Anda di halaman 1dari 83

“Analisis Rasio Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam

Memprediksi Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia


Periode 2012-2015”

Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:
Indri Amaliah
1112046100187

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2016 M/1438 H
ii
iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa judul Skripsi “Analisis Rasio


Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi
Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-
2015” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan
saya tidak melakukan penjiplakan/pengutipan dengan cara yang tidak
sesuai dengan etika yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan
kepada saya apabila di kemudian hari ternyata terdapat pelanggaran
terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.

Tangerang Selatan,

Yang Membuat Pernyataan

Indri Amaliah

iv
ABSTRAK

Indri Amaliah. 1112046100187. “Analisis Rasio Keuangan Dengan


Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi Kebangkrutan Pada
Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-2015”. Program Strata
Satu (S1), Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat
(Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Islam, UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. 1437 H / 2016 M.
Tujuan penelitian ini Untuk menghitung, mengukur, menganalisis dan
mengevaluasi prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia
periode 2010-2015 menggunakan metode Zmijewski X-Score. Data yang
digunakan pada penelitian ini adalah laporan keuangan tahunan bank umum
syariah yang telah dipublikasikan di internet. Metode yang digunakan untuk
memprediksi kebangkrutan pada penelitian ini adalah metode Zmijewski X-
Score. Variabel-variabel yang digunakan pada metode Zmijewski X-Score
berupa rasio-rasio keuangan yaitu Return On Asset (laba bersih/total asset),
Debt to Total Asset Ratio (total kewajiban/total asset) dan Current Ratio (asset
lancar/kewajiban lancar). Metode X-Score pada penelitian ini dapat dihitung
dengan rumus X = -4.803 - 3.599X1 + 5.406X2 - 1.000X3. Sampel yang
digunakan pada penelitian ini adalah 4 bank umum syariah yang assetnya
hampir setara diantaranya, BCA Syariah, Mega Syariah, Bukopin Syariah dan
Panin Syariah.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata X-Score
pada bank umum syariah selama masa penelitian tahun 2012-2015 adalah pada
bank BCA Syariah senilai -12.511, bank Mega Syariah sebesar -8.215, bank
Bukopin Syariah dengan nilai -7.641 dan pada bank Panin Syariah sebesar -
13.284.

Kata kunci : Laporan keuangan, kebangkrutan, Zmijewski X-score

Pembimbing : Ir. Aries Koentjoro, M.M

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Alhamdulillahi Rabbil’alamin Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabatnya.

Adapun penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy), Konsentrasi Perbankan

Syariah, Program Studi Mumalat, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Penulis sangat menyadari bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik

bantuan moril maupun materil, penulisan skripsi ini tidak akan terwujud dengan

baik. Oleh karena itu, lewat tulisan ini penulis ingin menyampaikan banyak

ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Asep Saepudin Jahar, MA, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak AM. Hasan Ali, M.A., selaku Ketua Program Studi Muamalat Fakultas

Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Dr. Abdurrauf, Lc, M.A., selaku Sekretaris Program Studi Program

Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta.

ii
4. Bapak Zainul Arifin Yusuf, Dr., H., M., selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak Ir. Aries Koentjoro, M.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan waktu, ilmu, pengarahan, masukan dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini.

6. Segenap Dosen Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat

selama proses perkuliahaan.

7. Kedua orang tua tercinta, Rita Zahara dan Hasan Sanusi yang senantiasa

memberikan doa yang tulus, motivasi dan bantuan dalam menyelesaikan

skripsi ini.

8. Kakak dan Adik tersayang Iqbal Furqon Rihansyah, Imran Rihansyah dan

Irzie Farhansyah yang memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

9. Keluarga besar yang terus memberikan dukungan dan doa yang tiada henti

untuk menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman seperjuanganku Desti, Fadla, Nadya, Putri, Suci dan teman-teman

mahasiswa Program Studi Muamalat Konsentrasi Perbankan Syariah,

Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2012 yang

telah memberikan motivasi dan menyediakan waktu untuk mendiskusikan

hal-hal terkait dengan masalah skripsi ini.

11. Teman KKN GEMPITA 2015 yang telah memberikan dukungan kepada

penulis.

12. Sahabat D’CBLK ( Rere, Biydah, Nida, Yayah, Zaty, Imam, Maki, dan Qibi)

yang selalu memberikan motivasi dan memberikan dukungan kepada penulis.

iii
13. Nurseha dan Indah Nadidah Hajar yang selalu membantu dan memberi

dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya skripsi ini jauh dari kata sempurna,

dikarenakan keterbatasannya ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Maka dari itu

penulis menerima dan mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi

banyak pihak yang membacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tangerang Selatan, Oktober 2016

Penulis,

Indri Amaliah

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

LEMBAR PERNYATAAN

ABSTRAK ...................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................... v

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah....................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 8
C. Rumusan Masalah ................................................................................ 8
D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 8
E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 9
F. Kerangka Berpikir ................................................................................ 9
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Bank Syariah ........................................................................................ 14
B. Laporan Keuangan
1. Pengertian Laporan Keuangan ....................................................... 17
2. Jenis Laporan Keuangan ................................................................ 17
3. Tujuan Laporan Keuangan ............................................................. 19
4. Laporan Keuangan Bank ................................................................ 20
C. Kebangkrutan
1. Pengertian Kebangkrutan ............................................................... 21
2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan .......................................... 23
3. Manfaat Informasi Prediksi Kebangkrutan ................................... 26

v
D. Financial Distress ................................................................................ 27
E. Zmijewski X-Score ............................................................................... 28
F. Peneliti Terdahulu ................................................................................ 30

BAB III METODE PENELITIAN


A. Lingkup Penelitian ............................................................................... 38
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel .......................................... 39
C. Jenis dan Sumber Data ......................................................................... 39
D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 40
E. Operasional Variabel Penelitian........................................................... 40
F. Metode Analisis Data ........................................................................... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Proses dan Hasil Analisis Data Variabel X
1. Return On Assets (X1) ............................................................. 46
2. Debt Ratio (X2) ........................................................................ 47
3. Current Ratio (X3) ................................................................... 49
B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score ........................................ 50
C. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................... 54

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 60
B. Saran .............................................................................................. 61

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai X-Score ................................................................ 45

Tabel 4.1 Data Olahan X1 Periode 2012-2015 ............................................... 46

Tabel 4.2 Data Olahan X2 Periode 2012-2015 ............................................... 48

Tabel 4.3 Data Olahan X3 Periode 2012-2015 ............................................... 49

Tabel 4.5 Data Olahan X-Score Periode 2012-2015 ....................................... 53

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Industri perbankan selama beberapa kurun waktu belakangan

mengalami perkembangan yang pesat. Bank dianggap sebagai penggerak

roda perekonomian suatu negara. Hal ini dikarenakan fungsi bank sebagai

lembaga keuangan sangat penting, misalnya dalam peredaraan uang guna

menunjang kegiatan usaha, tempat menyimpan uang, melakukan

pembayaran atau penagihan, pembiayaan, dan masih banyak jasa

keuangan lainnya.

Dalam perkembangan industri perbankan ketatnya persaingan antar

bank syariah maupun dengan bank konvensional kian terasa. Kedua

industri tersebut bersaing memberikan dan menawarkan produk-produk

terbaiknya agar bisa menarik kepercayaan masyarakat. Persaingan yang

semakin ketat di era globalisasi ini memaksa perusahaan untuk berusaha

lebih kuat dalam mempertahankan keberlangsungan usahanya dengan

berbagai strategi yang telah dirancang agar dapat menghadapi berbagai

risiko yang akan mengancam eksistensinya di dunia perbankan.

Salah satu risiko yang harus dikelola dengan baik adalah potensi

kegagalan dalam pengembalian uang nasabah penabung. Tentunya hal ini

dapat menyebabkan ketidakstabilan keuangan pada bisnis perbankan, yang

dapat mengakibatkan kesehatan bank terganggu dan penurunan kinerja

perbankan. Penurunan kinerja secara terus menerus dapat menyebabkan

1
financial distress yaitu keadaan yang sulit bahkan dapat dikatakan

mendekati kebangkrutan dan apabila tidak segera diselesaikan akan

berdampak besar pada hilangnya kepercayaan dari nasabah.1

Berbagai kelemahan yang ada dalam industri perbankan dan

kemudian diperburuk dengan krisis moneter, krisis likuiditas, dan

kebangkrutan dunia usaha khususnya para konglomerat Indonesia, maka

industri perbankan Indonesia secara cepat mengalami krisis. Krisis

perbankan Indonesia yang diawali dengan memburuknya kualitas aktiva

bank, meningkatnya selisih bersih antara aktiva dan pasiva dalan valuta

asing (net open position), dan kemudian negatifnya pendapatan bank

sebagai akibat dari kebijaksanaan suku bunga tinggi sejak pertengahan

semester kedua tahun 1997, telah mengakibatkan banyak bank mengalami

kesulitan keuangan dan secara teknis perbankan terancam bangkrut.

Selama krisis ekonomi terjadi, perbankan syariah masih memiliki

kinerja yang lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Hal ini

dapat dilihat dari relatif rendahnya penyaluran pembiayaan yang

bermasalah (Non Performing Financing) pada perbankan syariah dan tidak

terjadinya negative spread. Hal tersebut dapat terjadi, karena perbankan

syariah tidak mengacu pada fluktuasi nilai tukar dan tingkat suku bunga

berbeda dengan perbankan konvensional.

1
Wilopo, “Prediksi Kebangkrutan Bank”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4, No.2, (Mei
2001), hlm 184.

2
Hal ini pun berdampak pada meningkatnya kepercayaan

masyarakat terhadap bank syariah dan pertumbuhan perbankan syariah

yang terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahunnya. Menurut data

statistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tahun 2015 jumlah bank

umum syariah (BUS) yang ada di Indonesia sudah sebanyak 12 unit.

Untuk unit usaha syariah (UUS) terdapat 22 unit dan 163 unit bank

pembiayaan rakyat syariah (BPRS) di Indonesia.

Tabel 1.1

Jaringan Kantor Perbankan Syariah

Tahun
Indikator
2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
Bank Umum Syariah 5 6 11 11 11 11 12
Unit Usaha Syariah 27 25 23 24 24 23 22
Bank Pembiayaan
131 138 150 155 158 163 163
Rakyat Syariah

Sumber : Otoritas Jasa Keuangan(OJK), Statistik Perbankan Syariah

Data pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun

jumlah bank umum syariah di Indonesia mengalami peningkatan dimana

pada tahun 2008 bank syariah hanya ada 5 unit namun sekarang, sampai

bulan November 2014 bank syariah yang ada di Indonesia sudah sebanyak

12 unit. Untuk unit usaha syariah memang mengalami penurunan, ini

dikarenakan ada beberapa unit usaha syariah yang telah berubah menjadi

bank umum syariah dan untuk jumlah bank pembiayaan rakyat syariah

(BPRS) sama seperti bank umum syariah juga terus mengalami

3
peningkatan.

Mengetahui kondisi perbankan syariah apakah dalam keadaan

sehat atau berpotensi mengalami financial distress bahkan hingga

kebangkrutan menjadi hal yang penting. Dengan terdeteksinya lebih awal

penurunan kinerja keuangan sangat memungkinkan bagi perusahaan,

investor dan para kreditur serta pemerintah melakukan langkah-langkah

intisipatif untuk mencegah agar krisis keuangan segera tertangani. Plat dan

Plat (2002) mendefinisikan financial distress sebagai tahap penurunan

kondisi keuangan yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun

likuidasi. Hofer dan Whitaker (1999) mengumpamakan kondisi financial

distress sebagai suatu kondisi dari perusahaan yang mengalami laba bersih

(net profit) negatif selama beberapa tahun.2

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pangsa pasar (market

share) bank syariah terhadap total pasar perbankan nasional baru

mencapai 4,87% pada akhir 2015 atau masih di bawah target minimal

5,0%.3 Perkembangan market share perbankan syariah mengalami

penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 yang telah mencapai 4,89%.4

Apabila market share perbankan syariah terus mengalami perlambatan

atau penurunan tentunya hal ini merupakan pertanda yang tidak baik

2
Endri, “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola Perubahan Lingkungan
Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-Score”, Perbarnas Quarterly Review, Vol. 2 No. 1, (Maret,
2009), hlm. 37.
3
Indra Arief Pribadi, “OJK: Pangsa Pasar Perbankan Syariah 4,87%”, Artikel ini diakses pada 24
Februari 16.36 WIB dari http://m.antaranews.com/berita/546856/ojk-pangsa-pasar- perbankan-
syariah-487.
4
Karim Consulting Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2015.

4
karena bank bisa saja mengalami kesulitan dana untuk menutup kewajiban

perusahaan atau kesulitan likuiditas yaitu jika hutang lebih besar

dibandingkan dengan aset yang dimilikinya.

Belum banyak pihak manajemen perusahaan yang melakukan

pencegahan perusahaan dari risiko kebangkrutan. Padahal kebangkrutan

suatu perusahaan khususnya perbankan dapat dicegah ketika perusahaan

tersebut menunjukkan gejala-gejala financial distress, dengan

menganalisis laporan keuangan perusahaan tersebut. 5 Berdasarkan

laporan keuangan akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang

dijadikan dasar prediksi financial distress. Hasil analisis laporan

keuangan akan membantu mengimplementasikan berbagai hubungan serta

kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai

prediksi masa depan bank apakah akan bertahan atau tidak.6

Analisis rasio keuangan untuk memprediksi kebangkrutan

perusahaan menjadi sangat menarik setelah Altman pada tahun 1968

menemukan suatu formula untuk memprediksi kebangkrutan dengan

istilah yang sangat terkenal, yang disebut Z-Score. Penggunaan Model

Altman banyak digunakan oleh para praktisi dalam memprediksi

kebangkrutan suatu perusahaan.7

5
Dwi Puryati dan Savitri, “Model Financial Distress VS Altman Z-Score Analisa Perbandingan
Prediksi Kebangkrutan Di Industri Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2004- 2008”,
Finance and Accounting Journal, Vol. 1 No.2, (September 2010), hlm.113.
6
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, (Yogyakarta: Liberty, 2002), hlm.292.
7
Agus Sartono, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” (Yogyakarta : BPFE, 2008). Hlm.
115

5
Saat ini terdapat beberapa metode yang dikembangkan guna

memprediksi financial distress perusahaan, beberapa dari metode tersebut

adalah metode Altman Z-score (1968), metode Ohlson (1980), metode

Artificial Neural Network (ANN) (1949), metode Logit (1980), metode

Springate (1978) dan Zmijewski (1983). Masing-masing model

mempunyai tingkat akurasi yang berbeda-beda pada setiap penelitian yang

dilakukan.8 Terdapat berbagai alat analisis yang telah ditemukan, namun

alat analisis yang banyak digunakan yaitu model Altman Z-Score,

Springate, dan Zmijewski. Alasan ketiga alat analisis tersebut banyak

digunakan karena ketiga alat analisis tersebut relatif mudah untuk

digunakan dan juga memiliki tingkat keakuratan yang cukup tinggi dalam

melakukan prediksi potensi kebangkrutan suatu perusahaan.9

Model Z-Score yang dikembangkan oleh Edward l. Altman

menggunakan metode multiple discriminant analysis. Hasil studi Altman

ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95%

untuk data setahun sebelum kebangkrutan. Untuk data dua tahun sebelum

kebangkrutan 72%. Selain itu diketahui juga bahwa perusahaan dengan

profitabilitas yang rendah sangat berpotensi mengalami kebangkrutan.

Untuk Model Springate pertama kali dilakukan penelitian pada tahun 1978

8
Aprilia Safitri dan Ulil Hartono, “Uji Penerapan Prediksi Financial Distress Altman, Springate,
Olhson dan Zmijewski Pada Perusahaan Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 2 No 2, (April 2014), hlm. 328.
9
Komang Devi Methili Purnajaya dan Ni K. Lely A. Merkusiwati, “Analisis Komparasi Potensi
Kebangkrutan dengan metode Z-Score Altman, Springate, dan Zmijewski pada Industri
Kosmetik yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 7.1 (2014), hlm.51.

6
dengan mengikuti prosedur yang dilakukan oleh Altman yakni,

menggunakan stepwise multiple discriminant analysis untuk memilih 4

dari 9 rasio keuangan yang popular yang membedakan antara bisnis yang

sehat dengan bisnis yang gagal. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan

bahwa model ini memiliki tingkat keakurasian mencapai 92,5% dengan

menggunakan 40 perusahaan dan diuji oleh Springate. Sementara model

Zmijewski memiliki tingkat keakurasian mencapai 94,9%. Model ini

menggunakan teknik random sampling dimana Zmijewski mensyaratkan

satu hal krusial yakni, proporsi dari sampel dan populasi harus ditentukan

di awal sehingga didapat besaran frekuensi financial distress. Pemilihan

metode random sampling sebagai metode pengambilan sampel

dikarenakan metode matched-pair sampling yang digunakan peneliti

sebelumnya cenderung memunculkan bias dalam hasil penelitian

sebelumnya.

Berdasarkan uraian diatas yang telah dipaparkan di latar belakang

masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk menganalisis kebangkrutan

perbankan syariah dengan menggunakan metode Zmijewski (X-Score).

Karena The Zmijewski Model (X-Score) menggunakan analisis rasio

keuangan yang mengukur kinerja, leverage dan likuiditas suatu

perusahaan untuk model prediksinya. Adapun variabel yang digunakan

dalam persamaan the zwijewski model adalah ROA, Debt Ratio

(Leverage), dan Current Ratio (Likuiditas). Perbedaan yang dilakukan

dengan peneliti ini dengan peneliti sebelumnya yaitu peneliti ini

7
menggunakan metode Zmijewski (X-Score) dengan formula untuk

perusahaan sektor keuangan sedangkan peneliti sebelumnya menggunakan

formula untuk perusahaan manufaktur. Berdasarkan keterangan diatas

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis Rasio

Keuangan Dengan Model Zmijewski (X-Score) Dalam Memprediksi

Kebangkrutan Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2012-

2015”.

B. Identifikasi Masalah

a. Apakah metode Zmijewski X-Score memiliki tingkat akurat yang

tinggi dalam memprediksi kebangkrutan ?

b. Bagaimana perkembangan rasio keuangan bank umum syariah dilihat

dari metode Zmijewski X-Score ?

C. Rumusan Masalah

a. Bagaimana tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia pada

periode 2012-2015 ?

b. Bagaimana prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di

Indonesia periode 2012-2015 dengan menggunakan model zmijewski

(X-Score) ?

c. Bank manakah yang lebih mendekati prediksi akan potensi

kebangkrutan?

D. Tujuan Penelitian

8
Untuk menghitung, mengukur, menganalisis dan mengevaluasi

prediksi potensi kebangkrutan bank umum syariah di Indonesia periode

2010-2015 dengan menggunakan model Zmijewski (X-Score).

E. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai

kebangkrutan bank pada waktu yang akan datang agar supaya

manajemen dapat mengambil langkah-langkah strategis dan keputusan

dalam melakukan persiapan dan perbaikan demi kemajuan perusahan

dari pengaruh lingkungan bisnis yang semakin ketat, serta memberikan

gambaran dan harapan terhadap nilai masa depan perusahaan tersebut.

Bagi investor penelitian ini dapat digunakan dalam pengambilan

keputusan investasi.

b. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi

tambahan dan bahan pembelajaran bagi para akademisi, khususnya

yang berhubungan langsung dengan masalah prediksi kebangkrutan.

F. Kerangka Berpikir

Setiap perusahaan pasti akan memiliki resiko kebangkrutan yang

selalu melekat pada setiap jenis usaha yang dilakukan, begitupun dengan

perusahaan perbankan syariah. Meskipun perusahaan perbankan syariah

selama ini belum pernah mengalami masalah keuangan yang

menyebabkan kebangkrutan atau dilikuidasinya bank syariah, tetap saja

9
bank syariah harus waspada dan melakukan berbagai tindakan

pencegahan sejak dini agar potensi dari kebangkrutan tersebut dapat terus

dicegah.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode Zmijewski X-

Score sebagai alat untuk memprediksi potensi terjadinya financial

distress. Metode tersebut akan menghasilkan nilai cut-off sebagai acuan

apakah perusahaan tersebut di prediksi mempunyai ancaman mengalami

kebangkrutan berarti mengindikasikan potensi terjadinya financial

distress ataupun tidak mengalami kebangkrutan berarti tidak

mengindikasikan potensi terjadinya financial distress. Pada metode

Zmijewski adalah jika nilai X < 0 dikategorikan perusahaan yang sehat

dan jika nilai X > 0 dikategorikan sebagai perusahaan yang berpotensi

akan mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan pada kajian teori, hasil penelitian terdahulu

mengenai prediksi kebangkrutan di atas, maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat digambarkan dengan kerangka pemikiran sebagai

berikut:

10
Kerangka Berpikir

Bank Umum Syariah

Laporan Keuangan

Model Zmijewski (X-Score)

X = -4.803 - 3.599X1 + 5.406X2 - 1.000X3


Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total asset


X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset
X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Hasil Prediksi

Kesimpulan

11
G. Sistematika Penulisan

Dalam skripsi ini penulis berpedoman pada buku “Pedoman

Penulisan Skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2012. Penulis menyusun lima bab uraian,

dimana dalam tiap-tiap bab dilengkapi dengan sub-sub bab masing-masing

yaitu sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini menguraikan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta

sistematika penulisan penelitian.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menyajikan landasan teori dalam penelitian

yang didasarkan pada teori-teori yang relevan, lalu

membahas review studi terdahulu yang fokus

penelitiannya mirip dengan penelitian yang sedang

dilakukan dan menggambarkan kerangka pemikiran

dalam penelitian.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisi penjelasan operasional variabel yang

digunakan dalam penelitian, sampel penelitian, jenis

dan sumber data, serta metode analisis data yang

digunakan dalam penelitian.

12
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian

dan interpretasi hasil penelitian.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan mengenai hasil penelitian dan

saran yang diberikan berkaitan dengan hasil penelitian bagi

pihak-pihak yang berkepentingan.

13
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Syariah

Pengertian bank syariah atau dalam istilah internasionalnya

disebut dengan Islamic banking adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian berdasarkan

hukum islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana

atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan

sesuai dengan syariah. Perbedaan yang mencolok antara bank

konvensional adalah pada landasan operasinya, dimana bank syariah

tidak dilandaskan bunga melainkan bagi hasil, ditambah dengan jual-beli

dan sewa. Selain menghindari bunga atau riba, bank syariah secara aktif

turut berpartisipasi dalam mencapai sasaran dan tujuan dari ekonomi

islam yang berorientasi pada kesejahteraan social.

Secara kelembagaan, bank syariah dapat dibagi ke dalam tiga

kelompok yaitu:

1. Bank Umum Syariah (BUS)

Bank Umum Syariah (BUS) adalah bank yang melaksanakan

kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. BUS merupakan

badan usaha yang setara dengan bank umum konvensional dengan

bentuk hukum perseroan terbatas, perusahaan daerah, atau koperasi.

14
Seperti halnya bank umum konvensional, BUS ada dua jenis yaitu :

a) bank devisa dan b) bank non-devisa.

2. Unit Usaha Syariah (UUS)

Unit Usaha Syariah (UUS) adalah unit kerja di kantor pusat bank

umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor

cabang syariah atau unit syariah. Secara struktur organisasi, UUS

berada satu tingkat dibawah direksi bank umum konvensional yang

bersangkutan. UUS dapat berusaha sebagai bank devisa atau non-

devisa. Sebagai unit kerja khusus UUS mempunyai tugas: (a)

mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan kantor cabang syariah; (b)

melakukan fungsi treasury dalam rangka pengelolaan dan penempatan

dana yang bersumber dari kantor cabang syariah; (c) menyusun

laporan keuangan konsolidasi dari seluruh kantor cabang syariah; dan

(d) melakukan tugas penatausahaan laporan keuangan kantor cabang

syariah.

3. Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) adalah bank yang

melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya tidak memberikan jasa dalam pembayaran. BPRS

merupakan badan usaha yang setara dengan bank perkreditan

rakyat konvensional dengan bentuk hukum perseroan terbatas,

perusahaan daerah dan koperasi.

Kegiatan operasional bank syariah diawasi oleh Dewan Pengawas

15
Syariah (DPS). Secara singkat, tugas utama DPS ada empat yaitu; (a)

sebagai penasihat dan pemberi saran kepada pengurus dan pengelola

mengenai hal-hal yang berkaitan dengan syariah, (b) sebagai pengawas

aktif dan pasif dari pelaksanaan fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional

(DSN) serta member pengarahan dan pengawasan atas produk dan jasa

serta kegiatan usaha agar sesuai dengan prinsip syariah, (c) sebagai

mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan usul dan

saran pengembangan bank syariah yang diawasinya kepada DSN dan (d)

sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank dan wajib

melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan bank syariah yang

diawasinya kepada DSN.

16
B. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007) Laporan Keuangan

adalah Laporan Keuangan yang meliputi Neraca, Laporan Laba Rugi,

Laporan Perubahan Posisi Keuangan (yang disajikan dalam berbagai cara

misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana) dan catatan

atas laporan keuangan lain serta memberi penjelasan yang merupakan

bagian integral dari laporan keuangan.

Laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat

digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau

aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan

dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.10

Analisis kinerja keuangan merupakan suatu interpretasi atau

analisis terhadap prestasi yang dicapai perusahaan dalam suatu periode

tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan.

2. Jenis Laporan Keuangan

Analisis kinerja keuangan sangat tergantung pada informasi yang

diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan

perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting

disamping informasi lain. Ada tiga macam laporan keuangan pokok

yang dihasilkan oleh suatu perusahaan yaitu:

10
Munawir, Analisa Laporan Keuangan, Liberti, Yogyakarta, 2004, hlm. 2

17
a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang disusun secara sistematis

untuk menyajikan posisi laporan keuangan perusahaan pada suatu saat

dan tanggal tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan.

b. Laporan laba Rugi

Laporan laba rugi merupakan ikhtisar yang disusun secara

sistematis tentang penghasilan, biaya rugi laba yang diperoleh oleh suatu

perusahaan selama periode tertentu.

c. Laporan aliran kas

Laporan aliran kas berguna untuk meringkas kegiatan yang

dilakukan oleh perusahaan, termasuk jumlah dana yang dihasilkan dari

kegiatan usaha perusahaan dalam tahun buku yang bersangkutan, dan

melengkapi penjelasan tentang perubahan- perubahan dalam posisi

keuangan selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan aliran kas

mempunyai peran penting dalam memberikan informasi mengenai berapa

besar dan kemana saja dana digunakan serta dari mana sumber dana itu

diambil. Informasi yang diperoleh dari laporan ini dapat menunjukkkan

apakah perusahaan hasil atau efek dari kegiatan perusahaan yaitu

operasi, investasi, dan pendanaan.

18
3. Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan pembuatan atau penyusunan laporan keuangan yaitu: 11

a. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah aktiva (harta)

yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

b. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah kewajiban dan

modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini.

c. Memberikan informasi tentang jenis dan jumlah pendapatan yang

diperoleh pada suatu periode tertentu.

d. Memberikan informasi tentang jumlah biaya dan jenis biaya yang

dikeluarkan perusahaan dalam suatu periode tertentu.

e. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi

terhadap aktiva, pasiva dan modal perusahaan.

f. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen perusahaan

dalam suatu periode.

g. Memberikan informasi tentang catatan-catatan atas laporan

keuangan.

h. Informasi keuangan lainnya.

Laporan keuangan diharapkan dapat memenuhi kebutuhan bersama

sebagai pengguna laporan keuangan, serta dapat digunakan sebagai bentuk

laporan dan pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang

dipercayakan kepadanya.

11
Ibid, hlm. 11

19
4. Laporan Keuangan Bank

Laporan keuangan merupakan output dan hasil akhir dari proses

akuntansi. Laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi

para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan

keputusan. Dalam dunia perbankan, salah satu aspek penting dalam

pencapaian good corporate governance (tatakelola perusahaan yang baik)

di Indonesia adalah transparansi kondisi keuangan bank kepada publik.

Adanya transparansi diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan

publik terhadap lembaga perbankan nasional. Selain itu, dalam

menciptakan disiplin pasar (market discipline) perlu diupayakan

peningkatan transparansi kondisi keuangan dan kinerja bank untuk

memudahkan penilaian oleh pelaku pasar melalui publikasi laporan

kepada masyarakat luas.

Sehubungan dengan validitas dari informasi yang akan

dipergunakan oleh publik pada umumnya dan pelaku pasar pada

khususnya maka diperlukan adanya suatu standar akuntansi yang

digunakan oleh perbankan serta audit terhadap informasi keuangan

yang disajikan. Oleh karena itu, dalam Peraturan Bank Indonesia

dijelaskan aturan mengenai Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia

serta hubungan antara bank, Akuntan Publik, serta Bank Indonesia.

Dalam rangka peningkatan transparansi kondisi keuangan,

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 3/22/PBI/2001 tangggal

13 Desember 2001, bank wajib menyusun dan menyajikan laporan

20
keuangan dengan bentuk dan cakupan yang terdiri dari :

a. Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Tahunan;

b. Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan;

c. Laporan Keuangan Publikasi Bulanan; dan

d. Laporan Keuangan Konsolidasi.

C. Kebangkrutan

1. Pengertian Kebangkrutan

Kebangkrutan adalah suatu kondisi di saat perusahaan mengalami

ketidakcukupan dana untuk menjalankan usahanya. Menurut Undang –

undang Kepailitan No. 4 Tahun 1998, debitur yang mempunyai dua atau

lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh

waktu dan dapat ditagih, dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan

yang berwenang, baik atas permohonannya sendiri, maupun atas

permintaan seorang atau lebih krediturnya.

Kebangkrutan merupakan kegagalan perusahaan dalam

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan

merupakan kondisi dimana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi

kewajibannya.12

Analisis Kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh tanda-tanda

awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebankrutan semakin baik

bagi manajemen karena manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan.

Kreditur dan pemegang saham bisa melakukan persiapan untuk mengatasi

12
Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : Tujuh Analisis Rasio Keuangan, PPM, Jakarta,
2008, hlm. 177

21
berbagai kemungkinan yang buruk. Tanda-tanda kebangkrutan dalam hal

ini dilihat dengan menggunakan data-data akuntansi.

Kesulitan keuangan bisa berarti mulai dari kesulitan likuidasi yang

merupakan kesulitan keuangan paling ringan, sampai ke pernyataan

kebangkrutan, yang merupakan kesulitan keuangan yang paling berat.

Ada beberapa indikator yang bisa menjadi prediksi kebngkrutan

perusahaan. Salah satu sumbernya adalah analisis aliran kas untuk saat ini

atau untuk masa mendatang dan analisis strategi perusahaan. Sumber lain

adalah laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan bisa dipakai

untuk memprediksi kebangkrutan dengan asumsi bahwa distribusi variabel

keuangan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Jika

beberapan variabel dipakai untuk memprediksi, ada kemungkinan hasil

yang saling bertentangan akan diperoleh. Untuk mengatasi kelemahan

semnacam itu metode prediksi multivariate bisa digunakan.

Kegagalan (Failure) dapat didefinisikan dalam beberapa cara, dan

kegaglan tidak harus menyebabkan keruntuhan atau pembubaran

perusahaan. Kegagalan tidak harus menyebabkan keruntuhan atau

pembubaran perusahaan. Kegagalan ekonomis berarti bahwa pendapatan

perusahaan tidak mampu menutup biayanya sendiri. Sedangkan kegagalan

keuangan berarti jika perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pada

waktunya harus dipenuhi, walaupun harta totalnya melebihi kewajibannya

totalnya.

22
2. Faktor-faktor Penyebab Kebangkrutan

Ada tiga jenis kegagalan perusahaan yaitu:

1) Perusahaan yang menghadapi tecnically insolvent, jika perusahaan

tidak dapat memenuhi kewajibannya yang segera jatuh tempo tetapi

aset perusahaan nilainya lebih tinggi daripada hutangnya.

2) Perusahaan yang menghadapi legally insolvent, jika nilai aset

perusahaan lebih rendah daripada nilai hutang perusahaan.

3) Perusahaan yang menghadapi kebangkrutan yaitu jika tidak dapat

membayar hutangnya dan oleh pengadilan dinyatakan pailit.

Secara garis besar penyebab kebangkrutan dibagi menjadi dua

yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor

yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan

faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung

dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro.13

Faktor internal yang bisa menyebabkan kebangkrutan perusahaan

meliputi:

a. Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus

menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak dapat

membayar kewajibannya. Ketidakefisienan ini diakibatkan oleh

pemborosan dalam biaya, kurangnya keterampilan dan keahlian


13
Darsono dan Ashari, Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Edisi Kesatu, ANDI,
Yogyakarta, 2005, hlm. 101

23
manajemen.

b. Ketidakseimbangan dalam modal yang dimiliki dengan jumlah

piutang-hutang yang dimiliki. Hutang yang terlalu besar akan

mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil

laba. Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aktiva

yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan

pendapatan.

c. Moral Hazard oleh manajemen. Kecurangan yang dilakukan oleh

manajemen perusahaan bisa mengakibatkan kebangkrutan.

Kecurangan ini akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan

yang pada akhirnya membangkrutkan perusahaan. Kecurangan ini

bisa berbentuk manajemen yang korup atau memberikan informasi

yang salah pada pemegang saham atau investor.

Sedangkan faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan

berasal dari faktor yang berhubungan langsung dengan perusahaan

meliputi pelanggan, supplier, debitor, kreditor, pesaing ataupun dari

pemerintah. Sedangkan faktor eksternal yang tidak berhubungan langsung

dengan perusahaan meliputi kondisi perekonomian secara makro ataupun

faktor persaingan global.

Faktor-faktor eksternal yang bisa mengakibatkan kebangkrutan :

a. Perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi

oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga

24
terjadi penurunan dalam pendapatan. Untuk menjaga hal tersebut

perusahaan harus mengantisipasi kebutuhan pelanggan dengan

menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.

b. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi

kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Untuk

mengantisipasi hal tersebut perusahaan harus selalu menjalin

hubungan baik dengan supplier dan tidak menggantungkan

kebutuhan bahan baku pada satu pemasok sehingga risiko

kekurangan bahan baku dapat diatasi.

c. Faktor debitor juga harus diantisipasi untuk menjaga agar debitor

tidak melakukan kecurangan-kecurangan dengan mengemplang

hutang. Terlalu banyak piutang yang diberikan pada debitor

dengan jangka waktu pengembalian yang lama akan

mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Untuk

mengantisipasi hal tersebut, perusahaan harus selalu memonitor

piutang yang dimiliki dan keadaan debitor supaya bisa melakukan

perlindungan dini terhadap aktiva perusahaan.

d. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditor juga bisa

berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Apalagi

dalam Undang-undang no. 4 tahun 1998, kreditor bisa

mempailitkan perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut,

perusahaan harus bisa mengelola hutangnya dengan baik dan juga

membina hubungan baik dengan kreditor.

25
e. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar

selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan

perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Semakin

ketatnya persaingan menuntut perusahaan agar selalu

memperbaiki produk yang dihasilkan, memberikan nilai tambah

yang lebih baik bagi pelanggan.

f. Kondisi perekonomian secar global juga harus selalu

diantisipasi oleh perusahaan. Dengan semakin terpadunya

perekonomian dengan negara-negara lain, perkembangan

perekonomian global juga harus diantisipasi oleh perusahaan.

3. Manfaat Informasi Kebangkrutan

Informasi kebangkrutan sangat bermanfaat bagi beberapa pihak

seperti berikut:

1) Pemberi Pinjaman

Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk maengambil

keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat

untuk kebijakan untuk memonitor pinjaman yang ada.

2) Investor

Investor saham atau obligasi yang dikeluarkan oleh suatu

perusahaan tentunya akan sangat berkepentingan melihat adanya atau

tidaknya kemungkinan bangkrut. Investor yang menganut strategi aktif

akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-

tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi

26
kemungkinan tersebut.

3) Pemerintah

Pada beberapa sektor usaha, lembaga pemerintah mempunyai

tanggung jawab untuk mengawasi jalannya usaha tersebut dan

pemerintah mempunyai badan- badan usaha yang harus selalu diawasi.

Lembaga pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda

kebangkrutan lebih awal supaya tindakan- tindakan yang perlu bisa

dilakukan lebih awal.

4) Akuntan

Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi

kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan

going concern suatu perusahaan.

5) Manajemen

Apabila manajemen bisa mendeteksi kebangkrutan lebih awal

maka tindakan- tindakan penghematan bisa dilakukan yang berkaitan

dengan munculnya biaya kebangkrutan.misalnya dengan merger atau

restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa

dihindari.(Hanafi dan halim, 2000: 261).

D. Financial Distress

Kondisi financial distress perusahaan didefinisikan sebagai tahap

penurunan kondisi di mana mengalami laba bersih (net profit) negatif

selama beberapa tahun, dan hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk

27
memenuhi kewajiban perusahaan (Insolvency). Insolvency dapat dibedakan

dalam 2 kategori, yaitu:

1. Technical Insolvency

Bersifat sementara dan munculnya karena perusahaan kekurangan

kas untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek.

2. Bankruptcy Insolvency

Bersifat lebih serius dan munculnya ketika total nilai hutang

melebihi nilai total aset perusahaan atau nilai ekuitas perusahaan negatif.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi

financial distress yaitu antara lain kenaikan biaya operasi, ekspansi

berlebihan, ketinggalan teknologi, kondisi persaingan, kondisi ekonomi,

kelemahan manajemen perusahaan dan penurunan aktifitas perdagangan

industri. Dalam kondisi ekonomi yang tidak buruk, kebanyakan

perusahaan yang mengalami financial distress adalah akibat dari

kelemahan manajemen.

E. Model Zmijewski (X-Score)

Zmijewski (1984) mensyaratkan satu hal yang krusial. Proporsi dari

sampel dan populasi harus ditentukan di awal, sehingga didapat besaran

frekuensi prediksi financial distress perusahaan. Frekuensi ini diperoleh

dengan membagi jumlah sampel yang mengalami financial distress dengan

jumlah sampel keseluruhan. Berdasarkan metode tersebut, maka

Zmijewski (1984) menghasilkan model sebagai berikut:

28
Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset

X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Model Zmijewski memiliki nilai cut off sebesar 0, artinya jika skor

perusahaan kurang dari 0, maka perusahaan tersebut masuk dalam non

financial distress. Sebaliknya, jika skornya lebih dari 0, maka perusahaan

diprediksi mengalami financial distress. Zmijewski (1984) telah mengukur

akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi 94,9%.14

Klasifikasi perusahaan yang sehat dan bangkrut didasarkan pada

nilai standar yang ditetapkan Zmijewski yaitu:

a. Jika nilai Z < 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan

yang sehat (tidak berpotensi bangkrut).

b. Jika nilai Z > 0 maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan

yang berpotensi akan mengalami kebangkrutan.

14
Aprilia Safitri dan Ulil Hartono, “Uji Penerapan Prediksi Financial Distress Altman, Springate,
Olhson dan Zmijewski Pada Perusahaan Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Ilmu
Manajemen, Vol. 2 No 2, (April 2014), hlm. 334.

29
F. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu

Nama Model Hasil Perbedaan


Judul
Peneliti Analisis Penelitian Dengan Penulis

Edward I Financial Ratio, Altman Fungsi Perbedaan

Altman Discriminant Zscore diskriminan penelitian Edward

(1968) Analysis and The Original. yang dihasilkan ini dengan penulis

Predictionof Z adalah penelitian

Corporate = 0,012 X1 + ini menggunakan

Bankruptcy 0,014 X2 + perusahaan

0,033 X3 + manufaktur dan

0,006 X4 + menggunakan

0,999 model altman

X5, fungsi zscore original

diskriminan sedangkan

yang dihasilkan penulis

mampu menggunakan

mengklasifikasi perusahaan bank

kan sampel umum syariah

estimasi sebesar dan menggunakan

95% dan model zmijewski.

30
sampel validasi

sebesar 83%.

Ayuk ANALISIS Zmijewski Hasil penelitian Perbedaan

Priyantini PENGGUNAA (X-Score) ini penelitian ayuk

(2013) N MODEL menunjukkan ini dengan

ZMIJEWSKI bahwa Model penulis adalah

(X-SCORE) Zmijewski dapat peneliti ayuk

UNTUK digunakan menggunakan

MEMPREDIK untuk perusahaan sektor

SI KONDISI memprediksi property dan real

FINANCIAL kondisi estate sebagai

DISTRESS Financial objek

PADA Distress penelitiannya

PERUSAHAA perusahaan dan sedangkan pen

N SEKTOR memberikan ulis menggunakan

PROPERTI hasil yang perbankan syariah

DAN REAL berbeda-beda sebagai objek

ESTATE pada setiap penelitian dan

YANG perusahaan, dalam periode

TERDAFTAR sehingga dari yang berbeda.

DI BURSA 225 perusahaan

EFEK diprediksi

INDONESIA terdapat 2

31
(BEI) perusahaan

PERIODE dalam kondisi

2009-2013 Financial

Distress dan

223 perusahaan

lainnya tidak

dalam kondisi

Financial

Distress. Selain

itu, hasil

penelitian

menunjukkan

keakuratan pada

kategori

Shareholder’s

Equity sebesar

99%, kategori

Net Income

sebesar 85%,

dan kategori

Cash Flow

Ratio sebesar

99%.

32
Novita Analisis Zmijewski Hasil penelitian Perbedaan

Rahmadani Pengaruh (X-Score) ini penelitian novita

(2013) Rasio menunjukkan ini dengan penulis

Likuiditas, bahwa adalah penelitian

Rasio perusahaan novita

Profitabilitas, perbankan yang menggunakan

Rasio diteliti rata-rata bank

Rentabilitas memiliki rasio konvensional

Ekonomi dan keuangan yang sebagai objek

Rasio positif, terdapat penelitiannya,

Laverage 4 perusahaan sedangkan

Terhadap yang diprediksi penulis

Prediksi berpotensi menggunakan

Financial financial bank umum

Distress (Studi distress, 4 syariah sebagai

Kasus Pada perusahaan grey objek penelitian

Sektor area dan 1 dan dalam

Perbankan Di perusahaan periode yang

Bursa Efek yang sehat. berbeda.

Indonesia Secara simultan

Periode 2009- rasio likuiditas,

2013) rasio

profitabilitas,

33
rasio

rentabilitas

ekonomi, dan

rasio laverage

berpengaruh

terhadap

prediksi

financial

distress.

MilaFatma Jurnal Altman Z- Jurnal ini Perbedaan

wati (2012) Keuangan dan Score, menjelaskan peneliti

Perbankan, Springate tentang sebelumnya

Vol. 16 S-Score, pemilihan dengan penulis

No. 1, Januari Zmijewski metode terbaik adalah dalam

2012. X-Score dalam dalam penelitian mila

“Penggunaan memprediksi menggunakan

Model Zmijewski potensi tiga model

Model, The terjadinya sedangkan

Altman Model, kebangrutan penulis hanya

Dan The menggunakan menggunaka satu

Springate Model model model yaitu

sebagai Zmijewski, Zmijewski X-

Prediktor Springate dan Score

34
Delisting”. Altman pada

perusahaan

yang masih

terdaftar di BEI.

Hasil diketahui

bahwa dari

ketiga model,

prediktor

delisting terbaik

adalah model

Zmijewski lebih

akurat

dibandingkan

dengan model

Altman dan

Springate. Hal

ini karena

model

Zmijewski lebih

menekankan

besarnya utang

dalam

memprediksi

35
delisting.

Aprilia Jurnal Ilmu Altman, Jurnal ini berisi Perbedaan penulis

Safitri dan Manajemen, Springate, tentang metode dengan peneliti

Ulil Vol. 2 Olhson, ketepatan dan sebelumnya

Hartono No. 2, 2014. Zmijewski keakuratan adalah objek

(2014) “Uji Penerapan memprediksi penelitian yang

Prediksi financial berbeda penulis

Financial distress pada menggunakan

Distress perusahaan bank umum

Altman, sektor keuangan syariah

Springate, yang listing di sedangkan

Olhson, dan BEI. Hasil peneliti

Zmijewski Pada menunjukkan sebelumnya

Perusahaan model dengan menggunakan

Sektor tingkat akurasi perusahaan BEI

Keuangan di tertinggi yaitu

Bursa Efek model

Indonesia”. Springate.

Selanjutnya

berturut-turut

diikuti oleh

model

Zmijewski,

36
model Altman

dan model

Ohlson.

Sumber : Jurnal dan Skripsi Diolah

37
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lingkup Penelitian

Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia yang terdaftar dalam

Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berjumlah 12 BUS.

Daftar dari perusahaan Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia dapat

dilihat pada table berikut ini :

Tabel 3.1

Daftar Bank Umum Syariah

Kode Tahun
No Bank Umum Syariah Bank Berdiri Bank
1. Bank Muamalat Indonesia BMIUmum November
Umum 1991
2. Bank Victoria Syariah BVS April 2010
3. BRI Syariah Syariah
BRIS Syariah
November 2008
4. B.P.D Jawa Barat Banten BJBS Januari 2010
5. BNI Syariah BNIS April 2000
6. Syariah
Bank Syariah Mega Indonesia BMS Juli 2004
7. Bank Panin Syariah BPS Desember 2009
8. Bank Syariah Bukopin BSB Oktober 2008
9. Bank Syariah Mandiri BSM November 1999
10. BCA Syariah BCAS April 2010
11. Maybank Syariah MBS Oktober 2010
12. BTPN Syariah BTPNS Mei 2014
Sumber : Otoritas Jasa Keuangan

Dari daftar Bank Umum Syariah di atas, penulis akan

menggunakan 4 Bank Umum Syariah saja sebagai sampel penelitian yaitu

BCA Syariah, Mega Syariah, Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin

Syariah.

38
B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang,

benda- benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau

kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian. Polpulasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan bank syariah.

Sampel merupakan bagian dari populasi. Dengan menggunakan

sampel, maka dapat diperoleh suatu ukuran yang dinamakan statistik.

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Sampel

Purposive (Purposive Sampling). Penarikan sampel Purposive adalah

penarikan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut

didasarkan pada kepentingan atau tujuan penelitian. Pengambilan sampel

pada penelitian ini adalah berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Bank syariah yang dipilih adalah bank yang sudah berdiri menjadi

Bank Umum Syariah sejak tahun 2012-2015.

2. Bank Umum Syariah mempunyai kelengkapan data laporan keuangan

yang telah di audit dan dipublikasikan dari tahun 2012-2015.

3. Bank Umum Syariah yang assetnya hampir setara pada tahun 2012-

2015.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data yang

diukur dalam suatu skala numerik (angka). Dalam penelitian ini

menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan perusahaan yang

39
diambil dan dikutip dari data-data yang sudah ada kemudian diolah dan

dianalisis.

Semua data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari

laporan keuangan tahunan yang dipublikasikan oleh Bank Umum Syariah.

Penelitian ini menggunakan laporan keuangan pada periode tahun 2012-

2015.

D. Teknik Pengumpulan Data

Di dalam penelitian ini diperlukan metode-metode yang digunakan

untuk mendapatkan data atau bahan keterangan yang digunakan untuk

perhitungan ketepatan prediksi kebangkrutan, yaitu berupa Metode

Dokumentasi.

Metode ini mencakup penghimpunan informasi dan data, melalui

metode studi pustaka dan eksplorasi literature-literatur. Laporan keuangan

publikasi dan buku-buku berkaitan.

E. Operasional Varibel Penelitian

Penelitian ini menggunakan model analisis Zmijewski (X-Score)

untuk memprediksi kebangkrutan. Variabel-variabel yang digunakan

terdapat 3 rasio yaitu Return On Assets (ROA), Debt to Asset,Current

Ratio.

1. X1 = Return On Assets

Return On Asset (ROA) adalah rasio perbandingan antara

pendapatan tahun berjalan terhadap total aktiva. Semakin tinggi nilai rasio

40
ini menunjukkan pendapatan bank syariah yang meningkat karena

pengelolaan asset yang baik. Rumus rasio ROA ini adalah:

Return On Assets = Laba bersih

Total asset

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP

tahun 2004 diperoleh standar untuk nilai rasio ROA yaitu:

Tabel 3.2

Kriteria Nilai ROA

Peringkat Kreteria Penilaian Predikat


1 ROA > 1,5 % Sangat Sehat
2 1,25 % < ROA ≤ 1,5 % Sehat
3 0,5 % < ROA ≤ 1,25 % Cukup Sehat
4 0 % < ROA ≤ 0,5 % Kurang Sehat
5 ROA ≤ 0,5% Tidak Sehat
Sumber : SE Bank Indonesia No.9/24/DPbS tahun 2007

2. X2 = Debt Ratio

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan

total aktiva. Semakin rendah rasio ini menunjukkan bahwa semakin baik

keadaan keuangan perusahaan. Standar industri untuk rasio ini menurut

Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%. Rumus Debt Ratio :

Debt Ratio = Total kewajiban

Total asset

3. X3 = Current Ratio

Rasio umum yang digunakan dalam analisa laporan keuangan

adalah ratio lancar (current ratio, working capital ratio atau disebut

41
banker’s ratio) yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik kinerja keuangan

perusahaan yang ditunjukkan. Kasmir (2008:143) standar industri current

ratio adalah sebanyak 2 kali.

F. Metode Analisis Data

Analisis dilakukan dari data laporan keuangan berupa laporan

neraca dan laporan laba rugi. Data atau hasil perhitungan rasio-rasio

tersebut kemudian dianalisis lebih jauh dengan menggunakan rasio-rasio

yang ada dalam metode X-Score. Formula yang digunakan pada penelitian

ini merupakan formula untuk perusahaan sektor keuangan, adapun rumus

yang digunakan sebagai berikut :

Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio TLTA = Total kewajiban/Total aset

X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Rasio-rasio Zmijewski X-Score yaitu :

1. X1 Return On Assets = Laba bersih/ Total aset

Return on assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang

dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari

aktiva yang digunakan. Return on assetsmerupakan perbandingan antara

laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total aktiva yang dimiliki

42
perusahaan. Return on assets (ROA) yang positif menunjukkan bahwa dari

total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi, perusahaan mampu

memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya apabila return on

assets yang negatif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang

dipergunakan, perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu

perusahaan mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut

berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan. Tetapi jika total

aktiva yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka

perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat

pertumbuhan.

2. X2 Debt Ratio = Total kewajiban/ Total aset

Rasio ini merupakan perbandingan antara total kewajiban dengan total

aktiva. Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban dapat

ditutupi oleh aktiva. Total kewajiban itu sendiri dari penjumlahan

kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Rasio ini

merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi antara kewajiban yang

dimilki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Semakin rendah rasio ini

menunjukkan bahwa semakin baik keadaan keuangan perusahaan. Standar

industri untuk rasio ini menurut Kasmir (2008:164) adalah sebesar 35%.

3. X3 Current Ratio = Aset lancar/ Kewajiban lancar

Rasio umum yang digunakan dalam analisa laporan keuangan adalah

ratio lancar (current ratio, working capital ratio atau disebut banker’s ratio)

yang memberikan ukuran kasar tentang tingkat likuiditas perusahaan.

43
Current ratio diperoleh dengan jalan membagi aktiva lancar (current

assets) dengan hutang jangka pendek (current liabilities). Semakin tinggi

rasio berarti semakin terjamin hutang-hutang perusahaan kepada

kreditur. Bagi kreditur semakin tinggi rasio lancar semakin bagus, akan

tetapi untuk perusahaan tertentu dapat berarti lain. Apabila rasio ini tinggi

dapat diartikan perusahaan kelebihan aktiva lancarnya atau ada yang tidak

optimal.

Apabila perhitungan metode X-Score telah dilakukan dengan

serangkaian rasio-rasio keungan yang dimasukkan dalam suatu persamaan

diskriminan maka akan menghasilkan suatu angka atau skor tertentu.

Angka ini memiliki penjelasan atau nilai cut off tertentu.

44
Tabel 3.3

Nilai Cut Off Model Zmijewski

Nilai Skor Katerangan


Z>0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan

dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan


Z<0 Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang

sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan

4. Penarikan Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari analisis data, selanjutnya penulis

akan melakukan penarikan kesimpulan umum yang berkaitan dengan teori

yang mendasari penelitian yaitu analisis Zmijewski X-Score yang

diperoleh dari perhitungan. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan apakah

perusahaan yang diteliti akan mengalami kebangkrutan atau tidak sesuai

dengan kriteria yang diinterpretasikan dalam model Zmijewski X-Score.

45
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses dan Hasil Analisis Data Variabel X

Dalam model prediksi Zmijewski X-Score terdapat tiga indikator

dari rasio- rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat

perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut, yaitu :

laba bersih dibagi total asset (ROA), total kewajiban dibagi total aset

(Debt Ratio), dan aset lancar dibagi kewajiban lancar (Current Ratio).

1) Laba bersih/Total aset (X1)

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai return on asset

yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :

Tabel 4.1
Hasil Return On Asset Bank Umum Syariah

Tahun (Dalam %) Rata-


No. Bank Umum Syariah Prediksi
rata
2012 2013 2014 2015
1. BCA Syariah 0.52 0.62 0.43 0.53 0.52 Cukup sehat
2. Bank Mega Syariah 2.26 1.63 0.22 0.21 1.08 Cukup sehat
3. Bank Bukopin Syariah 0.47 0.45 0.16 0.47 0.38 Kurang sehat
4. Bank Panin Syariah 1.73 0.52 1.14 0.75 1.03 Cukup sehat
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan penilaian rentabilitas dari sisi ROA pada tahun 2012

nilai rasio tertinggi ada pada Bank Mega Syariah dengan nilai 2.26% dan

nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.47%.

Pada tahun 2013 nilai rasio ROA tertinggi ada pada Bank Mega Syariah

dengan nilai 1.63% dan nilai rasio terendah ada pada Bank Bukopin

46
Syariah dengan nilai 0.45%. Pada tahun 2014 nilai rasio tertinggi ada

pada Bank Panin Syariah dengan nilai 1.14% dan nilai rasio terendah ada

pada Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16%. Pada tahun 2015 nilai

rasio tertinggi ada pada Bank Panin Syariah dengan nilai 0.75% dan nilai

rasio terendah ada pada Bank Mega Syariah dengan nilai 0.21%.

Hasil dari data pada tabel di atas, nilai rasio ROA yang dihasilkan

oleh rata- rata BUS masih tergolong rendah, padahal semakin tinggi nilai

rasio ini berpotensi semakin besar bank umum syariah dalam

menghasilkan pendapatan dari pengelolaaan aktiva yang dimiliki. Bank

umum syariah dikategorikan mempunyai ROA yang baik jika nilai ROA

berada di atas 1.5%.

Selama kurun waktu empat tahun terakhir pada periode 2012-2015

nilai ROA tertinggi ada pada tahun 2012 yaitu Bank Mega Syariah dengan

nilai 2.26%, artinya Bank Mega Syariah mampu menghasilkan pendapatan

sebesar 2.26% dari total aktiva yang digunakan. Rasio ROA terendah ada

pada tahun 2014 yaitu Bank Bukopin Syariah dengan nilai 0.16%, artinya

Bank Bukopin Syariah hanya mampu menghasilkan pendapatan sebesar

0.16% saja dari total aktiva yang digunakan dan itu masuk ke dalam

kategori yang kurang baik karena masih dibawah nilai 1.5%.

2) Total kewajiban/Total aset (X2)


Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai Debt Ratio yang

telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :

47
Tabel 4.2
Hasil Debt to Asset Ratio Bank Umum Syariah

Tahun (Dalam %)
No. Bank Umum Syariah
2012 2013 2014 2015
1. BCA Syariah 16.02 13.47 10.83 9.04
2. Bank Mega Syariah 25.93 20.88 18.46 16.80
3. Bank Bukopin Syariah 92.44 23.38 16.01 15.03
4. Bank Panin Syariah 9.77 9.93 14.29 11.79
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan penilaian dari tabel diatas nilai debt to asset ratio

yang paling tinggi tahun 2012 ada pada Bank Bukopin Syariah dengan

nilai 92.44%. Artinya lebih dari 50% pendanaan pada Bank Bukopin

Syariah dibiayai dengan hutang. Namun pada tahun 2014 dan 2015 Bank

Bukopin Syariah nilai debt rationya semakin kecil, artinya hutang yang

dimiliki oleh Bank Bukopin Syariah semakin kecil dan bisa meningkatkan

total aktiva. Apabila debt ratio semakin tinggi, sementara proporsi total

aktiva tidak berubah maka hutang yang dimiliki perusahaan semakin

besar. Total hutang semakin besar berarti rasio financial atau rasio

kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin tinggi.

Dan sebaliknya apabila debt ratio semakin kecil maka hutang yang

dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan ini berarti risiko financial

perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil.

Hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa, nilai debt ratio tiga

dari empat bank umum syariah yaitu BCA Syariah, Bank Mega Syariah

48
dan Bank Bukopin Syariah setiap tahunnya semakin kecil, artinya hutang

yang dimiliki perusahaan juga akan semakin kecil dan risiko financial

perusahaan mengembalikan pinjaman juga semakin kecil. Sedangkan

Bank Panin Syariah setiap tahunnya nilai debt ratio semakin tinggi dan

baru mengalami penurunan pada tahun 2015. Namun hal ini tidak

menunjukkan bahwa Bank Panin Syariah masuk ke dalam kategori

perusahaan yang tidak baik, karena lebih dari 50% pendanaan pada Bank

Panin Syariah masih dibiayai oleh modal sendiri.

3) Aset lancar/Kewajiban lancar (X3)

Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan nilai Current Ratio

yang telah dimiliki oleh bank umum syariah periode 2012-2015 :

Tabel 4.3

Hasil Current Ratio Bank Umum Syariah

Tahun (Dalam %)
No. Bank Umum Syariah
2012 2013 2014 2015
1. BCA Syariah 618.83 740.87 898.50 1084.58
2. Bank Mega Syariah 391.19 483.05 335.13 583.82
3. Bank Bukopin Syariah 106.04 441.58 653.95 722.18
4. Bank Panin Syariah 1041.47 1022.75 704.08 857.12
Sumber : Data Diolah

Berdasarkan hasil dari tabel diatas menunjukkan bahwa 2 dari 4

bank umum syariah yang mengalami kenaikkan nilai current ratio setiap

tahunnya selama kurun waktu empat tahun hanya ada pada BCA Syariah

49
dan Bukopin Syariah. Kedua bank umum syariah lainnya bersifat

fluktuatif disetiap tahunnya.

Pada tahun 2012 nilai tertinggi ada pada Bank Panin Syariah

sebesar 1041.47% artinya, jumlah asset lancar sebanyak 1041.47% kali

dari hutang lancar. Namun, Bank Panin Syariah mengalami penurunan

pada tahun 2014 dengan nilai sebesar 704.08% artinya, jumlah asset lancar

sebanyak 704.08% kali saja dari hutang lancar. Pada akhir periode 2015

Bank Panin Syariah mengalami kenaikkan dari tahun sebelumnya dengan

nilai 857.12%. Sedangkan Bank Mega Syariah mengalami kenaikan dan

penurunan disetiap tahunnya.

Jika rata-rata industri untuk current ratio adalah dua kali, maka

keadaan bank umum syariah selama kurun waktu empat tahun berada

dalam kondisi baik. Karena disetiap tahun nilai rasio bank umum syariah

berada diatas nilai rata-rata industri.

B. Proses dan Hasil Analisis Data X-Score

Setelah diperoleh nilai-nilai rasio keuangan masing-masing

perusahaan, maka langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan

perhitungan X-Score dari hasil interpelasi nila rasio tersebut. Kemudian

nilai X-Score tersebut dibandingkan dengan kriteria yang telah ditetapkan

Zmijewski agar dapat memprediksi kondisi kesehatan keuangan dari

masing-masing bank umum syariah. Berdasarkan bank umum syariah

yang diteliti, yaitu BCA Syariah, Bank Mega Syariah, Bank Bukopin

Syariah, dan Bank Panin Syraiah.

50
Untuk mengetahui hasil nilai X-Score, rumus yang digunakan

adalah :

Dimana :

X1 ROA = Laba bersih/Total aset

X2 Debt Ratio (TLTA) = Total kewajiban/Total aset

X3 Current Ratio = Aset lancar/Kewajiban lancar

Zmijewski (1984) menyatakan bahwa perusahaan dianggap

bangkrut jika probabilitasnya lebih besar dari 0 dengan kata lain, nilai X

nya adalah 0. Maka dari itu, nilai Cut-Off yang berlaku dalam model ini

adalah 0. Hal ini berarti perusahaan yang nilai X-nya lebih besar dari atau

sama dengan 0 diprediksi akan mengalami Financial Distress di masa

depan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai X lebih kecil dari 0

diprediksi tidak akan mengalami Financial Distress. Zmijewski (1984)

telah mengukur akurasi modelnya sendiri, dan mendapatkan nilai akurasi

94,9%.

51
Tabel 4.4

Nilai Cut Off Model Zmijewski

Nilai Skor Katerangan


Z>0 Menunjukkan perusahaan mengalami kesulitan keuangan

dan beresiko tinggi yang mengarah pada kebangkrutan


Z<0 Menunjukkan perusahaan dalam kondisi keuangan yang

sehat dan tidak berisiko pada kebangkrutan

Setelah menghitung variabel kemudian dimasukkan ke dalam

rumus X-Score. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil nilai X-

Score yang dimiliki oleh bank umum syariah selama periode 2012-2015.

52
Tabel 4.5

Hasil X-Score Bank Umum Syariah

X-Score
No. Bank Umum Syariah Rata-rata Prediksi
2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah -10.143 -11.505 -13.218 -15.179 -12.511 Aman

2. Bank Mega Syariah -7.394 -8.563 -7.164 -9.740 -8.215 Aman

3. Bank Bukopin Syariah -0.882 -7.974 -10.482 -11.228 -7.641 Aman

4. Bank Panin Syariah -14.751 -14.512 -11.112 -12.763 -13.284 Aman

Sumber : Data Diolah

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai X-Score pada Bank

Umum Syariah pada periode tahun penelitian 2012-2015 tidak

menunjukkan kriteria dari model Zmijewski X-Score masuk kedalam

kategori buruk yang berarti perusahaan akan mengalami kebangkrutan.

Hasil dari data diatas nilai X-Score dari masing-masing bank umum

syariah dibawah nilai cut off yaitu 0, maka bank umum syariah masuk

kedalam kategori aman dan cenderung stabil meskipun nilai X-Score

bersifat fluktuatif disetiap tahunnya.

Nilai rata-rata X-Score pada bank umum syariah selama masa

penelitian tahun 2012-2015 adalah pada bank BCA Syariah senilai -

12.511, bank Mega Syariah sebesar -8.215, bank Bukopin Syariah dengan

nilai -7.641 dan pada bank Panin Syariah sebesar -13.284. Bank umum

syariah tidak mengalami permasalahan keuangan yang berpotensi

53
mengalami kebangkrutan. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata X-Score yang

ada pada bank umum syariah menunjukkan nilai X < 0 yaitu perusahaan

dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak beresiko pada kebangkrutan.

X-Score yang baik biasanya juga ditandai dengan rasio solvabilitas yang

baik, yakni kemampuan perusahaan membayar seluruh kewajibannya, baik

jangka pendek maupun jangka panjang.

C. Interpretasi Hasil Penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi keuangan bank

umum syariah menunjukkan hasil yang stabil cenderung meningkat. Hasil

ini di dapat karena kegiatan usaha yang dilakukan baik dalam kegiatan

penghimpunan dan penyaluran dana oleh bank syariah cenderung dengan

aman. Maksud aman disini adalah bank syariah dalam melakukan

transaksi berlandaskan pada asset dasar (underlying assets) dan kegiatan

penyaluran dana bank syariah lebih ke arah sektor riil dalam

perekonomian domestik. Berbeda dengan bank konvensional yang

kegiatan usahanya cenderung lebih kearah spekulatif dengan melakukan

transaksi-transaksi keuangan yang mempunyai resiko tinggi. Spekulatif

disini maksudnya adalah dengan tergantung pada tingkat suku bunga,

karena keuntungan terbesar bank konvensional didapatkan dari selisih

antara besarnya bunga yang dikenakan kepada para peminjam dana

dengan imbalan bunga yang diberikan kepada nasabah penyimpan.

Penelitian ini juga menunjukkan bahwa kesehatan bank umum

syariah tidak terganggu meskipun krisis ekonomi sedang melanda

54
Indonesia, hal ini dibuktikan dengan bank umum syariah yang

berdasarkan pengukuran tingkat kesehatan berada kategori sehat. Selain

itu dilihat dari prediksi potensi kebangkrutan yang dilakukan bank umum

syariah berada pada kategori tidak bangkrut. Hal ini menunjukkan bahwa

bank syariah dapat bertahan dalam industri perbankan nasional dan

selamat dari krisis keuangan global yang menyebabkan besarnya potensi

kebangkrutan pada bank. Alasannya karena industri perbankan syariah

lebih fleksibel dalam kondisi dan situasi apapun. Ketahanan bank syariah

dalam menghadapi krisis yang mengancam kelangsungan usaha bank

tersebut dikarenakan prinsip dasar dari bank syariah yang mengedepankan

konsep bagi hasil pada kegiatan penghimpunan maupun penyaluran dana,

sehingga resiko ditanggung bersama antara bank dengan pihak nasabah.

1. Analisis terjadinya financial distress pada bank umum syariah di

Indonesia dengan menggunakan metode Zmijewski X-Score periode

2012-2015 hasil menunjukkan beberapa diantaranya :

a. Dari empat bank umum syariah yang diteliti yaitu terdapat satu

bank syariah yang mengalami penurunan laba bersih pada

beberapa kurun waktu yaitu Bank Mega Syariah, dua bank lainnya

yaitu Bank Bukopin Syariah dan Bank Panin Syariah mengalami

laba bersih yang fluktuatif disetiap tahunnya. Bank umum syariah

yang mengalami kenaikkan laba bersih disetiap tahunnya hanya

terjadi pada BCA Syariah selama kurun waktu empat tahun pada

periode 2012-2015. Dengan demikian, adanya penurunan laba

55
bersih saja tidak bisa menjadi indikator sebuah bank dikatakan

mengalami financial distress (kesulitan keuangan).

b. Pada hasil perhitungan dengan menggunakan metode Zmijewski

X-Score memiliki hasil akhir yang menunjukkan bahwa bank

umum syariah masuk kedalam kategori aman. Hal ini dikarenakan

bank umum syarian memiliki nilai X-Score dibawah nilai cut off

yaitu 0. Meskipun nilai ROA yang dimiliki masing-masing bank

umum syariah masih dibawah 1.5% namun itu tidak menunjukkan

bank umum syariah mengalami resiko kebangkrutan.

c. Bank umum syariah (BUS) di Indonesia rasio yang memberikan

pengaruh lebih besar dalam memprediksi kebangkrutan adalah

rasio likuiditas dibandingkan dengan rasio profitabilitas jadi ketika

perusahaan mengalami penurunan laba bersih selama beberapa

tahun atau akhir, itu tidak bisa dijadikan sebuah indikator bahwa

perusahaan mengalami financial distress. Hal ini dibuktikan pada

penelitian ini dengan menggunakan metode Zmijewski, rasio

likuiditas mempengaruhi besarnya score dalam memprediksi

kebangkrutan. Metode Zmijewski diwakili oleh current assets to

current liabilities. Namun, dalam keadaan sebenarnya banyak bank

yang kolaps bukan hanya karena kondisi keuanganya saja yang buruk

tetapi bisa dari kesalahan yang dibuat oleh manajemen bank sehingga

menyebabkan kesulitan likuiditas pada bank tersebut. Terlebih lagi hal

yang paling membahayakan ketika arus kas lebih kecil dari kewajiban

56
hutangnya maka perusahaan tidak akan memiliki cukup dana untuk

membayar krediturnya.

2. Strategi dalam menghindari risiko kebangkrutan.

Berikut beberapa strategi untuk menghindari risiko dalam

menghadapi financial distress (kesulitan keuangan) yang dapat

mengarahkan ke arah yang lebih buruk lagi yaitu kebangkrutan,

diantaranya adalah:

a. Bank harus go public

Bank-bank syariah harus segera go public untuk memperbesar

modal yang dimiliki. Selain dapat menunjang pertumbuhan pangsa pasar

(market share) yang lebih besar, kuatnya permodalan diharapkan akan

dapat meningkatkan aset dan pendapatan yang dimiliki oleh bank. Tapi

sebaiknya pihak manajemen pun harus lebih berhati-hati dalam hal

manajemen assetnya, jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan

menjadi negatif.

b. Besarnya kontribusi pemerintah sebagai pengawas kegiatan

perbankan syariah

Selain peran pihak manajemen bank, untuk menjaga likuiditas

yang baik dan meminimalisir risiko kebangkrutan, peran pemerintah

sebagai pengawas kegiatan perbankan, dalam hal ini Bank Indonesia (BI)

dan Ototitas Jasa Keuangan (OJK) juga sangat penting. Jika terjadi

kelebihan likuiditas misalnya, pemerintah bisa mengatasinya dengan cara

menerbitkan surat berharga seperti sukuk dan lainnya. Selain itu, untuk

57
mengatasi masalah likuiditas antar bank, maka bank syariah dapat

membentuk pooling fund, yang berfungsi sebagai wadah

untuk penyimpanan dana bagi bank yang kelebihan likuiditas serta tempat

untuk meminjam dana bagi bank yang mengalami kesulitan likuiditas.

c. Harus adanya pemberdayaan SDM yang handal

Dalam mengatur likuiditas yang dimiliki oleh bank. Sumber Daya

Manusia yang berkualitas menentukan tepat atau tidaknya langkah-

langkah yang akan ditempuh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Maka dari itu, mulai dari rekruitmen karyawan baru, pelatihan karyawan

dengan memberikan training hard skill, melakukan pembahasan atas

permasalahan yang muncul di lapangan, serta harus adanya apresiasi

terhadap karyawan berprestasi harus menjadi perhatian tersendiri bagi

bank. Maka dari itu, SDM yang ditempatkan di bank syariah sebaiknya

adalah mereka yang memiliki semangat, kesungguhan, dan kompetisi

untuk berkarir di bank syariah.

3. Implikasi kebijakan dalam menghindari risiko kebangkrutan

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan masukan dan acuan untuk

memprediksi kondisi bermasalah bank. Kemudian model prediksi kondisi

bermasalah bank ini dapat juga digunakan sebagai early warning system

oleh pihak pengelola bank. Sehingga pengelola bank dapat segera

melalukan antisipasi atau pencegahan apabila bank tersebut diprediksi

bermasalah agar bank yang bersangkutan tidak mengalami kondisi

keuangan yang lebih buruk lagi yaitu kebangkrutan serta hendaknya bagi

58
manajemen bank minimal satu tahun sekali melakukan evaluasi terhadap

kinerja keuangannya. Beberapa hal yang dapat diperhatikan oleh

manajemen bank umum syariah (BUS) sebagai bahan evaluasi dalam hasil

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi bank yang mengalami kondisi bermasalah untuk

memperbaiki kinerja menurut metode Zmijewski, manajemen

bank harus meningkatkan aset lancarnya jangan sampai hutang

lancarnya melebihi dari nilai aset lancar yang dimilikinya. Dengan

adanya peningkatan aset lancar tentunya akan meningkatkan

likuiditas dalam memperbaiki kinerja bank.

b. Bagi bank yang mengalami kondisi bermasalah untuk

memperbaiki kinerja menurut metode Zmijewski, manajemen

bank harus memperhatikan current liabilities to total assets bahwa

perusahaan dalam mendanai total aktivanya jangan terlalu

bergantung pada modal pinjaman yang berasal dari kreditur karena

semakin besar kewajiban maka hal ini akan membahayakan bagi

suatu perusahaan terlebih lagi pendapatan lebih kecil dari total

kewajiban yang dimilikinya.

59
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasakan hasil penelitian dan pembahasan yang sudah

dijelaskan sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah :

1. Tingkah kesehatan pada bank umum syariah di Indonesia pada

periode 2012-2015 pada variabel ROA (X1) tingkah kesehatan

bank cukup sehat meskipun nilai yang dimiliki oleh masing-

masing bank syariah dibawah 1.5%. Namun, hal ini tidak

menunjukkan bahwa perbankan syariah masuk kedalam kategori

tidak aman karena variabel yang sangat berpengaruh dalam

metode Zmijewski X-Score adalah variabel rasio likuiditas (X3).

Hal ini dibuktikan pada penelitian ini dengan menggunakan

metode Zmijewski, rasio likuiditas mempengaruhi besarnya score

dalam memprediksi kebangkrutan. Metode Zmijewski diwakili

oleh current assets to current liabilities.

2. Bahwa nilai X-Score yang dimiliki oleh masing-masing bank

umum syariah masuk dalam kategori aman dan cenderung stabil,

meskipun nilai yang diperoleh bersifat fluktuatif disetiap

tahunnya. Nilai rata-rata X-Score pada bank umum syariah

selama masa penelitian tahun 2012-2015 adalah pada bank BCA

Syariah senilai -12.511, bank Mega Syariah sebesar -8.215, bank

60
Bukopin Syariah dengan nilai -7.641 dan pada bank Panin

Syariah sebesar -13.284. Bank umum syariah tidak mengalami

permasalahan keuangan yang berpotensi mengalami

kebangkrutan. Hal ini dikarenakan nilai rata-rata X-Score yang

ada pada bank umum syariah menunjukkan nilai X < 0 yaitu

perusahaan dalam kondisi keuangan yang sehat dan tidak beresiko

pada kebangkrutan. X-Score yang baik biasanya juga ditandai

dengan rasio solvabilitas yang baik, yakni kemampuan

perusahaan membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek

maupun jangka panjang.

3. Jika dilihat dari nilai rata-rata X-Score bank syariah yang

mendekati prediksi akan potensi kebangkrutan ada pada Bank

Bukopin Syariah yang memiliki nilai X-Score -7.641. Artinya, -

7.641 lebih mendekati nilai cut off pada metode Zmijewski yaitu

0 dibandingkan dengan bank syariah lainnya.

B. Saran

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari

kesempurnaan. Untuk itu berdasarkan hasil penelitian, maka penulis

memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Diharapkan skripsi ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi pembaca,

terutama mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan penulis

61
berharap, buku ilmiah Perpustakaan diperbaharui dengan buku tahun terbit

terbaru.

2. Bagi Perusahaan

Diharapkan perusahaan memperhatikan besarnya semua aspek keuangan,

karena hal tersebut dapat memberi gambaran keberlangsungan usaha

dimasa sekarang dan dimasa mendatang. Dalam hal ini, perusahaan

memiliki nilai X-Score yang aman dan tidak memiliki permasalahan

keuangan, diharapkan perusahaan dapat selalu mempertahankannya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat menambahkan objek dan

rentang waktu peneltian, menggunakan beberapa metode pembanding

lainnya serta mengolah hasil penelitian dengan uji statistik yang dapat

mengukur permasalahan yang sama.

62
DAFTAR PUSTAKA

Altman, Edward I. 1968. “Financial Ratios, Discriminant Analysis


And The Prediction of Corporate Bankruptcy”. The Journal
Of Finance. Vol. 23 No. 4.

Altman, Edward I. 2000. “Predicting Financial Distress of


Companies: Revisiting The Z- Score and ZETA® Models”.
The Journal Of Finance.

Priyantini, Ayuk. 2013 “Analisis Penggunaan Model Zmijewski Untuk


Memprediksi Kondisi Financial Distress Pada Perusahaan
Properti Dan Real Estate Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hadi, Syamsul dan Atika Anggraeni. 2008. “Pemilihan Prediktor


Delisting terbaik : Perbandingan antara The Zwijewski Model, The
Altman Model, The Springate Model.” Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia, Vol. 2.

Rahmadani, Novi, dkk. 2013. “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio


Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi Dan Rasio Laverage
Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor
Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”.
Universitas Ganesha, Singaraja, Indonesia.

Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan


Keuangan. Edisi Kesatu. Yogyakarta: ANDI.

Fatmawati, Mila. “Penggunaan Model Zmijewski Model, The


Altman Model, Dan The Springate Model sebagai Prediktor

63
Delisting”. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 16 No. 1.
(Januari 2012)

Harahap, Sofyan Safri. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta:


PT. Raja Grafindo Persada. 2009.

Ihsan, Dwi Nur’aini dan Sharfina Putri Kartika. “Potensi Kebangkrutan


Pada Sektor Perbankan Syariah Untuk Menghadapi Perubahan
Lingkungan Bisnis”. Jurnal Etikonomi. Vol. 14 No.2. (Oktober
2015)

Ikatan Akuntan Indonesia. Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan


Penyajian Laporan Keuangan Syariah. Jakarta: Ikatan Akuntan
Indonesia. 2007.

Kasmir. 2008. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Kokyung dan Siti Khairani. 2013. Analisis Penggunaan Altman Z-score


dan Springate untuk Mengetahui Potensi Kebangkrutan pada
PT.Bakrie Telecom Tbk.. Jurnal Jurusan Akuntansi , STIE MDP.

Munawir. 2004. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberti.

Safitri, Aprilia dan Ulil Hartono. “Uji Penerapan Prediksi Financial


Distress Altman, Springate, Olhson dan Zmijewski Pada
Perusahaan Sektor Keuangan Di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Ilmu Manajemen. Vol. 2 No 2. (April 2014)

Yuliastary, Etta Citrawati dan Made Gede Wirakusuma. “Analisis


Financial Distress Dengan Metode Z-Score Altman, Springate,
Zmijewski”. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana. 6.3.
(2014).

Wilopo. “Prediksi Kebangkrutan Bank”. Jurnal Riset Akuntansi


Indonesia. Vol. 4 No. 2. (Mei 2001)

64
Setiadi, Edy. Manajemen Treasury Bank Syariah. Edisi satu. Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Puryati, Dwi dan Savitri. “Model Financial Distress VS Altman Z-Score


Analisa Perbandingan Prediksi Kebangkrutan Di Industri
Perbankan Yang Terdaftar Di BEI Periode 2004-2008”. Finance
and Accounting Journal. Vol. 1 No. 2. (September 2010).

Waqas, H., Nasir, H. And Umair, A., (2014), “Zmijewski Financial


Distress Prediction Model And Its Predictability, A Case of
Karachi Stock Exchange”, Journal of Basic And Applied
Scientific Research, ISSN 2090-4340.

Nurcahyanti, Wahyu, “Studi Komparatif Model Z-Score Altman,


Springate Dan Zmijewski Dalam Mengindikasikan Kebangkrutan
Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI”. Artikel Ilmiah Universitas
Negeri Padang. 2015.

Rahmadani, Novianti. Jurnal “Analisis Pengaruh Rasio Likuiditas, Rasio


Profitabilitas, Rasio Rentabilitas Ekonomi dan Rasio Laverage
Terhadap Prediksi Financial Distress (Studi Kasus Pada Sektor
Perbankan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013)”. Jurnal
Akuntansi Program S1 (Volume 2 No. 1 Tahun 2014)

Toto Prihadi, Deteksi Cepat Kondisi Keuangan : Tujuh Analisis Rasio


Keuangan, PPM, Jakarta, 2008

Komang Devi Methili Purnajaya dan Ni K. Lely A. Merkusiwati,


“Analisis Komparasi Potensi Kebangkrutan dengan metode Z-
Score Altman, Springate, dan Zmijewski pada Industri Kosmetik
yang Terdaftar di BEI”, Jurnal Akuntansi Universitas Udayana,
7.1 (2014)

Agus Sartono, “Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi” (Yogyakarta


: BPFE, 2008).

65
Haryadi Sarjono, “Analisis Laporan Keuangan Sebagai Alat Prediksi
Kemungkinan Kebangkrutan Dengan Model Diskriminan Altman
Pada Sepuluh Perusahaan Properti di Bursa Efek Jakarta.”
(Jakarta : Universitas Bunda Mulia, 2007).

Endri. “Prediksi Kebangkrutan Bank untuk Menghadapi dan Mengelola


Perubahan Lingkungan Bisnis: Analisis Model Altman’s Z-
Score”. Perbarnas Quarterly Review. Vol. 2 No. 1. (Maret 2009):
hlm. 37-42.

Karim Consulting Indonesia, Outlook Perbankan Syariah 2015.

66
LAMPIRAN

Lampiran rangkuman angka variabel dan hasil dengan metode

Zmijewski X-Score berdasarkan laporan keuangan masing-masing bank

syariah pada periode 2012-2015.

Tahun Laba Bersih Total Aset ROA Rata-rata ROA

2012 8.359.925.529 1.602.180.989.705 0.52

2013 12.701.022.880 2.041.418.847.273 0.62


0.52%
2014 12.949.752.123 2.994.449.136.265 0.43

2015 23.436.849.581 4.349.580.046.527 0.53

X2 = Total Kewajiban/Total Aset

Total Rata-rata DAR


Tahun Total Aset DAR
Kewajiban

2012 256.793.877.391 1.602.180.989.705 16.02

2013 275.000.002.371 2.041.418.847.273 13.47


12.34%
2014 324.416.857.496 2.994.449.136.265 10.83

2015 393.622.629.885 4.349.580.046.527 9.04


X3 = Aset Lancar/Hutang Lancar

Tahun Aset lancar Hutang lancar CR Rata-rata CR

2012 1.477.850.924.695 238.810.075.504 618.83

2013 1.930.446.765.361 260.561.575.993 740.87


835.69%
2014 2.778.821.289.090 309.273.017.258 898.50

2015 4.082.410.243.528 376.401.415.620 1084.58

 Bank Mega Syariah


Tahun Laba Bersih Total Asset Total Kewajiban Asset Lancar Hutang Lancar
2012 184.871.633 8.163.668.180 2.117.051.180 7.869.081.784 2.011.547.476
2013 149.539.953 9.121.575.543 1.905.341.988 8.696.674.088 1.800.345.764
2014 15.858.658 7.044.587.889 1.300.748.345 4.000.329.727 1.193.630.933
2015 12.223.583 5.559.819.466 934.524.243 5.074.612.477 869.197.977

X1 = Laba Bersih/Total Aset

Tahun Laba Bersih Total Aset ROA Rata-rata ROA

2012 184.871.633 8.163.668.180 2.26

2013 149.539.953 9.121.575.543 1.63


1.08%
2014 15.858.658 7.044.587.889 0.22

2015 12.223.583 5.559.819.466 0.21


X2 = Total Kewajiban/Total Aset

Total Rata-rata DAR


Tahun Total Aset DAR
Kewajiban

2012 2.117.051.180 8.163.668.180 25.93

2013 1.905.341.988 9.121.575.543 20.88


20.51%
2014 1.300.748.345 7.044.587.889 18.46

2015 934.524.243 5.559.819.466 16.80

X3 = Aset Lancar/Hutang Lancar

Tahun Aset lancar Hutang lancar CR Rata-rata CR

2012 7.869.081.784 2.011.547.476 391.19

2013 8.696.674.088 1.800.345.764 483.05


448.29%
2014 4.000.329.727 1.193.630.933 335.13

2015 5.074.612.477 869.197.977 583.82


 Bank Bukopin Syariah
Tahun Laba Bersih Total Asset Total Kewajiban Asset Lancar Hutang Lancar
2012 17.297.940.859 3.616.107.512.472 3.343.035.359.342 3.468.112.528.410 3.270.527.911.521
2013 19.547.650.105 4.343.069.056.830 1.015.582.161.932 4.168.985.962.013 944.095.862.770
2014 8.498.497.636 5.160.516.781.681 826.544.757.387 4.876.804.830.455 745.744.053.623
2015 27.778.475.573 5.827.153.527.325 876.238.579.155 5.573.015.058.817 771.690.633.482

X1 = Laba Bersih/Total Aset

Tahun Laba Bersih Total Aset ROA Rata-rata ROA

2012 17.297.940.859 3.616.107.512.472 0.47

2013 19.547.650.105 4.343.069.056.830 0.45


0.38%
2014 8.498.497.636 5.160.516.781.681 0.16

2015 27.778.475.573 5.827.153.527.325 0.47

X2 = Total Kewajiban/Total Aset

Total Rata-rata DAR


Tahun Total Aset DAR
Kewajiban

2012 3.343.035.359.342 3.616.107.512.472 92.44

2013 1.015.582.161.932 4.343.069.056.830 23.38


36.71%
2014 826.544.757.387 5.160.516.781.681 16.01

2015 876.238.579.155 5.827.153.527.325 15.03


X3 = Aset Lancar/Hutang Lancar

Tahun Aset lancar Hutang lancar CR Rata-rata CR

2012 3.468.112.528.410 3.270.527.911.521 106.04

2013 4.168.985.962.013 944.095.862.770 441.58


480.93%
2014 4.876.804.830.455 745.744.053.623 653.95

2015 5.573.015.058.817 771.690.633.482 722.18

 Bank Panin Syariah


Total
Tahun Laba Bersih Total Asset Kewajiban Asset Lancar Hutang Lancar
2012 37.098.796 2.140.482.104 209.242.761 2.105.516.943 202.167.600
2013 21.332.026 4.052.700.692 402.609.357 4.004.591.421 391.548.572
2014 70.936.895 6.206.504.337 887.049.913 6.131.719.430 870.872.277
2015 53.578.381 7.134.234.975 841.347.824 7.019.301.248 818.932.349

X1 = Laba Bersih/Total Aset

Tahun Laba Bersih Total Aset ROA Rata-rata ROA

2012 37.098.796 2.140.482.104 1.73

2013 21.332.026 4.052.700.692 0.52


1.03%
2014 70.936.895 6.206.504.337 1.14

2015 53.578.381 7.134.234.975 0.75


X2 = Total Kewajiban/Total Aset

Total Rata-rata DAR


Tahun Total Aset DAR
Kewajiban

2012 209.242.761 2.140.482.104 9.77

2013 402.609.357 4.052.700.692 9.93


11.44%
2014 887.049.913 6.206.504.337 14.29

2015 841.347.824 7.134.234.975 11.79

X3 = Aset Lancar/Hutang Lancar

Tahun Aset lancer Hutang lancar CR Rata-rata CR

2012 2.105.516.943 202.167.600 1041.47

2013 4.004.591.421 391.548.572 1022.75


906.35%
2014 6.131.719.430 870.872.277 704.08

2015 7.019.301.248 818.932.349 857.12

Hasil X-Score Bank Umum Syariah

X-Score
No. Bank Umum Syariah Rata-rata Prediksi
2012 2013 2014 2015

1. BCA Syariah -10.143 -11.505 -13.218 -15.179 -12.511 Aman

2. Bank Mega Syariah -7.394 -8.563 -7.164 -9.740 -8.215 Aman

3. Bank Bukopin Syariah -0.882 -7.974 -10.482 -11.228 -7.641 Aman

4. Bank Panin Syariah -14.751 -14.512 -11.112 -12.763 -13.284 Aman

Anda mungkin juga menyukai