Anda di halaman 1dari 138

PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE

TERHADAP KINERJA BANK UMUM SYARIAH BERDASARKAN


MAQASHID SYARIAH INDEX

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)

Oleh:
Nur Husna
NIM 11170850000090

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1443 H / 2022 M
ii
iii
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini


Nama : Nur Husna
NIM : 11170850000090
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:
1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan
mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakn karya orang laun tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya
ini.
Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah
melalui pembuktian yang dapat dipertanggung jawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai
sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Jakarta, 20 Oktober 2022


Yang Menyatakan,

(Nur Husna)

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curiculum Vitae)
Data Pribadi
Nama : Nur Husna
Tampat & Tanggal Lahir : Jakarta, 16 Juli 1999
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kemang Utara VII A No. 39 Rt.02/004 Kel.
Bangka Kec. Mampang Prapatan, Jakarta Selatan
No. Telepon : 085714388839
Email : nur.husna17@mhs.uinjkt.ac.id

Pendidikan Formal
2006 – 2011 : MI. Sa’adatul Muslimin
2011 – 2014 : Pondok Pesantren Al - Awwabin
2014 – 2017 : SMK RPI Jakarta
2017 – sekarang : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
S1 Perbankan Syariah

Pengalaman Organisasi
LiSEnSi UIN Jakarta : Anggota Divisi Keilmuan (2019 – 2020)
Sekretaris Umum LiSEnSi (2020 – 2021)
HMJ Perbankan Syariah : Anggota Divisi Peningkatan Prestasi (2017 – 2018)
Sekoor Divisi Sosial & Agama (2019 – 2020)

vi
PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
KINERJA BANK UMUM SYARIAH BERDASARKAN MAQASHID
SYARIAH INDEX

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance
terhadap kinerja bank umum syariah berdasarkan Maqashid Syariah Index.
Variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good Corporate Governance
yang diproksikan melalui dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan
pengawas syariah, dewan direksi dan komite audit. Sedangkan variabel dependen
dalam penelitian ini adalah kinerja bank syariah yang diproksikan melalui hasil dari
Maqashid Syariah Index. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bank
umum syariah berdasarkan statistik Perbankan Syariah yang dipublikasikan oleh
Otoritas Jasa Keuangan per-Februari 2022. Periode pengamatan dalam penelitian
ini adalah selama 4 tahun dari 2018 sampai dengan 2021. Teknik pengambilan
sampel dilakukan menggunakan metode purposive sample. Total sebanyak 10 bank
umum syariah yang digunakan sebagai sample. Metode analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi data panel. Hasil dari penelitian ini
menunjukan bahwa variabel independen komie audit berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja BUS berdasarkan Maqashid Syariah Index. Sedangkan
variabel independen dewan komisaris, dewan komisaris independen, dewan
pengawas syariah, dan dewan direksi tidak berpengaruh terhadap kinerja BUS
berdasarkan Maqashid Syariah Index.

Kata Kunci: Good Corporate Governance, Maqashid Syariah Index, Dewan


Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Pengawas Syariah, Dewan
Direksi, Komite Audit

vii
THE EFFECT OF GOOD CORPORATE GOVERNANCE ON THE
PERFORMANCE OF ISLAMIC BANKS BASED ON THE MAQASHID
SYARIAH INDEX

ABSTRACT
This study aims to determine the effect of Good Corporate Governance on the
performance of Islamic banks based on the Maqashid syariah Index. The
independent variables in this study consist of Good Corporate Governance which
is proxied through the board of commissioners, independent board of
commissioners, sharia supervisory board, board of directors and audit committee.
While the dependent variable in this study is the performance of Islamic banks
which are proxied through the results of the Maqashid syariah Index. The sample
used in this study is Islamic commercial banks based on Islamic Banking statistics
published by the Financial Services Authority as of February 2022. The observation
period in this study was for 4 years from 2018 to 2021. The sampling technique was
carried out using the purposive sample method. A total of 10 Islamic commercial
banks were used as samples. The analytical method used in this study is panel data
regression analysis. The results of this study indicate that the independent variable
of the audit committee has a positive and significant effect on the performance of
BUS based on the Maqashid syariah Index. While the independent variables of the
board of commissioners, independent board of commissioners, sharia supervisory
board and board of directors have no effect on BUS performance based on the
Maqashid syariah Index.

Keywords: Good Corporate Governance, Maqashid syariah Index, Board of


Commissioners, Independent Board of Commissioners, Sharia Supervisory Board,
Board of Directors, Audit Committee

viii
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
skripsi ini dengan judul “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Kinerja
Bank Umum Syariah Berdasarkan Maqashid Syariah Index.” Skripsi ini diajukan
untuk menyandang gelar S.E dari Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Melalui penyusunan skripsi ini
tentunya penulis sadar akan banyak ditemukannya kekurangan, baik itu dari segi
kualitas maupun dari segi kuantitas bahan observasi yang penulis tampilkan.
Penulis pun sadar bahwa skripsi ini masih penuh dengan kekurangan dan
keterbatasan, oleh sebab itu penulis memerlukan saran serta kritik yang
membangun yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik. Selanjutnya penulis
mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada segenap pihak yang
telah memberikan dukungan, baik itu berupa bantuan, do’a maupun dorongan, dan
beragam pengalaman selama proses penyelesaian penulisan skripsi ini. Pada
kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terimakasih yang
begitu besar kepada:

1. Orang tua tercinta, Umi Siti Maulidah dan Ayah Ahmad Mirzani yang selalu
ada untuk mendoakan, mendukung, memotivasi dan terus memberi
semangat kepada peneliti hingga bisa terselesaikannya skripsi ini
2. Bapak Prof. Dr. Amilin, S.E., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP., CRMP. sebagai
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Cut Ananda Fatimah, S.E., MBA. selaku Ketua Prodi Perbankan Syariah
dan Ibu Yuke Rahmawati, M.A. selaku Sekretaris Prodi Perbankan Syariah
yang telah banyak membantu serta mensupport anak jurusannya agar cepat
menyelesaikan skripsi sehingga bisa lulus

ix
4. Ibu Dr. Riris Aishah Prasetyowati, SE., MM dan Bapak Muhammad
Fadillah Fauzulkhaq, MA selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak memberikan arahan, saran serta meluangkan waktunya untuk
bimbingan sehingga bisa terselesaikannya penyusunan skripsi ini
5. Ibu Santi Yustini, S.E. M.Ak selaku dosen pembimbing akademik yang
telah banyak memberikan arahan terkait akademik kampus, serta
meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluh kesah saya selama masa
perkuliahan
6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang tidak bisa
disebutkan namanya satu-persatu, namun tak mengurangi rasa hormat saya
kepada bapak dan ibu sekalian. Terimakasih telah membimbing serta
memberikan ilmu pembelajaran selama masa perkuliahan
7. Para sahabat seperjuangan di grup Sholehah, Rajin, Sukses yaitu Efriyani,
Nurhidayatullah, Elvira Nurbilqisth, Zulfa Fauziyah, Syifa Saniyah
Nurjannah, Ajeng Istiqomah, Feby Haryati, Afiani Sa’adah dan Intisar, atas
waktu yang telah kita lalui bersama semasa kuliah yang penuh suka duka,
bertemu dari awal PBAK hingga saat ini, selalu mendukung dan
mengingatkan satu sama lain, dan yang tak terlupakan pula kos-kosan zulfa
yang selalu menjadi tempat bercerita dan perisitirahatan kita dari penatnya
kehidupan kampus
8. Teman-teman jurusan Perbankan Syariah 2017 kelas B, atas kekompakkan
belajar dan berdiskusi bersama selam perkuliahan
9. Teman-teman LiSEnSi dan HMJ Perbankan Syariah yang sudah menjadi
wadah pembelajaran dalam berorganisasi, tempat bertanya, saling berbagi
cerita selama berada di perkuliahan
10. Serta para pihak di dalam maupun luar kampus yang banyak membantu juga
mendoakan hingga terselesaikannya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta
masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga
x
penelitian ini dapat bermanfaat kelak bagi para pembaca dan semua pihak
khususnya di bidang perbankan syariah.

Jakarta, September 2022

Nur Husna

xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 9
C. Rumusan Masalah ................................................................................. 10
D. Tujuan Penelitian ................................................................................... 10
E. Manfaat Penelitian ................................................................................. 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 12
A. Agency Theory ........................................................................................ 12
B. Kinerja Perbankan Syariah ..................................................................... 13
C. Maqashid Syariah................................................................................... 15
D. Maqashid Syariah Index ......................................................................... 17
1. Mendidik Individu (Tahdzib Al-Fard) .......................................... 18
2. Menegakan Keadilan (Iqamah Al-‘Adl) ........................................ 18
3. Kepentingan Publik (Al-Maslahah)............................................... 19
E. Corporate Governance ........................................................................... 19
F. Corporate Governance Pada Perbankan Syariah .................................. 23
G. Dewan Komisaris .................................................................................. 27
H. Dewan Komisaris Independen ............................................................... 28
I. Dewan Pengawas Syariah ..................................................................... 29

xii
J. Dewan Direksi ........................................................................................ 30
K. Komite Audit ......................................................................................... 31
L. Penelitian Terdahulu .............................................................................. 32
M. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 39
N. Hipotesis ................................................................................................ 40
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 47
A. Populasi dan Sampel ............................................................................. 47
B. Data dan Sumber Data ........................................................................... 49
C. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 49
D. Metode Analisis Data ............................................................................. 50
1. Estimasi Model Data Panel .......................................................... 51
2. Tahap Analisis Data ..................................................................... 54
3. Uji Asumsi Klasik ......................................................................... 56
4. Uji Hipotesis ................................................................................. 60
E. Definisi Operasional Variabel ................................................................ 64
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 76
A. Gambaran Umum Objek Penelitian ....................................................... 76
B. Analisis Data Penelitian ........................................................................ 77
1. Uji Statistik Deskriptif .................................................................. 77
2. Uji Pemilihan Metode Data Panel ................................................. 82
a. Uji Chow ............................................................................... 82
b. Uji Hausman ........................................................................... 84

3. Uji Asumsi Klasik ........................................................................ 87


a. Uji Normalitas ........................................................................ 87
b. Uji Multikolinearitas ............................................................. 88
c. Uji Heteroskedastisitas ........................................................... 88
d. Uji Auto Korelasi .................................................................. 89

4. Hasil Uji hipotesis ........................................................................ 90


a. Koefisien Determinasi (R2) .................................................... 90
b. Uji F (Uji Simultan) .............................................................. 92
c. Uji t (Uji Parsial) ................................................................... 93

xiii
C. Pembahasan ........................................................................................... 94
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 102
A. Simpulan .............................................................................................. 102
B. Saran .................................................................................................... 102
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 104
LAMPIRAN ...................................................................................................... 110

xiv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Corporate Governance Konvesional dan Syariah ........... 26


Tabel 2.2 Hasil – Hasil Penelitian Terdahulu .................................................... 33
Tabel 3.1 Proses Pemilihan Sampel .................................................................. 48
Tabel 3.2 Sampel Penelitian .............................................................................. 48
Tabel 3.3 Model Pengukuran Kinerja Maqashid Syariah ................................. 68
Tabel 3.4 Bobot Masing – Masing Tujuan dan Elemen .................................... 70
Tabel 3.5 Variabel Penelitian dan Pengukuran Data ....................................... 75
Tabel 4.1 Kriteria Penentuan Sampel ............................................................... 77
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif ............................................................................ 78
Tabel 4.3 Hasil Uji Metode Common Effect ..................................................... 83
Tabel 4.4 Hasil Uji Metode Fixxed Effect ........................................................ 83
Tabel 4.5 Hasil Uji Chow ................................................................................. 84
Tabel 4.6 Hasil Uji Metode Fixxed Effect ......................................................... 85
Tabel 4.7 Hasil Uji Metode Random Effect ...................................................... 85
Tabel 4.8 Hasil Uji Hausman ............................................................................ 86
Tabel 4.9 Uji Multikolinearitas ......................................................................... 88
Tabel 4.10 Uji Heterosdekastisitas ..................................................................... 89
Tabel 4.11 Uji Auto Korelasi .............................................................................. 89
Tabel 4.12 Hasil Terpilih Uji Metode Fixxed Effect ........................................... 90
Tabel 4.13 Koefisien Determinasi (R2) ............................................................... 91
Tabel 4.14 Hasil Uji F (Uji Simultan) ................................................................. 92
Tabel 4.15 Hasil Uji t (Uji Parsial) ...................................................................... 94
Tabel 4.16 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis .............................................. 100

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Laporan Good Corporate Governance BUS 2019 – 2021................ 4


Gambar 2.1 Kerangkan Pemikiran ..................................................................... 39
Gambar 4.1 Uji Normalitas ................................................................................ 87

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Bank Umum Syariah ............................................ 110


Lampiran 2 Data Penelitian Good Corporate Governance .............................. 110
Lampiran 3 Data Penelitian Maqashid Syariah Index ..................................... 112
Lampiran 4 Statistik Deskriptif ........................................................................ 116
Lampiran 5 Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Panel .................................... 117
Lampiran 6 Hasil Uji Asumsi Klasik ............................................................... 119
Lampiran 7 Hasil Uji Hipotesis ....................................................................... 120

xvii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbankan syariah secara esensial berbeda dengan perbankan

konvensional, baik dalam tujuan, mekanisme, kekuasaan, ruang lingkup, serta

tanggung jawabnya. Setiap institusi dalam lembaga keuangan syariah menjadi

bagian internal dari sistem syariah yang mana bertujuan untuk membantu

mencapai tujuan sosio ekonomi masyarakat Islam (Kasmir, 2010).

Salah satu perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah dari segi

mekanisme sistemnya yaitu dalam penerapan Good Corporate Governance.

Tata kelola perusahaan (corporate governance) didefinisikan sebagai

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,

pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta

pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan

hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang

mengatur dan mengendalikan perusahaan. Tujuan dari corporate governance

menurut Forum for Corporate Governance (FCGI) adalah untuk menciptakan

nilai tambah bagi semua pihak berkepentingan (stakeholders).

Perbedaan antara GCG konvensional dengan syariah terletak pada shariah

compliance-nya, yaitu kepatuhan pada syariah (Muhammad, 2014). Sedangkan

kelima prinsip dasar GCG yang lain bank syariah sama dengan bank

konvensional, yakni transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban,

profesionalitas, dan kewajaran.


2

Sebagaimana tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No.

11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank

Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah, bahwa pelaksanaan GCG dalam industri

perbankan syariah harus memenuhi prinsip-prinsip syariah. Pentingnya

pelaksanaan GCG merupakan salah satu upaya untuk melindungi kepentingan

stakeholders, meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan

yang berlaku serta nilai-nilai etika yang berlaku secara umum pada industri

perbankan syariah (Saramawati & Lubis, 2014).

Dalam dua dekade ini perbankan syariah berkembang sangat pesat baik di

negara muslim maupun negara non-muslim (Waemustafa, 2013). Otoritas Jasa

Keuangan (OJK) mencatat asset perbankan syariah sebesar Rp 686,29 triliun

pada April 2022, adapun realisasi ini tumbuh 12,71% secara year on year

(Republika.co.id). Seiring dengan semakin berkembangnya industri perbankan

syariah, maka penilaian kinerja bank penting dilakukan baik oleh manajemen,

pemegang saham, pemerintah ataupun oleh pihak yang berkepentingan demi

menjaga kepercayaan masyarakat pada bank tersebut.

Menurut Badreldin (2009) selama ini pengukuran kinerja bank syariah

dilakukan dengan menggunakan economic performance atau dari sisi keuangan

yang mengadopsi dari pengukuran kinerja bank konvensional. Penilaian kinerja

bank syariah biasanya hanya dilihat dari pengukuran kinerja keuangan dengan

menggunakan rasio CAMELS (Capital, Assets, Management, Earnings,

Liquidity, Sensitivity of Market Risk), dan EVA (Economy Value Added)

(Antonio et al., 2012).


3

Menurut Mohammed dan Razak (2008) apabila bank syariah hanya

menggunakan pengukuran kinerja yang sama seperti bank konvensional, maka

akan terjadinya ketidaksesuaian nilai dari penggunaan indikator bank

konvensional dengan objek yang lebih luas yang terdapat pada bank syariah,

sehingga stakeholder bank syariah tidak dapat melihat perbedaan yang jelas

antara bank syariah dengan bank konvensional. Oleh karena itu selain mengukur

kinerja keuangan, diperlukan pengembangan pengukuran fungsi sosial dari

perbankan syariah.

Menurut Kholid dan Bachtiar (2015) kegiatan operasional bank syariah

harus sesuai dengan syariah Islam karena syariah Islam memiliki tujuan syariah

(maqashid syariah) sehingga tujuan bank syariah akan tepat jika diturunkan dari

maqashid syariah, karena pengukuran kinerja untuk mengetahui

ketercapaiannya terhadap tujuan akan tepat jika pengukurannya berbasiskan pada

maqashid syariah. Sehingga dengan mengukur maqashid syariah dapat

diketahui kesesuaian kinerja perbankan syariah yang merupakan aktifitas

muamalah tersebut dengan tujuan syariah pada umumnya.

Dalam mencapai maqashid syariah tersebut diperlukan penerapan

mekanisme Good Corporate Governance (GCG) atau tata kelola perusahaan

yang baik. Bank Indonesia mendorong agar pengelolaan bank syariah mengacu

pada prinsip-prinsip GCG sehingga akan menciptakan bank syariah yang sehat

secara keuangan dan sesuai dengan tujuan syariah Islam (Kholid & Bachtiar,

2015).
4

Dalam penerapannya Good Corporate Governance bank umum syariah

masih mengalami fluktuatif setiap tahun-nya. Berikut tabel mengenai penerapan

GCG yang diambil dari laporan GCG perbankan syariah dilihat dari penilaian

self-assessment.

Gambar 1.1
Laporan Good Corporate Governance BUS 2019-2021

3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0
BMI BCAS BMS BPDS BSB BAS BTPNS BVS BJBS BALDS

2019 2020 2021

Sumber: Laporan Good Corporate Governance BUS 2019 – 2021

Dapat dilihat dari gambar 1.1 diatas, bahwa penilaian self-assessment BUS

yang ada di Indonesia masih fluktuatif nilainya. Hal ini bisa terjadi dikarenakan

adanya temuan-temuan di GCG yang tidak sesuai dengan apa yang sudah

ditetapkan perusahaan, sehingga nilai dari self-assessment GCG menjadi tidak

stabil. Nilai dikategorikan 1 bernilai sangat baik, 2 baik dan 3 cukup atau bisa

dikatakan semakin kecil angka semakin baik nilai assessment GCG. Dari gambar

1.1 diatas bisa dilihat dari tiga tahun terakhir nilai GCG beberapa bank justru

mengalami penurunan seperti BCA Syariah ditahun 2019 bernilai 1 dan di tahun

2020 turun menjadi 1,5 begitu pula Bank Panin Dubai Syariah di tahun 2019

bernilai 1,55 mengalami penurunan ditahun 2020 dan 2021 menjadi bernilai 2,
5

lalu BTPN Syariah ditahun 2020 bernilai 1,5 menurun ditahun 2021 menjadi

bernilai 2, Bank Victoria Syariah tahun 2019 bernilai 1,55 turun menjadi bernilai

2 ditahun 2020 begitu pula Bank Aladin Syariah ditahun 2019 1,51 menurun

menjadi 2 ditahun 2020. Hal ini menandakan bahwa penerapan GCG

berdasarkan nilai self-assessment pada Perbankan syariah belum stabil.

Penerapan GCG yang masih fluktuatif ini tentu mempengaruhi kinerja pada

Perbankan syariah di Indonesia.

Indikator good corporate governance secara tidak langsung ikut berperan

dalam pengawasan kepatuhan bank syariah yaitu dewan komisaris, komisaris

independen, dewan direksi, komite audit, dan dewan pengawas syariah. Dewan

komisaris berperan dalam melakukan pengawasan terhadap manajamen. Dewan

komisaris membuat keputusan yang berarti dalam meningkatkan kinerja

perusahaan (Ozcan & Riza, 2016). Komite audit memiliki peranan yang penting

dalam mengawasi berbagai aspek organisasi yang bekerja sebagai suatu alat

untuk meningkatkan efektifitas, tanggung jawab, keterbukaan, dan objektifitas

dewan komisaris. Menurut Kodriyah, Suprihatin, dan Octaviani (2017)

keberadaan dewan pengawas syariah berperan sangat penting dalam hal

mengevaluasi, mengawasi dan mengarahkan kegiatan pada bank syariah agar

menjalankan operasional sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sesuai yang

ditetapkan oleh fatwa syariah.

Penerapan prinsip GCG menjadi hal terpenting di dalam pengelolaan bank

syariah. Namun dalam kenyataan-nya masih banyak bank syariah yang terpuruk

penerapan karena tata kelola perusahaan tidak baik sehingga banyak fraud yang
6

terjadi atau tidak ada investor yang mau membeli saham perusahaan tersebut.

Oleh karena itu, pentingnya sebuah bank syariah mengetahui pengetahuan yang

baik tentang Good Corporate Governance dalam menjalankan roda bisnisnya.

Lemahnya penerapan GCG pada bank syariah berdampak pada

menurunnya kepercayaan pemegang saham dan stakeholder kepada bank

syariah karena dinilai tidak baik dan tidak sehat. Contoh kasus seperti yang

terjadi pada Bank Syariah Mandiri cabang Bogor pada tahun 2012 yang

menyalurkan pembiayaan fiktif senilai Rp. 102 milyar dan menjadi kredit macet

kurang lebih senilai Rp. 59 milyar (www.sindonews.com). Disebut fiktif karena

MAKI (Masyarakat Anti Korupsi Indonesia) menilai bahwa pengajuan

pembiayaan dari debitur tidak digunakan sesuai proposal ketika uang cair.

Bahkan terdapat indikasi bahwa dana yang cair digunakan untuk kepentingan

pribadi.

Kasus tersebut melibatkan 3 (tiga) pihak, yaitu 3 karyawan BSM Cabang

Bogor diantaranya adalah Accounting Officer BSM Cabang Bogor, Kepala

Cabang Pembantu BSM Bogor, dan Kepala Cabang Utama BSM Bogor, 3 orang

debitur BSM Cabang Bogor, dan juga melibatkan 1 orang notaris. Para debitur

melakukan pembobolan uang bank melalui pembiayaan mudharabah yang

dibantu oleh tiga pegawai internal BSM Bogor. Ketiga debitur tersebut

melengkapi persyaratan kredit fiktif dengan memanipulasi sejumlah dokumen

seperti KTP palsu dan surat tanah palsu. Kemudian pengajuan kredit tersebut

dilakukan oleh Accounting Officer BSM Bogor tanpa melakukan pengecekan

lapangan dan disetujui oleh Kepala Cabang BSM Bogor yang memang telah
7

bekerjasama dengan para debitur tersebut. Kemudian kredit tersebut diberikan

kepada notaris untuk dibuatkan akad kredit. Ketiga pegawai BSM Bogor

mendapatkan uang dan hadiah. Masing – masing pegawai mendapatkan uang

senilai 3-4 milyar, dan ada pula yang mendapatkan mobil.

Dari kasus tersebut para tersangka dikenakan pasal 63 UU Nomor 21 tahun

2008 tentang Perbankan Syariah dan pelanggaran UU Nomor 8 tahun 2010

tentang pencuian uang. Selain itu, khusus untuk notaris, penyidik menambahkan

pasal 264 ayat 1 KUHP tentang pemalsuan surat autentik dengan ancaman

hukuman 8 tahun penjara.

Dari penjabaran kasus diatas dapat disimpulkan bahwa lemahnya

penerapan prinsip-prinsip GCG pada bank syariah mandiri, khususnya cabang

Bogor. Kecurangan yang telah dilakukan oleh pihak pegawai internal BSM

Bogor mengindikasikan lemahnya penerapan GCG pada bank tersebut. Prinsip

GCG yang dilanggar adalah accountability dan independency.

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance atau KNKG (2006)

perusahaan harus dapat mempertanggung jawabkan kinerjanya secara transparan

dan wajar. Untuk itu bank syariah harus dikelola secara benar, terukur, dan sesuai

dengan kepentingan perusahaan. Dilihat dari sisi akuntabilitasnya, seharusnya

para pegawai BSM Bogor melaksanakan tugas dan tanggungjawab seperti apa

yang telah diatur oleh Bank Syariah Mandiri. Dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya, seharusnya setiap organ bank syariah dan semua karyawan

harus berpegang pada etika bisnis dan pedoman perilaku (code of conduct) yang
8

telah disepakati. Namun para pegawai tersebut telah melakukan kecurangan

tanpa memperhatikan akuntabilitasnya sebagai pegawai internal bank syariah.

Selain melanggar prinsip akuntabilitas, kasus BSM Cabang Bogor telah

melanggar prinsip independensi. Menurut KNKG (2006) perusahaan harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak

saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Namun ketiga

pegawai BSM Cabang Bogor tersebut telah melanggar prinsip independensi.

Para pegawai melakukan kecurangan untuk meraih keuntungan dan kepentingan

pribadi.

Akibat lemahnya penerapan GCG di Bank Syariah Mandiri Cabang Bogor

menciptakan citra buruk Bank Syariah Mandiri dan secara tidak langsung

menurunkan kepercayaan para pemegang saham dan stakeholder serta

menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap keuangan berbasis syariah serta

berdampak terhadap menurunnya kinerja bank syariah itu sendiri.

Penelitian sebelumnya yang meneliti hubungan penerapan good corporate

governance dengan ukuran kinerja maqashid syariah adalah penelitian Kholid

dan Bachtiar (2015). Beberapa penelitian sebelumnya terkait good corporate

governance yang dihubungkan dengan kinerja bank diukur dengan ukuran

profitabilitas. Adapun penelitian sebelumnya yang mengukur kinerja bank

syariah dengan maqashid syariah adalah penelitian Antonio (2012) yang

meneliti kinerja maqashid syariah pada bank syariah di negara Jordania dan

Indonesia. Sampel penelitian tersebut adalah Bank Syariah Mandiri, Jordan

Islamic Bank, International Arab Bank Jordan pada tahun 2008 – 2010.
9

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk

menganalis pengaruh penerapan GCG terhadap kinerja bank syariah yang diukur

dengan maqashid syariah index. Penelitian ini merupakan pengembangan dari

penelitian Kholid dan Bachtiar (2015). Peneliti menggunakan data laporan good

corporate governance dan laporan keuangan (annual report) tahun 2018 – 2021

dan menambahkan variabel dewan komisaris independen dan dewan direksi

untuk mengembangkan penelitian terdahulu. Dengan demikian peneliti memberi

judul skripsi ini sebagai “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap

Kinerja Bank Umum Syariah Berdasarkan Maqashid Syariah Index”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dijelaskan, identifikasi

masalah pada penelitian ini yaitu:

1. Pengukuran kinerja bank umum syariah umumnya hanya terbatas pada

pengukuran rasio keuangan tanpa dilengkapi pemaparan hasil kinerja

berdasarkan prinsip syariah (Mohammed & Razak, 2008)

2. Lemahnya penerapan prinsip – prinsip Good Corporate Governance

sehingga menyebabkan terjadinya fraud di bank, contoh dalam studi kasus

peneliti pada bank syariah mandiri cabang Bogor (www.sindonews.com)

3. Penerapan Good Corporate Governance pada perbankan syariah masih

mengalami fluktuatif, dikarenakan adanya temuan-temuan di GCG yang

tidak sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan perusahaan. Hal ini dapat

dilihat pada laporan GCG bank umum syariah dari penilaian self-

assessment. (Laporan GCG Perbankan Syariah, 2019 – 2021)


10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah-masalah dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah dewan komisaris berpengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia?

2. Apakah dewan komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja bank

syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia?

3. Apakah dewan pengawas syariah berpengaruh terhadap kinerja bank

syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia?

4. Apakah dewan direksi berpengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia?

5. Apakah komite audit berpengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini diantaranya:

1. Menganalisis pengaruh dewan komisaris terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia

2. Menganalisis pengaruh dewan komisaris independen terhadap kinerja

bank syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia

3. Menganalisis pengaruh dewan pengawas syariah terhadap kinerja bank

syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia

4. Menganalisis pengaruh rangkap jabatan dewan pengawas syariah terhadap

kinerja bank syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia


11

5. Menganalisis pengaruh komite audit terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia

E. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan yang sudah dipaparkan diatas, maka penelitian ini

diharapkan bisa memberikan manfaat secara teoritis ataupun praktis. Adapun

manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Untuk memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu,

khususnya ekonomi dan bisnis syariah mengenai Good Corporate

Governance maupun kinerja bank umum syariah di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Perusahaan, diharapkan agar pihak bank dapat

mempertimbangkan hasil penelitian penulis dan memperbaiki

kekurangan pada laporan GCG dan annual report dari masing- masing

BUS.

b. Bagi penulis, diharapkan setelah meneliti, penulis menjadi paham

terkait judul dan permasalahan ini, sehingga dapat menambah ilmu

pengetahuan bagi penulis.

c. Bagi pembaca, hasil dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman

mengenai pengaruh Good Corporate Governance terhadap kinerja

bank syariah di Indonesia, serta dapat menjadi referensi bagi peneliti

selanjutnya yang akan melanjutan penelitian dengan permasalahan

yang sama dengan penulis.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Agency Theory

Teori agensi menjelaskan hubungan antara prinsipal dan agen. Prinsipal

adalah pihak yang memberikan mandat kepada agen untuk bertindak atas nama

prinsipal, sementara agen merupakan pihak yang diberikan mandat untuk

bertindak atas nama prinsipal. Hal tersebut akan mensyaratkan agen untuk

bertanggung jawab atas setiap tindakannya kepada prinsipal (Kholid &

Bachtiar, 2015). Teori agensi menghendaki adanya pemisahan antara prinsipal

dan agen, hal tersebut memicu adanya asymetric information dimana agen

memiliki informasi yang lebih baik mengenai organisasi dari pada prinsipal.

Adanya asymetric information dapat memicu masalah agensi baik itu berupa

moral hazard dan/atau adverese selection (Jansen & Meckling, 1976). Terkait

dengan kemungkinan munculnya masalah agensi, menurut Jensen dan

Meckling (1976) akan menimbulkan biaya keagenan untuk menekan masalah

agensi tersebut yang terdiri dari (1) biaya monitoring, (2) bonding expediture,

dan (3) residual loss.

Dalam hal perbankan, pihak perbankan (agen) lebih banyak mengetahui

informasi tentang pengelolaan dana dibandingkan nasabah (prinsipal). Hal

tersebut mengakibatkan asymetric information antara bank dengan nasabah.

Dengan adanya masalah agensi tersebut diperlukanlah penerapan good

corporate governance. Oleh karena itu, tata kelola perusahaan digunakan untuk

menekan atau mengurangi biaya keagenan tersebut.


13

Penerapan good corporate governance dalam perbankan diharapkan

dapat meningkatkan kinerja bank serta dapat melindungi kepentingan

stakeholder dan dapat meningkatkan kepatuhan terhadap perundang-undangan

serta nilai-nilai etika secara umum (Faozan, 2013). Dalam mekanisme good

corporate governance dibutuhkan pembentukan Dewan Pengawas Syariah

(DPS) sehingga dapat mengatasi masalah agensi dalam perbankan syariah

sehingga dalam menjalankan operasionalnya sesuai dengan syariah Islam

(Kholid & Bachtiar, 2015).

B. Kinerja Perbankan Syariah

Dalam kamus istilah akuntansi, kinerja (performance) adalah

kuantifikasi dari keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode

tertentu. Menurut Kasmir (2016), kinerja merupakan hasil kerja dan perilaku

kerja yang telah dicapai dalam menyelesaikan tugas-tugas dan tanggung

jawab yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Kinerja bank secara

umum merupakan gambaran prestasi yang dicapai oleh bank dalam

operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi

keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek

penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan

sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu

perusahaan (Ramadhani & Mutia, 2016).

Penilaian kinerja bertujuan untuk membantu pelaksanaan strategi

perusahaan (Anthony dan Govindarajan, 2003 dalam Farida & Zuliani,

2015). Artinya, sistem penilaian kinerja sebagai suatu alat pengukur


14

keberhasilan perusahaan saat ini dan juga masa yang akan datang. Hasil

pengukuran kinerja perusahaan, akan diketahui tingkat keberhasilan

perusahaan dalam mencapai tujuan (Hansen dan Mowen, 2012 dalam Farida

& Zuliani, 2015). Pengukuran tersebut digunakan untuk mengambil

keputusan yang diperlukan dalam menentukan kebijakan manajemen

perusahaan (Farida & Zuliani, 2015).

Mardiasmo (2002) menyatakan bahwa informasi yang digunakan

untuk pengukuran kinerja terdiri atas informasi finansial dan non-finansial.

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang

telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians

(selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan.

Jenis informasi non-finansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci

(key variable) atau sering dinamakan sebagai key succes factor, key result

factor, atau pulse point. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka

variabel ini harus segera disesuaikan (Farida & Zuliani, 2015).

Menurut Anthony & Govindarajan (2003) dalam Farida & Zuliani

(2015), pelaksanaan sistem penilaian kinerja mencakup empat langkah,

yaitu:

1. Mendefinisikan strategi

2. Mendefinisikan pengukur strategi

3. Menyatukan ukuran dalam sistem manajemen

4. Meninjau ukuran dan hasil pengukuran


15

C. Maqashid Syari’ah

Maqashid merupakan bentuk jama’ dari maqasud yang berasal dari

kata Qasad yang berarti menghendaki atau memaksudkan, maqashid berarti

hal-hal yang dikehendaki atau dimaksudkan. Sedangkan Shari’ah secara

bahasa berarti jalan menuju sumber air, jalan menuju sumber air dapat juga

diartikan berjalan menuju sumber kehidupan. Menurut Mutakin, kata Al-

Syari’ah mengandung arti hukum-hukum Allah yang ditetapkan untuk

manusia agar dipedomani untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia

maupun di akhirat (Mutakin, 2017). Maka dengan demikian, maqashid al-

syari’ah adalah tujuan-tujuan yang hendak dicapai dari suatu penetapan

hukum.

Imam al Ghazali menyebutkan maqashid syari’ah terdiri atas lima

hal pokok diantaranya adalah perlindungan terhadap agama (Hifdz Ad-Din),

perlindungan terhadap jiwa (Hifdz An-Nafs), perlindungan terhadap akal

(Hifdz Al-‘Aql), perlindungan terhadap kehormatan (Hifdz Al-‘Ardh), dan

perlindungan terhadap harta benda (Hifdz Al-Mal) (Musolli, 2018).

Teori maqashid syari’ah semakin berkembang melalui tiga tokoh

besar yaitu Imam al Ghazali (w. 505 H/1111M), Imam al Syathibi (w. 790

H/1388M), dan Imam Muhammad al Thahir ibn Asyur (w. 1394 H/1973 M)

(Nurnazli, 2014). Maqashid syari’ah adalah tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan oleh syariat untuk dicapai dengan tujuan kemashlahatan

manusia. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah yang menjelaskan bahwa kegiatan perbankan syariah


16

harus mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan

kemanfaatan.

Konsep Maqashid Syari’ah menurut al Syathibi yang dikutip oleh

Mahmud Shaltut mengatakan bahwa Syari’at adalah; “Aturan-aturan yang

diciptakan oleh Allah SWT untuk dipedomi oleh manusia dalam mengatur

hubungan dengan Tuhan, dengan manusia baik sesama Muslim maupun non

Muslim, alam dan seluruh kehidupan” (Maskuroh, 2014).

Menurut al Syathibi, pada dasarnya syariat ditetapkan untuk

mewujudkan kemaslahatan hamba (masalih al-‘ibad), baik di dunia maupun

di akhirat. Kemaslahatan inilah, dalam pandangan beliau, menjadi

Maqashid Syari’ah. Dengan kata lain, penetapan syariat, baik secara

keseluruhan (jumlata) maupun secara rinci (tafsila), didasarkan pada suatu

‘Illat (motif penetapan hukum), yaitu mewujudkan kemaslahatan hamba

(Maskuroh, 2014).

Imam al-Syatibi menyatakan bahwa tujuan syariah adalah

kemaslahatan umat manusia, artinya bahwa tidak satu pun hukum Allah

yang tidak mempunyai tujuan, karena hukum yang tidak mempunyai tujuan

sama dengan membebankan sesuatu yang tidak dapat dilaksanakan (Sukardi

et al., 2016).

Urgensi pentingnya maqashid syari’ah berdasarkan atas beberapa

pertimbangan, yaitu (Sukardi et al., 2016):

1. Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari wahyu Tuhan dan

diperuntukkan bagi umat manusia, sehingga akan selalu berhadapan


17

dengan perubahan sosial.

2. Praktik maqashid syari’ah secara historis, sudah pernah dilakukan

oleh Rasulullah SAW, para sahabat, dan generasi mujtahid.

3. Pengetahuan serta pemahaman tentang maqashid syari’ah

merupakan kunci keberhasilan mujtahid dalam ijtihad, karena di atas

landasan tujuan hukum itulah setiap persoalan dalam bermuamalah

antarsesama manusia dapat dikembalikan.

D. Maqashid syari’ah Index

Pengembangan maqashid syari’ah index didadasari oleh

ketidaksesuaian penggunaan indikator kinerja konvensional di perbankan

syariah. Ketidaksesuaian tersebut disebabkan oleh berbedanya tujuan antara

indikator konvensional yang menitikberatkan hanya pada pengukuran

keuangan, sedangkan tujuan perbankan syariah bersifat multidimensional

(Mohammed & Razak, 2008).

Mohammed & Razak (2008) telah mengembangkan evaluasi kinerja

untuk perbankan syariah berdasarkan maqashid indeks yang merujuk pada

konsep maqashid syari’ah Abu Zahrah. Maqashid index ini terbagi menjadi

3 variabel yaitu Mendidik Individu (Tahdzib al-Nafs), Establishing justice

(Iqamah al-adl) dan Maslahah (Welfare). Melalui konsep Sekaran, ketiga

tujuan tersebut diterjemahkan ke dalam 9 dimensi, lalu diklasifikasikan

menjadi beberapa 10 elemen. Kemudian, dari 10 elemen ditransformasikan

menjadi 10 rasio kinerja.

Pengukuran kinerja bank syariah berbasis maqashid syari’ah


18

merupakan proses untuk menentukan apakah bank syariah dapat mencapai

tujuan bank syariah yang diturunkan dari maqashid syari’ah. Pengukuran

kinerja mempunyai hubungan langsung dengan tujuannya, sehingga

indikator – indikator pencapaian kinerjanya akan diturunkan dari tujuan –

tujuan tersebut. Mohammed dan Razak (2008) menggunakan klasifikasi

maqashid syari’ah menurut Abu Zaharah yaitu mendidik individu (Tahdzib

Al-Fard), menegakkan keadilan (Iqamah Al-‘Adl), dan meningkatkan

kesejahteraan (Al Mashlahah) atau disebut sebagai metode Maqashid

syari’ah Index.

1. Mendidik Individu (Tahdzib Al-Fard)

Tujuan pertama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya serta bagaimana menciptakan masyarakat yang memiliki

pengetahuan yang baik mengenai tujuan dan jenis – jenis produk yang

ada pada bank syariah. Dengan demikian bank syariah harus mampu

merancang program pendidikan dan pelatihan untuk mencapai tenaga

kerja yang terampil serta memiliki nilai moral yang tepat. Selain itu bank

syariah harus mampu menyebarkan informasi dengan baik kepada

stakeholder mengenai produk bank syariah.

2. Menegakkan keadilan (Iqamah al-‘Adl)

Tujuan kedua ini menyatakan bahwa bank syariah harus mampu

meyakinkan masyarakat bahwa setiap proses transaksi dalam bisnis

syariah dilakukan secara adil termasuk harga, produk, ketentuan, dan

kontrak. Oleh karena itu bank harus meyakinankan bahwa setiap


19

produk yang ditawarkan tidak menciptakan kemungkinan dari kelalaian

dan ketidakadilan seperti riba dan korupsi.

3. Kepentingan Publik (Al-Maslahah)

Pada tujuan ketiga ini, dalam melaksanakan bisnisnya bank

syariah harus mengutamakan untuk memberikan manfaat atas produk

yang diberikan kepada masyarakat. Contohnya adalah pembiayaan

perumahan, investasi sektor riil seperti pertanian, pertambangan,

perikanan, konstruksi, manufaktur, serta usaha kecil dan menengah.

E. Corporate Governance

Corporate governance telah menjadi salah satu isu yang paling disoroti

dalam dunia bisnis saat ini (Basuony et al., 2014). Serangkaian kegagalan

perusahaan besar dan rentetan krisis ekonomi selama 20 tahun terakhir telah

menimbulkan banyak pertanyaan dan memusatkan perhatian pada isu – isu

terkait tata kelola perusahaan, terutama bagi lembaga keuangan (Srairi, 2015).

Penerapan tata kelola perusahaan yang baik pada perbankan tidak hanya

mampu meningkatkan kinerja bank tapi juga dapat meningkatkan stabilitas dari

sistem keuangan dan memberikan manfaat dalam berkontribusi men

sejahterakan masyarakat. Forum for Corporate Governance in Indonesia

(FCGI) mendefinisikan corporate governance sebagai seperangkat peraturan

yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola)

perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang

kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan

kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan
20

perusahaan. Sedangkan Cadburry Report mendefinisikan corporate

governance sebagai prinsip yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan

agar mencapai keseimbangan antara kekuatan serta kewenangan perusahaan

dalam memberikan pertanggung jawabannya kepada para shareholders

khususnya, dan stakeholders pada umumnya.

Dari definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa corporate

governance adalah seperangkat sistem yang mengatur dan mengawasi

hubungan antara para pengelola perusahaan dengan stakeholders sehingga bisa

menciptakan nilai tambah bagi suatu perusahaan. Setiap perusahaan harus

memastikan bahwa asas GCG telah diterapkan dalam setiap aspek bisnis dan di

semua jajaran perusahaan. Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance

(KNKG, 2006) terdapat 5 (lima) asas GCG yaitu transparansi (transparency),

akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi

(independency), dan kewajaran (fairness).

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, bank

syariah harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan

cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan.

Bank syariah harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak

hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan,

tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh

pemegang saham, kreditur maupun pemangku kepentingan lainnya.

2. Akuntabilitas (Accountability)
21

Bank syariah harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya

secara transparan dan wajar. Untuk itu bank syariah harus dikelola

dengan benar, terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan

dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan

pemangku kepentingan lain. Akuntanbilitas merupakan prasyarat yang

diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Bank syariah harus mematuhi peraturan perundang- undangan

serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan

lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam

jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate

citizen.

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, bank syariah harus

dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan

tidak mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Masing-masing organ bank syariah harus melaksanakan fungsi dan

tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan perundang-

indangan, tidak saling mendominasi dana tau melempar tanggung

jawab antara satu dengan yang lain.

5. Kewajaran (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, bank syariah senantiasa

memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku


22

kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Bank

syariah harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan

untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi

kepentingan bank syariah serta membuka akses terhadap internal sesuai

dengan prinsip transparansi dalam lingkup keududkan masing-masing.

Selain itu bank syariah juga harus memberikan kesempatan yang sama

dalam penerimaan karyawan, berkarir, dan melaksanakan tugasnya

secara professional tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,

gender, dan kondisi fisik.

Dalam industri perbankan syariah penerapan GCG telah diatur

melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009. Peraturan

ini dikeluarkan karena adanya keinginan dari BI untuk membangun

industri perbankan syariah yang sehat dengan adanya upaya untuk

melindungi kepentingan stakeholders dan meningkatkan kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku secara umum

pada perbankan syariah. Dalam Peraturan Bank Indonesia pasal 2 ayat

1 menyebutkan bahwa bank syarih wajib menerapkan good corporate

governance dalam segala kegiatan usahanya.

Pada penelitian ini peneliti mengukur good corporate governance

dengan menggunakan dewan komisaris, dewan komisaris independen,

dewan pegawas syariah, rangkap jabatan dewan pengawas syariah, dan

komite audit.
23

F. Corporate Governance pada Perbankan Syariah

Seiring dengan perkembangan industri perbankan syariah khususnya di

Indonesia antara lain ditandai dengan semakin beragamnya produk perbankan

syariah dan bertambahnya segmen pasar pelayanan perbankan syariah, maka

penerapan GCG di lembaga perbankan syariah menjadi suatu keharusan yang

tak terbantahkan. Bahkan bank-bank syariah harus tampil sebagai pionir

terdepan dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance tersebut.

Dalam kerangka itulah IFSB (Islamic Financial Service Board), sebuah

Badan Penetapan Standar Internasional untuk regulasi lembaga keuangan Islam

yang berpusat di Kuala Lumpur, pada tahun 2009 mengekspose draft Good

Corporate Governance untuk Lembaga Keuangan Syariah yang merupakan

pedoman pelaksanaan tata kelola perusahaan lembaga keuangan syariah di

semua negara atau yang lebih dikenal dengan istilah Sharia Governance.

Keharusan tampilnya bank syariah sebagai pionir penegakan Good

Corporate Governance dibanding konvensional, menurut Algaoud dan Lewis

(2001) karena permasalahan governance dalam perbankan syariah ternyata

sangat berbeda dengan bank konvensional, yaitu:

1. Bank syariah memiliki kewajiban untuk mematuhi prinsip-prinsip syariah

(shariah compliance) dalam menjalankan bisnisnya. Oleh karena itu

Dewan Pengawas Syariah (DPS) memainkan peran yang penting dalam

governance structure perbankan syariah.

2. Karena potensi terjadinya information asymmetry sangat tinggi. Hal ini

terkait dengan permasalahan tingkat akuntabilitas dan transparansi


24

penggunaan dana nasabah dan pemegang saham. Karenanya,

permasalahan keterwakilan investment account holders dalam

mekanisme Good Corporate Governance menjadi masalah strategis yang

harus pula mendapat perhatian bank syariah.

3. Dari perspektif budaya korporasi, perbankan syariah semestinya

melakukan transformasi budaya dimana nilai- nilai etika bisnis Islami

menjadi karakter yang inheren dalam praktik bisnis perbankan syariah.

Konsep GCG yang dikeluarkan oleh IFSB (Islamic Financial Service

Board) yang sering disebut dengan Shari’ah Governance sebagian besar

memiliki prinsip-prinsip yang sama dengan Good Corporate Governance

konvensional. Perbedaan yang ada dalam Good Corporate Governance syariah

dan konvensional hanya terletak pada syariah compliance yaitu kepatuhan pada

syariah. Sedangkan prinsip-prinsip transparansi, kejujuran, kehati-hatian,

kedisiplinan merupakan prinsip universal yang juga terdapat dalam aturan

Good Corporate Governance konvensional (Wardayati, 2011).

Islamic Financial Services Board (IFSB, 2009) menjelaskan Sistem

Shariah Governance merupakan seperangkat pengaturan kelembagaan dan

organisasi dimana lembaga keuangan syariah dapat memastikan bahwa

terdapat pandangan independen tentang kepatuhan syariah melalui proses

penerbitan fatwa syariah yang releven, penyebaran informasi fatwa dan review

internal kepatuhan syariah.

Struktur dan proses yang harus dilakukan agar pemenuhan syariah dalam

sistem Shariah Governance terlaksana dengan baik dalam sebuah institusi


25

menurut IFSB adalah sebagai berikut (IFSB, 2009):

1. Pengeluaran pernyataan atau resolusi (fatwa) yang releven. Pernyataan

atau resolusi syariah mengacu pada opini yang berkenaan dengan hukum

yang menyinggung isu-isu mengenai keuangan islam yang diberikan oleh

dewan syariah yang telah diberikan mandat. Dewan syariah juga

memastikan pelaksanaan pernyataan atau resolusi syariah tersebut

kepada industri jasa keuangan syariah.

2. Penyebaran informasi mengenai pernyataan atau resolusi (fatwa) yang

telah diterbitkan kepada personil operasi Lembaga Keuangan Syariah

untuk memantau kesesuaian terhadap fatwa pada setiap tngkat

operasional dan transaksi sehari-hari.

3. Adanya review/audit kepatuhan syariah internal, dimana berfungsi untuk

memverifikasi kepatuhan syariah telah dilaksanakan secara maksimal,

serta segala bentuk kejadian atas ketidakpatuhan akan dicatat dan

dilaporkan sejauh dapat diatasi dan diperbaiki.

4. Melakukan review/audit terhadap kepatuhan syariah setiap tahun yang

berfungsi untuk verifikasi bahwa kepatuhan syariah internal telah

dilakukan secara tepat dan dan temuan yang didapat sepatutnya dicatat

oleh Dewan Pengawas Syariah.

Ilustrasi mengenai sistem shariah Governance di lembaga keuangan

syariah dan perbedaannya dengan lembaga keuangan konvensional dilihat dari

pihak yang menjalankan tata kelola, kontrol dan kepatuhannya adalah sebagai

berikut (IFSB, 2009):


26

Tabel 2.1
Perbedaan Corporate Governance Konvensional dan Syariah

Fungsi Konvensional Syariah

Tata Kelola Dewan Direksi Dewan Syariah

Auditor internal Unit Review Syariah Internal


Kontrol
Auditor eksternal Unit Review Syariah Eksternal

Unit Aturan dan Unit Kepatuhan Syariah


Kepatuhan
Kepatuhan Keuangan Internal

Sumber: Islamic Financial Services Board, 2009.


Konsep shariah governance merupakan sistem tata kelola yang unik dan

ekslusif pada lembaga keuangan syariah yang berfungsi untuk memastikan

kepatuhan syariah dalam keseluruhan aktivitas dan operasi perusahaan. Elemen

penting yang membedakannya dari tata kelola perusahan pada umumnya

adalah sejumlah pengaturan kelembagaan dan keorganisasian dalam bentuk

Dewan Syariah, Unit Review Syariah Internal atau Eksternal dan Unit

Kepatuhan Syariah Internal untuk memenuhi aspek kepatuhan syariah pada

seluruh aspek transaksi bisnis dan operasi lembaga keuangan syariah (Rama,

2014).

Penilaian terhadap pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG)

bagi Bank Umum Syariah menurut Surat Edaran BI No.12/13/DPbS, tanggal

30 April 2011 disebutkan bahwa bank wajib melaksanakan prinsip-prinsip

GCG dalam setiap kegiatan usahanya pada seluruh tingkatan atau jenjang

organisasi. Dalam pelaksanaan GCG bagi BUS harus mencakup 11 faktor

berikut (Eliza, 2015):


27

1. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Komisaris

2. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Direksi

3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite

4. Pelaksanaan tugas dan tanggungjawab Dewan Pengawas Syariah

5. Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam kegiatan penghimpunan dana dan

penyaluran dana serta pelayanan jasa

6. Penanganan benturan kepentingan

7. Penerapan fungsi kepatuhan

8. Penerapan fungsi audit intern

9. Penerapan fungsi audit ekstern

10. Batas Maksimum Penyaluran Dana, dan

11. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS, laporan

pelaksanaan GCG serta pelaporan internal.

Pada penelitian ini, variabel independen merujuk pada penelitian Kholid

dan Bachtiar (2015) dimana variabel independen GCG di proksikan menjadi

Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Komite Audit. Dewan

Direksi merujuk pada penelitian Majid & Ghofar (2015) dan Dewan Komisaris

Independen merujuk ke penelitian Agustina & Maria (2017).

G. Dewan Komisaris

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 dewan komisaris adalah

organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau

khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada direksi.

Bank wajib memiliki anggota dewan komisaris dengan jumlah paling sedikit 3
28

(tiga) orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi (Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor. 55/POJK.03/2016).

Dewan komisaris bertugas untuk mengawasi dan memberikan petunjuk

serta nasihat kepada manajemen dengan pengelolaan bank. Kerangka tata

kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan,

pemantauan yang efektif dari manajemen oleh dewan komisaris, dan

akuntabilitas dewan komisaris untuk perusahaan dan para pemegang saham

(OECD, 2004). Hal ini diharapkan untuk meminimalisir masalah agensi yang

timbul antara dewan direksi dengan pemegang saham. Oleh karena itu, dewan

komisaris diharapkan mampu mengawasi kinerja dewan direksi sehingga

kinerja bank yang dihasilkan sesuai dengan kepentingan para pemegang

saham.

H. Dewan Komisaris Independen

Menurut Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016

komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki

hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan

keluarga dengan anggota direksi, anggota dewan komisaris lain dan/atau

pemegang saham pengendali, atau hubungan dengan bank yang dapat

mempengaruhi kemampuan yang bersangkutan untuk bertindak independen.

Dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang dewan

komisaris, jumlah komisaris independen wajib sekurang- kurangnya 30% dari

jumlah seluruh dewan komisaris (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor


29

33/POJK. 04/2014). Komisaris independen memiliki tugas pokok melakukan

fungsi pengawasan untuk menyuarakan kepentingan debitur, kreditur, dan

pemangku kepentingan lainnya (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

30/POJK.05/2014). Dalam menjamin terciptanya GCG yang baik maka

komisaris independen diharuskan mempunyai kredibilitas, profesional,

integritas yang baik.

Komisaris independen memikul tanggung jawab untuk mendorong

secara proaktif agar komisaris dalam melaksanakan tugasnya sebagai

pengawas dan penasihat direksi dapat memastikan perusahaan memiliki

strategi bisnis yang efektif, memastikan perusahaan mematuhi hukum

perundangan yang berlaku maupun nilai-nilai yang ditetapkan di perusahaan,

sehingga perusahaan memiliki tata kelola perusahaan yang baik. Dengan

demikian, komisaris independen diharapkan menjadi pihak yang independen

dalam melakukan pengawasan pada bank syariah sehingga bisa meminimalisir

terjadinya konflik dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja bank syariah.

I. Dewan Pengawas Syariah

Salah satu hal yang membedakan bank konvensional dengan bank

syariah adalah keberadaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) pada bank syariah.

Menurut Undang – Undang Nomor 40 Tahun 2007 perusahaan yang

menjalankan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah wajib mempunyai

dewan pengawas syariah selain mempunyai dewan komisaris.

Dewan pengawas syariah adalah dewan yang bertugas memberikan

nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan bank syariah agar
30

sesuai dengan prinsip syariah (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor

64/POJK.03/2016). Dengan kata lain, DPS bertanggung jawab atas produk dan

jasa yang ditawarkan kepada masyarakat agar sesuai dengan prinsip syariah

dan tentunya harus dikelola sesuai dengan prinsip syariah. Seperti halnya

auditor eksternal, dewan pengawas syariah bertindak sebagai pelapor

independen dalam operasioanal bank syariah (Srairi, 2015).

Bank Indonesia menetapkan bahwa keanggotaan DPS harus

mendapatkan rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional yang didirikan oleh

MUI (Hidayati, 2008). Jumlah anggota DPS sekurang-kurangnya 2 (dua) orang

atau paling banyak 50% (lima puluh persen) dari jumlah direksi sebagaimana

telah diatur oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor. 11/3/PBI./2009 Tentang

Bank Umum Syariah.

J. Dewan Direksi

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 direksi adalah organ

perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas pengurusan

perseroan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan. Dewan direksi dalam suatu perusahaan akan menentukan

kebijakan yang akan diambil atau strategi perusahaan tersebut secara jangka

pendek maupun jangka panjang. Anggota Dewan Direksi harus memiliki

reputasi moral yang baik dan kompetensi teknis yang mendukung. Selain itu

mereka juga harus memiliki kesadaran yang penuh terhadap segala risiko,

memiliki kemampuan untuk mengelola resiko seiring dengan kompleksitas

bisnis perbankan.
31

Dewan Direksi bertanggung jawab atas beberapa fungsi manajemen

tanpa harus terlibat secara langsung dalam operasionalisasi manajemen

bank, sehingga ia harus memiliki agenda pertemuan rutin dengan seluruh

komponen perusahaan, serta memiliki fungsi kontrol yang efektif. Dewan

Direksi memiliki fungsi utama dalam manajemen, yakni menetapkan tujuan

strategik dan prinsip-prinsip yang akan dijadikan sebagai acuan operasional

bank. Selain itu ia juga berperan dalam menetapkan kode etik bagi senior

manajemen dan standar operasional yang akan menjadi budaya kerja

perusahaan (Chapra & Ahmed, 2006).

K. Komite Audit

Dalam pelaksanaan fungsi dan tanggung jawab, dewan komisaris

didukung oleh komite – komite penunjang salah satunya adalah komite audit.

Pembentukan komite audit adalah untuk mendukung efektivitas pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dalam rangka pelaksanaan Good

Corporate Governance sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor

11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance di bank

umum syariah. Selain itu, pembentukan komite audit juga didasari oleh

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 55/POJK.04/2015 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.

Dalam melaksanakan tugasnya, komite audit membantu dewan

komisaris dalam melakukan pengawasan bank terutama dalam menjalankan

tugas dan fungsi pengawasan. Menurut Basuony et al., (2014) komite audit

bertugas melakukan pengawasan terhadap manajemen, internal dan eksternal


32

auditor untuk melindungi kepentingan shareholder. Dalam pelaksanaan

perannya, komite audit harus memastikan bahwa auditor eksternal menerima

semua informasi yang diperlukan dalam proses mengaudit secara independen

dan efektif dan memastikan bahwa fungsi auditor eksternal tidak berada dalam

tekanan manajemen perusahaan (Sarkar et al., 2012). Komite audit paling

sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota yang berasal dari komisaris

independen dan pihak luar emiten atau perusahaan publik.

L. Penelitian Terdahulu

Adapun hasil dari penelitian-penelitian terdahulu mengenai topik yang

berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam tabel 2.3


33

Tabel 2.2
Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
1. Hassan Coporate Variabel Dewan Pengukuran kinerja Corporate Governance dan Dewan
(2017) Governance, Pengawas Syariah, bank syariah Pengawas Syariah berpengaruh
Shariah Advisory Dewan Komisaris, menggunakan signifikan terhadap kinerja bank syariah
Boards dan Islamic Komisaris Independen. CAMEL. di Pakistan periode 2011 - 2015
Bank’s Performance Sampel Bank Syariah.
Data sekunder

2. Kholid and Good Corporate Variabel Dewan Sampel sebanyak 7 Jumlah dewan komisaris memiliki
Bachtiar Governance dan komisaris, Komite bank syariah di pengaruh positif signifikan terhadap
(2015) Kinerja Audit, Dewan Indonesia periode kinerja maqashid syariah bank syariah,
Maqashid Pengawas Syariah, dan 2010 – 2014 jumlah komite audit berpegaruh negatif
syariah Bank Maqashid syariah. signifikan terhadap kinerja maqashid
Syariash di Sampel bank syariah di syariah bank syariah, jumlah dewan
Indonesia Indonesia. Data pengawas syariah tidak berpengaruh
Sekunder terhadap kinerja maqashid syariah bank
syariah
Bersambung pada halaman selanjutnya
34

Tabel 2.2 (Lanjutan)


Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
3. Mohammed Developing Variabel Maqashid Sampel 24 bank, 12 Adanya ketidaksesuaian antara tujuan
et al (2015) Islamic Banking syariah, Data bank syariah dan 12 bank syariah dan tolak ukur bank
Performance Sekunder. bank konvensional konvensional yang digunkan untuk
Measures Based pengukuran kinerja bank syariah.
On Maqasid Al- Selama bank syariah menjalankan
Shari’ah peraturan konvensional untuk
Framework: operasinya, maka bank syariah dinilai
Cases of 24 memiliki penilaian kinerja kurang baik
Selected Banks dibandingkan bank konvensional
4. Srairi (2015) Corporate Variabel Dewan Pengukuran kinerja Dewan Komisaris, Dewan Pengawas
Governance Komisaris, Dewan menggunakan ROA Syariah, dan Risk Management
Disclosure Practices Pengawas Syariah, dan ROE sebagai berpengaruh positif terhadap kinerja
dan Performance of Komite Audit, dan kinerja operasi, dan bank syariah yang diukur dengan ROA
Islamic Banks in Data sekunder menggunakan dan ROE.
GCG Countries Tobin’s Q sebagai
pengukuran market
performance.
Bersambung pada halaman selanjutnya
35

Tabel 2.2 (Lanjutan)


Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
5. Mollah dan Shari’ah Variabel Dewan Pengukuran kinerja Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
Zaman Supervision, Pengawas Syariah, bank syariah dengan positif terhadap kinerja bank syariah.
(2015) Corporate dewan komisaris, ROA, ROE, Tobins’Q Dewan komisaris dan komisaris
Governance and komisaris independen independen berpengaruh negatif
Performance: terhadap kinerja bank syariah.
Conventional VS.
Islamic Banks

6. Antonio, An Analysis of Variabel Maqashid Sampel bank syariah di Bank Muamalat Indonesia memiliki
Sanrego, dan Islamic Banking syariah, Data Sekunder Indonesia (Bank menunjukkan kinerja yang lebih baik
Taufiq Performance: Muamalat Indonesia dibandingkan 3 sampel bank syariah
(2012) Maqasid Index dan Bank Syariah lainnya dengan total rasio maqashid
Implementation in Mandiri) dan Bank syariah 17,839%. Kemudian urutan
Indonesia dan Syariah di Jordania kedua diikuti oleh BSM, dan IIABJ
Jordania (Jordan Islamic Bank diurutan ketiga, sedangkan JIB berada
dan Islamic diurutan terakhir
International Arab
Bank Jordan)
Bersambung pada halaman selanjutnya
36

Tabel 2.2 (Lanjutan)


Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
7. Aneu Pengukuran Meneliti kinerja Bank Pengukuran kinerja Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Cakhyaneu Kinerja Bank Umum Syariah menggunakan metode lima bank yang memiliki Sharia
(2018) Umum Syariah Di berdasarkan Maqashid Simple Additive Maqashid Index tertinggi berturut-turut
Indonesia syariah Index Weighthing Method adalah Bank Syariah Mandiri, Panin
Berdasarkan (SAW) yang Bank Syariah, Bank Mega Syariah, BNI
Sharia Maqashid dilakukan terhadap Syariah dan Bank Muamalat Indonesia.
Index (SMI) dua belas bank umum
syariah di Indonesia.
8. Gabriel dan Pengaruh Penerapan Metode analisis yang Pengukuran kinerja Penerapan Corporate Governance diukur
Fidelis (2013) Corporate digunakan adalah bank menggunakan dengan skor CGPI. Kinerja keuangan
Governance Regresi linear berganda Corporate diukur dengan ROA, ROE dan Tobin’s
terhadap Kinerja Governance Q. Regresi menunjukkan tidak ada
Keuangan Perusahaan Perception Index pengeruh signifikan antara variabel
Hasil Survei The (CGPI), ROA, ROE, independen GCG terhadap kinerja
Indonesian Institute Tobin’s Q keuangan yang diukur dengan ROA dan
Perception Tobin’s Q, sedangkan jika diukur dengan
Governance (IICG) ROE memiliki pengaruh signifikan
periode 2008-2011
Bersambung pada halaman selanjutnya
37

Tabel 2.2 (Lanjutan)


Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
9. Totok Pengaruh Metode analisis Variabel independen Studi menunjukkan bahwa hubungan
Dewayanto Mekanisme yang digunakan dalam penelitian mekanisme pemantauan kepemilikan langsung
(2010) Good Corporate adalah Regresi ini meliputi kepemilikan tidak signifikan terhadap kinerja perbankan.
Governance linear berganda pemegang saham Kedua, Mekanisme Pengawasan Pengendalian
Terhadap Kinerja pengendali, kepemilikan Intern mengatasi hubungan negatif yang
Perbankan asing, kepemilikan signifikan terhadap kinerja hanyalah satu
Nasional pemerintah, ukuran ukuran perbankan kecuali yang diarahkan
(Studi pada dewan direksi, ukuran direksi adalah positif tetapi tidak signifikan.
Perusahaan dewan komisaris, Ketiga, Pemantauan Mekanisme Regulator dan
Perbankan yang komisaris independen, GWM atau CAR menunjukkan hubungan yang
Terdaftar di CAR, dan auditor signifikan dan positif terhadap kinerja sistem
Bursa Efek eksternal (Big 4). perbankan. Keempat, Pengungkapan
Indonesia Variabel dependennya Mekanisme Pemantauan melalui auditor
Periode 2006- adalah kinerja eksternal Big 4 menunjukkan signifikan
2008) perusahaan perbankan hubungan positif dengan kinerja sistem
yang diukur oleh ROA. perbankan.
Bersambung pada halaman selanjutnya
38

Tabel 2.2 (Lanjutan)


Hasil –Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Metode Penelitian


No Judul Penelitian Hasil Penelitian
(Tahun) Persamaan Perbedaan
10. Nono Hartono Analisis Pengaruh Meneliti kinerja Bank Sampel bank syariah Hasil penelitian menunjukkan bahwa
(2018) Islamic Corporate Umum Syariah yang digunakan baik ICG maupun iB-VAIC
Governance (ICG) berdasarkan Maqashid berjumlah 11 Bank berpengaruh positif dan siginifikan
dan Intellectual syariah Index Umum Syariah (BUS) terhadap MSI. Artinya pengungkapan
Capital (IC) pada periode tahun item ICG dan pengelolaan IC akan
terhadap Maqashid 2013-2017 berdampak pada peningkatan nilai MSI
Syariah Indeks bank syariah.
(MSI) pada
Perbankan Syariah
di Indonesia
39

M. Kerangka Pemikiran
40

N. Hipotesis

1. Pengaruh Dewan Komisaris terhadap Kinerja Maqashid syariah Bank

Syariah

Salah satu bagian dari penerapan Good Corporate Governance

adalah keberadaan dari dewan komisaris. Dewan komisaris adalah organ

perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau

khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasehat kepada

direksi (Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007). Sebagaimana yang telah

diatur oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009, jumlah

dewan komisaris dalam bank umum syariah minimal 3 (tiga) orang dan

paling banyak sama dengan jumlah direksi.

Jumlah dewan komisaris menentukan tingkat keefektifan

pemantauan dalam kinerja perusahaan. Gafoor et al., (2018) menemukan

bahwa terdapat hubungan antara dewan komisaris dengan kinerja bank di

India periode 2001 – 2014 dengan dewan komisaris yang berjumlah antara

6 hingga 9 anggota. Menurut Sulistyowati dan Fidiana (2017) semakin

kecil ukuran dewan komisaris maka makin akan terjadinya kecurangan

yang dilakukan oleh perusahaan, dan pada akhirnya akan menurunkan

kinerja manajemen.

Kholid dan Bachtiar (2015) meneliti 9 (Sembilan) bank umum

syariah di Indonesia periode 2010 – 2014 menemukan bahwa jumlah

dewan komisaris berpengaruh positif terhadap kinerja maqashid syariah

bank syariah di Indonesia.


41

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif sebagai

berikut:

H1 : Dewan Komisaris berpengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan Maqashid syariah Index di Indonesia

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Kinerja Maqashid

syariah Bank Syariah

Dalam hal dewan komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang dewan

komisaris, jumlah komisaris independen wajib sekurang- kurangnya 30%

dari jumlah seluruh dewan komisaris (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan

Nomor 33/POJK. 04/2014). Komisaris independen adalah anggota dewan

komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan,

kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota direksi,

anggota dewan komisaris lain dan/atau pemegang saham pengendali, atau

hubungan dengan bank yang dapat mempengaruhi kemampuan yang

bersangkutan untuk bertindak independen (Peraturan Otoritas Jasa

Keuangan Nomor 55/POJK.03/2016). Dengan demikian, komisaris

independen diharapkan menjadi pihak yang independen dalam melakukan

pengawasan pada bank syariah sehingga bisa meminimalisir terjadinya

konflik dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja bank syariah.

Keberadaan komisaris independen dimaksudkan untuk menciptakan

iklim dan lingkungan kerja yang lebih objektif serta menempatkan

kewajaran dan kesetaraan di antara berbagai kepentingan termasuk

kepentingan pemegang saham minoritas dan stakeholder lainnya. Dengan


42

demikian komisaris independen akan melakukan pengawasan yang lebih

baik dan efektif selama bersikap independen dalam pengambilan

keputusan sehingga dapat meningkatkan kinerja maqashid syariah bank

syariah.

Hasil penelitian Nyamongo dan Temesgen (2013) menemukan

bahwa keberadaan komisaris independen dapat meningkatkan kinerja bank

di Kenya. Selain itu Gafoor et al., (2018) juga menemukan bahwa

komisaris independen berpengaruh terhadap kinerja bank.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif sebagai

berikut:

H2 : Dewan Komisaris Independen berpengaruh terhadap kinerja bank

syariah berdasarkan Maqashid syariah Index di Indonesia

3. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah terhadap Kinerja Maqashid

syariah Bank Syariah

Dewan Pengawas Syariah bertugas dalam melakukan pengawasan

terhadap kepatuhan bank syariah dalam menjalankan operasionalnya

sesuai aturan Islam. Maka dari itu peran dewan pengawas syariah dapat

menekan masalah agensi yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja

bank syariah menjadi lebih baik.

Dengan memiliki pengawasan yang baik, diharapkan bank syariah

dapat mematuhi ketentuan-ketentuan syariah yang telah disepakati dan

berkurangnya masalah agensi sehingga dapat meningkatkan kinerja

maqashid syariah bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Muttakin


43

dan Ullah (2012) menemukan bahwa semakin banyak dewan pengawas

syariah mendorong kinerja yang lebih baik karena anggota dewan

pengawas syariah lebih memiliki pengalaman dalam menjalakan tugas

pengawasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jumlah dewan

pengawas syariah memiliki peran dalam meningkatkan kinerja bank

syariah.

Hassan, Rizwan, dan Sohail (2017) menemukan bahwa dewan

pengawas syariah berpengaruh positif terhadap kinerja bank syariah di

Pakistan. Selain itu Nomran, Haron, dan Hassan (2018) meneliti bank

syariah di Malaysia menemukan bahwa dewan pengawas syariah

berpengaruh positif terhadap kinerja bank syariah. Mollah dan Zaman

(2015) juga menemukan bahwa ukuran dewan pengawas syariah

berpengaruh positif terhadap kinerja bank syariah.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif sebagai

berikut:

H3 : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan Maqashid syariah Index di Indonesia

4. Pengaruh Dewan Direksi terhadap Kinerja Maqashid syariah Bank

Syariah

Agar tercipta corporate governance yang efektif pada perbankan

syariah maka anggota Dewan Direksi harus memiliki reputasi moral yang

baik dan kompetensi teknis yang mendukung. Selain itu mereka juga harus

memiliki kesadaran yang penuh terhadap segala risiko, memiliki


44

kemampuan untuk mengelo la resiko seiring dengan kompleksitas bisnis

perbankan. Dewan Direksi bertanggung jawab atas beberapa fungsi

manajemen tanpa harus terlibat secara langsung dalam operasionalisasi

manajemen bank, sehingga dewan direksi harus memiliki agenda pertemuan

rutin dengan seluruh komponen perusahaan, serta memiliki fungsi kontrol

yang efektif.

Dalton & Daily (1999) menyatakan adanya hubungan positif antara

ukuran dewan dengan kinerja perusahaan, sedangkan Eisenhardt (1989)

menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara ukuran dewan dengan

kinerja perusahaan, dengan menggunakan sampel perusahaan di

Finlandia. Jadi, dewan merupakan salah satu mekanisme yang sangat

penting dalam Corporate Governance, dimana keberadaannya

menentukan kinerja perusahaan.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternative sebagai

berikut:

H4 : Dewan Direksi berpengaruh terhadap Kinerja Maqashid syari’ah bank

syariah

5. Pengaruh Komite Audit terhadap Kinerja Maqashid syariah Bank

Syariah

Pembentukan komite audit adalah untuk mendukung efektivitas

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dalam rangka

pelaksanaan Good Corporate Governance sesuai dengan Peraturan Bank


45

Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang Pelaksanaan Good Corporate

Governance di Bank Umum Syariah.

Menurut Sarkar et al., (2012) komite audit memastikan bahwa

auditor eksternal menerima semua informasi yang diperlukan dalam

proses mengaudit secara independen dan efektif dan memastikan bahwa

fungsi auditor eksternal tidak berada dalam tekanan manajemen

perusahaan.

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 55/POJK.04/2015 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit, ukuran

komite audit paling sedikit terdiri dari tiga (tiga) orang anggota yang

berasal dari komisaris independen dan pihak luar emiten atau perusahaan

publik. Komite audit dengan memiliki banyak anggota cenderung

kehilangan fokus dan kurang berpartisipasi daripada ukuran komite audit

yang lebih sedikit. Di sisi lain, sebuah komite audit dengan jumlah anggota

yang kecil tidak memiliki keragaman keterampilan pengetahuan sehingga

menjadi tidak efektif (Alqatamin, 2018). Dengan demikian ukuran komite

audit yang tepat akan memungkinkan anggota menggunakan pengalaman

dan keahilannya untuk kepentingan terbaik bagi para pemangku

kepentingan.

Hasil penelitian Kholid & Bachtiar (2015) mengatakan jumlah

anggota komite audit berpengaruh negatif signifkan terhadap kinerja

maqashid syariah bank syariah. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh

Al-Matari (2012) menunjukan bahwa ukuran komite audit memiliki


46

hubungan yang signifikan terhadap kinerja perusahaan. Hal ini bisa

dikatakan bahwa bank yang mengungkapkan komite audit memiliki citra

positif dimata investor pada umumnya. Dengan adanya jumlah komite

audit yang ideal diharapkan mampu menciptakan laporan keuangan yang

relevan sehingga dapat digunakan sebagai evaluasi bagi manajemen dan

dapat meningkatkan kinerja maqashid syariah bank syariah.

Berdasarkan uraian tersebut maka hipotesis alternatif sebagai

berikut:

H5 : Komite Audit berpengaruh terhadap kinerja bank syariah berdasarkan

Maqashid syariah Index di Indonesia


47

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang

ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka

penelitiannya merupakan penelitian populasi studi atau penelitiannya juga

disebut populasi atau studi sensus (Sugiyono, 2010). Jumlah populasi terkait

dengan penelitian ini ialah dua belas (12) bank umum syariah di Indonesia yang

terdaftar di OJK.

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya

akan meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut

penelitian sample. Dinamakan penelitian sample apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sample. Yang dimaksud meng-

generalisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian sebagi suatu yang

berlaku bagi populasi (Sugiyono, 2010).

Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel ialah Puposive

Sample, yaitu teknik yang mengambil subjek bukan berdasarkan strata,

random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto,

2006). Adapun kriteria-kriteria pemilihan sampel tersebut sebagai berikut:

1. Bank Umum Syariah yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan periode

2018 – 2021.

2. Bank Umum Syariah yang telah mempublikasikan laporan tahunan

(Annual Report) dan laporan Good Corporate Governance selama enam


48

tahun yaitu tahun 2018 – 2021.

3. Bank Syariah memiliki data yang dibutuhkan terkait pengukuran

variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian selama periode 2018

– 2021.

Tabel 3.1
Proses Pemilihan Sampel

Keterangan Jumlah Bank

Jumlah Bank Umum Syari’ah yang terdaftar di


12
OJK
Bank yang tidak menyajikan laporan GCG dan
annual report lengkap berturut-turut periode (2)
2016-2021
Jumlah sampel yang memenuhi kriteria 10
Sumber: Data Diolah, 2022

Bank yang memenuhi kriteria penentuan sampel dapat dilihat pada tabel

3.2 berikut ini:

Tabel 3.2
Sampel Penelitian
No. Nama Bank Kode

1 Bank Muamalat Indonesia BMI

2 Bank Central Asia Syariah BCAS

3 Bank Mega Syariah BMS

4 Bank Panin Dubai Syariah BPDS

5 Bank Syariah Bukopin BSB


49

6 Bank Aceh Syariah BAS

7 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah BTPNS

8 Bank Victoria Syariah BVS

9 Bank Jabar Banten Syariah BJBS

10 Bank Aladin Syariah BALDS

Sumber: Data Diolah, 2022

B. Data dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian yakni data sekunder. Data

sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada

pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,

2010). Data sekunder juga dapat di peroleh melalui berbagai media informasi,

sepeti buku, laporan keuangan, brosur, majalah dan sebagainya. Dengan

sumber data sekunder tersebut diharapkan memperoleh data yang akurat sesuai

dengan yang diharapkan peneliti dan dapat menemukan jawaban atas

permasalahan.

Adapun data pada penelitian ini diperoleh dari laporan pelaksanaan good

corporte governance dan laporan tahunan (annual report) dari bank umum

syariah di Indonesia yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun

2018 – 2021 serta peraturan-peraturan hukum yang berlaku terkait dengan

judul penelitian.

C. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Arikunto (2006) teknik pengumpulan data adalah cara yang

digunakan oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Dalam


50

penggunaan teknik pengumpulan data, peneliti memerlukan instrumen yaitu

alat bantu agar pekerjaan pengumpulan data menjadi lebih mudah. Teknik

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen – dokumen

atau arsip – arsip yang berkaitan dengan objek penelitian. Data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa laporan tahunan (annual report)

dan laporan Good Corporate Governance yang diperoleh dari website

masing-masing Bank Umum Syariah di Indonesia periode 2018 – 2021.

2. Kepustakaan

Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari berbagai

literatur, buku, referensi dan dokumen-dokumen lainnya yang berkaitan

dengan objek penelitian. Kepustakaan dilakukan untuk mendapatkan

konsep dan landasan teori yang sesuai dengan topik penelitian.

D. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah analisis

regresi data panel. Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan

deret waktu (time series) yakni sejumlah variabel diobservasi atas sejumlah

kategori dan dikumpulkan dalam suatu jangka waktu tertentu (Rosadi, 2012).

Uji regresi panel ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan

Pengawas Syariah, Dewan Direksi, dan Komite Audit terhadap variabel

dependen kinerja perbankan syariah yang diukur dengan Maqashid syari’ah


51

Index (MSI). Untuk membantu penelitian, peneliti akan menggunakan software

Microsoft Excel 2013 dan pengolah data statistik Eviews 10.

Penggunaan data panel dalam sebuah observasi mempunyai beberapa

keuntungan yang diperoleh. Pertama, data panel merupakan gabungan dua data

time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih banyak

sehingga akan menghasilkan degree of random yang lebih besar. Kedua,

menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat

mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel

(omitted-variabel) (Widarjono, 2013).

Adapun variabel independen dalam penelitian ini terdiri dari Good

Corporate Governance yang diproksikan melalui Dewan Komisaris, Dewan

Komisaris Independen, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Direksi, dan Komite

Audit. Sedangkan variabel dependen-nya adalah kinerja bank syariah yang

diproksikan melalui hasil dari Maqashid syari’ah Index (MSI).

1. Estimasi Model Data Panel

Metode estimasi model regresi dengan menggunakan data panel dapat

dilakukan melalui tiga pendekatan antara lain (Widarjono, 2013):

a. Metode Common Effect atau Pooled Least Square (PLS)

Pooled Least Square model merupakan metode estimasi model

regresi data panel yang paling sederhana dengan asumsi intercept dan

koefisien slope yang konstan antar waktu dan cross section (common

effect). Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu


52

maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan

sama dalam berbagai kurun waktu.

Dalam pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu

maupun waktu sehingga perilaku data antar perusahaan diasumsikan

sama dalam berbagai kurun waktu. Pada dasarnya model common

effect sama seperti OLS dengan meminimumkan jumlah kuadrat,

tetapi data yang digunakan bukan data time series atau data cross

section saja melainkan data panel yang diterapkan dalam bentuk

pooled. Bentuk untuk model ordinary least square adalah:

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + Ɛit (1)

Dimana:
i = 1, 2,…,n
t = 1, 2,….,t

b. Metode Fixed Effect Model (FEM)

Teknik model Fixed Effect adalah teknik mengestimasi data

panel dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap

adanya perbedaan intersep. Pengertian Fixed Effect ini didasarkan

adanya perbedaan intersep antara perusahaan namun intersepnya sama

antar waktu (time in variant). Disamping itu, model ini juga

mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope) tetap antar

perusahaan dan antar waktu. Salah satu cara paling sederhana untuk

mengetahui perbedaan adalah dengan mengasusmsikan bahwa


53

intersept adalah berbeda antar perusahaan sedangkan slopenya tetap

sama antar perusahaan.

Pendekatan dengan variabel dummy ini dikenal dengan sebutan

Fixed Effect Model atau Least Square Dummy (LSDV) atau disebut

juga covariance model. Persamaan pada estimasi dengan

menggunakan Fixed Effect Model dapat ditulis dalam bentuk sebagai

berikut:

Yit = β0 + β1X1it + β2X2it + β3X3it + β4D1i + β5D2i +…..+ Ɛit (2)

Dimana:
i = 1, 2,…,n
t = 1, 2,….,t
D = dummy

c. Metode Random Effect Model (REM)

Random effect model merupakan metode estimasi model regresi

data panel dengan asumsi koefisien slope dan intercept berbeda antar

individu dan antar waktu (random effect). Dimasukannya variabel

dummy di dalam fixed effect model bertujuan untuk mewakili

ketidaktahuan tentang model yang sebenarnya. Namun, ini juga

membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of

freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter.

Masalah ini bisa diatasi dengan menggunakan variabel gangguan

(error term) yang dikenal dengan metode Random Effect. Model ini

akan mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin


54

saling berhubungan antar waktu dan antar individu. Model yang tepat

digunakan untuk mengestimasi Random Effect adalah Generalized

Least Square (GLS) sebagai estimatornya, karena dapat

meningkatkan efisiensi dari least square. Bentuk umum untuk

Random Effect adalah:

Yit= α1 + bjXj it + Ɛit dengan Ɛit = ui + vt + wit (3)

Dimana:

ui~ N (0, σu2) = komponen cross section error

vt~ N (0, σv2) = komponen time series error

wit~ N (0, σw2) = komponen error kombinasi

2. Tahap Analisis Data

Untuk memilih model mana yang paling tepat digunakan untuk

pengolahan data panel, maka terdapat beberapa pengujian yang dapat

dilakukan, antara lain sebagai berikut (Widarjono, 2013):

a. Uji Chow

Uji Chow adalah pengujian untuk memilih apakah model

digunakan pooled least square model atau fixed effect model. Dalam

pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 = Pooled least Square model (PLS)

H1 = Fixed effeck model (FEM)

Dasar penolakan terhadap hipotesis di atas adalah dengan

membandingkan perhitungan F statistic dengan Ftabel. Perbandingan

dipakai apabila hasil Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak
55

yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect

model. Begitupun sebaliknya, jika Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel,

maka H0 diterima dan model yang lebih tepat digunakan adalah

common effect model (Gujarati, 2009).

Perhitungan F statistic untuk Uji Chow dapat dilakukan dengan

rumus:

( 𝑅𝑅𝑆𝑆−𝑈𝑅𝑆𝑆)/(𝑁−1)
F0 = (4)
𝑈𝑅𝑆𝑆/( 𝑁.𝑇 − 𝑁 − 𝐾)

Dimana:

RRSS = Restricted residual sums of square error dari


model common effect
URSS = Unrestricted residual sums of squares dari
Model fixed effect
N = Jumlah individual (cross section)
T = Jumlah series waktu (time series)
K = Jumlah variabel independen dan dependen

b. Uji Hausman

Hausman test adalah pengujian statistik untuk memilih apakah

model fixed effect atau random effect lebih tepat digunakan dalam

regresi data panel. Uji ini dikembangkan oleh Hausman dengan

didasarkan pada ide bahwa LSDV di dalam model fixed effect dan

GLS adalah efisien sedangkan model OLS adalah tidak efisien, di lain

pihak alternatifnya metode OLS efisien dan GLS tidak efisien. Karena

itu uji hipotesis nolnya adalah hasil estimasi keduanya tidak berbeda
56

sehingga uji hausman bisa dilakukan berdasarkan perbedaan estimasi

tersebut. Pengujian dilakukan dengan hipotesis berikut (Widarjono,

2013):

H0 : Random Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Jika chi-squarehitung > chi-squaretabel berarti H0 ditolak, artinya

model yang digunakan adalah fixed effect model. Jika chi-square hitung

< chi square tabel berarti H1 ditolak, artinya model yang digunakan

adalah Random Effect Model (Gujarati, 2009).

3. Uji Asumsi Klasik

Uji regresi linear berganda dapat dilakukan setelah model penelitian

memenuhi syarat, yaitu lolos dari uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik

diperlukan untuk mendeteksi ada atau tidaknya penyimpangan asumsi

klasik atas persamaan regresi berganda yang digunakan. Pengujian ini

terdiri dari uji normalitas, uji multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji

heteroskedastisitas.

a. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2016) uji normalitas bertujuan untuk menguji

apakah model regresi dapat melihat data tersebut mempunyai

distribusi normal atau tidak. Dalam eviews untuk menguji normalitas

menggunakan dua cara, yaitu histogram dan uji Jarque-Bera. Jarque-

Bera adalah uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi

normal. Uji ini mengukur perbedaan Skewness dan kurtosis data dan
57

dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal (Winarno,

2011). Rumus yang digunakan adalah:

𝑁+𝑘 (𝐾−3)2
Jarque-Bera = ⟮ 𝑠2 + ⟯ (5)
6 4

Dimana:

S = Skewness
K = kurtosis
k = banyaknya koefisien yang digunakan dalam penelitian

Menurut Winarno (2011), jika nilai Jarque-Bera tidak signifikan

(lebih kecil dari 2), maka data berdistribusi normal atau jika

probabilitas lebih besar dari 5% atau 0,05 maka data berdistribusi

normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolonieritas bertujuan untuk menguji di dalam

penelitian ini apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar

variabel bebas (independen). Jika terjadi korelasi, maka terdapat

masalah multikolonieritas dan model regresi yang bagus seharusnya

tidak ada masalah dan tidak adanya korelasi antar variabel dependen.

Nilai cut-off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai

VIF ≥ 10 (Ghazali, 2016).

Kondisi terjadi multikoliner ditunjukkan dengan berbagai

indikasi sebagai berikut (Winarno, 2011):


58

1) Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang

tidak signifikan

2) Dengan menghitung koefisien korelasi antar variabel

independen. Apabila koefisiennya rendah, maka tidak

terdapat multikolineritas.

3) Dengan melakukan regresi auxilarity. Regresi ini dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua atau

lebih variabel independen secara bersama-sama (misal x2

dan x3) mempengaruhi satu variabel independen yang lain

(misal x1). Masing-masing persamaan akan dihitung nilai F-

nya dengan rumus (Winarno, 2011):

𝑅2
𝑥1 𝑥2 … 𝑥𝑘
( (𝑘−2)
)
𝐹𝑖 = 1−𝑅2
(6)
𝑥1 𝑥2 … 𝑥𝑘
( )
𝑛−𝑘+1

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskodestisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang tidak baik

adalah yang terjadi heteroskesdatisitas, dengan kata lain model yang

baik adalah model homoskedastisitas (Ghazali, 2016).

Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya masalah heterosdekastisitas yaitu


59

dengan metode uji White. Metode ini menggunakan residual kuadrat

𝑒𝑖2 sebagai proksi dari 𝜎𝑖2 yang tidak diketahui, sehingga varian

estimator β𝑖 dapat dihitung dengan (Winarno, 2011):

∑ 𝑥𝑖2 𝑒𝑖2
Var (β𝑖 ) = 2 (7)
(∑ 𝑥𝑖2 )

d. Uji Auto Korelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam

suatu model regresi linier terdapat korelasi antara pengganggu pada

periode t dengan periode t-1 (Ghazali, 2016). Pengujian dilakukan

dengan uji statistik non-parametrik Runs Test, yang bertujuan untuk

menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar

residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dikatakan bahwa

residual adalah acak atau random. Ketentuan dari pengujian ini adalah

jika p value ≤ 0,05 (signifikan pada 0,05) berarti residual tidak random

atau terdapat hubungan korelasi antar residual. Jika p value ≥ 0,05

berarti residual random atau tidak terdapat hubungan korelasi antar

residual.

Apabila data mengandung autokorelasi, maka data harus

diperbaiki agar model bisa tetap digunakan. Untuk menghilangkan

masalah Autokorelasi harus diketahui terlebih dahulu besarnya

koefisien autokorelasi ρ. Untuk menghitung nilai ρ dapat

menggunakan uji G atau uji Berenblutt-Webb. Uji ini menggunakan

persamaan (Winarno, 2011):


60

∑n v 2
g= ∑𝑛2 𝑒t𝑡 (8)
1 𝑡

4. Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan software Eviews 12 untuk memprediksi

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

a. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi dilakukan setelah melakukan uji asumsi klasik.

Analisis regresi dilakukan untuk menjelaskan variabel terikat

(dependen) dengan beberapa variabel bebas. Hipotesis akan diterima

jika variabel bebas mempengaruhi secara signifikan terhadap variabel

dependen (Ghazali, 2016). Untuk menguji hipotesis dari variabel-

variabel tersebut, maka persamaan regresi pada penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

𝑀𝑆𝐼 = 𝑎 + 𝑏1 𝐷𝐾 + 𝑏2 𝐷𝐾𝐼 + 𝑏3 𝐷𝑃𝑆 + 𝑏4 𝑅𝐽_𝐷𝑃𝑆 + 𝑏5 𝐾𝐴 + 𝑒

(9)

Dimana:

MSI = Maqashid syari’ah Index


a = Konstanta
DK = Dewan Komisaris
DKI = Dewan Komisaris Independen
DPS = Dewan Pengawas Syariah
RJ_DPS = Rangkap Jabatan Dewan Pengawas Syariah
KA = Komite Audit
R_KA = Rapat Komite Audit
b1,...,b4 = Koefisien regresi
e = error term
61

b. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (Goodness of fit) yang dinotasikan

dengan R2 merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi,

karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi

yang terestimasi. Nilai koefisien determinasi mencerminkan seberapa

besar variasi dari variabel terikat dapat dijelaskan oleh variabel-

variabel bebasnya.

Nilai R2 mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 < R2 < 1).

Semakin besar R2 (mendekati 1), semakin baik hasil untuk model

regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel independen

secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan varaibel dependen.

Koefisien determinasi (R2) memiliki kesalahan, yaitu bias terhadap

jumlah variabel bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana

setiap penambahan satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam

model akan meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang

dimasukkan tersebut tidak memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap variabel tergantungnya. Untuk mengurangi kesalahan

kelemahan tersebut maka digunakan koefisien determinasi yang telah

disesuaikan, adjusted R2. Koefisien determinasi yang telah

disesuaikan berarti bahwa koefisien tersebut telah dikoreksi dengan

memasukan jumlah variabel dan ukuran sampel yang digunakan.

Dengan mengunakan koefisien determinasi yang disesuaikan maka


62

nilai koefisien determinasi yang disesuaikan itu dapat naik atau turun

oleh adanya penambahan variabel baru dalam model (Gujarati, 2009).

Ghozali (2016) menyatakan bahwa uji koefisien determinasi

bertujuan untuk melihat seberapa besar kemampuan variabel bebas

menjelaskan variabel terikat yang dilihat melalui adjusted R2.

Adjusted R2 ini digunakan karena variabel bebas dalam penelitian ini

lebih dari dua. Nilainya terletak antara 0 dan 1. Jika hasil yang

diperoleh >0,5 maka model yang digunakan dianggap cukup andal

dalam membuat estimasi. Semakin besar angka adjusted R2 maka

semakin baik model yang digunakan untuk menjelaskan pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Jika adjusted R2 semakin

kecil, berarti semakin lemah model tersebut untuk menjelaskan

variabilitas dari variabel terikatnya.

c. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat apakah semua variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat secara bersama-sama (simultan).

Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang digunakan

adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df = (n-k)

dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel

termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak

Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima


63

Rumus Fhitung

𝑅𝐽𝐾(𝑇𝑐)
𝐹ℎ𝑖𝑡 (𝑇𝑐) = (10)
𝑅𝐽𝐾(𝐺)

Dan untuk menghitung Ftabel dengan rumus:

Ftabel = α ; n-k ; k-1 (11)

d. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh

variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan

asumsi variabel bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif

(-) menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan

variabel terikat searah (positif) dengan perubahan variabel bebas atau

berlawanan arah (negatif). Hipotesis yang digunakan adalah:

Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1

Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1

Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel

independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika

menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel

independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen

(Widarjono, 2013).

Rumus thitung

𝑏
𝑡𝑏 = (12)
𝑠𝑏

Sedangkan Rumus ttabel adalah:

ttabel = α ; df = ( n – k ) (13)
64

E. Definisi Operasional Variabel

Menurut (Sugiyono, 2016) variabel adalah sesuatu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan dilakukan penelitian sehingga akan menghasilkan

informasi tentang hal tersebut, kemudian penelitian tersebut akan ditarik

kesimpulannya. Terdapat beberapa variabel yang digunakan didalam penelitian

ini yaitu: 1) Variabel independen (X) adalah suatu variabel yang dapat

mempengaruhi kondisi dari suatu variabel dependen, 2) Variabel dependen (Y)

adalah suatu variabel yang dapat dipengaruhi kondisi dari suatu variabel

independen (Imran, 2012). Pada bagian ini akan didefinisikan dari masing-

masing variabel yang terkait dengan penelitian ini, berikut dengan operasional

dan cara pengukurannya.

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel

terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Variabel bebas dalam

penelitian ini berupa:

a. Dewan Komisaris (X1)

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 nomor 6

dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan

pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai dengan anggaran

dasar serta memberi nasehat kepada direksi. Bank wajib memiliki

anggota dewan komisaris dengan jumlah paling sedikit 3 (tiga) orang

dan paling banyak sama dengan jumlah anggota direksi (Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor. 55/POJK.03/2016).


65

Dewan komisaris diukur dengan menghitung seluruh jumlah

dewan komisaris yang didiperoleh dari laporan tahunan pada masing

– masing bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Muttakin dan

Ullah (2012) menghitung variabel dewan komisaris sebagai berikut:

Dewan komisaris = Jumlah dewan komisaris (14)

b. Dewan Komisaris Independen (X2)

Komisaris independen adalah anggota yang tidak terafiliasi

dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang

saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan

lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak

independen (KNKG, 2006). Dewan komisaris independen dapat

bertindak sebagai penengah dalam konflik yang terjadi diantara para

manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen serta

memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen

merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi pengawasan

agar tercipta bank yang memiliki tata kelola perusahaan yang baik.

Dewan komisaris independen diukur dengan menghitung

komposisi dewan komisaris independen dengan cara membagi

komisaris independen dengan total keseluruhan anggota dewan

komisaris. Mutakkin dan Ullah (2012) menghitung dewan komisaris

independen adalah sebagai berikut:


𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
Dewan komisaris Independen = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 (15)
66

c. Dewan Pengawas Syariah (X3)

Dewan Pengawas Syariah adalah dewan yang bertugas

memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi

kegiatan bank syariah agar sesuai dengan prinsip syariah (Peraturan

Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64/POJK.03/2016). Bank Indonesia

menetapkan bahwa keanggotaan DPS harus mendapatkan

rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional yang didirikan oleh MUI

(Hidayati, 2008).

Jumlah anggota DPS sekurang-kurangnya 2 (dua) orang atau

paling banyak 50% (lima puluh persen) dari jumlah direksi

sebagaimana telah diatur oleh Peraturan Bank Indonesia Nomor.

11/3/PBI./2009 Tentang Bank Umum Syariah. Mollah dan Zaman

(2015) mengukur dewan pengawas syariah dengan cara menghitung

jumlah keseluruhan anggota dewan pengawas syariah.

Dewan Pengawas Syariah = Jumlah anggota DPS (16)

d. Dewan Direksi (X4)

Menurut Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 pasal 1 nomor 6

direksi adalah organ perseroan yang berwenang dan bertanggung

jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan

perseroan, sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan. Bank wajib

memiliki anggota dewan direksi dengan jumlah paling sedikit 3

(tiga) orang dan seluruh anggota direksi swajib berdomisili di


67

Indonesia (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor.

55/POJK.03/2016).

Dewan direksi diukur dengan menghitung seluruh jumlah

dewan direksi yang didiperoleh dari laporan tahunan pada masing –

masing bank syariah. Penelitian yang dilakukan oleh Muttakin dan

Ullah (2012) menghitung variabel dewan direksi sebagai berikut:

Dewan komisaris = Jumlah dewan komisaris (17)

e. Komite Audit (X5)

Pembentukan komite audit adalah untuk mendukung efektivitas

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab dewan komisaris dalam

rangka pelaksanaan Good Corporate Governance sesuai dengan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/33/PBI/2009 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance di Bank Umum Syariah.

Berdasarkan Peraturan OJK Nomor 55/POJK.04/2015 tentang

Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit,

ukuran komite audit paling sedikit terdiri dari 3 (tiga) orang anggota

yang berasal dari komisaris independen dan pihak luar emiten atau

perusahaan publik.

Alqatamin (2018) mengukur komite audit dengan menghitung

jumlah keseluruhan anggota komite audit.

Komite audit = Jumlah keseluruhan komite audit (18)


68

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian

utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan

atau dipengaruhi variabel independen (Indriantoro & Supomo, 2002).

Variabel terikat dalam penelitian ini berupa:

a. Maqashid syari’ah Index (Y)

Pengukuran kinerja maqashid syari’ah bank syariah pada

penelitian ini mengambil pengukuran Maqashid syari’ah Index dan

kriteria yang dikembangkan oleh Mohammed dan Taib (2015) dan

Mohammed dan Razak (2008). Berikut ini akan disajikan Tabel 3.3

yang menjelaskan pengukuran rasio kinerja maqashid syari’ah dan

Tabel 3.4 mengenai bobot masing – masing tujuan dan elemen

maqashid syari’ah:

Tabel 3.3
Model Pengukuran Kinerja Maqashid syari’ah
Tujuan Sumber
Dimensi Elemen Rasio Kinerja
(Konsep) Data
R1. Bantuan
Bantuan Annual
Pendidikan/total
Pendidikan Report
Kemajuan biaya

T1. Pengetahuan R2. Biaya


Annual
Mendidik Peneltian Penelitian/total
Report
Individu biaya

R3. Biaya
Peningkatan Annual
Pelatihan Pelatihan/total
Keahlian Report
biaya
69

Meningkatkan R4. Biaya


Annual
kesadaran akan Publikasi Promosi/total
Report
Bank Syariah biaya

R5. Profit
Equalization
Reserve Annual
Fair Return Fair Return
(PER)/Net or Report
Investment
Income

T2. R6. Pembiayaan


Membangun Jasa dan Mudharabah dan
Distribusi Annual
Keadilan produk yang Musyarakah/total
Fungsional Report
terjangkau Investment
Modes

R7. Pendapatan
Produk
Menghilangkan Bebas Annual
Bebas
ketidakadilan Bunga/total Report
Bunga
Pendapatan
R8. Laba
Annual
Profitabilitas Rasio Laba Bersih/Total
Report
Aset
Distribusi Annual
Pendapatan Pendapatan R9. Zakat/Laba Report
T3.
Kepentingan dan Individu Bersih
Publik Kesejahteraan
R10. Total Annual
Rasio Report
Investasi dalam Investasi Sektor
Investasi di
Sektor Riil Riil/Total
Sektor Riil
Investment
Sumber: (Mohammed & Taib, 2015)
70

Tabel 3.4
Bobot Masing-Masing Tujuan dan Elemen
Bobot Bobot
Tujuan Tujuan Elemen Elemen
(%) (%)
E1. Bantuan Pendidikan 24
E2. Penelitian 27
T1.
30 E3. Pelatihan 26
Pendidikan
E4. Publikasi 23
Total 100
E5. Fair Return 30
T2. E6. Distribusi Fungsional 32
41
Keadilan E7. Produk Bebas Bunga 38
Total 100
E8. Rasio Laba 30
T3. E9. Transfer Pendapatan 33
29
Kesejahteraan E10. Rasio Investasi Sektor Riil 37
Total 100
Total 100
Sumber: (Mohammed & Taib, 2015)

Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam pengukuran kinerja

maqashid syari’ah index (Mohammed & Razak, 2008), yaitu:

1) Menghitung rasio kinerja pada masing – masing bank syariah. Rasio-

rasionya adalah sebagai berikut :

a) Tujuan Mendidik Individu

Tujuan pertama maqashid syari’ah ini diturunkan menjadi 4

(empat) elemen yaitu bantuan pendidikan, penelitian, pelatihan,

dan publikasi dan dapat diukur dengan rasio yang dikembangkan

oleh Mohammed dan Taib (2015):


71

Bantuan Pendidikan = Bantuan Pendidikan/total biaya

(R1.1)

Penelitian = Biaya Penelitian/total biaya

(R2.1)

Pelatihan = Biaya Pelatihan/total biaya

(R3.1)

Publikasi = Biaya Promosi/total biaya

(R4.1)

b) Tujuan Membangun Keadilan

Tujuan kedua maqashid syari’ah ini diturunkan menjadi 3

(tiga) elemen yaitu fair return, fair price¸dan produk bebas bunga

yang dapat diukur dengan rasio-rasio berikut ini:

(1) Fair Return

Formula yang digunakan untuk menghitung rasio ini

menggunakan perhitungan rasio yang dikembangkan oleh

(Mohammed & Razak, 2008) adalah sebagai berikut:

Fair Return = Laba / total pendapatan (R1.2)

(2) Distribusi Fungsional

Formula yang digunakan untuk menghitung rasio ini

menggunakan perhitungan rasio yang dikembangan oleh

Mohammed & Taib (2015) adalah sebagai berikut:


72

Distribusi Fungsional = Pembiayan mudharabah

dan musyarakah/total investment modes (R2.2)

(3) Produk Bebas Bunga

Formula yang digunakan untuk menghitung rasio ini

adalah menggunakan perhitungan rasio yang

dikembangkan oleh Mohammed & Taib (2015) adalah

sebagai berikut:

Pendapatan bebas bunga/total pendapatan (R3.2)

c) Tujuan Kepentingan Publik

(1) Rasio Laba

Formula yang digunakan dalam menghitung rasio ini

adalah menggunakan perhitungan yang dikembangkan oleh

Mohammed & Taib (2015) sebagai berikut:

Rasio Laba = Laba bersih/Total Aset (R1.3)

(2) Pendapatan Individu

Formula yang digunakan dalam menghitung rasio ini

adalah menggunakan perhitungan yang dikembangkan oleh

Mohammed & Razak (2008) sebagai berikut:

Pendapatan Individu = Zakat/Laba bersih (R2.3)

(3) Rasio Investasi di Sektor Riil


73

Formula yang digunakan dalam menghitung rasio ini

adalah menggunakan perhitungan yang dikembangkan oleh

Mohammed & Taib (2015) sebagai berikut:

Rasio Investasi di Sektor Riil = investasi sektor

riil/total investasi (R3.3)

2) Menentukan peringkat dari bank syariah berdasarkan Indikator

Kinerja (IK)

Secara sistematis, proses menentukan Indikator Kinerja (IK) dan

tingkat indeks maqashid syari’ah dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Tujuan Pertama (Mendidik Individu)

IK (T1) = (W1.1 x E1.1 x R1.1) + (W1.1 x E2.1 x R2.1) + (W1.1

x E3.1 x R3.1) + (W1.1 x E4.1 x R4.1) (19)

Keterangan:

T1 = Tujuan Maqashid Syari’ah Pertama (Mendidik Individu)

W1.1= Bobot rata-rata untuk tujuan pertama

E1.1 = Bobot rata-rata untuk elemen pertama tujuan pertama

E2.1 = Bobot rata-rata untuk elemen kedua tujuan pertama

E3.1 = Bobot rata-rata untuk elemen ketiga tujuan pertama

E4.1 = Bobot rata-rata untuk elemen keempat tujuan pertama

R1.1 = Rasio kinerja untuk elemen pertama tujuan pertama

R2.1 = Rasio kinerja untuk elemen kedua tujuan pertama

R3.1 = Rasio kinerja untuk elemen ketiga tujuan pertama


74

R4.1 = Rasio kinerja untuk elemen keempat tujuan pertama

Sehingga, IK (T1) = IK1.1 + IK2.1 + IK3.1+ IK4.1

Keterangan:

IK1.1 = W1.1 x E1.1 x R1.1

IK2.1 = W1.1 x E2.1 x R2.1

IK3.1 = W1.1 x E3.1 x R3.1

IK4.1 = W1.1 x E4.1 x R4.1

b) Tujuan Kedua (Membangun Keadilan)

IK (T2) = IK1.2 + IK2.2 + IK3.2 (20)

Keterangan:

IK1.2 = W2.2 x E1.2 x R1.2

IK2.2 = W2.2 x E2.2 x R2.2

IK3.2 = W2.2 x E3.2 x R3.2

c) Tujuan Ketiga (Kepentingan publik)

IK (T3) = IK1.3 + IK2.3 + IK3.3 (21)

Keterangan:

IK1.3 = W3.3 x E1.3 x R1.3

IK2.3 = W3.3 x E2.3 x R2.3

IK3.3 = W3.3 x E3.3 x R3.3


75

3) Menentukan Maqashid syari’ah Index (MSI) setiap bank syariah

Maqashid syari’ah Index (MSI) untuk setiap bank merupakan

total semua kinerja indikator dari tiga tujuan maqashid syari’ah.

Sehingga MSI setiap bank syariah dapat dirumuskan sebagai berikut:

MSI = IK (T1) + IK (T2) + IK (T3) (22)

Dengan kata lain MSI setiap bank syariah adalah jumlah dari indikator kinerja

maqashid syari’ah tujuan pertama, tujuan kedua, dan tujuan ketiga.

Tabel 3.5
Variabel Penelitian dan Pengukuran Data
Skala
Variabel Indikator Ukur Data

Variabel Dependen

Maqashid Syariah Menggunakan Pengukuran yang Rasio


(Mohammed & Razak, dikembangkan oleh Mohammed
2008) & Razak (2008) yaitu Maqasid
Syariah Index
Variabel Independen

Dewan Komisaris Jumlah Dewan Komisaris Rasio


(Kholid & Bachtiar,
2015)
Dewan Komisaris Komisaris Independen dibagi Rasio
Independen dengan total dewan Komisaris
(Agustina & Maria, 2017) keseluruhan
Dewan Pengawas Syariah Jumlah DPS Rasio
(Kholid & Bachtiar, 2015)
Dewan Direksi Jumlah Dewan Direksi Rasio
(Majid & Ghofar, 2015)
Komite Audit Jumlah Komite Audit Rasio
(Kholid & Bachtiar,
2015)
Sumber: Diolah dari berbagai referensi, 2022
76

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank syariah di

Indonesia. Sampel dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang

mempublikasikan laporan Good Corporate Governance (GCG) dan laporan

tahunan (annual report) periode 2018 – 2021. Penelitian ini dilakukan dalam

kurun waktu 4 (empat) tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling

dalam pemilihan sampel. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan sampel

yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Pertimbangan dalam

pemilihan sampel pada umumnya disesuaikan dengan tujuan atau masalah

penelitian. Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah

sebagai berikut:

1. Perusahaan merupakan Bank Umum Syariah berdasarkan statistik

perbankan syariah yang dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan

(OJK) per-Februari 2022.

2. Menerbitkan serta mempublikasikan laporan keuangan (annual report)

dan laporan Good Corporate Governance selama periode 2018 – 2021.

3. Data tersedia lengkap (data mengenai Corporate Governance

perusahaan maupun data untuk kinerja keuangan perbankan syariah).

Berikut table 4.1 yang menyajikan proses seleksi sampel berdasarkan

kriteria yang telah ditetapkan dalam penelitian:


77

Tabel 4.1
Kriteria penentuan sampel
No Kriteria Jumlah

Bank umum syariah yang terdaftar di


1 12
Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Bank yang tidak menyajikan laporan GCG


2 dan annual report lengkap berturut-turut (2)
periode 2018 – 2021

3 Bank umum syariah yang memenuhi kriteria 10

4 Tahun Pengamatan 4

Jumlah keseluruhan sampel 40


Sumber: data sekunder yang diolah (2022)

Berdasarkan Statistik Perbankan Syariah (2022) jumlah bank umum syariah

yang berada di Indonesia hingga tahun 2022 adalah sebanyak 12 bank. Dari 12

bank umum syariah tersebut, hanya 10 bank umum syariah yang memiliki data

secara lengkap terkait variabel penelitian periode 2018 – 2021. Dengan demikian

bank umum syariah yang digunakan sebagai sampel penelitian yang dapat diolah

adalah sebanyak 10 bank umum syariah. Total data yang digunakan dalam

sampel penelitian ini adalah sebanyak 40 unit analisis.

B. Analisis Data Penelitian

1. Uji Statistik Deskriptif

Pengukuran statistik deskriptif hasil laporan GCG dan laporan

tahunan bank umum syariah tahun 2018 – 2021 bertujuan untuk melihat

nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan standar deviasi.

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini antara lain dewan


78

komisaris (DK), dewan komisaris independen (DKI), dewan pengawas

syariah (DPS), dewan direksi (DD), dan komite audit (KA). Variabel kinerja

maqashid syariah index (MSI) sebagai variabel dependen. Hasil uji statistik

deskriptif untuk variabel dependen dan variabel independen disajikan dalam

table 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2
Statistik Deskriptif
Date: 12/13/22
Time: 14:05
Sample: 2018 2021
MSI DK DKI DPS DD KA
Mean 0.273983 3.475000 0.693250 2.225000 4.300000 3.275000
Median 0.270200 3.000000 0.670000 2.000000 4.000000 3.000000
Maximum 0.670200 5.000000 1.000000 3.000000 8.000000 5.000000
Minimum 0.026500 3.000000 0.500000 2.000000 3.000000 3.000000
Std. Dev. 0.119844 0.715667 0.158541 0.422902 1.042679 0.505736
Skewness 1.044000 1.151118 0.961817 1.317106 1.575132 1.593723
Kurtosis 5.302596 2.912271 3.003090 2.734767 6.146938 4.628093

Jarque-Bera 16.10282 8.846642 6.167299 11.68236 33.04565 21.35082


Probability 0.000319 0.011994 0.045792 0.002905 0.000000 0.000023

Sum 10.95930 139.0000 27.73000 89.00000 172.0000 131.0000


Sum Sq. Dev. 0.560145 19.97500 0.980278 6.975000 42.40000 9.975000

Observations 40 40 40 40 40 40
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Berdasarkan tabel 4.2 diperoleh data sebanyak 40 data observasi yang

berasal dari perkalian periode 4 tahun penelitian dari 2018 – 2021 dengan

jumlah sampel sebanyak 10 bank umum syariah. Tabel 4.2 menggambarkan

statistik deskriptif untuk variabel independen (dewan komisaris, dewan

komisaris independen, dewan pengawas syariah, dewan direksi, komite


79

audit), dan variabel dependen (kinerja maqashid syariah index bank

syariah).

Berdasarkan tabel 4.2 statistik deskriptif di atas diperoleh gambaran

mengenai deskripsi variabel independen yaitu dewan komisaris periode

tahun 2018 – 2021 dengan nilai minimum dewan komisaris adalah sebesar

3, nilai maksimum sebesar 5 dengan rata-rata 3,4 dan standar deviasi 0,715.

Hal ini menunjukan bahwa pada data sampel yang berjumlah 40, dewan

komisaris memiliki nilai paling rendah sebesar 3 yaitu pada Bank Syariah

Bukopin, Bank Panin Dubai Syariah, Bank Aceh Syariah dan Bank Victoria

Syariah di tahun 2018 – 2021, BJB Syariah di tahun 2018 – 2020, Bank

Mega Syariah di tahun 2018 – 2019 dan 2021, BCA Syariah di tahun 2020

– 2021, BTPN Syariah di tahun 2021, dan Bank Aladin Syariah di tahun

2018. Nilai tertinggi sebesar 5 diperoleh dari Bank Muamalat Indonesia di

tahun 2019 – 2021 dan BCA Syariah di tahun 2018 - 2019. Nilai rata-rata

dewan komisaris berjumlah 3,4 artinya rata-rata bank syariah di Indonesia

pada periode 2018 – 2021 memiliki dewan komisaris sebanyak 3 anggota,

nilai standar deviasi 0,715 maka suatu sampel akan berjarak plus 0,715 atau

minus 0,715 dari nilai rata-rata.

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen yaitu dewan

komisaris independen menunjukan nilai minimum sebesar 0,50 diperoleh

dari Bank Muamalat Indonesia di tahun 2018, BTPN Syariah tahun 2018 –

2020, dan Bank Aladin Syariah di tahun 2019 – 2021. Nilai maksimum

dewan komisaris independen adalah sebesar 1 diperoleh dari Bank Panin


80

Dubai Syariah pada tahun 2018 – 2021, Bank Syariah Bukopin tahun 2018 –

2019, dan Bank Victoria Syariah di tahun 2020. Nilai rata-rata dewan

komisaris independen adalah 0,69 atau 69%, artinya rata-rata komposisi

komisaris independen yang dimiliki bank syariah di Indonesia sudah

memenuhi aturan yaitu komisaris independen minimal 30% dari jumlah

dewan komisaris, nilai standar deviasi 0,158 maka suatu sampel akan

berjarak plus 0,158 atau minus 0,158 dari nilai rata-rata.

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen yaitu dewan

pengawas syariah menunjukan nilai minimum sebesar 2 diperoleh dari Bank

Syariah Bukopin, Bank Aceh Syariah, BTPN Syariah, Bank Victoria

Syariah, dan Bank Aladin Syariah di tahun 2018 – 2021, BJB Syariah di

tahun 2018 – 2019, Bank Panin Dubai Syariah di tahun 2020 – 2021, Bank

Mega Syariah di tahun 2019 – 2021, BCA Syariah di tahun 2018 dan 2020

– 2021, dan Bank Muamalat Indonesia di tahun 2021. Nilai maksimum

adalah sebesar 3 yaitu pada Bank Muamalat Indonesia di tahun 2018 – 2020,

BCA Syariah di tahun 2019, Bank Mega Syariah di tahun 2018, Bank Panin

Dubai Syariah di tahun 2018 – 2019, dan BJB Syariah di tahun 2020 – 2021.

Nilai rata-rata adalah sebesar 2,2 yang menunjukkan bahwa rata-rata DPS

yang dimiliki oleh bank syariah di Indonesia periode 2018 – 2021 adalah

sebanyak 2 anggota, nilai standar deviasi 0,422 maka suatu sampel akan

berjarak plus 0,422 atau minus 0,422 dari nilai rata-rata.

Hasil statistik deskriptif terhadap variabel independen yaitu dewan

direksi menunjukan nilai minimum sebesar 3 yang diperoleh dari Bank


81

Muamalat Indonesia di tahun 2019 – 2020, Bank Panin Dubai Syariah di

tahun 2018 – 2019, Bank Aceh Syariah di tahun 2020, dan BJB Syariah di

tahun 2018. Nilai maksimum dewan direksi adalah sebesar 8 diperoleh dari

Bank Muamalat Indonesia di tahun 2018. Nilai rata-rata dewan direksi

adalah 4,3 yang menunjukkan bahwa rata-rata dewan direksi yang dimiliki

oleh bank syariah di Indonesia periode 2018 – 2021 adalah sebanyak 4

anggota. Nilai standar deviasi 1,042 maka suatu sampel akan berjarak plus

1,042 atau minus 1,042 dari nilai rata-rata.

Hasil statitstik deskriptif terhadap variabel independen yaitu komite

audit menunjukkan nilai minimum sebesar 3 diperoleh dari BCA Syariah,

Bank Panin Dubai Syariah, Bank Syariah Bukopin, Bank Aceh Syariah,

BTPN Syariah di tahun 2018 – 2021, Bank Muamalat Indonesia di tahun

2020 – 2021, Bank Mega Syariah dan Bank Victoria Syariah di tahun 2018

dan 2020 – 2021, BJB Syariah di tahun 2018 – 2019. Nilai maksimum

komite audit adalah sebesar 5 diperoleh dari Bank Aladin Syariah di tahun

2018. Nilai rata-rata komite audit adalah 3,27 yang menunjukkan bahwa

rata-rata jumlah komite audit yang dimiliki bank syariah di Indonesia

periode 2018 – 2021 adalah sebanyak 3 anggota. Nilai standar deviasi 0,505

maka suatu sampel akan berjarak plus 0,505 atau minus 0,505 dari nilai rata-

rata.

Hasil statitstik deskriptif terhadap variabel dependen yaitu kinerja

maqashid syariah index bank syariah menunjukan nilai minimum sebesar

0,0265 diperoleh dari Bank Aladin Syariah di tahun 2019, nilai maksimum
82

kinerja maqashid syariah index bank syariah adalah sebesar 0,6702

diperoleh dari Bank Mega Syariah di tahun 2019, nilai rata-rata kinerja

maqashid syariah index bank syariah adalah 0,273 yang menunjukkan

bahwa rata-rata bank syariah di Indonesia periode 2018 – 2021 memiliki

nilai Indeks Maqashid Syariah (MSI) sebesar 27%, nilai standar deviasi

0,119 maka suatu sampel akan berjarak plus 0,119 atau minus 0,119 dari

nilai rata-rata.

2. Uji Pemilihan Metode Data Panel

a. Uji Chow

Menurut Widarjono (2013) uji Chow ialah pengujian untuk

menentukan fixed effect model atau common effect model yang lebih

tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Hipotesis dalam uji

chow adalah penelitian ini adalah:

H0 : Common Effect Model

H1 : Fixed Effect Model

Dasar penolakan terhadap hipotesis diatas adalah dengan

membandingkan perhitungan F-statistik dengan Ftabel. Perbandingan

dipakai apabila hasil Fhitung lebih besar (>) dari Ftabel, maka H0 ditolak

yang berarti model yang lebih tepat digunakan adalah fixed effect model.

Begitupun sebaliknya, jika Fhitung lebih kecil (<) dari Ftabel, maka H0

diterima dan model yang digunakan adalah common effect model

(Gujarati, 2009). Berikut adalah hasil uji Chow yang dilakukan dalam

penelitian ini.
83

Tabel 4.3
Hasil Uji Metode Common Effect
Dependent Variable: MSI
Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:00
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.115365 0.251968 0.457854 0.6500
DK 0.011866 0.034309 0.345858 0.7316
DKI 0.109123 0.154455 0.706506 0.4847
DPS 0.063275 0.052167 1.212921 0.2335
DD -0.013043 0.018908 -0.689824 0.4950
KA -0.013120 0.041788 -0.313957 0.7555
Root MSE 0.112187 R-squared 0.101235
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared -0.030936
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.121684
Akaike info criterion -1.237296 Sum squared resid 0.503438
Schwarz criterion -0.983964 Log likelihood 30.74593
Hannan-Quinn criter. -1.145700 F-statistic 0.765938
Durbin-Watson stat 2.012815 Prob(F-statistic) 0.580768
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Tabel 4.4
Hasil Uji Metode Fixed Affect
Dependent Variable: MSI
Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:09
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
84

S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113


Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Tabel 4.5
Hasil Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.266295 (9,25) 0.0019
Cross-section Chi-square 37.221414 9 0.0000
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0019 untuk Cross

section F, yang berarti nilainya kurang dari 0.05. Sehingga dapat

disimpulkan fixed effect model lebih tepat digunakan dibandingkan

common effect model.

b. Uji Hausman

Selanjutnya dilakukan uji Hausman untuk membandingkan model

mana yang terbaik antara fixed effect model dan random effect model.

Dalam melakukan uji Hausman, dibuat pula hipotesis sebagai berikut:

H0: Menggunakan random effect model

H1: Menggunakan fixed effect model

Berikut ini adalah hasil uji signifikansi dengan metode fixed effect

model dan random effect model:


85

Tabel 4.6
Hasil Uji Metode Fixed Affect
Dependent Variable: MSI
Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:09
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Tabel 4.7
Hasil Uji Metode Random Affect
Dependent Variable: MSI
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/13/22 Time: 14:01
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.123406 0.210426 0.586459 0.5614
DK 0.012509 0.028051 0.445942 0.6585
DKI 0.126847 0.132424 0.957885 0.3449
DPS 0.010999 0.041541 0.264769 0.7928
DD -0.016766 0.014247 -1.176835 0.2474
KA 0.020394 0.036452 0.559485 0.5795
Effects Specification
86

S.D. Rho
Cross-section random 0.048228 0.2265
Idiosyncratic random 0.089113 0.7735
Weighted Statistics
Root MSE 0.096197 R-squared 0.053784
Mean dependent var 0.185924 Adjusted R-squared -0.085365
S.D. dependent var 0.100153 S.E. of regression 0.104340
Sum squared resid 0.370153 F-statistic 0.386520
Durbin-Watson stat 2.272153 Prob(F-statistic) 0.854535
Unweighted Statistics
R-squared 0.059895 Mean dependent var 0.273983
Sum squared resid 0.526595 Durbin-Watson stat 1.597138
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Pedoman yang digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji

Hausman adalah sebagai berikut:

1) Jika nilai probability Chi Square ≥ 0.05 artinya H0 diterima,

yang berarti model yang paling tepat digunakan adalah random

effect model.

2) Jika nilai probability Chi Square < 0.05 artinya H0 ditolak, yang

berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect

model.

Tabel 4.8
Hasil Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.612384 5 0.0035
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Hasil output diatas menunjukkan nilai Prob = 0.0035 untuk Cross

section random, yang berarti nilainya lebih kecil dari 0.05. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa fixxed effect model lebih tepat digunakan


87

daripada random effect model.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan

analisis grafik histogram dan Uji Jarque-Bera. Uji Jarque-Bera

mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan

dengan data apabila bersifat normal. Hasil uji normalitas disajikan pada

gambar 4.1.

Gambar 4.1
Uji Normalitas

Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Gambar 4.1 diatas menunjukkan nilai Probability sebesar

0,388436. Nilai tersebut lebih besar dari tingkat signifikansi 5% atau

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi

normal dan dapat digunakan untuk pengujian selanjutnya.


88

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghazali, 2018).

Hasil uji multikolonieritas disajikan pada table 4.8.

Tabel 4.9
Uji Multikolinearitas

DK DKI DPS DD KA
DK 1.000000 -0.490786 0.315581 0.010308 0.125747
DKI -0.490786 1.000000 0.057652 -0.024663 -0.296048
DPS 0.315581 0.057652 1.000000 -0.098854 0.182827
DD 0.010308 -0.024663 -0.098854 1.000000 0.082663
KA 0.125747 -0.296048 0.182827 0.082663 1.000000
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Berdasarkan hasil uji multikolinearitas pada table 4.8 dapat

terlihat bahwa penelitian ini terbebas dari multikolinearitas karena

memiliki nilai correlation sebesar -0,4907 < 0,90 atau nilai correlation

lebih kecil dari 0,90. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

masalah multikolinearitas antar variabel.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah nilai

dalam model regresi terdapat ketidaksamaan variance dan residual suatu

pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghazali, 2018). Pada penelitian

ini uji heteroskedastisitas menggunakan metode White. Tabel 4.9

berikut ini menunjukkan hasil uji heteroskedastisitas.


89

Tabel 4.10
Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White


Null hypothesis: Homoskedasticity
F-statistic 1.236893 Prob. F(18,21) 0.3175
Obs*R-squared 20.58435 Prob. Chi-Square(18) 0.3009
Scaled explained SS 41.86449 Prob. Chi-Square(18) 0.0012
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Berdasarkan table 4.10 diatas, nilai Prob. Chi-Square (yang

Obs*R-squared) sebesar 0,30 > 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi,

sehingga model regresi layak untuk memprediksi variabel dependen

berdasarkan variabel - variabel independen yang digunakan.

d. Uji Auto Kerelasi

Uji Auto Korelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode 1

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi,

maka dinamakan terjadi masalah autokorelasi (Ghazali, 2016). Tabel

4.10 berikut ini menunjukkan hasil uji Auto Kerelasi.

Tabel 4.11
Uji Auto Karelasi

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:


Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags
F-statistic 0.532731 Prob. F(2,32) 0.5921
Obs*R-squared 1.288912 Prob. Chi-Square(2) 0.5249
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022
90

Berdasarkan hasil table 4.10 diatas, nilai nilai Prob. Chi-Square

(yang Obs*R-squared) sebesar 0,52 > 0,05. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah autokerelasi.

4. Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan uji yang dilakukan yaitu uji Chow dan uji Hausman, model

estimasi data yang terpilih adalah Fixxed Effect Model (REM). Maka

selanjutnya dilakukan uji signifikansi dari model yang terpilih.

Tabel 4.12
Hasil Terpilih Uji Metode Fixxed Effect

Dependent Variable: MSI


Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:09
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

a. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa

jauh kemampuan model dapat menerangkan variasi variabel dependen.


91

Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai

Koefisien determinasi yang kecil berarti kemampuan variabel –

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Penelitian ini menggunakan Koefisien determinasi dengan

menggunakan nilai Adjusted R-squared untuk mengevaluasi model

regresi. Nilai Adjusted R-squared dalam penelitian ini dapat dilihat

dalam table 4.12 di bawah ini.

Tabel 4.13
Koefisien determinasi (R2)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Dari tampilan tabel 4.13 dapat dilihat bahwa besarnya Adjusted

R-squared adalah 0.447103 atau 44%. Hal ini berarti 44% variabel

dependen kinerja keuangan dalam penelitian ini Maqashid Syariah

Index dapat dijelaskan secara signifikan oleh variasi variabel

independen. Variabel independen tersebut adalah Dewan Komisaris,

Dewan Komisaris Independen, Dewan Pengawas Syariah, Dewan

Direksi, dan Komite Audit. Sedangkan sisanya 56% (100% – 44%)


92

dijelaskan oleh variabel lain diluar model regresi dalam penelitian ini.

b. Uji F (Uji Simultan)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh secara bersama-sama

(simultan) Dewan Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan

Pengawas Syariah, Dewan Direksi, Komite Audit dan Rapat Komite

Audit terhadap kinerja keuangan perbankan syariah yang diukur dengan

Maqashid Syariah Index (MSI). Pengujian dilakukan dengan

membandingkan nilai Fhitung dengan Ftabel.

Untuk menentukan nilai Ftabel, tingkat signifikansi yang

digunakan adalah 5% dengan derajat kebebasan (degree of freedom) df

= (n-k) dan (k-1) dimana n adalah jumlah observasi, k adalah variabel

termasuk intersep dengan kriteria uji yang digunakan adalah:

Jika Fhitung > Ftabel (α ; n-k ; k-1), maka H0 ditolak

Jika Fhitung < Ftabel (α ; n-k; k-1), maka H0 diterima

Tabel 4.14
Hasil Uji F (Uji Simultan)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

Dari tabel 4.14 diatas, maka didapat Fhitung sebesar 3.252681.

Sedangkan nilai dengan Ftabel dengan df: α ; (k-1) ; (n-k) atau 0.05 ; (6-

1) ; (40-6) adalah 2,49 yang berarti nilai Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak
93

dan H1 diterima. Hasil menunjukkan bahwa variable independen Dewan

Komisaris, Dewan Komisaris Independen, Dewan Pengawas Syariah,

Dewan Direksi, dan Komite Audit secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah

yang diukur dengan Maqashid Syariah Index (MSI).

c. Uji t (Uji Parsial)

Uji t digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel

bebas secara individual terhadap variabel terikat, dengan asumsi

variabel bebas yang lain konstan. Tanda positif (+) dan negatif (-)

menunjukkan arah hubungan yang terjadi, apakah perubahan variabel

terikat searah (positif) dengan perubahan variabel bebas atau

berlawanan arah (negatif). Hipotesis yang digunakan adalah:

Nilai thitung > ttabel maka H0 ditolak atau menerima H1

Nilai thitung < ttabel maka H0 diterima atau menolak H1

Jika menolak H0 dan menerima H1 berarti secara statistik variabel

independen signifikan mempengaruhi variabel dependen. Namun, jika

menerima H0 dan menolak H1 berarti secara statistik variabel

independen tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen

(Widarjono, 2013).

ttabel = α ; df = ( n – k )

= 5% ; df = (40 - 6)

= 0.05 ; df = 34
94

= 1,697

Berikut ini adalah tabel 4.14 hasil uji t dari masing-masing

variabel independen terhadap variabel dependen:

Tabel 4.15
Hasil Uji t (Uji Parsial)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.


C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Sumber: Output Eviews 12 diolah, 2022

C. Pembahasan

1. Pengaruh Dewan Komisaris Terhadap Kinerja Perbankan Syariah

Berdasarkan Maqashid Syariah Index

Hipotesis pertama (H1) adalah Jumlah Dewan Komisaris

berpangaruh signifikan terhadap kinerja perbankan syariah. Berdasarkan

hasil uji t, untuk variabel Dewan Komisaris (DK) didapat nilai sebesar

0.352655 yang berarti nilai thitung (0.352655) < ttabel (1,697), maka H0

diterima dan H1 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan

Komisaris (DK) secara parsial dan signifikan tidak berpengaruh terhadap

kinerja bank berdasarkan Maqashid Syariah Index (MSI).

Hal ni menunjukkan banyak ataupun sedikitnya jumlah dewan

komisaris tidak mempengaruhi kinerja maqashid syariah pada bank syariah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wantoro


95

(2015) yang mengatakan bahwa dewan komisaris tidak berpengaruh

terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah. Dalam penelitian Wantoro

dikatakan pula dimana dalam pemilihan dewan komisaris di Indonesia

masih kurang mempertimbangkan kompetensi dan integritas pada orang

tersebut sehingga untuk menjalankan tugas monitoring masih belum

berjalan dengan baik. Sedangkan penelitian ini berbanding terbalik dengan

hasil penelitian Kholid & Bachtiar (2015) yang menyatakan bahwa jumlah

anggota dewan komisaris berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja

maqashid syariah bank syariah.

2. Pengaruh Dewan Komisaris Independen Terhadap Kinerja Perbankan

Syariah Berdasarkan Maqashid Syariah Index

Hipotesis kedua (H2) adalah Ukuran Dewan Komisaris Independen

berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan syariah. Berdasarkan

hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Komisaris Independen (DKI) didapat nilai

sebesar 0.237606, yang berarti nilai thitung (0.237606) < ttabel (1,697), maka

H0 diterima dan H2 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel Dewan

Komisaris Independen (DKI) secara parsial dan signifikan tidak

berpengaruh terhadap kinerja bank berdasarkan Maqashid Syariah Index

(MSI).

Hasil pengujian menunjukan bahwa proporsi Dewan Komisaris

Independen tidak berpengaruh terhadap kinerja bank berdasarkan maqashid

syariah. Kehadiran dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan atau

komisaris independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan


96

yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan

manajemen serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris

independen merupakan posisi terbaik untuk melaksanakan fungsi

monitoring agar tercipta perusahaan yang good corporate governance.

Namun dalam implementasinya, kehadiran dewan komisaris yang berasal

dari luar perusahaan berdampak pada kurangnya pengetahuan yang cukup

mengenai perusahaan atau pengetahuan komisaris independen tentang

keadaan perusahan relatif terbatas. Sehingga menyebabkan kurang

optimalnya peran komisaris independen di dalam peningkatan kinerja

maqashid syariah bank syariah. Hal ini juga dapat disebabkan dewan

komisaris independen tidak bisa menjalankan monitoring yang efektif,

kondisi tersebut dapat disebabkan oleh kuatnya posisi dewan direksi dan

komisaris lainnya yang dipilih oleh pemegang saham mayoritas dalam

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Aziz

(2018) yang menyatakan jumlah komisaris independen tidak berpengaruh

terhadap kinerja bank umum syariah berdasarkan maqashid syariah indeks.

3. Pengaruh Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Perbankan

Syariah Berdasarkan Maqashid Syariah Index

Hipotesis ketiga (H3) adalah jumlah Dewan Pengawas Syariah

berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan syariah.

Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel Dewan Pengawas Syariah didapat

nilai sebesar -1.558028, yang berarti nilai thitung (-1.558028) < ttabel (1,697),
97

maka H0 diterima dan H3 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa variabel

Dewan Pengawas Syariah (DPS) secara parsial dan signifikan tidak

berpengaruh terhadap kinerja bank berdasarkan Maqashid Syariah Index

(MSI).

Hasil analisis regresi untuk variabel dewan pengawas syariah (DPS)

menunjukkan bahwa jumlah dewan pengawas syariah tidak berpengaruh

terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah. Hasil ini mengindikasikan

bahwa jumlah dewan pengawas syariah yang banyak tidak dapat mendorong

kinerja maqashid syariah bank syariah. Hal ini kemungkinan disebabkan

karena dari statistik deskriptif, rata-rata jumlah anggota dewan pengawas

syariah hanya sebesar 2,22 di bawah rata-rata jumlah dewan komisaris yang

nilai rata-ratanya sebesar 3,47. Rata-rata jumlah dewan pengawas syariah

yang masih sedikit ini kemungkinan menjadikan peran dewan pengawas

syariah yang belum maksimal sehingga belum mampu mendorong kinerja

maqashid syariah bank syariah.

Menurut Umam (2015), di Indonesia terdapat dewan pengawas

syariah yang menjadi dewan pengawas syariah di lembaga keuangan lain

serta terdapat dewan pengawas syariah yang menjadi dewan syariah

nasional. Adanya beberapa dewan pengawas syariah yang merangkap

jabatan sebagai dewan pengawas syariah di lembaga keuangan lain serta

menjabat sebagai dewan syariah nasional menandakan bahwa jumlah dewan

pengawas syariah di Indonesia masih sedikit. Selain itu, rangkap jabatan

tersebut dapat mengurangi tingkat pengawasan yang dilakukan dewan


98

pengawas syariah, sehingga keberadaan dewan pengawas syariah belum

mampu mendorong peningkatan kinerja bank syariah.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kholid

& Bachtiar (2015) yang menyatakan bahwa jumlah dewan pengawas

syariah tidak berpengaruh terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah.

4. Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Kinerja Perbankan Syariah

Berdasarkan Maqashid Syariah Index

Hipotesis keempat (H4) adalah dewan direksi berpengaruh signifikan

terhadap kinerja perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk vaiabel

dewan direksi didapat nilai sebesar -1.466376, yang berarti nilai thitung (--

1.466376) < ttabel (1,697), maka H0 diterima dan H4 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa variabel dewan direksi secara parsial dan signifikan

tidak berpengaruh terhadap kinerja bank berdasarkan Maqashid Syariah

Index (MSI).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah dewan direksi tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank berdasarkan maqashid

syariah. Banyak atau sedikitnya jumlah dewan direksi berdampak pada

pengawasan, pengontrolan, dan pengungkapan kinerja BUS. Semakin

banyak jumlah anggota, maka dapat meningkatkan nilai perusahaan karena

terkomposisi atas beragam keahlian dan pengalaman. Sebaliknya jumlah

anggota yang banyak juga dapat berpengaruh negatif terhadap pengambilan

keputusan, biaya yang besar, koordinasi yang rumit, dan ketidakefektifan

pengelolaan. Berdasarkan hasil statistik deskriptif, terlihat bahwa jumlah


99

minimal dewan direksi sejumlah 3 orang dan paling banyak sejumlah 8

orang dengan rata-rata 4,3. Dimana kesesuaian proporsi jumlah direksi

menjadi bahan pertimbangan utama, hal ini untuk menjaga arah koordinasi

dan komunikasi dan mengurangi tumpang tindih jabatan serta tugas dan

wewenang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Majid & Ghofar (2015) yang menyatakan jumlah dewan direksi tidak

berpengaruh terhadap pencapaian nilai SMI di perbankan syariah di

Indonesia.

5. Pengaruh Komite Audit Terhadap Kinerja Perbankan Syariah

Berdasarkan Maqashid Syariah Index

Hipotesis kelima (H5) adalah adalah komite audit berpengaruh

signifikan terhadap kinerja perbankan syariah. Berdasarkan hasil uji t, untuk

vaiabel komite audit didapat nilai sebesar 1.995151, yang berarti nilai thitung

(1.995151) > ttabel (1,691), maka H0 ditolak dan H5 diterima. Dapat

disimpulkan bahwa variabel komite audit secara parsial dan signifikan

berpengaruh terhadap kinerja bank berdasarkan Maqashid Syariah Index

(MSI).

Hasil pengujian menunjukkan bahwa komite audit berpengaruh

signifikan terhadap kinerja bank berdasarkan maqashid syariah. Komite

audit memiliki tugas dan tanggung jawab yaitu untuk memantau aktivitas

manajemen dalam kaitannya dalam pembuatan laporan keuangan. Sehingga

keberadaan komite audit diharapkan dapat memperkecil upaya manajemen

untuk memanipulasi data-data yang berkaitan dengan keuangan dan


100

prosedur akuntansi. Sehingga dapat memaksimalkan kinerja yang menjadi

tanggung jawab direksi dan jajarannya.

Keefektifan dari komite audit bisa ditinjau dari jumlah anggotanya.

Hal ini berarti besar atau kecilnya jumlah komite audit pada bank syariah di

Indonesia mampu membantu dewan komisaris dalam menjalankan tugasnya

dalam melakukan pengawasan terhadap manajemen sehingga pengawasan

menjadi lebih efektif dan mampu meningkatkan kinerja maqashid syariah

bank syariah di Indonesia.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kholid

& Bachtiar (2015) yang menyatakan bahwa jumlah komite audit

berpengaruh negatif terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di

Indonesia.

Tabel 4.16
Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hasil Pengujian
No. Hipotesis
Hipotesis
H1 : Dewan Komisaris berpengaruh terhadap
1 Ditolak
kinerja bank berdasarkan maqashid syariah
index
H2 : Dewan Komisaris Independen
2 Ditolak
berpengaruh terhadap kinerja bank
berdasarkan maqashid syariah index
H3 : Dewan Pengawas Syariah berpengaruh
3 Ditolak
terhadap kinerja bank berdasarkan
maqashid syariah index
H4 : Dampak buruk Dewan Direksi
4 Ditolak
berpengaruh terhadap kinerja bank
berdasarkan maqashid syariah index
H5 : Komite Audit berpengaruh terhadap
5 Diterima
kinerja bank berdasarkan maqashid syariah
index
101

6. Analisis Hasil Regresi Berganda

Hasil analisis regresi berganda dapat dilihat dari tabel Uji t dengan

persamaan regresi sebagai berikut:

Y = 0.149449 + 0.011919 X1 + 0.042643 X2 - 0.072938 X3 - 0.021649

X4 + 0.094329 X5 + e

Keterangan :

Y = Kinerja Maqashid Syariah Index Bank Syariah

X1 = Dewan Komisaris

X2 = Dewan Komisaris Independen

X3 = Dewan Pengawas Syariah

X4 = Dewan Direksi

X5 = Komite Audit
102

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh good corporate

governance terhadap kinerja maqashid syariah bank syariah di Indonesia periode

2018 – 2021. Penelitian ini dilakukan pada 10 Bank Umum Syariah yang berada di

Indonesia periode 2018 – 2021 dengan menggunakan teknik purposive sampling.

Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif dan regresi data panel

menggunakan software Eviews versi 12. Berdasaran hasil pengujian dan

pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dewan Komisaris tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia.

2. Dewan Komisaris Independen tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja

bank syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia.

3. Dewan Pengawas Syariah tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja bank

syariah berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia.

4. Dewan Direksi tidak memiliki pengaruh terhadap kinerja bank syariah

berdasarkan maqashid syariah index di Indonesia.

5. Komite Audit memiliki pengaruh terhadap kinerja bank syariah berdasarkan

maqashid syariah index di Indonesia.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

saran yang dapat diberikut oleh peneliti adalah sebagai berikut:


103

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencari literatur atau referensi yang

lebih banyak terkait topik good corporate governance dan maqashid syariah.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah variabel independen lain

diluar penelitian ini seperti dewan direksi, rapat dewan komisaris, rapat

dewan pengawas syariah, rapat komite audit guna meningkatkan kualitas

hasil penelitian.

3. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mengambil jangka waktu pengambilan

sampel yang lebih banyak.

4. Peneliti selanjutnya disarankan untuk menambahkan sampel dari jenis

perusahaan yang berbeda seperti menambahkan Unit Usaha Syariah sebagai

salah satu sampel dalam penelitian atau mengambil sampel di negara lain,

contohnya Bank Syariah di Malaysia, sehingga hasilnya dapat dibandingkan

antar kedua negara tersebut.


104

DAFTAR PUSTAKA

Agustina, F., & Maria, D. (2017). Peningkatan Kinerja Bank Syariah di Indonesia
Melalui Penerapan Good Corporate Governance. Journal SEMNAS IIB
Darmajaya, ISSN: 2598-0246.

Al-Matari, Y. A., & Al-Matari, E. M. (2012). Board of Directors , Audit Committee


Characteristics and Performance of Saudi Arabia Listed Companies.
International Review of Management and Marketing, Vol. 2, No. 4, ISSN:
2146-4405, pp. 241–51.

Algaoud, M. L., & Lewis, M. K. (2001). Perbankan Syariah: Prinsip, Praktik, dan
Prospek. Jakarta: PT. Serambi Ilmu Semesta.

Alqatamin, R. M. (2018). Audit Committee Effectiveness and Company


Performance : Evidence from Jordan. Accounting and Finance Research, Vol.
7, No. 2, ISSN: 1927-5986.

Antonio, M. S., Sanrego, Y. D., & Taufiq, M. (2012). An Analysis of Islamic


Banking Performance: Maqashid Index Implementation in Indonesia and
Jordania. Journal of Islamic Finance, Vol. 1, No. 1, pp. 012-029, ISSN: 2289-
2117.

Arikunto, S. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Aziz, M. (2018). Pengaruh Jumlah Dewan Komisaris, Komisaris Independen Dan


Dewan Pengawas Syariah Terhadap Kinerja Bank Umum Syariah Di
Indonesia Berdasarkan Maqashid Syariah Indeks. Jurnal Bisnis Vol. 4, Institut
Agama Islam Negeri Ponorogo.

Badreldin, A. M. (2009). Measuring the Performance of I Banks by Adapting


Conventional Ratios. German University in Cairo, Working Paper No. 16.

Basuony, M. A., Mohamed, E. K. A., & Al-Baidhani, A. M. (2014). The Effect of


Corporate Governance on Bank Financial Performance: Evidence from the
Arabian Peninsula. Corporate Ownership and Control , Vol. 11, Issue 2.
105

Chapra, M. U., & Ahmed, H. (2006). Corporate Governance Lembaga Keuangan


Syariah. Jakarta: Bumi Aksara.

Dalton, D. R., & Daily, C. M. (1999). Whats Wrong with Having Friends on the
Board? Across the Board 36(3), 28-32.

Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment and Review. Academy of


Management Review, 14, pp 57-74.

Eliza, A. (2015). Analisa Peringkat Good Corporate Governance (GCG) Bank


Umum Syariah dan Pengaruhnya di Indonesia dan Pengaruhnya terhadap
Risiko Bank. Lampung: Permata Net.

Faozan, A. (2013). Implementasi Good Corporate Governance Dan Peran Dewan


Pengawas Syariah Di Bank Syariah. Jurnal Ekonomi Islam, Vol. VII, No. 1,
pp. 1–14.

Farida, & Zuliani, N. L. (2015). Pengaruh Dimensi Pengembangan Pengetahuan,


Peningkatan Ketrampilan Baru, dan Kesadaran Masyarakat Terhadap
Kinerja Maqasid. Jurnal Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Magelang Vol. 10, No. 1 (2015): Cakrawala.

Gafoor, A., Mariappan, & S., T. (2018). Board Characteristics and Bank
Performance in India. IIMB Management Review. Elsevier Ltd. doi:
10.1016/j.iimb.2018.01.007.

Ghazali, I. (2016). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.


Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. N. (2009). Basic Econometrics. Singapore: Fifth Edition, Mc Graw Hill


International edition.

Hassan, M., Rizwan, M., & Sohail, H. (2017). Corporaye Governance, Sharia
Advisory Boards and Islamic Bank’s Performance. Pakistan Journal of Islamic
Research, 18(1), 173-184.

Hidayati, M. N. (2008). Dewan Pengawas Syariah dalam Sistem Hukum


106

Perbankan: Studi Tentang Pengawasan Bank Berlandaskan Pada Prinsip-


Prinsip Islam. Lex Journalica, Vol. 6, No.1.

IFSB. (2009). Guiding Principles on Shari’ah Governance Systems for Institutions


Offering Islamic Financial Services.

Imran, H. A. (2012). Peran Pemahaman Variabel Dalam Penelitian Komunikasi


Pendekatan Kuantitatif. Insani, No. 13, ISSN: 0216-0552.

Indriantoro, N., & Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis, Cetakan


Kedua. Yogyakarta: Penerbit BFEE UGM.

Intan, Novita. (2022). OJK Catat Aset Perbankan Syariah Melonjak 12,71 persen
pada April 2022. Diakses dari https://www.republika.co.id/berita/

Jansen, M. C., & Meckling, W. (1976). Theory of The Firm: Managerial Behaviour,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial and Economic,3,
305-360.

Kasmir. (2010). Manajemen Perbankan. Jakarta: Rajawali Grafindo.

Kasmir. (2016). Manajemen Sumber Daya Manusia (Teori dan Praktik). Depok:
PT. Raja Grafindo Persada.

Kholid, M. N., & Bachtiar, A. (2015). Good Corporate Governance Dan Kinerja
Maqasid Syariah. JAAI, Vol. 19, No. 2, pp. 126–36.

KNKG. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance Indonesia.

Kodriyah, Suprihatin, N. S., & Octaviani, S. (2017). Peran Dewan Pengawas


Syariah, Komite Audit dan Dewan Komisaris Dalam Mendeteksi Praktik
Manajemen Laba. Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 2, pp. 59–64.

Majid, R., & Ghofar, A. (2015). Analisis Pengaruh Pelaksanaan Good Corporate
Governance Terhadap Pencapaian Maqashid Syariah di Perbankan Syariah
Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, pp. 1–14.

Mardiasmo. (2002). Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta:


107

Penerbit Andi.

Maskuroh, E. (2014). Kinerja Bank Syariah dan Konvensional di Indonesia:


Pendekatan Teori Stakeholder dan Maqasid Shari’ah. Jurnal Justicia Islamica
Vol. 11 No. 2 STAIN Ponorogo.

Mohammed, M. O., & Razak, D. A. (2008). The Performance Measures of Islamic


Banking Based on The Maqasid Framework. IIUM International Accounting
Conference (INTAC IV), pp. 1–17.

Mohammed, M. O., & Taib, F. M. (2015). Developing Islamic Banking


Performance Measures Based On Maqasid Al-Shari’ah Framework: Cases of
24 Selected Banks. Journal of Islamic Monetary Economics and Finance.

Mollah, S., & Zaman, M. (2015). Shari’ah Supervision, Corporate Governance and
Performance: Conventional vs. Islamic Banks. .” Journal of Banking and
Finance 58, pp. 418–435.

Muhammad. (2014). Manajemen Keuangan Syariah: Analisis Fiqh dan Keuangan.


Yogyakarta: YKPN.

Musolli. (2018). Maqasid Syariah: Kajian Teoritis dan Aplikatif Pada Isu-Isu
Kontemporer. At-Turas, Volume V, No.1.

Mutakin, A. (2017). Maqasid Al Syariah dan Hubungan dengan Metode Istinbath


Hukum. Kanun Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 19, No.3, pp. 547- 570.

Muttakin, M. B., & Ullah, M. S. (2012). Corporate Governance and Bank


Performance: Evidence from Bangladesh. Corporate Board: Duties and
Composition, Vol. 8, Issue 1.

Nomran, N. M., Haron, R., & Hassan, R. (2018). Shari’ah Supervisory Board
Characters Effects on Islamic Banks’ Performance: Evidence from Malaysia.
International Journal of Bank Marketing.

Nurnazli, N. (2014). Penerapan Kaidah Maqasid Syariah Dalam Produk


Perbankan Syariah. Ijtimaiyya: Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam.
108

Nyamongo, E. M., & Temesgen, K. (2013). The Effect of Governance on


Performance of Commercial Banks in Kenya: A Panel Study. Corporate
Governance: The International Journal of Business in Society, Vol. 3, Issue 3,
pp. 236-248.

OECD. (2004). Principles of Corporate Governance.

Ozcan, & Riza, A. (2016). Board Size, Board Composition, and Performance: An
Investigation on Turkish Bank. International Business Research, Vol. 9, No. 2,
ISSN: 1913-9004.

Rama, A. (2014). Analisis Komparatif Model Syariah Governance Lembaga


Keuangan Syariah: Studi Kasus Negara ASEAN. Laporan Penelitian Publikasi
Nasional, Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ramadhani, R., & Mutia, E. (2016). Analisis Perbandingan Kinerja Perbankan


Syariah di Indonesia dan Malaysia Ditinjau Dari Maqashid Shariah Index.
Simposium Nasional Akuntansi XIX Lampung.

Rosadi, D. (2012). Ekonometrika dan Analisis Runtun Waktu Terapan dengan


Eviews. Yogyakarta: Edisi Pertama C.V Andi Offset Andi.

Saramawati, D. A. M., & Lubis, A. T. (2014). Analisis Pengungkapan Shariah


Compliance dalam Pelaksanaan Good Corporate Governance Bank Syariah
di Indonesia Tahun 2011. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Islam, Vol.2, No.2.

Sarkar, J., Sarkar, S., & Sen, K. (2012). A Corporate Governance Index for Large
Listed Companies in India. Indira Gandhi of Development Research, Mumbai.

Sholahudin, Al Ayyubi. (2013). Tersangka Kredit Fiktif BSM Bogor Bertambah.


Diakses dari https://nasional-sindonews-com/

Srairi, S. (2015). Corporate Governance Disclosure Practices and Performance of


Islamic Banks in GCC Countries. Journal of Islamic Finance, Vol. 4, No. 2,
pp. 1–7.
109

Statistik Perbankan Syariah. (2022). Otoritas Jasa Keuangan, Februari.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: CV Alfabeta.

Sukardi, Budi, Wijaya, T., & Wardani, M. K. (2016). Inklusivisme Maqasid Syariah
Menuju Pembangunan Berkelanjutan Bank Syariah di Indonesia. Jurnal
Peradaban Islam Tsaqafah Vol. 12, No. 1, Mei 2016, Hal. 209-230 ISSN:
1411-0334.

Sulistyowati dan Fidiana. (2017). Pengaruh Good Corporate Governance


Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan. Jurnal Ilmu dan
Riset Akuntansi. Vol. 6. No. 1, ISSN: 2460-0585.

Umam, K. (2015). Urgensi standarisasi dewan pengawas syariah dalam


meningkatkan kualitas audit kepatuhan syariah. Jurnal Perhimpunan
Mahasiswa Hukum Indonesia 1 (2): 114-138.

Waemustafa, W. (2013). The Emergence Of Islamic Banking: Development,


Trends, And Challenges. IOSR Journal of Business and Management, Vol. 7,
No. 2, pp. 67–71.

Wantoro. (2015). Peningkatan Kinerja Bank Syariah Melalui Penerapan GCG di


Indonesia. Jurnal Ekonomi Islam, pp. 1-15.

Wardayati, S. M. (2011). Implikasi Shariah Governance terhadap Reputasi dan


Kepercayaan Bank Syariah. Jurnal Universitas Jember, Walisongo, Volume
19, Nomor 1.

Widarjono, A. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya: Disertai


Panduan Eviews. Yogyakarta: Edisi Keempat, UPP STIM YKPN.

Winarno, D. W. W. (2011). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews


(ke-3). STIM YKPN Yogyakarta.
110

LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Sampel Bank Umum Syariah

No. Nama Bank Kode

1 Bank Muamalat Indonesia BMI

2 Bank Central Asia Syariah BCAS

3 Bank Mega Syariah BMS

4 Bank Panin Dubai Syariah BPDS

5 Bank Syariah Bukopin BSB

6 Bank Aceh Syariah BAS

7 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah BTPNS

8 Bank Victoria Syariah BVS

9 Bank Jabar Banten Syariah BJBS

10 Bank Aladin Syariah BALDS

Lampiran 2: Data Penelitian Good Corporate Governance

Bank Muamalat Indonesia


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 4 0.5 3 8 4
2019 5 0.6 3 3 4
2020 5 0.6 3 3 3
2021 5 0.6 2 4 3
111

Bank BCA Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 5 0.6 2 4 3
2019 5 0.6 3 5 3
2020 3 0.67 2 5 3
2021 3 0.67 2 4 3

Bank Mega Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 0.67 3 4 3
2019 3 0.67 2 4 4
2020 4 0.75 2 7 3
2021 3 0.67 2 4 3

Bank Panin Dubai Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 1 3 3 3
2019 3 1 3 3 3
2020 3 1 2 4 3
2021 3 1 2 5 3

Bank Syariah Bukopin


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 1 2 5 3
2019 3 1 2 4 3
2020 3 0.67 2 5 3
2021 3 0.67 2 4 3

Bank Aceh Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 0.67 2 6 3
2019 3 0.67 2 4 3
2020 3 0.67 2 3 3
2021 3 0.67 2 4 3
112

Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 4 0.5 2 4 3
2019 4 0.5 2 4 3
2020 4 0.5 2 5 3
2021 3 0.67 2 4 3

Bank Victoria Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 0.67 2 4 3
2019 3 0.67 2 4 4
2020 3 1 2 6 3
2021 3 0.67 2 4 3

Bank BJB Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 0.67 2 3 3
2019 3 0.67 2 4 3
2020 3 0.67 3 4 4
2021 4 0.75 3 4 4

Bank Aladin Syariah


Tahun DK DKI (%) DPS DD KA
2018 3 0.67 2 5 5
2019 4 0.5 2 4 4
2020 4 0.5 2 4 4
2021 4 0.5 2 4 4

Lampiran 3: Data Penelitian Maqashid Syariah Index

Kinerja Tujuan 1
BUS Tahun
R1.1 R2.1 R3.1 R4.1
2018 0,00089 0,00058 0,00429 0,02432
2019 0,00089 0,00298 0,01079 0,00280
BMI
2020 0,00156 0,00043 0,01249 0,00321
2021 0,00158 0,00067 0,01249 0,00171
2018 0,02102 0,00000 0,02102 0,00529
BCAS
2019 0,02267 0,00000 0,02267 0,00424
113

2020 0,01330 0,00000 0,01330 0,00004


2021 0,02487 0,00000 0,02487 0,00028
2018 0,00032 0,00000 0,00679 0,00000
2019 0,00000 0,00000 0,00853 0,00000
BMS
2020 0,00000 0,00000 0,00734 0,00000
2021 0,00000 0,00000 0,01114 0,00000
2018 0,00029 0,00000 0,02273 0,02158
2019 0,00000 0,00000 0,00292 0,01662
BPDS
2020 0,00000 0,00000 0,00570 0,01213
2021 0,00000 0,00000 0,00228 0,00723
2018 0,00000 0,00000 0,01285 0,01423
2019 0,00000 0,00000 0,02314 0,01311
BSB
2020 0,00000 0,00000 0,00394 0,00728
2021 0,00000 0,00000 0,00289 0,00486
2018 0,00049 0,00000 0,01704 0,00608
2019 0,00231 0,00000 0,02315 0,00753
BAS
2020 0,00216 0,00000 0,01060 0,00831
2021 0,00453 0,00000 0,01375 0,01012
2018 0,02870 0,00000 0,02870 0,01055
2019 0,02976 0,00000 0,02976 0,00904
BTPNS
2020 0,01097 0,00000 0,01097 0,00242
2021 0,00911 0,00000 0,00911 0,00371
2018 0,00000 0,00000 0,01061 0,01107
2019 0,00000 0,00000 0,00671 0,00642
BVS
2020 0,00000 0,00000 0,00727 0,00362
2021 0,00000 0,00000 0,05296 0,00367
2018 0,00009 0,00002 0,00000 0,00000
2019 0,00010 0,00270 0,00000 0,00000
BJBS
2020 0,00010 0,00196 0,00969 0,00000
2021 0,00008 0,00044 0,01087 0,00000
2018 0,00434 0,00000 0,00934 0,00560
2019 0,00531 0,00000 0,00958 0,00797
BALDS
2020 0,00003 0,00000 0,00259 0,00745
2021 0,00000 0,00000 0,00524 0,02939

Kinerja Tujuan 2 Kinerja Tujuan 3


BUS Tahun
R1.2 R2.2 R3.2 R1.3 R2.3 R3.3
2018 1,49711 0,50873 0,00018 0,00080 0,00001 0,64718
BMI 2019 1,19492 0,50388 0,00015 0,00032 0,00002 0,66015
2020 1,63601 0,52240 0,00012 0,00020 0,00001 0,63833
114

2021 2,18195 0,53481 0,00023 0,00015 0,00000 0,34327


2018 1,39074 0,54593 0,00005 0,00826 0,00000 0,69362
2019 1,27151 0,62005 0,00007 0,00778 0,00000 0,65435
BCAS
2020 1,35063 0,66677 0,00010 0,00752 0,00000 0,71660
2021 1,33815 0,73029 0,00034 0,00821 0,00000 0,70538
2018 1,27778 0,24105 0,00058 0,25892 0,00021 0,59133
2019 1,27095 0,33142 0,00043 0,30441 0,00021 4,10530
BMS
2020 1,17129 0,43817 0,00044 0,00817 0,00027 0,27717
2021 1,31741 0,61625 0,00066 0,03829 0,00126 0,88101
2018 0,19640 0,92519 0,00000 0,00237 0,00000 0,73310
2019 1,40141 0,95510 0,00000 0,00119 0,00010 0,94102
BPDS
2020 0,41431 0,92890 0,00002 0,00113 0,00001 1,16615
2021 1,00102 0,92869 0,00005 -0,05671 0,00000 0,73582
2018 1,32943 0,63587 0,00112 0,00035 0,00000 0,36071
2019 1,21392 0,65146 0,00163 0,00026 0,00000 0,35187
BSB
2020 0,04776 0,66788 0,00077 0,02550 0,00000 0,64323
2021 1,15635 0,80534 0,00023 -0,03734 0,00000 0,18630
2018 1,20261 0,09595 0,00011 0,01903 0,00000 0,12936
2019 1,20146 0,09983 0,00891 0,01801 0,00000 0,02558
BAS
2020 1,25289 0,11003 0,00132 0,01307 0,00000 0,02536
2021 1,28125 0,14435 0,00163 0,01392 0,00000 0,02614
2018 1,34936 0,01611 0,00005 0,08018 0,00000 0,63811
2019 1,34397 0,00331 0,00014 0,09099 0,00000 0,61902
BTPNS
2020 1,31011 0,00140 0,00013 0,05200 0,00000 0,59728
2021 1,28337 0,00143 0,00007 0,07900 0,00000 0,57897
2018 1,25003 0,79960 0,00001 0,00234 0,00000 0,19560
2019 0,38069 0,81974 0,00062 0,00040 0,00000 0,17731
BVS
2020 -0,16849 0,84601 0,00000 -0,00093 0,00000 0,19559
2021 1,30724 0,74700 0,00000 0,00337 0,00000 0,00000
2018 2,09842 0,26900 0,00005 0,00251 0,00000 0,74189
2019 2,64080 0,30682 0,00008 0,00199 0,00000 0,74425
BJBS
2020 0,80265 0,30965 0,00005 0,00414 0,00000 0,73418
2021 3,80966 0,34214 0,00009 0,00211 0,00000 0,65670
2018 1,36380 0,00000 0,00018 -0,09778 0,00000 0,11615
2019 0,11068 0,00000 0,00009 0,10802 0,00000 0,00751
BALDS
2020 0,94658 0,00000 0,00006 0,06220 0,00000 0,00008
2021 1,01336 0,00000 0,02716 -0,05581 0,00000 0,00000
115

MAQASHID SYARIAH INDEX


MSI
BUS Tahun IK (T1) IK (T2) IK (T3)
(T1+T2+T3)
2018 0,0021 0,2509 0,0695 0,3226
2019 0,0013 0,2131 0,0709 0,2853
BMI
2020 0,0013 0,2698 0,0685 0,3396
2021 0,0013 0,3386 0,0368 0,3767
2018 0,0035 0,2427 0,0752 0,3214
2019 0,0037 0,2378 0,0710 0,3124
BCAS
2020 0,0020 0,2536 0,0776 0,3332
2021 0,0037 0,2605 0,0765 0,3407
2018 0,0006 0,1889 0,0882 0,2777
2019 0,0007 0,1999 0,4696 0,6702
BMS
2020 0,0006 0,2016 0,0305 0,2327
2021 0,0009 0,2430 0,0983 0,3422
2018 0,0033 0,1455 0,0789 0,2277
2019 0,0014 0,2977 0,1011 0,4002
BPDS
2020 0,0013 0,1728 0,1252 0,2994
2021 0,0007 0,2450 0,0735 0,3192
2018 0,0020 0,2471 0,0387 0,2878
2019 0,0027 0,2350 0,0378 0,2755
BSB
2020 0,0008 0,0936 0,0715 0,1659
2021 0,0006 0,2479 0,0164 0,2649
2018 0,0018 0,1605 0,0157 0,1780
2019 0,0025 0,1623 0,0045 0,1692
BAS
2020 0,0016 0,1687 0,0040 0,1743
2021 0,0021 0,1768 0,0041 0,1830
2018 0,0050 0,1681 0,0761 0,2493
2019 0,0051 0,1658 0,0751 0,2460
BTPNS
2020 0,0018 0,1613 0,0691 0,2322
2021 0,0016 0,1581 0,0697 0,2294
2018 0,0016 0,2587 0,0212 0,2815
2019 0,0010 0,1545 0,0191 0,1745
BVS
2020 0,0008 0,0903 0,0209 0,1120
2021 0,0044 0,2588 0,0003 0,2635
2018 0,0000 0,2934 0,0798 0,3733
2019 0,0002 0,3651 0,0800 0,4454
BJBS
2020 0,0009 0,1394 0,0792 0,2195
2021 0,0009 0,5135 0,0707 0,5850
116

2018 0,0014 0,1678 0,0031 0,1723


2019 0,0017 0,0136 0,0111 0,0265
BALDS
2020 0,0007 0,1164 0,0060 0,1231
2021 0,0024 0,1289 -0,0053 0,1260

Lampiran 4: Statistik Deskriptif


Date: 12/13/22
Time: 14:05
Sample: 2018 2021

MSI DK DKI DPS DD KA

Mean 0.273983 3.475000 0.693250 2.225000 4.300000 3.275000

Median 0.270200 3.000000 0.670000 2.000000 4.000000 3.000000

Maximum 0.670200 5.000000 1.000000 3.000000 8.000000 5.000000

Minimum 0.026500 3.000000 0.500000 2.000000 3.000000 3.000000

Std. Dev. 0.119844 0.715667 0.158541 0.422902 1.042679 0.505736

Skewness 1.044000 1.151118 0.961817 1.317106 1.575132 1.593723

Kurtosis 5.302596 2.912271 3.003090 2.734767 6.146938 4.628093

Jarque-Bera 16.10282 8.846642 6.167299 11.68236 33.04565 21.35082

Probability 0.000319 0.011994 0.045792 0.002905 0.000000 0.000023

Sum 10.95930 139.0000 27.73000 89.00000 172.0000 131.0000

Sum Sq. Dev. 0.560145 19.97500 0.980278 6.975000 42.40000 9.975000

Observations 40 40 40 40 40 40
117

Lampiran 5: Hasil Uji Pemilihan Model Regresi Panel


Hasil Uji Metode Common Effect Model

Dependent Variable: MSI


Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:00
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.115365 0.251968 0.457854 0.6500
DK 0.011866 0.034309 0.345858 0.7316
DKI 0.109123 0.154455 0.706506 0.4847
DPS 0.063275 0.052167 1.212921 0.2335
DD -0.013043 0.018908 -0.689824 0.4950
KA -0.013120 0.041788 -0.313957 0.7555

Root MSE 0.112187 R-squared 0.101235


Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared -0.030936
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.121684
Akaike info criterion -1.237296 Sum squared resid 0.503438
Schwarz criterion -0.983964 Log likelihood 30.74593
Hannan-Quinn criter. -1.145700 F-statistic 0.765938
Durbin-Watson stat 2.012815 Prob(F-statistic) 0.580768

Hasil Uji Metode Fixed Effect Model


Dependent Variable: MSI
Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:09
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
118

Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663


Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945

Hasil Uji Metode Random Effect Model


Dependent Variable: MSI
Method: Panel EGLS (Cross-section random effects)
Date: 12/13/22 Time: 14:01
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Swamy and Arora estimator of component variances
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.123406 0.210426 0.586459 0.5614
DK 0.012509 0.028051 0.445942 0.6585
DKI 0.126847 0.132424 0.957885 0.3449
DPS 0.010999 0.041541 0.264769 0.7928
DD -0.016766 0.014247 -1.176835 0.2474
KA 0.020394 0.036452 0.559485 0.5795
Effects Specification
S.D. Rho
Cross-section random 0.048228 0.2265
Idiosyncratic random 0.089113 0.7735
Weighted Statistics
Root MSE 0.096197 R-squared 0.053784
Mean dependent var 0.185924 Adjusted R-squared -0.085365
S.D. dependent var 0.100153 S.E. of regression 0.104340
Sum squared resid 0.370153 F-statistic 0.386520
Durbin-Watson stat 2.272153 Prob(F-statistic) 0.854535
Unweighted Statistics
R-squared 0.059895 Mean dependent var 0.273983
Sum squared resid 0.526595 Durbin-Watson stat 1.597138

Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Equation: MODEL_FEM
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 4.266295 (9,25) 0.0019
Cross-section Chi-square 37.221414 9 0.0000
119

Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Equation: MODEL_REM
Test cross-section random effects
Test Summary Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 17.612384 5 0.0035

Lampiran 6: Hasil Uji Asumsi Klasik


Uji Normalitas

Uji Multikolinearitas
DK DKI DPS DD KA
DK 1.000000 -0.490786 0.315581 0.010308 0.125747
DKI -0.490786 1.000000 0.057652 -0.024663 -0.296048
DPS 0.315581 0.057652 1.000000 -0.098854 0.182827
DD 0.010308 -0.024663 -0.098854 1.000000 0.082663
KA 0.125747 -0.296048 0.182827 0.082663 1.000000

Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White
Null hypothesis: Homoskedasticity
F-statistic 1.236893 Prob. F(18,21) 0.3175
Obs*R-squared 20.58435 Prob. Chi-Square(18) 0.3009
Scaled explained SS 41.86449 Prob. Chi-Square(18) 0.0012

Uji Auto Korelasi


Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Null hypothesis: No serial correlation at up to 2 lags
F-statistic 0.532731 Prob. F(2,32) 0.5921
Obs*R-squared 1.288912 Prob. Chi-Square(2) 0.5249
120

Lampiran 7: Hasil Uji Hipotesis


Hasil Uji Model Data Panel Terpilih (Fixxed Effect Model)
Dependent Variable: MSI
Method: Panel Least Squares
Date: 12/13/22 Time: 14:09
Sample: 2018 2021
Periods included: 4
Cross-sections included: 10
Total panel (balanced) observations: 40
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570
Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables)
Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945

Koefisien Determinasi (R2)


Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945

Hasil Uji F (Uji Simultan)


Root MSE 0.070450 R-squared 0.645579
Mean dependent var 0.273983 Adjusted R-squared 0.447103
S.D. dependent var 0.119844 S.E. of regression 0.089113
Akaike info criterion -1.717832 Sum squared resid 0.198527
Schwarz criterion -1.084502 Log likelihood 49.35663
Hannan-Quinn criter. -1.488840 F-statistic 3.252681
Durbin-Watson stat 3.484876 Prob(F-statistic) 0.004945
121

Hasil Uji t (Uji Parsial)


Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
C 0.149449 0.246974 0.605119 0.5506
DK 0.011919 0.033798 0.352655 0.7273
DKI 0.042643 0.179471 0.237606 0.8141
DPS -0.072938 0.046814 -1.558028 0.1318
DD -0.021649 0.014763 -1.466376 0.1550
KA 0.094329 0.047279 1.995151 0.0570

Anda mungkin juga menyukai