Anda di halaman 1dari 111

ANALISIS DAMPAK INKLUSI KEUANGAN

TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)


REKSADANA SYARIAH

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :
Okta Winata Hartanto
NIM : 11190860000091

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1445 H/ 2023 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan dibawah ini

Nama : Okta Winata Hartanto


NIM : 11190860000091
Jurusan : Ekonomi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:


1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap
dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 13 Desember 2023


Yang Menyatakan

(Okta Winata Hartanto)

v
ABSTRACT

The growth of investment instruments in the Islamic capital market provides a


diversity of variants and prospects for investors. One of these instruments is sharia
mutual funds. The development of sharia mutual funds to become sharia-based
investment vehicles is not easy because many factors influence the rise and fall of
the NAV of sharia mutual funds. The aim of this research is to analyze the factors
that influence the NAV of sharia mutual funds in the 2018-2022 period. In this
research the dependent variables used are financial inclusion, inflation and stock
transaction volume. Meanwhile, the interaction variable used is the Jakarta Islamic
Index (JII). The method used in this research is Ordinary Least Square (OLS) with
multiple linear regression methods using the SPSS version 25 program. The
research results show that the financial inclusion variable has a significant positive
effect on the NAV of sharia mutual funds. The variables inflation and stock
transaction volume have a significant negative effect on the NAV of sharia mutual
funds. The interaction variable Jakarta Islamic Index has a significant positive
effect on the relationship between financial inclusion and NAV of sharia mutual
funds.

Keywords : Financial inclusion, inflation, stock transaction volume, Jakarta


Islamic index, NAV of sharia mutual funds

vi
ABSTRAK

Pertumbuhan instrumen investasi di pasar modal syariah memberikan


keberagaman varian dan prosfektif bagi para investor. Salah satu dari instrumen
tersebut adalah reksadana syariah. Perkembangan reksadana syariah untuk menjadi
wadah investasi berbasis syariah tidaklah mudah karena banyak faktor yang
mempengaruhi naik turunnya NAB reksadana syariah. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi NAB reksadana
syariah pada periode 2018-2022. Dalam penelitian ini variabel dependen yang
digunakan adalah inklusi keuangan, inflasi, dan volume transaksi saham.
Sedangkan variabel interaksi yang digunakan adalah Jakarta Islamic Index (JII).
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ordinary Least Square (OLS)
dengan metode regresi linear berganda menggunakan program SPSS versi 25. Hasil
Penelitian menunjukan variabel inklusi keuangan berpengaruh positif signifikan
terhadap NAB reksadana syariah. Variabel inflasi, dan volume transaksi saham
berpengaruh negatif signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Variabel interaksi
Jakarta Islamic Index berpengaruh positif signifikan pada hubungan inklusi
keuangan terhadap NAB reksadana syariah.

Kata kunci : Inklusi keuangan, inflasi, volume transaksi saham, jakarta islamic
index, NAB reksadana syariah

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Dampak Inklusi Keuangan
Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah” sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Program Strata 1 (S1) Jurusan Ekonomi Syariah, Fakultas
Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah terlibat dalam


penyusunan skripsi ini dan membantu dalam penyelesaian tugas akhir skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan nikmat, rahmat, ridho


serta karunia- Nya, sehingga penulis dapat penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
2. Kedua orang tua penulis, bapak Hartono dan ibu Cukmanah yang telah
memberikan dukungan moral, materi maupun cinta kasih secara penuh
kepada penulis. Terima kasih untuk segala doa yang selalu dipanjatkan
untuk kesuksesan penulis agar bisa menyelesaikan studi ini dengan baik.
3. Bapak Prof. Dr. Ibnu Qizam, SE., M.Si., Ak., CA. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Periode 2023-2027.
Serta Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E.Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP.
Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Periode 2019-2023..
4. Bapak Ali Rama, SE., M.Sc., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ekonomi
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2023-2027, sekaligus dosen pembimbing skripsi yang telah
meluangkan waktunya dengan memberikan bimbingan, arahan, masukan
serta motivasi untuk tetap semangat dalam mengerjakan tugas akhir dan
selalu memberikan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi.

viii
Semoga Allah senantiasa memberkahi dan memberikan kesehatan kepada
bapak sekeluarga dan membalas kebaikan bapak.
5. Bapak Dr. Mohammad Lutfi, M.M selaku ketua sidang skripsi yang telah
memberikan saran dan arahan supaya skripsi ini menjadi lebih baik.
6. Bapak Dr. Sofyan Rizal, M.Si. selaku penguji ahli sidang skripsi yang telah
memberikan saran dan arahan supaya skripsi ini menjadi lebih baik.
7. Bapak Dr. Nurul Ichsan, M.A. selaku pembimbing akademik yang telah
senantiasa memberikan ilmu, arahan, dukungan, dan sebagainya kepada
penulis selama perkuliahan dan saat penyusunan skripsi. Semoga Allah
SWT, senantiasa memberikan keberkahan kepada Bapak.
8. Seluruh jajaran dosen dan staff Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan dan mengamalkan ilmu yang
tidak ternilai hingga penulis menyelesaikan studi di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
9. Kepada teman-teman Ekonomi Syariah angakatan 2019. Terima kasih
untuk pengalaman serta perjuangan kita bersama selama proses belajar di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.

Tentunya masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi


ini, sehingga memerlukan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga
skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 28 November 2023

Okta Winata Hartanto

ix
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ....................................................................ii


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GRAFIK .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................... 11
C. Rumusan Masalah ...................................................................................... 12
D. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 12
E. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................... 14
A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian ....................................................... 14
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 39
C. Kerangka Penelitian ................................................................................... 54
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis .................................................. 55
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................ 58
A. Data dan Sumber Data ............................................................................... 58
B. Model Penelitian ........................................................................................ 59
C. Metode Analisis Data ................................................................................. 60
D. Uji Statistik dan Hipotesis.......................................................................... 62
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................................. 63
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 66
A. Gambaran Objek Penelitian ....................................................................... 66

x
B. Pengujian Asumsi Klasik ........................................................................... 70
C. Pengujian Statistik...................................................................................... 73
D. Pembahasan ................................................................................................ 78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 82
A. Kesimpulan ................................................................................................ 82
B. Saran ........................................................................................................... 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 86
LAMPIRAN .......................................................................................................... 90

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu.............................................................................. 39

Tabel 3.1 Sumber Data .......................................................................................... 58

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................................. 70

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................... 72

Tabel 4.3 Hasil Uji Run Test................................................................................. 73

Tabel 4.4 Hasil Uji F ............................................................................................. 73

Tabel 4.5 Hasil Uji T ............................................................................................. 74

Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda ....................................................... 75

Tabel 4. 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi .......................................................... 77

Tabel 4.8 Hasil Uji T Variabel Interaksi ............................................................... 77

xii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Investor ............................................................. 3

Grafik 1.2 Perkembangan NAB Reksadana Syariah............................................... 4

Grafik 1.3 Perkembangan Inklusi Keuangan .......................................................... 6

Grafik 1.4 Perkembangan Inflasi ............................................................................ 7

Grafik 1.5 Perkembangan Harga JII...................................................................... 10

Grafik 4.1 Perkembangan Inklusi Keuangan ........................................................ 66

Grafik 4.2 Perkembangan Inflasi .......................................................................... 67

Grafik 4.3 Perkembangan Volume Transaksi Saham ........................................... 68

Grafik 4.4 Perkembangan Harga JII...................................................................... 69

Grafik 4.5 Hasil Uji Normalitas ............................................................................ 71

Grafik 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................... 72

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka penelitian........................................................................... 54

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian.................................................................................. 90

Lampiran 2: Data Penelitian Sesudah Transformasi ............................................. 92

Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas ......................................................................... 94

Lampiran 4: Hasil Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 94

Lampiran 5: Hasil Uji Autokorelasi ...................................................................... 95

Lampiran 6: Hasil Uji Multikolinearitas dan Uji T ............................................... 95

Lampiran 7: Hasil Uji F ........................................................................................ 95

Lampiran 8: Hasil Uji Koefeisien Determinasi ..................................................... 96

Lampiran 9: Hasil Uji Interaksi Variabel JII ........................................................ 96

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini perkembangan lembaga keuangan sedang ramai dalam menawarkan

produk keuangan syariah. Hal ini terlihat dari semakin berkembangnya lembaga

keuangan yang menggunakan prinsip syariah di Indonesia. Berdasarkan data dari

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) hingga tahun 2021 terdapapat 12 Bank Umum

Syariah (BUS), 21 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 164 Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah (BPRS). Secara global, diperkirakan sekitar 0,5% aset keuangan dikelola

berdasarkan syariah, (Sherif, 2020). Hal tersebut menunjukan bahwa investasi

berbasis syariah sudah dilirik dan menjadi pilihan selain investasi konvensional.

Dalam konteks ekonomi, ajaran Islam mengedepankan terciptanya pertumbuhan

ekonomi yang berkualitas, pengentasan kemiskinan, pemerataan kekayaan,

penghargaan terhadap pekerjaan, dan masih banyak lagi (Rama, 2018). Selain itu,

berdasarkan survei nasional literasi dan inklusi keuangan tahun 2022 (SNLIK)

menunjukan indeks literasi keuangan syariah masyarakat Indonesia meningkat dari

8,93 persen pada tahun 2019 menjadi 9,14 persen pada tahun 2022, dan tingkat

inklusi keuangan syariah meningkat dari 9,10 persen pada periode survei tahun

2019 menjadi 12,12 persen pada tahun 2022.

Lembaga perbankan merupakan penyedia jasa keuangan utama di

Indonesia, bersama dengan sektor lain termasuk lembaga keuangan, asuransi,

pegadaian, dana pensiun, pasar modal, dan lembaga keuangan mikro. Dengan

1
adanya layanan-layanan ini diharapkan akan mendorong pengembangan sektor

keuangan digital di Indonesia dengan memberikan kerangka hukum yang jelas dan

terstruktur, serta dapat memicu inovasi di layanan-layanan tersebut. OJK akan

melanjutkan program pengembangan perbankan syariah yang sebelumnya telah

dilaksanakan oleh Bank Indonesia (Rama, 2017).

Kemudahan akses yang diberikan memberikan keberagaman layanan

keuangan yang bisa digunakan masyarakat. Mulai dari mengalokasikan uang atau

pendapatan ke dalam berbagai bentuk seperti konsumsi, tabungan, dan investasi.

Dari macam-macam alokasi dana tersebut, yang paling bermanfaat untuk masa

depan adalah investasi. Dengan investasi memungkinkan seseorang bisa

meningkatkan nilai uang yang dimiliki sekarang untuk masa mendatang (Upadana

& Herawati, 2020).

Tren investasi yang terus berkembang di pasar modal Indonesia tidak bisa

terlepas dari pasar yang optimis yang akan menyebabkan industri terus

berkembang. Berdasarkan data dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI)

jumlah investor pasar modal di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat

pesat. Pada tahun 2018 jumlah investor sebanyak 1.619.372, jumlah ini meningkat

53,41% pada tahun berikutnya yaitu sebanyak 2.484.354 di tahun 2019. Lalu tahun

2020 meningkat menjadi 3.880.753. Pada tahun 2021 jumlah investor saham telah

mencapai 7.489.337. Dan pada tahun 2022 sebanyak 10.311.152 investor yang

terdaftar di KSEI.

2
Grafik 1.1 Perkembangan Jumlah Investor

Sumber: Kustodian Sentral Efek Indonesia (data diolah)

Ada banyak instrument investasi yang tersedia di pasar modal, seperti

saham, obligasi, reksadana, dan investasi lainnya. Pilihan instrumen investasi

tersebut harus bergantung pada preferensi resiko tiap investor (Malkiel, 1999).

Masing-masing instrumen investasi tentunya memiliki keuntungan yang berbeda.

Menurut Dominic (2008), investasi di saham rata-rata dapat memberikan yield 10-

30% per tahun, sedangkan deposito atau obligasi hanya dapat memberikan yield 5-

10% per tahunnya. Reksadana cenderung memberikan keuntungan yang lebih

sedikit dibandingkan dengan saham namun memiliki karakteristik untuk jangka

panjang. Untuk investasi jangka panjang biasanya para investor di seluruh dunia

memilih reksadana (Bogle, 2010).

Salah satu produk yang ditawarkan sebagai tempat investasi adalah

reksadana syariah. Alat ukur untuk mengetahui kinerja reksadana syariah adalah

nilai aset bersih (NAB), yakni total nilai aset dan kekayaan yang dimiliki setelah

3
dikurangi seluruh biaya yang harus dikeluarkan. Nilai aset bersih ini yang menjadi

alat ukur untuk mengetahui apakah reksa dana syariah memberikan hasil dan

kinerja yang baik atau tidak.

Grafik 1.2 Perkembangan NAB Reksadana Syariah

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

Dari grafik 1.2 bisa dilihat bagaimana perkembangan NAB reksadana

syariah. Perkembangan yang pesat ditunjukan pada meningkatnya NAB reksadana

syariah pada tahun 2020 sebesar 74.367 miliar rupiah. Jumlah tersebut meningkat

dibandingkan pada tahun 2018 yang hanya sebesar 34.491 miliar rupiah. Hal

tersebut menunjukan bahwa reksadana syariah menjadi salah satu instrumen

investasi yang dipercaya oleh investor.

Ada banyak faktor internal dan eksternal yang mendorong berkembangnya

dana investasi syariah. Antara lain adalah inklusi keuangan, inflasi, dan jumlah

transaksi saham.

4
Dengan kemajuan globalisasi dan teknologi informasi, inklusi keuangan

telah menjadi topik yang semakin penting dalam dunia keuangan dan ekonomi.

Inklusi keuangan merujuk pada akses yang lebih luas dan lebih adil terhadap produk

dan layanan keuangan bagi individu dan kelompok yang sebelumnya tidak

memiliki akses ke sistem keuangan formal. Inklusi keuangan tidak hanya tentang

ketersediaan layanan keuangan, tetapi juga aksesibilitas, kualitas, dan penerimaan

masyarakat terhadap layanan tersebut, (Demirguc-Kunt dkk., 2015).

Di Indonesia, inklusi keuangan telah menjadi fokus utama pemerintah

dalam upaya meningkatkan akses terhadap produk dan layanan keuangan bagi

semua lapisan masyarakat. Upaya tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan

Bulan Inklusi Keuangan (BIK) setiap bulan oktober setiap tahunnya. Pandemi

Covid-19 juga membuat segala aktivitas dilakukan dari jarak jauh memaksa

masyarakat untuk menggunakan teknologi digital. Hal ini mendorong pemerintah

untuk memanfaatkan pergeseran perilaku masyarakat untuk pengembangan

ekonomi digital.

Berdasarkan grafik 1.3, inklusi keuangan di Indonesia meningkat secara

signifikan tiap tahun. Pada tahun 2018 inklusi keuangan sebesar 70,03% dan terus

mengalami peningkatan yang positif tiap tahunnya. Hingga pada tahun 2022 inklusi

keuangan di Indonesia adalah sebesar 85,10%.

5
Grafik 1.3 Perkembangan Inklusi Keuangan

Sumber: Otoritas Jassa Keuangan (data diolah)

Pergeseran tersebut dimanfaatkan oleh pemerintah untuk pengembangan

ekonomi digital, salah satunya di sektor keuangan. Keterbukaan terhadap akses

keuangan atau inklusi keuangan bagi masyarakat menjadi salah satu kunci

pembangunan dalam era digitalisasi saat ini (Marginingsih, 2021). Perkembangan

yang terjadi memberi kemudahkan kepada masyarakat dalam melakukan transaksi

keuangan secara cepat dan efisien sehingga mempercepat peredaran uang. Hal ini

dapat menjadi pendorong percepatan digitalisasi keuangan dan percepatan inklusi

keuangan. Penelitian yang dilakukan oleh Viana dkk. (2022), menunjukan bahwa

inklusi keuangan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat investasi

generasi Z di Jabodetabek. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

Septiani & Wuryani (2020), bahwa inklusi keuangan mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap kinerja UMKM di Sidoarjo.

6
Inflasi yang meningkat sangat berpengaruh terhadap perekonomian suatu

negara, salah satunya adalah investasi. Tingginya tingkat infalsi akan menyebabkan

harga barang-barang mengalami kenaikan dan menyebabkan masyarakat harus

mengeluarkan lebih banyak uang untuk kebutuhan sehari-hari. Inflasi

mencerminkan kenaikan harga secara keseluruhan dalam perekonomian. Inflasi

yang tinggi cukup menimbulkan biaya sosial seperti berkurangnya daya beli,

(Pratama & Azzis, 2018).

Grafik 1.4 Perkembangan Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)

Berdasarkan grafik 1.4 tingkat inflasi di Indonesia pada tahun 2018 sebesar

3,13% dan mengalami penurunan hingga tahun 2021. Tingkat inflasi terendah

terjadi pada tahun 2020 sebesar 1,68%. Sedangkan tingkat tertinggi terjadi pada

tahun 2022 sebesar 5,51%.

Penelitian yang dilakukan oleh Setiawan & Qudziyah (2021), menemukan

bahwa inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Hasil

7
penelitian Aldiansyah dkk (2021), dan Miha (2016), juga menemukan inflasi tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadapa NAB reksadana syariah. Namun hasil

dari penelitian Adrian & Rachmawati (2019) menemukan bahwa inflasi memiliki

hasil yang signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Selain itu, penelitian yang

dilakukan oleh Nandari (2017), dan Nurrahmawati dkk (2021), menemukan bahwa

inflasi juga ternyata mempunyai dampak yang signifikan. Menurunnya daya beli

berarti bahwa tingkat harga saham pada sebuah perusahaan mengalami penurunan.

Dalam pergerakan pasar modal, frekuensi transaksi saham merupakan salah

satu faktor yang mengungkapkan aktivitas pasar terkait dengan informasi yang

masuk ke pasar modal. Jika jumlah transaksi saham besar maka menunjukan bahwa

investor lebih tertarik melakukan investasi di pasar saham. Peningkatan frekuensi

perdagangan saham secara keseluruhan disebabkan oleh tingginya permintaan,

sehingga menyebabkan harga saham terdongkrak dan berdampak pada peningkatan

return saham. Saham yang frekuensi perdagangannya besar menunjukan

perdagangan yang aktif karena minat investor yang tinggi terhadap saham tersebut.

Indeks saham dapat digunakan sebagai tolok ukur perekonomian suatu negara dan

sebagai dasar untuk menganalisis kondisi pasar terkini (Mubarok dkk., 2020).

Penelitian tentang saham yang dilakukan oleh Chue (2021), menemukan bahwa

tingginya sentimen investor di pasar saham berdampak negatif terhadap reksadana.

Hal ini berbeda dengan penelitian Dong & Wilson (2019), dimana tingginya

sentimen investor di pasar saham akan berdampak positif terhadap reksadana.

Selain itu, penelitian oleh Chung dkk (2018), menemukan bahwa manager investasi

yang berkinerja baik dan menggunakan informasi dari sentimen pasar dengan baik

8
untuk mendapat keuntungan, cenderung meningkatkan kepemilikannya pada

saham opsi pada periode-periode berikutnya.

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan salah satu indeks saham yang

dijadikan acuan dalam menghitung indeks saham yang memenuhi standar syariah.

Muncul dan mulai dikembangkan pertama kali di pasar modal Indonesia pada

tanggal 03 Juli 2000. Saham-saham syariah yang masuk dalam JII merupakan

saham-saham pilihan yang telah melalui proses seleksi yang ketat. Tindakan

tersebut tidak boleh bertentangan dengan prinsip Islam dan harus melalui proses

screening rasio keuangannya (Rudiawarni dkk., 2022). Secara teoritis, perbedaan

antara pasar modal syariah dan pasar tradisional terletak pada peran screening

syariah (Salisu & Shaik, 2022). JII dibentuk untuk memfasilitasi investor yang ingin

berinvestasi pada saham berbasis syariah, sekaligus meningkatkan kepercayaan

investor untuk menanamkan modal pada bisnis syariah. Selain itu, saham-saham

syariah yang terindeks di JII juga menjadi

Berdasarkan grafik 1.5 bisa dilihat bahwa pada tahun 2018 harga indeks JII

685,22 dan meningkat menjadi 698,09 pada tahun 2019. Namun pada dua tahun

berikutnya mengalami penurunan, menjadi 562,02 pada tahun 2021 dan mengalami

peningkatan menjadi 588,04 pada tahun 2022.

9
Grafik 1.5 Perkembangan Harga Jakarta Islamic Index

Sumber: Indonesia Stock Exchange (data diolah)

Tidak berbeda dengan indeks saham biasa, Jakarta Islamic Index juga

terpengaruh oleh keadaan makro ekonomi suatu negara dan juga oleh faktor internal

perusahaan-perusahaan yang terdaftar di JII sehingga harganya terus brefluktuasi.

Nilai perusahaan menjadi penting karena mencerminkan kinerja suatu perusahaan

dan dapat mempengaruhi persepsi investor terhadap perusahaan tersebut (Yuliana

& Sartika, 2020).

Dalam pasar saham, peristiwa baru sering kali berdampak pada perilaku

pemegang saham yang secara langsung mempengaruhi harga saham (Irfan dkk.,

2021). Dinamika indikator ekonomi makro dan indikator tersebut mempengaruhi

kinerja sektor industri sehingga aset keuangan seperti saham berfluktuasi (Pratama

& Azzis, 2018). Penelitian oleh Shofia dkk (2018), menemukan bahwa JII memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Sedangkan

penelitian yang dilakukan oleh Aviva (2016), menunjukan pengaruh positif JII

10
signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Penelitian Chairani (2020),

menunjukan bahwa JII tidak memiliki pengaruh terhadap NAB reksadana syariah.

Melihat dari hasil penelitian sebelumnya yang hanya menggunakan variabel

makro ekonomi saja, serta indeks saham syariah yang selalu digunakan sebagai

variabel independen untuk meneliti nilai aktiva bersih reksadana syariah, dan

ditambah dengan perkembangan investasi yang kian pesat. Penulis tertarik untuk

meneliti tentang nilai aktiva bersih reksadana syariah pada periode 2018-2022,

dengan memasukan variabel kemudahan akses pada layanan keuangan yang

diwakili oleh inklusi keuangan, dan menjadikan Jakarta Islamic Index sebagai

variabel interaksi. Maka dari itu judul penelitian ini adalah “ANALISIS DAMPAK

INKLUSI KEUANGAN TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH (NAB)

REKSADANA SYARIAH”.

B. Identifikasi Masalah

1. Pesatnya pertumbuhan inklusi keuangan memudahkan orang mengakses

layanan investasi, sehingga banyak orang awam yang masuk ke pasar

modal.

2. Jumlah investor yang masuk ke pasar modal meningkat cepat, hal ini tentu

membuat pergerakan harga di pasar modal semakin liquid dan sulit

diprediksi.

3. Instrumen investasi yang beragam menyebabkan orang awam sulit memilih

jenis investasi yang menguntungkan

11
4. Adanya pergeseran perilaku masyarakat pada tahun penelitian 2018-2022,

yang disebabkan oleh covid-19.

5. Sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melek dengan perkembangan

teknologi

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah :

1. Bagaimana pengaruh secara parsial inklusi keuangan, inflasi, dan volume

transaksi saham terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah?

2. Bagaimana pengaruh Jakarta Islamic Index pada hubungan inklusi

keuangan terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah?

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh secara parsial inklusi keuangan,

inflasi, dan volume transaksi saham terhadap nilai aktiva bersih (NAB)

reksadana syariah.

2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh Jakarta Islamic Index pada

hubungan inklusi keuangan terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksadana

syariah.

12
E. Manfaat Penelitian

1. Bagi pemerintah, bisa menjadi sumber informasi pengambilan keputusan

perekonomian negara.

2. Bagi investor, bisa menjadi bahan perbandingan dengan instrumen investasi

lain sebelum memasukan dananya.

3. Bagi peneliti lain, bisa menjadi bahan model penelitian untuk penelitian

selanjutnya.

4. Bagi penulis, sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

pada program ekonomi syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligis

sebagai referensi insan akademis dan praktisi untuk mengembangkan dan

mengkaji tentang pasar modal.

13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori-Teori Terkait dengan Penelitian

1. Teori Efisiensi Pasar

a. Definisi Teori Efisiensi pasar

Teori efisiensi pasar adalah teori yang menyatakan bahwa pasar

keuangan akan cenderung memperlakukan informasi yang tersedia

secara efisien, sehingga harga saham dan instrumen keuangan

lainnya mencerminkan semua informasi yang tersedia tentang

perusahaan dan asetnya. Teori ini menyatakan bahwa tidak mungkin

bagi investor untuk memperoleh keuntungan yang berlebihan

dengan memanfaatkan informasi yang tersedia, karena informasi

tersebut akan dengan cepat diperdagangkan dan diintegrasikan ke

dalam harga pasar. A market in which prices always "fully reflect"

available information is called "efficient” (Fama, 1970).

Selanjutnya efisiensi pasar terbagi dalam tiga tingkatan yaitu :

1) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Lemah (Weak Form)

Pada tingkat ini, teori efisiensi pasar menyatakan

bahwa seluruh informasi historis atau harga aset keuangan

di masa lalu tercermin dalam harga saat ini. Dengan kata

lain, analisis teknikal yang berfokus pada tren harga di masa

14
lalu tidak akan menghasilkan keuntungan yang konsisten.

Bentuk efisiensi pasar yang lemah ini terkait dengan teori

(random walk) yang menyatakan bahwa data masa lalu tidak

ada hubungannya dengan nilai saat ini. Artinya investor

tidak bisa mengeksploitasi data masa lalu untuk

mendapatkan keuntungan berlebihan.

2) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Semi Kuat (Semi Strong

Form)

Pasar efisien dalam bentuk ini menetapkan bahwa

semua informasi yang tersedia untuk umum termasuk

informasi historis dan informasi yang ada, tercermin dalam

harga suatu aset keuangan. Artinya, informasi yang dapat

diakses oleh semua investor melalui berita, laporan

keuangan, dan data pasar digunakan sepenuhnya untuk

menentukan harga aset. Oleh karena itu, analisis

fundamental yang berupaya memanfaatkan informasi publik

juga dinilai kurang efektif dalam mencari keuntungan yang

konsisten

Menurut konsep ini, investor tidak bisa mendapat

keuntungan berlebih ketika menggunakan strategi

berdasarkan informasi yang tersedia untuk umum. Dengan

kata lain, tidak ada manfaatnya menganalisis laporan

keuangan. Ide dari pandangan ini adalah ketika informasi

15
dipublikasikan, yaitu dirilis ke pasar, Semua investor

bereaksi dengan cepat dan mengarahkan harga untuk

mencerminkan semua informasi publik yang tersedia.

Informasi yang dipublikasikan bisa sebagai berikut :

a) Infromasi Publik

Informasi yang dipublikasikan dan tersedia untuk

umum mempunyai pengaruh terhadap efisiensi pasar

bentuk semi kuat. Ini mencakup laporan keuangan,

berita, informasi tentang produk atau layanan, dan

data ekonomi, seperti angka pengangguran,

pertumbuhan PDB, inflasi, dan tingkat suku bunga.

b) Data Historis

Data historis harga saham dan volume perdagangan

juga dapat mempengaruhi pasar secara efektif. Analis

teknikal menggunakan data ini untuk mencari pola

atau tren yang dapat menunjukkan arah pergerakan

harga saham di masa depan. Contoh alat analisis

teknis termasuk grafik harga, dan indikator teknis

seperti rata-rata pergerakan.

c) Informasi Internal Perusahaan

Informasi-informasi yang hanya diketahui oleh

manajemen perusahaan, seperti rencana bisnis,

strategi, pengembangan produk, dan perkiraan

16
keuangan. Informasi ini seringkali mempunyai

dampak yang signifikan terhadap perusahaan dan

harga sahamnya. Dalam pasar efisien semi kuat,

informasi ini diasumsikan segera tercermin dalam

harga saham ketika diumumkan kepada publik.

d) Berita dan Peristiwa Khusus

Berita dan peristiwa khusus, seperti pengumuman

perubahan manajemen, akuisisi perusahaan, litigasi,

atau insiden keamanan, dapat berdampak signifikan

terhadap harga saham. Misalnya, berita tentang

peningkatan keuntungan perusahaan dapat

menyebabkan fluktuasi harga saham.

e) Penelitian dan Analisis Pasar

Rekomendasi dari analis keuangan, opini dari

lembaga pemeringkat, dan riset pasar yang

dipublikasikan secara eksternal merupakan faktor-

faktor yang mempengaruhi harga saham. Investasi

seringkali didasarkan pada informasi dari analis atau

lembaga pemeringkat. Namun, para pendukung

efisiensi pasar semi kuat percaya bahwa informasi ini

akan segera tercermin dalam harga saham.

17
3) Hipotesis Pasar Efisien Bentuk Kuat (Strong Form)

Pada tingkat ini, teori efisiensi pasar menyatakan

bahwa semua informasi, baik publik maupun non-publik,

tercermin dalam harga aset keuangan. Dalam hal ini, bentuk

yang kuat mencakup semua informasi historis yang relevan,

informasi relevan yang tersedia untuk umum, dan informasi

yang hanya diketahui oleh pihak tertentu, misalnya

manajemen perusahaan, direktur, direksi, kreditur. Artinya,

bahkan informasi orang dalam yang hanya diketahui oleh

orang-orang tertentu di perusahaan sudah termasuk dalam

harga. Oleh karena itu, tidak seorang pun, termasuk orang

dalam, memiliki peluang untuk memperoleh keuntungan

tetap dari perdagangan saham.

2. Inklusi Keuangan

a. Definisi Inklusi Keuangan

Menurut Kirwan (2021) inklusi keuangan adalah keadaan

setiap orang terlepas dari latar belakang atau pendapatannya, dapat

mengakses layanan dan produk keuangan yang mereka butuhkan,

sekaligus memungkinkan masyarakat untuk berpartisipasi penuh

dalam perekonomian dan memberdayakan mereka untuk mencapai

tujuan hidup mereka.

18
Menurut World Bank, inklusi keuangan berarti bahwa

individu dan dunia usaha memiliki akses terhadap produk dan

layanan keuangan yang nyaman dan terjangkau yang memenuhi

kebutuhan perdagangan, pembayaran, tabungan, kredit dan asuransi

mereka dengan cara yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Bisa disimpulkan bahwa inklusi keuangan adalah konsep

yang merujuk pada akses dan partisipasi yang luas terhadap produk

dan layanan keuangan, serta penggunaan yang efektif dari sumber

daya keuangann yang melibatkan pemberian kesempatan kepada

individu, rumah tangga, dan sektor ekonomi untuk mengakses,

menggunakan, dan memanfaatkan layanan keuangan yang aman,

terjangkau, dan bermanfaat. Inklusi keuangan berfokus pada

mengatasi ketidaksetaraan dalam akses terhadap layanan keuangan,

terutama di kalangan mereka yang sebelumnya terpinggirkan atau

tidak memiliki akses ke sistem keuangan formal.

b. Tujuan Inklusi Keuangan

Menurut Septiani & Wuryani (2020) tujuan inklusi keuangan

adalah untuk mendorong pertumbuhan inklusif dengan mengurangi

angka kemiskinan, mendorong distribusi pembangunan dan

keuangan yang lebih merata, dan meningkatkan stabilitas sistem

keuangan. Inklusi keuangan merupakan suatu usaha untuk

mengeliminasi segala jenis hambatan, baik yang bersifat

moneternya (harga) maupun non-moneternya, dalam mengakses

19
layanan keuangan. Hal tersebut bertujuan agar masyarakat dapat

meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Tingkat inklusi

keuangan dapat diukur berdasarkan sejauh mana masyarakat

memiliki akses terhadap rekening tabungan, asuransi, layanan

pembayaran, dan kredit yang disediakan oleh lembaga keuangan

yang bukan lembaga formal.

c. Indikator Inklusi Keuangan

Berdasarkan Global Findex Database indikator inklusi

keuangan dibagi menjadi tiga, yaitu :

1) Kepemilikan Rekening

Kepemilikan rekening, yang merupakan ukuran

fundamental inklusi keuangan, yang merupakan sarana

utuk menggunakan layanan keuangan. Rekening ini dapat

berupa rekening tabungan, rekening giro, deposito, atau

rekening keuangan lainnya yang digunakan untuk

menyimpan uang dan mengakses layanan keuangan.

Pemegang rekening, dapat menyimpan, mengirim dan

menerima uang, sehingga memungkinkan mereka

berinvestasi di bidang kesehatan, pendidikan, dan juga

bisnis.

Berkembangnya layanan keuangan tentu

menghadirkan sesuatu hal yang baru. Kepemilikan akun

dapat mencakup akun digital yang diakses melalui telepon

20
genggam atau Internet. Hal ini memungkinkan individu

mengakses layanan keuangan dengan lebih fleksibel.

Layanan keuangan digital atau dompet digital adalah salah

satunya, layanan ini memungkinkan pengguna menyimpan

uang dengan aman dan mentransfer uang dengan cepat dan

murah dalam jarak jauh, sehingga menyebabkan

peningkatan pengiriman uang dan konsumsi. Pertumbuhan

keuangan digital yang cepat dan berkelanjutan di seluruh

wilayah dapat dikaitkan dengan ketersediaan luas layanan

keuangan digital (Demirgüç-Kunt dkk., 2022).

Selanjutnya terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi kepemilikan rekening, yaitu :

a) Akses Geografis

Akses fisik terhadap lembaga keuangan berperan

penting dalam menentukan apakah seseorang

memiliki rekening. Di daerah terpencil atau dimana

tidak ada lembaga keuangan di dekatnya, mungkin

akan sulit bagi masyarakat untuk membuka

rekening.

b) Literasi Keuangan

Tingkat pemahaman individu terhadap konsep

keuangan dan jasa keuangan memegang peranan

penting. Orang-orang dengan pendidikan lebih

21
tinggi dan pemahaman yang lebih baik tentang cara

kerja jasa keuangan lebih cenderung memiliki akun.

c) Pendapatan

Tingkat pendapatan juga merupakan faktor penting.

Orang dengan pendapatan lebih tinggi tentu

memiliki lebih banyak sumber daya untuk

membuka rekening bank. Di sisi lain, masyarakat

berpenghasilan rendah mungkin mengalami

kesulitan untuk membuka rekening karena kendala

keuangan.

Ada banyak cara untuk membangun ketahanan

finansial, dan setiap individu pasti mempunyai cara

yang berbeda-beda, tergantung pada keadaan yang

mengarah pada peristiwa keuangan, skala

dampaknya, jangka waktu penyelesaian peristiwa

tersebut, dan faktor lainnya. Pendekatan yang

umum dilakukan adalah dengan meminta keluarga

dan teman untuk mengisi kesenjangan finansial,

bekerja lembur untuk meningkatkan pendapatan,

memanfaatkan tabungan, mengambil pinjaman

resmi, atau menjual aset.

22
2) Penggunaan

Indikator yang mengukur penggunaan produk dan

layanan keuangan, termasuk keteraturan, frekuensi, dan

durasi penggunaan layanan keuangan tersebut. Beberapa

indikator yang digunakan untuk mengukur penggunaan

adalah :

a) Pembayaran Digital

Penggunaan layanan pembayaran digital seperti e

wallet, dan pembayaran online menjadi semakin

penting. Semakin banyak masyarakat beralih ke

metode pembayaran digital, aksesibilitas keuangan

akan semakin baik. Pembayaran digital juga

mempersingkat waktu transaksi yang terjadi.

Dengan digitalisasi, komunikasi dan transaksi dapat

dilakukan kapan saja dan dapat diakses di seluruh

dunia, sehingga memudahkan komunikasi bagi

pelaku bisnis dan konsumen (Daud dkk., 2022).

b) Investasi dan Tabungan

Aspek ini mencakup sejauh mana masyarakat

mengalokasikan modalnya untuk investasi atau

tabungan jangka panjang. Investasi dapat mencakup

pembelian saham, obligasi, atau investasi pada

instrumen keuangan lainnya. Tabungan jangka

23
panjang dapat membantu individu dan rumah

tangga merencanakan masa depan dan mengatasi

kejadian tak terduga.

c) Pinjaman

Pinjaman merupakan aspek penting dari inklusi

keuangan. Ini termasuk uang yang dipinjamkan oleh

bank atau lembaga keuangan lainnya kepada

individu atau bisnis. Memberikan kredit dapat

membantu individu berinvestasi dalam pendidikan,

perumahan atau bisnis mereka.

3) Ketahanan Finansial

Ketahanan finansial merupakan faktor kunci dalam

kehidupan ekonomi individu, keluarga dan seluruh

masyarakat. Hal ini mencakup kemampuan mengatasi

tantangan keuangan, menjaga stabilitas perekonomian,

dan memiliki akses terhadap beragam produk dan

layanan keuangan.

3. Inflasi

a. Definisi Inflasi

Menurut BI inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa

secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu tertentu. Setiap

negara tentunya akan mengeluarkan kebijakan yang berbeda untuk

24
menjaga inflasi tetap berada dalam batas normal yang ditetapkan

(Eko Sudarmanto dkk, 2021). Inflasi dapat disebabkan oleh sisi

permintaan, sisi penawaran, atau ekspektasi. Inflasi yang tinggi akan

menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat yang disebabkan

kenaikan harga dari barang dan jasa. Selama periode percepatan

inflasi, properti cenderung bergerak lebih baik dari saham (Malkiel,

1999).

Inflasi bisa berasal dari dalam negeri dan juga luar negeri.

Inflasi dalam negeri disebabkan karena terlalu banyak uang beredar

dan juga deficit anggaran pemerintah. Inflasi dari luar negeri

disebabkan oleh naiknya harga barang impor. biaya produksi barang

tersebut meningkat sehingga menyebabkan kenaikan bea masuk atas

barang tersebut. Selain itu ada teori-teori tentang inflasi yaitu teori

kaum klasik (kuantitas), teori Keynes dan teori Struktrualis.

Penjelasannya adalah sebagai berikut :

1) Teori Ekonomi Klasik

Teori klasik atau juga dikenal sebagai teori kuantitatif

adalah salah satu kerangka teori pertama yang mencoba

menjelaskan inflasi. Teori ini menekankan Hubungan

antara jumlah uang beredar dan tingkat harga dalam

perekonomian. Teori ini menyatakan bahwa inflasi

terutama disebabkan oleh peningkatan jumlah uang beredar

yang berlebihan. Inflasi, selalu dan dimana pun, disebabkan

25
oleh peningkatan jumlah uang beredar dan kredit (Hazlitt,

2013). Rumus dalam teori ini adalah sebagai berikut :

MV = PT

Dimana M = Jumlah uang beredar

V = Kecepatan perputaran uang

P = Tingkat harga

T = Output rill

Teori diatas menyatakan bahwa jika jumlah uang beredar

(M) meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan jumlah

barang dan jasa (T), maka hal ini akan menyebabkan inflasi

(kenaikan tingkat harga). Sebaliknya, jika jumlah uang

beredar (M) tumbuh lebih lambat daripada pertumbuhan

jumlah barang dan jasa (T), maka hal ini cenderung

menyebabkan deflasi atau penurunan tingkat harga.

2) Teori Keynes

Keynes berpendapat bahwa dalam situasi disekuilibrium,

pemerintah dan swasta dapat mempengaruhi tingkat inflasi.

Jika permintaan agregat (total permintaan perekonomian)

melebihi kapasitas produksi maksimum, dunia usaha akan

menaikkan harga untuk memanfaatkan peningkatan

permintaan tersebut. Hal tersebut menyebabkan inflasi sisi

permintaan atau “demand-pull inflation”.

26
Selain itu, Keynes juga mengidentifikasi inflasi biaya

atau “cost-push inflation” yang disebabkan oleh kenaikan

biaya produksi, seperti kenaikan harga bahan mentah atau

tenaga kerja. Teori Keynes menekankan bahwa tingginya

pengangguran dan cadangan kapasitas produktif dapat

menghambat demand pull inflation.

3) Teori Struktualis

Teori struktural, sesuai dengan namanya, lebih

menitikberatkan pada aspek struktural dan sektoral dalam

analisis inflasi. Artinya inflasi tidak hanya disebabkan oleh

faktor-faktor yang berkaitan dengan penawaran dan

permintaan agregat, tetapi juga karena permasalahan

struktural pada sektor perekonomian.

Pendapatan dan biaya perusahaan akan meningkat secara

bersamaan karena inflasi. Jika biaya produksi meningkat lebih tinggi

daripada pendapatan akan mengakibatkan penurunan profitabilitas.

Jika profit menurun maka investor akan enggan menanamkan

modalnya pada perusahaan tersebut.

b. Pengukursan Inflasi

1) Indeks Harga Konsumen

Indeks harga konsumen sering digunakan untuk

menghitung tingkat inflasi. IHK menunjukkan seluruh

perubahan harga barang dan jasa yang digunakan oleh

27
orang melalui survei yang dilakukan di berbagai daerah.

Indeks harga konsumen mengukur perubahan harga rata-

rata tertimbang barang dan jasa yang dikonsumsi konsumen

dari waktu ke waktu. IHK menunjukkan rata-rata

perubahan harga yang dibayarkan konsumen untuk barang

dan jasa tertentu.

2) Indeks Harga Produsen

IHP menggambarkan perbandingan perubahan

barang dan jasa yang dibeli oleh suatu produsen selama

periode waktu tertentu. Indeks harga produsen disebut juga

indeks harga grosir. Bahan baku yang dibeli oleh produsen

meliputi bahan mentah dan produk setengah jadi.

Perbedaan antara IHP dan IHK adalah harga pada awal

jaringan distribusi diukur menggunakan IHP, sedangkan

IHK mengukur harga aktual yang dibayar konsumen secara

eceran.

c. Jenis-Jenis Inflasi

1) Inflasi Ringan

Inflasi ringan merupakan suatu bentuk inflasi yang

cenderung menaikkan harga-harga pada tingkat yang

terbatas dan stabil dalam jangka waktu tertentu. Pada situasi

inilah harga barang dan jasa umumnya meningkat pada

28
tingkat yang relatif rendah, biasanya kurang dari 5% per

tahun.

2) Inflasi Sedang

Inflasi sedang adalah tingkat inflasi antara inflasi

ringan dan inflasi tinggi, biasanya berkisar antara 5%

hingga 10% per tahun. Pada situasi ini harga barang dan

jasa secara umum meningkat melebihi inflasi ringan.

3) Inflasi Berat

Inflasi berat adalah keadaan dimana laju kenaikan

harga barang dan jasa pada umumnya mencapai tingkat

yang sangat tinggi, biasanya di atas 10%/tahun. Inflasi yang

tinggi dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap

perekonomian dan kehidupan masyarakat sehari-hari.

d. Dampak Inflasi

Secara makro, salah satu dampak inflasi yang terbesar adalah

terhadap daya beli masyarakat. Meningkatnya harga barang dan jasa

menurunkan nilai uang, memaksa konsumen membeli lebih sedikit

barang dan jasa dibandingkan sebelumnya. Nilai uang penting bagi

ekonom karena tinggi rendahnya nilai uang mempengaruhi aktivitas

perekonomian (Saharuddin & Rama, 2017). Hal ini dapat

menurunkan kualitas hidup, terutama bagi kelompok dengan

pendapatan atau upah tetap yang tidak terpengaruh oleh inflasi.

Selain itu, tingkat inflasi yang tinggi juga dapat mengganggu

29
keputusan belanja konsumen dan investasi. Perencanaan investasi

menjadi sulit karena ketidakpastian harga di masa depan, sementara

konsumen mungkin membatasi pengeluaran karena takut akan

kenaikan harga berkelanjutan.

Sedangkan pada tingkat mikro, inflasi berdampak langsung

terhadap konsumen. Naiknya harga barang konsumsi sehari-hari

seperti pangan, sandang, transportasi, dan perumahan akan

mempengaruhi biaya hidup masyarakat. Masyarakat yang hanya

memiliki pendapatan tetap akan kesulitan saat harga barang-barang

konsumsi meningkat (Kort, 2019). Hal tersebut mempersulit

kehidupan sehari-hari serta memaksa konsumen untuk

menyesuaikan anggaran keuangannya. Pada tingkat sosial

masyarakat, inflasi dapat memperburuk kesenjangan ekonomi.

Masyarakat yang rentan secara ekonomi akan terkena dampak yang

lebih parah seiring dengan semakin melebarnya kesenjangan

pendapatan. Hal tersebut dapat menciptakan ketidakadilan sosial

yang signifikan dan menyebabkan ketidakstabilan dalam

masyarakat.

4. Volume Transaksi Saham

Volume transaksi saham adalah jumlah total transaksi yang

dilakukan di pasar saham yang mencakup seluruh pembelian dan penjualan

saham yang dicatat selama periode tersebut. Menurut Nasution & Sulistyo

30
(2016), volume transaksi saham adalah jumlah total transaksi pembelian dan

penjualan saham yang dilakukan investor. Volume transaksi saham dapat

diukur dalam berbagai cara, termasuk jumlah saham yang diperdagangkan,

nilai saham yang diperdagangkan, atau volume perdagangan harian.

Volume transaksi merupakan indikator penting minat investor

terhadap suatu saham atau pasar secara keseluruhan. Volume yang tinggi

menunjukkan minat yang tinggi dari pelaku pasar, sedangkan volume yang

rendah mungkin mencerminkan ketidakpastian atau kurangnya minat

terhadap sekuritas tertentu selama jangka waktu tersebut.

Salah satu manfaat utama dari volume perdagangan saham adalah

kemampuannya memberikan wawasan tentang likuiditas pasar. Volume

yang tinggi cenderung menunjukkan likuiditas yang baik, sehingga investor

dapat dengan mudah membeli atau menjual saham tanpa mempengaruhi

harga pasar secara signifikan. Sebaliknya, volume yang rendah dapat

menunjukkan kurangnya likuiditas, yang dapat menyebabkan perubahan

harga yang lebih besar karena setiap transaksi dapat berdampak lebih besar

terhadap harga.

Volume transaksi yang tinggi juga bisa menimbulkan resiko-resiko

yang harus diantisipasi oleh investor. Beberapa resiko yang mungkin terjadi

adalah sebagai berikut :

a. Volatilitas Tinggi

Volatilitas tinggi dalam pasar saham menyebabkan fluktuasi

harga dalam suatu periode waktu tertentu. Faktor penyebab

31
tingginya volatilitas dapat berasal dari berbagai aspek seperti

ekonomi, politik, atau berita terkini yang mempengaruhi persepsi

investor. Fenomena ini menciptakan suasana pasar yang dinamis

dan berisiko yang dapat memberikan peluang besar bagi para

pedagang dengan strategi yang tepat, namun juga meningkatkan

kemungkinan kerugian. Volume transaksi saham yang tinggi

memiliki hubungan yang kuat dengan volatilitas harga saham

(Zhank, 2010). Oleh karena itu, manajemen risiko yang baik,

penggunaan stop-loss orders dan diversifikasi portofolio, menjadi

kunci dalam menghadapi pasar dengan volatilitas tinggi.

b. Ketidakpastian

Tingginya tingkat perdagangan tentu akan menyebabkan

fluktuasi harga saham. Ketidakpastian ekonomi adalah salah satu

penyebab utama fluktuasi harga saham. Dengan adanya

ketidakpastian tidak ada kriteria dalam mengambil keputusan yang

memberikan keuntungan maksimal (Alchian, 1950). Pasar saham

sangat peka terhadap berita ekonomi, seperti data pertumbuhan

ekonomi, tingkat pengangguran, dan kebijakan moneter. Perubahan

dalam indikator-indikator ini dapat menciptakan ketidakpastian

karena investor mencoba memprediksi dampaknya pada kinerja

perusahaan dan pasar secara keseluruhan.

32
c. Efek Psikologis

Dalam situasi volume transaksi tinggi, efek psikologis yang

paling mencolok adalah euforia pasar atau FOMO (Fear Of Missing

Out). Pria dan wanita tidak berbeda dalam FOMO tetapi orang yang

lebih muda mengalami FOMO yang lebih besar (Rozgonjuk dkk,

2021). Kecepatan dan intensitas perdagangan dapat menciptakan

atmosfer positif di antara investor, mendorong kenaikan harga

saham dan menciptakan ilusi keuntungan yang cepat. Para investor

yang terjebak dalam euforia ini akan cenderung mengabaikan risiko

dan membuat keputusan investasi berdasarkan sentimen pasar

daripada analisis yang baik dan cermat.

Selain resiko tersebut, tingginya volume transaksi saham

menunjukan bahwa investor lebih tertarik untuk memasukan dana yang

dimiliki ke pasar saham dibandingkan investasi lain.

5. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index atau JII adalah salah satu indeks yang

menghitung rata-rata harga saham yang masuk dalam kategori saham

syariah di Indonesia. Kerjasama yang dilakukan oleh pasar modal Indonesia

dengan PT. Dana Reksa Investment Management (PT. DIM) tidak terlepas

dari pembentukan JII.

33
Fatwa DSN-MUI No. 40/DSN-MUI/X/2002 yang mengatur tentang

pedoman umum penerapan prinsip syariah di bidang pasar modal

menjelaskan bahwa kriteria emiten yang menerbitkan efek syariah terdapat

4 syarat yaitu : 1) Jenis usaha, produk barang, jasa yang diberikan dan akad

serta cara pengelolaan tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah. 2)

emiten wajib memenuhi ketentuan akad syariah dan menandatangani sesuai

syariah atas efek syariah yang dikeluarkan. 3) emiten wajib menjamin setiap

kegiatan usaha sesuai dengan prinsip syariah dan memiliki compliance

office. 4) jika sewaktu-waktu emiten tidak memenuhi persyaratan tersebut

maka efek yang diterbitkan bukan lagi efek syariah.

Ada 30 saham yang masuk dalam JII, saham yang masuk dalam

daftar adalah saham yang memiliki likuiditas tertinggi dan rata-rata nilai

transaksi harian di pasar regular tertinggi. Sama dengan indeks lainnya, JII

juga bersifat dinamis secara periodik yang selalu diperbarui sesuai

pergerakan pasar dan prinsip-prinsip syariah. Review dilakukan setiap enam

bulan yaitu pada bulan Mei dan November.

Proses pemilihan efek ke dalam indeks ini dilakukan secara berkala

dan perusahaan yang tidak lagi memenuhi kriteria syariah dapat dikeluarkan

dari indeks. Komite Dewan Pengawas Syariah BEI berperan penting dalam

menilai kesesuaian saham yang tercatat di JII. Jakarta Islamic Index juga

mencerminkan kesehatan dan kinerja perekonomian Indonesia. Peningkatan

nilai indeks dapat dianggap sebagai indikator pertumbuhan dan stabilitas

34
ekonomi karena menunjukkan minat investor terhadap saham-saham yang

memenuhi kriteria syariah.

Ada dua macam imbal hasil yang diterima pemegang saham, yaitu

dividen dan perubahan harga saham selama periode atau yang disebut

dengan capital gain (Widagdo dkk, 2020). Imbal hasil pada saham syariah

bukan hanya dividen dan capital gain saja. saham syariah sering kali

memberikan keuntungan sosial dan etika. Dengan berinvestasi dalam

perusahaan yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah, investor

dapat merasa yakin bahwa mereka tidak hanya mencari keuntungan

finansial, tetapi juga berkontribusi pada pembangunan masyarakat yang

sesuai dengan nilai-nilai moral dan etika Islam.

Saham dari Jakarta Islamic Index juga menjadi wadah bagi

reksadana syariah, secara karakteristik reksadana syariah cenderung

memiliki portofolio yang terdiversifikasi dengan saham-saham yang

memenuhi kriteria syariah. Oleh karena itu, ketika kinerja saham JII

meningkat reksadana syariah juga dapat mengalami pertumbuhan yang

positif karena investasinya cenderung berfokus pada saham-saham yang

terdapat dalam indeks tersebut. Jika saham-saham yang terdapat dalam JII

mengalami pertumbuhan, maka nilai investasi dari reksadana syariah yang

mengikuti indeks tersebut juga cenderung naik. Sebaliknya, jika terjadi

penurunan kinerja saham-saham JII, maka reksadana syariah juga

mengalami penurunan.

35
6. Nilai Aktiva Bersih

Reksadana syariah merupakan instrumen investasi yang sesuai

dengan prinsip syariah Islam, dimana penanaman modal dilakukan sesuai

dengan prinsip etika dan hukum Islam. Berdasarkan OJK ada 4 jenis

reksadana syariah yang bersifat umum sebagai berikut :

a. Reksadana Syariah Pasar Uang

Portofolio reksadana syariah pasar uang terdiri dari

instrumen keuangan jangka pendek yang sesuai dengan syariah,

seperti deposito syariah, surat berharga syariah, dan instrumen pasar

uang lainnya. Salah satu ciri khas reksadana syariah pasar uang

adalah fokusnya pada instrumen dengan tingkat risiko yang relatif

rendah.

b. Reksadana Syariah Pendapatan Tetap

Portofolio reksadana syariah pendapatan tetap dikurasi

dengan cermat oleh manajer investasi yang memahami prinsip-

prinsip syariah. Sukuk syariah, sebagai instrumen utama, adalah

surat berharga syariah yang mewakili kepemilikan atas aset atau

proyek tertentu. Reksadana jenis ini dapat menjadi pilihan yang

menarik untuk investor dengan profil risiko yang lebih konservatif

atau bagi mereka yang ingin diversifikasi portofolio mereka dengan

instrumen yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.

36
c. Reksadana Syariah Campuran

Portofolio reksadana syariah campuran mencakup saham

syariah dari perusahaan yang mematuhi prinsip-prinsip syariah dan

instrumen pendapatan tetap syariah seperti sukuk dan obligasi

syariah. Reksadana jenis ini memberikan tingkat pengembalian

investasi yang tinggi sekaligus resiko yang tinggi.

d. Reksadana Saham Syariah

Portofolio reksadana saham syariah terdiri dari saham-saham

perusahaan yang telah melewati proses skrining syariah yang ketat.

Skrining dilakukan untuk memastikan bahwa perusahaan tidak

terlibat dalam kegiatan bisnis yang dilarang oleh prinsip syariah.

Selain itu, perusahaan juga harus memenuhi rasio keuangan tertentu,

seperti rasio utang terhadap ekuitas yang sesuai dengan prinsip

syariah. Reksadana saham merupakan jenis reksa dana yang

memiliki risiko paling tinggi dengan imbal hasil yang tinggi pula.

Dalam berinvestasi pada reksadana syariah, NAB menentukan nilai

investasi investor. Nilai aktiva bersih adalah ukuran kinerja reksa dana dan

menggambarkan nilai total seluruh aset reksadana setelah dikurangi

kewajibannya. Pada reksadana syariah, NAB merupakan ukuran yang

mencerminkan nilai per unit seluruh aset yang dimiliki reksadana, dihitung

dengan membagi total nilai aset dikurangi kewajiban dengan jumlah unit

reksadana yang beredar. Nilai total aset reksadana mencakup berbagai

instrumen investasi syariah, seperti saham, obligasi, sukuk, dan instrumen

37
pasar uang lainnya yang diperbolehkan berdasarkan peraturan syariah.

Menurut Lückoff (2011), reksadana menginvestasikan uang ini, atas nama

investornya, secara langsung melalui pasar modal dalam obligasi atau

ekuitas yang diterbitkan oleh perusahaan. Sedangkan kewajiban reksadana

meliputi biaya operasional, biaya pengelolaan investasi, dan kewajiban

keuangan lainnya yang menjadi tanggung jawab reksadana. Total unit

reksadana yang beredar menggambarkan jumlah saham investasi yang

dimiliki investor. Berikut adalah rumus dalam menghitung NAB :

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 − 𝐾𝑒𝑤𝑎𝑗𝑖𝑏𝑎𝑛 𝑅𝑒𝑘𝑠𝑎𝑑𝑎𝑛𝑎


𝑁𝐴𝐵 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑅𝑒𝑘𝑠𝑎𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Reksadana tergolong investasi yang minim resiko dan minim

keuntungan (low risk low return), jadi biasanya orang yang berinvestasi di

reksadana melakukannya untuk jangka panjang. Investor hanya peduli

apakah mereka menghasilkan uang atau tidak (Lückoff, 2011). Meskipun

tergolong minim resiko, resiko investasi juga harus dipertimbangkan. Salah

satu resiko utama dalam investasi reksadana adalah resiko pasar. Kinerja

reksadana sangat dipengaruhi oleh pergerakan pasar keuangan secara

keseluruhan. Fluktuasi harga saham dan obligasi yang dimiliki oleh

reksadana dapat menyebabkan nilai investasi berubah-ubah. Perubahan

kondisi ekonomi global, kebijakan moneter, atau peristiwa geopolitik juga

dapat mempengaruhi kinerja pasar secara keseluruhan.

38
B. Penelitian Terdahulu

Tabel 2. 1 Penelitian terdahulu

No Judul Penulis (tahun) Hasil Persamaan Perbedaan

1 Analisis (Setiawan & Secara simultan Meneliti nilai Menggunakan

Jumlah Uang Qudziyah, variabel jumlah aktiva bersih variabel

Beredar, Inflasi 2021) uang beredar reksadana inklusi

Dan Nilai dan inflasi syariah keuangan,

Aktiva Bersih memiliki inflasi, dan

Reksadana pengaruh yang transaksi

Syariah signifikan saham. Sertta

terhadap nilai memasukan

aktiva bersih Jakarta

reksadana Islamic Index

syariah. Secara sebagai

parsial jumlah variabel

uang beredar moderasi

memiliki terhadap

pengaruh yang inklusi

signifikan keuangan.

terhadap nilai

aktiva bersih

reksadana

39
syariah,

sedangkan

inflasi tidak

memiliki

pengaruh

secara parsial.

2 Pengaruh (Adrian & Secara simultan Meneliti nilai Menggunakan

Inflasi Dan Rachmawati, variabel inflasi aktiva bersih variabel

Nilai Tukar 2019) dan nilai tukar reksadana inklusi

Rupiah rupiah syariah keuangan,

Terhadap Nilai berpengaruh inflasi, dan

Aktiva Bersih signifikan transaksi

Reksadana terhadap nilai saham. Sertta

Syariah aktiva bersih memasukan

reksadana Jakarta

syariah. Secara Islamic Index

parsial inflasi sebagai

memiliki variabel

pengaruh moderasi

signifikan dan terhadap

nilai tukar inklusi

rupiah keuangan.

40
beerpengaruh

tidak

signifikan.

3 Literasi (Viana dkk., literasi Menggunakan Menggunakan

Keuangan, 2022) keuangan tidak variabel variabel

Inklusi berpengaruh inklusi inklusi

Keuangan dan signifikan keuagan keuangan,

Minat Investasi terhadap minat inflasi, dan

Generasi Z di investasi transaksi

Jabodetabek generasi Z di saham. Sertta

Jabodetabek. memasukan

inklusi Jakarta

keuangan Islamic Index

memiliki sebagai

pengaruh yang variabel

signifikan moderasi

terhadap minat terhadap

investasi inklusi

generasi Z di keuangan.

Jabodetabek.

4 Pengaruh (Nandari, Secara simultan Meneliti nilai Menggunakan

Inflasi, Kurs 2017) semua variabel aktiva bersih variabel

41
Dan Bi Rate menunjukan reksadana inklusi

Terhadap Nilai pengaruh yang syariah keuangan,

Aktiva Bersih signifikan. inflasi, dan

(Nab) Secara parsial transaksi

Reksadana inflasi dan kurs saham. Sertta

Syariah Di memiliki memasukan

Indonesia pengaruh Jakarta

(Periode 2010- signifikan Islamic Index

2016) positif, sebagai

sedangkan BI variabel

rate memiliki moderasi

pengaruh terhadap

signifikan inklusi

negatif. keuangan.

5 The effect of (Yahya, 2020) Hasil Menggunakan Menggunakan

macro pembahasan Jakarta variabel

variables on menunjukkan Islamic Index inklusi

the Jakarta bahwa ada sebagai keuangan,

Islamic Index pengaruh yang variabel. inflasi, dan

signifikan baik transaksi

jangka panjang saham. Sertta

maupun pendek memasukan

42
antara variabel Jakarta

makro, inflasi, Islamic Index

suku bunga BI, sebagai

jumlah uang variabel

beredar, dan moderasi

inflasi dengan terhadap

inklusi
JII.
keuangan.

6 Pengaruh (Miha, 2016) Variabel inflasi, Meneliti NAB Menggunakan

Variabel Bi rate, dan reksadana variabel

Makroekonomi nilai tukar syariah inklusi

Terhadap Nilai Rupiah secara keuangan,

Aktiva Bersih parsial inflasi, dan

(NAB) berpengaruh transaksi

Reksadana tidak signifikan saham. Sertta

Syariah Di terhadap nilai memasukan

Indonesia aktiva bersih Jakarta

reksadana Islamic Index

syariah di sebagai

Indonesia. variabel

Variabel moderasi

jumlah uang terhadap

43
beredar (M2) inklusi

dan harga keuangan.

minyak mentah

Indonesia

mempunyai

pengaruh yang

signifikan

terhadap nilai

aset bersih dana

investasi

syariah.

Sedangkan

semua variabel

berpengaruh

terhadap nilai

aktiva bersih

Reksa Dana

Syariah .

7 Eksistensi (Rapini dkk., Tingkat return Meneliti NAB Menggunakan

Kinerja 2021) reksadana reksadana variabel

Reksadana positif syariah inklusi

Syariah Pada Compound keuangan,

Annual Growth inflasi, dan

44
Era New Rate (CAGR), transaksi

Normal dimana dalam saham. Sertta

Compound memasukan

Annual Growth Jakarta

Rate (CAGR) Islamic Index

1Y peningkatan sebagai

paling tinggi variabel

sebesar moderasi

+63.97% dan terhadap

paling rendah inklusi

+2.59%. Net keuangan.

Asset Value

(NAV) 1Y

seluruh sampel

tumbuh positif

dengan

tambahan

paling tinggi

sebesar

+753.65, dan

paling rendah

+22.20.

45
8 Analisis (Nurrahmawati Variabel BI rate Meneliti NAB Menggunakan

Pengaruh dkk., 2021) dan nilai tukar reksadana variabel

Variabel rupiah memiliki Syariah inklusi

Makro pengaruh keuangan,

Ekonomi negatif secara inflasi, dan

terhadap Nilai parsial. transaksi

Aktiva Bersih Variabel inflasi saham. Sertta

Reksadana dan Indeks memasukan

Saham Syariah Harga Saham Jakarta

Periode 2015- Gabungan Islamic Index

2019 (IHSG) sebagai

memiliki variabel

pengaruh moderasi

positif secara terhadap

parsial. Secara inklusi

simultan keuangan.

variabel BI rate,

inflasi, IHSG

dan nilai tukar

rupiah

berpengaruh

signifikan

terhadap NAB

46
reksadana

saham syariah.

9 Analisis (Aldiansyah Secara parsial Meneliti NAB Menggunakan

Faktor-Faktor dkk., 2021) variabel inflasi reksadana variabel

yang tidak syariah inklusi

Memengaruhi berpengaruh keuangan,

Nilai Aktiva signifikan. inflasi, dan

Bersih Variabel kurs, transaksi

Reksadana SBIS dan ISSI saham. Sertta

Syariah berpengaruh memasukan

(Periode 2016- signifikan Jakarta

2019) terhadap NAB Islamic Index

reksadana sebagai

syariah. Secara variabel

simultan moderasi

variabel inflasi, terhadap

kurs, SBIS dan inklusi

ISSI keuangan.

berpengaruh

signifikan

terhadap NAB

reksadana

syariah.

47
10 Pengaruh (Septiani & Variabel literasi Menggunakan Menggunakan

Literasi Wuryani, keuangan dan inklusi variabel

Keuangan Dan 2020) inklusi keuangan inklusi

Inklusi keuangan sebagai keuangan,

Keuangan berpengaruh variabel inflasi, dan

Terhadap signifikan transaksi

Kinerja Umkm positif secara saham. Sertta

Di Sidoarjo parsial terhadap memasukan

kinerja UMKM Jakarta

di Sidoarjo. Islamic Index

Secara simultan sebagai

variabel literasi variabel

keuangan dan moderasi

inklusi terhadap

keuangan inklusi

berpengaruh keuangan.

signifikan

terhadap

kinerja UMKM

di Sidoarjo.

11 Investor (Chue, 2021) Sentimen Meneliti Menggunakan

sentiment and investor yang tentang variabel

tinggi di pasar reksadana inklusi

48
mutual fund saham keuangan,

stock picking berdampak inflasi, dan

negatif transaksi

terhadap saham. Sertta

reksadana. memasukan

Jakarta

Islamic Index

sebagai

variabel

moderasi

terhadap

inklusi

keuangan.

12 Does High (Dong & Tingginya Meneliti Menggunakan

Stock Price Wilson, 2019) sentimen tentang variabel

Synchronicity investor di reksadana inklusi

Always Hurt pasar saham keuangan,

Mutual Fund akan inflasi, dan

Industry? berdampak transaksi

Sentiment positif terhadap saham. Sertta

Matters reksadana. memasukan

Jakarta

Islamic Index

49
sebagai

variabel

moderasi

terhadap

inklusi

keuangan.

13 Optionable (Chung dkk, manager Meneliti Menggunakan

Stocks and 2018) investasi yang tentang variabel

Mutual Fund berkinerja baik reksadana inklusi

Performance dan keuangan,

Ch menggunakan inflasi, dan

informasi dari transaksi

sentimen pasar saham. Sertta

dengan baik memasukan

untuk mendapat Jakarta

keuntungan, Islamic Index

cenderung sebagai

meningkatkan variabel

kepemilikannya moderasi

pada saham terhadap

opsi pada inklusi

periode-periode keuangan.

berikutnya.

50
14 Pengaruh Nilai (Chairani, Variabel kurs, Meneliti Menggunakan

Tukar Rupiah 2020) usia, dan tentang NAB variabel

(Kurs), Jakarta volume reksadana inklusi

Islamic Index perdagangan syariah keuangan,

(JII), Usia memiliki inflasi, dan

Reksadana, masing-masing transaksi

Dan Volume memiliki saham. Sertta

Perdagangan pengaruh yang memasukan

Reksadana signifikan. Jakarta

Terhadap Nilai Sedangkan Islamic Index

Aktiva Bersih variabel JII sebagai

(Nab) tidak memiliki variabel

Reksadana pengaruh yang moderasi

Campuran signifikan. terhadap

Syariah inklusi

keuangan.

15 Pengaruh (Aviva, 2016) Variabel Meneliti NAB Menggunakan

Jumlah Uang jumlah uang reksadana variabel

Beredar (Jub), beredar dan syariah inklusi

Sertifikat Bank SBIS tidak keuangan,

Indonesia memiliki inflasi, dan

Syariah (Sbis), pengaruh yang transaksi

Dan Jakarta signifikan. saham. Sertta

51
Islamic Index Sedangkan memasukan

(Jii) Terhadap variabel JII Jakarta

Nilai Aktiva memiliki Islamic Index

Bersih (Nab) pengaruh yang sebagai

Reksadana signifikan variabel

Syariah terhadap NAB moderasi

Periode 2011- reksadana terhadap

2015 syariah. inklusi

keuangan.

16 Analisis (Shofia dkk, Variabel inflasi Meneliti NAB Menggunakan

Pengaruh 2018) berpengaruh reksadana variabel

Jakarta Islamic positif syariah inklusi

Index (JII), signifikan. keuangan,

Nilai Tukar Sedangkan inflasi, dan

Rupiah variabel JII dan transaksi

(KURS) dan kurs masing- saham. Sertta

Inflasi masing memasukan

Terhadap Nilai berpengaruh Jakarta

Aktiva Bersih negatif Islamic Index

(NAB) signifikan sebagai

Reksadana terhadap NAB variabel

Syariah reksadana moderasi

Campuran syariah. terhadap

52
(Periode 2014- inklusi

2016) keuangan.

53
C. Kerangka Penelitian

ANALISIS DAMPAK INKLUSI KEUANGAN TERHADAP NAB


REKSADANA SYARIAH PERIODE 2018-2022

Jakarta Islamic Index (M1)

Inklusi (X1)

Inflasi (X2) NAB reksadana


syariah (Y)
Transaksi
Saham (X3)

Uji asumsi klasik


- Statistik deskriptif
- Uji normalitas
- Uji heteroskedastisitas
- Uji multikolinearitas
- Uji autokorelasi

Uji hipotesis
- Uji T
- Uji F
- Uji koefisien determinasi

Kesimpulan

Gambar 2.1 Kerangka penelitian


Gambar 4. Kerangka Penelitian

54
D. Keterkaitan antar Variabel dan Hipotesis

1. Pengaruh inklusi keuangan terhadap nilai aktiva bersih reksadana

syariah

Dampak langsung inklusi keuangan terhadap nilai aktiva

bersih reksadana syariah adalah meningkatkan aksesibilitas produk

keuangan syariah kepada masyarakat luas.. Dengan akses keuangan

yang lebih luas, masyarakat mempunyai peluang lebih besar untuk

berpartisipasi dalam instrumen investasi, seperti reksadana syariah.

Partisipasi yang lebih besar ini akan mempengaruhi jumlah uang

yang mengalir ke reksa dana syariah, yang pada akhirnya akan

mempengaruhi nilai aset bersih. Semakin banyak modal yang

ditanam akan berpotensi meningkatkan kekayaan bersih seiring

dengan meningkatnya nilai aset yang dikelola.

H1: Inklusi keuangan berpengaruh signifikan positif

terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah

2. Pengaruh inflasi terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah

Inflasi meningkatkan harga berbagai komoditas di berbagai

sektor, dari hulu ke hilir. Inflasi dapat menurunkan daya beli

investasi. Ketika inflasi terjadi, harga barang dan jasa cenderung

meningkat sehingga menurunkan daya beli nilai investasi. Jika

inflasi meningkat, nilai aset reksadana mungkin tidak mampu

mengimbangi kenaikan harga secara keseluruhan. Akibatnya, nilai

55
aset bersih reksa dana syariah cenderung tergerus karena nilai aset

portofolio tidak selaras dengan kenaikan harga pasar.

H2: Inflasi berpengaruh signifikan negatif terhadap nilai

aktiva bersih reksadana syariah

3. Pengaruh volume transaksi saham terhadap nilai aktiva bersih

reksadana syariah

Meskipun volume perdagangan yang tinggi terkadang dapat

menciptakan peluang keuntungan yang lebih besar, aktivitas

perdagangan yang berlebihan dapat meningkatkan risiko. Manajer

investasi yang terlalu sering melakukan perdagangan untuk

mengimbangi volume perdagangan saham dapat menimbulkan

risiko yang tidak diinginkan pada portofolio reksadana syariah.

Risiko tersebut dapat berupa risiko pasar, risiko likuiditas atau

bahkan risiko kesalahan dalam mengambil keputusan investasi.

H3: Volume transaksi saham berpengaruh signifikan negatif

terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah

4. Pengaruh Jakarta Islamic Index pada hubungan inklusi keuangan

dengan nilai aktiva bersih reksadana syariah

Jika kinerja saham-saham Jakarta Islamic Index menurun,

maka bisa berdampak pada turunnya nilai portofolio reksa dana

syariah. Hal Ini juga berlaku sebaliknya. Kebanyakan reksadana

56
syariah berinvestasi pada saham-saham yang termasuk dalam indeks

syariah. Oleh karena itu, peningkatan nilai indeks saham dapat

mempengaruhi NAB reksadana syariah secara positif.

H4 : Jakarta Islamic Index berpengaruh positif signifikan

pada hubungan inklusi keuangan terhadap nilai aktiva bersih

reksadana syariah

57
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Data dan Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data sekunder dan jenis data yang

digunakan adalah data kuantitatif time series bulanan dari tahun 2018-2022.

Data yang digunakan bersumber dari laporan yang dikeluarkan secara resmi

oleh Survei Nasional Keuangan Inklusif (SNKI), Bank Indonesia (BI),

Badan Pusat Statistik (BPS), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Literatur-

literatur yang relevan dimaksukkan pula dalam kategori dokumen yang

mendukung penelitian (Gulo, 2002). Berikut adalah sumber dari data yang

digunakan dalam penelitian :

Tabel 3.1 Sumber Data

Variabel Sumber Data

Inklusi keuangan https://snki.go.id/

Inflasi http://www.bi.go.id

Volume transaksi saham https://www.bps.go.id/

NAB reksadana syariah https://www.ojk.go.id/

Jakarta Islamic Index https://id.investing.com/

58
B. Model Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah ordinary least square

(OLS) dan model penelitiannya adalah model regresi linier berganda.

dengan model persamaan rumus sebagai berikut :

𝑌 = 𝑎 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝑒

Keterangan :

Y = NAB reksadana syariah

a = Nilai konstanta

X1 = Inklusi keuangan

X2 = Inflasi

X3 = Volume Transaksi saham

B = Koefisien regresi

e = Error

Model Persamaan regresi interaksi :

𝑌 = 𝑎 + 𝛽1𝑋1 + 𝛽2𝑋2 + 𝛽3𝑋3 + 𝛽4𝑀1 + 𝛽5𝑋1𝑀1 + 𝑒

Keterangan :

Y = NAB reksadana syariah

a = Nilai konstanta

X1 = Inklusi keuangan

X2 = Inflasi

X3 = Volume Transaksi saham

59
X4 = Jakarta Islamic Index

X1M1 = Inklusi keuangan*Jakarta Islamic Index

B = Koefisien regresi

e = Error

C. Metode Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda

menggunakan program SPSS versi 25. Data yang digunakan dalam

penelitian ini dilakukan interpolasi dan tranformasi untuk mendapat hasil

uji yang baik.

Metode regresi linear berganda digunakan untuk memprediksi satu

variabel menggunakan dua atau lebih variabel (Yockey, 2023). Syarat untuk

pengujian regresi berganda yaitu dengan melakukan uji asumsi klasik pada

data seperti uji normalitas, uji heteroskedastisitas, uji multikolinearitas, dan

uji autokorelasi.

1. Uji normalitas

Uji normalitas adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menguji apakah suatu distribusi data mengikuti distribusi normal atau

tidak. Data terdistribusi normal apabila grafik histogram berbentuk

bentuk kurva bel atau lonceng. Data yang berdistribusi normal

berdasarkan uji histogram adalah bila hasil pengujian menunjukkan

grafik histogram berbentuk lonceng. (Purba dkk, 2021).

60
2. Uji Heteroskedastisitas.

Uji heteroskedastisitas adalah suatu teknik yang digunakan

untuk menguji apakah varian dari residual dari model regresi linier

berganda tergantung pada nilai variabel independen.

Heteroskedastisitas terjadi ketika varian dari residual tidak konstan,

atau variannya bervariasi tergantung pada nilai variabel independen.

Jika titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola pada grafik

scatter plot maka disimpulkan model yang digunakan tidak terjadi

heteroskedastisitas (Purba dkk, 2021).

3. Uji Multikolinaeritas

Uji multikolinearitas merupakan teknik yang digunakan

untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel independen dalam

model regresi linier berganda. Multikolinieritas terjadi ketika ada lebih

dari satu variabel independen yang saling berkorelasi. Pengujian

mutikolinearitas dalam penelitian ini menggunakan Variance Inflation

Factor (VIF). Apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka variabel

independen dari multikolinaeritas (Purba dkk, 2021).

4. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah suatu teknik yang digunakan untuk

menguji apakah terdapat korelasi antara observasi yang terpisah dalam

suatu sampel. Autokorelasi terjadi ketika ada hubungan antara

observasi yang terpisah dalam waktu. Data dikategorikan terbebas dari

gejala autokorelasi dengan menggunakan uji run test jika didapat hasil

61
nilai asymp. Sig (2-tailed) > 0,05 maka disimpulkan bahwa data tidak

terjadi autokorelasi (Purba dkk, 2021).

D. Uji Statistik dan Hipotesis

1. Uji t

Uji t dilakukan untuk menguji apakah variabel independen secara

individual dapat menjelaskan variabel dependen dengan baik. Jika hasil

uji t didapat nilai t hitung > t tabel dan nilai signifikansi lebih kecil dari

0,05 maka disimpulkan terdapat pengaruh yang signifikan terhadap

variabel dependen (Purba dkk, 2021).

2. Uji F

Uji F menguji apakah nilai-nilai koefisien tersebut signifikan dari

nol atau tidak. jika nilai F Hitung > F Tabel dan nilai signifikansi lebih

kecil dari 0,05 maka disimpulkan secara simultan (serempak) variabel

independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Purba

dkk, 2021).

3. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Uji koefisien determinasi merupakan teknik yang menilai seberapa

baik suatu model regresi linier dalam menjelaskan variasi suatu variabel

terikat. Rentang nilai persentase hasil uji koefisien determinasi berada

pada nilai nol persen sampai dibawah 100% (Purba dkk, 2021).

62
E. Operasional Variabel Penelitian

Penelitian ini menganalisis pengaruh inklusi keuangan, inflasi, dan

volume transaksi saham terhadap nilai aktiva bersih reksadana syariah.

Jakarta islamic Index sebagai salah satu indeks saham syariah dimasukan

sebagai variabel interaksi pada hubungan inklusi keuangan terhadap nilai

aktiva bersih reksadana sayariah. Adapun variabel-variabel yang dirancang

untuk penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Dependen (Y)

a. Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK) nilai aktiva bersih

(NAB) merupakan nilai pasar wajar dari akumulasi efek dan aset

lainnya dari reksadana dikurangi seluruh kewajibannya. Dalam

penelitian ini data yang digunakan adalah data time series bulanan

dari periode Januari 2018 - Desember 2022 yang ditulis dalam miliar

rupiah, dan data diperoleh dari situs (http://www.ojk.go.id).

2. Variabel Independen (X)

a. Inklusi Keuangan

Menurut World Bank inklusi keuangan didefinisikan sebagai

akses terhadap produk dan layanan jasa keuangan yang bermanfaat

dan terjangkau dalam memenuhi kebutuhan masyarakat maupun

usahanya dalam hal ini transaksi, pembayaran, tabungan, kredit dan

asuransi yang digunakan secara bertanggung jawab dan

berkelanjutan. Data yang digunakan adalah data time series tahunan

63
2018 - 2022 dalam bentuk persentase yang kemudian di interpolasi

menjadi data bulanan untuk menyamakan jumlah sampel data. Data

diperoleh dari situs (http://www.snki.go.id).

b. Inflasi

Menurut Bank Indonesia (BI) inflasi adalah kenaikan harga

barang dan jasa secara umum dan terus menerus dalam jangka waktu

tertentu. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data time

series bulanan dari periode Januari 2018 - Desember 2022 yang

ditulis dalam persentase, dan data diperoleh dari situs

(http://www.bi.go.id).

c. Volume Transaksi Saham

Menurut Nasution & Sulistyo (2016), volume transaksi

saham adalah jumlah total transaksi pembelian dan penjualan saham

yang dilakukan investor. Dalam penelitian ini data yang digunakan

adalah data time series bulanan dari periode Januari 2018 -

Desember 2022 yang ditulis dalam miliar rupiah, dan data diperoleh

dari (http://www.bps.go.id).

3. Variabel Interaksi

a. Jakarta Islamic Index (JII)

Menurut Indonesia Stock Exchange (IDX) Jakarta Islamic Index

adalah indeks saham syariah yang terdiri dari 30 saham syariah

paling likuid atau paling aktif yang ditunjukan dengan tingkat

kapitalisasi pasar yang besar. Dalam penelitian ini data yang

64
digunakan adalah data time series bulanan dari periode Januari 2018

- Desember2022 dengan menggunakan statistik pergerakan harga

dari kumpulan saham yang terdaftar atau disebut indeks. Setelah itu

data inklusi keuangan dikalikan dengan Jakarta Islamic Index untuk

menjadi variabel interaksi. Data dalam penelitian ini diperoleh dari

(http://id.investing.com).

65
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian

1. Inklusi Keuangan

Inklusi keuangan merupakan sebuah konsep yang mencakup

akses dan partisipasi yang adil bagi individu dan dunia usaha dalam

layanan keuangan yang berkelanjutan dan efektif. Hal ini

melibatkan partisipasi sejumlah besar masyarakat dalam sistem

keuangan, termasuk mereka yang sebelumnya terpinggirkan atau

mengalami kesulitan dalam mengakses layanan keuangan

tradisional. Berikut adalah gambaran umum tentang perkembangan

inklusi keuangan :

Grafik 4.1 Perkembangan Inklusi Keuangan

Inklusi Keuangan
100,00

80,00

60,00

40,00

20,00

-
Jan-18 Jan-19 Jan-20 Jan-21 Jan-22

Sumber: Otoritas Jasa Keuangan (data diolah)

66
Berdaarkan Grafik 4.1 bisa dilihat perkembangan inklusi

keuangan, pada tahun 2018 sebesar 70,03% dan meningkat menjadi

76,19% pada tahun 2019. Selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya

mengalami peningkatan berturut-turut, yaitu sebesar 81,40% pada

tahun 2020, lalu 83,60% pada tahun 2021, dan pada tahun 2022

sebesar 85,10%.

2. Inflasi

Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum

dan terus menerus dari waktu ke waktu. Hal ini mengakibatkan

menurunnya daya beli uang, artinya jumlah uang yang dibutuhkan

untuk membeli suatu barang atau jasa tertentu akan lebih tinggi

dibandingkan sebelumnya. Berikut adalah gamabaran umum

tentang perkembangan inflasi :

Grafik 4.2 Perkembangan Inflasi

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)

67
Berdasarkan grafik 4.2 bisa dilihat perkembangan inflasi dari

tahun 2018-2022. Pada bulan Januari 2018 tingkat inflasi sebesar

3,25%, lalu pada bulan April 2019 tingkat inflasi menurun menjadi

2,83%. Pada Juli 2020 tingkat inflasi berada pada tingkat 1,54%

hingga pada Januari 2022 meningkat menjadi 2,18% dan terus

meningkat hingga Desember 2022 menjadi 5,51%.

3. Volume Transaksi Saham

Volume transaksi saham merupakan ukuran jumlah saham

yang diperdagangkan dalam jangka waktu tertentu di pasar

keuangan. Hal ini mencerminkan besarnya aktivitas perdagangan

saham di bursa. Volume perdagangan saham dapat menjadi

indikator penting minat investor dan likuiditas pasar. Berikut adalah

gambaran umum tentang perkembangan volume transaksi saham :

Grafik 4.3 Perkembangan Volume Transaksi Saham

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah)

68
Berdasarkan grafik 4.3 bisa dilihat bagaimana volume

transaksi saham yang terjadi setiap bulan. Volume transaksi

terendah terjadi pada bulan Juni 2018 yaitu sebesar 122029 miliar

rupiah. Volume tertinggi terjadi pada bulan Januari 2021 yaitu

sebesar 410267 miliar rupiah.

4. Jakarta Islamic Index

Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks saham yang

mengukur saham-saham perusahaan yang memenuhi kriteria

kepatuhan syariah. Dalam konteks pasar keuangan Indonesia, JII

mewakili sekelompok saham yang mengikuti prinsip syariah dalam

operasional perekonomiannya. Berikut adalah gambaran umum

tentang Jakarta Islamic Index :

Grafik 4.4 Perkembangan Harga JII

Berdasarkan grafik 4.4 bisa dilihat bahwa indeks JII

menyentuh harga tertinggi pada Januari 2018 yaitu sebesar 787.

69
Sedangkan harga terendah JII terjadi pada Maret 2020 yaitu sebesar

476. Setelah mengalami penrunuran indeks JII kembali meningkat

pada bulan Februari 2021 menjadi 631.

B. Pengujian Asumsi Klasik

1. Statistik Deskriptif

Tabel 4.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif

Berdasrkan tabel 4.1 bisa dilihat bahwa :

1) Variabel NAB reksadana syariah (Y), memiliki nilai yang

berkisar antara 27876,73 dan 79440,23 dengan rata-rata

sebesar 47128,0077 dan simpangan baku sebesar

14357,84937.

2) Variabel inklusi (X1), memiliki nilai yang berkisar antara

5,58 dan 7,13 dengan rata-rata sebesar 6,6048 dan

simpangan baku sebesar 0,47514.

3) Variabel inflasi (X2), memiliki nilai yang berkisar antara

1,32 dan 5,95 dengan rata-rata sebesar 2,8057 dan

simpangan baku sebesar 1,15933.

70
4) Variabel volume transaksi saham (X3), memiliki nilai yang

berkisar antara 122029 dan 410267 dengan rata-rata sebesar

223677,20 dan simpangan baku sebesar 70769,841.

2. Uji Normalitas

Grafik 4.5 Hasil Uji Normalitas

Berdasarkan grafik 4.5 bisa dilihat bahwa garis melengkung

seperti gunung dan memiliki kaki yang simetris. Hal tersebut bisa

diartikan bahwa data dalam penelitian terdistribusi normal.

71
3. Uji Heteroskedastisitas

Grafik 4.6 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasrkan grafik 4.6 terlihat bahwa titik-titik tersebut

tersebar di atas dan di bawah titik nol dan tidak membentuk suatu

pola apapun. Bisa diartikan bahwa data dalam penelitian terbebas

dari heteroskedastisitas.

4. Uji Multikolinearitas

Tabel 4.2 Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel Nilai VIF

Inklusi 1.670

Inflasi 1.044

Transaksi saham 1.666

Jika nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan tidak

terjadi masalah multikolinearitas. Berdasarkan tabel hasil uji

multikolinearitas 4.2 bisa dilihat bahwa :

72
1. Variabel inklusi memiliki nilai VIF sebesar 1,670 < 10

2. Variabel inflasi memiliki nilai VIF sebesar 1,044 < 10

3. Variabel transaksi saham memiliki nilai VIF sebesar

1,666 < 10

Dengan ini bisa disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah

multikolinaeritas.

5. Uji Autokorelasi

Tabel 4.3 Hasil Uji Run Test

Asymp.sig (2-tailed) 0.118

Berdasrakan tabel hasil uji run test 4.3 bisa dilihat bahwa

nilai signifikansi (2-tailed) sebesar 0,119 > 0,05. Maka dapat

disimpulkan bahwa data yang digunakan terbebas dari autokorelasi.

C. Pengujian Statistik

1. Uji F

Tabel 4.4 Hasil Uji F

F Hitung 20.163

Signifikansi 0.000

73
Berdasarkan tabel 4.4 bisa dilihat bahwa nilai F hitung

sebesar 20,163. Hal ini berarti F hitung > F tabel yaitu sebesar

20,163 > 2,5396886. Maka dapat disimpulkan bahwa, variabel

inklusi (X1), inflasi (X2), dan transaksi saham (X3) secara simultan

berengaruh terhadap NAB reksadana syariah (Y).

2. Uji T

Tabel 4.5 Hasil Uji T

Variabel t hitung t tabel

Inklusi 5.829 2.003

Inflasi -3.838 2.003

Transaksi saham -2.477 2.003

Uji t menguji apakah variabel independen berpengaruh

secara independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan tabel

hasil uji t 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Variabel inklusi keuangan memiliki nilai t hitung > t tabel yaitu

sebesar 5,829 > 2,003, hal ini berarti inklusi keuangan memiliki

pengaruh parsial secara positif terhadap nilai aktiva bersih (NAB)

reksadana syariah. Dengan hasil ini maka H1 diterima, yaitu inklusi

keuangan berpengaruh secara positif signifikan.

2. Variabel inflasi memiliki nilai t hitung > t tabel yaitu sebesar -

3,838 > 2,003, hal ini berarti inflasi memiliki pengaruh parsial secara

74
negatif terhadap nilai aktiva bersih (NAB) reksadana syariah.

Dengan hasil ini maka H2 diterima, yaitu inflasi berpengaruh secara

negatif signifikan.

3. Variabel transaksi saham memiliki nilai t hitung > t tabel yaitu

sebesar -2,477 > 2,003, hal ini berarti transaksi saham memiliki

pengaruh parsial secara negatif terhadap nilai aktiva bersih (NAB)

reksadana syariah. Dengan hasil ini maka H3 diterima, yaitu volume

transaksi saham berpengaruh secara negatif signifikan.

3. Regresi Linear Berganda

Tabel 4.6 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Berdasarkan tabel hasil uji regresi linear bergenda 4.6 dapat

dirumuskan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2+b3X3+e

Y= 11.637+0.422X1+(-0.090)X2+(-0.648)X3+e

Keterangan :

Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana syariah

a = Nilai konstanta

X1 = Inklusi keuangan

75
X2 = Inflasi

X3 = Transaksi saham

B = Koefisien regresi

e = Error

Berdasarkan hasil regesi tersebut, maka dapat diinterpretasikan

sebagai berikut :

a. Konstanta: Koefisien konstanta (β) adalah 11.637. Ini

menunjukkan bahwa jika nilai variabel independen (X1, X2,

dan X3) adalah nol, maka nilai variabel dependen akan

diperkirakan sebesar 11.637.

b. Variabel X1: Koefisien regresi (β) untuk X1 adalah 0.422.

Ini berarti, jika nilai X1 naik satu persen, maka nilai variabel

dependen akan cenderung meningkat sebesar 0.422 persen,

dengan asumsi variabel lainnya tetap.

c. Variabel X2: Koefisien regresi (β) untuk X2 adalah -0.090.

Ini berarti, jika nilai X2 naik satu persen, maka nilai variabel

dependen akan cenderung menurun sebesar -0.090 persen,

dengan asumsi variabel lainnya tetap.

d. Variabel X3: Koefisien regresi (β) untuk X3 adalah -0.648.

Ini berarti, jika nilai X3 naik satu persen, maka nilai variabel

dependen akan cenderung menurun sebesar -0.648 persen,

dengan asumsi variabel lainnya tetap.

76
4. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Tabel 4. 7 Hasil Uji Koefisien Determinasi

R Square 0.519

Adjusted R Square 0.494

Berdasarkan tabel hasil uji koefisien determinasi 4.7 diatas

menunjukan bahwa nilai adjusted R2 sebesar 0,494 yang berarti

variabel yang digunakan dalam penelitian bisa menjelaskan sebesar

49,4% sedangkan sisanya sebesar 50,6 % dijelaskan oleh variabel

lain diluar dari penelitian.

5. Uji Pengaruh Variabel Interaksi

Tabel 4.8 Hasil Uji T Variabel Interaksi

Variabel T hitung T tabel

Inklusi Keuangan*Jakarta
2,563 2,005
Islamic Index
Berdasarkan tabel hasil uji varibel interaksi 4.8 diatas

menunjukan bahwa variabel interaksi (inklusi*JII) memiliki nilai t

hitung > t tabel yaitu sebesar 2,563 > 2,005, hal ini berarti variabel

(inklusi*JII) memiliki pengaruh pada hubungan inklusi keuangan

dan NAB reksadana syariah.

77
D. Pembahasan

1. Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap NAB Reksadana Syariah

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel inklusi memiliki

pengaruh positif signifikan secara parsial terhadap NAB reksadana

syariah. Artinya jika inklusi keuangan mengalami peningkatan maka

NAB reksadana syariah juga akan mengalami peningkatan.

Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa inklusi

keuangan menghilangkan hambatan yang ada untuk mengakses

layanan keuangan. Selain itu, inklusi keuangan juga memberikan

aksesibilitas yang lebih mudah untuk produk-produk syariah. Hal ini

deperkuat oleh Peraturan Presiden Nomor 114 Tahun 2020 tentang

SNKI yang berisi tentang tujuan, cara, dan sasaran keuangan inklusif

untuk mencapai tujuan, mendorong pertumbuhan ekonomi,

mempercepat pengentasan kemiskinan, dan mengurangi

kesenjangan antar individu dan antar daerah guna mewujudkan

kesejahteraan masyarakat Indonesia..

Penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Viana dkk

(2022), yang menunjukkan bahwa inklusi keuangan mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap minat investasi Gen Z di

Jabodetabek. Seiring dengan semakin luasnya akses Gen Z terhadap

produk dan layanan keuangan, minat mereka untuk berinvestasi

akan meningkat. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Septiani & Wuryani (2020), yang menyatakan

78
bahwa inklusi keuangan mempunyai pengaruh positif yang

signifikan terhadap kinerja UMKM di Sidoarjo. Inklusi keuangan

yang lebih besar akan memberikan manfaat bagi UMKM karena

para pelaku UMKM akan dapat lebih memahami konsep dasar

produk keuangan, melakukan perencanaan dan pengelolaan

keuangan yang lebih baik, serta melindungi UMKM dari penipuan

dan praktik tidak adil di pasar keuangan.

2. Pengaruh Inflasi Terhadap NAB Reksadana Syariah

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel inflasi memiliki

pengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap NAB reksadana

syariah. Artinya jika inflasi mengalami peningkatan maka NAB

reksadana syariah akan mengalami penurunan.

Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa inflasi

meningkatkan harga barang dan jasa yang berdampak pada

menurunnya daya beli investasi masyarakat. Hal tersebut

dikarenakan meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk

memenuhi kebutuhan barang dan jasa sehari-hari.

Penelitian ini sejalan dengan hasil dari penelitian Adrian &

Rachmawati (2019), Nandari (2017), dan Nurrahmawati dkk (2021)

yang menemukan bahwa inflasi mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Ini menunjukan bahwa

inflasi sangat erat kaitannya dengan investasi. Reksadana syariah

79
mencakup berbagai aset, seperti saham, obligasi, dan instrumen

keuangan lainnya. Jika inflasi meningkat, nilai aset reksadana

mungkin tidak mampu mengimbangi kenaikan harga secara

keseluruhan. Akibatnya, nilai aset bersih reksadana syariah

cenderung tergerus karena nilai aset portofolio tidak selaras dengan

kenaikan harga pasar.

3. Pengaruh Volume Transaksi Saham Terhadap NAB Reksadana

Syariah

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel volume transaksi

saham memiliki pengaruh negatif signifikan secara parsial terhadap

NAB reksadana syariah. Artinya jika volume transaksi saham

mengalami peningkatan maka NAB reksadana syariah akan

mengalami penurunan.

Hal ini disebabkan karena semakin tinggi tingkat

perdagangan maka semakin besar pula resiko yang dihadapi. Resiko

pasar, dan resiko likuiditas adalah contoh dari resiko yang harus

dihadapi oleh seorang manager investasi saat mengambil keputusan.

Chue, (2021) menyatakan bahwa sentimen investor yang tinggi di

pasar saham berdampak negatif pada reksadana syariah. Hal tersebut

bisa terjadi karena manager investasi bertindak lebih pasif dalam

mengelola dana yang terkumpul supaya tidak mengalami kerugian

disaat terjadinya fluktuasi pasar. Selain hal tersebut, tingginya

80
volume transaksi saham juga menunjukan bahwa investor lebih

tertarik berinvestasi pada saham daripada reksadana syariah.

4. Pengaruh Inklusi Keuangan Terhadap NAB Reksadana Syariah

Dimoderasi oleh Jakarta Islamic Index

Hasil regresi menunjukan bahwa variabel Jakarta Islamic

Index memiliki pengaruh sebagai variabel interaksi dalam hubungan

inklusi keuangan terhadap NAB reksadana syariah. Artinya jika

jakarta Islamic Index mengalami peningkatan maka NAB reksadana

syariah akan mengalami peningkatan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa, jika indeks JII meningkat maka NAB reksadana syariah juga

akan meningkat. Ini disebabkan karena reksadana syariah banyak

menginvestasikan dana kelolaan kedalam saham-saham yang

terdaftar di JII. Penelitian ini sejalan dengan (Aviva, 2016) yang

menyatakan bahwa JII berpengaruh signifikan terhadap NAB

reksadana syariah.

81
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh inklusi keuangan,

inflasi, dan volume transaksi saham terhadap nilai aktiva bersih reksadana

syariah, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel inklusi keuangan

berpengaruh positif signifikan terhadap variabel NAB reksadana

syariah. Hal ini bisa menjadi acuan bagi pemerintah untuk terus

meningkatkan inklusi keuangan di masyarakat. Dengan semakin

tingginya tingkat inklusi keuangan diharapkan akses layanan

keuangan khususnya investasi berbasis syariah bisa terus

berkembang dan bersaing dengan investasi konvensional.

2. Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel inflasi berpengaruh

negatif signifikan terhadap variabel NAB reksadana syariah. Hal ini

menunjukan bahwa pengendalian inflasi didalam suatu negara

sangat diperlukan, karena tingginya tingkat inflasi bisa mengurangi

daya investasi masyarakat dan mempengaruhi kinerja pasar saham

yang menjadi bagian dari portofolio reksa dana syariah. Ketika

inflasi terjadi, perusahaan cenderung menaikkan harga produk atau

jasanya untuk menutupi biaya produksi yang lebih tinggi. Hal ini

dapat menurunkan daya beli konsumen sehingga dapat

mempengaruhi pendapatan perusahaan. Beberapa perusahaan

82
mungkin mengalami penurunan pendapatan dan laba akibat inflasi,

yang dapat mempengaruhi harga sahamnya. Penurunan harga saham

ini dapat mempengaruhi nilai aset bersih reksa dana syariah karena

nilai aset portofolionya akan menurun.

3. Hasil uji parsial menunjukan bahwa variabel volume transaksi

saham berpengaruh negatif signifikan terhadap variabel NAB

reksadana syariah. Hal ini menunjukan bahwa tidak selamanya

likuiditas yang terjadi di pasar saham bisa berdampak positif.

Tingginya tingkat likuiditas volume perdagangan saham yang besar

juga dapat mengganggu strategi investasi jangka panjang reksa dana

syariah. Prinsip-prinsip syariah memerlukan pemantauan ketat

terhadap perusahaan dan jenis usaha yang diinvestasikan untuk

memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah. Hal ini bisa

mendorong manager investasi untuk mendapat keuntungan cepat.

Oleh sebab itu, perlu adanya pengendalian emosi yang kuat dan juga

analisa-analisa yang baik oleh seorang manager investasi.

4. Hasil uji interaksi variabel JII pada hubungan variabel inklusi

keuangan dengan NAB reksadana syariah, menunjukan bahwa

variabel JII berinteraksi positif pada hubungan antara inklusi

keuangan terhadap NAB reksadana syariah. Hal ini menunjukan

bahwa indeks saham syariah berperan penting untuk

keberlangsungan reksadana syariah. Kinerja indeks saham syariah

83
yang bagus memberikan kemudahan kepada manager investasi

dalam mengalokasikan dana.

B. Saran

Pertama, bagi pelaku investasi dengan semakin mudahnya akses

untuk menggunakan layanan-layanan keuangan khususnya investasi, maka

diperlukan juga analisa-analisa sebelum melakukan investasi di pasar

modal. Dengan kemudahan akses investasi yang ditawarkan oleh aplikasi

dari telepon pintar tidak menjamin bahwa instrumen yang ditawarkan selalu

menghasilkan keuntungan. Pelaku investasi perlu melakukan analisis

lanjutan dengan memperhatikan kondisi-kondisi internal maupun eksternal

yang kiranya bisa berdampak pada instrumen investasi yang dipilih.

Kedua, bagi pemerintah yang mengatur regulasi inklusi keuangan

dapat dikembangkan lagi melalui kebijakan yang mendukung pendidikan

keuangan syariah di lembaga pendidikan, insentif bagi lembaga keuangan

untuk mengembangkan produk dan layanan keuangan syariah yang lebih

mudah diakses, serta penyediaan infrastruktur yang memfasilitasi akses

terhadap pasar modal syariah. Hal ini bisa memperkuat basis investor

sekaligus partisipasi dalam pasar modal syariah.

Ketiga, untuk peneliti selanjutnya penggunaan variabel-variabel

penelitian bisa dikembangkan lagi. Variabel seperti perkembangan

teknologi, kultur sosial masyarakat, dan inovasi bisa ditambahkan. Selain

84
itu, variabel dalam skala global bisa dimasukan seperti regulasi tentang

pasar modal, kondisi politik dunia, dan pergerakan pasar saham global.

85
DAFTAR PUSTAKA

Adrian, M., & Rachmawati, L. (2019). Pengaruh Inflasi Dan Nilai Tukar Rupiah
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, 2(1),
1–9. http://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jei/
Alchian, A. (1950). Uncertainty, Evolution, and Economic Theory. Journal of
Political Economy, 58(3), 211–221.
Aldiansyah, A., Tripuspitorini, F. A., & Hadiani, F. (2021). Analisis Faktor-Faktor
yang Memengaruhi Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah (Periode 2016-
2019). Journal of Applied Islamic Economics and Finance, 1(2), 412–423.
https://doi.org/10.35313/jaief.v1i2.2474
Aviva, I. N. (2016). Pengaruh Jumlah Uang Beredar (Jub), Sertifikat Bank
Indonesia Syariah (Sbis), Dan Jakarta Islamic Index (Jii) Terhadap Nilai
Aktiva Bersih (Nab) Reksadana Syariah Periode 2011-2015.
http://repository.ibs.ac.id/509/1/20121112105.pdf
Bogle, J. C. (2010). Common sense on mutual funds (2nd Editio). Wiley.
Chairani, S. (2020). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Jakarta Islamic Index
(JII), Usia Reksadana dan Volume Perdagangan Reksadana Terhadap Nilai
Aktiva Bersih (Nab) Reksadana Campuran Syariah. Tirtayasa Ekonomika,
15(1), 31. https://doi.org/10.35448/jte.v15i1.6325
Chue, T. K. (2021). Investor sentiment and mutual fund stock picking Investor
sentiment and mutual fund stock picking. 2021(15501017).
https://doi.org/https://doi.org/10.1080/13504851.2021.1951440
Chung, C. Y., Ryu, D., Wang, K., & Zykaj, B. B. (2018). Optionable Stocks and
Mutual Fund Performance. Journal of Futures Markets, 38(3), 390–412.
https://doi.org/10.1002/fut.21844
Demirguc-Kunt, A., Klapper, L., Singer, D., & Van Oudheusden, P. (2015). The
Global Findex Database 2014: Measuring Financial Inclusion around the
World. World Bank Policy Research Working Paper. 7255(April).
http://www-
wds.worldbank.org/external/default/WDSContentServer/WDSP/IB/2015/04/
15/090224b082dca3aa/1_0/Rendered/PDF/The0Global0Fin0ion0around0the
0world.pdf#page=3%5Cnhttp://elibrary.worldbank.org/doi/book/10.1596/18
13-9450-7255
Dong, F., & Wilson, S. D. (2019). Does High Stock Price Synchronicity Always
Hurt Mutual Fund Industry? Sentiment Matters. Journal of Behavioral
Finance, 20(1), 73–80. https://doi.org/10.1080/15427560.2018.1459623
Eko Sudarmanto, Muhammad Syaiful, N. F., Muhammad Hasan, Ashar
Muhammad, A. I. F., Selvi Yona Tamara, Ari Mulianta, L. E. N., Iwan
Prasetyo, Arfandi SN, Muh. Ihsan Said Ahmad, L. F., & Darwin Damanik,

86
Edwin Basmar, Nur Zaman, B. P. (2021). Teori Ekonomi:Mikro dan Makro.
In A. Karim (Ed.), Paper Knowledge . Toward a Media History of Documents.
Yayasan Kita Menulis.
Gulo, W. (2002). Metodologi Penelitian: Vol. viii (Issue 1). Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hazlitt, H. (2013). What You Should Know About Inflation (second edi). D. VAN
NOSTRAND COMPANY, INC.
Irfan, M., Kassim, S., & Dhimmar, S. (2021). Impact of Covid-19 on Islamic Stock
Markets: An Investigation using Threshold Volatility and Event Study
Models. International Journal of Islamic Economics and Finance (IJIEF),
4(1), 121–148. https://doi.org/10.18196/ijief.v4i1.10480
Kirwan, S. (2021). Financial Inclusion (Issue July). agenda publishing.
Kort, M. G. (2019). The Intelligent Investor. In The Soviet Colossus. HarperCollins
Publishers Inc. https://doi.org/10.4324/9781351171885-6
Lückoff, P. (2011). Mutual fund performance and performance persistence: The
impact of fund flows and manager changes. In Mutual Fund Performance and
Performance Persistence: The Impact of Fund Flows and Manager Changes.
Gabler, Betriebswirt.-Vlg. https://doi.org/10.1007/978-3-8349-6527-1
Malkiel, B. G. (1999). A Random Walk Down Wall Street (Vol. 4, Issue 1). W. W.
Norton & Co.; 7th Revised edition.
Marginingsih, R. (2021). Financial Technology (Fintech) Dalam Inklusi Keuangan
Nasional di Masa Pandemi Covid-19. Moneter - Jurnal Akuntansi Dan
Keuangan, 8(1), 56–64. https://doi.org/10.31294/moneter.v8i1.9903
Miha, C. (2016). PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP
NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA SYARIAH DI
INDONESIA. Jurnal Ekonomi Syariah Teori Dan Terapan, 4(2), 44–50.
Mubarok, F., Al Arif, M. N. R., & Mufraini, M. A. (2020). The Stability of the
Indonesian Sharia Stock Index to Economic Shocks. Iqtishadia, 13(2), 138.
https://doi.org/10.21043/iqtishadia.v13i2.7748
Nandari, H. U. D. R. A. (2017). Pengaruh Inflasi, Kurs Dan Bi Rate Terhadap Nilai
Aktiva Bersih (Nab) Reksadana Syariah Di Indonesia (Periode 2010-2016).
An-Nisbah: Jurnal Ekonomi Syariah, 4(1).
https://doi.org/10.21274/an.2017.4.1.51-74
Nasution, L. Z., & Sulistyo, S. (2016). Pengaruh Volume Perdagangan Saham,
Frekuensi Perdagangan Saham, Volatilitas Harga Saham, dan Kapitalsiasi
Pasar terhadap Return Saham Perusahaan …. Jurnal Riset Mahasiswa ….
http://ejournal.unikama.ac.id/index.php/jrma/article/view/1382
Nurrahmawati, H., Mauluddi, H. A., & Juniwati, E. H. (2021). Analisis Pengaruh
Variabel Makro Ekonomi terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham

87
Syariah Periode 2015-2019. Journal of Applied Islamic Economics and
Finance, 1(2), 332–348. https://doi.org/10.35313/jaief.v1i2.2468
Pratama, Y. C., & Azzis, A. (2018). Macroeconomic Variables, International
Islamic Indices, and The Return Volatility in Jakarta Islamic Index. Al-
Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah, 10(1).
https://doi.org/10.15408/aiq.v10i1.5550
Purba, D. S., Tarigan, W. J., Sinaga, M., & Tarigan, V. (2021). Pelatihan
Penggunaan Software SPSS Dalam Pengolahan Regressi Linear Berganda
Untuk Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Simalungun Di Masa
Pandemi Covid 19. Jurnal Karya Abadi, 5, 5–24.
Rama, A. (2017). Analisis Deskriptif Perkembangan Perbankan Syariah Di ASIA
TENGGARA (2004-2016). The Journal of Tauhidinomics, 1(2), 105–123.
https://www.researchgate.net/profile/Ali-
Rama/publication/309634383_ANALISIS_DESKRIPTIF_PERKEMBANG
AN_PERBANKAN_SYARIAH_DI_ASIA_TENGGARA/links/581ad3a808
ae30a2c01cbe25/ANALISIS-DESKRIPTIF-PERKEMBANGAN-
PERBANKAN-SYARIAH-DI-ASIA-TENGGARA.pdf
Rama, A. (2018). Mengukur Derajat KeIslaman Ekonomi dan Faktor
Pendorongnya : Studi Kasus Provinsi di Indonesia. Maqdis: Jurnal Kajian
Ekonomi Islam, 3(1), 1–15.
Rapini, T., Farida, U., & Listyono Putro, R. (2021). Eksistensi Kinerja Reksadana
Syariah Pada Era New Normal. Jurnal Tabarru’: Islamic Banking and
Finance, 4(2), 356–368. https://doi.org/10.25299/jtb.2021.vol4(2).7422
Rozgonjuk, D., Sindermann, C., Elhai, J. D., & Montag, C. (2021). Individual
differences in Fear of Missing Out (FoMO): Age, gender, and the Big Five
personality trait domains, facets, and items. Personality and Individual
Differences, 171(June 2020), 110546.
https://doi.org/10.1016/j.paid.2020.110546
Rudiawarni, F. A., Sulistiawan, D., & Sergi, B. S. (2022). Is conservatism good
news? The case of stocks of Jakarta Islamic index. Heliyon, 8(4), e09292.
https://doi.org/10.1016/j.heliyon.2022.e09292
Saharuddin, D., & Rama, A. (2017). Currency System and Its Impact on Economic
Stability. Al-Iqtishad: Journal of Islamic Economics, 9(2), 289–310.
https://doi.org/10.15408/aiq.v9i2.4749
Salisu, A. A., & Shaik, M. (2022). Islamic Stock indices and COVID-19 pandemic.
International Review of Economics and Finance, 80(July 2021), 282–293.
https://doi.org/10.1016/j.iref.2022.02.073
Septiani, R. N., & Wuryani, E. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan Dan Inklusi
Keuangan Terhadap Kinerja Umkm Di Sidoarjo. E-Jurnal Manajemen
Universitas Udayana, 9(8), 3214.

88
https://doi.org/10.24843/ejmunud.2020.v09.i08.p16
Setiawan, F., & Qudziyah, Q. (2021). Analisis Jumlah Uang Beredar, Inflasi dan
Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah. JES (Jurnal Ekonomi Syariah), 6(2),
139. https://doi.org/10.30736/jesa.v6i2.127
Sherif, M. (2020). The impact of Coronavirus (COVID-19) outbreak on faith-based
investments: An original analysis. Journal of Behavioral and Experimental
Finance, 28, 100403. https://doi.org/10.1016/j.jbef.2020.100403
Shofia, G. K., Nurdin, & Ibrahim, M. A. (2018). Analisis Pengaruh Jakarta Islamic
Index ( JII ), Nilai Tukar Rupiah ( KURS ) dan Inflasi Terhadap Nilai Aktiva
Bersih ( NAB ) Reksadana Syariah Campuran ( Periode 2014-2016 ) Analysis
of The Influence of The Jakarta Islamic Index ( JII ), The Exchange Rat.
Prosiding Hukum Ekonomi Syariah ISSN: 2460-2159 Vol. 4, No. 2, Tahun
2018, 675–680.
T. Dominic H. (2008). Berinvestasi di Bursa Saham. Elex Media Komputindo.
Upadana, I. W. Y. A., & Herawati, N. T. (2020). Pengaruh Literasi Keuangan dan
Perilaku Keuangan terhadap Keputusan Investasi Mahasiswa. Jurnal Ilmiah
Akuntansi Dan Humanika, 10(2), 126.
https://doi.org/10.23887/jiah.v10i2.25574
Viana, E. D., Febrianti, F., & Dewi, F. R. (2022). Literasi Keuangan, Inklusi
Keuangan dan Minat Investasi Generasi Z di Jabodetabek. Jurnal Manajemen
Dan Organisasi, 12(3), 252–264. https://doi.org/10.29244/jmo.v12i3.34207
Widagdo, B., Jihadi, M., Bachitar, Y., Safitri, O. E., & Singh, S. K. (2020).
Financial Ratio, Macro Economy, and Investment Risk on Sharia Stock
Return. Journal of Asian Finance, Economics and Business, 7(12), 919–926.
https://doi.org/10.13106/JAFEB.2020.VOL7.NO12.919
Yockey, R. D. (2023). SPSS® DEMYSTIFIED: A Simple Guide and Reference,
Fourth Edition. In SPSS Demystified: A Simple Guide and Reference, Fourth
Edition. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781003028154
Yuliana, I., & Sartika, F. (2020). Mediating Effect of Islamic Social Reporting on
the Relationship between Good Corporate Governance and Company Value:
The Case of the State-Owned Enterprises. Global Review of Islamic
Economics and Business, 8(1), 1–11.
Zhank, F. (2010). High-Frequency Trading, Stock Volatility, and Price Discovery.
In Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. (Issue 203).

89
LAMPIRAN

Lampiran 1: Data Penelitian


Inklusi Vol. NAB reksadana
No Bulan keuangan inflasi transaksi JII syariah
1 Jan-18 5.58 3.25 198902 787.12 27876.73
2 Feb-18 5.63 3.18 172056 771.84 30283.52
3 Mar-18 5.67 3.4 221371 704.28 31108.82
4 Apr-18 5.72 3.41 146631 693.22 32380.08
5 May-18 5.77 3.23 182237 675.48 33313.53
6 Jun-18 5.82 3.12 122029 654.77 32167.28
7 Jul-18 5.86 3.18 157852 655.04 32665.06
8 Aug-18 5.91 3.2 184115 659.92 31129.20
9 Sep-18 5.95 2.88 133958 664.91 31797.51
10 Oct-18 6.00 3.16 155988 651.27 33330.86
11 Nov-18 6.04 3.23 185235 662.59 33975.60
12 Dec-18 6.08 3.13 179713 685.22 34491.17
13 Jan-19 6.13 2.82 236675 727.01 37300.97
14 Feb-19 6.17 2.57 180005 698.32 36761.47
15 Mar-19 6.21 2.48 175149 704.69 37114.19
16 Apr-19 6.25 2.83 230389 691.91 35378.79
17 May-19 6.29 3.32 187098 661.04 32448.69
18 Jun-19 6.33 3.28 156966 682.65 33056.75
19 Jul-19 6.37 3.32 194938 687.80 48471.93
20 Aug-19 6.41 3.49 184896 702.59 50290.50
21 Sep-19 6.45 3.39 172000 685.92 55543.29
22 Oct-19 6.49 3.13 202327 686.92 57342.51
23 Nov-19 6.52 3 155332 667.44 55300.47
24 Dec-19 6.56 2.72 155144 698.09 53735.58
25 Jan-20 6.63 2.68 140067 642.80 55772.87
26 Feb-20 6.66 2.98 131392 565.01 58008.44
27 Mar-20 6.69 2.96 166004 476.39 57420.96
28 Apr-20 6.72 2.67 143486 542.50 59164.28
29 May-20 6.75 2.19 157169 528.97 58110.05
30 Jun-20 6.78 1.96 189655 533.80 58069.05
31 Jul-20 6.81 1.54 169543 555.63 63517.75
32 Aug-20 6.83 1.32 172830 556.67 69709.46
33 Sep-20 6.85 1.42 170705 518.90 71649.52
34 Oct-20 6.87 1.44 161388 545.66 71654.09

90
35 Nov-20 6.89 1.59 276428 597.80 71795.62
36 Dec-20 6.91 1.68 350131 630.42 74367.44
37 Jan-21 6.89 1.55 410267 601.75 73269.33
38 Feb-21 6.91 1.38 296230 631.45 77847.03
39 Mar-21 6.92 1.37 262571 605.69 79440.23
40 Apr-21 6.94 1.42 198177 585.43 77509.33
41 May-21 6.95 1.68 186755 567.62 40674.91
42 Jun-21 6.96 1.33 254923 544.30 40325.60
43 Jul-21 6.98 1.52 241219 532.79 40127.08
44 Aug-21 6.99 1.59 275006 540.67 39707.28
45 Sep-21 7.00 1.6 276621 552.53 41313.64
46 Oct-21 7.01 1.66 340408 567.93 40949.92
47 Nov-21 7.02 1.75 289277 558.15 42668.70
48 Dec-21 7.03 1.87 271478 562.02 44004.18
49 Jan-22 7.04 2.18 256484 556.83 42773.98
50 Feb-22 7.05 2.06 248751 571.41 43577.92
51 Mar-22 7.06 2.64 375567 590.17 43233.00
52 Apr-22 7.07 3.47 356509 619.20 42849.62
53 May-22 7.08 3.55 281786 614.30 42379.81
54 Jun-22 7.09 4.35 348269 574.56 40859.70
55 Jul-22 7.10 4.94 246225 597.99 41795.06
56 Aug-22 7.11 4.69 310262 616.72 43413.52
57 Sep-22 7.11 5.95 345530 611.04 40342.63
58 Oct-22 7.12 5.71 272708 618.34 40334.87
59 Nov-22 7.13 5.42 286100 608.47 41173.98
60 Dec-22 7.13 5.51 289705 588.04 40605.11

91
Lampiran 2: Data Penelitian Sesudah Transformasi
Inklusi Vol. NAB reksadana
No Bulan keuangan inflasi transaksi JII syariah
1 Jan-18 5.58 3.25 5.30 787.12 10.24
2 Feb-18 5.63 3.18 5.24 771.84 10.32
3 Mar-18 5.67 3.4 5.35 704.28 10.35
4 Apr-18 5.72 3.41 5.17 693.22 10.39
5 May-18 5.77 3.23 5.26 675.48 10.41
6 Jun-18 5.82 3.12 5.09 654.77 10.38
7 Jul-18 5.86 3.18 5.20 655.04 10.39
8 Aug-18 5.91 3.2 5.27 659.92 10.35
9 Sep-18 5.95 2.88 5.13 664.91 10.37
10 Oct-18 6.00 3.16 5.19 651.27 10.41
11 Nov-18 6.04 3.23 5.27 662.59 10.43
12 Dec-18 6.08 3.13 5.25 685.22 10.45
13 Jan-19 6.13 2.82 5.37 727.01 10.53
14 Feb-19 6.17 2.57 5.26 698.32 10.51
15 Mar-19 6.21 2.48 5.24 704.69 10.52
16 Apr-19 6.25 2.83 5.36 691.91 10.47
17 May-19 6.29 3.32 5.27 661.04 10.39
18 Jun-19 6.33 3.28 5.20 682.65 10.41
19 Jul-19 6.37 3.32 5.29 687.80 10.79
20 Aug-19 6.41 3.49 5.27 702.59 10.83
21 Sep-19 6.45 3.39 5.24 685.92 10.92
22 Oct-19 6.49 3.13 5.31 686.92 10.96
23 Nov-19 6.52 3 5.19 667.44 10.92
24 Dec-19 6.56 2.72 5.19 698.09 10.89
25 Jan-20 6.63 2.68 5.15 642.80 10.93
26 Feb-20 6.66 2.98 5.12 565.01 10.97
27 Mar-20 6.69 2.96 5.22 476.39 10.96
28 Apr-20 6.72 2.67 5.16 542.50 10.99
29 May-20 6.75 2.19 5.20 528.97 10.97
30 Jun-20 6.78 1.96 5.28 533.80 10.97
31 Jul-20 6.81 1.54 5.23 555.63 11.06
32 Aug-20 6.83 1.32 5.24 556.67 11.15
33 Sep-20 6.85 1.42 5.23 518.90 11.18
34 Oct-20 6.87 1.44 5.21 545.66 11.18
35 Nov-20 6.89 1.59 5.44 597.80 11.18
36 Dec-20 6.91 1.68 5.54 630.42 11.22

92
37 Jan-21 6.89 1.55 5.61 601.75 11.20
38 Feb-21 6.91 1.38 5.47 631.45 11.26
39 Mar-21 6.92 1.37 5.42 605.69 11.28
40 Apr-21 6.94 1.42 5.30 585.43 11.26
41 May-21 6.95 1.68 5.27 567.62 10.61
42 Jun-21 6.96 1.33 5.41 544.30 10.60
43 Jul-21 6.98 1.52 5.38 532.79 10.60
44 Aug-21 6.99 1.59 5.44 540.67 10.59
45 Sep-21 7.00 1.6 5.44 552.53 10.63
46 Oct-21 7.01 1.66 5.53 567.93 10.62
47 Nov-21 7.02 1.75 5.46 558.15 10.66
48 Dec-21 7.03 1.87 5.43 562.02 10.69
49 Jan-22 7.04 2.18 5.41 556.83 10.66
50 Feb-22 7.05 2.06 5.40 571.41 10.68
51 Mar-22 7.06 2.64 5.57 590.17 10.67
52 Apr-22 7.07 3.47 5.55 619.20 10.67
53 May-22 7.08 3.55 5.45 614.30 10.65
54 Jun-22 7.09 4.35 5.54 574.56 10.62
55 Jul-22 7.10 4.94 5.39 597.99 10.64
56 Aug-22 7.11 4.69 5.49 616.72 10.68
57 Sep-22 7.11 5.95 5.54 611.04 10.61
58 Oct-22 7.12 5.71 5.44 618.34 10.60
59 Nov-22 7.13 5.42 5.46 608.47 10.63
60 Dec-22 7.13 5.51 5.46 588.04 10.61

93
Lampiran 3: Hasil Uji Normalitas

Lampiran 4: Hasil Uji Heteroskedastisitas

94
Lampiran 5: Hasil Uji Autokorelasi

Lampiran 6: Hasil Uji Multikolinearitas dan Uji T

Lampiran 7: Hasil Uji F

95
Lampiran 8: Hasil Uji Koefeisien Determinasi

Lampiran 9: Hasil Uji Interaksi Variabel JII

96

Anda mungkin juga menyukai