Anda di halaman 1dari 120

Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) Terhadap


Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015

Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun Oleh:

Enny Susilowati
1112085000034

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1437 H/2016 M
i
ii
iii
iv
RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama : Enny Susilowati

Tempat & Tanggal Lahir : Tegal, 03 Mei 1994

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sultan Agung RT 005/003 No.47 Kel. Kalibaru


Kec. Medan Satria, Bekasi Barat

No. Telepon : 08568224657

Email : ennysusilowati29@gmail.com

Pendidikan Formal

2000-2006 : SDN Kota Baru III

2006-2009 : SMP La Tansa Islamic Boarding School

2009-2012 : SMA LA Tansa Islamic Boarding School

2012-2016 : Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta

v
ABSTRACT
This study aimed to analyze the influence of Third Party Fund (DPK),
Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non Performing Financing (NPF) on the
Liquidity of Islamic Banking in Indonesia since 2011 to 2015. Methods of data
analysis used in this study is the linear regression analysis using SPSS version 20.0
and Microsoft Excel 2013.the result of research, shows that partially Third Party
Fund (DPK) give a positive and significant impact on the liquidity and it have the
value of the sig. 0,013 <0,050. Capital Adequacy Ratio (CAR) has no effect on
liquidity with the value of sig. 0.418> 0.050. The Performing Financing ( NPF )
give a negative and a significant effect to the liquidity (FDR) with the value of sig.
0,000 < 0,050. While simultaneously, Third Party Fund (DPK), Capital Adequacy
Ratio (CAR) and Non Performing Financing (NPF) has an effect on the liquidity
(FDR) with the value of the sig. 0,000 <0,050.
Keywords: Third Party Fund (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) and Non
Performing Financing (NPF) and liquidity (FDR).

vi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia tahun 2011-2015. Metode
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis linier regresi
berganda dengan menggunakan program SPSS versi 20.0 dan Microsoft Excel
2013. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara parsial, Dana Pihak
Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap likuiditas (FDR) dengan
nilai sig. 0,013 < 0,050. Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap
likuiditas (FDR) dengan nilai sig. 0,418 > 0,050. Non Performing Financing (NPF)
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap likuiditas (FDR) dengan niali sig.
0,000 < 0,050. Sedangkan secara simultan atau bersama-sama, Dana Pihak Ketiga
(DPK), Capital adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF)
mempunyai pengaruh terhadap likuiditas dengan nilai sig. 0,000 < 0,050.
Kata Kunci : Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital adequacy Ratio (CAR) dan Non
Performing Financing (NPF) dan likuiditas (FDR).

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb

puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah mencurah rahmat serta
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non
performing Financing (NPF) Terhadap Likuiditas Perbankan Syariah di
Indonesia Periode 2011-2015” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Sarjana (S1) Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
kepada semua pihak dan dapat memberi wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa


dukungan, bantuan, bimbingan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membatu dalam penyusunan skripsi ini terutama pada:
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolongan Nya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih atas segala
nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2. Keluarga tercinta, Ayahanda H. Subardi dan Ibunda Hj. Tareni. Terima
kasih atas segala dukungan dalam bentuk moril maupun materi yang tak
terhitung jumlahnya, serta cinta, kasih sayang dan doa yang senantiasa
dipanjatkan untuk kelancaran putrinya dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Kakak-kakakku tersayang, Etti, Erwin dan Ebi yang telah memberikan
motivasi dan doanya.
4. Keponakanku tersayang, Mutia, Naurah dan Reisa yang senantiasa
menghibur dalam pengerjaan skripsi.
5. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si selaku Dekan FEB, Bapak Dr.
Amilin, SE., Ak., M.Si., CA., QIA., BKP selaku Wakil Dekan I Bid.
Akademik, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., M.H selaku Wakil
Dekan II Bid. Administrasi Umum dan Bapak Dr. Desmadi Saharuddin,
viii
M.A selaku Wakil Dekan III Bid. Kemahasiswaan.
6. Bapak Adhitya Ginanjar, SE.,M.Si selaku Ketua Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE.,M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan
Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Bapak Indo Yama Nasaruddin,SE,MAB selaku Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya dengan sabar, memberi pengarahan, bimbingan dan
ilmu yang berharga dalam penyelesaian skripsi ini. Terimakasih atas semua
saran dan arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak.
9. Ibu Umiyati,SE.i,M.Si selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu
untuk membimbing dengan penuh sabar dan teliti sehingga penulisi dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Terimakasih atas semua saran dan
arahan yang Bapak berikan selama proses penulisan hingga
terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan Ibu.
10. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag., selaku pembimbing akademik.
11. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen
FEB UIN Jakarta.
12. Seluruh jajaran karyawan, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan
baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis.
13. Sahabat-sahabat pondokku, Najmia, Laras, Yulia, Yuni, Irma, Mila, Ina,
Ulus, Tifani dan Nawang terimakasih atas doa dan suportnya.
14. Sahabat-sahabat “CHILSYAR” Perbankan Syariah angkatan 2012, Fivi
Fariha, Garin Shasy Novista, Asma Karimah, Rara Sekar Arum, Yanida
Siti Hanifah, Diah Maya Sari, Melinda Sulistyorini, dan Hafizah Oktavia
Habsari yang selalu mendukung pengerjaan skripsi dan atas kebersamaanya
selama ini.

ix
15. Robiyah Al-Adawiyah yang memotivasi dan memberi doa dalam
penyelesaian skripsi ini.
16. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah angkatan 2012 yang saya
cintai serta saya banggakan dan yang tidak dapat saya sebutkan satu per
satu. Terimakasih atas empat tahun kebersamaan dengan kalian yang penuh
warna, semoga kita bisa kumpul terus.
17. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, maka dengan senang hati penulis menerima segala saran dan
kritik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Jakarta,18 Oktober 2016

Enny Susilowati

x
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ..............................................................................v

ABSTRACT .......................................................................................................... vi

ABSTRAK ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ..................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah .......................................................................................1


Rumusan Masalah ..............................................................................................12
Tujuan Penelitian ................................................................................................13
Manfaat Penelitian ..............................................................................................13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Keuangan .........................................................................................15


B. Likuiditas (FDR) ..........................................................................................21
C. Dana Pihak Ketiga (DPK) ............................................................................24
D. Capital Adequacy Ratio (CAR) ....................................................................27
E. Non Performing Financing (NPF)................................................................28
F. Bank Syariah ................................................................................................29
G. Perkembangan Bank Syariah ........................................................................37
H. Penelitian Terdahulu .....................................................................................40
xi
I. Keterkaitan Antara Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat ...................44
J. Kerangka Pemikiran .....................................................................................47
K. Hipotesis ......................................................................................................48
BAB III METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ...........................................................................49


B. Metode Penentuan Sampel ..........................................................................51
C. Jenis dan Sumber Data ................................................................................51
D. Metode Pengumpulan Data .........................................................................52
E. Metode Ananlisis Data ................................................................................53
1. Uji Asumsi Klasik ................................................................................53
2. Uji Hipotesis .......................................................................................58
3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda .................................................61
F. Operasional Variabel Penelitian ..................................................................62
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian .................................................65
B. Deskriptif data .............................................................................................67
C. Analisis dan Pembahasan ............................................................................74
D. Interprestasi .................................................................................................88
BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ..................................................................................................92
B. Implikasi ......................................................................................................92
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................94
LAMPIRAN .........................................................................................................99

xii
DAFTAR TABEL

1.1 Nilai Rata-Rata Financing to Deposit Ratio (FDR) ....................................7


1.2 Komposisi Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) .......................................9
1.3 Komposisi Nilai Non Performing Financing (NPF) .................................10
2.1 Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Kriteria Penilaian ........................23
2.2 Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing (NPF) ...............29
2.3 Perbedaan Perbankan Syariah dan Konvensional ......................................37
2.4 Penelitian Terdahulu .................................................................................41
3.1 Data Perbankan Syariah ............................................................................49
4.1 Data Dana Pihak Ketiga (DPK) ................................................................68
4.2 Data Capital Adequacy ratio (CAR) .........................................................69
4.3 Data Non Performing Financing (NPF) ....................................................71
4.4 Data Financing to Deposit Ratio (FDR) ...................................................73
4.5 Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov ......................................................77
4.6 Uji Multikolinier .......................................................................................78
4.7 Uji Autokorelasi ........................................................................................80
4.8 Uji t (Parsial) ..............................................................................................82
4.9 Uji f (Simultan) .........................................................................................84
4.10 Determinan R Square .................................................................................86
4.11 Analisis Regresi Linier Berganda .............................................................87

xiii
DAFTAR GAMBAR

1.1 Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah ........................................................2


1.2 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) .....................................................8

4.1 Grafik Histogram ......................................................................................76

4.2 Grafik P-P Plot ..........................................................................................76

4.3 Grafik Scatterplot ......................................................................................81

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bank merupakan lembaga keuangan yang sangat diperlukan dalam

perekonomian modern sebagai mediator antara kelompok masyarakat yang

kelebihan dana (rumah tangga) dan kelompok masyarakat yang

membutuhkan dana (pengusaha). (Kasmir,2010)

Bank Islam di Indonesia atau yang sering disebut dengan bank

syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi memperlancarkan

mekanisme ekonomi sektor riil melalui aktifitas kegiatan usaha (investasi,

jual beli, atau lainnya) berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian

berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain baik untuk

penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan jasa

lainnya yang dinyatakan sesuai dengan nilai-nilai syariah (akad).

Pertama kali munculnya Bank Islam di Indonesia dipelopori Bank

Muamalat yang didirikan pada tahun 1990 yang beroperasi pada tahun 1991.

Bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah

serta mendapatkan dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia

(ICMI).

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia lahir dari permintaan

masyarakat yang membutuhkan sistem perbankan alternatif yang selain

menyediakan jasa perbankan/keuangan yang sehat, juga memenuhi prinsip-

1
prinsip syariah. Perkembangan sistem keuangan syariah sebenarnya telah

dimulai sebelum pemerintah secara formal meletakkan dasar-dasar hukum

operasionalnya (Ali,2004).

Permintaan masyarakat akan sistem perbankan yang transparan

semakin tinggi dari tahun ke tahun membuat pertumbuhan perbankan

syariah semakin baik pula. Berikut pertumbuhan aset pada perbankan

syariah di Indonesia.

Gambar 1.1
Pertumbuhan Aset Perbankan Syariah di Indonesia
(dalam milyar rupiah)

Aset Perbankan Syariah


250000

200000 204961 213422


180360
150000 147581
116930
100000

50000

0
2011 2012 2013 2014 2015

Sumber : Statistik Bank Indonesia 2011- 2015

Pada gambar 1.1 di atas, menunjukkan pertumbuhan perbakan

syariah dilihat dari jumlah aset yang dimiliki dari tahun 2011-2015

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari tahun 2011 perbankan

syariah memiliki jumlah aset sebesar 116.930 milyar rupiah sampai 2015

aset perbankan mencapai 213.422 milyar rupiah. Peningkatan aset

perbankan syariah ini dapat dikatakan bahwa perbankan syariah semakin

2
dipercaya dan lebih dikenal oleh masyarakat sehingga mereka menyimpan

dananya pada bank syariah.

Bank syariah berfungsi sebagai lembaga intermediasi sektor

keuangan, melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun

dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada

masyarakat melalui pembiayaan. Dana yang dihimpun dari masyarakat

biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan

prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan penyaluran dana

dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola

penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad

pelengkap (Karim, 2008). Fungsi ini membuat bank harus menjamin

keamanan dengan titipan dari masyarakat sehingga masyarakat percaya

menitipkan dananya ke bank, oleh karena itu bank harus menjaga kinerja

keuangannya agar tetap stabil baik dilihat dari aspek likuiditas,

profitabilitas, solvabilitas dan kualitas aktiva. Semakin baik kinerja suatu

perbankan maka semakin dipercaya.

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang berperan

penting sebagai penunjang pembangunan ekonomi suatu negara karena

bank berfungsi sebagai lembaga kepercayaan dan lembaga intermediasi

masyarakat serta merupakan bagian dari sistem moneter, oleh karena itu

dalam menjalankan usahanya bank harus senantiasa menjaga keseimbangan

antara tingkat likuiditas yang baik, pemenuhan kebutuhan modal yang

cukup serta pengelolaan biaya operasional yang baik. Pemeliharaan

3
kesehatan bank dilakukan dengan tetap menjaga likuiditasnya sehingga

bank bisa memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik atau

mencairkan simpanannya sewaktu-waktu (Agustina,2013). Beberapa

indikator untuk mengetahui likuiditas suatu bank yaitu dengan Cash Ratio,

Quick Ratio dan Financing to Deposit Ratio (FDR).

Manajemen likuiditas pada bank syariah sama pentingnya seperti

pada bank konvensional, jika dibandingkan dengan bank konvensional

pengelolaan likuiditas pada bank syariah sangat unik dan lebih menantang

dikarenakan fakta bahwa kebanyakan instrument yang digunakan untuk

mengelola likuiditas adalah berbasis bunga atau riba, dimana hal tersebut

tidak sesuai dengan hukum syariah. Sebagai tambahan, rasionalisasi

nasabah bank dalam arti konvensional adalah masalah profit berlaku dalam

setiap transaksi dapat menyebabkan penarikan dana pada bank konvenional

ketika tingkat bunga di bank konvensional lebih tinggi. Bank syariah

mungkin mengalami mismatch likuiditas yang parah ketika suku bunga

berubah karena perubahan kondisi ekonomi (Arifin, 2009).

Likuiditas merupakan kemampuan bank setiap waktu untuk

membayar utang jangka pendeknya apabila tiba-tiba bank ditagih oleh

nasabah atau pihak-pihak terkait (Prihatiningsih,2012). Likuiditas

merupakan salah satu pengukur alat tingkat kesehatan suatu bank yang

dilihat dari laporan keuangan yang dipubikasikan.

Untuk melihat penilaian suatu bank dari aspek likuiditas dapat

dilihat salah satunya dengan menggunakan rasio Financing to Deposit Ratio

4
(FDR). Karena dalam perhitungan analisis rasio likuiditas dengan FDR ini

dapat diketahui seberapa jauh bank dapat memenuhi permintaan kredit

kepada nasabah, sehingga bank dapat mengimbangi kewajibannya untuk

dapat segera memenuhi permintaan deposan yang ingin menarik kembali

uangnya yang telah digunakan untuk pembiayaan (Dendawijaya,2005).

Industri perbankan merupakan industri yang sarat dengan risiko,

karena melibatkan pengelolaan uang masyarakat yang sifatnya sewaktu-

waktu dapat ditarik kembali (Santoso, 2012). Sehat atau tidaknya kinerja

bank tersebut dapat dilihat dari aspek likuiditasnya dalam bentuk berbagai

investasi, seperti pemberian kredit, pembelian surat-surat berharga

berfungsi untuk cadangan modal dalam menutupi risiko-risiko yang terjadi,

dan penanaman dana lainnya berupa dana pihak ketiga dalam bentuk

tabungan, giro dan deposito.

Loan to Deposi Ratio (LDR)/Financing to Deposit Ratio (FDR)

menunjukkan seberapa jauh tingkat likuiditas suatu bank, artinya bank

tersebut akan kesulitan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jangka

pendeknya, seperti adanya penarikan tiba-tiba oleh nasabah terhadap

simpanannya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat LDR/FDR, semakin

likuid suatu bank. Akan tetapi keadaan bank yang semakin likuid

menunjukkan banyaknya dana menganggur sehingga memperkecil

kesempatan bank untuk memperoleh penerimaan yang lebih besar, karena

fungsi intermediasi bank tidak tercapai dengan baik. Oleh karena itu

LDR/FDR harus dijaga agar tidak terlalu tinggi maupun rendah


5
(Agustina,2013). Berdasarkan ketentuan (SE BI No.9/ 24/ DPbs/ 2007)

besarnya FDR yang diizinkan adalah 80% - 110%.

Penilaian atas likuiditas suatu bank merupakan salah satu cara untuk

bisa menentukan apakah bank tersebut dalam kondisi sehat, cukup sehat,

kurang sehat, dan tidak sehat. Penyebab kebangkrutan suatu bank salah

satunya adalah karena ketidakmampuan bank dalam memenuhi kebutuhan

likuiditasnya, oleh karena itu likuiditas yang tersedia harus cukup sehingga

tidak mengganggu kebutuhan operasional. Pentingnya masalah likuiditas

diperlukan pengelolaan yang serius oleh pihak pebankan syariah. Berikut

kondisi likuiditas (FDR) tahun 2011-2015 :

Tabel 1.1
Nilai rata-rata Financing to Deposit Ratio (FDR)

Tahun FDR
2011 88,94%
2012 100%
2013 100,32%
2014 91,5%
2015 92,14%
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011-2015
(data diolah)
Berdasarkan dari tabel 1.1 diatas, Financing to Deposit Ratio (FDR)

tumbuh secara fluktuatif dari tahun 2011-2015. Pada tahun 2011 sampai

2013 pertumbuhan FDR mengalami kenaikan yaitu dari 88,94% menjadi

100,32% yang berarti tingkat likuiditas semakin kecil, sedangkan pada

6
tahun 2014 FDR menurun menjadi 91,5% maka tingkat likuiditas

meningkat, dan tahun 2015 FDR kembali naik menjadi 92,14%.

Dana Pihak Ketiga (DPK) sebagai faktor penunjang

keberlangsungan kinerja operasional lembaga keuangan, maka peran DPK

menjadi penting. Penghimpunan dana dari masyarakat dapat dilakukan

dengan cara-cara tertentu untuk memenuhi kepentingan usaha perbankan.

Kecermatan dalam memperhitungkan jumlah pinjaman dana dengan waktu

jatuh tempo pengembalian harus menjadi perhatian khusus dalam mencegah

terjadinya risiko likuiditas maupun kebangkrutan oleh bank. Dana pihak

ketiga atau simpanan bank, dapat diperoleh dalam bentuk giro, tabungan,

deposito atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. Pertumbuhan

DPK akan mengakibatkan pertumbuhan penyaluran kredit yang pada

akhirnya rasio tingkat likuiditas / Financing to Deposit Ratio (FDR) juga

akan meningkat (Pratama,2010).

Gambar 1.2
Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

250 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) 231.175


217.858
200 183.534
147.512
150
115.415
100

50

0
2011 2012 2013 2014 2015
Sumber : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2011-2015
(data diolah)
7
Berdasarkan gambar 1.2 di atas, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga

(DPK) dari tahun 2011-2015 mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada

tahun 2011 sebesar 115.415 miliar rupiah, kemudian pada tahun 2012

sebesar 147.512 miliar rupiah, pada tahun 2013 sebesar 183.534 miliar

rupiah, pada tahun 2014 sebesar 217.858 miliar rupiah dan pada tahun 2015

sebesar 231.175 miliar rupiah.

Faktor lainnya yang mempengaruhi likuiditas yaitu Capital

Adequacy Ratio (CAR) yang merupakan rasio permodalan yang

menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan

pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang

diakibatkan oleh kegiatan operasi bank (Ali,2004). Semakin tinggi CAR

maka semakin besar pula sumber daya finansial yang dapat digunakan untuk

keperluan pengembangan usaha dan mengantisipasi potensi kerugian yang

diakibatkan oleh penyaluran kredit.

Perbandingan antara CAR terhadap FDR yaitu Semakin tinggi

persentase tingkat kecukupan modal (CAR) mengindikasikan bahwa bank

telah mempunyai modal yang cukup baik dalam menunjang kebutuhannya,

serta dapat menanggung risiko-risiko yang ditimbulkan termasuk

didalamnya risiko kredit (Dendawijaya,2003).

8
Tabel 1.3
Komposisi Nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) Pada Tahun 2011-2015

Tahun CAR

2011 16,63%

2012 14,13%

2013 14,23%

2014 16,1%

2015 15,02%

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Tahun 2011-2015 (data diolah)

Berdasarkan pada tabel 1.3 di atas, nilai Capital Adequacy Ratio

(CAR) mengalami penurunan dari 16,63% menjadi 14,13%, penurunan ini

menandakan kemampuan kecukupan modal bank dalam mempertahankan

modal menurun hingga 2,50%. Pada tahun 2013 bank mampu memperbaiki

dengan naiknya nilai CAR menjadi 14,23%. Pada tahun 2014 meningkat

menjadi 16,1%, dan 2015 menurun kembali sebesar 15,02%.

Non Performing Financing (NPF) merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi likuiditas. Besarnya NPF menurut ketentuan Bank Indonesia

yaitu maksimal 5% dari total pembiayaan yang disalurkan. NPF merupakan

rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-

cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPF

mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPF maka semakin

besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh bank (Ali,2004). Maka dapat

dikatakan semakin kecil rasio NPF akan semakin baik tingkat kesehatan
9
suatu bank karena minimnya kredit atau pembiayaan yang gagal bayar,

begitupula sebaliknya semakin tinggi persentase rasio NPF

mengindikasikan semakin buruk kualitas pembiayaan kredit yang

disalurkan. Maka dari itu dibutuhkan kecermatan dalam melakukan

persetujuan pembiayaan atau kredit kepada nasabah.

Tabel 1.4
Komposisi Nilai Non Performing financing (NPF) Tahun 2011-2015
Tahun NPF

2011 2,52%

2012 2,22%

2013 2,62%

2014 4,33%

2015 4,34%

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI Tahun 2011-2015 (data diolah)

Pada tabel 1.4 di atas, pertumbuhan nilai Non Performing Financing

(NPF) pada tahun 2011 sampai 2012 mengalami penurunan yaitu dari

2,52% menjadi 2,22% yang berarti kredit bermasalah pada perbankan

syariah cukup baik. Namun, pada tahun 2013 sampai 2015 nilai NPF

meningkat dari 2013 sebesar 2,62%, pada 2014 sebesar 4,33% dan pada

2015 sebesar 8,2% hal ini menandakan kredit bermasalah pada perbankan

syariah terbilang buruk dan pada tahun 2015 kredit bermasalah melebihi

ketentuan yang ada. Hal ini dapat disimpulkan bahwa perbankan syariah

harus memberi solusi agar meningkatnya kredit macet dapat diatasi dengan
10
baik, sehingga nasabah tetap merasa aman menggunakan pelayanan

perbankan syariah.

Pada penelitian Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012),

menunjukkan bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak berpengaruh terhadap

likuiditas tetapi pada penelitian Prihatiningsih (2010) menunjukkan Dana

Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh negatif signifikan terhadap FDR

(likuiditas). Pada penelitian Delsy dan Nih Luh (2014) menunjukkan Dana

Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap LDR.

Capital Adequacy Ratio (CAR) pada penelitian Agustina dan

Anthony (2013) menunjukkan tidak bengaruh terhadap LDR dan pada

penelitian Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012) menunjukkan

pengaruh positif signifikan terhadap LDR (likuiditas).

Menurut penelitian Hersugondo dan Handy Setyo Tamtomo (2012)

menunjukkan bahwa Non Performing Financing (NPF) berpengaruh

negative dan signifikan terhadap LDR, sedangkan dalam penelitian

Prihatiningsih (2010) menunjukkan Non Performing Financing (NPF)

berpengaruh positif dan signifikan terhadap FDR (likuiditas). Antara kedua

penelitian tersebut terjadi beda hasil.

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, peneliti termotivasi dalam

melakukan penulisan ini. Pertama, terdapat perbedaan hasil pada penelitian

terdahulu mengenai Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) terhadap Likuiditas secara

11
parsial maupun simultan. Kedua, sebagai penulis ingin memberi informasi

dengan menjaga likuiditas, bank dapat dikatakan likuid sehingga nasabah

dapat percaya dan merasa aman dalam menyimpan dananya di bank.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti melakukan

penelitian yang judul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing financing (NPF) Terhadap

Likuiditas Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2011-2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam

penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) secara parsial

terhadap likuiditas (FDR) pada Pebankan Syariah di Indonesia ?

2. Apakah terdapat pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) secara simultan

terhadap likuiditas (FDR) pada Pebankan Syariah di Indonesia ?

3. Variabel manakah yang paling dominan mempengaruhi likuiditas pada

perbankan Syariah di Indonesia ?

12
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan di atas, maka tujuan kajian skripsi ini

secara umum adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) secara

parsial terhadap likuiditas (FDR) pada pebankan syariah di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF) secara

simultan terhadap likuiditas (FDR) pada pebankan syariah di Indonesia.

3. Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan mempengaruhi

likuiditas (FDR) pada pebankan syariah di Indonesia.

D. Manfaat Penelitian

Melalui tulisan ini Penulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1) Teoritis

a. Akademisi

Akademisi diharapkan dapat membawa wawasan dibidang

perbankan khususnya perbankan syariah dalam hal ini yang

berkaitan dengan likuiditas bank syariah.

b. Peneliti

Peneliti diharapkan akan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan dibidang ekonomi dan lembaga keuangan syariah

khususnya perbankan syariah serta sebagai ajang ilmiah untuk

13
menerapkan berbagai teori perbankan syariah yang telah diperoleh

dibangku kuliah.

2) Praktis

a. Bagi Perbankan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan

dalam mengambil keputusan yang akan diambil terhadap faktor-

faktor yang mempengaruhi likuiditas bank syariah sehingga

kegiatan perbankan syariah tetap berjalan.

b. Bagi Nasabah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan

informasi ketika memilih produk bank syariah. Sehingga nasabah

dan investor mempunyai gambaran tentang bagaimana kondisi

perbankan syariah yang dapat menguntungkan mereka.

14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kinerja Kuangan

1. Kinerja Keuangan Pada Bank Syariah

Kinerja keuangan adalah hasil kegiatan operasi perusahaan

yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan

perusahaan periode sekarang harus dibandingkan dengan kinerja

keuangan periode pada masa lalu, anggaran neraca dan laba rugi dan

rata-rata kinerja keuangan perusahaan sejenis (Harjito:2007).

Zarkasyi (2008) mengatakan bahwa kinerja keuangan

merupakan sesuatu yang dihasilkan oleh suatu organisasi dalam

periode tertentu dengan mengacu pada standar yang ditetapkan.

Menurut Irhan Fahmi (2011) kinerja keuangan adalah suatu

analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan

telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan

pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan

merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu

perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan,

sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan

keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja

dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya

15
digunakan secara optimal dalam menghadapi perubahan

lingkungan.

Menurut Kasmir (2004), kinerja bank merupakan ukuran

keberhasilan bagi direksi bank tersebut, sehingga apabila kinerja itu

buruk maka tidak mungkin para direksi ini akan diganti.

Tujuan penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut

Munawir (2000)

1) Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang

harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk

memenuhi keuangannya pada saat ditagih.

2) Untuk mengetahui tingkat solvabilitas, yaitu kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya

apabila perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban

keuangan jangka pendek maupun jangka panjang.

3) Untuk mengetahui tingkat rentabilitas atau profitabilitas,

yaitu menunjukkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba selama periode tertentu.

4) Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan

perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yaitu

diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan

untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya

termasuk membayar kembali pokok hitungnya tepat pada

16
waktunya serta kemampuan membayar deviden secara

teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami

hambatan atau krisis keuangan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan

bahwa kinerja keuangan adalah suatu pencapaian prestasi bank pada

periode tertentu yang menggambarkan kondisi kesehatan bank yang

dilihat dari segi keuangannya baik atau buruk sehingga bank dapat

memanfaatkannya untuk mengambil langkah-langkah selanjutnya.

2. Perhitungan Kinerja Keuangan Bank Syariah

Perhitungan kinerja keuangan bank syariah menurut Peraturan

Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat

Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah, adalah

sebagai berikut :

1) Rasio Permodalan (Capital)

Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur

kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang

tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk

mengukur besar-kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan

yang dimiliki oleh para pemegang sahamnya. Dalam penelitian

ini, rasio permodalan adalah Capital Adequacy Ratio (CAR).

Rumus Capital Adequacy Ratio (CAR) sebagai berikut :

𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
𝐶𝐴𝑅 = 𝑋 100%
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 (𝐴𝑇𝑀𝑅)
17
Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank dinyatakan sehat

harus memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%.

Fungsi penilaian Capital /Modal adalah sebagai berikut :

(Harmono,2009)

- Ukuran kemampuan bank untuk menyerap kerugian-

kerugian yang tidak dapat dihindarkan.

- Alat pengukur besar kecilnya kekayaan bank atau

kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham.

- Untuk memungkinkan manajemen bank bekerja dengan

efisien sesuai dengan yang dikehendaki pemilik modal.

2) Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

Rasio ini digunakan untuk mengetahui kualitas aktiva

produktif, yaitu penanaman dana bank dalam rupiah atau valuta

asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan pada

bank lain dan penyertaan. Penilaian tersebut dilakukan untuk

melihat apakah aktiva produktif digunakan untuk menghasikan

laba secara maksimal. Selain itu penilaian kualitas aset

dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk

antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk)

yang akan muncul.

3) Rasio Profitabilitas

Profitabilitas bank merupakan suatu kemampuan bank dalam

menghasilkan laba. Kemampuan ini dilakukan dalam suatu

18
periode. Bank yang sehat adalah bank yang diukur secara

profitabilitas atau rentabilitas yang terus meningkat di atas

standar yang ditetapkan. Menurut Slamet Riyadi (2006), rasio

profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan

modal (modal inti) atau laba (sebelum pajak) dengan total aset

yang dimiliki bank pada periode tertentu. Profitabilitas diukur

dengan menggunakan Return On Asset (ROA).

Return on asset (ROA) digunakan untuk mengukur

kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan

(laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA suatu bank,

semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank

tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi

penggunaan asset (Dendawijaya,2003).

Rumus Return On Asset (ROA) sebagai berikut :

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑂𝐴 = 𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

Semakin besar ROA, semakin besar juga tingkat keuntungan

yang dicapai bank maka semakin baik pula kinerja keuangannya.

4) Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)

Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya

operasional dengan pendapatan operasional. Biaya Operasional

terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sering disebut rasio

efisiensi yang digunakan bank untuk mengukur kemampuan

19
manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional

terhadap pendapatan operasional.

Rumus Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional

(BOPO) sebagai berikut :

𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 (𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛) 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙


𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝑋 100%
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙

Semakin tinggi nilai BOPO maka kinerja keuangannya

semakin buruk, namun semakin rendah nilai BOPO maka

kinerja keuangannya semakin baik.

5) Rasio Likuiditas

Financing to Deposit Ratio (FDR) atau likuiditas mengukur

kemampuan bank syariah dalam memenuhi semua kewajiban

jangka pendeknya pada saat jatuh tempo. Kalimat FDR diambil

dari kalimat Loan to Deposit Ratio (LDR) yang diambil dari

istilah konvensional. Bank syariah dikatakan likuid jika mampu

mengembalikan dana deposan pada saat ditagih serta mampu

mencukupi kebutuhan pembiayaan kepada pihak eksternal.

Dengan demikian, nilai FDR yang tinggi menunjukkan bahwa

perusahaan tersebut termasuk dalam kategori likuid. Dalam

penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Financing

to Deposit Ratio (FDR) (Firmansyah,2012)

Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan

dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar

20
kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan

kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas

ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut.

B. Likuiditas (FDR)

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang

Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip

Syariah, penilaian likuiditas dimaksudkan untuk menilai kemampuan

bank dalam memelihara tingkat likuiditas yang memadai termasuk

antisipasi atas risiko likuiditas yang akan muncul. Penilaian kuantitatif

faktor likuiditas dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap

komponen-komponen sebagai berikut: (a) Besarnya Aset Jangka

Pendek dibandingkan dengan kewajiban jangka pendek, merupakan

rasio utama; (b) Kemampuan Aset Jangka Pendek, Kas dan Secondary

Reserve dalam memenuhi kewajiban jangka pendek, merupakan rasio

penunjang; (c) Ketergantungan kepada dana deposan inti, merupakan

rasio penunjang; (d) Pertumbuhan dana deposan inti terhadap total dana

pihak ketiga, merupakan rasio penunjang; (e) Kemampuan bank dalam

memperoleh dana dari pihak lain apabila terjadi mistmach, merupakan

rasio pengamatan (observed); (f) Ketergantungan pada dana antar bank,

merupakan rasio pengamatan (observed).

21
Likuiditas adalah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-

kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah jatuh

tempo. Secara lebih spesifik likuiditas ialah kesanggupan bank

menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh

tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang

memerlukan (Simongkir:2000)

Likuiditas perusahaan menurut (Kasmir,2004) dapat diukur dan

diketahui dengan menggunakan, yaitu diantaranya quick ratio, cash

ratio dan Loan to deposit ratio (LDR). Loan to Deposit Rasio (LDR)

atau Financing to Deposit Rasio (FDR) adalah perbandingan antara total

pembiayaan yang diberikan terhadap total dana pihak ketiga yang

dihimpun (Riyadi,2006).

Berdasarkan surat edaran Bank Indonesia Nomor 13/27/DPM 1

Desember 2011, rumus menghitung FDR adalah sebagai berikut:

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝐹𝐷𝑅 = 𝑋 100%
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑃𝑖ℎ𝑎𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

Tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia

menetapkan ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk rasio LDR (FDR) sebesar 110% atau lebih, artinya nilai

likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.

2) Untuk rasio LDR (FDR) dibawah 110%, artinya likuiditas bank

tersebut dinilai sehat.

22
Tabel 2.1
Financing to Deposit Ratio (FDR) dan Kriteria Penilaian
Rasio FDR Kriteria

< 50 Tidak likuid

51-75 Kurang likuid

76-100 Cukup likuid

>100 Likuid

Semakin tinggi rasio likuiditas suatu bank, maka bank tersebut akan

semakin likuid (Kasmir,2014).

Standar yang digunakan Bank Indonesia berdasarkan surat Edaran

Bank Indonesia No. 9/24/DPbs tanggal 30 oktober 2007 untuk rasio

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%. Jika angka

Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada angka

dibawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank

hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang berhasil

dihimpun. Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi

(perantara) antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang

kekurangan dana, maka dengan rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)

60% artinya 40% dari seleruh dana yang dihimpun tidak disalurkan

kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat dikatakan bahwa

bank tersebut tidak menjalani fungsinya dengan baik.

Kemudian jika Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai

lebih dari 110%, berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut
23
melebihi dana yang dihimpun. Oleh karena itu dana yang dihimpun dari

masyarakat sedikit, maka bank dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak

menjalankan fungsinya sebagai intermediasi (perantara) dengan baik.

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan

semakin riskan kondisi likuiditas bank, sebaliknya semakin rendah

Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas

bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika Financing to Deposit Ratio

(FDR) berada pada standar yang ditetapkan Bank Indonesia, maka laba

yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank

tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif).

C. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Menurut peraturan Bank Indonesia No.10/19/PBI/2008

menjelaskan, dana pihak ketiga bank, untuk selanjutnya disebut DPK,

adalah kewajiban bank kepada penduduk dalam bentuk rupiah dan

valuta asing. Umumnya dana yang dihimpun oleh perbankan dari

masyarakat akan digunakan untuk pendanaan aktivitas sektor riil

melalui penyaluran kredit.

Menurut Arifin (2006) dana pihak ketiga adalah dana yang diperoleh

dari masyarakat, dalam arti masyarakat sebagai individu, perusahaan,

pemerintah rumah tangga, koperasi, yayasan dan lain-lain baik dalam

mata uang rupiah maupun dalam valuta asing. Pada sebagian besar

ataupun setiap bank, dana masyarakat ini merupakan dana terbesar yang

dimiliki. Hal ini sesuai dengan fungsi bank sebagai penghimpun dana

24
dari masyarakat. Dana pihak ketiga adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana

dlama bentuk giro, tabungan, simpanan berjangka dan sertifikat

deposito atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu dengan

menggunakan prinsip syariah.

Kasmir (2010) menyatakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) adalah

dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank merupakan sumber

dana terbesar yang yang paling diandalkan oleh bank yag terdiri dari 3

jenis yaitu: bentuk giro, deposito dan tabungan. Dengan rumus sebagai

berikut:

DPK = Giro + Deposito + Tabungan

- Jenis-jenis dana pihak ketiga (DPK)

Meskipun jenis produk simpanan di bank syariah miri dengan bank

konvensional, namun dalam bank syariah terdapat perbedaan-

perbedaan yang principal (Antonio,2001)

a. Simpanan giro

Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21

tahun 2008, giro adalah simpanan berdasarkan akad wadi’ah

atau akad lainnya yant tidak bertentangan dengan prinsip syariah

yang penarikannya dapat dilakukan setiapa saat dengan

menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran

lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan. Giro ada dua

jenis : 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syariah yang

25
berdasarkan perhitungan bunga; 2. Giro yang dibenarkan secara

syariah yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan

wadi’ah.

b. Simpanan tabungan

Dalam Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 tahun

2008, yang dimaksud tabungan adalah simpanan berdasarkan

akad wadi’ah atau investasi dana berdasarkan akad mudharabah

atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

yang penarikannya dapat dilakukan dengan menurut syarat dan

ketentuan tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik

dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang dipersamakan

dengan alat itu. Tabungan terdiridari dua jenis : 1. Tabungan

yang tidak dibenarkan secara syariah yang berdasarkan

perhitungan bunga; 2. Tabungan yang dibenarkan secara syariah

yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.

c. Simpanan deposito

Pengertian deposito menurut Undang-Undang Perbankan

Syariah Nomor 21 tahun 2008 adalah investasi dana berdasarkan

akad mudharabah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan

prisip syariah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada

waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan

bank syariah dan/atau UUS. Deposito ada dua jenis : 1. Deposito

yang tidak dibenarkan secara syariah yang berdasarkan

26
perhitungan bunga; 2. Deposito yang dibenarkan secara syariah

yaitu giro yang berdasarkan prinsip mudharabah dan wadi’ah.

D. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa jauh seluruh aktiva bank yang megandung risiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) yang ikut dibayai

dari dana modal sendiri bank, disamping memperoleh dana-dana dari

sumber diluar bank, seperti dana masyarakat, pinjaman (utang) dan lain-

lain (Suhartatik,2012)

Hasibuan (2005) menyatakan bahwa CAR adalah kebutuhan modal

minimum bank yang dihitung berdasarkan Aktiva Tertimbang Menurut

Risiko (ATMR), besarnya CAR dalam suatu bank telah ditentukan

sebesar 8% merupakan standar dari BIS (Bank for International

Settlement).

CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal

yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau

menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR merupakan

indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan

aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan

oleh aktiva yang berisiko (Dendawijaya, 2000).

CAR merupakan rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang

harus dimiliki oleh bank. CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

mengacu pada ketentuan standar internasional yang dikeluarkan oleh

27
Banking for International Settlemnt (BIS) (Riyadi, 2006). Secara

matematis CAR dirumuskan sebagai berikut:

Modal Sendiri
CAR = X 100%
ATMR

Semakin tinggi nilai CAR (sesuai ketentuan BI 8%) maka semakin

baik pula kinerja keuangan, namun jika nilai CAR rendah dibawah 8%

maka kinerja keuangan buruk.

E. Non Performing Financing (NPF)

Menurut sudarsono (2009), pembiayaan non lancar atau yang juga

dikenal dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah

kredit yang tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar,

diragukan dan macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang

kualitas aktiva produktif.

Dendawijaya (2005) menyatakan NPF adalah rasio antara

pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang disalurkan

oleh bank syariah. Dalam kegiatan sehari-hari, pembiayaan bermasalah

adalah pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk

dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan dan

pembiayaan macet. Secara matematis dirumuskan sebagai berikut :

Pembiayaan Bermasalah
NPF = X 100%
Total Pembiayaan

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 6/9/PBI/2004 yang

dimaksud kredit bermasalah (Non Performing Financing) adalah kredit

28
dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan macet berdasarkan

ketentuan Bank Indonesia tentang Kualitas Aktiva Produktif yang

berlaku. Tingginya Non Performing Financing (NPF) akan mengurangi

kemampuan bank dalam menyalurkan kredit hal ini disebabkan dana

yang akan disalurkan akan berkurang, begitu juga sebaliknya jika NPF

menurun maka kredit yang disalurkan akan meningkat. Non Performing

Financing (NPF) merupakan jumlah pembiayaan non lancar dengan

kualitas Kurang Lancar (KL), Diragukan (D), dan Macet (M) dibagi

dengan total pembiayaan.

Tabel 2.2
Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing (NPF)
Peringkat Nilai NPF Predikat

1 NPF < 2% Sangat baik

2 2% ≤ NPF ≤ 5% Baik

3 5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik

4 8% ≤ NPF 12% Kurang Baik

5 NPF ≥ 12% Tidak baik

F. Bank Syariah

1. Pengertian Bank

Bank berasal dari kata banque dari Bahasa Perancis dan kata

banqo dari Bahasa Italia yang berarti peti / lemari atau bangku

(Arifin, 2006). Bank berarti sebagai tempat penyimpanan benda-

benda berharga, seperti emas, uang, berlian dan sebagainya. Bank

merupakan lembaga keuangan depository atau depository


29
intermediary, maksudnya lembaga yang menghimpun dana dari

masyarakat yang kelebihan dana (unit surplus) baik berupa

tabungan, deposito ataupun giro dan menyalurkan kembali ke

masyarakat dalam bentuk kredit. Unit surplus dapat berupa

perusahaan, pemerintah dan rumah tangga yang memiliki kelebihan

pendapatan setelah dikurangi kebutuhan untuk konsumsi (Siamat,

2004).

Menurut Karim (2004) Bank adalah lembaga yang

melaksanakan tiga fungsi utama, yaitu menerima simpanan uang,

meminjamkan uang, dan memberikan jasa pengiriman uang. Di

dalam sejarah perekonomian umat Islam, pembiayaan yang

dilakukan dengan akad yang sesuai syariah telah menjadi bagian dari

tradisi umat Islam sejak zaman Rasulullah SAW. Praktik-praktik

seperti menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk keperluan

konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman uang,

telah lazim dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW. Dengan

demikian fungsi-fungsi utama perbankan modern telah menjadi

bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam, bahkan

sejak zaman Rasulullah SAW.

Bank menurut Kasmir (2010) diartikan sebagai lembaga

keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari

masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat

serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Untuk itu, bank

30
membutuhkan kepercayaan dari masyarakat agar kegiatan

operasinya dapat berjalan dengan baik.

2. Pengertian Bank Syariah

Menurut Muhammad (2004) Bank syariah adalah bank yang

beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bung. Bank Islam atau

biasa disebut dengan bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/

perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan

berlandaskan Al - Qur’an dan Hadist nabi SAW. Dengan kata lain,

bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa - jasa lainnya dalam lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

berdasarkan syariat Islam.

Bank Syariah Menurut Sudarsono (2009), Bank Syariah adalah

lembaga keuangan negara yang memberikan kredit dan jasa-jasa

lainnya di dalam lalu lintas pembayaran dan juga peredaran uang

yang beroperasi dengan menggunakan prinsip-prinsip syariah atau

islam.

Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan

dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip islam ke dalam

transaksi keuangan dan perbankan dan bisnis lain yang terkait.

Prinsip utama yang diikuti oleh bank syariah adalah (Rodoni,2008)

31
1) Larang riba dalam berbagai bentuk transaksi.

2) Melakukan kegiatan usaha dan perdagangan berdasarkan

perolehan keuntungan yang sah.

3) Memberikan zakat.

Perbedaan pokoknya antara bank syariah dan bank konvensional

adalah adanya larangan riba (bunga) bagi bank syariah. Riba

dilarang sedangkan jaul beli (al-bai) dihalalkan ini berarti

membayar dan menerima bunga atas uang yang dipinjam atau

dipinjamkan adalah dilarang. Dalam operasionalnya, baik dalam

kegiatan perhimpunan dana dari masyarakat maupun dalam

penyaluran dana ke masyarkat, bank syariah (bank bagi hasil) tidak

memperhitungkan bunga tetapi berdasarkan prinsip jual beli dan

bagi hasil. (Martono,2010)

Antonio (2012) menyatakan tentang dalil riba sebagai berikut :

‫ياأيها الذين أمنوا ال تأكلوا الربا أضعافا مضاعفة واتقوا الله لعلكم تفلحون‬

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan Riba

dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah supaya

kamu mendapat keberuntungan” (QS. Ar-Rum : 130)

Adapun prinsip-prinsip bank syariah sebagai berikut

(Antonio:2012)

32
a. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadi’ah)

Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan pihak pertama

kepada pihak lain yang harus dijaga dan harus dikembalikan

sewaktu-waktu saat pemberi titipan meminta. Dalam konsep

wadiah yad dhamanah, pihak yang menerima titipan dapat

memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.

b. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah

dapat dilakukan dalam empat akad utama yaitu al-musyarakah,

al-mudharabah, almuzara’ah, dan al-musaqah.

1) Al-Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau

lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing

pihak memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan

bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama

sesuai dengan kesepakatan.

2) Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua

pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan

seluruh modal. Sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola.

Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut

kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak.

3) Al-Muzara’ah adalah akad kerjasama pengelola pertanian

antara pemilik lahan dan penggarap, dimana pemilik lahan

memberi lahan pertanian kepada si penggarap untuk

33
ditanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil

panen.

4) Al-Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dimana

sipenggarap hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan

pemeliharaan, sebagai imbalan, si penggarap berhak atas

nisbah tertentu dari hasil panen.

c. Prinsip Jual Beli

Ada tiga jenis jual beli yang telah dikembangkan sebagai

sandaran pokok dalam modal kerja dan investasi dalam perbakan

syariah :

1) Bai Al-Mudharabah adalah jual beli barang pada harga asal

dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam Al-

Mudharabah, penjual harus memberi tahu harga produk

yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan

sebagai tambahan.

2) Bai As-Salam dalam pengertian yang sederhana adalah

pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari,

sedangkan pembayaran dilakukan dimuka.

3) Bai Al-Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembeli

dan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang

menerima pesanan dari pembeli.

34
d. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

akad Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau

jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan

pemindahan kepemmilikan atas barang itu sendiri.

e. Jasa (Fee-based service)

1) Al-Wakalah adalah pelimpahan kekuasaan oleh seseorang

kepada yang lain dalam hal-hal yang diwakilkan

2) Al-Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh

penanggung kepada pihak ketiga untuk memenuhi

kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

3) Al-Hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang

berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya.

Dalam istilah para ulama, hal ini merupakan pemindahan

beban hutang dari muhil (orang yang berhutang) menjadi

tanggungan muhal’alaih atau berkewajiban membayar

hutang.

4) Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam

sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang

yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis.

5) Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang

dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain

meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan.


35
3. Fungsi bank syariah

Sebuah terminologi fungsi, pengertian bank menurut Totok

Budisantoso (2006) adalah suatu lembaga keuangan yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

kepada masyarakat untuk berbagi tujuan yang melaksanakan fungsi

sebagai :

a. Agent of Trust

Lembaga kepercayaan (trust) bagi masyarakat dalam

penempatan dan pengelolaan dana berdasarkan prinsip

syariah.

b. Agent of Development

Institusi yang memobilisasi dana untuk

pembangunan ekonomi rakyat dan negara yang berbasis

prinsip syariah. Apalagi dalam system bank syariah yang

pembiayaan hanya boleh disalurkan di sektor riil, sedangkan

fungsi uang hanya sebagai alat tukar dan bukan sebagai

komoditas yang diperdagangkan.

c. Agent of services

Memberi pelayanan jasa perbankan dalam bentuk

aneka transaksi keuangan kepada masyarakat guna

mendukung kegiatan bisnis dan perekonomian.

36
4. Perbedaan Antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual

banking system dimana beroperasi dua jenis bank yaitu bank syariah

dan bank konvensional, dengan begitu kebijakan yang diambil

pemerintah melalui Bank Indonesia tentu berbeda untuk kedua jenis

bank tersebut (Irman,2012). Perbedaan antara bank syariah dan bank

konvensional disajikan dalam tabel berikut (Antonio,2001):

Tabel 2.3
Perbedaan Perbankan Syariah dan Konvensional
Bank Syariah Bank Konvensional
Melakukan investasi-investasi Investasi yang halal dan
yang halal saja. haram.
Berdasarkan prinsip baji hasil, Memakai perangkat bunga.
jual-beli, atau sewa.
Profit dan falah oriented. Profit oriented.
Hubungan dengan nasabah Hubungan dengan nasabah
dalam bentuk hubungan dalam bentuk hubungan
kemitraan. debitor-debitor.
Penghimpunan dan penyaluran Tidak terdapat dewan sejenis.
dana sesuai dengan fatwa
Dewan Syariah Nasional.
Sumber : Syafi’I Antonio,2012

5. Perkembangan Bank Syariah

Pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya

“Bunga bank dan Perbankan” pada 18-20 agustus 1990, yang

kemudian dilanjutkan dengan Musyawarah Nasional (MUNAS) IV

Majelis Ulama Indonesia. Berdasarkan hasil MUNAS tersebut, MUI

membentuk tim Steering Committee yang bertugas mempersiapkan

segala sesuatu yang berkaitan dengan berdirinya bank syariah di


37
Indonesia. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, terbentuk

bank syariah pertama dengan mana PT Bank Muamalat Indonesia

(BMI) pada 1 november 1991 dan resmi beroperasi pada tanggal 5

november 1991. Berdirinya BMI tidak serta merta diikuti pendirian

bank syariah lainnya sehingga perkembangan perbankan syariah

nyaris stagnan sampai tahun 1998. (Ikatan Bankir Indonesia,2014)

Perkembangan syariah di mulai tahun 1998 ditandai dengan

disetujuinya Undang-Undang No.10 tahun 1998. Dalam undang-

undang tersebut diatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis

usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank

syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi

bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau

bahkan mengkonversikan diri secara total menjadi bank syariah.

Peluan tersebut ternyata disambut antusias oleh masyakat

perbankan.sejumlah bank mulali memberikan pelatihan dalam

bidang perbankan syariah bagi stafnya. Sebagian bank tersebut ingin

menjajaki untuk membuka divisi atau cabang syariah dalam

institusinya. Sebagian lainnya bahkan berencana mengkonversi diri

sepenuhnya menjadi bank syariah (Antonio,2001).

Kemudian, pada tahun 1999 disahkan UU No. 23 tahun 1999

tentang Bank Indonesia. Dalam UU ini menetapkan bahwa Bank

Indonesia dapat melakukan pengendalian moneter berdasarkan

prinsip-prinsip syariah. Keberadaan kedua UU tersebut telah

38
mengamanahkan Bank Indonesia untuk menyiapkan perangkat

ketentuan dan fasilitas penunjang lainnya yang mendukung

operasional bank syariah sehingga memberikan landasan hukum

yang lebih kuat dan kesempatan yang lebih luas bagi pengembangan

perbankan syariah di Indonesia (Mulya,2002). Kedua UU tersebut

selanjutnya menjadi dasar hukum bagi keberadaan dual banking

sistem di Indonesia, yaitu adanya dua sistem perbankan

(konvensional dan syariah) secara berdampingan dalam

memberikan pelayanan jasa perbankan bagi masyarakat.

Selanjutnya, industri perbankan syariah telah mengalami

perkembangan yang pesat semakin memiliki landasan hukum yang

memadai yakni dengan diterbitkannya Undang-Undang No.21

Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (Hasan,2011). Dukungan

regulasi ini tentunya akan mendorong pertumbuhan industri

perbankan syariah secara lebih cepat lagi dan diharapkan peran

industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian

nasional akan semakin signifikan.

Dalam cetak biru pengembangan perbankan syariah, saat ini

perbankan syariah nasional berada pada fase keempat (2013-2015)

yaitu pencapaian pangsa yang signifikan dalam kondisi mulai

terbentuknya integrasi dengan sektor keuangan syariah lainnya,

namun dalam perkembangannya perbankan syariah di Indonesia

menunjukkan hasil yang tidak sesuai dengan target yang diinginkan.

39
Dalam statistik perbankan Indonesia per Desember 2014 terdapat

tidak kurang 12 Bank Umum Syariah dan 22 Unit Usaha Syariah

dari suatu bank konvensional dengan total keseluruhan jaringan

kantor 2.151 unit. Selain itu, total aset bank umum syariah mencapai

272.343 (dalam miliar rupiah). Jumlah ini masih relatif kecil jika

dibandingkan dengan total aset perbankan nasional secara umum

yang mencapai 5.615.150 (dalam miliar rupiah) (statistik perbankan

syariah,2014). Artinya pangsa pasar perbankan syariah masih sangat

kecil hanya 4,85%, padahal target pangsa pasar perbankan syariah

adalah sebesar 15% pada akhir tahun 2015. Hal ini tentunya

mendorong bagi praktisi perbankan syariah agar sesegera mungkin

mencari strategi pengembangan perbankan syariah secara lebih

masif.

G. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas

karena penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya.

Meskipun ruang lingkup hampir sama tetapi kaarena objek, periode,

waktu dan alat analisis yang digunakan berbeda maka terdapat

banyak hal yang tidak sama sehingga dapat dijadikan sebagai

referensi untuk saling melengkapi. Berikut beberapa ringkasan

penelitian terdahulu :

40
Tabel 2.4
Penelitian Terdahulu
Peneliti Metode Penelitian Hasil
No Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian
(Tahun)
1 Nur DeterminanDana Sertifikat Hasil dari
Suhartatik, Financing to
Pihak Bank penelitain
Rohmawati Deposit Ratio
Ketiga Indonesia tersebut
Kusumanin (FDR) (DPK), Syariah CAR tidak
gtias (2012) Perbankan Capital (SBIS) berpengaruh
Syariah diAdequacy , DPK tidak
Indonesia Ratio berpengaruh
(CAR), , SBIS tidak
Non berpengaruh
Performin , NPF
g berpengaruh
Financing
(NPF) dan
Analisis
Linier
Berganda
2 Hersugondo Pengaruh Capital Return On Hasil dari
dan Handy CAR, NPL, Adequacy Asset penelitian
Setyo DPK dan Ratio (ROA) tersebut
Tamtomo ROA (CAR), CAR, ROA
(2012) Terhadap Non berpengaruh
LDR Performin positif
Perbankan g Loan signifikan.
Indonesia (NPL), NPL
Dana berpengaruh
Pihak negatif
Ketiga signifikan.
(DPK) dan DPK tidak
Analisis berpengaruh
linear
berganda
3 Agustina Analisis Capital Net Hasil dari
dan Faktor-Faktor Adequacy Interest penelitian
Anthony yang Ratio Margin tersebut
Wijaya Mempengaru (CAR) (NIM), Capital
(2013) hi LDR Bank Biaya Adequacy
Swasta operasiona Ratio
l terhadap (CAR) tidak
41
Peneliti Metode Penelitian Hasil
No Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian
(Tahun)
Nasional di Pendapata berpengaruh
Indonesia n .
Operasion Net Interest
al Margin
(BOPO), (NIM),
suku Biaya
bunga operasional
terhadap
Pendapatan
Operasional
(BOPO),
suku bunga
berpengaruh
signifikan.
4 M. Farhan Liquidity Capital Size of the Hasil
Akhtar, Risk Adequacy firm, penelitian
Khizer Ali, Management: ratio Networkin tersebut
dan Shama A (CAR) g Capital, Size of the
Sadaqat comparative Return On firm,
(2011) study Equity Networking
between (ROE), Capital,
conventional Return On Capital
and Islamic Assets Adequacy
banks of (ROA) ratio (CAR),
Pakistan Return On
Assets
(ROA)
berpengaruh
positif.
Return On
Equity
(ROE)
berpengaruh
negatif.
5 Martha Faktor-Faktor Dana Bank Hasil
Novalina Yang Pihak Umum penelitian
Ambaroita Mempengaru Ketiga tersebut
(2015) hi Loan to (DPK), DPK
Deposit Ratio Capital berpengaruh
42
Peneliti Metode Penelitian Hasil
No Penelitian Persamaan Perbedaan Penelitian
(Tahun)
(LDR) Bank Adequacy positif,
Umum di Ratio CAR
Indonesia (CAR) dan berpengaruh
Periode Non positif dan
2009.1.2013. Performin NPF
12 g berpengaruh
Financing negatiif

H. Keterkaitan Antara Variabel Independent dan Variabel Dependent

1) Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) terhadap Likuiditas

Menurut martono (2010), Dana Pihak Ketiga (DPK) dapat

dijadikan rasio pengukur untuk menilai kemampuan bank dalam

memenuhi kebutuhan likuiditas akibat penarikan dana oleh

pihak ketiga dengan menggunakan alat-alat likuid bank yang

tersedia. Alat likuid bank terdiri dari : uang kas, saldo giro pada

bank sentral dan bank-bank koresponden. Semakin besar rasio

ini semakin baik pula posisi likuiditas bank yang bersangkutan.

Menurut Nadia (2010), dana pihak ketiga merupakan salah

satu alasan utama bagi bank untuk menjaga tingkat

likuiditasnya. Dana simpanan nasabah adalah dana yang

dihimpun oleh bank dalam melakukan fungsi intermediasinya.

Fungsi bank yang menjamin ketersediaan likuiditasnya bagi para

nasabahnya menyebabkan bank harus menghitung proporsi

tertentu dari jumlah dana DPK. Hal itu berarti jika DPK

perbankan meningkat akan meningkatkan likuiditasnya.


43
H1 : DPK Berpengaruh Positif Terhadap Likuiditas (FDR)

2) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap

Likuiditas

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio yang digunakan

untuk mengukur kecukupan modal yang menunjang

kepemilikan asset bank yang mengandung atau yang

menghasilkan risiko. CAR merupakan rasio untuk membuktikan

kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk investasi

bisnis dan mengakomodir risiko operasional yang dihadapi

bank. Semakin besar rasio CAR ini, maka artinya bank memiliki

modal yang cukup yang bias digunakan sebagai dana liquid

(Kurnia, 2012). Namun dalam permodalan bank terdiri dari dua

sumber, yaitu modal inti dan modal pelengkap, dimana modal

pelengkap merupakan modal yang berisiko (misalnya modal

pinjaman yang memiliki waktu jatuh tempo). sehingga

peningkatan modal disatu sisi akan meningkatkan risiko pada

bank sendiri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh (Akhtar, 2011) yang menemukan CAR berpengaruh positif

terhadap likuiditas.

H2 : CAR berpengaruh Positif Terhadap Likuiditas (FDR)

44
3) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap

Likuiditas

Menurut Veithzal (2007), yang dimaksud dengan NPF atau

pembiayaan bermasalah adalah pembiayaa yang dalam

melaksankannya belum mencapai atau memenuhi target yang

diinginkan pihkan bank seperti : pengembalian pokok atau bagi

hasil yang bermasalah; pembiayaan yang memiliki

kemungkinan timbulnnya risiko di kemudian hari bagi bank;

pembiayaan yang termasuk golongan perhatian khusus,

diragukan dan macet serta golongan lancer yang berpotensi

terjadi penunggakan dalam pengembalian. Non Performing

Financing (NPF) adalah istilah yang digunakan pada bank

syariah yang memiliki definisi yang sama dengan Non

Performing Loan (NPL) pada bank konvensional.

Besarnya NPL/NPF perusahaan perbanan dapat diartikan

bahwa perusahaan memiliki risiko kredit macet yang besar dari

pencairan kreditnya (Santoso dan Sukihanjani, 2012), dengan

begitu akan membuat tingkat likuiditas pun akan menurun.

H3 : NPF berpengaruh Negatif Terhadap Likuiditas (FDR)

45
I. Kerangka Pemikiran

Data Statistika Perbankan Syariah

Bank Indonesia tahun 2011-2015

Basis Teori : Kinerja Keuangan Bank (FDR)

DPK (X1) CAR (X2) NPF (X3)

FDR (Y)

Metode : Analisis Regresi Linier Berganda


1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji Adjusted R Square

Hasil Pengujian dan Pembahasan

Kesimpulan, Implikasi

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
“ Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Financing
(NPF) Terhadap Likuiditas (FDR) Perbankan Syariah di Indonesia (Periode 2011-2015)”

46
J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu korelasi yang sifatnya masih sementara atau

pernyataan berdasarkan pada pengetahuan tertentu yang masih lemah

dan harus dibuktikan kebenarannya. Dengan demikian hipotesa

merupakan dugaan sementara yang nantinya akan diuji dan dibuktikan

kebenarannya melalui analisa data (Suharsimi Arikunto, 2002). Adapun

Hipotesis yang diajukan peneliti ini adalah sebagai berikut :

1. H0 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) tidak

berpengaruh secara parsial terhadap Likuiditas Perbankan

Syariah.

Ha : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK),Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh

secara parsial terhadap Likuiditas pada Perbankan Syariah.

2. H0 : Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) tidak

berpengaruh secara simultan terhadap Likuiditas Perbankan

Syariah.

Ha. : Variabel Dana Pihak Ketiag (DPK),Capital Adequacy Ratio

(CAR), dan Non Performing Financing (NPF) berpengaruh

secara simultan terhadap Likuiditas Perbankan Syariah.

47
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu merupakan

penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun juga

hubungan antara dua variabel atau lebih. (Sugiyono,2003)

Penelitian ini dimulai dari pengumpulan data, menghubungkan tiap

variabel, mengolah data hingga diperoleh pokok permasalahan yang akan

diteliti. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif.

Penelitian ini berkaitan dengan banyak variabel, namun penulis

hanya membatasi menjadi variabel, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Capital

Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performaning Financing ( NPF ) sebagai

variabel independen dan likuiditas sebagai data dependen. Data yang

digunakan penelitian adalah data runtun waktu (time series) selama periode

Januari 2011 sampai Desember 2015.

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Perbankan

Syariah di Indonesia. Periode pengamatan 2011-2015, jumlah Perbankan

Syariah yang beroperasi di Indonesia sebanyak tiga puluh empat bank.

Berikut yang merupakan tabel yang menampilkan daftar Perbankan

Syariah di Indonesia.

48
Tabel 3.1
Data Perbankan Syariah
No Bank Umum Syariah
1 PT. Bank Muamalat Indonesia

2 PT. Bank Victoria Syariah

3 Bank BRIsyariah

4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah

5 Bank BNI Syariah

6 Bank Syariah Mandiri

7 Bank Syariah Mega Indonesia

8 Bank Panin Syariah

9 PT. Bank Bukopin Syariah

10 PT. BCA Syariah

11 PT. Maybank Syariah Indonesia

12 PT. Bank Tabungan Nasional Syariah

No Unit Usaha Syariah


13 PT. Bank Danamon Indonesia

14 PT. Bank Permata

15 PT. Bank Internasional Indonesia

16 PT. Bank Cimb Niaga

17 PT. Bank OCBD Nisp

18 PT. BPD DKI

19 BPD Yogyakarta

20 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah

21 PT. BPD Jawa Timur

49
No Bank Umum Syariah
22 PT. BPD Jambi

23 PT. BPD Aceh

24 PT. BPD Sumatra Utara

25 BPD Sumatra Barat

26 PT. Bank Pembangunan Daerah Riau

27 PT. BPD Sumatra Selatan dan Bangka Belitung

28 PT. BPD Kalimantan Selatan

29 PT. BPD Kalimantan Barat

30 BPD Kalimantan Timur

31 PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

32 PT. BPD Nusa Tenggara Barat

33 PT. Bank Sinar Mas

34 PT. Bank Tabungan Negara

Sumber data : Statistik Perbankan Syariah Bank Indonesia Tahun 2015

B. Metode Penentuan Sample

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono,2009). Metode penentuan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut

Syofian Siregar (2011), purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel

berdasarkan pada kriteria-kriteria tertentu. Sampel penelitian yang dipilih

oleh penulis adalah Bank umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah

(UUS) yang terdaftar di Statistik Perbankan Syariah periode januari 2011

sampai dengan desember 2015 (60 bulan).

50
Adapun kriteria penulisan ini sebagai berikut :

1. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah yang diteliti terdaftar

di Bank Indonesia periode Januari 2011 – Desember 2015.

2. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah mempublikasikan

laporan keuangan secara konsisten sejak periode Januari 2011 –

Desember 2015.

3. Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah menyajikan secara

lengkap laporan keuangan dan rasio-rasio yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

Pada penelitian ini, jenis data yang digunakan adalah data sekunder.

Menurut (Darmawan,2013), data sekunder yaitu data yang diperoleh

dari dokumen atau publikasi atau laporan dari instansi maupun sumber

data lainnya yang menunjang. Data sekunder biasanya telah

dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada

masyarakat pengguna data.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada Statistik

Perbankan Syariah Indonesia yang dicantumkan pada situs resmi Bank

Indonesia (www.bi.go.id) dan OJK (www.ojk.go.id).

51
D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Field Research

peneliti menggunakan data sekunder,yaitu merupakan sumber data

yang diperoleh penulis secra tidak langsung melalui media perantara

(diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) yang sudah diolah secara berkala

(time series) dengan skala bulanan (monthly). Data tersebut diperoleh

dari laporan keuangan resmi yang sudah dipublikasikan oleh instansi

pemerintah terkait. Seperti laporan bulanan Statistik Perbankan Syariah

dari Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan dengan rentang waktu

dari bulan Januari 2011 - Desember 2015.

2. Library Research

Library Research (Studi kepustakaan) yaitu data yang diperoleh dari

berbagai literatur, buku-buku, jurnal ilmiah, prosiding, penelitian

terdahulu dan dari berbagai sumber pustaka lainnya yang sudah

terakreditasi dan berhubungan dengan objek yang diteliti sebagai upaya

untuk memperoleh data yang relevan dengan bahan kajian penulisan

skripsi.

3. Internet Research

Pengumpulan data dengan menggunakan media internet dijadikan

alternatif akhir bagi penulis apabila informasi dari buku referensi atau

literatur yang didapatkan dari perpustakaan sudah tertinggal selama

52
beberapa waktu atau kadaluarsa karena perkembangan ilmu yang terus

meningkat seiring berjalannya waktu. Sehingga data yang diperoleh

merupakan data yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dalam

media internet penulis menggunakan www.google.com dan

www.scholar.co.id untuk mengakses jurnal-jurnal ilmiah maupun

prosiding terbaru.

A. Metode Analisis

1. Uji Asumsi Klasik

Modal regresi berganda harus memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi

klasik bertujuan untuk mengetahui apakah model regresi yang diperoleh

dapat menghasilkan estimator linier yang baik. Apabila dalam suatu

model telah memenuhi asumsi klasik, maka dapat dikatakan model

tersebut sebagai model ideal atau menghasilkan estimator linier tidak

bias yang terbaik Best Linier Unbias Estimator (BLUE) (Algifari,2000).

Untuk menguji apakah model yang digunakan diterima secara

ekonometri dan apakah estimator yang diperoleh dengan metode

kuadrat terkecil sudah memenuhi syarat BLUE, maka dilakukan uji

sebagai berikut :

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel dependen dan independen keduanya

memiliki distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik

adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal.

53
Untuk mendeteksi normalitas residual, dapat dilakukan dengan

analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik yang dapat digunakan

adalah dengan melihat grafik histogram dan grafik normal

probability plotsnya. Sedangkan pada uji statistik, dapat melihat

pada hasil uji statistik non-parametrik kolmogorov-Smirnov (K-S)

test (Ghozali,2012). Pada prinsipnya, pengujian normalitas data

dapat dianalisis dengan pola distribusi yang normal dan grafik

normal plot yang dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data

(titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat

histogram dari residualnya. Dasar pengambilan

keputusannya adalah, (Ghozali,2012):

 Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan

pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi

asumsi normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan atau tidak

mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak

menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi

tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam melakukan uji

normalitas dilengkapi pula dengan uji statistik. Uji statistik

yang digunakan adalah uji statistik nonparametik

Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji K-S dilakukan dengan

membuat hipotesis:

54
H0 : Variabel residual terdistribusi normal.

Ha : Variabel residual tidak terdistribusi normal

Pengambilan keputusan :

Jika probabilitas lebih besar dari 0.05 maka H0 diterima.

Jika probabilitas lebih kecil dari 0.05 maka H0 ditolak.

b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti adanya hubungan linier yang

sempurna atau pasti, diantara beberapa atau semua variabel yang

menjelaskan dari model regresi. Ada atau tidaknya multikolinieritas

dapat diketahui atau dilihat dari koefisien korelasi masing-masing

variabel bebas (Ajija,2011). Dengan kata lain, uji multikolinieritas

dilakukan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukannya

korelasi antara variable-variabel independen yaitu variabel DPK,

CAR dan NPF. Jika terjadi korelasi, maka terdapat masalah

multikolinieritas. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi antara variabel independennya (Widarjono,2005).

Uji multikolinieritas bertujuan untuk mengetahui apakah

terjadi korelasi antar variabel independen dan bila terjadi maka

terdapat problem multikolinieritas. Model regresi dikatakan baik

bila tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Nilai cut off

yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas

adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama dengan VIF < 10 dan nilai

55
korelasi antar variabel independen < 0,5 maka model dinyatakan

tidak terdapat gejala multikolinieritas (Oramahi : 2007).

c. Uji Autokolerasi

Autokolerasi dapat didefenisikan sebagai “korelasi diantara

anggota observasi yang diurut menurut waktu (seperti deret berkala)

atau ruang (seperti data lintas - sektoral)” (Gujarati,2006)

Adanya autokorelasi dapat mengakibatkan penaksir

mempunyai varians tidak minimum dan uji-t tidak dapat digunakan,

karena akan memberikan kesimpulan yang salah. Ada beberapa

cara untuk mendeteksi ada-tidaknya masalah autokorelasi, yaitu

menggunakan metode Durbin-Watson dan metode Run Test

sebagai salah satu uji statistik non-parametrik. Uji Durbin- Watson

(Uji D-W) merupakan uji yang sangat populer untuk menguji ada-

tidaknya masalah autokorelasi dari model empiris yang diestimasi.

(Gunawan Sudarmanto, 2005).

Menurut Oramahi (2007), untuk mendeteksi terjadi

autokorelasi atau tidak dapat dilihat melalui nilai Durbin Watson

(DW) yang bisa dijadikan patokan untuk mengambil keputusan

adalah:

1) Bila nilai D-W < -2, berarti ada autokorelasi positif.

2) Bila nilai D-W diantara -2 sampai dengan +2, berarti tidak

terjadi autokorelasi.

3) Bila nilai D-W +2, berarti ada autokorelasi negative.


56
Jika ada masalah autokorelasi, maka model regresi yang

seharusnya signifikan (lihat angka F dan signifikansinya), menjadi

tidak layak untuk dipakai. Autokorelasi dapat diatasi dengan

berbagai cara antara lain dengan melakukan transformasi data dan

menambah data observasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual

satu ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak

terjadi heteroskedastisitas. Pengujian ada tidaknya masalah

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik plot

antara nilai prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED

dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu pada grafik scatterplot. Dasar analisis ini untuk

pengujian ini adalah :

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk

pola tertentu, maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

57
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas

dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

2. Uji Hipotesis

Data yang digunakan untuk mengetahui hubungan dari variabel-

variabel yang akan diteliti. Pengolahan data menggunakan software

Microsoft Excel 2013 dan SPSS versi 20.0. Dalam pengujian ini

menggunakan Uji Statistik meliputi Uji t, Uji F dan Uji Koefisien

Determinasi (Adjusted R Square).

a) Uji Parsial (Uji - t)

Uji - t digunakan untuk menguji apakah setiap variabel

bebas (independent) secara masing - masing parsial atau

individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat (dependent) pada tingkat signifikan 0.05 (5%) dengan

menganggap variabel bebas bernilai konstan.

(Nachrowi,2006).

Uji t digunakan untuk menguji apakah variabel independen

tersebut memiliki pengaruh yang berarti terhadap variabel

dependen nya atau tidak. Uji t digunakan untuk menentukan

pengujian hipotesis uji t. Apabila harga koefisien t yang

digunakan sebagai ukuran, maka nilai koefisien tersebut harus

dibandingkan dengan nilai t tabel untuk tingkat alpha yang

telah ditetapkan dengan dk yang sesuai. Kriteria yang

58
digunakan yaitu menolak Ho dan menerima Ha apabila t

hitung > t tabel, serta menerima Ho dan menolak Ha apabila

t hitung < t tabel. (Gunawan Sudarmanto, 2005).

b) Uji simultan (uji - f)

Uji simultan (uji - f) digunakan untuk mengetahui apakah

seluruh variabel bebas (independent) secara bersama - sama

berpengaruh terhadap variabel terikat (dependent) pada

tingkat signifikan 0.05 (5%). (Nachrowi : 2006 :16)

Uji F ini juga sering disebut sebagai uji simultan, untuk

menguji apakah variabel bebas yang digunakan dalam model

mampu menjelaskan perubahan nilai variabel terikat atau

tidak. Adapun cara pengujian dalam uji F ini, yaitu dengan

menggunakan suatu tabel yang disebut dengan Tabel

ANOVA (Analysis of Variance) dengan melihat nilai

signifikasi (Sig < 0,05 atau 5 %). Jika nilai signifikasi >

0.05 maka H1 ditolak, sebaliknya jika nilai signifikasi < 0.05

maka H1 diterima.

c) Uji Koefisien Determinasi (R2)

Menurut Ajija (2011) uji koefisien determinasi koefisien

R2 (adjusted R- Squared). Koefisien dterminasi ini

menunjukan kemampuan garis regresi yang menerangkan

variabel terikat Y yang dapat dijelaskan oleh variabel bebas X.

59
Nilai koefisien determinasi adalah diantara 0-1. Bila nilai

koefisien determinasi sama dengan 0 (R2=0), artinya variasi

dari Y tidak dapat diterangkan oleh X sama sekali. Sementara

bila nilai koefisien determinasi sama dengan 1 (R2=1),

artinya variasi Y secaraa keseluruhan dapat diterangkan oleh

X.

Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien

korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat

digunakan kriteria sebagai berikut (Sugiyono,2009) :

Tabel 3.3
Kriteria untuk Memberikan Interpretasi terhadap
Koefisien Korelasi
Interval Koefisien Tingkat hubungan
0,00 – 0,199 Sangat rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat kuat

3. Analisis Regresi Linier Berganda

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis

regresi Linier Berganda atau OLS. Sebelum melakukan estimasi

yang tidak bias dengan analisis regresi, perlu dilakukan uji

BLUE.

Metode yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar

60
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Pengaruh regresi linier berganda dapat dituliskan sebagai

berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + …… + bnXn + e

Berdasarkan pemaparan di atas maka model persamaan

analisis regresi linier berganda pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:

LnL = a + b1LnNPF+ b2LnDPK + b3LnCAR+ e

Keterangan :

LnL = Logaritma Natural Likuiditas

a = Konstanta

LnDPK = Logaritma Natural Dana Pihak Ketiga

LnCAR = Logaritma Natural Capital Adequacy Ratio

LnNPF = Logaritma Natural Non Performing Finance

e = Nilai residu

B. Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau

nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya

(Darmawan,2013). Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel


61
lainnya, maka macam-macam variabel dalam penelitian dapat

dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, akan tetapi pada umumnya

variabel dibedakan menjadi 2 jenis, yakni variabel bebas (independent) dan

variabel terikat (dependent).

1. Variabel Terikat (Dependent).

Menurut (Darmawan,2013), variabel terikat atau Dependen

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (independen). Dalam penelitian yang dilakukan

oleh peneliti, maka yang menjadi variabel terikatnya adalah Financing

to Deposit Ratio (FDR), yaitu suatu rasio keuangan yang menunjukkan

perbandingan antara total pembiayaan yang diberikan terhadap total

dana pihak ketiga yang dihimpun (Riyadi,2006).

2. Variable Bebas (Independen)

Variabel bebas atau variabel independen dalam penelitian ini, terdiri

atas :

a. Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga adalah dana yang dimiliki bank bersumber

dari pihak luar atau masyarakat yang bertujuan untuk menyimpan

sebagian harta/uangnya di bank agar aman dan dapat ditarik bila

dibutuhkan oleh masyarakat yang bertindak sebagai nasabah. Dana

pihak ketiga ini merupakan sumber dana yang terpenting bagi

kegiatan opersional suatu bank. Penghimpunan dana di bank syariah

yang diperoleh dari masyarakat yang berbentuk giro, tabungan, dan

62
deposito. Data operasional yang digunakan dalam penelitian ini

diperoleh dari Bank Indonesia yaitu statistic Perbankan syariah

Berdasarkan hitungan bulanan, yaitu dari Januari tahun 2011 sampai

bulan Desember 2015 yang dinyatakan dalam bentuk triliun rupiah.

b. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio kinerja

keuangan bank sebagai indikator terhadap kemampuan bank untuk

menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-

kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva berisiko (Dendawijaya,

2000 dalam Prihatiningsih,2012). Bila tingkat kecukupan modal

atau CAR bank baik, maka masyarakat akan tertarik untuk

melakukan penyimpanan dan pengambilan pembiayaan atau kredit

di bank. Rasio CAR, menurut (Dendawijaya, 2003 dalam

Arditya,2011), dijelaskan bahwa semakin tinggi nilai CAR

mengindikasikan bahwa bank telah mempunyai modal yang cukup

baik dalam menunjang kebutuhannya serta menanggung risiko-

risiko yang ditimbulkan termasuk didalamnya risiko kredit.

c. Non Performing financing (NPF)

Non Performing financing (NPF) adalah rasio antara

pembiayaan yang bermasalah dengan total pembiayaan yang

disalurkan oleh bank syariah. NPF diketahui dengan cara

menghitung pembiayaan non lancar terhadap total pembiayaan.

Apabila semakin rendah NPF maka bank tersebut akan semakin naik

63
keuntungannya, sebaliknya apabila tingkat NPF tinggi maka bank

tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat

pengembalian kredit macet. Data operasional yang digunakan dalam

penelitian ini diperoleh dari Bank Indonesia yaitu statistic

Perbankan syariah Berdasarkan hitungan bulanan, yaitu dari Januari

tahun 2011 sampai bulan Desember 2015 yang dinyatakan dalam

bentuk persen.

64
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian

Perkembangan perbankan syariah ini sudah ada sejak zaman Nabi

Muhammad SAW, pada masa itu kegiatan operasional perbankan masih

bersifat sederhana yaitu menerima titipan harta, meminjamkan uang untuk

keperluan konsumsi dan keperluan bisnis, serta melakukan pengiriman

uang. Pada masa Rasulullah satu orang melakukan satu fungsi saja,

kemudian pada masa abbasiyah, ketiga fungsi perbankan tersebut dilakukan

oleh satu individu saja. Dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan

perbankan yang dilakukan perorangan ini dilakukan institusi yang pada

masa ini dikenal dengan institusi bank (kasmir,2004).

Di dunia Arab, perkembangan perbankan syariah dimulai dengan

berdirinya Mit Gharm Local Saving Bank pada tahun 1963 ini merupakan

ujung tombak sejarah perbankan syariah pada zaman modern. Di Yordania,

berdiri bank Islam Yordania dan kemudian disusul berdirinya Bank Sosial

Nasser di Mesir. Pada tahun 1975 berdiri juga IDB (Islamic Bank

Development) dan Bank Islam Dubai di Arab Saudi berdiri atas prakarsa

dari siding mentri luar negeri dalam siding tersebut diusulkan penghapusan

system keuangan berdasarkan bunga dan menggantinya dengan bagi hasil.

Pada periode perkembangan di tahun 1976 sampapi awan 1980an,

ditandai dengan menyebarnya perbankan dari wilayah teluk Arab ke Asia

65
(timur), dan selanjutnya ke Eropa (barat). Kemudian sekitar tahun 1983

hingga kini, perbankan telah mengalami kemajuan. Pada tahun 1983 di

Malaysia berdiri Bank Islam Malaysia Berhad lalu disusul dengan

berdirinya Lembaga Keuangan Perseroan Perbankan Investasi (al rajh) di

Arab Saudi dan Al-barakah Turkish Finance House di Turki pada 1985.

Berkembangnya bank-bank syariah di negara-negara Islam

berpengaruh ke Indonesia awal periode 1980-an telah banyak diskusi

mengenai bank syariah sebagai pilar ekonomi Islam. Akan tetapi prakarsa

untuk mendirikan bank Islam baru dimulai pada tahun 1990. Bank Islam

yang pertama kali berdiri di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia yang

diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta

mendapatkan dukungan dari Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia (ICMI).

Bank Muamalat mulai beroperasi pada tahun 1991.

Dalam perkembangan perbankan syariah tingkat likuiditas sangat

penting untuk diperhatikan, karena tingkat likuiditas merupakan salah satu

indikator untuk mengetahui sehat atau tidaknya suatu bank. Dapat dilihat

perkembangan likuiditas pebankan syariah di Indonesia.

66
FDR
102
100 100 100.34
98
96
94
92 92.14
91
90
88.94
88
86
84
82

FDR

Berdasarkan gambar diatas, perkembangan FDR yang menjadi

indikator likuiditas mengalami naik turun atau fluktuatif. Kenaikan yang

drastic terjadi pada tahun 2012 sebesar 100% dan 2013 100,34% akan tetapi

bank dapat mengendalikan lagi rasio FDR pada tahun 2014 sebesar 91%

dan 2015 sebesar 92,14%. Meskipun perkembangan FDR terjadi secara

fluktuatif akan tetapi niali FDR masih dalam batas aman, sesuai dengan

ketentuan Bank Indonesia nilai FDR berkisar di 80-110% sehingga dapat

dikatakan bahwa likuiditas perbankan syariah masih aman.

B. Deskriptif Data

1. Deskripsi Data Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK)

Dana Pihak Ketiga merupakan dana yang dihimpun dari masyarakat

yang memliki kelebihan dana, penghimpunan dana tersebut dalam

bentuk tabungan, deposito dan giro. Dana Pihak Ketiga ini merupakan

sumber dana terpenting untuk kegiatan operasional suatu bank.

67
Menurut Kasmir (2010), dana pihak ketiga adalah dana yang berasal

dari masyarakat luas yang merupakan sumber dana terpenting bagi

kegiatan operasional suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan

bank jika mampu membiayai operasionalnya dari sumber dana ini.

Tabel 4.1
Data Dana Pihak Ketiga (DPK) Tahun 2011-2015
Dalam Miliar Rupiah
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761

Februari 75.084 114.616 150.795 178.154 210.297


Maret 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988
April 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973
Mei 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339
Juni 87.025 119.279 163.966 191.470 213.477
Juli 89.786 121.018 166.453 194.299 216.083
Agustus 92.021 123.673 170.222 195.959 216.356
September 97.756 127.678 171.701 197.141 219.580
Oktober 101.804 134.453 174.018 207.121 219.478
November 105.330 138.671 176.292 209.644 220.635
Desember 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

Pada tabel 4.1 di atas, jumlah Dana Pihak Ketiga pada tahun 2011

yang tertinggi terjadi pada bulan desember sebesar 115.415 miliar

rupiah dan yang terendah pada bulan februari sebesar 75.085 miliar

rupiah. Pada tahun 2012 yang tertinggi pada bulan desember sebesar

68
147.512 miliar rupiah dan yang terendah pada bulan april sebesar

114.018 miliar rupiah. Pada tahun 2013 yangn tertinggi terjadi pada

bulan desember sebesar 183.534 miliar rupiah dan yang terendah pada

bulan januari sebesar 148.731 miliar rupiah. Pada tahun 2014 yang

tertinggi pada bulan desember sebesar 217.858 miliar rupiah dan

terendah pada bulan januari sebesar 177.930 miliar rupiah. Pada tahun

2015 yang tertinggi pada bulan desember sebesar 231.175 miliar rupiah

dan terendah pada bulan februari sebesar 210.297 miliar rupiah. Selama

periode penelitian dari 2011-2015, Dana pihak Ketiga tertinggi terjadi

pada bulan desember 2015 sebesar 231.175 miliar rupiah dan terendah

pada bulan februari 2011 sebesar 75.084 miliar rupiah.

2. Deskripsi Data Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio untuk mengukur

kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menutupi risiko-risiko

kerugian yang dihadapi oleh bank.

Menurut Dendawijaya (2009) “CAR (Capital Adequacy Ratio)

adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva

bank yang mengandung unsur risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) yang ikut dibiayai dari modal sendiri bank,

disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank”.

69
Tabel 4.2
Data Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2011-2015
Dalam Presentase (%)
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16
Februari 15,17 15,91 15,2 16,71 14,38
Maret 16,57 15,33 14,3 16,2 14,43
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,50
Mei 19,58 13,4 14,28 16,85 14,37
Juni 15,92 16,12 14,3 16,21 14,09
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15
Oktober 15,3 14,54 14,19 15,25 14,96
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31
Desember 16,63 14,13 14,23 16,1 15,02
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

Pada tabel 4.2 di atas, nilai Capital Adequacy Ratio (CAR) tertinggi

pada tahun 2011 terjadi pada bulan januari sebesar 20,23% dan terendah

pada bulan november sebesar 14,88 %. Pada tahun 2012 tertinggi pada

bulan januari sebesar 16,27% dan yang terendah pada bulan mei sebesar

13,4 %. Pada tahun 2013 tertinggi pada bulan januari sebesar 16,27%

dan yang terendah pada bulan maret dan juni sebesar 14,3%. Pada tahun

2014 tertinggi pada bulan januari sebesar 16,67% dan terendah pada

bulan sepetember sebesar 14,54%. Pada tahun 2015 tertinggi pada bulan

november sebesar 15,31% dan terendah pada bulan juni sebesar 14,09%.
70
Selama periode penelitian dari tahun 2011-2015, Capital Adequacy

Ratio (CAR) tertinggi terjadi pada bulan februari 2012 sebesar 21,47%

dan yang terendah pada bulan mei 2012 sebesar 13,4%.

3. Deskripsi Data Variabel Non Performing Financing (NPF)

Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah

yang terdiri dari pembiayaan yang berklarifikasi kurang lancar,

diragukan dan macet. Atau dengan kata lain, NPF adalah rasio yang

menunjukkan pembiayaan bermasalah sebagai akibat ketidakmampuan

nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima dari bank

syariah beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditentukan. Non Performing Financing (NPF) merupakan bagian dari

rasio keuangan bank yang digunakan untuk mengukur terjadinya risiko

kerugian yang terkait dengan kemungkinan kegagalan debitur dalam

melunasi kewajiban utang-utangnya kepada bank. (Dendawijaya,2003).

Dalam Kamus Bank Indonesia, Non Performing Financing (NPF)

adalah pembiayaan bermasalah yang terdiri dari pembiyaan yang

berklarifikasi kurang lancar, diragukan dan macet. Sedangkan menurut

Sudarsono (2009), pembiayaan non lancar atau yang juga dikenal

dengan istilah NPF dalam perbankan syariah adalah jumlah kredit yang

tergolong lancar yaitu dengan kualitas kurang lancar, diragukan dan

macet berdasarkan ketentuan Bank Indonesia tentang kualitas aktiva

produktif.

71
Tabel 4.3
Data Non Performing Financing (NPF) Tahun 2011-2015
Dalam Presentase (%)
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10
Maret 3,6 2,76 2,75 3,22 4,81
April 3,79 2,85 2,85 3,49 4,62
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76
Juni 3,55 2,88 2,64 3,9 4,73
Juli 3,75 2,92 2,75 4,3 4,89
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,86
September 3,5 2,74 2,8 4,67 4,74
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,75 4,74
November 2,74 2,5 3,08 4,86 4,66
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 4,34
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

Pada tabel 4.3 di atas, nilai Non Performing Financing (NPF)

tertinggi pada tahun 2011 terjadi pada bulan april sebesar 3,79% dan

terendah pada bulan desember sebesar 2,52%. Pada tahun 2012 tertinggi

pada bulan mei sebesar 2,93% dan terendah pada bulan desember

2,22%. Pada tahun 2013 tertinggi pada bulan november sebesar 3,08 dan

terendah pada bulan januari sebesar 2,49%. Pada tahun 2014 tertinggi

pada bulan November sebesar 4,86% dan terendah pada bulan januari

sebesar 3,01%. Pada tahun 2015 tertinggi terjadi pada bulan februari

sebesar 5,10% dan yang terendah pada bulan desember 4,34%. Selama
72
periode penelitian dari tahun 2011-205, nilai Non Performing Financing

(NPF) tertinggi terjadi pada bulan februari 2015 sebesar 5,10% dan yang

terendah terjadi pada bulan januari 2013 sebesar 2,49%.

4. Deskripsi Data Variabel Likuiditas (FDR)

Likuiditas adalah rasio untuk mengukur kemamuan perusahaannya

memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

Harmono (2009) menyatakan konsep likuiditas dapat diartikan

sebagai kemampuan perusahaan dalam melunasi sejumlah utang jangka

pendek, umumnya kurang dari satu tahun.

Apabila perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka

pendeknya maka perusahaan tersebut dapat dikatakan likuid. Likuiditas

dapat diartikan sebagai kemampuan bank untuk memenuhi

kemungkinan ditariknya deposito atau simpanan oleh deposan atau

penitip dana ataupun memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit

(Taswan, 2011)

Menurut Kasmir (2010), suatu bank dapat dikatakan likuid apabila

bank yang bersangkutan dapat membayar semua hutang-hutangnya

terutama simpanan tabungan, giro dan deposito pada saat ditagih dan

dapat pula memenuhi semua permohonan kredit yang memang layak

untuk dibiayai.

73
Tabel 4.4
Data Likuiditas (FDR) Tahun 2011-2015
Dalam Presentase (%)
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94
Maret 93,22 87,13 102,62 102,22 94,24
April 95,17 95,39 103,08 95,5 94,18
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69
Juni 94,93 98,59 104,43 100,8 96,52
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 94,80
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 95,17
September 94,97 102,1 103,27 99,71 94,76
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 94,66
November 94,4 101,19 102,58 94,62 94,78
Desember 88,94 100 100,32 91,5 92,14
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

Pada tabel 4.4 di atas, nilai likuiditas (FDR) yang tertinggi pada

tahun 201 terjadi pada bulan agustus sebesar 98,39% dan yang terendah

pada bulan desember sebesar 88,94%. Pada tahun 2012 tertinggi pada

bulan September sebesar 102,1% dan yang terendah pada bulan maret

sebesar 87,13%. Pada tahun 2013 yang tertinggi pada bulan juli sebesar

104,83% dan yang terendah pada bulan desember sebesar 100,32%.

Pada tahun 2014 yang tertinggi pada bulan maret sebesar 102,22% dan

yang terendah pada bulan desember sebesar 91,5%. Pada tahun 2015

yang tertinggi pada bulan juni sebesar 96,52% dan yang terendah pada
74
bulan desember sebesar 92,14%. Selama periode penelitian dari tahun

2011-2015, nilai likuiditas yang tertinggi pada bulan juli 2013 sebesar

104,83% dan yang terendah pada bulan maret 2012 sebesar 87,13%.

C. Analisis dan Pembahasan

Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder

deret waktu (time series) dari januari 2011 sampai dengan desember 2015.

Variabel dependen yang digunakan yaitu likuiditas (FDR). Sedangkan

variabel independen (bebas) yang digunakan yaitu Dana Pihak Ketiga

(DPK), Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing

(NPF).

1. Uji Asumsi Klasik

Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini diolah atau

ditransformasikan kedalam bentuk Ln (Logaritma Natural). Menurut

Algifari (2013), untuk menstandarkan data yang dikarenakan data

memiliki satuan yang berbeda agar menjadi sama, maka model

kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk persamaan logaritma

natural (Ln) pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi

dari suatu model tidak linier menjadi model linier, dengan jalan

membuat model dalam bentuk logaritma.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi

normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengansumsikan bahwa

75
nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah

sampel kecil (Ghozali, 2012). Nilai residual dikatakan berdistribusi

normal jika nilai residual terstandarisasi tersebut sebagian besar

mendekati nilai rata- ratanya. Untuk mendeteksi apakah nilai

residual terstandarisasi berdistribusi normal atau tidak, maka dapat

digunakan metode analisis grafik dan metode statistik. Dalam

penelitian ini, peneliti menggunakan uji normalitas dengan analisis

grafik dan uji Kolmogrov-Smirnov. Berikut adalah hasil dari uji

normalitas :

1) Analisis Grafik Histogram

Gambar 4.1
Histogram

Sumber : Data diolah

Berdasarkan grafik 4.1 di atas, histogarm Regression Residual

membentuk kurva seperti lonceng maka nilai residual tersebut

dinyatakan normal atau data berdistribusi normal.


76
2) Analisis Grafik dengan Normal Probability Plot (Normal P-P
Plot)
Gambar 4.2
Grafik P-P Plot

Sumber : data diolah

Berdasarkan Grafik 4.2 di atas, terlihat bahwa penyebaran

data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal yang berarti bahwa data berdistribusi normal atau

model regresi memenuhi asumsi normalitas.

3) Uji Kolmogrov-Smirnov

Tabel 4.5
Kolmogorov-Smirnov

77
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas, menunjukkan hasil

Kolmogrov-Smirnov sebesar 0,930 dan signifikan pada 0,352 lebih

besar dari 0,05 (Sig. > α). Hal itu berarti nilai residual terstandarisasi

dikatakan menyebar secara normal.

b. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi yang terbentuk ada korelasi yang tinggi atau sempurna

diantara variabel bebas atau tidak. Model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel bebas. Untuk

mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model

regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan Variance Inflation

Factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan

adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,10 atau sama

dengan VIF < 10, maka model dinyatakan tidak terdapat gejala

multikolinieritas.

Tabel 4.6
Uji Multikolinieritas

Sumber : data diolah

78
Berdasarkan output pada Coefficients dalam Tabel 4.6 di

atas, terlihat bahwa nilai Tolerance menunjukkan terdapat ketiga

variabel independen yang memiliki nilai Tolerance lebih dari 0,10,

yaitu DPK dengan nilai 0,053, dan CAR dengan nilai -0,059 dan

NPF dengan nilai -0,096. Hasil dari perhitungan nilai Variance

Inflation Factor (VIF) juga menunjukkan hal yang sama, yaitu

ketiga variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih kurang

dari 10. Pada variabel DPK dengan nilai VIF sebesar 1,897, variabel

CAR dengan nilai VIF sebesar 1,475 serta pada variabel NPF

dengan nilai VIF sebesar 1,447. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada

korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan

menurut waktu (time-series) atau ruang (cross section). Beberapa

penyebab munculnya masalah autokorelasi dari sebagian data time

series dalam analisis regresi adalah adanya kelembaman (inertia)

artinya data observasi pada periode sebelumnya dan periode

sekarang kemungkinan besar akan mengandung saling

ketergantungan (interdependence)

Uji Durbin-Watson (Uji D-W) merupakan uji yang sangat

populer untuk menguji ada-tidaknya masalah autokorelasi dari

79
model empiris yang diestimasi. Berikut adalah hasil dari uji

autokorelasi:

Tabel 4.7
Uji Auto Korelasi

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Durbin Watson

sebesar 0,525. Oleh karena itu, nilai DW = 0,525 yang berada

diantara -2 dan +2. Maka dapat disimpulkan data dalam penelitian

ini tidak ada auto korelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas berarti ada varian variabel pada model

regresi yang tidak sama (konstan). Sebaliknya, jika varian variabel

pada model regresi memiliki nilai yang sama atau kosntan maka

disebut dengan homoskedatisitas. Berikut adalah hasil dari uji

heteroskedasitas :

80
Analisis Grafik dengan Scatterplot

Gambar 4.3
Scatterplot

Sumber : Data diolah

Berdasarkan tampilan pada Scatterplot dalam Gambar di

atas, terlihat bahwa plot menyebar secara acak di atas maupun di

bawah angka nol pada sumbu Regression Studentized Residual.

Oleh karena itu maka berdasarkan uji heteroskedastisitas

menggunakan metode analisis grafik, pada model regresi yang

terbentuk dinyatakan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

2. Hipotesis

a. Uji Statistik t (Parsial)

Uji t digunakan untuk menguji apakah secara parsial variabel

DPK,CAR dan NPF memberikan pengaruh yang signifikan atau

81
tidak terhadap likuiditas. Untuk mengetahuinya dilakukan uji t

yaitu dengan membandingkan nilai t hitung dengan t tabel dan

nilai signifikansi.

Tabel 4.8
Uji t (Parsial)

Sumber : Data diolah

a) Pengujian Hipotesis 1 Untuk Variabel X1 (DPK) :

Berdasarkan hasil output SPSS diatas, nilai signifikansi DPK

adalah 0,013. Sedangkan nilai t hitung X1 = 2,652 dan pada tabel

t sebesar 1,672 (df (n-k) 60 - 3 = 57 , α = 0,05), sehingga t hitung

> t tabel (2,652 > 1,672) Jadi kesimpulannya adalah H0 ditolak

dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel

Dana Pihak Ketiga (DPK) secara parsial berpengaruh signifikan

terhadap likuiditas (FDR).

b) Pengujian Hipotesis 2 Untuk Variabel X2 (CAR) :

Berdasarkan hasil output SPSS diatas, nilai signifikansi CAR

adalah 0,418. Sedangkan nilai t hitung X2 = -0,816 dan pada

tabel t sebesar 1,672 (df (n-k) 60 - 3 = 57 , α = 0,05), sehingga t

hitung < t tabel (0,816 < 1,672) Jadi kesimpulannya adalah H0


82
diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa

variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak ada

berpengaruh signifikan terhadap likuiditas (FDR).

c) Pengujian Hipotesis 3 Untuk Variabel X3 (NPF) :

Berdasarkan hasil output SPSS diatas, nilai signifikansi NPF

adalah 0,000. Sedangkan nilai t hitung X2 = -3,781 dan pada

tabel t sebesar 1,672 (df (n-k) 60 - 3 = 57 , α = 0,05), sehingga t

hitung > t tabel (3,781 > 1,672) Jadi kesimpulannya adalah

(0,000 < 0,05) H0 ditolak dan Ha di terima, sehingga dengan

demikian terbukti bahwa secara parsial terdapat pengaruh

signifikan antara NPF terhadap likuiditas (FDR).

a. Uji Statistik F (simultan)

Uji F digunakan untuk menguji hipotesis yaitu apakah

secara simultan variabel DPK, CAR dan NPF memberikan

pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap Financing to

Deposit Ratio (FDR). Untuk mengetahui uji F yaitu dengan

melihat nilai signifikan level (sig), jika nilai sig. < 0,05 maka Ho

ditolak.

Tabel 4.9
Uji f (Simultan)

Sumber : Data diolah


83
Berdasarkan tabel 4.9, nilai F hitung sebesar 7,539 dengan

nilai signifikansi 0,000. Jadi kesimpulannya adalah nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05) maka H0 ditolak maka Ha

diterima, dengan nilai hitung F hitung > F tabel (7,539 > 3,16)

dengan nilai F tabel df:α, (k-1), (n-k) atau 0,05, (3-1), (60-3) = 3,16.

Maka dapat disimpulkan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Non Perforning Financing (NPF)

berpengaruh secara simultan (secara bersama-sama) terhadap

likuiditas (FDR).

3. Uji Determinan R Square (R2)

Koefisien determinasi atau R Square (R2) merupakan besarnya

kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi

koefisien determinasi, semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam

menjelaskan variasi perubahan pada variabel terikatnya. Koefisien

determinasi memiliki kelemahan, yaitu bias terhadap jumlah variabel

bebas yang dimasukkan dalam model regresi dimana setiap penambahan

satu variabel bebas dan jumlah pengamatan dalam model akan

meningkatkan nilai R2 meskipun variabel yang dimasukkan tersebut

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya.

Untuk mengurangi kelemahan tersebut maka digunakan koefisien

determinasi yang telah disesuaikan, Adjusted R Square (R2adj).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien

tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan jumlah variabel dan

84
ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan koefisien

determinasi yang disesuaikan maka nilai koefisien determinasi yang

disesuaikan itu dapat naik atau turun oleh adanya penambahan variabel

baru dalam model. Berikut adalah hasil uji Adjusted R Square :

Tabel 4.10
Uji Determinan R Square

Sumber : data diolah

Pada Tabel 4.10 menunjukan nilai Adjusted R Square dalam

penelitian ini adalah 0,250 yang berarti 25% variabel Finance to

Deposit Ratio dapat dijelaskan oleh variabel independen (DPK,

NPF, CAR) dan sisanya 75% kemungkinan dijelaskan dengan fakor

lain diluar model misalnya ROA, SBIS, inflasi, suku bunga, tingkat

ekonomi dan sebagainya.

Pada Tabel 4.10 di atas menunjukkan nilai korelasi atau

hubungan antara variabel bebas dan terikatnya. Nilai R sebasar

0,536 atau 53,6% menyatakan bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara X1 (DPK), X2 (CAR), dan X3 (NPF) secara bersama-sama

terhadap variabel Y (FDR). Sedangkan sisanya dipengaruhi oleh

faktor lain diluar model.

85
Pada Tabel 4.10 diatas Nilai R Square menunjukan besarnya

pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Nilai R

Square sebesar 0,288 atau 28,8% menyatakan terdapat pengaruh

sebesar 28,8% antara X1 (DPK), X2 (CAR), dan X3 (NPF) secara

bersama-sama terhadap variabel Y (FDR). Sementara sisanya 71,2%

dipengaruhi faktor lain diluar model.

4. Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel di atas,

selanjutnya akan dianalisis dengan bantuan aplikasi SPSS 20.0 untuk

mengetahui besarnya pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Financing (NPF). Hasil

pengolahan data dengan SPSS 20.0 dapat dilihat pada Tabel dibawah

ini:

Tabel 4.11
Analisis Regresi Linier Berganda

Sumber : Data diolah

86
Berdasarkan Tabel 4.11 di atas, maka diperoleh model persamaan

regresi sebagai berikut :

LnY = 4,220 + 0.053 LnX1 – 0,059 LnX2 – 0.096 LnX3

Keterangan :

LnY = Logaritma natural Likuiditas (FDR)

LnX1 = Logaritma natural Dana Pihak Ketiga (DPK)

LnX2 = Logaritma natural Capital Adequacy Ratio (CAR)

LnX3 = Logaritma natural Non Performing Financing (NPF)

Adapun interpretasi statistik penulis pada model persamaan regresi

di atas adalah sebagai berikut :

1) Apabila X1, X2, dan X3 bernilai 0, maka nilai Y adalah 4,220

maksudnya adalah jika Likuiditas (FDR) tidak melakukan kegiatan

operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode januari 2011

sampai 2015 jumlah Finance to Deposit Ratio (FDR) sebesar

42,20%.

2) X1 = 0,053 maksudnya adalah jika kenaikan 1% X1 akan

menyebabkan meningkatnya Y sebesar 5,3% dengan catatan

variabel lain dianggap konstan.

3) X2 = -0,059 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X2 akan

menyebabkan menurunnya Y sebesar 5,9% dengan catatan variabel

lain dianggap konstan.

87
4) X3 = -0,096 maksudnya jika setiap kenaikan 1% X3 akan

menyebabkan menurunnya Y sebesar 9,6% dengan catatan variabel

lain dianggap konstan.

D. Interprestasi

Adapun interprestasi penulis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Pengaruh Dana Pihak Ketiga (DPK) Terhadap Likuiditas (FDR)

Berdasarkan pada Tabel 4.11 di atas, variabel DPK mempunyai nilai

signifikansi 0,013 < 0,05. Berarti menerima Ha atau menolak H0 sehingga

dapat disimpulkan bahwa variabel DPK secara parsial berpengaruh

terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang

dilakukan oleh Putri (2013) bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh

signifikan terhadap likuiditas (FDR) dan pada Delsy dan Nih Luh (2014)

menunjukkan Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan

terhadap likuiditas (FDR) .

Menurut Ambaroita (2015) Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK)

akan berpengaruh pada besarnya penyaluran kredit/pembiayaan, hal ini

sejalan juga akan mempengaruhi LDR/FDR.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapatkan hasil bahwa

Dana Pihak Ketiga (DPK) terdapat pengaruh positif dan signifikan

terhadap Financing to Deposit Ratio (FDR) hal ini dikarenakan semakin

meningkatnya penghimpunan Dana Pihak Ketiga akan membuat bank

semakin meningkatkan penyaluran pembiayaan dan tidak adanya dana

menganggur (idle fund), meningkatnya pembiayaan membuat bank

88
dapat memenuhi kewajibannya terhadap dana pihak ketiga (tabungan,

deposito, giro) sehingga keadaan likuiditas bank meningkat.

2. Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) Terhadap Likuiditas

(FDR)

Berdasarkan pada Tabel 4.11 di atas, variabel CAR mempunyai nilai

signifikansi 0,418 > 0,05. Hal ini berarti menolak Ha atau menerima H0

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel CAR secara parsial tidak

berpengaruh terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini mendukung hasil

penelitian yang dilakukan oleh Nursuhartatik (2012) dan Arditya Prayudi

(2011) bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) tidak berpengaruh terhadap

likuiditas (FDR).

FDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Berdasarkan

pengertian tersebut, dapat dilihat hubungan FDR dengan CAR yaitu,

saat FDR tinggi yang disebabkan pembiayaan tinggi sedangkan dana

yang dihimpun sedikit dapat menyebabkan CAR menurun (dengan

asumsi CAR digunakan untuk menutupi kekurangan dana tersebut). Hal

ini sesuai dengan pendapat Dahlan Siamat yang mengemukakan bahwa

faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai kecukupan modal

adalah likuiditas (Siamat,2004).

Dikarenakan bank dapat menjaga kestabilan permodalannya diatas

batas minimum yaitu 8% yang ditetapkan sehingga bank mampu menutupi

89
kerugian dalam kegiatan pembiayaan dan perdagangan surat-surat

berharga, maka dengan itu tingkat likuiditas pun akan tetap aman.

3. Pengaruh Non Performing financing (NPF) Terhadap Likuiditas

(FDR)

Berdasarkan pada Tabel 4.11 di atas, variabel NPF mempunyai nilai

signifikansi -0,096 < 0,05. Hal ini berarti menerima Ha atau menolak H0

sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel NPF secara parsial

berpengaruh signifikan negatif terhadap likuiditas. Hasil penelitian ini

mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Hersugondo dan Handy

Setyo Tamtomo (2012) bahwa Non Performing Financing (NPF)

berpengaruh negatif signifikan terhadap likuiditas (FDR).

Menurut teori yang dikemukakan oleh Dendawijaya (2003), dimana

dampak dari meningkatnya NPL/NPF akan menyebabkan hilangnya

kesempatan memperoleh kesempatan pendapatan (income) dari kredit

yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan mengurangi kemampuan

untuk memberikan kredit. Banyaknya kredit bermasalah juga membuat

bank tidak berani meningkatkan penyaluran kreditnya apalagi bila dana

pihak ketiga tidak dapat dicapai secara optimal maka dapat mengganggu

likuiditas suatu bank.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyimpulkan bahwa

meningkatnya Non Performing Financing (NPF) dapat menurunkan

likuiditas (FDR), karena peningkatan pada pembiayaan macet membuat

bank tidak dapat mengandalkan dana pembiayaan untuk memenuhi

90
kewajibannya terhadap deposan sehingga menurunnya likuiditas (FDR)

bank.

91
BAB V
KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisa dan interpretasi data yang telah dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan :

1. Secara Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK) dan variabel Non Performing

Financing (NPF) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap

Likuiditas atau Finance to Deposit Ratio (FDR). Sedangkan variabel

Capital Adequacy Ratio (CAR) secara parsial tidak berpengaruh

terhadap Likuiditas atau Finance to Deposit Ratio (FDR).

2. Variabel Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Financing (NPF)

dan Capital adequacy Ratio (CAR) secara simultan atau bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Likuiditas (FDR) pada

Perbankan Syariah di Indonesia.

3. Variabel yang paling dominan terhadap Likuiditas (FDR) adalah Dana

Pihak Ketiga (DPK)

B. Implikasi

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian yang telah diuraikan, maka

penulis mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin bermanfaat

diantaranya:

92
1. Bagi Nasabah

Penelitian ini dapat digunakan oleh nasabah sebagai acuan dalam

menyimpan dananya pada perbankan syariah agar memperhatikan

dahulu tingkat DPK, CAR dan NPF sebelum menyimpan dananya pada

perbankan syariah, karena DPK, CAR dan NPF berpengaruh terhadap

likuiditas perbankan syariah.

2. Bagi Akademisi

Untuk menjadi tambahan referensi tentang perbankan syariah untuk

peneliti maupun peneliti selanjutnya dengan memperbanyak variabel

lainnya dan periode waktu.

3. Bagi Perusahaan

Untuk perbankan syariah agar selalu menjaga likuiditasnya yang

dapat dilihat dari sisi Finance to Deposit Ratio (FDR) sehingga nasabah

merasa aman menaruh dananya pada bank. Selain itu, perbankan syariah

juga harus meningkatkan Dana Pihak Ketiga (DPK), Capital Adequacy

Ratio (CAR) dan memperhatikan pembiyaan bermasalah Non

Performing Financing (NPF) sehingga tidak mengganggu kegiatan

operasional perbankan syariah.

93
DAFTAR PUSTAKA

Agustina dan Anthony Wijaya. “Analisis Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Loan to Deposit Ratio Bank Swasta Nasional di
Bank Indonesia”. Jurnal Wira Ekonomi Mikroskil Vol.3 No.2
Oktober 2013.
Ajija, Shochrul Rohmatul, dkk. “Cara Cerdas Menguasai Eviews”.
Jakarta: Salemba Empat, 2011.
Akhtar, et al. “Liquidity Risk Management: A Comparative Study Between
Conventional and Islamic Bank of Pakistan”. Interdisciplinary
Journal of Research in Business,Vol. 1, Issue 1. 2011.
Algifari. “Analisis Regresi Teori, Kasus, dan Solusi”. Yogyakarta: BPFE,
2000.
Ali, Mashud. “Asset Liability Management: Menyiasati Risiko Pasar dan
Risiko Operasional”. Jakarta: PT. Gramedia, 2004.
Ambaroita, Martha Novalina. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loan to
Deposit Ratio (LDR) Pada Bank Umum di Indonesia Periode 2009
2013”. Economics Development Analysis Journal 4 (3) 2015.
Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dan Teori ke Praktik”,
Jakarta: Gema Insani, 2001.
Antonio, Muhammad Syafi’I. “Bank Syariah dan Teori ke Praktik”,
Jakarta: Gema Insani, 2012.
Arifin, Zainul’. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah”, Jakarta:
Pustaka Alvabet, 2009
Darmawan, Dani. “Metode Penelitian Kuantitatif”. Cetakan Pertama.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2013.
Dendawijaya, lukman. ”Manajemen Perbankan”, Jakarta: Ghalia Indah,
2005.
Dendawijaya, lukman. ”Manajemen Perbankan”. Jakarta: Ghalia Indah,
2000.
Dendawijaya, lukman. ”Manajemen Perbankan”. Jakarta: Ghalia Indah,
2003.
Firmansyah, Irman. “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank
Muamalat Indonesia Dengan Bank Syariah Mandiri”. Jurnal
Akuntansi Vol.7 No.1, 2012.
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 20
Edisi 6”.Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. 2012.

94
Hamid, Abdul. “Panduan Penulisan Skripsi”, Jakarta: FEB UIN Press,
2012.
Harjito, Darsono Agus. “Manajemen Keuangan”. Yogyakarta: Ekonisia,
2007.
Harmono, “Manajemen Keuangan Berbasis Balanced Scorecard
Pendekatan Teori, Kasus dan Riset Bisnis”. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
Hasan, “Analisis Industri Perbankan Syariah Di Indonesia”, Jurnal
Dinamika Ekonomi Pembangunan, Vol. 1, Nomor 1, Juli 2011.
Hasibuan, Malayu SP. “Dasar-Dasar Perbankan Syariah”. Jakarta: PT.
Bumi Aksara, 2005.
Hersugondo dan Handy setyo Tamtomo. “Pengaruh CAR, NPL, DPK, dan
ROA Terhadap LDR Perbankan Indonesia”. Jurnal Dharma
Ekonomi. No.36/Th. XIX/ Oktober 2012.
Irham, Fahmi. “Analisis Laporan Keuangan”, Lampulo : Alfabeta, 2011.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2004.
Karim, A. Adiwarman. “Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan”. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2008.
Kasmir. “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004
Kasmir. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014
Laporan Keuangan Perbankan Syariah 2011-2015
Martono. “bank dan lembaga keuangan lain”. Yogyakarta: Ekonisia, 2010.
Muhammad. “Manajemen Bank Syariah”. Edisi Revisi, Yogyakarta: UPP
AMP YKPN, 2002.
Mulya Siregar, “Agenda Pengembangan Perbankan Syariah Untuk
Mendukung Sistem Ekonomi yang Sehat di Indonesia: Evaluasi,
Prospek dan Arah Kebijakan”, Iqtisad: Jurnal Ekonomi Islam, Vol.
3, No. 1, Maret 2002.
Munawir, “Analisis Laporan Keuangan”, Yogyakarta: Liberty, 2000.

95
Nachrowi, Djalal N dan Usman, Hardius. “Pendekatam Populer dan
Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan”.
Jakarta: Ghalia Indonesia, 2006.
Nadia, S. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Likuiditas Bank
Syariah (Studi Kasus Bank Syariah Mandiri)”. Jakarta: Program
Sarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, 2010.
Oramahi, H. A. “Analisis Data dengan SPSS & SAS”. Yogyakarta: Aradana
Media, 2007.
Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 Tentang Dana Pihak Ketiga
(DPK)
Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
Prihatiningsih. “Pengaruh DPK, Capital Adequacy Ratio (CAR), Imbal
Gasil Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS), Imbal Hasil
Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank Syariah (SIMA), dan
Non Performing Financing (NPF) Terhadap Financing to Deposit
Ratio (FDR) (Studi Pada Bank Umum Syariah Tahun 2006-2010)”.
Jurnal Orbith, 2012.
Veithzal, Rivai. “Bank and Financial Institute Management”. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2007.
Riyadi, Slamet. “Banking Asset and Liability Management”, Jakarta:
Lembaga Penerbit FEUI, 2006.
Rodoni, Ahmad, Abdul Hamid. “Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta:
Zikrul Hakim, 2008.
Santoso, Arif Lukman dan Tekad Sukihanjani. “Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Likuiditas Perbankan Syariah di
Indonesia”. 2012.
Santoso,Budi. “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”. Jakarta : Salemba
Empat, 2006.
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”. Jakarta, Intermedia, 2004.

Simorangkir, O.P. “Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank”.


Bogor: Ghalia Indonesia, 2004.
Sudarmanto, Gunawan. “Analisis Regresi Linier Ganda dengan SPSS”.
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005.
Sudarsono, Heri.”Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi”. Yogyakarta: Ekonisia, 2009.

96
Sugiyono. “ Metode Penelitian Bisnis”, Bandung: Pusat Bahasa Depdiknas,
2009.
Suhartatik, Nur dan Rohmawati Kusumaningtias. “Determinan Financing
to Deposit ratio Perbankan Syariah di Indonesia (2008-2012)”.
Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1 No. 4 Juli. Fakultas Ekonomi.
Universitas Negeri Surabaya. 2012.
Surat Edaran Bank Indonesia No. 9/24/DPbs tanggal 30 oktober 2007 untuk
rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
Taswan. “Manajemen Perbankan Konsep, Teknik dan Aplikasi”.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011.
UU No. 10 tahun 1998 tentang landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang
dapat dioperasikan dan implementasikan oleh bank syariah.
UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan syariah
Widarjono, Agus. “Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya”. Ekonisia,
Jakarta, 2010.
Widarjono, Agus. “Ekonomi : Teori dan Aplikasi Untuk Ekonomi dan
Bisnis”. Yogyakarta: Ekonisia, 2005.
Zarkasyi, Moh. Wahyudi. “Good Corporate Governance Pada Badan
Usaha Manufaktur, Perbankan dan Jasa Keuangan Lainnya”.
Bandung: Alfabeta, 2008.
www.bi.go.id
www.ojk.go.id

97
LAMPIRAN

Lampiran 1
Data Sampel penelitian

No Bank Umum Syariah


1 PT. Bank Muamalat Indonesia

2 PT. Bank Victoria Syariah

3 Bank BRIsyariah

4 B.P.D. Jawa Barat Banten Syariah

5 Bank BNI Syariah

6 Bank Syariah Mandiri

7 Bank Syariah Mega Indonesia

8 Bank Panin Syariah

9 PT. Bank Bukopin Syariah

10 PT. BCA Syariah

11 PT. Maybank Syariah Indonesia

12 PT. Bank Tabungan Nasional Syariah

No Unit Usaha Syariah

13 PT. Bank Danamon Indonesia

14 PT. Bank Permata

15 PT. Bank Internasional Indonesia

16 PT. Bank Cimb Niaga

17 PT. Bank OCBD Nisp

18 PT. BPD DKI

19 BPD Yogyakarta

98
No Bank Umum Syariah
20 PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah

21 PT. BPD Jawa Timur

22 PT. BPD Jambi

23 PT. BPD Aceh

24 PT. BPD Sumatra Utara

25 BPD Sumatra Barat

26 PT. Bank Pembangunan Daerah Riau

27 PT. BPD Sumatra Selatan dan Bangka Belitung

28 PT. BPD Kalimantan Selatan

29 PT. BPD Kalimantan Barat

30 BPD Kalimantan Timur

31 PT. BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat

32 PT. BPD Nusa Tenggara Barat

33 PT. Bank Sinar Mas

34 PT. Bank Tabungan Negara

Sumber data : Statistik Perbankan Syariah BI Tahun 2011-2015

Lampiran 2
Data Variabel Penelitian
1. Variabel Independen :
a. Dana Pihak Ketiga (dalam milyar rupiah)

Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 75.814 116.518 148.731 177.930 210.761

Februari 75.084 114.616 150.795 178.154 210.297


Maret 79.651 119.639 156.964 180.945 212.988

99
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
April 79.567 114.018 158.519 185.508 213.973
Mei 82.861 115.206 163.858 190.783 215.339
Juni 87.025 119.279 163.966 191.470 213.477
Juli 89.786 121.018 166.453 194.299 216.083
Agustus 92.021 123.673 170.222 195.959 216.356
September 97.756 127.678 171.701 197.141 219.580
Oktober 101.804 134.453 174.018 207.121 219.478
November 105.330 138.671 176.292 209.644 220.635
Desember 115.415 147.512 183.534 217.858 231.175
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah
b. Capital Adequacy Ratio (dalam presentase)

Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 20,23 16,27 15,29 16,76 14,16
Februari 15,17 15,91 15,2 16,71 14,38
Maret 16,57 15,33 14,3 16,2 14,43
April 19,86 14,97 14,72 16,68 14,50
Mei 19,58 13,4 14,28 16,85 14,37
Juni 15,92 16,12 14,3 16,21 14,09
Juli 15,92 16,12 15,28 15,62 14,47
Agustus 15,83 15,63 14,71 14,73 15,05
September 16,18 14,98 14,19 14,54 15,15
Oktober 15,3 14,54 14,19 15,25 14,96
November 14,88 14,82 12,23 15,66 15,31
Desember 16,63 14,13 14,23 16,1 15,02
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

100
c. Non Performing Financing (dalam presentase)

Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 3,28 2,68 2,49 3,01 4,87
Februari 3,66 2,82 2,72 3,53 5,10
Maret 3,6 2,76 2,75 3,22 4,81
April 3,79 2,85 2,85 3,49 4,62
Mei 3,76 2,93 2,92 4,02 4,76
Juni 3,55 2,88 2,64 3,9 4,73
Juli 3,75 2,92 2,75 4,3 4,89
Agustus 3,53 2,78 3,01 4,58 4,86
September 3,5 2,74 2,8 4,67 4,74
Oktober 3,11 2,58 2,96 4,75 4,74
November 2,74 2,5 3,08 4,86 4,66
Desember 2,52 2,22 2,62 4,33 4,34
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

2. Variabel Dependen
Financing to Deposit Ratio (likuiditas) (dalam presentase)
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Januari 91,97 87,27 100,63 100,07 93,60
Februari 95,16 90,49 102,17 102,03 93,94
Maret 93,22 87,13 102,62 102,22 94,24
April 95,17 95,39 103,08 95,5 94,18
Mei 94,88 97,95 102,08 99,43 94,69
Juni 94,93 98,59 104,43 100,8 96,52
Juli 94,18 99,91 104,83 99,89 94,80
Agustus 98,39 101,03 102,53 98,99 95,17
September 94,97 102,1 103,27 99,71 94,76

101
Tahun
Bulan
2011 2012 2013 2014 2015
Oktober 95,24 100,84 103,03 98,99 94,66
November 94,4 101,19 102,58 94,62 94,78
Desember 88,94 100 100,32 91,5 92,14
Sumber : Data BI dan OJK yang telah diolah

Lampiran 3
Tabel Model Summary, ANOVA, Coeffisients

Lampiran 4
Uji Normalitas

102
103
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 60
Mean 0E-7
Normal Parametersa,b
Std. Deviation .03775512
Absolute .120
Most Extreme Differences Positive .109
Negative -.120
Kolmogorov-Smirnov Z .930
Asymp. Sig. (2-tailed) .352

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

Lampiran 5
Uji Multikolinieritas

Lampiran 6
Uji Autokorelasi

104
Lampiran 7
Uji Heteroskedastisitas

105

Anda mungkin juga menyukai