Anda di halaman 1dari 99

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN

BERMASALAH SEKTOR KONSTRUKSI PADA BANK UMUM


SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2012-
2015

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

ZAKIAH NOOR NASUTION


NIM: 1112046100175

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016 M/1438 H

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI
Nama : Zakiah Noor Nasution
Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 08 November 1994
Alamat : Jl. Benda Barat 9 Blok D17/7 Pamulang
Permai II
Tangerang Selatan 15416
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Telepon : 082110281826
Email : zakiahnoor94@gmail.com

II. PENDIDIKAN FORMAL


SDIT As Salaamah Pamulang 2000-2006
MTs Negeri 3 Jakarta 2006-2009
MAN 4 Jakarta 2009-2012
S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012-2016

III. PENGALAMAN ORGANISASI


Ketua Paduan Suara MAN 4 Jakarta 2010-2011

IV. PENGALAMAN KERJA


PT. Bank DKI Syariah , 2014

v
ABSTRACT

The research is answer the question about some factors which are
influences for the Non Performing Finance at Islamic Public Bank and Islamic
Business Units in Indonesia. The hypothesis examination is carried out by
Multiple Regression Analysis to know the influence of variable Financing to
Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Operational Efficiency and Cost
Efficiency Ratio for NPF of Islamic Public Bank and Islamic Business Units in
Indonesia.The data source of this research website legal of Indonesia Bank or
Otoritas Jasa Keuangan. The data peiod are researched from January 2012 to
December 2015.

The result of this study to show a simultaneous manner that factors


independent variable have significant level under 5%, but in individual manner,
Capital Adequacy Ratio is not significantly influence, but the other variable have
significant influence to NPF.

Key words: Non Performing Finance (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Operational Efficiency and Cost Efficiency Ratio
(BOPO).

vi
ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan menjawab beberapa pernyataan sekitar faktor-


faktor yang mempengaruhi terjadinya Non Performing Finance pada Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan
dengan analisis regresi berganda (multiple regression) untuk mengetahui variabel
Financing to Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio, Biaya Operasioal
Pendapatan Operasional terhadap terjadinya NPF pada Bank Umum Syariah dan
Unit Syariah di Indonesia. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari Bank
Indonesia melalui situs resmi di website Bank Indonesia dan situs resmi Otoritas
Jasa Keuangan. Periode data yang diteliti dimulai dari bulan Januari 2012 sampai
dengan bulan Desember 2015.

Hasil studi menunjukkan bahwa secara simultan masing-masing faktor


dalam variabel indepeneden mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
terjadinya NPF pada level sigifikansi dibawah 5%. Namun secara individual,
Capital Adequacy Ratio tidak berpengaruh secara signifikan, sedangkan variabel
lain mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap NPF.

Key word: Non Performing Finance (NPF), Financing to Deposit Ratio (FDR),
Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya Operasioal Pendapatan Operasional
(BOPO).

vii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada penulis serta menganugerahkan kemampuan

berpikir sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini dengan judul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor

Kontruksi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode 2012-

2015”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW, sang utusan Allah SWT yang membawa risalah dan

rahmat bagi alam semesta dan pemberi syafa‟at bagi umatnya di akhirat kelak.

Pada kesempatan kali ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan arahan,

bimbingan, serta dukungan semangat sehingga penulis mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Sebagai penghormatan dan kebanggaan,

penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah

dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Program Studi Muamalat, Bapak AM. Hasan Ali, MA, dan Bapak

Abdurrauf, Lc, MA., selaku Sekertaris Program Studi yang selalu

memberikan arahan dan motivasi untuk mendukung mahasiswa/i menjadi

berprestasi.

viii
3. Ibu Siti Hamidah Rustiana, SE, Ak, M. Si selaku Dosen Pembimbing

Skripsi yang memberikan arahan, bimbingan dan waktunya sehingga

penulisan skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Ibu Hj. Siti Hanna, S.Ag., Lc, MA.selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah membimbing penulis selama penyusunan skripsi.

5. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah memberikan

ilmunya yang bermanfaat bagi mahasiswa/i dan untuk kemajuan Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orang tua tercinta, Bapak Harrizul Nasution dan Ibu Hj. Hajjiah

yang telah memberikan doa, motivasi dan selalu memberikan inspirasi

serta semangat yang luar biasa bagi kehidupan penulis. Serta Abangda

Syahid Zakwan Nasution, kalian selalu membuat suasana menjadi terhibur

di saat suntuk dalam mengerjakan skripsi. Terima kasih untuk cinta dan

kasih sayang kalian.

7. Seluruh keluarga besar baik dari pihak Ayah maupun Mama, yang telah

memberikan doa dan dukungan.

8. Suci Rahayu, yang telah mendengarkan keluh kesah, dan yang selalu

menyediakan waktunya untuk membantu.

9. Tim Solehahku yang sudah menemani selama 4 tahun ini, Annisa Noor

Qolbi, Nurul Hafsah RA, Dhiya Afafie, Nurafni Sulistiyowati, Dewi

Handayani, Maya Andyka Sari, Tiyara Rizqia Sade terima kasih kalian

telah memberikan banyak cerita, kenangan, dukungan dan rela menjadi

tempat keluh kesah penulis selama ini.

ix
10. Sahabat-sahabat terdekat penulis, Siska Fitriani, Puspa Ovinia, Anissa

Nurfajriah, Shinta Dwida Ayu, Desy Anggrarini, dan Sarah Sa‟diatu L

yang selalu memberikan banyak cerita, dukungan, hiburan di sela-sela

penulisan skripsi ini.

11. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah 2012 dan teman-teman

KKN ADEM, yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

12. Seluruh pihak-pihak terkait yang telah membantu penulis selama proses

penyusunan skripsi ini.

Penulis hanya dapat mendoakan semoga bantuan, dukungan dan kebaikan

dari semua pihak yang terkait dapat dilipat gandakan oleh Allah SWT. Aamiin

Yaa Robbal „Alamin. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan dan belum sempurna, oleh karena itu semua kritik dan saran dari

pembaca akan diterima guna memperbaiki dan mengembangkan penelitian ini.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kebaikan kepada kita semua.

Jakarta, 03 Oktober 2016

Penulis

x
DAFTAR ISI

LEMBARAN PERNYATAAN ...................................................................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR .................................................................................. viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xviii

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 7

C. Batasan dan Rumusan Masalah............................................................. 7

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................................. 8

E. Sistematika Penulisan ......................................................................... 10

BAB II: LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembiayaan ....................................................................... 12

B. Tujuan Pembiayaan ............................................................................. 13

C. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli ................................................. 15

1. Ba‟i Al-Murabahah ..................................................................... 15

2. Ba‟i As-Salam ............................................................................... 16

3. Ba‟i Al-Istishn .............................................................................. 17

D. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa....................................................... 18

1. Ijarah............................................................................................. 18

xi
2. Ijarah Muntahiya Bittamlik ......................................................... 18

E. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil .............................................. 19

1. Al-Mudharabah ................................................................................ 19

2. Al-Musyarakah ................................................................................ 20

F. Kualitas Pembiayaan ........................................................................... 21

G. Pembiayaan Bermasalah ..................................................................... 24

H. Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah.............................. 26

I. Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................................... 27

J. Capital Adequacy Ratio (CAR) .......................................................... 28

K. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) .......... 30

L. Penelitian Terdahulu ........................................................................... 31

M. Kerangka Pemikiran ............................................................................ 36

BAB III: METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 40

1. Jenis Penelitian ............................................................................. 40

2. Jeni dan Sumber Data................................................................... 41

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .................................. 41

4. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 42

B. Identifikasi variabel Independen dan Dependen ................................. 44

C. Metode Analisis Data .......................................................................... 44

1. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 46

2. Uji Hipotesis Statistik................................................................... 49

xii
BAB IV: HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum ................................................................................ 52

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia ................................... 52

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF) ....................... 53

3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................... 55

4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) ........................... 56

5. Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

...................................................................................................... 57

B. Hasil Analisa dan Pembahasan ........................................................... 58

1. Uji Asumsi Klasik .......................................................................... 59

a. Uji Normalitas............................................................................ 59

b. Uji Multikolinieritas .................................................................. 60

c. Uji Heteroskedastisitas .............................................................. 61

d. Uji Autokorelasi ......................................................................... 63

2. Pengujian Hipotesis Statistik .......................................................... 64

a. Uji Parsial (Uji t) ....................................................................... 65

b. Uji F ........................................................................................... 66

c. Koefisien Determinasi ............................................................... 67

C. Analisis Ekonomi dan Interpretasi ...................................................... 68

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 73

B. Saran .................................................................................................... 74

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 76

xiii
DAFTAR TABEL

No. Keterangan Halaman

1.1 Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia………….……..2

1.2 Pembiayaan Non Lancar BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi…....3

1.3 Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Konstruksi………....…...5

2.1 Kriteria Kesehatan Non Performing Finance (NPF) Bank Syariah…………28

2.2 Daftar Review Studi Terdahulu…………………….……………………………………….36

4.1 Uji Normalitas……………………………………………………….………………………………63

4.2 Uji Correlation Matrix………………………………………………..….64

4.3 Uji Glejser..………………………………………………………………67

4.4 Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson…………......………...68

4.5 Uji t………………………………………………………………………………………………....……69

4.6 Uji F……………………………………………………………………………………………………...71

4.7 Koefisien Determinasi (R2)……………………………………………………………………72

xiv
DAFTAR GAMBAR

No. Keterangan Halaman

2.1 Skema Ba’i al-Murabahah……………………………………………………………………..17

2.2 Skema Ba’i as-Salam……………………………………………………………………………..18

2.3 Skema Ba’i al-Istishna……………………………………………………………………………19

2.4 Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik…………………………………….20

2.5 Skema Pembiayaan al-Mudharabah……………………………………………………….21

2.6 Skema Pembiayaan al-Musyarakah……………………………………………………….22

2.7 Paradigma Penelitian……………………………………………………..41

4.1 Perkembangan Non Performing Finance (NPF)

Periode Januari 2012 – Desember 2015………………………………….56

4.2 Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)…………………………………58

4.3 Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)……………………………………..59

4.4 Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)……..61

4.5 Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual………………….66

xv
DAFTAR LAMPIRAN

No. Keterangan Halaman

1 Data Penelitian………………….…………………………….....79
2 Uji Normalitas…………………………………………………..80
3 Uji Correlation Matrix………………………………………….80
4 Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual...............81
5 Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser…………………….81
6 Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson…………...…82
7 Uji t……………………………………………………………..82
8 Uji F………………………………………………………….…83
9 Uji Koefisien Determinasi (R2)……………………………………………..…83

xvi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fungsi utama lembaga perbankan adalah sebagai lembaga intermediasi

yang menghubungkan pihak surplus dana kepada pihak defisit dana. Dalam

fungsinya sebagai lembaga intermediasi, bank memiliki berbagai kegiatan

baik funding maupun financing. Pihak surplus dana menitipkan dananya

kepada bank dalam bentuk produk funding, kemudian disalurkan melalui

produk financing kepada pihak defisit dana. Fungsi intermediasi akan berjalan

dengan baik apabila terdapat hubungan kepercayaan antara masyarakat, dalam

hal ini nasabah, terhadap bank. Berdasarkan kepercayaan tersebut, bank dapat

dengan baik memobilisasi dana dari masyarakat yang kemudian disalurkan

melalui pembiayaan maupun jasa-jasa perbankan lainnya.

Dalam praktiknya, fungsi intermediasi pada bank memiliki banyak

risiko. Salah satu risiko yang dialami lembaga intermediasi, dalam hal ini

bank, adalah terjadinya pembiayaan bermasalah karena ketidakmampuan

nasabah membayar kewajiban kepada bank. Pembiayaan bermasalah ini dapat

mengganggu kemampuan likuiditas bank dan mengurangi laba bank. Pada

perbankan pembiayaan bermasalah diukur dengan rasio NPF (Non Performing

Financing). Pembiayaan bermasalah yang dimaksud adalah pembiayaan

dengan kolektabilitas kurang lancar, diragukan dan macet.

1
2

Menurut statistik Bank Indonesia, perkembangan dan pertumbuhan

perbankan syariah di Indonesia setiap tahunnya cukup memuaskan, yaitu

tumbuh antara 40-45 persen pertahun. Hal ini tercermin dari pertumbuhan

aset, peningkatan pembiayaan, dan ekspansi pelayanan (Jaringan kantor yang

semakin meluas menjangkau 33 provinsi di Indonesia). Sampai dengan tahun

2014, sudah ada 12 Bank Umum Syariah (BUS), 22 bank syariah dalam

bentuk Unit Usaha Syariah (UUS), dan 163 BPRS, dengan jaringan kantor

yang meningkat dari tahun 2012 sebanyak 2663 menjadi 2944 kantor pada

tahun 2015.1

Tabel 1.1

Perkembangan Kelembagaan Perbankan Syariah di Indonesia

Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015

BUS 3 5 6 11 11 1111 11 12 12

UUS 26 27 25 23 24 24 23 22 22

BPRS 114 131 138 150 155 158 160 163 164

Jaringan 802 1,069 1,258 1,763 2,101 2,663 2,925 2,910 2,944

Kantor

Sumber: Data olahan dari Bank Indonesia.

Berdasarkan tabel 1.2, dapat dilihat perkembangan kelembagaan

perbankan syariah di Indonesia dari tahun 2005 sampai 2015 dimana jumlah

BUS, UUS, BPRS serta jaringan kantor meningkat setiap tahunnya. Hal ini

menunjukkan bahwa kelembagaan perbankan syariah di Indonesia terus

1
Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015(Jakarta : Otoritas Jasa
Keuangan, 2015), h.13.
3

mengalami pertumbuhan yang baik di masyarakat dilihat dari jumlah kantor

yang terus meningkat dan bertambah setiap tahunnya. Namun pertumbuhan ini

mengandung resiko yaitu semakin meningkatnya pembiayaan tidak lancar

(bermasalah). Hal ini dapat dicermati pada tabel 1.2.

Tabel 1.2
Pembiayaan Non Lancar BUS dan UUS berdasarkan Sektor Ekonomi
Pembiayaan Non Lancar Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
berdasarkan Sektor Ekonomi
Sektor 20 20 20 2014
Ekonom 11 12 13
i Ja Fe M A M Ju Ju A Se O N D
n b ar pr ei ni li gt pt kt ov es

Pertania 79 10 16 20 28 25 25 33 32 37 38 37 38 39 40
n, 3 6 7 1 3 9 1 9 8 7 2 9 9 4
kehutana
n&
sarana
pertania
n

Pertamb 37 57 21 37 39 56 86 17 17 36 41 65 62 60 43
angan 1 9 2 8 8 7 0 9

Perindus 12 12 25 27 29 22 32 50 52 50 51 56 51 68 52
trian 8 2 6 0 7 57 1 2 2 3 1 5 6 1 4

Listrik, 19 16 10 11 13 5 5 89 76 81 88 89 26 36 39
gas & 2 6 5
air

Konstru 45 28 40 40 49 44 43 39 37 63 73 64 76 1. 85
ksi 5 0 5 5 5 1 5 5 6 8 9 5 4 00 4
4

Perdaga 56 54 60 71 1. 78 84 77 79 1. 1. 1. 1. 1. 1.
ngan, 2 8 4 8 07 5 8 8 7 54 61 58 58 69 53
restoran 6 7 4 6 8 0 6
& hotel

Pengang 16 34 31 28 26 30 30 65 63 85 1. 1. 1. 93 83
kutan, 3 1 7 9 0 2 2 4 9 1 15 36 31 4 7
perguda 3 1 6
ngan &
komunik
4

asi

Jasa 53 78 1. 1. 1. 1. 1. 1. 2. 2. 2. 2. 2. 2. 1.
dunia 2 8 28 57 86 72 90 84 63 11 14 18 21 20 89
usaha 6 2 6 0 1 4 3 2 3 6 2 8 9

Jasa 64 12 20 23 28 28 30 13 13 65 68 63 66 60 58
sosial/m 4 5 5 8 0 9 1 5 0 4 1 2 0 5
asyaraka
t

Lain- 55 88 1. 1. 1. 1. 2. 2. 1. 1. 1. 1. 1. 1. 1.
lain 0 9 55 71 81 85 08 72 85 23 15 08 00 15 15
9 4 2 3 6 8 7 4 3 0 3 8 9

Total 2. 3. 4. 5. 6. 5. 6. 7. 7. 8. 8. 9. 9. 9. 8.
58 26 82 45 42 95 55 62 54 35 89 17 34 64 63
8 9 8 5 5 3 4 4 2 4 0 5 1 2 2

Sumber: Data Statistik Perbankan Syariah 2014

Pembiayaan yang diberikan BUS dan UUS diharapkan dapat

membantu masyarakat untuk memperoleh pendanaan untuk kegiatan ekonomi,

pembiayaan merupakan indikator utama untuk mengukur

perkembangan/pertumbuhan pangsa pasar perbankan syariah. Perusahaan

yang membutuhkan dana mempunyai pilihan-pilihan jenis pembiayaan yang

dapat disesuaikan dengan kondisi arus kas perusahaannya atau jangka waktu

kebutuhan dan jumlah pinjamannya, sehingga perlu dikaji faktor-faktor apa

saja yang bisa mempengaruhi besarnya jumlah pembiayaan yang disalurkan

kemasyarakat oleh sebuah lembaga keuangan (perbankan syariah).

Dalam penyaluran pembiayaan kepada masyarakat, Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah menjangkau berbagai macam sektor ekonomi.

Dalam penelitian ini dipilih sektor konstruksi dengan alasan sektor ini sangat

penting dalam mendukung pembangunan ekonomi. Pengembangan sektor


5

konstruksi memiliki peran dalam membangun infrastruktur untuk penyediaan

sarana dan prasarana dalam rangka meningkatkan produktivitas, kesempatan

kerja dan laju perekonomian.

Pembiayaan bermasalah pada sektor konstruksi yang menjadi pilihan

utama dalam penyaluran pembiayaan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah

pembiayaan yang disalurkan di sektor ini. Peningkatan jumlah pembiayaan

disektor ini juga terjadi disetiap periodenya. Peningkatan ini tetap terjadi

walaupun tingkat NPF pada sektor ini masih cenderung besar pada tahun

2015. Untuk lebih memberikan gambaran langsung tentang sektor konstruksi,

berikut lihat tabel 1.3.

Tabel 1.3

Pembiayaan BUS dan UUS Berdasarkan Sektor Konstruksi

Tahun 2012 74.649

Tahun 2013 8,086

Tahun 2014 117.868

Tahun 2015 139.408

Sumber: Data Olahan dari Statistik Perbankan Syariah

Pada data yang tersaji diatas menunjukkan bahwa nilai pembiayaan

konstruksi terus meningkat, penelitian ini dilakukan untuk menganalisis

faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pembiayaan sektor konstruksi

yang disalurkan oleh perbankan.


6

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan

bermasalah sudah banyak dilakukan. Pertama penelitian Asnaini (2014)

menjelaskan bahwa Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) berpengaruh

positif dan signifikan terhadap NPF. Variabel CAR juga signifikan terhadap

NPF, sementara variabel Produk Domestik Bruto (PDB), Inflasi dan FDR

tidak signifikan mempengarui pembiayaan NPF. Kedua, penelitian Supriadi

(2011) menjelaskan bahwa pada pengujian konstanta dengan uji wald, variabel

bebas yang terdiri dari 5 variabel yaitu variabel fraud, withdrawals, poor

management, over trading¸ dan change in business cycle memberikan hasil

tidak signifikan secara statistik. Dalam penelitian ini secara sendiri-sendiri

variabel fraud adalah satu-satunya variabel bebas yang signifikan

mempengaruhi pembiayaan bermasalah menjadi NPF. Ketiga, Febriantika

(2011) menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Kualitas Aktiva

Produktif (KAP) berpengaruh signifikan terhadap NPF dan DPK memiliki

pengaruh yang negative, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang positif

terhadap NPF bank umum syariah. Keempat, Widodo (2016) menjelaskan

bahwa inflasi, GDP, CAR, FDR, Bank Size dan KAP terbukti berpengaruh

secara simultan terhadap Non Performing Finance bank syariah. Sedangkan

secara parsial GDP dan CAR terbukti berpengaruh negative terhadap NPF,

NPF berpengaruh negative tidak signifikan terhadap NPF dan Inflasi, KAP

dan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Kelima, Suprianto (2014)

menjelaskan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negative

signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan Pembiayaan Mudharabah


7

terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan. Selanjutnya, Alissanda (2015)

menjelaskan bahwa CAR dan BOPO berpengaruh signifikan terhadap NPF

sedangkan FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. Secara simultan CAR,

BOPO dan FDR berpengaruh terhadap NPF.

Dari penelitian sebelumnya yang pernah dilakukan, memberikan bukti

bahwa adanya faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah pada

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Dengan diketahuinya faktor-

faktor tersebut secara tidak langsung dapat berdampak positif terhadap

perkembangan BUS dan UUS di Indonesia dan bisa menjadi bahan evaluasi

untuk BUS dan UUS itu sendiri. Sehingga faktor-faktor yang mempengaruhi

pembiayaan bermasalah perlu dikaji lebih dalam dengan memasukkan

beberapa variabel.

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis

tertarik mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan pembiayaan

bermasalah sektor konstruksi, dengan judul “FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PEMBIAYAAN BERMASALAH SEKTOR

KONSTRUKSI PADA BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA

SYARIAH PERIODE 2012-2015”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada

penelitian ini adalah:


8

a. Tingkat NPF pada pembiayaan sektor perdagangan masih cukup besar,

yaitu diatas 5 %, namun volume penyaluran pembiayaan terus

meningkat.

b. Faktor apa saja yang mempengaruhi besarnya volume penyaluran

pembiayaan pada sektor konstruksi?

c. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara FDR, CAR dan BOPO

secara simultan terhadap pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada

Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka

penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini sebagai

berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah FDR, CAR dan

BOPO.

b. Rasio pembiayaan bermasalah yang digunakan adalah NPF

c. Objek penelitian ini adalah Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah

d. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah periode 2012-

2015.

2. Perumusan Masalah
9

a. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pembiayaan bermasalah

sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah

periode 2012-2015?

b. Diantara faktor-faktor tersebut, mana yang paling dominan dan yang

paling tidak mempengaruhi pembiayaan bermasalah sektor konstruksi

pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-

2015?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pembiayaan

bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah dan Unit

Usaha Syariah periode 2012-2015.

2. Untuk menganalisis faktor yang paling dominan mempengaruhi

pembiayaan bermasalah sektor konstruksi pada Bank Umum Syariah

dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Bagi Pihak Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta

pengetahuan bagi pihak akademisi dalam mengkaji faktor-faktor yang


10

dapat mempengaruhi pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum

Syariah di Indonesia dengan menggunakan analisis linier berganda.

2. Bagi Pihak Praktisi

Penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi sederhana terhadap

pemerintah dan praktisi perbankan, khususnya perbankan syariah di

Indonesia mengenai besarnya pengaruh FDR, CAR dan BOPO

terhadap pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum Syariah di

Indonesia.

3. Bagi Pihak Masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat

sebagai sumber referensi dan informasi apabila ingin melakukan

penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

pembiayaan yang disalurkan pada Bank Umum Syariah.

E. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan skripsi ini, maka disusun sistematika

penulisan yang terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan

Penelitian, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian, dan Sistematika Penulisan Penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


11

Bab ini berisi teori terkait faktor-faktor yang mempengaruhi

Pembiayaan Bermasalah sektor Perdangan Besar dan Eceran pada

Bank Umum Syariah di Indonesia. Serta Review Studi Terdahulu,

Kerangka Teori dan Kerangka Pemikiran.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi ruang lingkup penelitian, definisi operasional

variabel penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis

data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian secara

umum dan analisis kuantitatif deskriptif, interpretasi hasil dan

argumentasi serta analisa ekonomi terhadap hasil uji penelitian

perihal data penelitian mengenai pengaruh variabel

FDR(Financing Deposit to Ratio), CAR (Capital Adequacy Ratio)

dan BOPO (Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional)

terhadap Pembiayaan Bermasalah yang mempengaruhi sektor

konstruksi perbankan syariah di Indonesia periode 2012 sampai

dengan 2015.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang didapat dari rumusan

permasalahan yang telah dibahas serta memberikan beberapa saran

yang berkaitan dengan permasalahan yang terjadi.


12
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Pembiayaan

Pembiayaan merupakan aktivitas bank syariah dalam menyalurkan

dana kepada pihak lain selain bank berdasarkan prinsip syariah. Penyaluran

dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan pada kepercayaan yang diberikan

oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Pemilik dana percaya kepada

penerima dana, bahwa dana dalam bentuk pembiayaan yang diberikan pasti

akan terbayar. Penerima pembiayaan mendapat kepercayaan dari pemberi

pembiayaan, sehingga penerima pembiayaan berkewajiban untuk

mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya sesuai dengan jangka

waktu yang telah diperjanjikan dalam akad pembiayaan.2

Istilah pembiayaan pada intinya berarti I Believe, I Trust, ‘saya

percaya’ atau ‘saya menaruh kepercayaan’. Perkataan pembiayaan yang artinya

kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku sahibul mal menaruh

kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang diberikan.

Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil dan harus disertai dengan

ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling menguntungkan bagi kedua

pihak.3

Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, pembiayaan adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,

2
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 105.
3
Rivai dan Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008) h. 3.

13
14

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dan pihak lain yang

dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka

waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Didalam perbankan syariah,

pembiayaan yang diberikan kepada pihak pengguna dana berdasarkan pada

prinsip syariah. Aturan yang digunakan yaitu sesuai dengan hukum Islam.4

Dengan demikian, dalam praktiknya, adalah:

1. Penyerahan nilai ekonomi sekarang atas kepercayaan dengan harapan

mendapatkan kembali suatu nilai ekonomi yang sama di kemudian hari;

2. Suatu tindakan atas dasar perjanjian yang dalam perjanjian tersebut

terdapat jasa dan balas jasa (prestasi dan kontra prestasi) yang keduanya

dipisahkan oleh unsur waktu;

3. Pembiayaan adalah suatu hak, dengan hak mana seorang dapat

mempergunakannya untuk tujuan tertentu, dalam batas waktu tertentu dan

atas pertimbangan tertentu pula.5

B. Tujuan Pembiayaan

Dalam membahas tujuan pembiayaan, mencakup ruang lingkup yang

luas. Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dari

pembiayaan, yaitu:6

1. Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa

keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang

4
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana, 2011), h. 106.
5
Rivai dan Veithzal Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008), h.4.
6
Ibid, h. 5-6.
15

dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan

pembiayaan kepada usaha-usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau

mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Dalam faktor

kemampuan dan kemauan ini tersimpul unsur keamanan (safety) dan

sekaligus juga keuntungan (profitability) dari suatu pembiayaan sehingga

kedua unsur tersebut saling berkaitan. Dengan demikian, keuntungan

merupakan tujuan dari pemberi pembiayaan yang terjelma dalam bentuk

hasil yang diterima.

2. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-

benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai

tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini

dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang

atau jasa itu betul-betul terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan

(profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

Dalam menyalurkan dananya pada nasabah, secara garis besar produk

pembiayaan syariah terbagi kedalam empat kategori yang dibedakan

berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu:7

1. Pembiayaan dengan prinsip jual-beli

2. Pembiayaan dengan prinsip sewa

3. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil

4. Pembiayaan dengan akad pelengkap

7
Adiwarman Karim, Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta: Rajawali
Pers, 2011), h. 97.
16

Pada kategori pertama dan kedua, tingkat keuntungan banyak

ditentukan didepan dan menjadi bagian harga atas barang atau jasa yang

dijual. Produk yang termasuk dalam kategori ini adalah produk yang

menggunakan prinsip jual-beli murabahah, salam, dan istishna serta produk

yang menggunakan prinsip sewa atau ijarah. Sedangkan pada kategori ketiga,

tingkat keuntungan bank ditentukan oleh nisbah bagi hasil yang disepakati di

muka. Produk perbankan yang masuk ke dalam kelompok ini adalah

musyarakah dan mudharabah.

C. Pembiayaan dengan Prinsip Jual Beli (Sale and Purchase/ Ba’i)

Dalam penerepan prinsip syariah terdapat 3 jenis prinsip jual beli (ba’i)

yang banyak dikembangkan oleh perbankan syariah dalam kegiatan

pembiayaan modal kerja dan produksi, yaitu: Murabahah, Salam dan Istishna.

1. Ba’i al-Murabahah (Deffered Payment Sale)

Murabahah dalam istilah fiqh ialah akad jual beli atas barang

tertentu. Murabahah adalag jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. Murabahah dalam teknis

perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia barang

dengan nasabah yang memesan barang untuk membeli barang. 8 Bank

memperoleh keuntungan jual beli yang disepakati bersama. Harga jual

bank adalah harga beli dari supplier ditambah keuntungan (mark

up/margin) yang disepakati bersama. Jadi, nasabah mengetahui

8
M. Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.
101.
17

keuntungan yang diambil oleh bank. Selama akad belum berakhir, maka

harga jual beli tidak boleh berubah, apabila terjadi perubahan, akad

tersebut menjadi batal, cara pembayaran dan jangka waktu yang disepakati

bersama, dapat langsung atau secara angsuran.

Gambar 2.1

Skema Ba’i al-Murabahah

1. Negosiasi &
persyaratan

2. Akad Jual-beli
Bank Nasabah
6. Bayar

3. Beli barang 4. Kirim 5. Terima


Produsen
barang
& dokumen

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

2. Ba’i as-Salam (In Front Payment Sale)

Salam merupakan pembelian barang yang penyerahannya

dilakukan kemudian hari sedangkan pembayarannya dilaksanakan dimuka

secara tunai. Pembayaran ini biasanya diaplikasikan pada pembiayaan

berjangka pendek untuk produksi agribisnis atau hasil pertanian atau

industri lainnya.
18

Gambar 2.2

Skema Ba’i as-Salam

Produsen/ Penjual ditunjuk bank

Nasabah 4. Kirim Pesanan


Pembeli
Penjual

3. Kirim dokumen 5. Bayar

2. Pemesanan barang 1. Negosiasi pesanan


Bank
nasabah&bayar tunai dengan kriteria

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

3. Ba’i al-Istishna

Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat

barang dengan pembayaran dimuka, baik dilakukan dengan cara tunai,

cicil, atau ditangguhkan. Kontrak dibuat ditempat pembuat barang. Prinsip

istishna menyerupai salam, namun dalam istishna pembayaran dapat

dilakukan dimuka, dicicil, atau ditangguhkan. Sementara pada salam,

pembayaran dilakukan secara tunai.

Gambar 2.3

Skema Ba’i al-Istishna

Nasabah Produsen

1. Pesan
Bank
3. Jual
Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)
19

D. Pembiayaan dengan Prinsip Sewa (Operating Lease and Financial Lease)

Dalam syariah Islam prinsip sewa menyewa dibedakan berdasarkan

akad, yaitu: Ijarah dan Ijarah Muntahiya bit-tamlik.

1. Ijarah

Ijarah merupakan perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat

atau suatu barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu

tertentu tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut.

2. Ijarah Muntahiya Bittamlik

Ijarah Muntahiya Bittamlik merupakan akad suatu perjanjian yang

merupakan kombinasi antara jual-beli dan sewa-menyewa suatu barang

antara bank dengan nasabah dimana nasabah (penyewa) diberi hak untuk

membeli atau memiliki obyek sewa pada akhir akad.

Gambar 2.4

Skema Pembiayaan Ijarah Muntahiya Bittamlik

Objek B. Milik
Penjual sewa Nasabah

3. Sewa beli

2. Beli Objek Sewa A. Milik 1.Pesan objek


sewa
Bank

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)


20

E. Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil (Profit Loss Sharing)

1. Al-Mudharabah (Trust Financing, Trust Investment)

Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau

berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses

seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usahanya. Secara

teknis, mudharabah adalah akad kerja sama atau usaha antara dua belah

pihak pertama sebagai pemilik dana (shahibul mal) menyediakan seluruh

(100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudahrib).

Keuntunganya usaha jenis pembiayaan mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi

ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian

si pengelola. Seandainya kerugian itu akibat karena kecurangan atau

kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian

tersebut.
21

Gambar 2.5

Skema Pembiayaan al-Mudharabah

Perjanjian Bagi Hasil

Nasabah Bank (Shahibul


(Mudharib) Keahlian Modal 100% Mal)

Proyek/ Usaha

Nisbah X% Pembagian Keuntungan Nisbah Y%

Modal
Pengambilan modal pokok

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

2. Al-Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua belah pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan

kontribusi modal (atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa

keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan

kesepakatan. Berbeda dengan mudharabah, dalam pembiayaan jenis

musyarakah pihak pengusaha/ nasabah (mudharib) menambahkan sebagian

modalnya sendiri pada modal yang disediakan oleh shahibul mal, maka

mudharib atau nasabah tersebut membuka diri terhadap resiko kehilangan

modal. Adanya tambahan modal dari nasabah (mudharib) maka ia dapat

mengklaim suatu persentase bagi hasil yang lebih besar.


22

Gambar 2.6
Skema Pembiayaan al-Musyarakah

Nasabah Bank

Proyek
Usaha

Keuntungan

Bagi hasil keuntungan sesuai


porsi konstibusu modal (nisbah)

Sumber: Bank Syariah, dan Teori ke Praktik, Antonio (2001)

Semua pembiayaan yang telah diberikan tidak semuanya

membayar atau mengembalikan pinjamannya tepat waktu, maka pihak bank

harus melakukan penilaian untuk menilai kualitas pembiayaan.

F. Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan menurut kualitanya pada hakikatnya didasarkan atas risiko

kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban untuk membayar bagi hasil serta melunasi

pembiayaanya. Jadi unsur utama dalam menentukan kualitas pembiayaan


23

adalah waktu pembayaran bagi hasil dan angsuran maupun pelunasan pokok

pembiayaan dan diperinci atas:9

1. Pembiayaan Lancar (pas)

Pembiayaan yang dapat digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga tepat waktu;

b. Memiliki mutasi rekening yang aktif;

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai

2. Dalam Perhatian Khusus (special mention)

Pembiayaan yang dapat digolongkan khusus apabila memenuhi kriteria

sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga bagi

hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari;

b. Kadang-kadang terjadi cerukan;

c. Mutasi rekening relatif aktif;

d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan;

e. Didukung oleh pinjaman baru.

3. Kurang Lancar (substandard)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan kurang lancar apabila

memenuhi kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga bagi hasil;

9
Veithzal Rivai dan Andia P Veithzal, Islamic Financial Management (Jakarta: PT Grafindo
Persada, 2008), h.33-37
24

b. Sering terjadi cerukan;

c. Frekuensi mutasi rekening relatif rendah;

d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari

sembilan puluh hari;

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur;

f. Dokumen pinjaman yang lemah.

4. Diragukan (doubtful)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan diragukan apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan pembayaran angsuran pokok dan/ atau bunga;

b. Terjadi cerukan yang bersifat permanen;

c. Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari;

d. Terjadi kapitalisasi bunga;

e. Dokumen hukum yang lemah, baik untuk perjanjian maupun

peningkatan jaminan.

5. Macet (loss)

Pembiayaan yang digolongkan pembiayaan macet apabila memenuhi

kriteria sebagai berikut:

a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bunga;

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru;

c. Dari segi hukum dan kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

nilai wajar.
25

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kualitas pembiayaan yang

dilakukan oleh bank harus dapat dilakukan untuk menilai kemampuan

membayar nasabah dalam pinjaman yang dilakukan.

G. Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Finance)

Salah satu resiko yang dihadapi oleh bank adalah resiko tidak

terbayarnya pembiayaan yang telah diberikan atau sering disebut resiko

pembiayaan. Resiko pembiayaan umumnya timbul dari berbagai pembiayaan

yang masuk dalam kategori bermasalah atau Non Performing Finance (NPF).

Ada beberapa pengertian pembiayaan bermasalah, yaitu:10

a. Pembiayaan yang didalam pelaksanaannya belum mencapai atau

memenuhi target yang diinginkan oleh pihak bank.

b. Pembiayaan yang memiliki kemungkinan timbulnya resiko dikemudian

hari bagi bank dalam arti luas.

c. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kewajiban-kewajibannya,

baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya dan atau pembayaran

bunga, denda keterlambatan serta ongkos-ongkos bank yang menjadi

beban nasabah yang bersangkutan.

d. Pembiayaan dimana pembayaran kembalinya dalam bahaya, terutama

apabila sumber-sumber pembayaran kembali yang diharapkan

diperkirakan tidak cukup untuk membayar kembali pembiayaan,

sehingga belum memenuhi target yang diinginkan oleh bank.

10
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Credit Management Hand Book,
Teori, Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir, dan Nasabah,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h.475.
26

e. Pembiayaan dimana terjadi cidera janji dalam pembayaran kembali

sesuai perjanjian, sehingga terdapat tunggakan atau ada potensi

kerugian di perusahaan nasabah sehingga memiliki kemungkinan

timbulnya resiko di kemudian hari.

f. Mengalami kesulitan didalam penyelesaian kwajiban-kewajibannya

terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya,

pembayaran bunga, pembayaran ongkos-ongkos bank yang menjadi

beban nasabah yang bersangkutan.

g. Pembiayaan golongan perhatian khusus, kurang lancar, diragukan dan

macet serta golongan lancar yang berpotensi menunggak.

Untuk mengetahui besarnya NPF suatu bank, BI menginstruksikan

perhitungan NPF dalam laporan keuangan perbankan nasional sesuai surat

edaran No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, tentang perhitungan Rasio

Keuangan Bank yang dirumuskan sebagai berikut:

( )

Rasio tersebut ditunjukan untuk mengukur tingkat permasalahan

pembiayaan yang dihadapi bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio ini

menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah. Dimana semakin tinggi rasio

ini menunjukkan kualitas pembiayaan bank syariah semakin buruk. Nilai rasio

ini kemudian dibandingkan dengan kriteria kesehatan NPF bank syariah yang

ditetapkan Bank Indonesia seperti yang tertera dalam tabel berikut.


27

Tabel 2.1
Kriteria Kesehatan Non Performing Finance (NPF) Bank Syariah
No. Nilai NPF Predikat

1 NPF = 2% Sehat

2 2% ≤ NPF < 5% Sehat

3 5% ≤ NPF 8% Cukup Sehat

4 8% ≤ NPF < 12% Kurang Sehat

5 NPF ≥ 12% Tidak Sehat

Sumber: Bank Indonesia

H. Faktor-faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Penyebab terjadinya pembiayaan bermasalah adalah karena kesulitan-

kesulitan keuangan yang dihadapi nasabah. Penyebab kesulitan keuangan

perusahaan nasabah dapat dibagi dalam (1) faktor internal dan (2) faktor

eksternal.11

1. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang ada didalam perusahaan sendiri,

dan faktor utama yang paling dominan adalah faktor manajerial.

Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan yang disebabkan

oleh faktor manajerial dapat dilihat dari beberapa hal, seperti kelemahan

dalam kebijakan pembelian dan penjualan, lemahnya pengawasan biaya

11
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2006) h.222.
28

dan pengeluaran, kebijakan piutang yang kurang tepat, penempatan yang

berlebihan pada aktiva tetap, dan permodalan yang tidak cukup.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berada diluar kekuasaan

manajemen perusahaan, seperti bencana alam, peperangan, perubahan

dalam kondisi perekonomian dan perdagangan, perubahan-perubahan

teknologi, dan lain-lain.

Sesuai dengan faktor diatas, penulis menggunakan faktor internal yaitu

karakteristik bank dengan menggunakan rasio keuangan. Faktor internal yang

akan diteliti untuk melihat rasio NPF adalah sebagai berikut:

I. Financing to Deposit Ratio (FDR)

Dalam perbankan syariah FDR yang digunakan yaitu menggunakan

istilah pembiayaan (financing) dan tidak dikenal dengan istilah kredit (loan).

FDR merupakan salah satu rasio likuiditas yang mewakili kedua aktivitas

utama bank yaitu menghimpun dana dan menyalurkan dana tersebut kepada

masyarakat yang membutuhkan (pembiayaan). Aktivitas penyaluran dana atau

pembiayaan merupakan sumber utama pendapatan bank syariah. Besarnya

pembiyaan yang disalurkan dipengaruhi oleh besarnya dana pihak ketiga yang
29

terkumpul. Semakin banyak dana terkumpul, semakin banyak pula

pembiayaan yang dapat disalurkan.12

FDR merupakan perbandingan antara pembiayaan yang diberikan oleh

bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR

akan menunjukkan tingkat kemampuan bank syariah dalam menyalurkan DPK

yang dihimpun oleh bank syariah yang bersangkutan. Tingkat intermediasi

bank konvensional dan bank syariah dapat dilihat dari besarnya FDR bagi

bank syariah dan LDR bagi bank konvensional.13

FDR atau Nisbah at-Tamwil wa al-Wada’i adalah rasio pembiayaan

bank syariah dengan dana pihak ketiga; rasio penyaluran dan penghimpunan

dana. Semakin besar jumlah pembiayaan yang disalurkan oleh bank maka

akan semakin rendah tingkat likuiditas bank yang bersangkutan. Namun, di

lain pihak, semakin besar jumlah pembiayaan yang diberikan, diharapkan

bank akan mendapatkan return yang tinggi pula.14 Rumus FDR yaitu sebagai

berikut:

FDR =

12
Paula Laurentia dan Lindrawati, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan
Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah”, Jurnal Akuntansi
Kontemporer, 2010, Vol. 2, No. 1, h. 50-64.
13
Nur Suhartatik dan Rohmawati Kusumaningtias, “Determinan Financing to
Deposit Ratio Perbankan Syariah di Indonesia (2008-2012)”, Jurnal Ilmu Manajemen, Vol. 1,
No. 4, h. 1176-1185.
14
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, h. 117.
30

J. Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR adalah rasio yang memperhatikan seberapa jauh seluruh aktiva

bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan

pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di samping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Dengan kata lain,

CAR adalah rasio bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank

untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko.15

Faktor utama yang mempengaruhi jumlah modal bank adalah jumlah

modal minimum yang ditentukan oleh Bank Indonesia. CAR yang ditetapkan

oleh Bank Indonesia ini mengacu pada ketentuan Internasional yang

dikeluarkan oleh Banking for International Settlement (BIS).

CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus

dimiliki oleh bank. CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank

untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian

bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.16

CAR adalah modal berbanding aktiva yang mengandung risiko atau

rasio kecukupan modal minimum dengan memperhitungkan risiko pasar.

Berdasarkan ketentuan PBI No. 10/26/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan

Jangka Pendek Bagi Bank Umum, minimum CAR bagi bank umum adalah

sebesar 8%, ketentuan itu mengacu kepada ketentuan BASEL II. CAR

15
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Pustaka Alvabet,
2002), h. 122.
16
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005),
h. 121.
31

menunjukkan seberapa besar modal bank untuk menunjang kebutuhannya dan

semakin besar CAR maka akan semakin besar daya tahan bank yang

bersangkutan dan menunjukkan semakin sehat bank tersebut.17 CAR dapat

dihitung dengan membandingkan modal terhadap aktiva tertimbang menurut

risiko (ATMR).

CAR = x 100%
( )

BI menetapkan ketentuan modal minimum bagi perbankan

sebagaimana ketentuan dalam standar Bank for International Settlements

(BIS) bahwa setiap bank umum diwajibkan menyediakan modal minimum

sebesar 8% dari total aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR).18

K. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO merupakan rasio perbandingan biaya operasional terhadap

pendapatan operasional. BOPO menurut kamus keuangan adalah kelompok

rasio yang mengukur efisiensi dan efektivitas operasional suatu perusahaan

dengan jalur membandingkan yang satu terhadap yang lainnya. Rasio ini

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya, terutama kredit.19 Semakin tinggi rasio ini

menunjukkan semakin tidak efisien biaya operasional bank. Semakin rendah

tingkat rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

17
A. Wangsawidjaja Z, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 117.
18
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 40.
19
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, h. 120.
32

berarti semakin baik kinerja manajemen bank tersebut, karena lebih efisien

dalam menggunakan sumber daya yang ada di perusahaan. BOPO dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

BOPO =

L. Penelitian Terdahulu

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Non Performing Finance

a. Sri Wahyuni Asnaini (2014) meneliti tentang Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Non Performing Finance (NPF) pada Bank Umum

Syariah di Indonesia. Alat analisis yang digunakan adalah analisis

regresi linier berganda dengan menggunakan SPSS 21 for window.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa GDP, Inflasi dan FDR tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap Non Performing Finance

(NPF). Sedangkan SBIS mempunyai pengaruh positif dan signifikan

terhadap NPF dan CAR mempunyai pengaruh secara negative dan

signifikan terhadap NPF. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

GDP, Inlasi, FDR, SBIS dan CAR secara bersama-sama (simultan)

signifikan mempunyai pengaruh terhadap NPF.

b. Adi Supriadi (2011) meneliti tentang Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah (Studi Kasus Pada Bank

Syariah ABC. Metode yang digunakan adalah analisis model logit

dengan variabel bebas dummy, dimana hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa variabel fraud, withdrawals, poor management,


33

over trading¸ dan change in business cycle, memberikan hasil tidak

signifikan terhadap NPF. Dalam penelitian ini, secara sendiri-sendiri

variabel fraud adalah satu-satunya variabel bebas yang signifikan

mempengaruhi pembiayaan bermasalah menjadi NPF.

c. Arrina Febriantika Agwizelly (2012) meneliti tentang Analisis

Perbandingan Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembiayaan

Bermasalah pada Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional

di Indonesia Periode 2007-2011. Hasil penelitian ini adalah terdapat

perbedaan NPF/NPL, DPK kecuali tahun 2007, KAP kecuali tahun

2009 dan 2011, CAR dan FING/LOANG yang signifikan antara bank

umum syariah dan bank umum konvensional. Selain itu ditemukan

bahwa pada bank umum syariah, faktor-faktor yang berpengaruh

signifikan terhadap NPF bank adalah DPK dan KAP. DPK memiliki

pengaruh yang negatif, sedangkan KAP memiliki pengaruh yang

positif terhadap NPF bank umum syariah, sedangkan CAR dan FING

tidak mempengaruhi NPF bank umum syariah. Sementara itu, pada

bank umum konvensional DPK, KAP, CAR dan LOANG memiliki

pengaruh yang signifikan positif.

d. Bekti Tri Widodo (2016) meneliti tentang Analisis Faktor-Faktor yang

mempengaruhi terjadinya Non Performing Financing Pada Bank

Syariah (Studi Empiris pada Bank Umum Syariah 2012-2014). Metode

yang digunakan adalah analisis regresi data panel menggunakan

eviews 7, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel


34

Inflasi, FDR dan KAP secara parsial tidak berpengaruh terhadap NPF.

Sedangkan GDP, CAR dan Ukuran Bank (Size) secara parsial

berpengaruh negatif terhadap NPF.

e. Gunawan Supriyatno (2014) meneliti tentang Analisis Pengaruh Dana

Pihak Ketiga (DPK), Inflasi, dan Pembiayaan Mudharabah terhadap

NPF. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda

yaitu OLS, dimana hasil penelitiannya Dana Pihak Ketiga (DPK)

berpengaruh negative signifikan terhadap NPF, sedangkan Inflasi dan

Pembiayaan Mudharabah terhadap NPF tidak berpengaruh signifikan.

f. Dendy Gustian Alissanda (2015) meneliti tentang Pengaruh CAR,

BOPO dan FDR terhadap Non Performing Finance (NPF) pada Bank

Umum Syariah. Metode yang digunakan adalah analisis regresi linier

berganda dengan menggunakan metode asosiatif dan deskriptif. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan CAR, BOPO dan

FDR berpengaruh terhadap NPF. CAR memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap tingkat NPF, semakin tinggi rasio kecukupan

modal maka akan dapat berfungsi untuk menampung risiko kerugian

yang dihadapi oleh bank karena peningkatan pembiayaan bermasalah.

BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat NPF,

semakin tinggi rasio BOPO maka kualitas pembiayaan akan berkurang,

sehingga hal tersebut juga menyebabkan peningkatan pembiayaan

bermasalah karena total pembiayaan berkurang. Dan FDR tidak

berpengaruh terhadap NPF.


35

Penelitian mengenai Non Performing Finance (NPF) dengan

berbagai variabel telah dilakukan oleh beberapa penelitian sebelumnya. Secara

ringkas penelitian-penelitian yang telah dilakukan akan ditunjukkan pada tabel

sebagai berikut:

Tabel 2.2
Daftar Review Studi Terdahulu

No Nama Judul Hasil Penelitian Perbedaan


(Tahun)
1 Sri Wahyuni Faktor-faktor Sertifikat Bank Perbedaannya
Asnaini, yang Indonesia Syariah terletak pada sektor
Jurnal mempengaruhi (SBIS) berpengaruh konstruksi dan tahun
Universitas Non positif dan signifikan periode yang
Mercu Buana Performing terhadap NPF. digunakan lebih
(2014) Finance (NPF) Variabel CAR juga panjang yaitu 2012-
pada Bank signifikan terhadap 2015.
Umum Syariah NPF, sementara
di Indonesia variabel Produk
Domestik Bruto
(PDB), inflasi dan
FDR tidak signifikan
mempengarui
pembiayaan NPF.

2 Adi Supriadi, Faktor-Faktor pada pengujian Perbedaannya


Tesis yang konstanta dengan uji terletak pada periode
Universitas Mempengaruhi wald, pada pengujian yang digunakan yaitu
Indonesia Pembiayaan konstanta dengan uji tahun 2012-2015.
(2011) Bermasalah wald, variabel bebas Penelitian ini
(Studi Kasus yang terdiri dari 5 menggunakan sektor
pada Bank variabel yaitu variabel konstruksi dan
Syariah ABC). fraud, withdrawals, variabel independen
36

poor management, yang berbeda.


over trading¸ dan
change in business
cycle memberikan
hasil tidak signifikan
secara statistik.
3 Arrina Analisis Dana Pihak Ketiga Perbedaannya
Febriantika, Perbandingan (DPK) dan Kualitas terletak pada sektor
Skripsi Faktor-Faktor Aktiva Produktif konstruksi dan
Universitas yang (KAP) berpengaruh menggunakan
Indonesia Mempengaruhi signifikan terhadap variabel independen
(2012) Pembiayaan NPF dan DPK yang berbeda. Serta
Bermasalah memiliki pengaruh tahun periode yang
pada Bank yang negative, lebih up to date.
Umum Syariah sedangkan KAP
dan Bank memiliki pengaruh
Umum yang positif terhadap
Konvensional NPF bank umum
di Indonesia syariah.
Periode 2007-
2011.
4 Bekti Tri Analisis inflasi, GDP, CAR, Perbedaannya
Widodo, Faktor-Faktor FDR, Bank Size dan terletak pada sektor
Skripsi yang KAP terbukti konstruksi dengan
Universitas mempengaruhi berpengaruh secara menggunakan tahun
Islam Negeri Terjadinya Non simultan terhadap periode yang lebih
Sunan Performing Non Performing panjang yaitu 2012-
Kalijaga Financing Pada Finance bank syariah. 2015.
Yogyakarta Bank Syariah Sedangkan secara
(2016) (Studi Empiris parsial GDP dan CAR
pada Bank terbukti berpengaruh
Umum Syariah negative terhadap
2012-2014) NPF, NPF
37

berpengaruh negative
tidak signifikan
terhadap NPF dan
Inflasi, KAP dan FDR
tidak berpengaruh
terhadap NPF.
5 Gunawan Analisis Dana Pihak Ketiga Perbedaannya
Supriyatno, Pengaruh Dana (DPK) berpengaruh terletak pada sampel
Skripsi pihak Ketiga negatif signifikan yang diambil,
Universitas (DPK), Inflasi, terhadap NPF, peneliti mengambil
Islam Negeri dan sedangkan Inflasi dan sampel dari statistik
Syarif Pembiayaan Pembiayaan perbankan syariah
Hidayatullah Mudharabah Mudharabah terhadap 2012-2015.
Jakarta terhadap NPF NPF tidak
(2014) pada berpengaruh
Perbankan signifikan.
Syariah di
Indonesia
(Periode
Januari 2008 –
Oktober 2013).
6 Dendy Pengaruh CAR dan BOPO Perbedaannya
Gustian CAR, BOPO berpengaruh terletak pada sektor
Alissanda, dan FDR signifikan terhadap konstruksi dengan
Jurnal terhadap Non NPF sedangkan FDR menggunakan tahun
Universitas Performing tidak berpengaruh periode yang lebih
Islam Finance (NPF) terhadap NPF. Dan panjang yaitu 2011-
Bandung pada Bank secara simultan CAR, 2015.
(2015) Umum Syariah BOPO dan FDR
tahun 2011- berpengaruh terhadap
2013 NPF
38

M. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran memuat hubungan antar variabel berdasarkan

teori dan hasil penelitan terdahulu.

1. Pengaruh FDR terhadap NPF :

Sri (2014) menemukan bahwa FDR tidak berpengaruh secara signifikan

terhadap NPF, Bekti (2016) menemukan bahwa FDR secara parsial tidak

berpengaruh negatif terhadap NPF dan Dendy (2015) juga menemukan

FDR tidak berpengaruh terhadap NPF. FDR akan menunjukkan tingkat

kemampuan bank syariah dalam menyalurkan dana pihak ketiga yang

dihimpun oleh bank syariah yang bersangkutan. FDR maksimal yang

diperkenankan oleh BI adalah sebesar 110%. Semakin tinggi penyaluran

dana yang disalurkan melalui pembiayaan, maka kemungkinan risiko

pembiayaan bermasalah akan meningkat, sehingga NPF juga akan

meningkat.

2. Pengaruh CAR terhadap NPF :

Sri (2014) menemukan bahwa CAR mempunyai pengaruh secara negatif

dan signifikan terhadap NPF, Bekti (2016) menemukan bahwa CAR

secara parsial berpengaruh negatif terhadap NPF dan Dendy (2015) juga

menemukan bahwa CAR berpengaruh signifikan terhadap NPF. CAR

adalah rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian

yang kemungkinan dihadapi oleh bank.Penurunan jumlah CAR merupakan

akibat dari menurunnya jumlah modal bank atau meningkatnya jumlah

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Jumlah modal bank yang


39

kecil disebabkan oleh adanya penurunan laba yang diperoleh

perusahaan.Penurunan laba yang terjadi pada bank salah satunya terjadi

karena peningkatan pembiayaan bermasalah atau kualitas pembiayaan

yang buruk.

3. Pengaruh BOPO terhadap NPF :

Dendy (2015) menemukan bahwa BOPO berpengaruh signifikan terhadap

NPF. BOPO adalah rasio perbandingan antara biaya operasional dengan

pendapat operasional, semakin rendah tingkat rasio BOPO berarti semakin

baik kinerja manajemen bank tersebut dan semakin kecil rasio BOPO

maka kondisi bermasalah juga semakin kecil atau sebaliknya.

Independent Variable Dependent Variable

Financing to Deposit Ratio (FDR)


H1
Capital Adequacy Ratio (CAR)
H2
Non Performing Finance
Biaya Operasional terhadap H3 (NPF)
Pendapatan Operasional
(BOPO)
H4
40

Gambar 2.7

Paradigma Penelitian

Variabel-variabel Independen (X) dalam mempengaruhi


Pembiaayaan Bermasalah (Y)

X1 = FDR
NPF
X2 = CAR
(Non Performing
X3 = BOPO
Finance)

Uji Asumsi Klasik


1. Uji Normalitas
2. Heterokedastisitas
3. Multikolinieritas
4. Uji Autokorelasi

Uji Regresi Berganda

Adjusted R2 Uji F (Silmultan) Uji T (Parsial)

Interpretasi dan Kesimpulan


BAB III

METODELOGI PENELITIAN

Secara umum metode penelitian adalah acara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.20 Metode penelitian dan teknik

pengumpulan data yang tepat akan membuat penulis dapat menjelaskan dan

menjawab permasalahan yang dikemukakan dengan baik. Metode penelitian

dirancang melalui langkah-langkah penelitian dari mulai operasional variabel,

penentuan jenis dan sumber data, metode pengumpulan data dan diakhiri dengan

merancang analisis data dan pengujian hipotesis.

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan menggunakan perusahaan Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah periode 2012-2015 melalui laporan Statistik

Perbankan Syariah. Data yang berkaitan dengan penelitian ini diperoleh dari

laporan keuangan yang telah dipublikasikan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa

Keuangan. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor Konstruksi pada Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah.

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian yang

menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Di mana penelitian ini

20
Sugiyono. Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. (Bandung: Alfabeta,
2010) h.3.

41
42

bertujuan untuk mendeskripsikan, mencatat analisis, dan

menginterpretasikan kondisi-kondisi yang sedang terjadi.

2. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini data dihimpun menggunakan data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk jadi dan telah

diolah oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.21 Informasi

yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan, buku, artikel dan karya

ilmiah yang berkaitan dengan penelitian. Sumber data diperoleh dari data

Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Data tersebut

meliputi:

a. Financing to Deposit Ratio (FDR)

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

c. Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

3. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan juga karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari kemudian ditarik

kesimpulannya.22 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang terdapat di Indonesia pada

21
Surakhmad Winarno, Pengantar Penulisan Ilmiah Dasar Metode Teknik.
(Bandung: Tarsito, 1985), h.163
22
R. Gunawan Sudarmanto. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan
Program IBM SPSS Statistic 19. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.26
43

tahun 2012-2015. Digunakannya Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah telah dianggap sebagai bank yang murni menggunakan transaksi

berprinsip Syariah oleh Bank Indonesia.

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang akan

diteliti. Sampel merupakan bagian dari suatu populasi yang diambil

dengan cara tertentu sebagaimana yang ditetapkan oleh peneliti. Doane

dan Seward menyatakan bahwa sample is a subset of the population that

we will actually analyze.23

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara

purposive sampling atau judgement sampling yaitu metode pemilihan

sampel dipilih berdasarkan pertimbangan atas dasar strategi kecakapan,

dimana informasi diperoleh dengan pertimbangan tertentu.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian Non Performing

Finance (NPF) sektor konstruksi pada perbanakan syariah di Indonesia

periode Januari 2012 – Desember 2015. Sampel yang dipilih adalah

Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio (CAR), Biaya

Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO).

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder time

series dari tahun 2012-2015, yakni data yang diperoleh secara tidak

23
R. Gunawan Sudarmanto. Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan
Program IBM SPSS Statistic 19. (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013) h.30
44

langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak

lain. Data sekunder yang diambil umumnya berupa bukti, catatan atau

laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang

dipublikasikan. Serangkaian kegiatan untuk memperoleh data sekunder

untuk kelengkapan penelitian ini antara lain:

a. Riset Kepustakaan (Library Research)

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah studi kepustakaan (Library Research) dengan membaca,

memahami dan menganalisa buku-buku serta menelusuri berbagai

literatur yang relevansinya dengan pembahasan ini, serta literatur

lain untuk menghimpun dan menganalisis data yang bersumber

dari perpustakaan, baik berupa buku-buku, periodikal-periodikal,

seperti majalah-majalah ilmiah yang diterbitkan secara berkala,

kisah-kisah sejarah, dokumen-dokumen dari materi perpustakaan

lainnya, yang dapat dijadikan sumber rujukan untuk menyusun

suatu laporan ilmiah.24

b. Internet Research

Melakukan penelitian dengan mengunjungi website yang

menyediakan data yang relevan dan terkini bagi peneliti, seperti

laporan Statistik Perbankan Syariah (SPS) yang dipublikasikan

oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

24
Abdurrahmat Fathoni, Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 95.
45

B. Identifikasi variabel Independen dan Dependen

Variabel penelitian merupakan konsep yang dapat diukur dengan

berbagai macam nilai untuk memberikan gambaran yang nyata mengenai

fenomena yang diteliti. Variabel adalah objek penelitian atau apa yang

menjadi titik penelitian suatu penelitian.25 Penelitian ini menggunakan dua

variabel, yaitu variabel Independen dan variabel Dependen.

Variabel Independen (bebas) adalah variabel yang menjelaskan atau

mempengaruhi variabel yang lain, sedangkan variabel Dependen (tergantung)

adalah variabel yang dijelaskan atau yang dipengaruhi oleh variabel

Independen.26

a. Variabel Independen (X)

X1 = Financing to Deposit Ratio (FDR)

X2 = Capital Adequacy Ratio (CAR)

X3 = Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)

b. Variabel Dependen (Y)

Y = Non Performing Finance (NPF) sektor Konstruksi

C. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan metode data kuantitatif, yaitu di

mana data yang digunakan dalam penelitian berbentuk angka. Untuk menguji

25
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 96.
26
Husein Umar, Metode Riset Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h.
62.
46

hipotesis yang mempengaruhi variabel Dependen, maka penelitian ini

menggunakan teknik analisis regresi linier berganda (Multiple Regression

Analysis Model) dengan persamaan kuadrat terkecil (Ordinary Least Square)

yang digunakan untuk mencapai penyimpangan atau error yang minimum

dengan lebih dari satu variabel bebas. Ordinary Least Squares (OLS)

merupakan suatu metode untuk estimasi koefisien-koefisien model regresi.

Koefisien tersebut ditentukan dengan tujuan untuk meminimalisir jumlah

kuadrat dari residual (sum of the squared residuals).27

Hubungan antara variabel Pembiayaan Bermasalah sektor Konstruksi


dengan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy Ratio
(CAR), dan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
dapat diformulasikan sebagai berikut:

Y = f ( X1 , X2 , X3)

Dalam menganalisis besarnya pengaruh variabel-variabel bebas

terhadap variabel terikat digunakan model ekonometrika dengan

meregresikan variabel-variabel yang ada dengan menggunakan metode

Ordinary Least Square (OLS). Ordinary Least Square merupakan metode

estimasi yang sering digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi

populasi dari fungsi regresi sampel.28

Variabel-variabel tersebut dibuat terlebih dahulu dalam bentuk fungsi

sebagai berikut:

27
Freddy Rangkuti, Marketing Analysis Made Easy, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2005), h. 173.
28
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Meguasai Eviews, (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), h. 23.
47

Y = f ( X1 , X2 , X3 )

Dari fungsi tersebut dapat dispesifikasikan ke dalam model linier

sebagai berikut:

Yi = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 e

NPF = β0 + β1FDR + β2CAR + β3BOPO e

Dimana:

NPF = Non Performing Finance

β0 = Intercept/ konstanta

FDR = Financing to Deposit Ratio

CAR = Capital Adequacy Ratio

BOPO = Biaya Operasional terhadap Pendapatan

Operasional

β1, β2, β3 = Koefisien regresi

e = Tingkat Kesalahan (Term of Error)

a. Uji Asumsi Klasik

Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat

normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Uji

Asumsi Klasik penting dilakukan untuk menghasilkan estimator yang

linier tidak bias dengan varian yang minimum (Best Linear Unbiased

Estimator = BLUE), yang berarti model regresi tidak mengandung


48

masalah. Maka dari itu diperlukan pendeteksian lebih lanjut, di

antaranya:

1) Uji Normalitas

Uji Normalitas merupakan salah satu bagian dari uji

persyaratan analisis data atau uji asumsi klasik, artinya sebelum

kita melakukan analisis yang sesungguhnya, data penelitian

tersebut harus diuji kenormalan distribusinya.29 Pengujian

normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu

distribusi data.

2) Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas yaitu adanya hubungan linier yang sangat

kuat di antara dua atau lebih variabel bebas dalam model regresi.30

Dalam membuat regresi berganda, variabel yang baik adalah

variabel bebas yang mempunyai hubungan dengan variabel bebas

lainnya. Atau bisa juga, pengujian yang dilakukan untuk melihat

apakah terdapat hubungan linier di antara variabel-variabel bebas

dalam model regresi.

3) Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan keadaan dimana semua

gangguan yang muncul dalam fungsi regresi populasi tidak

29
Asep Saepul Hamdi, E. Bahruddin, Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam
Pendidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014), h. 114.
30
Eddy Herjanto, Manajemen Operasi Edisi Ketiga, (Jakarta: Grasindo,
2001), h. 107.
49

memiliki varians yang sama.31 Uji heteroskedastisitas bertujuan

untuk menguji apakah dari model regresi tidak terjadi

ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan yang lain.

Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka diseut homoskedastisitas dan jika variance tidak

konstan atau berubah-ubah disebut dengan heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas.32

Uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat pola

residual dari hasil estimasi regresi. Jika residual bergerak konstan,

maka tidak ada heteroskedastisi. Akan tetapi, jika residual

membentuk suatu pola tertentu, maka hal tersebut mengindikasikan

adanya hetereskedastisitas.33

4) Uji Autokorelasi

Menurut Ajija, yang dimaksud autokorelasi menunjukkan

korelasi di antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan

menurut waktu dan ruang. Uji autokorelasi bertujuan untuk

menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan

pengganggu pada periode t-1 atau periode sebelumnya. Apabila

ada korelasi maka dapat dikatakan bahwa terdapat masalah

31
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews
(Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.36.
3232
Nachrowi D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan populer
dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi Ekonomi dan Keuangan
(Jakarta: FEUI, 2006), h.109.
33
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews
(Jakarta: Salemba Empat, 2011), h.36.
50

autokorelasi. Masalah ini muncul karena residual (kesalahan

pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.

Uji autokorelasi hanya dilakukan pada data time series

(runtut waktu) dan tidak perlu dilakukan pada data cross section

seperti pada kuesioner di mana pengukur semua variabel dilakukan

secara serempak pada saat yang bersamaan.

b. Uji Hipotesis Statistik

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat

sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih

lemah sehingga harus diuji secara empiris. Pengujian hipotesis,

merupakan prosedur yang akan menghasilkan suatu keputusan yaitu

menolak atau menerima hipotesis tersebut. Uji hipotesis statistik

dilakukan dengan cara:

1) Uji Parsial (Uji-t)

Uji-t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel bebas

(independen) secara masing-masing parsial atau individu memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (dependen) pada

tingkat signifikansi 0,05 (5%) dengan menganggap variabel bebas

bernilai konstan. Langkah-lagkah yang harus dilakukan dengan uji-


51

t yaitu dengan pengujian.34 Dalam hal ini digunakan hipotesis

sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (tidak signifikan)

H0 : βi ≠ 0 (signifikan)

2) Uji Simultan (Uji-F)

Uji-F digunakan untuk mengetahui apakah seluruh variabel

bebas (independen) secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel terikat (dependen) pada tingkat signifikansi 0,05 (5%).

Pengujian semua koefisien regresi secara bersama-sama dilakukan

dengan uji-F dengan pengujian.35 Untuk pengujian ini digunakan

hipotesis sebagai berikut:

H0 : βi = 0 (tidak berpengaruh)

H0 : βi ≠ 0 (ada pengaruh)

3) Koefisien Determinasi (R2)

Uji koefisien determinasi R2 (R2 adjusted) ini menunjukkan

kemampuan garis regresi menerangkan variasi variabel terikat Y

yang dapat dijelaskan oleh variabel X. Nilai koefisien R2 atau R2

adjusted berkisar antara 0 sampai 1. Semakin mendekati 1, semakin

baik.36

34
D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2006), h. 17.
35
D. Nachrowi dan Hardius Usman, Pendekatan Populer dan Praktis
Ekonometrikal untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan, (Jakarta: FEUI, 2006), h.
16.
36
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews, (Jakarta:
Salemba Empat, 2011), h. 34.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum

1. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia

Bank syariahdi Indonesia baru dilakukan pada tahu 1990. Majelis

Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 19-20 Agustus 1990

menyelenggarakan Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisarua,

Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebut dibahas lebih mendalam

pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di Hotel Sahid

Jaya Jakarta, 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan amanat Munas IV MUI,

dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank Islam di Indonesia.37

Bank Muamlat Indonesia lahir sebagai hasil kerja Tim Perbankan

MUI tersebut. Akte pendirian PT Bank Muamalat Indonesia ditanda

tangani pada 1 November 1991. Dengan modal awal sebesar Rp

106.126.382.000,00. Dengan modal tersebut pada tanggal 1 Mei 1992,

Bank Muamalat Indonesia mulai beroperasi. Hingga September 1999,

Bank Muamalat Indonesia telah memiliki lebih 45 outlet yang tersebar di

Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan, dan Makasar.

Perkembangan perbankan syariah pada era reformasi ditandai

dengan disetujuinya Undang-Undang No. 10 Tahun 1998. Dalam undang-

undang tersebut diatur dengan rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha

37
Muhammad Syafi‟i. “Bank Syariah, Dari Teori ke Praktek”, (Jakarta: Gema
Insani Press, 2001), h.25.

52
53

yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah.

Undang-undang tesebut juga memberikan arahan bagi bank-bank

konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan

mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.

Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank milik pemerintah

pertama yang melandaskan operasionalnya pada prinsip syariah. Secara

struktural, BSM berasal dari Bank Susila Bakti (BSB), sebagai salah satu

anak perusahaan lingkup Bank Mandiri, yang kemudian dikonversikan

menjadi bank syariah secara penuh. Dalam rangka melancarkan proses

konversi menjadi bank syariah, BSM menjalin kerjasama dengan Tazkia

Institute, terutama dalam bidang pelatihan dan pendampingan konversi.

2. Perkembangan Non Performing Financing (NPF)

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor. 9/24/DPbs tahun

2007 tentang sistem penilaian kesehatan bank berdasarkan prinsip

syariah, Non Performing Financing adalah “Pembiayaan yang terjadi

ketika pihak debitur (mudharib) karena berbagai sebab, tidak dapat

memenuhi kewajiban untuk mengembalikan dana pembiayaan

(pinjaman).

Besarnya NPF yang diperbolehkan Bank Indonesia adalah

maksimal 5%, jika melenihi 5% akan mempengaruhi penilaian tingkat

kesehatan bank yang bersangkutan yaitu akan mengurangi nilai skor

yang diperoleh.
54

Perkembangan Non Performing Financing (NPF) sektor konstruksi

periode 2012-2015 dapat dilihat dalam gambar di bawah ini:

Gambar 4.1
Perkembangan Non Performing Finance (NPF)
Periode Januari 2012 – Desember 2015

NPF Sektor Konstruksi


10

4
NPF Sektor Konstruksi
2

0
May-12

May-13

May-14

Jan-15
May-15
Jan-12

Jan-13

Jan-14
Sep-12

Sep-13

Sep-14

Sep-15

Sumber: Data Olahan dari Bank Indonesia

Perkembangan pola NPF sektor Konstruksi periode 2012-2015

berfluktuasi cenderung tinggi, diawali dari bulan Januari 2012 NPF berada

0,083 atau sebesar 8,3% lebih dari 5%, keadaan ini memiliki risiko tinggi

untuk tidak kembali. Hanya pada bulan Juni 2014 keadaan NPF sektor

konstruksi ini kurang dari 5% yang berada pada angka 0,0459 atau sebesar

4,59% . Fluktuasi NPF sektor konstruksi tertinggi terjadi pada bulan April

2012 yaitu sebesar 0,0908 atau sebesar 9,08%. Hal ini disebabkan karena

perbankan syariah kurang berhati-hati dalam menempatkan dananya pada


55

sektror riil, sehingga mengakibatkan pengembaliannya yang tidak lancar

atau kredit macet.

3. Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)

FDR menunjukkan pertumbuhan pembiayaan yang disalurkan oleh

bank syariah dengan mempertimbangkan dana pihak ketiga yang

dihimpun, dengan adanya penyaluran pembiayaan maka akan

menimbulkan pembiayaan bermasalah apabila tidak dilakukan dengan

tepat.

Dalam penelitian ini, data mengenai FDR diperoleh dari Statistik

Perbankan Syariah yang disajikan oleh Bank Indonesia. Dapat dilihat

dalam gambar grafik dibawah ini :

Gambar 4.2
Perkembangan Financing to Deposit Ratio (FDR)

FDR
120
100
80
60
40 FDR

20
0
Apr-12

Apr-13

Apr-14

Apr-15
Jan-12

Oct-12

Oct-13

Oct-14

Oct-15
Jul-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15
Jul-13

Jul-14

Jul-15

Sumber: Data Olahan dari Bank Indonesia


56

Dari grafik diatas dapat dilihat besarnya FDR periode 2012-2015

pada bulan Juli 2013 sebesar 1,0483 atau sebesar 104,83%, sedangkan

yang terendah memiliki angka 0,8727 atau 87,27%.

4. Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank unuk

mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva

yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang

diberikan.

CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian

bank yang disebabkan oleh aktiva yang beresiko, yang dapat diketahui

melalui perbandingan antara modal ATMR. Berikut ini gambar grafik

perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR) periode 2012-2015 :

Gambar 4.3
Perkembangan Capital Adequacy Ratio (CAR)

CAR
20

15

10
CAR
5

0
Apr-12

Apr-13

Apr-14

Apr-15
Oct-12

Oct-13

Oct-14

Oct-15
Jan-12

Jan-13

Jan-14

Jan-15
Jul-12

Jul-13

Jul-14

Jul-15

Sumber: Data Olahan dari Bank Indonesia


57

Perkembangan pola CAR periode 2012 sampai 2015 berfluktuasi

dengan angka tertinggi 16,85% pada bulan Mei 2014 hingga angka

terendah 12,23% pada bulan November 2013. Ratio CAR mengalami

penurunan pada periode Januari 2012 yaitu sebesar 16,27% sampai Mei

2012 sebesar 13,4%, setelah mengalami penurunan CAR terus bergerak

naik hingga mencapai 16,85% periode Mei 2014. Memang berdasarkan

ketentuan PBI No. 10/26/PBI/2008 tentang Fasilitas Pendanaan Jangka

Pendek Bagi Bank Umum, minimum CAR bagi bank umum adalah

sebesar 8%. CAR menunjukkan seberapa besar modal bank untuk

menunjang kebutuhannya dan semakin besar CAR maka akan semakin

besar daya tahan bank yang bersangkutan dan menunjukkan semakin

sehat bank tersebut.

5. Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

Rasio BOPO sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya

operasioanl terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio ini

berarti semakin efisien biaya operasioanl yang dikeluarkan bank yang

bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi

bermasalah semakin kecil. Bank yang sehat ketentuan dari Bank

Indonesia yaitu harus memiliki BOPO < 85%. Jika sebuah bank memiliki

BOPO lebih dari ketentuan BI maka bank tersebut kategori tidak sehat

dan tidak efisien. Dibawah ini adalah gambar grafik perkembangan

BOPO periode 2012 sampai 2015.


58

Gambar 4.4
Perkembangan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

BOPO
120
100
80
60
40 BOPO
20
0
Apr-12

Apr-13

Apr-14

Apr-15
Oct-12

Oct-13

Oct-14

Oct-15
Jan-12

Jan-13

Jul-13

Jan-14

Jan-15
Jul-12

Jul-14

Jul-15
Sumber: Data Olahan dari Bank Indonesia

Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa BOPO yang melebihi

angka 85% terjadi pada periode Januari 2012 dimana angka rasio BOPO

mencapai 86,22%, kemudian pada periode selanjutnya rasio BOPO

kembali pada angka dibawah 85% dengan pergerakan yang berfluktuasi

disekitar angka 70,43% sampai 83,77%. Dan pada periode Januari 2015

sampai Desember 2015 BOPO mengalami ketidak sehatan yang berada

pada angka 94,8% hingga 97,01%.

B. Hasil Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data

sekunder deret waktu (time series) mulai tahun 2012 sampai 2015. Penelitian

tentang Non Performing Finance (NPF) sektor konstruksi pada Bank Umum

Syariah dan Unit Usaha Syariah disini menggunakan data pada Statistik
59

Perbankan Syariah sebagai variabel dependen. Sedangkan variabel

independen terdiri dari Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital Adequacy

Ratio (CAR), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO)

keseluruhan dari data yang digunakan sebagai bahan penelitian diperoleh dari

laporan bulanan Statistik Perbakan Syariah yang dipublikasi oleh Bank

Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya model yang

digunakan peneliti sebagai alat analisis regresi berganda adalah Ordinary

Least Square (OLS). Model OLS merupakan model estimasi yang sering

digunakan untuk mengestimasi fungsi regresi populasi dari fungsi regresi

sampel.38 Pengolahan data dilakukan secara elektronik dengan menggunakan

Microsoft Excel 2010 dan Eviews 9 untuk mempercepat hasil yang dapat

menjelaskan variabel-variabel yang akan diteliti.

1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan uji Jarque Bera dengan melihat nilai probability. Jika

probability lebih besar dari nilai derajat α = 0.05, maka penelitian ini

tidak ada permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data

terdistribusi normal. Sebaiknya, jika nilai probabilitasnya lebih kecil

dari derajat kesalahan α = 0.05, maka dalam penelitian ini ada

38
Shochrul Rohmatul Ajija, dkk, Cara Cerdas Menguasai Eviews (Jakarta: Salemba Empat,
2011), h.23.
60

permasalahan normalitas atau dengan kata lain, data tidak

terdistribusi normal.

Tabel 4.1
Uji Normalitas
10
Series: Residuals
Sample 2012M01 2015M12
8 Observations 47

Mean -4.38e-15
6 Median -0.176395
Maximum 2.074105
Minimum -2.368769
4 Std. Dev. 0.945612
Skewness -0.092721
Kurtosis 3.516068
2
Jarque-Bera 0.588902
Probability 0.744941
0
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Sumber: Hasil Output EViews 9

Berdasarkan Tabel 4.1, terlihat nilai probability sebesar

0.744941, lebih besar dari tingkat signifikansi sebesar 0.05, artinya

data terdistribusi normal yang berarti H0 diterima.

b. Uji Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan (korelasi) yang signifikan diantara dua atau lebih variabel

independen dalam model regresi. Deteksi adanya multikolinieritas

dilakukan dengan menggunakan uji korelasi parsial antar variabel

independen. Dengan melihat nilai koefisien korelasi (r) antar variabel

independen, dapat diputuskan apakah data terkena multikolinieritas atau

tidak, yaitu dengan menguji koefisien korelasi antar variabel independen,

jika terjadi korelasi, maka terdapat multikolinieritas, dimana model regresi


61

yang baik adalah tidak terjadi multikollinieritas antar variabel independen

dengan variabel dependen. Hasil pengujian multikolinieritas menggunakan

uji korelasi (r) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.2
Hasil Uji Correlation Matrix
FDR CAR BOPO

FDR 1.000000 -0.047228 -0.746422

CAR -0.047228 1.000000 -0.083789

BOPO -0.746422 -0.083789 1.000000

Sumber: Hasil Output EViews 9

Dari tabel 4.2 diatas dapat dilihat hasil analisis uji

multikolinieritas dengan Correlation Mattrix menunjukkan bahwa

korelasi antar variabel independen antara FDR dan CAR maupun

sebaliknya -0.047228, antara FDR dengan BOPO maupun sebaliknya

sebesar -0.746422. dan antara CAR dengan BOPO maupun sebaliknya

sebesar -0.083789.

Terlihat dari tabel 4.2 diatas nilai korelasi variabel independen

(yaitu FDR, CAR dan BOPO) tertinggi hanya mencapai -0.746422

yaitu antara FDR dengan BOPO maupun dengan sebaliknya. Karena

nilai -0.746422 < 0.85 sehingga diputuskan tidak terdapat

multikolinieritas. Hasil ini menginformasikan model Ordinary Least

Square (OLS) yang dilakukan dapat dikatakan terbebas dari gejala

multikolinieritas.
62

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut

Homoskedastisitas dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah

disebut dengan Heteroskedastisitas. Metode pertama yang digunakan

untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah

dengan melihat pola residualnya.

Gambar 4.5
Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual
10

8
3

2 6

1
4
0

-1 2

-2

-3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015

Residual Actual Fitted

Sumber: Hasil Output EViews 9

Dengan melihat hasil tersebut, kita dapat menduga bahwa tidak

terjadi heteroskedastisitas pada hasil estimasi, dimana residualnya


63

tidak membentuk suatu pola. Dengan kata lain, residual cenderung

konstan.

Selanjutnya model kedua yang dapat dilakukan untuk

mendeteksi adanya heteroskedastisitas pada penelitian ini adalah

dengan melakukan Uji Glejser.

Tabel 4.3
Hasil Uji Glejser
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.813445 4.077459 0.199498 0.8428


FDR -0.010226 0.025126 -0.407010 0.6860
CAR 0.112307 0.100788 1.114292 0.2713
BOPO -0.009818 0.015776 -0.622361 0.5370
Sumber: Hasil Output EViews 9

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa semua variabel

memiliki probabilitas di atas 5% atau 0.05. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa keseluruhan variabel telah lolos uji heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Penelitian ini menggunakan nilai Durbin-Watson untuk menguji

autokorelasi. Menurut Singgih Santoso, panduan mengenai angka D-W

untuk mendeteksi autokorelasi secara umum bisa diambil patokan:39

 Angka D-W di bawah -2 berarti ada korelasi positif.

 Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada korelasi.

39
Singgih Santoso, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik (Jakarta: PT. Alex
Media Komputindo, 2012), h. 243.
64

 Angka D-W di atas +2 berarti ada korelasi negatif.

Berikut ini hasil Uji Autokorelasi dengan variabel dependen Non

Performing Financing:

Tabel 4.4
Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson

R-squared 0.102669 Mean dependent var -4.38E-15

Adjusted R-squared -0.006762 S.D. dependent var 0.945612

S.E. of regression 0.948804 Akaike info criterion 2.851515

Sum squared resid 36.90941 Schwarz criterion 3.087704

Log likelihood -61.01060 Hannan-Quinn criter. 2.940395

F-statistic 0.938207 Durbin-Watson stat 1.829260

Prob(F-statistic) 0.466573

Sumber: Hasil Output EViews 9

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan, bahwa hasil regresi

dari nilai Durbin-Watson statistik sebesar 1.829260. Maka dapat

disimpulkan pada model regresi ini tidak terdapat gejala autokorelasi

karena nilai D-W diantara -2 dan +2 atau -2 < 1.829260 < +2.

1. Pengujian Hipotesis Statistik

Hasil pengolahan data atau hasil estimasi yang dilakukan dengan

menggunakan program komputer Eviews 9 dengan menggunakan

metode regresi linier berganda atau Ordinary Least Square (OLS) yang

ditampilkan pada tabel berikut:


65

a. Uji Parsial (Uji t)

Uji-t bertujuan untuk mengetahui pengaruh secara parsial


(individu) variabel-variabel independen (FDR, CAR, BOPO) terhadap
variabel dependen yaitu Non Performing Finance (NPF). Salah satu
cara untuk melakukan uji t adalah dengan melihat nilai probabilitas
pada tabel uji statistik t.

Tabel 4.5
Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 29.16743 6.294873 4.633521 0.0000


FDR -0.190300 0.038790 -4.905942 0.0000
CAR 0.030439 0.155599 0.195624 0.8458
BOPO -0.057241 0.024355 -2.350225 0.0234

Dari tabel 4.5 Didapatkan hasil uji statistik t yang dilakukan yaitu

sebagai berikut:

1) Pengaruh t-statistik untuk FDR terhadap Non Performing Finance

(NPF).

Berdasarkan pada tabel 4.5 Diperoleh hasil t-hitung sebesar -

4.905942 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0000. karena tingkat

signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka secara parsial FDR berpengaruh

secara negatif dan signifikan terhadap Non Performing Finance (NPF).


66

2) Pengaruh t-statistik untuk CAR terhadap Non Performing Finance

(NPF).

Berdasarkan pada tabel 4.5 Diperoleh hasil t-hitung sebesar 0.195624.

dengan tingkat signifikansi 0.8458. Karena tingkat signifikansi lebih

besar dari 0.05 maka secara parsial CAR tidak berpengaruh terhadap

Non Performing Finance (NPF).

3) Pengaruh t-statistik untuk BOPO terhadap Non Performing Finance

(NPF).

Berdasarkan pada tabel 4.5 Diperoleh hasil t-hitung sebesar -2.350225

dengan tingkat signifikansi sebesar 0.0234. karena tingkat signifikansi

lebih besar dari 0.05 maka secara parsial BOPO berpengaruh secara

negatif dan tidak signifikan terhadap Non Performing Finance (NPF).

b. Uji F

Uji-F bertujuan untuk mengetahui pengaruh semua variabel

independen (FDR, CAR dan BOPO) secara simultan (bersama-sama)

terhadap variabel dependen yaitu Non Performing Finance (NPF).


67

Tabel 4.6
Uji F

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745

Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714

S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739

Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198

Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992

F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364

Prob(F-statistic) 0.000059

Berdasarkan tabel 4.6, diperoleh hasil F-Statistik sebesar 9.552950

dengan nilai probabilitas (F-Statistik) sebesar 0.000059. karena hasil

probabilitas (signifikansi) lebih kecil dari nilai α = 0.05 (0.00 < 0.05)

berarti dapat disimpulkan bahwa FDR, CAR dan BOPO secara bersama-

sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Non Performing

Finance (NPF).

2. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi R2 (R Square) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat

mengevaluasi model regresi terbaik. Hal tersebut dikarenakan variabel

independen yang digunakan dalam penelitian ini lebih dari satu.


68

Tabel 4.7
Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745

Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714

S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739

Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198

Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992

F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364

Prob(F-statistic) 0.000059

Sumber: Hasil Output EViews 9

Berdasarkan hasil regresi pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa

nilai Adjusted R Squared sebesar 0.358070. hal ini menunjukkan bahwa

variasi variabel dependen Non Performing Finance (NPF) secara bersama-

sama dapat dijelaskan oleh variabel independen (FDR, CAR dan BOPO)

sebesar 35,8%. Sedangkan sisanya 64,2% dijelaskan oleh faktor atau

variabel lain diluar variabel yang diteliti.

C. Analisis Ekonomi dan Interpretasi

Berdasarkan hasil penelitian statistik yang telah dilakukan dapat

disimpulkan bahwa regresi yang dihasilkan cukup baik untuk menerangkan

perkembangan Non Performing Finance (NPF) pada Perbankan Syariah di

Indonesia. Dari seluruh variabel utama yang dimasukkan kedalam model,

ternyata tidak semua variabel bebas signifikan. Hal ini berarti Non Performing
69

Finance (NPF) pada Perbankan Syariah hanya dipengaruhi oleh sebagian dari

variabel bebas yang diuji.

Selanjutnya hasil interpretasi dari hasil regresi tersebut terhadap

signifikansi masing-masing variabel yang diteliti dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengaruh FDR Terhadap Non Performing Finance (NPF)

Hasil regresi Non Performing Finance (NPF) menunjukkan bahwa

nilai yang diperoleh dari hasil koefisien sebesar -0.190300 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.0000. Hal ini menunjukkan bahwa FDR memiliki

pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap Non Performing Finance

(NPF). Hasil negatif dan signifikan menunjukkan faktor FDR yang tinggi

cenderung sensitif dan dapat meningkatkan rasio NPF, begitu pula

sebaliknya.

Sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan Soebagio

(2005) dan Faiz (2010) bahwa LDR berpengaruh secara signifikan (dengan

arah hubungan negatif) terhadap terjadinya NPL pada bank umum

komersial.

Hubungan yang negatif tersebuut menunjukkan apabila FDR

mengalami peningkatan maka NPF bank syariah mengalami penurunan.

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa pembiayaan yang disalurkan

bank syariah kepada setiap nasabahnya berkualitas baik, sehingga ekspansi

pembiayaan yang dilakukan bank syariah dapat meningkatkan laba bank

dan menurunkan tingkat NPFnya. Hal ini sesuai dengan apa yang
70

dinyatakan Mangasa Augustinus Sipahutar dalam bukunya yang berjudul

“persoalan-persoalan perbankan Indonesia” bahwa dengan kualitas FDR

yang baik, ekspansi kredit dapat memberikan kontribusi yang baik bagi

pengingkatan laba perbankan, sehingga NPL akan turut menurun.

FDR memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.190300

menunjukkan bahwa jika nilai FDR mengalami kenaikan sebesar 1%,

maka akan mengurangi nilai NPF sebesar 0.190300% dengan asumsi

variabel lain bernilai konstan atau tetap.

2. Pengaruh CAR Terhadap Non Performing Finance (NPF)

Hasil regresi Non Performing Finance (NPF) menunjukkan bahwa

nilai hasil t-hitung sebesar 0.195624. dengan tingkat signifikansi 0.8458.

Karena tingkat signifikansi lebih besar dari 0.05 maka secara parsial CAR

tidak berpengaruh terhadap Non Performing Finance. Sesuai dengan

penelitian sebelumnya yang dilakukan Maharani (2012) yang menyatakan

bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap NPL.

Hal ini mengindikasikan bahwa alokasi dana yang disalurkan untuk

pembiayaan bukan berasal dari modal bank melainkan dari Dana Pihak

Ketiga yang dihimpun yaitu dapat berasal dari simpanan, deposito atau

giro. Sehingga peningkatan atau penurunan modal bank tidak

mempengaruhi terjadinya pembiayaan bermasalah.

CAR memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0.030439

menunjukkan bahwa jika nilai CAR mengalami kenaikan sebesar 1%,


71

maka tidak akan menambah nilai NPF sebesar 0.030439% dengan asumsi

variabel lain bernilai konstan atau tetap karena CAR tidak memiliki

pengaruh terhadap NPF.

3. Pengaruh BOPO Terhadap Non Performing Finance (NPF)

Hasil regresi Non Performing Finance (NPF) menunjukkan bahwa

nilai yang diperoleh dari hasil koefisien sebesar -0.057241 dengan tingkat

signifikan 0.0234. Hal ini menunjukkan bahwa BOPO memiliki pengaruh

yang negatif dan signifikan terhadap Non Performing Finance (NPF).

Hasil penelitian ini sejalan dengan Altunbas et. Al. (2000) menemukan

bahwa ada hubungan negatif antara BOPO dengan Non Performing Loan.

Hubungan yang negatif tersebut menunjukkan apabila BOPO

mengalami peningkatan maka NPF Bank Syariah mengalami penurunan

dan sebaliknya apabila BOPO mengalami penurunan maka NPF Bank

Syariah mengalami peningkatan. Menurut Dendawijaya rasio BOPO

digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam

melakukan kegiatan operasinya. Semakin efisien suatu bank maka bank

berada pada posisi sehat, yang artinya kecenderung terjadinya pembiayaan

bermasalah dapat diatasi sehingga menurunkan tingkat pembiayaan

bermasalah. Sebaliknya, apabila tingkat efisiensi yang diukur dengan rasio

BOPO menurun maka kecenderungan terjadi pembiayaan bermasalah

meningkat.

BOPO memiliki nilai koefisien regresi sebesar -0.057241

menunjukkan bahwa jika nilai BOPO mengalami kenaikan sebesar 1%,


72

maka akan mengurangi nilai NPF sebesar 0.057241% dengan asumsi

variabel lain bernilai konstan atau tetap.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dari penelitian yang berjudul

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor

Kontruksi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode

2012-2015”, didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Secara parsial variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) dan

Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap Non Performing Finance (NPF). Sedangkan

Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap Non

Performing Finance (NPF).

2. Secara simultan variabel Financing to Deposit Ratio (FDR), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Perkembangan Biaya Operasional

Pendapatan Operasional (BOPO) bersama-sama berpengaruh terhadap

Non Performing Finance (NPF).

3. Nilai Adjusted R Squared yang dihasilkan pada penelitian ini adalah

0.358070. hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 35,8% variasi variabel

dependen Non Performing Finance (NPF) bisa dijelaskan atau

dipengaruhi oleh variasi variabel independen (FDR, CAR, dan BOPO).

Sedangkan sisanya sebesar 64,2% dipengaruhi oleh variabel lain diluar

variabel yang diteliti.

73
74

4. Faktor yang paling dominan terhadap Non Performing Finance (NPF)

yaitu FDR dengan tingkat signifikansi 0.0000 selanjutnya BOPO

0.0234.

B. Saran

Berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan pada penelitian tentang

“Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Bermasalah Sektor

Kontruksi Pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah Periode

2012-2015”, maka dapat ditarik implikasi teoritis yaitu:

1. Bagi pemerintah untuk mengevaluasi dan lebih mengembangkan

kinerja perbankan secara professional dari sistem perbankan syariah

yang telah dijalankan saat ini sehingga dapat meningkatkan

profitabilitas perbankan syariah di Indonesia.

2. Bagi perbakan syariah terkait dengan resiko pembiayaan agar

meminimalisir potensi terjadinya pembiayaan bersmasah, bank syariah

dapat mengedepankan return yang kompetitif dan meningkatkan

monitoring yang lebih intensif kepada debiturnya. BUS dan UUS saat

ini mempunyai tingkat pembiayaan bermasalah yang lebih rendah

dibandingkan konvensional ataupun BPRS oleh karena itu sebaiknya

bank syariah tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja yang

telah dicapai, antara lain dengan cara: mempertahankan dan

meningkatkan penyaluran pembiayaan secara lebih ekspansif/agresif,


75

meningkatkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan dana, lebih

inovatif dalam mengembangkan produk-produk dengan tetap

memperhatikan prinsip syariah, meningkatkan kualitas pelayanan,

memperluas kantor cabang dengan memperhatikan potensi wilayah

yang bersangkutan, meningkatkan perolehan keuntungan dengan

mengembangkan jasa perbankan atau operasional lainnya, melakukan

kerjasama dengan mitra strategis, dan mengembang sistem informasi

manajemen serta kualitas sumber daya manusia yang lebih handal.

3. Bagi penelitian berikutnya agar dapat melanjutkan dan memperpanjang

periode waktu penelitian, serta dapat menggunakan lebih banyak lagi

variabel-variabel yang mungkin dapat mempengaruhi Non Performing

Finance (NPF) perbankan syariah. Sehingga dapat memberikan hasil

penelitian yang lebih akurat dan lebih baik serta dapat mengetahui

penyebab terjadinya NPF di bank syariah apakah dari kelemahan

sistem operasional dibank syariah atau faktor lain.


Daftar Pustaka

Ajija, Sochrul Rohmatul, dkk. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta:

Salemba Empat.

A. Wangsawidjaja Z. (2012). Pembiayaan Bank Syariah. Jakarta: PT. Gramedia

Pustaka Utama.

Abdurrahmat Fathoni. (2006). Metodelogi Penelitian dan Teknik Penyusunan

Skripsi. Jakarta: Rineka Cipta.

Altunbas, et al. (2000). Efficiency and Risk in Japanese Bangking. Journal of

Banking and Finance. Elsevier: Vol 24 (1605-1628).

Antonio, M. Syafi‟i. (2001). Bank Syariah dan Teori ke Praktik. Jakarta: Gema

Insani Press.

Arifin, Zainul. (2006). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka

Alvabet.

Arifin, Zainul. (2002). Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Pustaka

Alvabet.

Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Bank Indonesia. (2012). Laporan Statistik Perbankan Syariah.

http://www.bi.go.id.

Bank Indonesia. (2013). Laporan Statistik Perbankan Syariah.

http://www.bi.go.id.

76
77

Bank Indonesia. (2014). Laporan Statistik Perbankan Syariah.

http://www.bi.go.id.

Bank Indonesia. (2015). Laporan Statistik Perbankan Syariah.

http://www.bi.go.id.

Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia.

Eddy, Herjanto. (2001). Manajemen Operasi Edisi Ketiga. Jakarta: Grasindo.

Hamdi, Asep Saepul. E. Bahruddin. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif

Aplikasi dalam Pendidikan. Yogyakarta: Deepublisher.

Husein Umar. (2002). Metode Riset Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Ismail. (2011). Perbankan Syariah. Jakarta: Kencana.

Karim, Adiwarman A. (2011). Bank Islam, Analisis Fiqh dan Keuangan. Jakarta:

Rajawali Pers.

Kusumaningtias, Nur Suhartatik Rohmawati. Determinan Financing To Deposit

Ratio Perbankan Syariah Di Indonesia (2008-2012), Jurnal Ilmu

Manajemen.

Laurentia, Paula dan Lindrawati. (2010). “Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan

Financing to Deposit Ratio Terhadap Laba Bank Umum Syariah”,

Jurnal Akuntansi Kontemporer, 2010, Vol. 2, No. 1.


78

Nachrowi, Hardius Usman. (2006). Pendekatan populer dan Praktis

Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi Ekonomi dan Keuangan. Jakarta:

FEUI.

Otoritas Jasa Keuangan, Statistik Perbankan Syariah 2015. www.ojk.go.id/

Rangkuti, Freddy. (2005)Marketing Analysis Made Easy. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama.

Rivai, Veithzal. (2008). Islamic Financial Management. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Rivai, Veithzal, Andria Permata. (2006). Credit Management Hand Book, Teori,

Konsep, Prosedur, dan Aplikasi Panduan Praktisi Mahasiswa, Bankir,

dan Nasabah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Santoso, Singgih. (2012). Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT.

Alex Media Komputindo.

Sugiyono. (2010). Metode Penulisan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sudarmanto, R. Gunawan. (2013). Statistik Terapan Berbasis Komputer Dengan

Program IBM SPSS Statistic 19. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Surakhmad, Winarno. (1985). Pengantar Penulisan Ilmiah Dasar Metode Teknik.

Bandung: Tarsito.
LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah


Indonesia periode 2012-2013

WAKTU NPF FDR CAR BOPO


Jan-12 8.30 87.27 16.27 86.22
Feb-12 8.26 90.49 15.91 78.39
Mar-12 8.24 87.13 15.33 77.77
Apr-12 9.08 95.39 14.97 77.77
May-12 8.28 97.95 13.40 76.24
Jun-12 7.85 98.59 16.12 75.74
Jul-12 7.48 99.91 16.12 75.87
Aug-12 7.42 101.03 15.63 75.89
Sep-12 6.59 102.10 14.98 75.44
Oct-12 6.17 100.84 14.54 75.04
Nov-12 5.84 101.19 14.82 75.29
Dec-12 3.92 100.00 14.13 74.75
Jan-13 6.76 100.63 15.29 70.43
Feb-13 6.73 102.17 15.20 72.06
Mar-13 6.70 102.62 14.30 72.95
Apr-13 5.59 103.08 14.72 73.95
May-13 5.31 102.08 14.28 76.87
Jun-13 5.32 104.43 14.30 76.18
Jul-13 5.04 104.83 15.28 76.13
Aug-13 5.12 102.53 14.71 77.87
Sep-13 5.10 103.27 14.19 77.98
Oct-13 5.04 103.03 14.19 79.06
Nov-13 5.36 102.58 12.23 78.59
Dec-13 5.00 100.32 14.42 78.21
Jan-14 5.24 100.07 16.76 80.05
Feb-14 6.28 102.03 16.71 83.77
Mar-14 5.46 102.22 16.20 91.90
Apr-14 5.28 95.50 16.68 84.50
May-14 5.32 99.43 16.85 76.49
Jun-14 4.59 100.80 16.21 71.76
Jul-14 5.84 99.89 15.62 79.80
Aug-14 6.26 98.99 14.73 81.20
Sep-14 5.35 99.71 14.54 82.39
Oct-14 6.40 98.99 15.25 75.61
Nov-14 8.36 94.62 15.66 93.50

79
80

Dec-14 7.31 91.50 16.10 79.27


Jan-15 7.54 88.85 14.16 94.80
Feb-15 8.17 89.37 14.38 94.23
Mar-15 7.59 89.15 14.43 95.98
Apr-15 6.71 89.57 14.50 96.69
May-15 6.66 90.05 14.37 96.51
Jun-15 6.24 92.56 14.09 96.98
Jul-15 6.55 90.13 14.47 97.08
Aug-15 6.60 90.72 15.05 97.30
Sep-15 6.59 90.82 15.15 96.94
Oct-15 6.28 90.67 14.96 96.71
Nov-15 7.56 90.26 15.31 96.75
Dec-15 5.14 88.03 15.02 97.01

Lampiran 2: Uji Normalitas


10
Series: Residuals
Sample 2012M01 2015M12
8 Observations 47

Mean -4.38e-15
6 Median -0.176395
Maximum 2.074105
Minimum -2.368769
4 Std. Dev. 0.945612
Skewness -0.092721
Kurtosis 3.516068
2
Jarque-Bera 0.588902
Probability 0.744941
0
-2.5 -2.0 -1.5 -1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0

Lampiran 3: Uji Correlation Matrix

FDR CAR BOPO

FDR 1.000000 -0.047228 -0.746422

CAR -0.047228 1.000000 -0.083789

BOPO -0.746422 -0.083789 1.000000


81

Lampiran 4: Uji Heteroskedastisitas Dengan Melihat Pola Residual


10

8
3

2 6

1
4
0

-1 2

-2

-3
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV
2012 2013 2014 2015

Residual Actual Fitted

Lampiran 5: Uji Heteroskedastisitas Dengan Uji Glejser

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.813445 4.077459 0.199498 0.8428

FDR -0.010226 0.025126 -0.407010 0.6860

CAR 0.112307 0.100788 1.114292 0.2713

BOPO -0.009818 0.015776 -0.622361 0.5370

Lampiran 6: Uji Autokorelasi dengan Melihat Durbin-Watson


82

R-squared 0.102669 Mean dependent var -4.38E-15

Adjusted R-squared -0.006762 S.D. dependent var 0.945612

S.E. of regression 0.948804 Akaike info criterion 2.851515

Sum squared resid 36.90941 Schwarz criterion 3.087704

Log likelihood -61.01060 Hannan-Quinn criter. 2.940395

F-statistic 0.938207 Durbin-Watson stat 1.829260

Prob(F-statistic) 0.466573

Lampiran 7: Uji t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 29.16743 6.294873 4.633521 0.0000


FDR -0.190300 0.038790 -4.905942 0.0000
CAR 0.030439 0.155599 0.195624 0.8458
BOPO -0.057241 0.024355 -2.350225 0.0234
83

Lampiran 8: Uji F

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745

Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714

S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739

Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198

Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992

F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364

Prob(F-statistic) 0.000059

Lampiran 9: Koefisien Determinasi (R2)

R-squared 0.399935 Mean dependent var 6.415745

Adjusted R-squared 0.358070 S.D. dependent var 1.220714

S.E. of regression 0.978043 Akaike info criterion 2.874739

Sum squared resid 41.13242 Schwarz criterion 3.032198

Log likelihood -63.55636 Hannan-Quinn criter. 2.933992

F-statistic 9.552950 Durbin-Watson stat 1.305364

Prob(F-statistic) 0.000059

Anda mungkin juga menyukai