur seberapa besar nilai indeks pembangunan manusia di suatu Negara, tiga
indikator tersebut adalah:
a. Tingkat kesehatan yang dapat diukur dengan angka harapan hidup saat lahir
(tingkat kematian bayi)
b. Tingkat pendidikan yang dapat diukur dengan jumlah penduduk melek huruf,
tingkat pendidikan yang dicapai masyarakat, daan lamanya pendidikan
c. Standar kehidupan layak yang diukur dengan pengeluaran perkapita.

Menurut BPS (2018), Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indeks


untuk mengukur pencapaian pembangunan manusia yang mempunyai komponen-
komponen dasar kualitas hidup manusia. Ipm dibangun melalui tiga indikator yang
digunakan sebagai standart ukuran kualitas hidup, yang meliputi:

a. Umur panjang dan sehat


b. Pengetahuan, dan
c. Standar kehidupan layak.

17
Ketiga indikator tersebut memiliki pengertian yang luas dan memiliki banyak
faktor didalamnya. Untuk itu, adapun pendekatan-pendekatan didalam ketiga indikator
tersebut. Untuk mengukur indikator kesehatan yang digunakan adalah angka umur
harapan hidup di suatu Negara. Selanjutnya, untuk mengukur indikator pengetahuan
dapat menggunakan angka melek huruf dan rata-rata lama bersekolah. Untuk mengukur
indikator standar hidup layak dapat menggunakan faktor kemampuan daya beli
masyarakat (purchasing power parity). Manfaat IPM bagi Indonesia adalah sebagai
penentu alokator dana dan juga sebagai standar kinerja pemerintahan (BPS, 2018)

Menurut Todaro (2006), dalam tujuan utama pembangunan manusia ada tiga
komponen variabel yaitu:

a. Kecukupan, merupakan kebutuhan dasar manusia secara fisik seperti sandang,


pangan, papan, kesehatan, dan keamanan. Kebutuhan dasar merupakan
kebutuhan yang apabila tidak dipenuhi akan menghentikan kehidupan
seseorang.
b. Jati diri, merupakan bagian dari kehidupan yang serba lebih baik seperti
dorongan diri sendiri untuk maju, untuk menghargai diri sendiri, merasa lebih
pantas mengejar dan mendapatkan sesuatu.
c. Kebebasan, merupakan kemampuan untuk memiliki nilai menyeluruh yang ada
pada pembangunan manusia merupakan kemerdekaan manusia. Kebebasan
yaitu mampu berdiri tegak sehingga tidak diperbudak oleh aspek-aspek materil
kehidupan.

2. Metode Indeks Pembangunan Manusia


Metode Indeks Pembangunan Manusia pertama kali dikeluarkan oleh UNDP
pada tahun 1990 dengan komponen AHH (Angka Harapan Hidup saat Lahir), AMH
(Angka Melek Huruf), dan PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita. Pada tahun 1991,
UNDP menyempurnakan komponen IPM dengan adanya RLS ( Rata-rata Lama
Sekolah) sehingga terbentuk komponen yang sempurna yang digunakan mulai pada
tahun 1995 yaitu, AHH (Angka Harapan Hidup saat Lahir), AMH (Angka Melek
Huruf), dan penggabungan antara APK (Angka Partisipasi Kasar) dan PDB (Produk
Domestik Bruto) per kapita.
Pada tahun 2010 UNDP mengembangkan IPM dengan metode baru, sehingga
perhitungan yang baru terdapat beberapa hal yang berubah yaitu metode perhitungan

18
dan indikatornya. Dalam metode perhitungan, metode agregasi diubah dari rata-rata
aritmatik menjadi rata-rata geometric. Sedangkan dalam indikator terdapat perubahan
yaitu Angka Melek Huruf (AMH) pada metode lama diganti dengan Harapan Lama
Sekolah (HLS) dan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita diganti dengan Produk
Nasional Bruto (PNB) per kapita. Beberapa alasan yang dijadikan dasar perubahan
metodologi perhitungan IPM yaitu:
a. Terdapat beberapa indikator yang sudah tidak tepat sebagai perhitungan IPM
seperti Angka Melek Huruf (AMH) yang sudah tidak relevan dalam mengukur
tingkat pendidikan secara menyeluruh karena tidak dapat menggambarkan
kualitas tingkat pendidikan. Selain itu, Angka Melek Huruf (AMH) di sebagian
besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat
pendidikan antar daerah dengan baik.
b. Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sudah tidak dapat menggambarkan
pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
c. Penggunaan rumus rata-rata aritmatika dalam perhitungan IPM
menggambarkan bahwa capaian yang rendah di suatu dimensi dapat ditutupi
oleh capaian tinggi dari dimensi lain.

Terdapat dua keunggulan Indeks Pembangunan Manusia dalam metode baru, yaitu:

a. Indikator yang digunakan lebih tepat dan dapat membedakan dengan baik
(diskriminatif). Seperti, dengan memasukkan rata-rata lama sekolah dan angka
harapan lama sekolah, bisa didapatkan gambaran yang lebih relevan dalam
pendidikan dan perubahan yang terjadi. Selanjutnya dengan menggantikan
Produk Domestik Bruto (PDB) dengan Produk Nasional Bruto (PNB) karena
lebih meggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.
b. Dengan menggunakan rata-rata geometrik dalam menyusun IPM dapat
diartikan bahwa capaian satu dimensi tidak dapat ditutupi oleh capaian di
dimensi lain. Artinya, untuk mewujudkan suatu pembangunan manusia yang
baik maka ketiga dimensi tersebut harus memperoleh perhatian yang sama besar
karena sama pentingnya.
3. Menghitung Indeks Pembangunan Manusia
Terdapat tiga dimensi dalam IPM yaitu pendidikan, kesehatan, dan pengeluaran.
Dimensi pendidikan menggunakan perhitungan Rata-rata Lama Sekolah (RLS). RLS
menggambarkan jumlah tahun yang dipergunakan untuk usia 15 tahun keatas dalam

19
mengikuti pendidikan formal dan perhitungan RLS digunakan dari jumlah penduduk
yang usianya diatas 25 tahun. Selain asumsi pada umur 25 tahun pendidikan berakhir,
ini juga mengikuti aturan yang ditentukan UNDP. Rumus perhitungan Rata-rata Lama
Sekolah (RLS) yaitu:

𝑅𝐿𝑆−𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
IRLS =
𝑅𝐿𝑆𝑚𝑎𝑥− 𝑅𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

Selain RLS, dalam dimensi pendidikan juga terddapat Harapan Lama Sekolah
(HLS). HLS merupakan lamanya sekolah yang dihitung dalam tahunan, yang
digunakan oleh anak-anak pada usia tertentu untuk masa yang akan datang. HLS juga
digunakan guna menentukan keadaan perkembangan system pendidikan di berbagai
tingkatan yang ditampilkan dalam bentuk pendidikan yang dihitung pertahun yang
pernah diharapkan untuk dicapai oleh setiap anak. Rumus perhitungan Harapan Lama
Sekolah (HLS) adalah:

𝐻𝐿𝑆−𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛
IHLS =
𝐻𝐿𝑆𝑚𝑎𝑥− 𝐻𝐿𝑆𝑚𝑖𝑛

Dalam dimensi kesehatan dihitung melalui Angka Harapan Hidup (AHH). AHH
merupakan rata-rata tahunan yang diperkirakan dapat dijalani seseorang sejak
dilahirkan. AHH tercermin sebagai tingkatan serta ukuran derajat kesehatan suatu
masyarakat. Rumus perhitungan tingkat kesehatan adalah:

𝐴𝐻𝐻−𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛
Ikesehatan=
𝐴𝐻𝐻𝑚𝑎𝑥− 𝐴𝐻𝐻𝑚𝑖𝑛

Terakhir, dimensi pengeluaran perkapita yang disesuaikan dan ditetapkan dari


nilai pengeluaran perkapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parit). Rata-rata
pengeluaran perkapita setahun ini diperoleh dari susenans, dihitung dari level provinsi
hingga level kab/kota. Rumus perhitungan pengeluaran adalah:

𝐼𝑛(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛)−𝐼𝑛(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 min)
Ipengeluaran =
𝐼𝑛 (𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 max)− 𝐼𝑛(𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟𝑎𝑛 min)

4. Manfaat Indeks Pembangunan Manusia


IPM dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal sebagai berikut :
a. Indeks Pembangunan Manusia diciptakan untuk menegaskan bahwa manusia
dan kemampuannya seharusnya menjadi kriteria utama untuk menilai

21
pembangunan sebuah negara. Untuk mengalihkan fokus perhatian para
pengambil keputusan, media, dan organisasi non pemerintah dari penggunaan
statistik ekonomi biasa, agar lebih menekankan pencapaian manusia.
b. IPM dapat mempertanyakan pilihan-pilihan kebijakan suatu negara. Bagaimana
dua Negara yang tingkat pendapatan perkapitanya sama dapat memiliki nilai
Indeks Pembangunan Manusia yang berbeda.
c. IPM dapat memperlihatkan perbedaan di antara negara-negara, serta provinsi-
provinsi (Negara bagian), gender, kesukaan, dan kelompok sosial ekonomi
lainnya. Dengan memperlihatkan kesenjangan di antara kelompok-kelompok
tersebut, maka akan tercipta atau terbentuk berbagai debat dan diskusi di
berbagai negara untuk mencari sumber masalah serta solusi.
B. Produk Domestik Regional Bruto
1. Konsep dan Definisi PDRB
Dalam ekonomi, pembangunan dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan
untuk meningkatkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di tingkat nasional
atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di tingkat regional atau daerah. Menurut
Badan Pusat Statistik (BPS), PDRB dapat didefinisikan sebagai jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah tertentu, atau merupakan
jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi.
PDRB merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan penduduk suau
wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah dalam periode tertentu, baik
atas harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku
mengambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada
tahun berjalan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukan nilai tambah
barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu
tahun tertentu sebagai tahun dasar. PDRB menurut haga berlaku digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya ekonomi, pergeseran dan struktur ekonomi suatu
daerah, sedangkan PDRB harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan
ekonomi secara riil dari tahun ke tahun atau pertumbuhan ekonomi yang tidak
dipengaruhi oleh faktor harga.
Pendekatan pembangunan tradisional lebih diartikan sebagai pembangunan
yang mana lebih menertibkan pada peningkatan PDRB suatu provinsi, kabupaten
maupun kota. Semakin tinggi nilai PDRB suatu daerah maka menunjukan tingkat
21
pertumbuhan ekonomi serta menunjukan bahwa daerah tersebut mengalami
pertumbuhan dalam perekonomiaannya (Kuncoro, 1997)
2. Metode Perhitungan PDRB
1.1 Metode Langsung
Dalam perhitungan PDRB dapat menggunakan dua harga yaitu PDRB
atas harga berlaku dan PDRB atas harga konstan. Perhitungan Produk Domestik
Regional Bruto secara konseptual menggunakan tiga macam pendekatan, yaitu:
pendekatan produksi, pendekatan pengeluaran dan pendekatan pendapatan.
a. Pendekatan Produksi:
Menurut pendekatan ini produk domestik regional bruto adalah
jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai
unit produksi di wilayah suatu daerah dalam jangka waktu tertentu
(umumnya triwulan dan satu tahun). Unit-unit produksi dalam penyajian
ini dikelompokkan dalam 17 lapangan usaha, yaitu:
1) Pertanian, kehutanan dan perikanan,
2) Pertambangan dan penggalian,
3) Industry pengolahan,
4) Pengadaan listrik,
5) Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang,
6) Konstruksi,
7) Perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil & sepeda motor,
8) Transportasi dan pergudangan,
9) Penyediaan akomodasi dan makan minum,
10) Informasi dan komunikasi,
11) Jasa keuangan dan asuransi,
12) Real estate,
13) Jasa perusahaan,
14) Administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial
wajib,
15) Jasa pendidikan,
16) Jasa kesehatan dan kegiatan lainnya dan
17) Jasa lainnya.
Rumus yang digunakan pada pendekatan produksi adalah
sebagai berikut:
22
Y = (P1 x Q1) + (P2 x Q2) + ... (Pn x Qn)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
P = Harga barang
Q = Harga
b. Pendekatan Pengeluaran:
Menurut pendekatan ini produk domestik regional bruto adalah
semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari:
1) Pengeluaran konsumsi rumah tangga,
2) Pengeluaran konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah
tangga,
3) Konsumsi pemerintah,
4) Pembentukan modal tetap domestik bruto,
5) Perubahan inventori & diskrepansi statistik,
6) Ekspor barang dan jasa, dan
7) Impor barang dan jasa.
Rumus yang digunakan pada pendekatan pengeluaran adalah
sebagai berikut:
Y = C + G + I + (Ex-Im)
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
Ex = Expor
C = Konsumsi Rumah Tangga
Im = Impor
G = Pengeluaran Pemerintah
I = Investasi
c. Pendekatan Pendapatan:
Pendekatan pedapatan adalah suatu pendeketan ketika
pendapatan nasional diperoleh dengan cara menjumlahkan pendapatan
dari berbagai faktor produksi yang menyumbang terhadap proses
produksi. Pendapatan nasional dalam hubungan ini adalah penjumlahan
dari unsur-unsur atau jenis-jenis pendapatan.
a) Kompensasi untuk pekerja, yang terdiri dari upah dan gaji
ditambah faktor rent terhadap upah dan gaji (misalnya kontribusi
23
pengusaha untuk rencana- rencana pensiun dan dana jaminan
sosial), dan ini merupakan komponen terbesar dari pendapatan
nasional.
b) Keuntungan perusahaan, yang merupakan kompensasi kepada
pemilik perusahaan yang mana sebagian dari padanya digunakan
untuk mambayar pajak keuntungan perusahaan, sebagian lagi
dibagikan kepada para pemilik saham sebagai deviden, dan
sebagian lagi ditabung perusahaan sebagai laba perusahaan yang
tidak dibagikan.
c) Pendapatan usaha perorangan, yang merupakan kompensasi atas
penggunaan tenage kerja dan sumber-sumber dari self
employeed person, misalnya petani, self employeed profesional,
dan lainlain. Dengan perkataan lain proprictors income
merupakan pendapatan new korporasi.
d) Pendapatan sewa, yang merupakan kompensasi untuk pemilik
tanah, rental businees dan recidential properties, termasuk
didalamnya pendapatan sewa dari mereka yang tidak terikat
dalam bisnis real estate: pendapatan sewa dihitung untuk rumah-
rumah yang non form yang dihuni oleh pemiliknya sendiri; dan
royalty yang diterima oleh orang dari hak paten, hak cipta, dan
hak terhadap sumber daya alam.
e) Bunga netto, terdiri atas bunga yang dibayar perusahaan
dikurangi oleh bunga yang diterima oleh perusahaan ditambah
bunga netto yang diterima dari luar negeri. Bunga yang dibayar
oleh pemerintah dan yang dibayar oleh konsumen tidak termasuk
didalamnya.
Rumus yang digunakan pada pendekatan pendapatan adalah sebagai
berikut:
Y=R+W+I+P
Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
I = Bunga
R = Sewa
P = Laba
24
W = Gaji/Upah
Dalam pengertian sederhana, ketiga pendekatan tersebut dimaksudkan untuk
menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara tiga konsep yaitu
banyaknya barang dan jasa yang diproduksi, besarnya pendapatan yang diterima dan
penggunaan pendapatan tersebut. Hubungan tersebut dapat digambarkan melalui suatu
persamaan matematis sederhana. Sebagaimana kompilasi pada tingkat nasional (PDB),
kompilasi pada tingkat wilayah (PDRB) juga dapat dilakukan melalui 3 (tiga)
pendekatan serupa yaitu, kompilasi PDRB dari sisi sektor (supply side), sisi
penggunaan (demand side) dan sisi pendapatan (income side). Pertemuan antara ketiga
dimensi perilaku tersebut dikenal sebagai titik keseimbangan umum antara sisi
penyediaan dan permintaan di tingkat makro/semi makro (general equilbrium).
Ketidakseimbangan yang terjadi antara dua titik tersebut diartikan sebagai surplus atau
defisitnya suatu daerah.
2.1 Metode tidak lansung
Tiga pendekatan yang telah dijelaskan diatas merupakan metode
langsung dalam menghitung angka-angka didalam PDRB, adapun metode tidak
langsung dalam perhtiungan angka-angka PDRB. Menghitung nilai tambah
kelompok ekonomidegan mengalokasikan nilai tambah kedalam masing-
masing kelompok kegiatan pada tingkat regional sebagai alokator yang
digunakan paling besar tergantung atau erat kaitannya dengan produktifitas
kegiatan ekonomi tersebut melalui PDRB menurut harga berlaku dan harga
konstan. Pendapatan regional suatu provinsi dapat diukur untuk menghitung
kenaikan tingkat pendapatan masyarakat. Kenaikan ini dapat disebabkan karena
dua faktor yaitu:
a) Kenaikan pendapatan yang benar-benar bisa menaikkan daya beli
penduduk (kenaikan rill).
b) Kenaikan pendapatan yang disebabkan oleh karena inflasi, kenaikan
pendapatan yang disebabkan kerena kenaikan harga pasar tidak
menaikkan 6 daya beli penduduk dan kenaikan seperti ini merupakan
kenaikan pendapatan yang tidak riil.
Oleh karena itu berdasarkan kenyataan diatas untuk mengetahui
kenaikan pendapatan yang sebenarnnya (riil) maka faktor yang harus dieliminir
pendapatan regional dengan faktor inflasi (faktor inflasi belum dihilangkan)
merupakan pendapatan regional dengan harga berlaku, sedangkan pendapatan
25
regional dimana faktor inflasi tidak lagi diperhitungkan disebut dengan
pendapatan regional atas dasar harga konstan.
Menurut Tarigan (2004), metode tidak langsung merupakan perhitungan
dengan cara mengalokasikan PDB menjadi PDRB provinsi ataupun sebaliknya
yaitu PDRB provinsi menjadi PDRB kabupaten atau kota dengan menggunakan
indikator produksi maupun indikator lain sebagai alokator. Alokator dalam
menentukan angka-angka PDRB didalam metode tidak langsung dapat
didasarkan pada:
a) Nilai produksi;
b) Jumlah produksi;
c) Tenaga kerja;
d) Penduduk;
e) Alokator lain yang dianggap sesuai dengan daerah tersebut.
C. Konsep Ketersediaan Infrastruktur
Infrastruktur adalah seperangkat fasilitas berupa barang dan jasa yang
disediakan untuk kepentingan publik atau masyarakat (srinivasu, 2013). Stone (1974)
didalam bukunya kodoatie 2005 menjelaskan bahwa infrastuktur sebagai fasilitas fisik
yang digunakan dan dibutuhkan oleh pemerintah publik untuk fungsi-fungsi
pemerintahan dalam penyediaan air, pebuangan limbah, transportasi serta layanan yang
lain untuk dapat memfasilitasi tujuan ekonomi dan sosial. Infrastruktur dapat diartikan
sebagai sarana dan prasarana umum yang merupakan sebagai fasilitas public seperti
jalan, rumah sakit, sekolah, jembatan, dan lain-lain. Menurut Hapsari (2011) didalam
ilmu ekonomi infratruktur merupakan wujud dari modal public (public capital) yang
terjadi dari investasi yang dilakukan pemerintah.
Infrastruktur dapat dibedakan menjadi dua, infrastruktur ekonoi dan sosial
(familioni, 2004). Ada tiga jenis kategori infrastuktur menurut The World Bank yang
dikemukakan pada tahun 1994 yaitu:
a. Infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk
kegiatan perekonomian seperti kepuasan publik (air, telekomunikasi, sanitasi,
gas), pekerjaan umum (jalan, irigasi, bendungan, dan drainase), dan sektor
transportasi (rel, pelabuhan, lapangan terbang).
b. Infrastruktur sosial, merupakan infrastruktur dibidang pendidikan, kesehatan,
perumahan, dan rekreasi.

26
c. Infrastruktur administrasi, merupakan infrastruktur yang meliputi penegakan
hukum, control administrasi dan koordinasi.

Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya infrastruktur


untung menunjang keberhasilan sumber daya manusia nya. Ada tiga alasan utama
mengapa infrastruktur penting dalam ekonomi (Friawan, 2008) yaitu:

a. Ketersediaan inrastruktur baru menjadikan mesin utama perekonomian


b. Untuk mensejahterakan perekonomian dibutuhkan ketersediaan jaringan
infrastruktur dalam memperlancar aktivitas perdagangan dan investasi.
c. Perbaikan infrastruktur untuk mengatasi kesenjangan pembangunan ekonomi
antar negara.
D. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan merupakan hal penting bagi kehidupan manusia karena dengan
pendidikan segala potensi dan bakat dapat bermanfaat bagi setiap individu maupun
kepentingan orang banyak. Pendidikan merupakan investigasi yang paling utama bagi
bangsa yang sedang berkembang karena pembangunan hanya dipersiapkan melalui
pendidikan (Sri Minarti, 2011). Pendidikan adalah salah satu sarana untuk peningkatan
kualitas SDM. Pendidikan merupakan proses awal usaha untuk menumbuhkan
kesadaran sosial pada setiap manusia sebagai pelaku sejarah (Romo Mangun Wijaya
dalam Yamin, 2009).
Menurut Muhammad Yamin (2009) pendidikan merupakan proses awal
sosialisasi yang diantaranya sosialisasi nilai, pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Pendidikan berfungsi menyiapkan salah satu input dalam proses produksi yaitu tenaga
kerja, agar dapat bekerja dengan produktif karena kualitasnya. Hal ini akan mendorong
peningkatan output yang diharapkan. Jika kegiatan pendidikan dilaksanakan dengan
baik maka sumber daya manusia pun akan berkualitas.
2. Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
Fasilitas pendidikan merupakan salah satu sarana dan prasarana yang cukup
penting. Hal ini menjelaskan bahwa pendidikan adalah suatu kebutuhan yang wajib
dipenuhi oleh setiap lapisan masyarakat, sehingga perlu mementingkan kebutuhan akan
sarana pendidikan yang sesuai dengan standart yang telah ditentukan. Menurut
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional
menyatakan bahwa pemerintah harus mampu menjamin pemerataan kesempatan

27
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan
untuk menghadapi tuntunan perubahan kehidupan lokal, nasional dan global yang
sesuai dengan pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah dan
berkesinambungan.
Penyediaan jumlah fasilitas pendidikan perlu direncanakan dengan serius yang
menjadikan harapan siswa dapat mengembangkan diri sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian dan keterampilan siswa serta siap menjadi
tenaga kerja yang terdidik dan professional dan hal ini akan menjadikan Indonesia
memiliki kualitas sumber daya manusia yang berkualitas. Terdapat empat jenis fasilitas
pendidikan menurut Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.378/KPTS/1987, yaitu:
a. Taman Kanak-kanak: merupakan fasilitas pendidikan yang paling dasar yang
diperuntukkan bagi anak-anak usia (5-6) tahun.
b. Sekolah Dasar: merupakan fasilitas pendidikan yang disediakan untuk anak-
anak usia antara (6-12) tahun.
c. Sekolah Menengah Pertama: merupakan fasilitas pendidikan yang berfungsi
sebagai sarana untuk melayani anak-anak lulusan Sekolah Dasar usia antara
(13-15) tahun.
d. Sekolah Menengah Umum: merupakan fasilitas pendidikan yang berfungsi
sebagai sarana untuk melayani anak-anak lulusan Sekolah Menengah Pertama
usia antara (16-18) tahun.

Rumus rasio ketersediaan fasilitas pendidikan berdasarkan jenjang pendidikan:

JUMLAH BANYAKNYA SEKOLAH (SD, SMP, SMA)


X 10.000
JUMLAH PENDUDUK USIA PENDIDIKAN (SD, SMP, SMA)

E. Kesehatan
1. Pengertian Kesehatan
Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya pembangunan nasional
yang diselenggarakan pada semua bidang kehidupan yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran bagi setiap individu untuk hidup sehat sehingga dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya dapat mencapai
sasaran pembangunan nasional. Menurut Mills dan Gilson (Putra: 2010) menyebutkan
bahwa kesehatan merupakan suatu kebutuhan yang secara umu telah disepakati. Selain
itu, kesehatan juga merupakan kebutuhan yang dirasakan sendiri oleh setiap individu.
World Health Organization (WHO) menjelaskan bahwa kesehatan bukan hanya bebas

28
penyakit dan kelemahan fisik tetapi merupakan sebuah kondisi kesejahteraan fisik,
mental dan sosial.
Pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pebangunan nasional
karena kesehatan menyentuh hapir seluruh aspek kehidupan manusia. Pembangunan
kesehatan ini merupakan upaya untuk tercapainya kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap individu sehingga dapat hidup sehat di masa
mendatang dan tercipta generasi penerus yang bermutu sebagai modal penting dalam
pembangunan nasional.
2. Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Ketersediaan fasilitas kesehatan merupakan salah satu faktor kunci dari
tercapainya pembangunan kesehatan di Indonesia. Ketersediaan fasilitas fisik
kesehatan meliputi bangunan rumah sakit, puskesmas, klinik, apotek. Pelayanan
penyediaan kesehatan tergantung pada ketersediaan infrastruktur di masyarakat, tanpa
ada perbaikan infrastruktur pemerataan pelayanan kesehatan akan menjadi sulit bagi
masyarakatnya tersebut. Masyarakat di daerah terpencil relatif tidak memiliki banyak
pilihan untuk berobat, sedangkan di daerah perkotaan penyedia pelayanan kesehatan
sudah banyak. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas kesehatan harus dilakukan secara
merata dengan perhitungan.
Rumus rasio ketersediaan fasilitas kesehatan berdasarkan jenis fasilitas:
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝐹𝐴𝑆𝐼𝐿𝐼𝑇𝐴𝑆 𝐾𝐸𝑆𝐸𝐻𝐴𝑇𝐴𝑁 (𝑝𝑢𝑠𝑘𝑒𝑚𝑎𝑠, 𝑅𝑢𝑚𝑎ℎ 𝑆𝑎𝑘𝑖𝑡)
𝑋 1000
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 𝑃𝐸𝑁𝐷𝑈𝐷𝑈𝐾
F. Jalan Raya
1. Pengertian Jalan Raya
Menurut Clarkson H. Oglesby (1999), Jalan raya adalah jalur - jalur tanah di
atas permukaan bumi yang dibuat oleh manusia dengan bentuk, ukuran - ukuran dan
jenis konstruksinya sehingga dapat digunakan untuk menyalurkan lalu lintas orang,
hewan dan kendaraan yang mengangkut barang dari suatu tempat ke tempat lainnya
dengan mudah dan cepat. Sedangkan menurut UU Jalan No 38 Tahun 2004, Jalan
merupakan urat nadi yang berperan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya,
lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan. Ketersediaan infrastruktur jalan
menjamin keterhubungan antar wilayah dalam menghubungkan pusat- pusat kegiatan
serta mendukung terselenggaranya distribusi barang dan jasa (Kusbiantoro, 2007;
Ortuzar and Willumsen, 2011).

29
Jalan Raya merupakan prasarana utama transportasi di darat, oleh sebab itu
keberadaannya menjadi pendukung utama kegiatan masyarakat baik itu yang sifatnya
ekonomi maupun non-ekonomi. Dengan pembangunan Jalan Raya maka kegiatan
ekonomi masyarakat menjadi lebih lancar. Kelancaran kegiatan ekonomi ini akan
berpengaruh secara signifikan pada masyarakat Indonesia sebab proses distribusi
masyarakat dalam kegiatan ekonomi menjadi lebih baik dan merata.
2. Rasio Panjang Jalan terhadap Luas Area/Wilayah
Penyediaan infrastruktur jalan merupakan sarana untuk menggerakan
pembangunan ekonomi bukan hanya di perkotaan tetapi juga di wilayah pedesaan.
Melalui proyek, sektor infrastruktur dapat menciptakan lapangan kerja yang menyerap
jutaan tenaga kerja di Indonesia. Selain itu, sektor infrastruktur jalan merupakan pilar
dalam menentukan kelancaran arus barang, jasa, manusia, uang dan informasi dari satu
zona pasar ke zona pasar lainnya. Kondisi ini akan memungkinkan harga barang dan
jasa akan lebih murah sehingga bisa dibeli oleh sebagian masyarakat Indonesia yang
penghasilannya masih rendah. Oleh karena itu, ketersediaan fasilitas jalan raya harus
dilakukan secara merata dengan perhitungan.
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 PANJANG JALAN RAYA
𝐽𝑈𝑀𝐿𝐴𝐻 LUAS AREA PROVINSI

G. Hubungan Antar Variabel


1. Hubungan PDRB Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Melalui belanja rumah tangga untuk makanan, air bersih, pemeliharaan
kesehatan dan sekolah aktivitas rumah tangga tersebut telah memberikan kontribusi
yang besar terhadap peningkatan indikator pembangunan manusia (UNDP, 1996:
Ramirez dkk, 1998 dalam Ranis, 2004). Kecenderungan aktivitas rumah tangga untuk
membelanjakan sejumlah faktor yang langsung berkaitan dengan indikator
pembangunan manusia di atas dipengaruhi oleh tingkat dan distribusi pendapatan, dan
tingkat pendidikan. Ketika tingkat pendapatan atau PDRB per kapita rendah akibat dari
pertumbuhan ekonomi yang rendah, menyebabkan pengeluaran rumah tangga untuk
peningkatan pembangunan manusia menjadi turun. Begitu juga sebaliknya, tingkat
pendapatan yang relative tinggi cenderung meningkatkan belanja rumah tangga untuk
peningkatan pembangunan manusia.
PDRB memberikan manfaat langsung terhadap peningkatan pembangunan
manusia melalui peningkatan pendapatan (Ranis, 2004). Peningkatan pendapatan akan

31
meningkatkan alokasi belanja rumah tangga untuk makanan yang lebih bergizi dan
pendidikan, terutama pada rumah tangga miskin. Selain ditentukan oleh tingkat
pendapatan penduduk, distribusi pendapatan juga turut menentukan pengeluaran rumah
tangga yang memberikan kontribusi terhadap peningkatan pembangunan manusia.
Pada saat distribusi pendapatan buruk atau terjadi ketimpangan pendapatan
menyebabkan banyak rumah tangga mengalami keterbatasan keuangan. Akibatnya
mengurangi pengeluaran untuk pendidikan yang lebih tinggi danmakanan yang
mengandung gizi baik (Ramirez, 1998).
Menurut UNDP (1996) Pengeluaran lebih banyak ditujukan untuk
mengkonsumsi makanan yang tidak mengandung banyak asupan gizi dan nutrisi yang
baik. Dengan demikian, jika terjadi perbaikan dalam distribusi pendapatan akan
menyebabkan penduduk miskin memperoleh pendapatan yang lebih baik. Peningkatan
pendapatan pada penduduk miskin mendorong mereka untuk membelanjakan
pengeluaran rumah tangganya agar dapat memperbaiki kualitas kesehatan dan
pendidikan anggota keluarga.
2. Hubungan Ketersediaan Infrastruktur Pendidikan, Kesehatan dan Panjang Jalan Raya
Terhadap Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Mankiw (2008) pengembangan sumber daya manusia dapat dilakukan
dengan perbaikan kualitas modal manusia. Modal manusia dapat mengacu pada
pendidikan dan kesehatan tergantung jenis investasi manusia, jika investasi seseorang
mendorong kearah populasi sehat bisa mengacu kepada kesehatan. Kesehatan
merupakan inti dari kesejahteraan dan pendidikan memiliki peran penting dalam
membentuk kemampuan sebuah Negara berkembang untuk menyerap teknologi
modern dan untuk mebangun kapasitas agar tercipta pertumbuhan serta pembangunan
yang berkelanjutan (Todaro, 2006).
Infrastruktur merupakan wadah dalam sebuah pembangunan. Ketersediaan
infrastruktur meningkatkan akses masyarakat terhadap sumberdaya sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan produktivitas yang menuju pada perkembangan ekonomi
suatu wilayah. Pendidikan dan kesehatan merupakan suatu pintu untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya
manusia mutlak harus dilakukan salah satunya melalui infrastruktur bagi pendidikan
maupun kesehatan. Karena dengan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas
dapat memberikan multiplier effect terhadap pembangunan suatu negara, khsususnya
pembangunan bidang ekonomi. Pembangunan pendidikan dan kesehatan harus
31
mendapatkan prioritas dalam pembangunan karena pendidikan dan kesehatan adalah
dua masalah yang berhubungan langsung dengan mutu dan kualitas SDM suatu bangsa
yang dapat mempengaruhi kualitas Indeks Pembangunan Manusia suatu Negara.
Infrastruktur jalan juga merupakan faktor pendukung utama sekaligus penyambung
antara sistem ekonomi dan sosial yang didalamnya terdapat masyarakat sebagai objek
dan sasaran. Pembangunan Ketersediaan jalan raya tersebut ditunjukan untuk prasarana
kegiatan ekonomi, Jalan Raya juga berperan dalam mendukung kegiatan non-ekonomi
masyarakat. Misalnya mempermudah pertukaran budaya, mendukung ketahanan dan
juga pertahanan nasional bangsa Indonesia.
H. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Berikut adalah beberapa penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti
sebelumnya. Penelitian-penelitian ini membahas hanya sebagian variabel yang penulis
pakai pada penelitian ini, berikut adalah daftar tabel dari beberapa penelitian yang telah
dilakukan
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

NO. Judul Peneliti Hasil penelitian Objek Metode


(Tahun) Penelitian Penelitian
1. Pengaruh pengeluaran Heri Terdapat pengaruh langsung Kalimanta Analisis
pemerintah sektor Suparno antara pengeluaran pemerintah n timur jalur (Path
pendidikan, kesehatan (2014) sektor pndidikan, kesehatan dan 1997-2011 Analysis)
dan infrastuktur terhadap infrastruktur terhadap IPM dan
pertumbuhan ekonomi pertumbuhan ekonomi
dan peningkatan
pembangunan manusia di
provinsi Kalimantan
timur
2. Faktor-faktor yang Minar Angka harapan hidup, Kabupaten Analisis
mempengaruhi kualitas winda pendidikan dan ratarata Siak regresi
Sumber Daya Manusia Dr.Hj.Yusm pengeluaran per kapita riil secara Tahun linier
(SDM) di Kabupaten i Maulida simultan berperangaruh 2003-2014 berganda
Siak SE,MSi, signifikan terhadap IPM
Lapeti Sari

32
NO. Judul Peneliti Hasil penelitian Objek Metode
(Tahun) Penelitian Penelitian
SE,MSi,
(2014)
3. Pengaruh pengeluaran Sri Pengeluaran pemerintah sektor Sulawesi Regresi
pemerintah di sektor Fatmawati pendidikan dan ipm berpengaruh selatan linier
pendidikan, kesehatan Syam positif dan tiidak signifikan berganda
dan IPM terhadap (2014) terhadap pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhan ekonomi sedangkan pengeluaran
sulawesi selatan pemerintah sektor kesehatan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pertumbuhan
ekonomi
4. Pengaruh pengeluaran Abdul kadir Hasil analisis secara simultan Provinsi Analisis
kesehatan pendidikan mahulauw, bahwa ketiga jenis variabel Maluku jalus (path
serta infrastruktur dwi budi pengeluaran pemerintah tersebut analysis)
terhadap Indeks santosa, berpengaruh signifikan terhadap
Pembangunan Manusia putu peningkatan IPM
di Provinsi Maluku mahardika
(2016)
5. Analisis pengaruh Chairunasih Variabel pertumbuhan ekonomi, Jawa Metode
pertumbuhan in imron pengeluaran pemerintah sektor timur regresi data
ekonomi,pengeluaran (2018) kesehatan dan infrastruktur panel
pemerintah sektor berpengaruh signifikan dan
pendidikan, kesehatan , positif sedangakan variabel
infrastruktur terhadap pengeluaran pemerintah sektor
indeks pembangunan pendidikan berpengaruh
manusia di provinsi jawa signifikan dan negatif terhadap
timur 2011 / 2016 IPM

6. Pengaruh pengeluaran Meylina Pengeluaran pemerintah daerah Indonesia Metode


pemerintah daerah pada astir S,Pd pada sektor pendidikan dan statistika
sektor pendidikan dan (2013) kesehatan secara serempak induktif

33
NO. Judul Peneliti Hasil penelitian Objek Metode
(Tahun) Penelitian Penelitian
kesehatan terhadap berpengaruh positif dan
Indeks Pembangunan signifikan terhadap IPM
Manusia
7. Analisis pengaruh Muliza, T -Variabel penngeluaran Provinsi Analisis
belanja pendidikan, Zulham, pemerintah di sektor pendidikan Aceh regresi data
belanja kesehatan, Chenny dan kesehatan tidak berpengaruh panel
tingkat kemiskinan dan seftarita signifikan terhadap IPM dengan
PDRB terhadap IPM di (2017) - Kemiskinan berpengaruh model
Provinsi Aceh negative dan signifikan terhadap random
IPM effect
- PDRB berpengaruh posiitif dan model
signifikan terhadap IPM (REM)
8. Investigating the effect of Mohammad Menunjukkan hubungan positif Iran The
government health Javad dan signifikan antara ordinary
expenditure on HDI in Razmi, pengeluaran kesehatan lease least
Iran Ezatola pemerintah dengan indeks squares
Abasyan, pembangunan manusia method
Sahar (OLS)
mohammadi
(2012)
9. Analisis Tipologi dan Abdul Secara statistic IPM tidak Sumatera Klassen
hubungan antara Indeks Bashir, mempunyai kontribusi yang Selatan Typology
Pembangunan Manusia Bambang nyata teerhadap pertumbuhan
dan Pertumbuhan Bemby ekonomi. Rendahnya kontribusi
Ekonomi di provinsi (2015) kualitas sumber daya manuia
Sumatera Selatan terhadap pertumbuhan ekonomi
mengindikasi masih rendahnya
pemerintah daerah terhadap
pembangunan sumber daya
manusianya

34
NO. Judul Peneliti Hasil penelitian Objek Metode
(Tahun) Penelitian Penelitian
10. Analyzing the effects of Richardson Hasil penelitian menggambarkan Nigeria Panel data
sectoral public spending Kojo Edeme bahwa terdaapat hubungan
on human development (2014) fungsional yang positif antara
in Nigeria pendidikan, kesehatan,
pertanian, pembangunan
pedesaan, energy, perumahan,
perlindungan lingkungan dan
pengeluaran sumber daya air
portable terhadap pembangunan
manusia
11. Strategi Sektor Arif Hasil analisis diperoleh strategi Kabupaten Analytical
Kesehatan Dalam Tristanto, yang digunakan dalam Situbondo hierarchy
Meningkatkan Indeks Herman meningkatkan Indeks process
Pembangunan Manusia Cahyo Pembangunan Manusia di
di Kabupaten Situbondo Diartho Kabupaten Situbondo pada
sektor kesehatan yaitu pelayanan
kesehatan menjadi prioritas
dalam peningkatan indeks
pembangunan manusia sektor
kesehatan di Kabupaten
Situbondo
12. Hubungan Infrastuktur Rosyid, Hasil penelitian menunjukkan Banten regresi data
Terhadap Indeks Laksono Edi bahwa infrastruktur untuk panel
Pembangunan Manusia Lukito kesehatan memiliki pengaruh
Di Provinsi Banten positif dan signifikan terhadap
IPM. Namun, APBD untuk
pendidikan tidak berpengaruh
terhadap ketergantungan dan
konsumsi rumah tangga untuk
makanan berpengaruh negatif
dan signifikan IPM.

35
NO. Judul Peneliti Hasil penelitian Objek Metode
(Tahun) Penelitian Penelitian
13. Analisis faktor-faktor David Ada 4 kuadran regional Sumatera Analisis
yang mempengaruhi Rahmat, berdasarkan tipologi klassen. Barat deskriptif
Indeks Pembangunan Nasri Hasil data panel: pengeluaran menggunak
Manusia di Sumatera Bachtiar pemerintah di sektor an matriks
Barat (2017) pendidikan,kesehatan dan tipologi
kemiskinan memiliki pengaruh klassen,
positif dan signifikan terhadap pendekatan
indeks pembangunan manusia di kuantitatif
provinsi Sumatera Barat. menggunak
Sedangkan pertumbuhan an teknik
ekonomi berpengaruh positif dan panel
tidak signifikan terhadap nilai
Indeks Pembangunan Manusia di
Sumatera Barat.
14. Pengaruh Infrastruktur Klementius Hasil penelitian secara Provinsi- Regresi
Terhadap Pembangunan P. I. B. Kali, keseluruhan menunjukan bahwa provinsi data panel
Manusia di Provinsi- Aloysius infrastuktur memiliki pengaruh kawasan menggunak
provinsi Kawasan Gunadi positif terhadap Indeks Indonesia an model
Indonesia Bagian Timur Brata (2016) Pembangunan Manusia timur Fixed
Periode 2006-2013 effects
15. Infrastructure and human Heru Peningkatan infrastruktur secara Java, Panel data
development: the case of Kusharjant signifikan dapat meningkatkan Indonesia
Java, Indonesia and pembangunan manusia. (2002-
Donghun 2005)
Kim (2011)
16. The correlation of the Elistia, Hasil penelitian ini menunjukkan 10 statistical
human development Barlia Annis bahwa masing-masing negara ASEAN analysis
index (HDI) towards Syahzuni memiliki korelasi yang kuat dan member method that
economic growth (GDP signifikan antara IPM dan PDB countries uses a
per capita) in 10 ASEAN linear
member countries regression

36
I. Kerangka Pemikiran

PDRB

Ketersediaan Fasilitas Pendidikan


Indeks Pembangunan Manusia
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

Rasio Panjang Jalan

Simultan

J. Hipotesis
Menurut Ghozali (Ghozali, 2001) hipotesis adalah hasil praduga sementara dan
masih harus dibuktikan kebenarannya dengan alat uji analisis. Hipotesis disusun
berdasarkan kebenarannya dan juga sesuai dengan kerangka pemikiran serta penelitian
terdahulu. Berikut hipotesis dalam penelitian ini (dengan taraf signifikan 0,05%).
a. PDRB
Terdapat pengaruh PDRB secara parsial terhadap Indeks Pembangunan
Manusia di 12 provinsi Indonesia bagian timur periode 2011-2018.
b. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
Terdapat pengaruh Ketersdiaan Fasilitas pendidikan secara parsial terhadap
Indeks Pembangunan Manusia di 12 provinsi Indonesia bagian timur periode
2011-2018.
c. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Terdapat pengaruh Fasilitas kesehatan secara parsial terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di 12 provinsi Indonesia bagian timur periode 2011-
2018.
d. Ketersediaan Fasilitas Jalan Raya
Terdapat pengaruh Rasio panjang jalan secara parsial terhadap Indeks
Pembangunan Manusia di 12 provinsi Indonesia bagian timur periode 2011-
2018.
e. Indeks Pembangunan Manusia
Terdapat pengaruh PDRB, ketersediaan fasilitas pendidikan, dan kesehatan
secara simultan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 12 provinsi
Indonesia bagian timur periode 2011-2018.

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini menganalisa apakah Produk Domestik Regional Bruto, Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan Rasio
panjang jalan terhadap luas area/ wilayah dapat mempengaruhi tingkat kenaikan dari
pembangunan manusia yang dilakukan oleh Indonesia. Penulis menggunakan dua jenis
variabel dalam penelitian ini, yang pertama adalah variabel dependent dan yang kedua
adalah variabel independent. Variabel dependent yang digunakan oleh penulis adalah
indeks pembangunan manusia (IPM) (selaku y) dan variabel independent yang
digunakan oleh penulis adalah Produk Domestik Regional Bruto (selaku x1),
Ketersediaan Fasilitas Penndidikan (selaku x2), Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
(selaku x3), Rasio Panjang Jalan (selaku x4). Ruang lingkup penelitian ini adalah
Indonesia bagian Timur dengan mengambil sample (cross-section) 12 provinsi, dan
tahun (time series) sebanyak 8 seri/tahun, dari tahun 2011-2018. Adapun data yang
diperlukan dalam penilitian kali ini adalah, (i) data indeks pembangunan manusia dari
12 provinsi Indonesia bagian Timur dalam kurun waktu 2011 - 2018 (ii) data PDRB
dari 12 provinsi Indonesia bagian Timur dalam kurun waktu 2011-2018, (iii) data
Ketersediaan Fasilitas pendidikan dari 12 provinsi Indonesia bagian Timur dalam kurun
waktu 2011-2018, (iv) data Ketersediaan Fasilitas kesehatan dari 12 provinsi Indonesia
bagian Timur dalam kurun waktu 2011-2018, dan (v) data Rasio Panjang Jalan dari 12
Provinsi Indonesia bagian Timur dalam kurun waktu 2011-2018.
B. Jenis Penelitian
Metodologi penelitian diibaratkan sebagai acuan menjawab pertanyaan
penelitian dalam suatu penelitian. Metodologi penelitian mengandung makna cara
mendapatkan data yang dibutuhkan bagi kepentingan penelitian, untuk menjawab
rumusan masalah. Metodologi penelitian sangat menentukan arah penelitian, baik
usaha dalam menghimpun data maupun sebagai petunjuk bagaimana penelitian ini akan
dilakukan. Maka dari itu, jenis pada penelitian kali ini adalah bersifat deskriptis
kuantitatif, dimana deskriptif digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan
pengaruh PDRB, Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Ketersediaan Fasilitas Kesehatan,
dan Rasio Panjang Jalan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur, sementara kuantitatif digunakan karena peristiwa PDRB,

38
Ketersediaan fasilitas pendidikan, Ketersediaan fasilitas kesehatan, Rasio Panjang Jalan
dan Indeks Pembangunan Manusia dijelaskan dengan angka-angka yang nantinya akan
diolah menggunakan teknik panel data dengan aplikasi pengolahan data eviews.
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Sampel adalah suatu himounan bagian (subset) dari unit populasi yang
diharapkan dapat mewakili populasi penelitian. Menurut mudrajat (2009), sampel yang
baik umumnya memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sampel yang baik memungkinkan peneliti untuk mengambil keputusan yang
berhubungan dengan besarnya sampel untuk memperoleh jawaban yang
dikehendaki.
2. Sampel yang baik mengidentifikasi probabilitas dari setiap unit analisis untuk
menjadi sampel.
3. Sampel yang baik dengan menghitung akurasi dan pengaruh (misalnya
kesalahan) dalam pemilihan sampel.
4. Sampel yang baik dengan menghitung derajat kepercayaan yang diterapkan
dalam estimasi populasi yang disusun dari sampel statistika.
Penelitian ini menggunakan sampel Indeks Pembangunan Manusia, PDRB,
ketersediaan fasilitas pendidikan, ketersediaan fasilitas kesehatan, dan rasio panjang
jalan selama periode 2011-2018 di 12 provinsi Indonesia bagian Timur, dari populasi
tersebut selanjutnya diambil sampel yang merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh suatu populasi, sehingga sampel harus mewakili
populasinya.
D. Data dan Sumber Data
Jenis data yang akan peneliti gunakan adalah data sekunder, karena tidak
diperoleh langsung dari sumbernya yang telah diolah Badan Pusat Statistik Indonesia,
data publikasi Kementrian pendidikan dan kebudayaan, serta Kementrian kesehatan
dan instansi terkait lainnya yang terdiri dari data indeks pembangunan manusia, PDRB,
rasio ketersediaan fasilitas pendidikan, rasio ketersediaan fasilitas kesehatan, dan rasio
panjang jalan 12 provinsi Indonesia bagian Timur, tahun 2011-2018. Selain itu,
penelitian ini juga menggunakan referensi studi kepustakaan yang dilakukan seperti
jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih relevan
dengan penelitian ini.
Berikut ini adalah data-data dalam penelitian yang akan digunakan yaitu,

39
1. Indeks Pembangunan Manusia 12 provinsi Indonesia bagian Timur pada tahun
2011-2018
2. Produk Domestik Regional Bruto 12 provinsi Indonesia bagian Timur tahun
2011-2018
3. Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan 12 provinsi Indonesia bagian Timur
tahun 2011-2018
4. Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan 12 provinsi Indonesia bagian Timur
tahun 2011-2018
5. Rasio Panjang Jalan 12 Provinsi Indonesia bagian Timur tahun 2011-2018

E. Metode Analisis Data


1. Regresi Data Panel
Penggunaan regresi data panel dikarenakan data yang peneliti gunakan
adalah data yang menjelaskan suatu peristiwa menggunakan angka-angka, yang
hasilnya nanti akan objektif sesuai dengan penjabaran angka-angka tersebut.
Kemudia hasil yang peneliti temukan akan penilit cocok-kan dengan landasan
teori, sehingga hasil kesimpulannya tidak subjektif dari pemikiran pribadi
penulis. Penelitian pengaruh pengeluaran pemerintah terhadap indeks
pembangunan manusia menggunakan metode regresi model data panel,
dikarenakan data yang peneliti ambil adalah data set beberapa individu/cross-
section/provinsi pada sebuah rentetan waktu/periode tertentu.
Data panel itu sendiri adalah sekumpulan data yang diambil dari
beberapa set data deret waktu (time series) dan data antar provinsi (cross
section). Penggabungan antara data set deret waktu dengan beberapa wilayah
akan menghasilkan sebuah kumpulan data yang dinamakan data panel. Jika
jumlah observasi deret waktu sama dengan jumlah observasi tiap unit-nya maka
data panel tersebut aka disebut sebagai balanced panel, namun bila tidak sama
antar observasinya, maka data tersebut akan disebut unbalanced panel
(Widarjono, 2013).
Analisis dengan menggunakan data panel biasanya lebih memuaskan,
tanpa menggunakan treatment khusus, karena bila hasil tidak signifikan data
masih bisa ditambahkan observasinya. Dikarenakan observasi data panel lebih
luas, karena adanya penggabungan data time series dan juga cross section.
Menurut Gujarati (Gujarati, 2006), data panel memungkinkan untuk peneliti
41
mempelajari suatu data lebih komplek, terkait prilaku yang ada dalam
modelnya. Keunggulan tersebut yang mengimplikasikan bahwa dalam
pengujian data panel model GLS tidak diperlukan pengujian asumsi klasik.
Menurut Gujarati (Gujarati, 2013), berikut adalah beberapa keuntungan dari
memakai data panel.
1. Data panel adalah data yang berjenis homogen bila didapatkan dari suatu
individu, negara maupun perusahaan. Maka dari itu data panel, dalam
perhitungannya dapat dipertimbangkan dan juga ditaksirkan.
2. Dikarenakan data panel adalah gabungan dari data time series dan juga
cross section, maka kombinasi tersebut akan membuat data yang di
dapat lebih lengkap informasinya, lebih beragam, minim terjadinya
korelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar, dan lebih efisien.
3. Penelitian dengan data panel lebih memuaskan dalam menentukan suatu
perubahan yang dinamis.
4. Data panel dapat mendeteksi juga mengukur efek sederhana yang tidak
dapat diukur oleh data time series saja maupun cross section saja.
5. Data panel dapat menganalisis suatu perilaku yang lebih kompleks,
seperti skala perubahan ekonomi dan perubahan teknologi.
6. Dapat menimbulkan bias yang disebabkan oleh agregasi perusahaan
maupun individu, karena unit data yang dihasilkan lebih banyak.
Menurut Suliyanto (Suliyanto, 2011), ada juga beberapa kelebihan penggunaan
data panel dibandingkan dengan penggunaan data time series maupun cross
section.
Selanjutnya model analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian kali ini
adalah analisis regresi data panel. Untuk melihat PDRB, Rasio Ketersediaan
fasilitas pendidikan, Rasio Ketersediaan fasilitas kesehatan dan pengaruhnya
terhadap indeks pembangunan manusia, peneliti menggunakan suatu model
persamaan yang akan peneliti estimasi dalam penelitian kali ini.

a. Karena adanya melibatkan beberapa individu dalam beberapa waktu,


maka data panel memiliki tingkat heterogenitas yang lebih tinggi.
b. Data panel dapat mengestimasikan karakteristik data untuk setiap
individu berdasarkan tingkat heterogenitasnya.

41
c. Data panel memberikan data yang lebih informatif, bervariasi, memiliki
tingkat kolinieritas yang cukup rendah, derajat kebebasan yang lebih
besar, dan sudah jelas lebih efisien.
d. Data panel cocok untuk penelitian yang dinamis, karena pada
hakikatnya, data panel adalah data cross section yang terus diulangi
(time series).
e. Data panel dapat mengukur pengaruh yang kecil, yang tidak dapat
diobservasi dengan menggunakan data lain (data time series murni
maupun data cross section murni).
f. Data panel dapat mempelajari model perilaku yang cukup
komplesk/rumit.
Selanjutnya model analisis yang peneliti gunakan dalam penelitian kali
ini adalah analisis regresi data panel. Untuk melihat PDRB, Rasio Ketersediaan
fasilitas pendidikan, Rasio Ketersediaan fasilitas kesehatan dan pengaruhnya
terhadap indeks pembangunan manusia, peneliti menggunakan suatu model
persamaan yang akan peneliti estimasi dalam penelitian kali ini.
IPMit = β0 + β1 PDRBit + β2 RKFPit + β3 RKFKit + β₄ RPJit εit……………. (1)
Keterangan:
IPMit = Indeks pembangunan manusia di provinsi i periode t
PDRBit = Produk Domestik Regional Bruto di provinsi i periode t
RKFPit = Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di provinsi i periode t
RKFKit = Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di provinsi i periode t
RPJit = Rasio Panjang Jalan di provinsi i periode t
β0 = Intercept/Konstanta
β1, β2, β3, β₄ = Koefisien Regresi
εit = Error term di negara I pada periode t
2. Metode Estimasi Model Data Panel
Dalam analisis model data panel ada tiga pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan estimasi model data panel terdiri diantaranya
Common Effect Model (CEM), Fixed Effect Model (FEM), dan Random Effect
Model (REM). Ketiga pendekatan yang dilakukan dalam analisis data panel
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pendekatan Common Effect

42
Pendekatan pertama adalah common effect, teknik yang cukup
terbilang sederhana karena hanya mengestimasikan data lewat
kombinasi data time series dan data cross section. Dengan hanya
menggambarkan data tersebut tanpa melihat perbedaan tiap individu
disetiap waktu, maka dengan hanya menggunakan OLS, data tersebut
selesai untuk diestimasi. Menurut Greene (Greene, 2000), common
effect model adalah model yang mengacuhkan perbedaan disetiap seris
waktu dan seris wilayah.
b. Pendekatan Fixed Effect Model
Menurut Greene (Greene, 2000), fixed effect model adalah
pendekatan regresi yang mengasumsikan adanya perbedaan intersep di
dalam satu persamaan model, namun intersepnya sama antar waktu.
Asumsi pembuatan model yang menghasilkan intersep konstan untuk
setiap individu (i) dan waktu (t) dianggap kurang realistis sehingga
dibutuhkan model yang tepat untuk melihat perbedaan tersebut. Teknik
variable dummy diperlukan untuk memudahkan estimasi Fixed Effect
Model yang memiliki intersep berbeda antar individu. Model estimasi
ini sering juga disebut dengan teknik Least Squares Dummy Variable
(LSDV) karena menggunakan variable dummy dalam estimasinya.
c. Pendekatan Random Effect Model
Menurut Greene (Greene, 2000), random effect model adalah
model yang mengestimasikan parameter (intersep) yang berbeda-beda
antar wilayah dan waktu, mejadi suatu error dalam suatu model.
Random Effect Model mengasumsikan bahwa variabel gangguan
mungkin memiliki keterkaitan antar waktu dan antar individu. Berbeda
dengan Fixed Effect Model yang melihat model perbedaan karakteristik
individu dan waktu diakomodasikan pada intercept. Sedangkan random
effect model, perbedaan karakteristik individu dan waktu
diakomodasikan pada error terms dari model. Random Effect Model
disebut juga sebagai error component model karena dalam model ini,
parameter yang berbeda antar individu maupun antar waktu dimasukkan
ke dalam error. Selain itu, menurut beberapa ahli ekonometri dikatakan
bahwa, jika data panel yang dimiliki mempunyai jumlah waktu (t) lebih
besar dibandingkan jumlah individu (i), maka disarankan menggunakan
43
metode Fixed Effect. Sedangkan jika data panel yang dimiliki
mempunyai jumlah waktu (t) lebih kecil dibandingkan jumlah individu
(i), maka disarankan menggunakan metode Random Effect (Nachrowi,
2006).
3. Uji Spesifikasi Model
Sebelum melakukan regresi data panel, perlu dilakukan pengujian spesifikaasi
model untuk menentukan estimasi model yang paling tepat untuk digunakan
dalam penelitian ini. Terdapat dua uji dalam menentukan spesifikasi model
antara lain Uji Chow dan Uji Hausman. Kedua uji tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Uji Chow
Uji chow bertujuan untuk menentukan antara Common Effect Model
atau Fixed Effect Model yang akan digunakan dalam mengestimasi
model. Dalam pengujian ini memiliki hipotesa sebagai berikut:
H0: Model Common Effect Model
H1: Model Fixed Effect Model
Jika hasil Uji Chow menunjukkan nilai Prob. F lebih besar dari
tingkat signifikansi α = 5% (0.05), maka H0 diterima sehingga model
yang harus digunakan adalah Common Effect Model. Namun Jika hasil
menunjukkan nilai Prob. F lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5%
(0.05), maka H1 diterima sehingga model yang digunakan adalah Fixed
Effect Model. Saat H1 diterima maka kita harus memastikan apakah
Fixed Effect Model yang terbaik untuk mengestimasi model dengan
melakukan Uji Hausman.
b. Uji Hausman
Uji Hausman bertujuan untuk menentukan antara Random Effect Model
atau Fixed Effect Model yang akan digunakan. Dalam pengujian ini
memiliki hipotesa sebagai berikut:
H0: Model Random Effect Model
H1: Model Fixed Effect Model
Jika hasil menunjukkan nilai probabilitas cross-section random
lebih kecil dari tingkat signifikansi α = 5% (0.05), maka H1 diterima
sehingga model yang digunakan adalah Fixed Effect Model. Namun jika
hasil Uji Hausman menunjukkan nilai probabilitas cross-section random
44
lebih besar dari tingkat signifikansi α = 5% (0.05), maka H0 diterima
sehingga model yang harus digunakan untuk mengestimasi model
adalah Random Effect Model.
4. Uji asumsi klasik
Pengujian statistik berfungsi untuk mengetahui apakah model yang
digunakan dalam penelitian sudah cukup baik atau belum. Karenanya, untuk
memperoleh hasil regresi yang linier dan valid sesuai asumsi BLUE maka harus
melakukan pengujian asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji
autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah variabel
independen dan variabel dependen, ataukah keduanya terdistribusi
normal atau tidak dalam sebuah model regresi. Menurut Rosadi (2012)
distribusi normal dalam uji normalitas menggambarkan kecocokan sifat-
sifat empiris dari data terhadap sifat-sifat teoretis dari suatu distribusi
peluang.
Uji normalitas dapat diketahui melalui metode statistik Jarque
Berra yang berbentuk histogram residual, jika histogram menunjukkan
hasil grafik distribusi normal maka dapat disimpulkan bahwa residual
memiliki distribusi normal. Cara lain untuk menentukan menerima atau
menolak hipotesis awal dapat dengan membandingkan nilai
probabilitas. Untuk mengetahui apakah model regresi tersebut normal
atau tidak, yaitu dengan:
1) Jika nilai probabilitas lebih besar dari signifikansi α (0,05) yang
telah ditentukan maka menerima hipotesis awal yang berarti
model tersebut terdistribusi normal
2) Jika nilai probabilitas lebih kecil dari signifikansi α (0,05) yang
telah ditentukan maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis awal
ditolak yang berarti model tersebut tidak terdistribusi normal.
b. Uji Autokorelasi
Uji Autokolerasi yaitu sebuah pengujian dalam mengambarkan
model regresi yang berkorelasi terjadi antara time series, terdapat sebuah
hubungan yang mengambarkan suatu pola tertentu antara data penelitian
tahun sekarang dan penelitian tahun sebelumnya. Dalam menganalisis
45
uji autokorelasi pada penelitian adalah dengan menggunakan Nilai dari
durbin Watson. Dapat dilihat jika DW > dU artinya sebuah penelitian
terbebas dari autokelrasi Negatif namun apabila (4-dL) > dW artinya
terbebas dari autokolerasi Positif (Gujarati, 2012).
c. Uji Multikolinieritas
Menurut Setiawan dan Kusrini (2010) suatu model regresi
dikatakan terdapat multikolinearitas bila terdapat hubungan linear yang
sempurna dan pasti di antara variabel-variabelnya. Multikolinearitas
pertama kali diperkenalkan oleh Ragner Frisch pada tahun 1934. Tujuan
pengujian ini adalah untuk memastikan tidak adanya hubungan linear
dan pasti dalam model regresi. Berkaitan dengan multikolinearitas, ada
3 hal yang perlu diketahui:
1) Multikolinearitas adalah fenomena sampel.
2) Multikolinearitas membahas persoalan derajat (degree) bukan
persoalana jenis (kind).
3) Multikolinearitas hanya membahas kaitan ada atau tidaknya
hubungan linear di antara variabel-variabel bebas.
Untuk menguji multikolinearitas peneliti menggunakan uji
correlation. Jika nilai dari keempat variabel independen menunjukkan
nilai lebih kecil dari 0.8 maka terbebas dari masalah multikolinearitas,
sebaliknya jika menunjukkan nilai lebih besar dari 0.8 maka terdapat
masalah multikolinearitas (Gujarati, 2012).
d. Uji heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah
dalam model regresi memiliki varian residual atau tidak untuk semua
observasi. Apabila terdapat varian, maka dalam model regresi terdeteksi
adanya heteroskedastisitas. Dalam model regresi, asumsi yang dipenuhi
adalah mempunyai nilai varian yang sama (homoskedastisitas). Untuk
melihat ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model regresi dapat
menggunakan metode Glejser dengan meregresikan semua variabel
bebas terhadap nilai multak residualnya yang dikuadratkan. Jika nilai
probabilitas dari hasil antara setiap variabel lebih besar dari 0.05 maka
tidak terdapat heteroskedastisitas.
5. Uji hipotesis
46
a. Uji t (Parsial)
Uji t (secara parsial) digunakan untuk mengetahui pengaruh dari
masing- masing variabel independen (bebas) terhadap variabel
dependen (terikat) secara parsial atau satu per satu. Membandingkan t
hitung dengan nilai t table adalah salah satu pengujian uji t secara parsial
(Gujarati D. N., 2003). Suatu variabel independen dapat dikatakan
mempunyai pengaruh terhadap variabel dependennya adalah dengan
cari melihat nilai Probability (probabilitas) apakah lebih kecil
dibandingkan dengan derajat kepercayaan (nilai signifikansi) yang
ditentukan dan apakah nilai t hitung lebih tinggi dari t tabel (Kuncoro
M. , 2003). Berikut adalah contoh hipotesis uji t yang digunakan:
1) β1 ≠ 0, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
variabel PDRB secara parsial terhadap IPM
2) β2 ≠ 0, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
variabel Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan secara parsial
terhadap IPM
3) β3 ≠ 0, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
variabel Ketersediaan Rasio Fasilitas Kesehatan secara parsial
terhadap IPM
4) β₄ ≠ 0, terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
variabel Rasio Panjang Jalansecara parsial terhadap IPM
Dengan taraf signifikansi sebesar 5%, jika nilai t hitung lebih
kecil dibandingkan dengan nilai t tabel maka H0 (hipotesi nol) diterima
dan jika nilai t-hitung lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel,
maka H0 ditolak.
1) Jika nilai t-hitung > nilai t-tabel maka hipotesis diterima, artinya
variabel bebas berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat.
2) Jika nilai t-hitung < nilai t-tabel maka hipotesis ditolak, artinya
variabel bebas tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap
variabel terikat.Uji F (Simultan)
b. Uji F (Simultan)

Uji F (uji secara simultan) digunakan untuk mengetahui apakah

47
semua variabel bebas (independen) yang penulis pakai secara bersama-
sama ataupun simultan, mempunyai pengaruh terhadap variabel
terikatnya (dependen) (Gujarati D. N., 2003). Suatu variabel bebas
(independen) secara bersama- sama, ataupun secara parsial,
mempengaruhi terhadap variabel dependennya (terikat) bila nilai
probabilitas uji f lebih kecil dibandingkan dengan derajat kepercayaan
atau tingkat signifikansi yang ditentukan (5%-10%) dan nilai F hitung
lebih besar dibandingkan dengan nilai t tabel-nya (Kuncoro M. , 2003).
Perumusan hipotesisnya yang digunakan adalah sebagai berikut:

β1, β2, β3, β4 ≠ 0

Artinya seluruh variabel independen secara bersama-sama


berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen. Dengan
tingkat signifikan 5%, jika nilai F hitung < F tabel maka H0 diterima dan
nilai F hitung > F tabel H0 ditolak.

1) Jika nilai F-hitung > nilai F-tabel maka hipotesis diterima,


artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh positif
dan signifikan terhadap variabel terikat.

2) Jika nilai F-hitung < nilai F-tabel maka hipotesis ditolak, artinya
variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh posisitf
dan signifikan terhadap variabel terikat.
c. Kofisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi adalah angka yang menunjukkan nilai
variasi dari variabel dependen (terikat), yang mampu dijelaskan oleh
nilai variasi dari variabel independennya (bebas). Nilai R2 atau koefisien
determinasi memiliki rentang angka dari 0 sampai dengan 1. Dan jika
nilainya dari koefisien determinasi mendekati 1 maka model yang
digunakan semakin baik. Nilai R2 atau koefisien determinasi yang
rendah menandakan kemampuan variabel- variabel independen (bebas)
mampu menjelaskan variabel dependen-nya (terikat) dengan sangat
terbatas, sebaliknya, jika nilai dari koefisien determinasi mendekati atau
hampir satu maka variabel-variabel independen atau bebasnya mampu
memberikan hampir keseluruhan informasi yang dibutuhkan guna

48
memprediksi variasi variabel-variabel dependennya (terikat) (Kuncoro
M. , 2003). Adapun perhitungan nilai R2 adalah sebagai berikut (Gujarati
D.N, 2003):
𝐸𝑆𝑆 𝑅𝑆𝑆
R2 = 1 - 𝑇𝑆𝑆 = 𝑇𝑆𝑆

Dimana :
TSS = Total Sum of Squares
ESS = Error Sum of Squares
RSS = Refression Sum of Squares

F. Model Penelitian dan Operasional Variabel Penelitian

Model penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah model regresi data panel
dengan metode GLS, berikut adalah model yang digunakan:

IPMᵢ* = β₁*PDRB*₀ᵢ + β*₂RKFP*ᵢ + β*₃RKFK*ᵢ + β*₄RPJ* ᵢ + ս*ᵢ

IPM = Indeks pembangunan manusia

PDRB = Produk Domestik Regional Bruto

RKFP = Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan

RKFK = Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan

RPJ = Rasio Panjang Jalan

Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2011), Variabel penelitian adalah sesuatu hal


berbentuk variabel yang telah ditetapkan oleh peneiliti dan telah dipelajari sehingga,
sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut (variabel) dan kemudian ditarik serta
disimpulan dalam bentuk model. Variabel bebas didalam penelitian ini menggunakan
data PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan, dan Rasio Panjang Jalan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap Indeks
Pembangunan Manusia. Sementara variabel terikatnya adalah Indeks Pembangunan
Manusia. Untuk menjaga agar pembahasan pada satu variabel tidak melebar, peneliti
telah membuat landasan operasional variabel penelitian. Operasional variabel-variabel
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Indeks Pembangunan Manusia, data yang digunakan adalah Indeks


Pembangunan Manusia 12 provinsi di Indonesia bagian Timur pada tahun 2011-

49
2018 dengan satuan indeks komponen.

b. PDRB, data yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto menurut
lapangan usaha ADHK 2010 12 provinsi di Indonesia bagian Timur pada tahun
2011-2018 dengan satuan rupiah.

c. Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, data yang digunakan adalah Rasio


Ketersediaan Fasilitas pendidikan berupa bangunan sekolah per jumlah
penduduk menurut usia tingkat pendidikan SD, SMP, SMA/K 12 provinsi di
Indonesia bagian Timur pada tahun 2011-2018 dengan satuan pesen.

d. Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, data yang digunakan adalah Rasio


Ketersediaan Fasilitas kesehatan berupa bangunan kesehatan berupa Rumah
Sakit, Puskesmas per jumlah penduduk 12 provinsi di Indonesia bagian Timur
pada tahun 2011-2018 dengan satuan persen.

e. Ketersediaan Fasilitas Jalan Raya, data yang digunakan adalah Rasio Panjang
Jalan berupa panjang jalan raya terhadap luas area di 12 provinsi di Indonesia
bagian Timur pada tahun 2011-2018 dengan satuan yang digunakan adalah
Kilometer (Km/km2).

51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran umum objek penelitian


1. Keadaan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur
Indikator yang dapat mengukur tingkat keberhasilan suatu Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) adalah kesehatan, tingkat pendidikan, dan ekonomi. Semakin tinggi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara maka menunjukan perbaikan
pembangunan manusia di negara tersebut, dan sebaliknya apabila angka Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) semakin rendah maka mengindikasikan adanya
penurunan pembanguna manusia di negara tersebut. Keadaan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur selama periode tahun 2011-2018
cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya pada setiap provinsi.

Gambar 4.1
Grafik IPM 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur

80
70
60
50
40
30
20
10
0

Gambar Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia tahun 2011-2018


2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik 2018, diolah


Pada gambar 4.1 menunjukan bahwa angka Indeks Pembangunan Manusia di
12 Provinsi Indonesia bagian Timur dari tahun 2011-2018 mengalami kenaikan di
setiap provinsi, meskipun berdasarkan grafik menunjukan setiap provinsi memiliki nilai
IPM berbeda yang menunjukan tidak meratanya kesejahteraan penduduk di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur. Peningkatan IPM di setiap provinsi juga berarti menunjukan

51
adanya perbaikan atau peningkatan terhadap angka harapan hidup, kualitas pendidikan,
serta daya beli masyarakat.
Berdasarkan kategori yang ditentukan BPS, provinsi Sulawesi Utara menjadi
satu-satunya provinsi di Indonesia bagian Timur yang masuk kedalam kategori tinggi
sejak tahun 2015, hal ini menunjukan kemajuan pemerintah provinsi Sulawesi Utara
dalam mensejahterakan masyarakatnya serta melibatkan masyarakat di dalam upaya
pembangunan daerah melalui peningkatkan pembangunan infrastruktur yang dapat
memenuhi kebutuhan masyarakat seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan yang
nantinya dapat membangun perekonomian masyarakat. Pada tahun 2018 pembangunan
manusia di provinsi Papua memasuki kategori sedang, hal ini menunjukan peningkatan
yang dilakukan oleh pemerintah provinsi Papua dalam meningkatkan kesejahteraan
penduduk agar kehidupan masyarakatnya menjadi lebih baik. Secara garis besar, Indeks
Pembangunan Manusia di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur termasuk kedalam
kategori sedang pada saat ini.
2. Keadaan PDRB di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur
Dalam meningkatkan pembangunan manusia, Produk domestik regional bruto
merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan
ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi memiliki peran
yang sangat penting dalam pembagunan kualitas masyarakat. Pembangunan ekonomi
yang mengedepankan kerakyatan akan menghasilkan nilai PDRB yang tinggi, hal ini
dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang mampu menyerap tenaga kerja
sehingga pertumbuhan ekonomi dapat merata dan dirasakan setiap lapisan masyarakat.
PDRB disajikan dalam dua penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas
dasar harga konstan. PDRB harga berlaku dapat dinilai dengan menggunakan harga
yang berlaku pada tahun berjalan, sedangkan penggunaan PDRB atas dasar harga
konstan ini dapat dinilai berdasarkan pada harga yang berlaku pada tahun tertentu yang
digunakan sebagai tahun dasar dan dimaksudkan untuk menghindari pengaruh
perubahan harga, sehingga perubahan yang diukur merupakan pertumbuhan rill
ekonomi. Dalam penelitian ini menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan di
12 Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun 2011 – 2018 yang dapat dilihat Gambar
4.2

52
Gambar 4.2

Grafik PDRB Atas Dasar Harga Konstan di 12 Provinsi


Indonesia bagian Timur Tahun 2011-2018 (Miliar Rupiah)

350000
300000
250000
200000
150000
100000
50000
0

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Data diolah

Gambar 4.2 menunjukan bahwa PDRB di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur


mengalami peningkatan dari tahun 2012 – 2018. Perkembangan PDRB di 12 Provinsi
tersebut tidak lepas dari peranan para masyarakat atau pengembang sektor PDRB yang
merupakan penggerak dari perekonomian di 12 Provinsi tersebut. Pada tahun 2011-
2018 Provinsi Sulawesi Selatan merupakan Provinsi dengan nilai PDRB tertinggi
diantara 11 Provinsi lainnya dengan nilai PDRB Rp. 309,243 triliun rupiah.
Pertumbuhan PDRB di provinsi Sulawesi Selatan di dorong oleh pertumbuhan seluruh
sektor-sektor ekonomi. Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan merupakann sektor
yang paling dominan serta memegang andil yang cukup besar dalam mendorong
pertumbuhan PDRB Provinsi Sulawesi selatan. Kemudian nilai PDRB terendah pada
tahun 2018 ialah provisi Maluku Utara dengan nilai PDRB sebesar Rp. 25,05 triliun
rupiah.
3. Keadaan Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di 12 Provinsi Indonesia bagian
Timur
Selain kesehatan dan ekonomi, pendidikan merupakan salah satu kebutuhan
dasar setiap manusia. Dengan adanya peningkatan peningkatan pendidikan manusia di

53
suatu daerah maka akan berdampak baik pada daerah tersebut yang nantinya akan
meningkatkan pembangunan manusia di suatu daerah. Fasilitas pendidikan merupakan
aktivitas atau pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan masyarakat yang bersifat
sosial melalui kegiatan bimbingan, pelajaran, maupun pelatihan. Melalui pendidikan
dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman-pengalaman bagi mutu masyarakat.
Penyediaan sarana fasiliitas pendidikan harus mampu menjawab keubutuhan dari
masyarakat. Dalam penelitian ini menggunakan data rasio ketersediaan fasilitas
pendidikan yang diambil dari banyaknya jumlah fasilitas pendidikan jenjang sekolah
dasar, menengah pertama dan menengah atas per 10.000 penduduk pada setiap 12
provinsi Indonesia bagian timur tahun 2011-2018 yang dapat dilihat gambar 4.3
Gambar 4.3
Grafik Jumlah Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
Di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur
500.0
450.0
400.0
350.0
300.0
250.0
200.0
150.0
100.0
50.0
0.0

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah


Jumlah Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan di 12 Provinsi Indonesia bagian
Timur pada jenjang Sekolah Dasar, Menengah Pertama, dan Menengah Atas pada tahun
2011-2018 cenderung mengalami peningkatan pada beberapa provinsi. Peningkatan
rasio jumlah fasilitas pendidikan menggambarkan adanya kebijakan peningkatan
jumlah fasilitas pendidikan baru pada setiap jenjang. Rasio ketersediaan fasilitas
pendidikan tertinggi berada pada provinsi Papua Barat yang mengalami peningkatan
rasio sebanyak 410,4 fasilitas pendidikan tiap 10.000 penduduk pada tahun 2011,
menjadi 445,5 fasilitas pendidikan pada tahun 2018. Bertambahnya jumlah penduduk

54
membawa pengaruh bagi meningkatnya tuntutan dan kebutuhan akan fasilitas yang
mendukung kehidupan masyarakat. Menurut Muta'ali (2015), perkembangan fasilitas
pendidikan tersebut akan berbanding lurus dengan jumlah penduduk serta dinamika
perkembangan sosial ekonominya.
Bersadarkan rasio ketersediaan fasilitas pendidikan pada grafik 4.3 diatas,
menunjukan provinsi Papua menjadi provinsi dengan rasio terendah, dimana pada
tahun 2018 rasio ketersediaan fasilitas di provinsi Papua sebesar 55,9 tiap 10.000
penduduk. Hal ini disebabkan karena jarak kesekolah yang jauh serta motivasi terhadap
pendidikan yang disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan penduduk.
4. Keadaan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur
Kesehatan masyarakat memiliki peran penting dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Didalam Indeks Pembangunan Manusia (IPM) kesehatan adalah
salah satu indikator utama pengukuran selain pendidikan dan ekonomi. Kesehatan
masarakat sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Pelayanan kesehatan terdiri dari beberapa komponen salah
satunya ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai.
Gambar 4.4
Grafik Jumlah Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
Di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur

0.25

0.20

0.15

0.10

0.05

0.00

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah


Jumlah rasio ketersediaan fasilitas kesehatan yang diambil dari perhitungan
banyaknya jumlah fasilitas kesehatan yang meliputi jumlah rumah sakit dan puskesmas

55
per 1.000 jumlah penduduk diatas menunjukan bahwa provinsi papua barat menjai
provinsi dengan rasio ketersediaan fasilitas kesehatan tertinggi diantara provinsi
Indonesia bagian timur lainnya. Namun secara rasio tiap 1.000 penduduk relatif tidak
mengalami peningkata (tetap) dimana rasio ketersediaan fasilitas kesehatan provinsi
Papua Barat pada tahun 2011 sebesar 0,20 dan menurun pada tahun 2012 sebesar 0,17
lalu pada tahun 2013-2018 mengalami kenaikan pada jumlah rasio 0,19. Kenaikan
jumlah rasio tersebut menunjukan adanya kontribusi pendirian fasilitas kesehatan yang
baru. Jumlah rasio terendah terdapat pada provinsi Nusa Tenggara Barat dengan 0,04
pada tahun 2011-2018 (tetap) hal ini disebabkan masih kurangnya fasilitas kesehatan
di provinsi Nusa Tenggara Barat sedangkan pertumbuhan penduduk pada setiap
tahunnya mengalami peningkatan. Untuk lebih meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat perlu mendirikan sarana fasilitas
kesehatan guna memudahkan akses kesehatan dan pemerataan layanan kesehatan.
5. Keadaan Rasio Panjang Jalan Raya di 12 Provinsi Indonesia Bagian Timur
Jalan merupakan infrastruktur yang sangat dibutuhkan bagi pengguna
trasnportasi darat. Fungsi jalan adalah sebagai penghubung satu wilayah dengan
wilayah lainnya. Dalam konteks pembangunan manusia, jaringan jalan sangat
dibutuhkan untuk kelancaran arus faktor produksi maupun pemasaran hasil faktor
produksi. Jalan merupakan infrastruktur penting untuk memperlancar distribusi barang
dan faktor produksi antar daerah serta meningkatkan mobilitas suatu penduduk yang
nantinya akan meningkatkan pembangunan manusia di suatu daerah.
Gambar 4.5
Grafik Jumlah Rasio Panjang Jalan
Di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur
0.800
0.700
0.600
0.500
0.400
0.300
0.200
0.100
0.000

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Sumber: Badan Pusat Statistik, Diolah


56
Jumlah rasio panjang jalan terhadap luas wilayah diperoleh dengan membagi
panjang jalan dengan luas wilayah daerah terkait. Nilai rasio ini memiliki arti panjang
jalan yang terdapat di suatu daerah dalam 1 Km² luas wilayah. Rasio ini juga dapat
dijadikan sebagai informasi tingkat aksesibilitas suatu daerah. Apabila semakin tinggi
nilai rasio panjang jalan dengan luas wilayah, maka aksesibilitasnya semakin baik,
sehingga konektivitas jalan di daerah tersebut juga semakin baik. Berdasarkan gambar
4.5, provinsi Papua menjadi provinsi dengan rasio panjang jalan paling rendah diantara
kawasan Indonesia timur lainnya. Hal ini disebabkan karna kurangnya pembangunan
infrastruktur jalan raya yang ada di provinsi tersebut. Secara umum kondisi
infrastruktur jalan di Indonesia bagian timur masih sangat lambat dibandingkan dengan
kawasan provinsi Indonesia lainnya. Dengan rendahnya tingkat pembangunan jaringan
jalan di kawasan Indonesia timur hal ini dapat mengganggu kegiatan investasi sektor
ekonomi dan lainnya yang memerlukan dukungan infrastruktur yang memadai, yang
pada akhirnya dapat menghambat pertumbuhan manusia nya.
B. Temuan Hasil Penelitian
Sebelum melakukan pengujian regresi data panel, penulis melakukan beberapa
uji spesifikasi model antara lain, Uji Chow dan Uji Hausman untuk menentukan model
regresi data panel apa yang paling tepat digunakan dalam penelitian ini. Pemilihan
model dalam analisis data panel yang terbaik dari model Common Effect Model (CEM),
Fixed Effect Model (FEM) atau Random Effect Model (REM). Masing-masing pada
setiap model memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Salah satu model
utama dari ketiga model tersebut merupakan yang terbaik. Pemilihan dalam setiap
model tergantung pada asumsi yang akan dipakai peneliti dan memenuhi syarat-syarat
serta cara pengolahan data statistik yang benar, sehingga hasil nya dapat dipertanggung
jawabkan secara statistik.
1. Uji Chow
Uji Chow digunakan untuk menentukan antara Common Effect Model
atau Fixed Effect Model yang tepat untuk digunakan dalam mengestimasi
model. Jika hasil nilai probabilitas cross-section F lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 5% (0,05) maka terima H1, model yang digunakan adalah Fixed
Effect Model dan sebaliknya bila probabilitas cross-section F lebih besar dari
taraf signifikansi α = 5% (0,05) maka terima H0, model yang digunakan adalah

57
Common Effect Model. Dalam uji Chow ini penulis memiliki hipotesis sebagai
berikut:
H0: Model Common Effect Model
H1: Model Fixed Effect Model
Berikut hasil uji Chow dengan menggunakan Redundant Fixed Effect -
Likelihood Ratio.
Tabel 4.1
Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 100.932061 (11,80) 0.0000


Cross-section Chi-square 259.189848 11 0.0000

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020


Berdasarkan Tabel 4.1. hasil uji Chow menunjukan nilai Prob. cross-
section F lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5% (0.0000<0.05). Maka dengan
hasil tersebut tolak H0 dan terima H1 artinya model yang diterima adalah Fixed
Effect Model. Dikarenakan model yang terpilih adalah Fixed Effect Model maka
perlu dilakukan uji Hausman untuk menentukan apakah Fixed Effect Model atau
Random Effect Model yang tepat untuk digunakan dalam penelitian.
2. Uji Hausman
Uji Hausman digunakan untuk menentukan antara Fixed Effect Model
atau Random Effect Model yang tepat untuk digunakan dalam mengestimasi
model. Jika hasil nilai probabilitas cross-section F lebih kecil dari taraf
signifikansi α = 5% (0,05) maka terima H1, model yang digunakan adalah Fixed
Effect Model dan sebaliknya bila probabilitas cross-section F lebih besar dari
taraf signifikan α = 5% (0,05) maka terima H0, model yang digunakan adalah
Random Effect Model. Dalam uji Hausman ini penulis memiliki hipotesis
sebagai berikut:
H0: Model Random Effect Model
H1: Model Fixed Effect Model

58
Tabel 4.2
Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 17.386647 4 0.0016

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020


Berdasarkan Tabel 4.2. hasil uji Hausman menunjukan nilai Prob. cross-
section random lebih kecil dari taraf signifikansi α = 5% (0.0016<0.05). Maka
dengan hasil tersebut tolak H0 dan terima H1 artinya sudah bisa dipastikan
model yang digunakan Fixed Effect Model.
3. Fixed Effect Model
Setelah dilakukan uji spesifikasi model melalui Uji Chow dan uji
Hausman model yang terbaik untuk digunakan adalah Fixed Effect Model.
Berikut hasil estimasi data panel menggunakan Fixed Effect Model.
Tabel 4.3
Fixed Effect Model
Dependent Variable: IPM
Method: Panel Least Squares
Date: 03/12/21 Time: 18:54
Sample: 2011 2018
Periods included: 8
Cross-sections included: 12
Total panel (balanced) observations: 96

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 42.99960 3.326281 12.92723 0.0000


PDRB 5.33E-05 6.43E-06 8.299385 0.0000
RP 0.058887 0.013009 4.526757 0.0000
RJ 16.21645 3.026226 5.358639 0.0000
RK 12.82989 28.15393 0.455705 0.0085

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.891866 Mean dependent var 65.06375


Adjusted R-squared 0.884716 S.D. dependent var 3.767544
S.E. of regression 0.801733 Akaike info criterion 2.546929
Sum squared resid 51.42204 Schwarz criterion 2.974320
Log likelihood -106.2526 Hannan-Quinn criter. 2.719688
F-statistic 134.5254 Durbin-Watson stat 0.422872
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.

59
Berdasarkan Tabel 4.3 maka ditemukan hasil dari perhitungan PDRB,
Rasio ketersediaan fasilitas pendidikan, Rasio ketersediaan fasilitas kesehatan
dan Rasio panjang jalan terhadap IPM di 12 Provinsi Wilayah Indonesia bagian
Timur sebagai berikut:
IPM = 42.99960 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ
Keterangan:
PDRB : Produk Domestik Regional Bruto
RP : Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
RJ : Rasio Panjang Jalan terhadap Luas Wilayah
RK : Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
Dari model di atas dapat dibuat interpretasi sebagai berikut:
1) Konstanta sebesar 42.99960 menunjukan bahwa jika variabel independen
(PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan, dan Rasio Panjang Jalan) adalah nol, maka jumlah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) di 12 Provinsi Indonesia Timur adalah sebesar
42.99960.
2) Pada variabel PDRB memiliki arah hubungan positif terhadap variabel IPM
dengan nilai 5.33E-05. Ketika terjadi kenaikan satu- satuan pada PDRB maka
akan meningkatkan IPM sebesar 5.33E-05 dengan asumsi variabel lain
konstan. Variabel PDRB memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 maka
variabel PDRB berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM karena
Probabilitas t-statistic Variabel PDRB lebih kecil dari 0.05.
3) Pada variabel RP memiliki arah hubungan positif terhadap variabel IPM
dengan nilai 0.058887. Ketika terjadi kenaikan satu- satuan pada Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan maka akan meningkatkan IPM sebesar
0.058887 dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel RP memiliki nilai
probabilitas sebesar 0.0000 maka variabel RP berpengaruh signifikan terhadap
variabel IPM karena Probabilitas t-statistic Variabel Rasio Ketersediaan
Fasilitas Pendidikan lebih kecil dari 0.05.
4) Pada variabel RK memiliki arah hubungan positif terhadap variabel IPM
dengan nilai 12.82989. Ketika terjadi kenaikan satu- satuan pada Rasio
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka akan meningkatkan IPM sebesar
12.82989 dengan asumsi variabel lain konstan. Variabel RK memiliki nilai
61
probabilitas sebesar 0.0085 maka variabel RK berpengaruh signifikan terhadap
variabel IPM karena Probabilitas t-statistic Variabel Rasio Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan lebih kecil dari 0.05.
5) Pada Variabel RJ memiliki arah hubungan positif terhadap variabel IPM
dengan nilai 16.21645. Ketika terjadi kenaikan satu-satuan pada Rasio Panjang
Jalan maka akan meningkatkan IPM sebesar 16.21645 dengan asumsi variabel
lain konstan. Variabel RJ memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000 maka
variabel RJ berpengaruh signifikan terhadap variabel IPM karena Probabilitas
t-statistic Variabel Rasio Panjang Jalan lebih kecil dari 0.05
Tabel 4.4
Individual Effect

Variable Coefficient Individual Effect

C 42.99960
PDRB? 5.33E-05
RP? 0.058887
RJ? 16.21645
RK? 12.82989
Fixed Effects (Cross)
GORONTALO--C 2.888648 45.888248
MALUKU--C 6.408617 49.408217
MALUKUUTARA--C 3.130609 46.130209
NUSATENGGARABARAT--C -0.092501 42.907099
NUSATENGGARATIMUR--C -0.216439 42.783161
PAPUA--C 1.716686 44.716286
PAPUABARAT--C -12.88330 30.1163
SULAWESIBARAT--C -0.569145 42.430455
SULAWESISELATAN--C -7.748629 35.250971
SULAWESITENGAH--C 2.500010 45.49961
SULAWESITENGGARA--C 4.325526 47.325126
SULAWESIUTARA--C 0.539918 43.539518

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020

Individual Effect diperoleh dengan cara menghitung koefisien dari IPM


ditambah dengan koefisien tiap provinsi dalam penelitian sehingga didapat
koefisien individual effect. Individual effect menggambarkan bagaimana

61
provinsi secara individual memiliki nilai koefisien IPM, apabila semakin
tinggi koefisiennya semakin baik usaha provinsi tersebut dalam menangani
pertumbuhan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berikut penjelasan secara
individual:
a. Gorontalo
IPM = 45.888248 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Gorontalo
memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar 45.888248.
b. Maluku
IPM = 49.408217 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Maluku
memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar 49.408217.
c. Maluku Utara
IPM = 46.130209 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Maluku
Utara memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
46.130209.
d. Nusa Tenggaara Barat
IPM = 42.907099 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Nusa
Tenggara Barat memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM
sebesar 42.907099.
62
e. Nusa Tenggaara Timur
IPM = 42.783161 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Nusa
Tenggara Timur memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM
sebesar 42.783161.
f. Papua
IPM = 44.716286 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Papua
memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar 44.716286.
g. Papua Barat
IPM = 30.1163 + 55.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Papua Barat
memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar 30.1163.
h. Sulawesi Barat
IPM = 42.430455 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Sulawesi
Barat memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
42.430455.
i. Sulawesi Selatan
IPM = 35.250971 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e

63
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Sulawesi
Selatan memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
35.250971.
j. Sulawesi Tengah
IPM = 47.225702+ 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Sulawesi
Tengah memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
47.225702.
k. Sulawesi Tenggara
IPM = 47.325126 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Sulawesi
Tenggara memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
47.325126.
l. Sulawesi Utara
IPM = 43.539518 + 5.33E-05PDRB + 0.058887RP + 12.82989RK +
16.21645RJ + e
Berdasarkan persamaan diatas dapat dilihat jika terjadi suatu perubahan
sebesar 1 satuan pada PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan maka Provinsi Sulawesi
Utara memiliki pengaruh secara individu terhadap IPM sebesar
43.539518.
4. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui dan menguji kelayakan
atas model regresi yang digunakan dalam suatu penelitian. Pada suatu penelitian
uji asumsi klasik yang digunakan uji multikolinearitas, uji autokorelasi, uji

64
heteroskedastisitas, serta uji normalitas. Dalam penelitian ini model yang
digunakan adalah Fixed Effect Model.
a. Uji Normalitas Data
Menurut Ghozali (2011), uji normalitas data bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu serta
residual memiliki distribusi normal atau tidak. Data yang baik
digunakan dalam penelitian adalah data yang terdistribusi normal, Jika
data yang digunakan dalam penelitian tidak normal maka akan
mempengaruhi hasil setiap test yang dilakukan.
Dalam penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan untuk
mengetahui data terdistribusi normal atau tidak dengan melihat melalui
nilai Prob. Jarque Berra (JB), jika nilai Prob. JB lebih rendah dari α =
5% atau 0.05 maka data tidak terdistribusi normal.
Gambar 4.6
Uji Normalitas
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2018
8
Observations 96

6 Mean -8.67e-17
Median -0.019956
Maximum 2.395295
4 Minimum -1.555882
Std. Dev. 0.735721
2
Skewness 0.363278
Kurtosis 3.556729

0 Jarque-Bera 3.351320
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Probability 0.187185

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020


Berdasarkan uji normalitas dapat dilihat pada gambar 1.1 bahwa
Prob. Jarque-Bera memiliki nilai 0.187185 > 0.05 artinya data dalam
penelitian ini terdistribusi secara normal sehingga data penelitian ini
layak untuk digunakan dalam suatu penelitian.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas merupakan salah satu asumsi model regresi
linear yang tidak hanya kolerasi yang sempurna atau tidak sempurna saja
tetapi juga relatif sangat tinggi antara variabel-varial bebas
(independen). Uji multikolinearitas bertujuan untuk mengetahui adanya
keterkaitan antara hubungan sempurna antara variabel-variabel

65
independen. Jika dalam pengujian terdapat keterkaitan atau hubungan
antar variabel independen, maka model regresi tersebut tidak baik,
begitu pula sebaliknya. Multikolinearitas dapat ditemukan jika pada
pengujian antar variabel independen nilainya melebihi 0.8.
Berikut merupakan hasil dari uji multikolinearitas pada model
regresi yang penulis gunakan.
Tabel 4.5
Uji multikolinearitas

PDRB RP RJ RK

PDRB 1.000000 -0.333979 0.359726 -0.287819


RP -0.333979 1.000000 -0.251612 0.566906
RJ 0.359726 -0.251612 1.000000 -0.706712
RK -0.287819 0.566906 -0.706712 1.000000
Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.

Hasil dari uji multikolinearitas pada tabel 4.5 menunjukan


bahwa nilai koefisien dari variabel independen (PDRB, Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan, dan Rasio Panjang Jalan) dalam penelitian ini berada di
bawah 0.8 maka dalam artian tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini tidak terdapat masalah multikolinearitas pada model yang
digunakan dalam penelitian ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Menurut Widarjono (2013) uji heteroskedastisitas merupakan
permasalahan pada varian dari variabel gangguan yang di mana tidak
konstan sehingga estimator tidak memiliki varian yang minimum, tetapi
dalam hal ini estimator masih linier dan tidak bias (BLUE).
Terdapat beberapa cara dalam mendeteksi heteroskedastisitas,
namun peneliti menggunakan uji Glejser. Uji ini dilakukan dengan
beberapa tahap dalam eviews, yaitu:
1. Membuat residual absolut (resabs) dengan menggunakan
generate series resabs=abs(resid).
2. Estimasi resabs dengan variabel independen, kemudia
menggunakan metode Fixed Effect Model.
3. Probabilitas setiap variabel menjadi pertimbangan apabila nilai
probabilitas < α =5% atau 0,05, maka terdapat
66
Heteroskedastisitas pada variabel tersebut, begitu juga
sebaliknya, apabila nilai probabilitas > α =5% atau 0,05maka
tidak terdapat Heteroskedastisitas.
Tabel 4.6
Uji Heteroskedastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 03/12/21 Time: 19:23
Sample: 2011 2018
Periods included: 8
Cross-sections included: 12
Total panel (balanced) observations: 96

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.255096 1.521629 0.824837 0.4119


PDRB -3.23E-07 2.94E-06 -0.109758 0.9129
RP 0.004986 0.005951 0.837787 0.4046
RJ -1.257782 1.384366 -0.908562 0.3663
RK -11.59261 12.87920 -0.900103 0.3708

Sumber:Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.


Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas menggunakan test
glejser diatas menunjukan bahwa nilai Probabilitas lebih besar dari α
=5% atau 0,05, yang artinya bahwa model dalam penelitian ini
teridentifikasi tidak terkena heterokedastisitas.
d. Uji Autokorelasi menggunakan Diferensiasi
Uji Autokorelasi digunakan untuk mengetahui apakah didalam
model terdapat korelasi antara residual satu observasi dengan residual
observasi lainnya, jika terdapat korelasi maka model yang digunakan
terdapat autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian
ini menggunakan metode diferensiasi dimana metode ini digunakan
untuk mengeleminasi data yang menyebabkan autokorelasi. Berikut
merupakan hasil uji autokorelasi dari penelitian ini.
Tabel 4.7
Uji Autokorelasi
Autokorelasi Tidak Dapat Tidak Terdapat Tidak Dapat Autokorela
Positif Disimpulkan Auotokorelasi Disimpulkan si Negatif
1.5600 1.7785 2.127718 2.2215 2.44

dL dU Nilai DW stat. 4 – dU 4 – dL

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.

67
Berdasarkan uji autokorelasi dengan metode diferensiasi diatas
menunjukan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini
tidak terdapat masalah autokorelasi, sehingga data dari residual satu
observasi dengan residual observasi lainnya tidak terdapat korelasi
5. Uji hipotesis
Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui apakah koefesien regresi yang
sudah didapat pada penelitian ini signifikan atau tidak. Terdapat tiga uji
hipotesis yang dapat dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji T-statistik (uji
parsial), uji F-stastistik (uji simultan), dan ujI koefesien determinasi.
a. Uji T-Statistik (Uji Parsial)
Uji T digunakan dalam mengetahui signifikansi variabel
independen secara parsial terhadap variabel dependen. Dalam
menentukan signifikan atau tidak signifikan suatu variabel independen
terhadap variabel dependen dapat dilihat dengan membandingkan nilai
probabilitas dengan tingkat signifikansi α = 5% atau 0.05 apabila
probabilitas kurang dari 0.05 artinya setiap variabel independen yang
diuji memiliki pengaruh signifikan yang berarti terima H1 dan tolak H0,
namun apabila variabel yang di uji secara parsial tersebut lebih dari 0.05
artinya tidak signifikan terima H0 dan Tolak H1 Berikut merupakan
hipotesa dalam uji parsial.
1) H0: Tidak terdapat pengaruh PDRB terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
H1: Terdapat pengaruh PDRB terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
2) H0: Tidak terdapat pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas
Pendidikan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur
pada tahun 2011 – 2018.
H1: Terdapat pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan
terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur pada tahun
2011 – 2018.
3) H0: Tidak terdapat pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur
pada tahun 2011 – 2018

68
H1: Terdapat pengaruh Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur pada tahun
2011.
4) H0: Tidak terdapat pengaruh Rasio Panjang Jalan terhadap IPM
di 12 Provinsi Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
H1: Terdapat pengaruh Rasio Panjang Jalan terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
Tabel 4.8
Uji T-statistik

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 42.99960 3.326281 12.92723 0.0000


PDRB 5.33E-05 6.43E-06 8.299385 0.0000
RP 0.058887 0.013009 4.526757 0.0000
RJ 16.21645 3.026226 5.358639 0.0000
RK 12.82989 28.15393 0.455705 0.0085

Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.

a) Pada variabel PDRB memiliki nilai Probabilitas t-Statistic


sebesar 0.0000, berarti lebih kecil dari tingkat signifikansi
(0.0000<0.05). Terima H1 dan tolak H0, artinya ada pengaruh
secara parsial dari variabel PDRB terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
b) Pada variabel Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan memiliki
nilai Probabilitas t-Statistic sebesar 0.0000, berarti lebih kecil
dari tingkat signifikansi (0.0000<0.05). Terima H1 dan tolak H0,
artinya ada pengaruh secara parsial dari variabel Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.
c) Pada variabel Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan memiliki
nilai Probabilitas t-Statistic sebesar 0.0085, berarti lebih kecil
dari tingkat signifikansi (0.0085<0.05). Terima H1 dan tolak H0,
artinya ada pengaruh secara parsial dari variabel Rasio
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur pada tahun 2011 – 2018.

69
d) Pada vaiabel Rasio Panjang Jalan memiliki nilai Probabilitas t-
statistic sebesar 0.0000, berarti lebih kecil dari tingkat
signifikansi (0.0000 < 0.05). Terima H1 dan tolak H0, artinya ada
pengaruh secara parsial dari variabel Rasio Panjang Jalan
terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur pada tahun
2011 – 2018.
Dari penjelasan hasil uji t diatas dapat disimpulkan bahwa
variabel PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan (RP), Rasio
Ketersediaan Fasilitas Kesehatan (RK), dan Rasio Panjang Jalan (RK)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur.
b. Uji F-Statistik (Uji Simultan)
Uji F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel
independen berpengaruh secara bersamaan terhadap variabel dependen.
Untuk mengetahui pengaruh secara simultan dari seluruh variabel
independen terhadap variabel dependen secara signifikan atau tidak
signifikan dapat dilihat dengan membandingkan Probabilitas F-statistik
dengan taraf signifikansi α = 5% atau 0,05. Jika probabilitas F-statistik
lebih rendah dari α = 5% atau 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima,
artinya seluruh variabel independen yang digunakan berpengaruh secara
bersamaan dan signifikan terhadap variabel dependen.
Berikut adalah hipotesis yang sebelumnya telah dibuat oleh penulis
H0: Tidak ada pengaruh PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas
Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, dan Rasio Panjang
Jalan secara simultan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian
Timur Tahun 2011-2018.
H1: Ada pengaruh PDRB, Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan,
Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, dan Rasio Panjang Jalan secara
simultan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun
2011-2018.
Tabel 4.9.
Uji F-Statistik
F-statistic 134.5254
Prob(F-statistic) 0.000000

71
Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020.
Berdasarkan hasil regresi Fixed Effect Model diatas, didapatkan
nilai F-statistic sebesar 134.5254 dengan melihat dari nilai Probabilitas
F-statistic menunjukkan nilai sebesar 0.00000, maka nilai Probabilitas
F-statistic lebih kecil dari tingkat signifikansi 5% atau 0.05
(0.00000<0.05). Dengan hasil tersebut maka terima H1 dan dan tolak H0
disimpulkan bahwa variabel independen ( PDRB, Rasio Ketersediaan
Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, dan Rasio
Panjang Jalan) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap variabel
dependen (IPM) di 12 Provinsi Indonesia bagian timur Tahun 2011 –
2018.
c. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi merupakan uji yang menjelaskan
seberapa besar persentase pengaruh variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini.
Nilai koefisien determinasi berada diantara nol dan satu. Jika nilai
koefisien determinasi mendekati angka satu maka dapat diartikan bahwa
variabel independen mampu menjelaskan hampir semua perubahan pada
variabel dependen. Sedangkan jika nilai koefisien determinasi
mendekati angka nol maka diartikan bahwa variabel independen tidak
memiliki kemampuan dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas. Berikut merupakan hasil dari uji koefisien determinasi.
Tabel 4.10.
Uji Koefisien Determinasi
R-squared 0.891866
Adjusted R-squared 0.884716
Sumber: Hasil Olah Data menggunakan Eviews, 2020
Berdasarkan hasil dari uji koefisien determinasi pada tabel 4.10.
diatas menunjukkan bahwa nilai dari Adjusted R-Squared yaitu sebesar
0.884716. Dapat disimpulkan bahwa variabel independen (PDRB, Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan, dan Rasio Panjang Jalan) dapat menjelaskan variabel
dependen (IPM) pada seluruh 12 Provinsi Indonesia bagian timur

71
sebesar 88,4%. Sedangkan sisanya yaitu 11,6% dijelaskan oleh variabel-
variabel lain diluar penelitian ini.

C. Pembahasan
1. PDRB terhadap IPM
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa PDRB memiliki pengaruh
yang positif terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur. Nilai koefisien
variabel PDRB dari hasil regresi data panel adalah sebesar 5.33E-05. Dapat
diartikan bahwa setiap ada peningkatan PDRB dapat meningkatkan IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian timur. Variabel PDRB juga memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur, hal ini dapat
dilihat dari nilai Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000, lebih kecil dari tingkat
signifikansi sebesar 5%.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan mempengaruhi
kemampuan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. PDRB sebagai nilai
total pendapatan diberbagai sektor seperti pertanian, pertambangan, indiustri,
listrik, perdagangan, pengangkutan, bank dan jasa memiliki peran penting bagi
masyarakat. Apabila pendapatan secara perkapita yang dihasilkan oleh suatu
masyarakat meningkat secara otomatis akan meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya, sebaliknya apabila semakin rendah PDRB maka akan semakin
rendah tingkat kesejahteraan. Dalam pembangunan manusia, dibutuhkan
adanya pembangunan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi. Dengan adanya
pertumbuhan ekonomi maka akan meningkatkan produktivitas dan peningkatan
pendapatan melalui penciptaan kesempatan kerja. Kinerja pertumbuhan
ekonomi yang tinggi akan mempengaruhi pembangunan manusia yang tinggi
pula dengan menghasilkan peningkatan produktivitas dan kreativitas
masyarakat.
Hal ini juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Muliza; T.
Zulham; Chenny Seftarita, yaitu Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja
Kesehatan, Tingkat Kemiskinan, dan PDRB terhadap IPM di Provinsi Aceh.
Hasil yang didapat bahwa PDRB berpengaruh positif dan siginifikan terhadap
Indeks Pembangunan Manusia yang berarti ketika PDRB suatu daerah

72
meningkat maka akan meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di
kabupaten/kota Provinsi Aceh.
2. Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan terhadap IPM
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Ketersediaan
Fasilitas Pendidikan memiliki pengaruh yang positif terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian timur. Nilai koefisien variabel RP (Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan) dari hasil regresi data panel adalah sebesar
0.058887. Dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan Rasio Ketersediaan
Fasilitas Pendidikan dapat meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian
timur. Variabel RP juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian timur, hal ini dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-
statistic sebesar 0.0000, lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 5%.
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan merupakan hal yang penting bagi
suatu daerah dalam menjalankan peningkatan pembangunan manusia.
Peningkatan pembangunan manusia yang terjadi tidak lepas dari peran sektor
pendidikan yang ada di daerah. Ketika pelayanan pendidikan di suatu daerah
meningkat melalui peningkatan ketersediaan fasilitas pendidikan untuk
masyarakatnya, maka akan merangsang tumbuhnya pembangunan manusia
melalui aktivitas pendidikan yang dapat menciptakan generasi penerus yang
berkualitas. Perbaikan kualitas modal manusia tergantung pada tersedianya
infrastruktur untung menunjang keberhasilan sumber daya manusia nya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Edeme (2014)
yang melakukan penelitian pada 20 negara bagian Nigeria tahun 1999-2012,
yang menunjukan bahwa pengeluaran publik untuk pendidikan memiliki efek
signifikan pada pembangunan manusia. Penyediaan infrastruktur pendidikan
serta peningkatan rata-rata tingkat pendidikan peduduk akan berimplikasi pada
tinggi nya pendidikan dan akan meningkatnya kualitas SDM lokal dalam
memanfaatkan sumber daya lokal di Nigeria. Hal ini juga senada dengan
penelitian terdahulu oleh Abdul Kadir Mahulauw; Dwi Budi Santosa; dan Putu
Mahardika, yaitu pengaruh pengeluaran kesehatan dan pendidikan serta
infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Maluku. Hasil
penelitian yang didapat bahwa pengeluaran pemerintah bidang pendidikan
mempengaruhi secara positif dan signifikan terhadap IPM, dimana bahwa
strategi terdepan alokasi anggaran pendidikan akan lebih diarahkan pada
73
peningkatan fasilitas penunjang pendidikan menengah (Mahulauw, Santosa, &
Mahardika, 2016).
3. Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan terhadap IPM
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan memiliki pengaruh yang positif terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur. Nilai koefisien variabel RK (Rasio Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan) dari hasil regresi data panel adalah sebesar 12.82989.
Dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan dapat meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur.
Variabel RK juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian timur, hal ini dapat dilihat dari nilai Probabilitas t-
statistic sebesar 0.0085, lebih kecil dari tingkat signifikansi sebesar 5%.
Dalam menghasilkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang
berpotensi, perlu adanya pembangunan sarana dan prasarana kesehatan yang
dapat menunjang segala aspek kebutuhan masyarakat dalam menjalani
aktivitas. Kesehatan merupakan hal yang paling penting di dalam menyumbang
kualitas sumber daya manusia (SDM). Tinggi rendahnya kualitas sumber daya
manusia (SDM) dapat ditentukan oleh status kesehatannya, untuk mencapai
kondisi kesehatan yang baik tersebut dibutuhkan sarana kesehatan yang baik
serta merata di setiap daerah. Kesehatan merupakan bagian dasar bagi
produktivitas kerja masyarakat, tenaga kerja yang sehat secara fisik maupun
mental akan lebih produktif dan berpenghasilan tinggi yang nantinya dapat
meningkatkan kualitas serta membangun sumber daya manusia (SDM) unggul.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Arif Tristanto;
Herman Cahyo Diartho yaitu strategi sektor kesehatan dalam meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Situbondo, yang menunjukan
bahwa pelayanan kesehatan merupakan strategi utama dalam meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Situbondo dengan sasaran
perencanaan dengan penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang baik dan
sesuai kepada masyarakat.
4. Rasio Panjang Jalan terhadap IPM
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Rasio Panjang Jalan
memiliki pengaruh yang positif terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian
timur. Nilai koefisien variabel RJ (Rasio Panjang Jalan) dari hasil regresi data
74
panel adalah sebesar 16.21645. Dapat diartikan bahwa setiap ada peningkatan
Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dapat meningkatkan IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian timur. Variabel RJ juga memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian timur, hal ini dapat dilihat dari
nilai Probabilitas t-statistic sebesar 0.0000, lebih kecil dari tingkat signifikansi
sebesar 5%.
Tersedianya fasilitas infrastruktur bagi suatu daerah merupakan sumber
dari adanya pembangunan yang terjadi secara nasional. Infrastruktur berperan
dalam peningkatan nilai konsumsi, produktivitas tenaga kerja termasuk pasar
tenaga kerja, peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta
memperluas lapangan kerja dan sebagai tujuan akhir adalah mencapai
pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Meningkatnya konektivitas jaringan
jalan akan meningkatkan akses masyarakat terhadap fasilitas pendidikan,
kesehatan, maupun pelayanan lainnya yang akan semakin lebih mudah dan
terjangkau. Ketersediaan dan kualitas infrastruktur yang baik menjadi salah satu
kunci untuk meningkatkan daya saing, mempercepat serta memperluas
pembangunan. Dalam mewujudkan pembangunan manusia dibutuhkan
pembangunan dan peningkatan kualitas infrastruktur terutama infrastruktur
sosial seperti pendidikan, kesehatan dan tersedianya jalan raya guna
mempermudah akses masyarakat. Ketika pembangunan tersebut dilakukan,
akan mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia dikarenakan
terpenuhi kebutuhan dasarnya.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Pernia
(2003) menemukan bahwa infrastruktur pedesaan dapat meningkatkan
pertanian dan produktivitas non pertanian dan meningkatkan pembangunan
manusia dengan meningkatkan pendapatan dan konsumsi rata-rata. Hal ini juga
senada dengan penelitian terdahulu oleh Hendro Ekwarso (2013) jalan
merupakan urat nadi perekonomian yang menghubungkan kegiatan ekonomi
antar wilayah sehingga distribusi barang dan jasa dapat bergerak dengan
lancar. Selanjutnya Amir dan Nazara (2005) menyebutkan bahwa ketersediaan
infrastruktur yang memadai akan mampu mendorong industrialisasi yang
lebih tinggi lagi.

75
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari PDRB, Rasio
Ketersediaan Fasilitas Pendidikan, dan Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan
terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun 2011 - 2018. Dari hasil
penelitian tersebut dapat ditarik kesimpulan, yaitu:
1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel PDRB memiliki pengaruh positif
dan signifikan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun
2011-2018. Hal ini berarti variabel PDRB sangat berpengaruh positif dalam
meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur.
2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Rasio Ketersediaan Fasilitas
Pendidikan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun 2011 - 2018. Hal ini berarti variabel
Rasio Ketersediaan Fasilitas Pendidikan sangat berpengaruh positif dalam
meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Rasio Ketersediaan Fasilitas
Kesehatan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di 12
Provinsi Indonesia bagian Timur Tahun 2011 - 2018. Hal ini berarti variabel
Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan sangat berpengaruh positif dalam
meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian Timur.
4. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Rasio Panjang Jalan memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian
Timur Tahun 2011 - 2018. Hal ini berarti variabel Rasio Panjang Jalan sangat
berpengaruh positif dalam meningkatkan IPM di 12 Provinsi Indonesia bagian
Timur.
5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel dari PDRB, Rasio Ketersedian
Fasilitas Pendidikan, Rasio Ketersediaan Fasilitas Kesehatan, dan Rasio
Panjang Jalan memiliki pengaruh secara simultan terhadap IPM di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur Tahun 2011 - 2018. Perubahan yang terjadi pada
PDRB, Rasio Ketersedian Fasilitas Pendidikan, dan Rasio Ketersediaan
Fasilitas Kesehatan secara bersama-sama akan merubah IPM di di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur.

76
B. Saran
Sesuai hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan, maka ada beberapa saran
yang penulis ajukan yang mungkin dapat bermanfaat, diantaranya:
1. Pemerintah
Dalam upaya meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia di 12 Provinsi
Indonesia bagian Timur diharapkan pemerintah dapat memilih kebijakan yang
lebih efektif dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Pemerintah perlu mewujudkan
pembangunan dalam segi pendidikan dan kesehatan yang merata dan dapat
dinikmati oleh seluruh masyarakat karna pembangunan pendidikan dan
kesehatan merupakan sektor yang penting untuk dapat memperbaiki Indeks
Pembangunan Manusia. Pemerintah juga harus menyediakan barang dan jasa
yang dibutuhkan masyarakat secara merata dalam peningkatan ekonomi
masyarakat dan menciptakan lapangan kerja yang luas agar dapat meningkatkan
daya beli masyarakat sehingga dapat meningkatkan Indeks Pembangunan
Manusia serta kesejahteraan masyarakat.
2. Bagi Masyarakat
Masyarakat perlu kritis terhadap pentingnya peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia karena dengan adanya peningkatan nilai Indeks Pembangunan
Manusia di suatu daerah menggambarkan pembangunan kualitas Sumber Daya
Manusiadi daerah tersebut.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat menggunakan variabel-variabel lain dalam mengetahui penyebab
peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Indonesia bagian
Timur.Dapat menggunakan tahun penelitian terbaru guna mengetahui hasil
penelitian yang sesuai dengan kondisi terbaru.

77
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, F.R., Purbadharmaja, I.B.P. (2014). Pengaruh Kemandirian Keuangan Daerah dan

Keserasian Alokasi Belanja terhadap Indeks Pembangunan Manusia. E-Jurnal

Ekonomi Pembangunan Universitas Udayana. ISSN: 2303-0178. 257-264.

Anand, S., Sen, A. (2000). Human Development and Economic Sustainabi-lity. Word

Development 28 12, 2029-2049.

Astri, M., Nikensari, S. I., & Kuncara, H. (2013). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah

pada Sektor Pendidikan dan Kesehata Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di

Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis (JPEB), 1(1), 77-102.

Badan Pusat Statistik Indonesia. (2018). Statistik Indonesia Tahun 2011-2018. Jakarta: Badan

Pusat Statistik

Desmiarti, S. (2019). Pengaruh dan tingkat penganngguran terbuka terhadap indeks

pembangunan manusia di kabupaten Langkat (Doctoral dissertation, Universitas Islam

Negeri Sumatera Utara).

Edeme, R. K. (2014). Analyzing the effects of sectoral public spending on human development

in Nigeria: evidence from panel data. IOSR Journal of Humanities and Social Science

(IOSR-JHSS), 19(9), 1-13.

Elistia, E., & Syahzuni, B. A. (2018). The correlation of the human development index (HDI)

towards economic growth (GDP per capita) in 10 ASEAN member countries. JHSS

(Journal of Humanities and Social Studies), 2(2), 40-46.

Familioni.K.A. (2004). The role of Economic and sosial infrastructure in economic

development. A Global View

78
Friawan, D. (2008). “Kondisi Pembangunan Infrastruktur di Indonesia”. CSIS Vol. 37, No. 2

Juni, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

HANDAYANI, T., Susetyo, D., & Saleh, M. S. (2018). PENGARUH BELANJA MODAL,

INFRASTRUKTUR PANJANG JALAN, DAN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

(IPM) TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)

KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI SUMATERA SELATAN (Doctoral dissertation,

Sriwijaya University).

Hapsari, T. (2011). Pengaruh Infrastruktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia.

Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

IMRON, C. (2018). ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI,

PENGELUARAN PEMERINTAH SEKTOR PENDIDIKAN, KESEHATAN,

INFRASTRUKTUR TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DI

PROVINSI JAWA TIMUR 2011-2016. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB, 6(2).

Irawan. , M. Suparmoko. (1979). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: BPFE

Kali, K. B., & Brata, A. G. (2016). Pengaruh infrastruktur terhadap pembangunan manusia di

provinsi-provinsi kawasan Indonesia bagian timur periode 2006-2013, 2016 (1).

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia 2011-2018. Jakarta.

Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. (2018). Indonesia Educational Statistics in Brief

2011-2018. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 378/KPTS/1987, Tanggal 3 Agustus 1987

tentang Pengesahan 33 Standar Konstruksi Bangunan di Indonesia.

Kodoatie, R, J., (2005). Pengantar Manajemen Infrastruktur, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

79
Kuncoro, M (1997), Ekonomi Pembangunan, Teori, masalah dan kebijakan, Cetakan pertama,

Unit penerbitan dan percetakan akademi manajemen perusahaan YKPN, Yogyakarta.

Lumbantoruan, E. P., & Hidayat, P. (2015). Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) Provinsi-Provinsi di Indonesia (Metode

Kointegrasi). Ekonomi Dan Keuangan, 2(2).

Mahulauw, A. K., Santosa, D. B., & Mahardika, P. (2017). Pengaruh Pengeluaran Kesehatan

dan Pendidikan Serta Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Maluku. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 14(2), 122-148.

Maulana, R., & Bowo, P. A. (2013). Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan

Teknologi terhadap IPM Provinsi di Indonesia 2007-2011. JEJAK: Jurnal Ekonomi dan

Kebijakan, 6(2).

Mills, A., Lucy, G. (1990). Ekonomi Kesehatan untuk Negara-Negara Berkembang

(Terjemahan). Jakarta: Dian Rakyat.

Minarti, S. (2011) , Manajemen Sekolah: Mengelola Lembaga Pendidikan Secara Mandiri,

Yogyakarta: AR-RUZZ Media

Mirza, D. S. (2012). Pengaruh kemiskinan, pertumbuhan ekonomi, dan belanja modal terhadap

indeks pembangunan manusia di Jawa Tengah tahun 2006-2009. Economics

Development Analysis Journal, 1(2).

Muliza, M., Zulham, T., & Seftarita, C. (2017). Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja

Kesehatan, Tingkat Kemiskinan dan PDRB Terhadap IPM di Provinsi Aceh. Jurnal

Perspektif Ekonomi Darussalam, 3(1), 51-69.

Ramirez, A., G. Ranis, dan F. Stewart. 1998. “Economic Growth and Human Capital”. QEH

Working Paper No. 18.

81
Razmi, M. J., Abbasian, E., & Mohammadi, S. (2012). Investigating the effect of government

health expenditure on HDI in Iran.

Republik, Indonesia. (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara.

Rosyid, R., & Lukito, L. E. (2019). HUBUNGAN INFRASTRUKTUR TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA DI PROVINSI BANTEN. Simposium Nasional

Mulitidisiplin (SinaMu).

Sari, L., Maulida, Y., & Winda, M. (2014). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas

Sumber Daya Manusia (SDM) di Kabupaten Siak (Doctoral dissertation, Riau

University).

Soebyakto, B. B., & Bashir, A. (2015). Analisis Tipologi dan hubungan antara indeks

pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal

Ekonomi Pembangunan, 13(1), 21-36.

Srinivasu, B. (2013). Infrastructure of Development and Economic Growth: Prospects and

Perspective. Dalam Journal of Business Management & Social Sciences Research

(JBM&SSR). ISSN No: 2319- 5614 Volume 2.

Suparno, H. (2014). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan, Kesehatan dan

Infrastuktur Terhadap Pertumbuhan Ekonomi dan Peningkatan Pembangunan Manusia

di Provinsi Kalimantan Timur. Journal of Innovation in Business and Economics, 5(1),

1-22.

Susanti, E. (2017). Analisis Pengaruh Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Terhadap

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Kabupaten Way Kanan Tahun 2010-2015

Perspektif Ekonomi Islam (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

81
Syalkahfi, M. A. (2016). Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pengeluaran Pemerintah

Sektor Pendidikan Dan Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia Provinsi Lampung Tahun 1999-2014.

Syam, S. F. (2014). Pengaruh Pengeluaran Pemerintah di Sektor Pendidikan, Kesehatan dan

PM terhadap Pertumbuhan Ekonomi Sulawesi Selatan. Universitas Hassanuddin.

Makassar.

Tarigan, R. (2003). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta: Rajawali Press.

Taryono, T., & Ekwarso, H. ANALISIS KETERSEDIAN INFRASTRUKTUR DI PULAU

SUMATERA. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 4(10), 101-118.

Todaro, M.P. dan Smith S.C. (2006). Pembangunan Ekonomi. Jakarta: Erlangga.

Tristanto, A., Jember, S. M., & Diartho, H. C. Strategi Sektor Kesehatan Dalam Meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Situbondo.

United Nations Development Programme (UNDP). 1990. Global Human Development Report.

Human Resources Department.

United Nation Development Programme (UNDP). 1995. “Human Development Report”

United Nations Development Programme. New York.

United Nation Development Programme (UNDP). (2007). Human Development Report

2007/2008. New York: United Nations Development Programme.

Yamin, M,. (2009).Menggugat Pendidikan Indonesia; Belajar Dari Paulo Freire Dan Ki

Hajar Dewantara, Jogjakarta: Ar- Ruzz Media, 2009

Yandrizal, Y., Suryani, D., Anita, B., Febriawati, H., Yanuarti, R., Pratiwi, B. A., & Saputra,

H. (2016). Analisis Ketersediaan Fasilitas Kesehatan dan Pencapaian Universal

82
Health Coverage Jaminan Kesehatan Nasional se Provinsi Bengkulu. Jurnal

Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI, 5(3), 143-150.

83
Lampiran

A. Lampiran 1 : Data Penelitian

Provinsi Tahun IPM PDRB RP RK RJ

NusaTenggaraBarat 2011 62.14 67379.14 143.0 0.04 0.436

NusaTenggaraBarat 2012 62.98 66340.81 166.2 0.04 0.434

NusaTenggaraBarat 2013 63.76 69766.71 166.1 0.04 0.435

NusaTenggaraBarat 2014 64.31 73372.96 168.2 0.04 0.449

NusaTenggaraBarat 2015 65.19 89337.99 168.5 0.04 0.440

NusaTenggaraBarat 2016 65.81 94524.29 172.2 0.04 0.443

NusaTenggaraBarat 2017 66.58 94639.54 176.5 0.04 0.459

NusaTenggaraBarat 2018 67.3 90323.42 177.0 0.04 0.458

NusaTenggaraTimur 2011 60.24 46334.13 130.2 0.08 0.400

NusaTenggaraTimur 2012 60.81 48863.19 138.9 0.08 0.416

NusaTenggaraTimur 2013 61.68 51505.19 139.1 0.08 0.421

NusaTenggaraTimur 2014 62.26 54107.97 142.1 0.08 0.436

NusaTenggaraTimur 2015 62.67 56770.79 144.1 0.08 0.446

NusaTenggaraTimur 2016 63.13 59678.01 146.5 0.08 0.466

NusaTenggaraTimur 2017 63.73 62724.72 149.0 0.08 0.476

NusaTenggaraTimur 2018 64.39 65941.41 150.0 0.08 0.485

SulawesiUtara 2011 68.31 54910.9 185.8 0.09 0.579

SulawesiUtara 2012 69.04 58677.59 185.2 0.09 0.590

SulawesiUtara 2013 69.49 62422.5 188.9 0.09 0.621

SulawesiUtara 2014 69.96 66360.76 188.2 0.10 0.646

SulawesiUtara 2015 70.39 70425.33 189.5 0.09 0.685

84
Provinsi Tahun IPM PDRB RP RK RJ

SulawesiUtara 2016 71.05 74764.66 191.3 0.09 0.703

SulawesiUtara 2017 71.66 79485.47 194.7 0.10 0.710

SulawesiUtara 2018 72.2 84258.69 194.4 0.10 0.727

SulawesiTengah 2011 64.27 56833.83 175.7 0.07 0.297

SulawesiTengah 2012 65 62249.53 185.4 0.07 0.297

SulawesiTengah 2013 65.79 68219.32 185.1 0.07 0.304

SulawesiTengah 2014 66.43 71677.53 189.1 0.08 0.292

SulawesiTengah 2015 66.76 82787.2 197.3 0.08 0.263

SulawesiTengah 2016 67.47 91014.56 200.5 0.08 0.263

SulawesiTengah 2017 68.11 97474.86 202.5 0.08 0.268

SulawesiTengah 2018 68.88 103617.7 201.7 0.08 0.273

SulawesiSelatan 2011 66.65 185708.5 134.7 0.06 0.697

SulawesiSelatan 2012 67.26 202184.6 139.9 0.06 0.702

SulawesiSelatan 2013 67.92 217589.1 141.2 0.06 0.700

SulawesiSelatan 2014 68.49 233988.1 143.0 0.06 0.698

SulawesiSelatan 2015 69.15 250803 148.4 0.06 0.711

SulawesiSelatan 2016 69.76 269401.3 150.5 0.06 0.671

SulawesiSelatan 2017 70.34 288814.2 153.6 0.06 0.657

SulawesiSelatan 2018 70.9 309243.6 154.0 0.06 0.652

SulawesiTenggara 2011 66.52 53546.69 187.4 0.12 0.307

SulawesiTenggara 2012 67.07 59785.4 192.0 0.12 0.312

SulawesiTenggara 2013 67.55 64268.71 191.2 0.12 0.313

SulawesiTenggara 2014 68.07 68291.78 190.1 0.12 0.272

85
Provinsi Tahun IPM PDRB RP RK RJ

SulawesiTenggara 2015 68.75 72993.33 173.2 0.12 0.300

SulawesiTenggara 2016 69.31 77745.51 173.4 0.12 0.334

SulawesiTenggara 2017 69.86 83001.82 172.7 0.12 0.343

SulawesiTenggara 2018 70.61 88328.52 172.5 0.12 0.348

Gorontalo 2011 63.48 16669.09 160.8 0.09 0.409

Gorontalo 2012 64.16 17987.07 165.4 0.09 0.417

Gorontalo 2013 64.7 19367.57 168.0 0.09 0.428

Gorontalo 2014 65.17 20775.8 169.4 0.09 0.466

Gorontalo 2015 65.86 22068.8 163.7 0.09 0.523

Gorontalo 2016 66.29 23507.21 166.0 0.09 0.493

Gorontalo 2017 67.01 25090.34 168.7 0.09 0.488

Gorontalo 2018 67.71 26722.59 170.4 0.09 0.492

SulawesiBarat 2011 60.63 19027.5 183.3 0.08 0.406

SulawesiBarat 2012 61.01 20786.89 192.0 0.08 0.412

SulawesiBarat 2013 61.53 22227.39 195.4 0.08 0.419

SulawesiBarat 2014 62.24 24195.65 194.0 0.08 0.451

SulawesiBarat 2015 62.96 25964.43 192.0 0.08 0.414

SulawesiBarat 2016 63.6 27524.77 193.8 0.08 0.382

SulawesiBarat 2017 64.3 29347.19 200.9 0.08 0.343

SulawesiBarat 2018 65.1 31176.59 205.9 0.08 0.338

Maluku 2011 64.75 19597.39 187.6 0.12 0.154

Maluku 2012 65.43 21000.08 190.8 0.13 0.164

Maluku 2013 66.09 22100.94 191.4 0.13 0.166

86
Provinsi Tahun IPM PDRB RP RK RJ

Maluku 2014 66.74 23567.73 193.7 0.13 0.176

Maluku 2015 67.05 24859.2 192.8 0.13 0.178

Maluku 2016 67.6 26284.23 194.5 0.13 0.211

Maluku 2017 68.19 27813.96 202.5 0.13 0.218

Maluku 2018 68.87 29465.36 203.4 0.13 0.217

MalukuUtara 2011 63.19 16002.45 226.2 0.12 0.167

MalukuUtara 2012 63.93 17120.07 224.9 0.12 0.180

MalukuUtara 2013 64.78 18208.74 226.4 0.13 0.194

MalukuUtara 2014 65.18 19208.76 224.2 0.13 0.223

MalukuUtara 2015 65.91 20380.3 225.0 0.13 0.222

MalukuUtara 2016 66.63 21556.68 223.1 0.12 0.221

MalukuUtara 2017 67.2 23210.86 233.5 0.12 0.232

MalukuUtara 2018 67.76 25050.12 234.0 0.12 0.230

PapuaBarat 2011 59.9 42867.19 410.4 0.20 0.082

PapuaBarat 2012 60.3 44423.34 411.5 0.17 0.083

PapuaBarat 2013 60.91 47694.23 427.1 0.19 0.084

PapuaBarat 2014 61.28 50259.91 414.8 0.19 0.090

PapuaBarat 2015 61.73 52346.49 412.9 0.19 0.095

PapuaBarat 2016 62.21 54711.28 409.8 0.19 0.098

PapuaBarat 2017 62.99 56902.62 439.9 0.19 0.115

PapuaBarat 2018 63.74 60453.56 445.5 0.19 0.122

Papua 2011 55.01 106066.7 48.9 0.12 0.051

Papua 2012 55.55 107890.9 47.8 0.13 0.051

87
Provinsi Tahun IPM PDRB RP RK RJ

Papua 2013 56.25 117118.8 49.5 0.13 0.053

Papua 2014 56.75 121391.2 51.1 0.12 0.053

Papua 2015 57.25 130311.6 51.6 0.14 0.058

Papua 2016 58.05 142224.9 52.6 0.14 0.059

Papua 2017 59.09 148822.5 55.0 0.13 0.068

Papua 2018 60.06 159728.9 55.9 0.14 0.068

88
B. Lampiran 2 : Hasil Estimasi Regresi

1. Uji Spesifikasi Model

a. Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: Untitled
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 100.932061 (11,80) 0.0000


Cross-section Chi-square 259.189848 11 0.0000

b. Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Equation: Untitled
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 17.386647 4 0.0016

89
2. Hasil

a. Fixed Effect Model

Dependent Variable: IPM


Method: Panel Least Squares
Date: 03/12/21 Time: 18:54
Sample: 2011 2018
Periods included: 8
Cross-sections included: 12
Total panel (balanced) observations: 96

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 42.99960 3.326281 12.92723 0.0000


PDRB 5.33E-05 6.43E-06 8.299385 0.0000
RP 0.058887 0.013009 4.526757 0.0000
RJ 16.21645 3.026226 5.358639 0.0000
RK 12.82989 28.15393 0.455705 0.0085

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.891866 Mean dependent var 65.06375


Adjusted R-squared 0.884716 S.D. dependent var 3.767544
S.E. of regression 0.801733 Akaike info criterion 2.546929
Sum squared resid 51.42204 Schwarz criterion 2.974320
Log likelihood -106.2526 Hannan-Quinn criter. 2.719688
F-statistic 134.5254 Durbin-Watson stat 0.422872
Prob(F-statistic) 0.000000

b. Uji Individual Effect

Variable Coefficient Individual Effect

C 42.99960
PDRB? 5.33E-05
RP? 0.058887
RJ? 16.21645
RK? 12.82989
Fixed Effects (Cross)
GORONTALO--C 2.888648 45.888248
MALUKU--C 6.408617 49.408217
MALUKUUTARA--C 3.130609 46.130209
NUSATENGGARABARAT--C -0.092501 42.907099
NUSATENGGARATIMUR--C -0.216439 42.783161
PAPUA--C 1.716686 44.716286
PAPUABARAT--C -12.88330 30.1163
SULAWESIBARAT--C -0.569145 42.430455
SULAWESISELATAN--C -7.748629 35.250971
SULAWESITENGAH--C 2.500010 45.49961
SULAWESITENGGARA--C 4.325526 47.325126
SULAWESIUTARA--C 0.539918 43.539518

91
3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2011 2018
8
Observations 96

6 Mean -8.67e-17
Median -0.019956
Maximum 2.395295
4 Minimum -1.555882
Std. Dev. 0.735721
2
Skewness 0.363278
Kurtosis 3.556729

0 Jarque-Bera 3.351320
-1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0
Probability 0.187185

b. Uji Multikolinieritas

PDRB RP RJ RK

PDRB 1.000000 -0.333979 0.359726 -0.287819


RP -0.333979 1.000000 -0.251612 0.566906
RJ 0.359726 -0.251612 1.000000 -0.706712
RK -0.287819 0.566906 -0.706712 1.000000

c. Uji Heterokedastisitas

Dependent Variable: RESABS


Method: Panel Least Squares
Date: 03/12/21 Time: 19:23
Sample: 2011 2018
Periods included: 8
Cross-sections included: 12
Total panel (balanced) observations: 96

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 1.255096 1.521629 0.824837 0.4119


PDRB -3.23E-07 2.94E-06 -0.109758 0.9129
RP 0.004986 0.005951 0.837787 0.4046
RJ -1.257782 1.384366 -0.908562 0.3663
RK -11.59261 12.87920 -0.900103 0.3708

91
d. Uji Auto Korelasi

Autokorelasi Tidak Dapat Tidak Terdapat Tidak Dapat Autokorela

Positif Disimpulkan Auotokorelasi Disimpulkan si Negatif

1.5600 1.7785 2.127718 2.2215 2.44

dL dU Nilai DW stat. 4 – dU 4 – dL

92

Anda mungkin juga menyukai