Anda di halaman 1dari 134

PENGARUH BANK INDONESIA (BI) RATE, INFLASI, DAN

NILAI TUKAR RUPIAH (KURS) TERHADAP NILAI AKTIVA


BERSIH (NAB) REKSADANA CAMPURAN SYARIAH
PERIODE 2014-2016

SKRIPSI

Disusun oleh:
ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM: 1113085000045

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
PENGARUH BANK INDONESIA (BI) RATE, INFLASI, DAN NILAI TUKAR
RUPIAH (KURS) TERHADAP NILAI AKTIVA BERSIH (NAB) REKSADANA
CAMPURAN SYARIAH PERIODE 2014-2016

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:
ITSNA SHOFI AZKIYAH
NIM: 1113085000045

Di Bawah Bimbingan
Pembimbing:

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Senin, 6 Maret 2017 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:

Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH


NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah Periode 2014-2016

Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang


bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap
Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 6 Maret 2017

1. Umiyati, SEI., M.Si


NUPN. 9920 1003 01

2. Ay Maryani, SE., M.Si


NUP. 9920 1126 91
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Senin, 12 Juni 2017 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:

Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH


NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Judul Skripsi : Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah
(Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran
Syariah Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut
di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 12 Juni 2017

1. Fitri Damayanti, SE., M.Si


NIP. 19810731 200604 2 003

2. Aini Masruroh, SEI., MM

3. Aini Masruroh, SEI., MM

4. Dr. Asyari Hasan, M.Ag


NIP. 19800819 200604 1 002
LEMBAR PERNYATAAN
KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : ITSNA SHOFI AZKIYAH


NIM : 1113085000045
Jurusan : Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penelitian skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan


mempertanggungjawabkan.
2. Tidak melakukan plagiasi terhadap naskah karya orang lain.
3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau
tanpa izin pemilik karya.
4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini.

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui
pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti
bahwa saya telah melanggar pernyataan ini, maka saya siap dikenai sanksi berdasarkan
aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Bekasi, 25 Mei 2017


Penulis

Itsna Shofi Azkiyah

i
ABSTRACT

This research aims to examine the influence of BI rate, inflation, and Rupiah
exchange rate towards Net Asset Value (NAV) of Sharia Mutual Balanced Fund from
January through December 2016. The sampling method used in this research is
purposive sampling and the selected objects are Danareksa Syariah Berimbang, SAM
Syariah Berimbang, Schroders Syariah Balanced Fund, and TRIM Syariah Berimbang.
This research used is the quantitative approach method and the analysis techniques
used is multiple linear regression. Meanwhile, the computer program used is Eviews
version 9, SPPS version 16, and Microsoft Excel 2016.
Based on the result of this research showed that BI rate, inflation, and Rupiah
exchange rate stimultaneously has significant effect to Net Asset Value (NAV) of Sharia
Mutual Balanced Fund with significance value 0,000000 < 0,05. The result of t-test
showed that BI rate has a negative significant influence by the value 0,0006 < 0,05.
Inflation has a negative significant influence by the value 0,0357 < 0,05. And Rupiah
exchange rate has a negative significant influence by the value 0,0215 < 0,05.
Keywords: BI Rate, Inflation, Rupiah Exchange Rate, Net Asset Value (NAV),
Sharia Mutual Balanced Fund, Sharia Mutual Fund

ii
ABSTRAK

Penelitian ini membuktikan adanya pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi,
dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana
campuran syariah. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data bulanan dari
Januari 2014-Desember 2016. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini
adalah purposive sampling. Reksadana syariah yang terpilih sebagai objek penelitian
adalah Danareksa Syariah Berimbang, SAM Syariah Berimbang, Schroders Syariah
Balanced Fund, dan TRIM Syariah Berimbang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dan metode analisi regresi linier berganda dengan program
komputer Eviews versi 9, SPPS versi 16, dan Microsoft Excel 2016.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara simultan berpengaruh terhadap NAB reksadana
campuran syariah dengan nilai Prob. F-statistic sebesar 0,000000 < 0,05. Hasil
penelitian ini juga menunjukkan bahwa secara parsial Bank Indonesia (BI) Rate
berpengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran
syariah dengan nilai Prob. thitung sebesar 0,0006 < 0,05. Inflasi berpengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran syariah dengan nilai Prob.
thitung sebesar 0,0357 > 0,05. Dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) berpengaruh signifikan
dengan korelasi negatif terhadap NAB reksadana campuran syariah dengan nilai Prob.
thitung sebesar 0,0215 < 0,05.

Kata kunci: Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah (Kurs), Nilai
Aktiva Bersih (NAB), Reksadana Campuran Syariah, Reksadana
Syariah

iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun masih jauh
dari kata sempurna. Shalawat serta salam tidak lupa penulis haturkan kepada junjungan
nabi besar kita nabi Muhammad SAW yang telah membawa cahaya kehidupan bagi
umatnya.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam rangka
menyelesaikan studi jenjang Strata Satu (S1) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Pengaruh Bank Indonesia
(BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih
(NAB) Reksadana Campuran Syariah Periode 2014-2016”.
Penyusunan tugas akhir skripsi ini telah melibatkan banyak pihak yang selalu
memberikan do’a, bantuan, dan dukungannya kepada penulis. Oleh karena itu, penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Ayah dan Ibu yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil, yang selalu melimpahkan cinta dan kasih sayang, serta selalu
mendoakan aku dengan penuh rasa ikhlas tanpa perlu diminta. Maaf, jikalau selama
proses pembuatan skripsi ini ada perkataan dan perbuatan aku yang menyakiti hati
Ayah dan Ibu.
2. Kakakku Adlan, dan Adik-adikku; Ica, Nadia, dan Algi yang selalu memberikan
motivasi serta do’a yang tulus selama ini.
3. Ibu Aini Masruroh, SEI., MM selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan bimbingan dengan penuh kesabaran dan pengarahan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc., MA selaku Dekan FEB, Bapak Dr. Amilin
SEAK., M.Si selaku Wakil Dekan I, Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag, MH
selaku Wakil Dekan II dan Pembimbing Akademik, dan Bapak Dr. Desmadi

iv
Saharuddin, MA selaku Wakil Dekan III, yang telah memberikan jalan bagi penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ibu Cut Erika Ananda Fatimah, SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah
dan Ibu Fitri Damayanti, SE., M. Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah.
6. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang
Bapak dan Ibu berikan kepada penulis.
7. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik khususnya Bu Ova, Pak Azis, Pak Ajib, Pak
Boni, dan Pak Alfred.
8. My beloved best friends; Destri Nuraini, Rehan Nurmillah, Ajeng Kurnia, Nabila
Khairunnisa, Agnes Dwi Astuti, Rizny Anindya, dan Isti Nanda Putri yang selalu
menghadirkan canda dan tawa di sela-sela pembuatan skripsi ini. Terima kasih atas
persahabatan selama hampir empat tahun ini. Banyak pelajaran hidup yang aku
dapat dari kalian. Maaf, selama proses pembuatan skripsi ini kita jarang bertemu
dan hang out but kita akan selalu dekat dalam do’a. My college’s life would be
empty without you girls!
9. Sepupu-sepupuku, Mira dan Fida yang telah menemani hari-hariku selama nge-
kost di Ciputat.
10. Rifda Kamila, Dini Rizqiyanti, dan Silvia Puji Lestari yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini (via WhatsApp hehe).
11. Teman-teman Perbankan Syariah angkatan 2013, khusunya PSY B. Terima kasih
atas dukungan dan pertemanan kita selama ini, maaf tidak disebutkan satu per satu.
12. Teman seperjuangan dalam proses pembuatan skripsi, yaitu Afif, Alif, Fia, Irsyad,
Istiqomah, Liza, Rahman, dan Tia.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan
keterbatasan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan penelitian ini dilanjutkan
oleh peneliti lain di masa mendatang untuk disempurnakan atau bahkan dikembangkan
menjadi penulisan yang lebih berbobot. Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat

v
memberikan sumbangan pengetahuan dan menjadi sebuah karya yang bermanfaat bagi
pembaca.

Bekasi, 25 Mei 2017


Penulis

Itsna Shofi Azkiyah

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI


LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

ABSTRACT..…….……………………………………………………………….... i
ABSTRAK..……………………………………………………………………….. ii
KATA PENGANTAR………...…………………………………………………... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………… vi
DAFTAR TABEL...………………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR…...…………………………………………………………. x

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang…………………………………………………………………. 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………………………. 9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………………………………………………… 9
1. Tujuan Penelitian…………………………………………………………... 9
2. Manfaat Penelitian…………………………………………………………. 10

BAB II TINJAUAN TEORI


A. Reksadana Syariah……………………………………………………………... 11
1. Pengertian Reksadana Syariah……………………………………………... 11
2. Jenis-jenis Reksadana Syariah……………………………………………... 13
3. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah…………………………….19
4. Manfaat dan Resiko Reksadana……………………………………………. 21
B. Suku Bunga (BI Rate)………………………………………………………….. 23
1. Pengertian Suku Bunga…………………………………………………….. 23
2. Jenis-jenis Bunga…………………………………………………………... 25

vii
3. Bank Indonesia (BI) Rate…………………………………………………...27
C. Inflasi…………………………………………………………………………... 28
1. Pengertian Inflasi…………………………………………………………... 28
2. Jenis-jenis dan Indikator Inflasi……………………………………………. 30
D. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)……………………………………………………... 33
1. Pegertian Nilai Tukar Rupiah (Kurs)………………………………………. 33
2. Sistem Nilai Tukar…………………………………………………………. 36
E. Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen………………. 37
F. Penelitian Terdahulu…………………………………………………………… 40
G. Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………………………..……..43

BAB III METODE PENELITIAN


A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………………………45
B. Metode Penentuan Sampel……………………………………………………... 45
C. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………….. 47
D. Metode Analisis………………………………………………………………... 48
E. Operasional Variabel Penelitian……………………………………………..… 61

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum Objek Penelitian……………………………………………. 65
1. Sekilas Reksadana Syariah………………………………………………… 65
2. Sekilas tentang Objek Penelitian…………………………………………... 66
B. Deskripsi Data………………………………………………………………….. 69
C. Analisis Data dan Pembahasan………………………………………………… 78
1. Uji Asumsi Klasik………………………………………………………….. 78
2. Estimasi Model Data Panel………………………………………………… 85
3. Uji Signifikansi…………………………………………………………….. 90
4. Analisis Regresi Model Data Panel………………………………………... 94
5. Persamaan Model Regresi Objek Penelitian……………………………….. 96

viii
D. Interpretasi……………………………………………………………………... 98

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………………………….. 102
B. Saran………………………………………………………………………….... 103

DAFTAR PUSTAKA…...……………………………………………………….... 105


LAMPIRAN-LAMPIRAN..…………………………………………………….... 110

ix
DAFTAR TABEL

1.1 Perkembangan Reksadana Syariah Periode 2011-2016……………………. 3


2.1 Perbedaan Reksadana Tertutup dengan Reksadana Terbuka………………. 17
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah (Kurs)…………………....35
2.3 Review Penelitian Terdahulu……………………………………………….. 40
3.1 Daftar Jumlah Reksadana Syariah Per Desember 2016……………………. 46
4.1 Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran Per Desember 2016…………...70
4.2 Daftar Sampel Penelitian….……………………………………………….. 71
4.3 Data BI Rate Periode 2014-2016…………………………………………... 72
4.4 Data Inflasi Periode 2014-2016……………………………………………. 74
4.5 Data Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah Periode 2014-2016.……………... 76
4.6 Variance Inflation Factor………………………………………………….. 80
4.7 Matriks Koefisien Korelasi………………………………………………… 81
4.8 Heteroskedasticity Test: White…………………………………………….. 82
4.9 Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test……………………………... 83
4.10 Durbin Watson Stat………………………………………………………… 83
4.11 Hasil Pemulihan Autokolerasi……………………………………………... 84
4.12 Model Common Effect……………………………………………………... 86
4.13 Model Fixed Effect…………………………………………………………. 87
4.14 Uji Chow…………………………………………………………………… 88
4.15 Model Random Effect……………………………………………………… 89
4.16 Uji Hausman……………………………………………………………….. 90
4.17 Uji Simultan (Uji F)………………………………………………………... 91
4.18 Uji Parsial (Uji t)…………………………………………………………… 92
4.19 Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)…………………………... 94
4.20 Model Random Effect…………………………………………………….....95
4.21 Cross Random Effect……………………………………………………….. 98

x
DAFTAR GAMBAR

1.1 Pertumbuhan NAB Reksadana Syariah Periode 2011-2016….……………. 4


2.1 Kerangka Pemikiran….……………………………………………………..44
4.1 BI Rate Periode 2014-2016.………………………………………………... 73
4.2 Inflasi Periode 2014-2016……….…………………………………………. 75
4.3 Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah Periode 2014-2014…………………… 77
4.4 Histogram Normality Test…………………………………………………. 79

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara teori, investasi pada sesuatu yang lebih berisiko akan mendatangkan

return yang lebih tinggi. Pada umunya, calon investor akan menginvestasikan harta

yang dimiliki berdasarkan pertimbangan aspek tersebut, yaitu mempertimbangkan

imbal hasil (return) dan risiko (risk) semata. Akan tetapi, ada juga calon investor

yang mempertimbangkan hal-hal lain di luar itu, seperti ajaran agama yang dianut.

Bagi kaum muslim, mereka akan menolak beinvestasi pada perusahaan yang

menghasilkan produk haram dan atau perusahaan yang dalam menjalankan

bisnisnya bertentangan dengan syariat Islam.

Untuk mengatasi persoalan tersebut, di Indonesia yang mayoritas

penduduknya beragama Islam mulai dikembangkan investasi berbasis syariah.

Investasi ini mengintegrasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip Islam dalam

menjalankan kegiatan investasi. Salah dua kegiatan yang dilakukan adalah dengan

melakukan proses seleksi (screening) dalam memilih instrumen-instrumen

investasinya, dan proses cleansing yang dimaksudkan untuk membersihkan aset-

aset yang tidak halal dengan mengeluarkan zakat atau pengeluaran amal lainnya.

Pasar Modal Indonesia sebagai salah satu wahana investasi bagi

masyarakat, menciptakan dan mengembangkan produk-produk investasi yang

dapat dijadikan alternatif bagi investor dalam menginvestasikan dana. Salah satu

1
produk yang diterbitkan adalah reksadana. Menurut Tandelilin dalam Jurnal (Utami

dan Dharmastuti, 2014: 98), reksadana merupakan salah satu alternatif investasi

yang mengaplikasikan strategi alokasi aset melalui pembentukan suatu portofolio

dengan menyebar dana investasi yang dimiliki ke dalam beberapa jenis aset yang

berbeda. Hal ini sejalan dengan prinsip diversifikasi yang bertujuan meminimalkan

risiko yang mungkin timbul dan mengoptimalkan tingkat return tertentu yang

diharapkan. Sebagaimana nasihat yang disampaikan Markowitz dalam diversifikasi

portofolio, yaitu “janganlah menaruh semua telur ke dalam satu keranjang”. Dalam

konteks investasi, ajaran tersebut dapat diartikan sebagai “janganlah

menginvestasikan semua dana yang kita miliki hanya pada satu aset saja, karena

jika aset tersebut gagal, maka semua dana yang telah kita investasikan akan

lenyap”.

Dalam Undang-Undang No. 8 tahun 1995 pasal 1 ayat 27 tentang pasar

modal, reksadana didefinisikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk

menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan

dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Sedangkan reksadana syariah adalah

reksadana yang beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah Islam, baik dalam

bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahibul maal) dan Manajer

Investasi sebagai wakil shahibul maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai

wakil shahibul maal dan pengguna investasi (DSN, 2006: 115).

Rekasadana syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1995 oleh

National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade Equity

2
dengan kapitalisasi sebesar US $150 juta. Sedangkan, di Indonesia reksadana

syariah diperkenalkan pertama kali pada tahun 1997 oleh PT Dana Reksa

Investment Management. Pada tahun 2000, PT Dana Reksa Investment

Management bersama dengan PT Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Islamic

Index (JII). Indeks saham berbasis syariah ini mencakup seluruh emiten yang

kegiatan usahanya sesuai dengan syariat Islam sehingga dapat mempermudah

pemilihan saham dan pengukuran kinerja investasi berbasis syariah.

Reksadana syariah memiliki daya tarik tersendiri dibandingkan reksadana

konvensional, khususnya bagi masyarakat Indonesia yang sebagian besar

menganut agama Islam. Reksadana syariah dapat memberikan ketenangan dan

kenyamanan dalam berinvestasi karena prinsip yang diterapkan adalah prinsip yang

sesuai dengan hukum Islam. Hal inilah yang membuat reksadana syariah berbeda

dengan reksadana konvensional dalam hal produk, jasa, dan kegiatan usaha yang

dilakukan (Ratnawati dan Khairani, 2012: 97). Perkembangan reksadana syariah di

Indonesia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah
Periode 2011 - 2016

No Tahun Jumlah Total NAB (Rp Miliar)


1 2011 50 5.564,79
2 2012 58 8.050,07
3 2013 65 9.432,19
4 2014 74 11.158,00
5 2015 92 11.019,43
6 2016 136 14.914,63
Sumber: www.ojk.go.id

3
Secara umum, perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami

peningkatan yang cukup pesat. Dapat dilihat pada tabel di atas, jumlah reksadana

syariah yang tercatat di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengalami peningkatan

setiap tahunnya. Sampai dengan tahun 2016, terdapat 136 reksadana syariah

(9,54% dari total reksadana) yang telah ditawarkan kepada masyarakat atau

meningkat sebesar 172% jika dibandingkan dengan tahun 2011 yang hanya terdapat

50 reksadana syariah. Berikut adalah diagram pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih

(NAB) reksadana syariah dari tahun 2011-2016:

Gambar 1.1
Pertumbuhan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah
Periode 2011-2016

Total NAB (Rp Miliar)


16000
14000 14914.63
12000
10000 11158 11019.43
8000 9432.19
8050.07 Total NAB
6000
4000 5564.79

2000
0
2011 2012 2013 2014 2015 2016

Sumber: Data diolah

Senada dengan jumlah reksadana syariah yang tercatat di Pasar Modal

Indonesia, berdasarkan grafik di atas, total Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana

syariah selama periode tahun 2011 hingga 2014 juga mengalami peningkatan yang

signifikan. Pada tahun 2012, total NAB reksadana syariah mencapai Rp 8.050,07

4
Miliar (3,79% dari total NAB reksadana) atau meningkat sebesar 30,87% jika

dibandingkan dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) tahun 2011 yang hanya mencapai

Rp 5.564,79 Miliar. Pada tahun 2015, meskipun jumlah reksadana syariah

meningkat, namun tidak demikian dengan total NAB reksadana syariah yang hanya

mencapai Rp 11.019,43 atau menurun sebesar 1,24% dari tahun 2014 yang

mencapai Rp 11. 158,00 Miliar.

Pertumbuhan yang cukup pesat dari reksadana syariah memberikan sinyal

yang cukup menarik bagi pengembangan Pasar Modal Indonesia. Hal ini akan

mendorong semakin kompetitifnya biaya modal perusahaan melalui perubahan

struktur pasar sumber permodalan perusahaan, dan sekaligus mendorong

mobilisasi dana masyarakat untuk menjadi alternatif sumber pembiayaan (Dariyus,

2012: 6). Salah satu variabel yang dapat dijadikan sebagai alat untuk menganalisis

pertumbuhan reksadana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB).

Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan salah satu tolok ukur dalam

memantau hasil investasi atas reksadana. NAB/Unit Penyertaan adalah harga wajar

dari portofolio suatu reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian

dibagi jumlah Unit Penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada suatu

periode. NAB dilaporkan Manajer Investasi ke Bank Kustodian. Bank Kustodian

adalah lembaga keuangan yang khusus menangani dan mencatat aset-aset Manajer

Investasi untuk kemudian diumumkan ke publik melalui surat kabar setiap hari.

(Kurniasih & Johannes, 2015: 137)

5
NAB dapat berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek

dari portofolio. Jika NAB meningkat, mengindikasikan bahwa adanya peningkatan

terhadap nilai investasi pemegang saham per Unit Penyertaan. Sebaliknya, jika

NAB menurun, mengindikasikan bahwa adanya penurunan nilai investasi

pemegang saham per Unit Penyertaan. Perubahan-perubahan tersebut tidak terlepas

dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, baik itu berasal dari emiten yang

menerbitkan efek maupun yang berasal dari kondisi perekonomian Indonesia

(makro ekonomi), misalnya seperti suku bunga, inflasi, dan nilai tukar rupiah.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2012) menyatakan bahwa Bank

Indonesia (BI) rate mempunyai korelasi negatif signifikan terhadap pembentukkan

NAB reksadana. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencermikan sikap

atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh bank Indonesia dan

diumumkan kepada publik. Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi

seseorang atau rumah tangga dalam mengkonsumsi. Suku bunga juga dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi bagi pengusaha untuk melakukan investasi

pada proyek baru, perluasan usaha atau menundanya. Ketika suku bunga dinaikkan,

investor cenderung lebih suka menyimpan uang mereka di bank karena akan

mendapatkan return yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga diturunkan, investor

akan mengalihkan dananya pada sektor lain yang lebih menguntungkan daripada

perbankan misalnya seperti pasar modal. Dengan beralihnya investor pada pasar

modal, maka akan menaikkan pula NAB reksadana yang menjadi bagian dari pasar

modal.

6
Selain itu, Penelitian yang dilakukan oleh Maulana (2013) menyatakan

bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif signifikan terhadap kinerja reksadana

saham. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi merupakan kenaikan harga

barang dan jasa secara umum di mana barang dan jasa tersebut merupakan

kebutuhan pokok masyarakat atau turunnya daya jual mata uang suatu negara.

Sedangkan menurut Bank Indonesia, secara sederhana inflasi diartikan sebagai

meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari

satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali kenaikan itu meluas

(atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya.

Kondisi inflasi yang tinggi berdampak pada kenaikan harga barang secara

umum yang mempengaruhi biaya produksi dan harga jual barang semakin

meningkat. Harga jual yang tinggi menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat

(loss of purchasing power) terhadap barang-barang kebutuhan pokok karena

masyarakat lebih berhati-hati dalam membelanjakan uangnya. Hal ini dapat

mempengaruhi keuntungan perusahaan, dan harga portofolio reksadana syariah

yang menurun berdampak pada NAB reksadana syariah.

Di sisi lain, Penelitian yang dilakukan oleh Aurora dan Riyadi (2013)

menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempengaruhi indeks LQ-45 dengan

korelasi negatif signifikan. Menurut Sukirno (2008), kurs valuta asing adalah

jumlah uang yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk

memperoleh satu unit mata uang asing. Dalam perkembangannya, sistem nilai tukar

memiliki berbagai macam bentuk, namun sistem nilai tukar mengambang (floating

7
exchange rate system) merupakan sistem nilai tukar yang paling banyak digunakan

di berbagai negara. Dalam sistem ini, nilai tukar ditetapkan berdasarkan pada

permintaan dan penawaran pasar.

Perubahan kurs akan mempengaruhi keputusan investor dalam berinvestasi.

Apabila nilai tukar rupiah melemah, maka hutang yang harus dibayar perusahaan

akan meningkat sehingga kinerja perusahaan dan investasi akan menurun.

Akibatnya, harga portofolio menurun, dan berimbas pada menurunnya NAB

reksadana syariah. Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah menguat, maka akan

menurunkan biaya-biaya produksi terutama biaya impor bahan baku. Hal ini akan

memberikan dampak positif bagi laba perusahaan sehingga dapat meningkatkan

harga portofolio dan berimbas pada meningkatnya NAB reksadana syariah.

Saat ini, ada banyak pilihan reksadana syariah yang ditawarkan kepada

masyarakat Indonesia. Tahun 2016 merupakan tahun yang cukup baik bagi industri

reksadana di mana semua jenis reksadana secara rata-rata membukukan kinerja

positif. Namun demikian, terdapat fenomena menarik, yaitu justru rata-rata

reksadana campuran yang memberikan kinerja tertinggi sebesar 9,29% di atas rata-

rata reksadana saham yang hanya memberikan kinerja 7,7%. (Hendrayana, 2017)

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Pengaruh Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai

Tukar Rupiah (Kurs) Terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Campuran Syariah Periode 2014-2016”.

8
B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan

diteliti dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut di bawah ini:

1. Apakah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) secara simultan atau bersama-

sama memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Campuran

Syariah?

2. Apakah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) secara parsial atau individu

memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB Reksadana Campuran

Syariah?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan diperoleh dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Mengetahui secara simultan atau bersama-sama pengaruh BI rate, Inflasi,

dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Campuran Syariah.

b. Mengetahui secara parsial atau individu pengaruh BI rate, Inflasi, dan Nilai

Tukar (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran

Syariah.

9
2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat baik secara ilmiah

maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

pustaka sebagai pengetahuan di bidang investasi pasar modal khususnya

dalam reksadana syariah, serta dapat menjadi bahan rujukan dalam

melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi penulis, menambah wawasan penulis dalam bidang bank dan lembaga

keuangan lain, serta menerapkan ilmu yang telah didapat selama mengikuti

perkuliahan.

c. Bagi praktisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada

lembaga terkait tentang faktor-faktor yang mempengaruhi NAB reksadana

syariah. Penelitian ini diharapkan juga dapat menjadi bahan evaluasi bagi

investor sebelum berinvestasi di reksadana syariah.

10
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Reksadana Syariah

1. Pengertian Reksadana Syariah

Reksadana di Inggris dikenal dengan sebutan unit trust yang berarti unit

(saham) kepercayaan, di Amerika dikenal dengan sebutan mutual fund yang

berarti dana bersama, dan di Jepang dikenal dengan sebutan investment fund

yang berarti pengelolaan dana untuk investasi berdasarkan kepercayaan. Secara

Bahasa, reksadana tersusun dari dua konsep, yaitu reksa yang berarti jaga atau

pelihara dan konsep dana yang berarti himpunan uang. Dengan demikian secara

bahasa reksadana berarti kumpulan uang yang dipelihara.

Menurut Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 1,

ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun

dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam

portofolio efek oleh Manajer Investasi”. Dan dapat ditambahkan “di mana

kekayaan bersama milik pemodal akan disimpan dan diadministrasikan oleh

Bank Kustodian”.

Berdasarkan pengertian di atas, penting untuk digarisbawahi, dengan

memakai istilah “wadah” jelaslah bahwa reksadana adalah suatu bentuk hukum

yang terpisah dari perusahaan Manajer Investasi ataupun Bank Kustodian. Jadi

reksadana bukanlah suatu perusahaan efek, namum suatu wadah hukum untuk

11
menghimpun dana (Pandia, Ompusunggu, & Abror, 2009: 147-148). Selain itu,

perlu digarisbawahi pula, bahwa di dalam reksadana, dana yang dihimpun

adalah dana dari masyarakat pemodal dan diinvestasikan ke dalam portofolio

efek. Yang dimaksud dengan portofolio efek adalah kumpulan surat berharga

seperti saham, obligasi, surat pengakuan utang, surat berharga komersial, tanda

bukti utang yang dimiliki oleh pihak penginves (Muhamad, 2016: 576).

Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No. 20/ DSN-MUI/ IV/

2001, reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut ketentuan

dan prinsip syariat Islam, baik dalam bentuk akad, antara pemodal sebagai

pemilik harta (shahibul maal) dan Manajer Investasi sebagai wakil shahibul

maal, maupun antara Manajer Investasi sebagai shahibul maal dan pengguna

investasi.

Berikut beberapa istilah yang sering muncul dalam reksadana syariah

antara lain: (Soemitra, 2016)

a. Manajer Investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola

portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi

kolektif untuk sekelompok nasabah.

b. Emiten adalah perusahaan yang menerbitkan efek untuk ditawarkan kepada

publik.

c. Mudharabah atau qirad adalah suatu akad atau sistem di mana seseorang

memberikan hartanya kepada orang lain untuk dikelola dengan ketentuan

bahwa keuntungan yang diperoleh dibagi antara kedua pihak, sesuai dengan

12
syarat-syarat yang disepakati oleh kedua belah pihak, sedangkan kerugian

ditanggung oleh pemilik dana sepanjang tidak ada kelalaian dari mudharib.

d. Prospektus adalah setiap infromasi tertulis sehubungan dengan penawaran

umum dengan tujuan agar pihak lain membeli efek.

e. Bank Kustodian adalah pihak yang kegiatan usahanya memberikan jasa

penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lain,

termasuk menerima dividen, dan hak-hak lain, menyelesaikan transaksi

efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.

Mekanisme operasional yang diterapkan di reksadana syariah adalah

dengan menggunakan akad wakalah. Akad wakalah dilakukan antara Manajer

Investasi dan pemodal. Dengan akad wakalah ini, pemodal memberikan mandat

kepada Manajer Investasi untuk melaksanakan investasi bagi kepentingan

pemodal, pemodal yang telah memberikan atau menitipkan dananya akan

mendapatkan jaminan bahwa seluruh dananya akan disimpan, dijaga, dan

diawasi oleh Bank Kustodian. Pemodal akan mendapatkan bukti kepemilikan

berupa Unit Penyertaan reksadana syariah. Sedangkan antara Manajer Investasi

dan pengguna investasi menggunakan akad mudharabah. Manajer Investasi

sebagai wakil investor dapat menginvestasikan dana yang terkumpul pada

instrumen keuangan yang sesuai dengan syariat Islam. (DSN, 2006: 115)

2. Jenis-jenis Reksadana Syariah

Pada prinsipnya, reksadana syariah sama dengan reksadana

konvensional. Keduanya bertujuan mengumpulkan dana dari masyarakat, yang

13
kemudian dikelola oleh manajer investasi. Perbedaannya terletak pada

kebijakan investasi reksadana syariah yang berlandaskan prinsip-prinsip

syariah, dan investasi yang dipilih dalam portofolio harus berkategori halal.

Diberlakukannya Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 memberikan

jaminan bahwa keberadaan reksadana secara hukum dapat

dipertanggungjawabkan. Reksadana dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(Hamid, 2009: 82)

a. Reksadana berdasarkan Bentuk Hukum

1) Reksadana berbentuk Perseroan

Reksadana suatu perusahaan dari sisi bentuk hukum tidak

berbeda dengan perusahaan lainnya. Perbedaan terletak pada jenis

usaha, yaitu pengelolaan portofolio investasi. Di mana reksadana yang

berbentuk perusahaan penerbit reksadana, kegiatan usahanya adalah

menghimpun dana dan menjual saham. Selanjutnya, dana dari penjualan

saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang

diperdagangkan di pasar modal dan pasar uang. (Aziz, 2010: 141)

Reksadana semacam ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

Pertama, bentuk hukumnya adalah Perseroan Terbatas (PT); kedua,

pengelolaan kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara direksi

perusahaan dan manajer investasi yang ditunjuk; dan ketiga, penyimpan

kekayaan reksadana didasarkan pada kontrak antara Manajer Investasi

dan Bank Kustodian. (Manan, 2012: 307)

14
2) Reksadana Kontrak Investasi Kolektif (KIK)

Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)

merupakan instrumen penghimpunan dana dengan menerbitkan Unit

Penyertaan kepada masyarakat pemodal dan selanjutnya dana tersebut

diinvestasikan pada berbagai jenis investasi baik di pasar modal maupun

pasar uang. (Aziz, 2010: 142)

Reksadana berbentuk KIK dibentuk antara manajer investasi

dan Bank Kustodian. Manajer investasi bertugas dan bertanggung

jawab dalam mengelola portofolio reksadana. Adapun Bank Kustodian

bertugas dan bertanggung jawab dalam pengadministrasian dan

menyimpan kekayaan reksadana. Setelah mendapat izin dari

BAPEPAM, Manajer Investai dapat melakukan penawaran umum.

Sebagai bukti penanaman modal, investor memperoleh Unit

Penyertaan. (Manan, 2012: 309)

b. Reksadana berdasarkan Sifat Operasional

Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat dibedakan

menjadi reksadana tertutup dan reksadana terbuka Reksadana tertutup

adalah reksadana yang tidak dapat membeli kembali dan tidak melakukan

redemption saham-saham yang telah dijual kepada investor. Karakteristik

reksadana ini adalah:

1) Saham reksadana dicatat di bursa efek,

2) Pada umumnya hanya satu kali melakukan penawaran,

15
3) Pemodal tidak dapat menjual kembali saham reksadana yang

dimilikinya kepada perusahaan reksadana atau manajer investasi,

4) Jual beli saham reksadana dilakukan di bursa efek dengan harga diatas

atau dibawah dari NAB,

5) NAB bergantung dari nilai harga pasar, tidak harus selalu sama dengan

NAB.

Sementara itu, reksadana terbuka adalah reksadana yang dapat

menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai

dengan sejumlah modal yang telah dikeluarkan. Karakteristik reksadana ini

adalah:

1) Saham reksadana tidak dicatat di bursa efek,

2) Pemilik modal dapat menjual kembali saham reksadana yang

dimilikinya kepada manajer investasi atas beban rekening reksadana

atau rekening sendiri,

3) Harga jual beli saham reksadana berdasarkan NAB. (Rodoni, 2009: 83-

85)

Berikut ini perbedaan antara reksadana tertutup dan reksadana

terbuka: (Aziz, 2010: 147)

16
Tabel 2.1
Perbedaan Reksadana Tertutup dengan Reksadana Terbuka

Reksadana Reksadana
Keterangan
Tertutup Terbuka
Dengan nilai
Nominal saham Tanpa nilai nominal
nominal
Harga saham
Sesuai harga pasar Sesuai NAB
diperdagangkan
Dengan premium,
Premium harga saham
diskon atau nilai Tanpa premium
terhadap NAB
premium
Ditentukan oleh
NAB awal Rp 1.000
perseroan
Ditransaksikan efek Ya Tidak
Dividen income,
Dividen, capital gain
Komponen return on capital gain
serta saham bonus
distribution, NCIN
Tidak
Mempengaruhi
mempengaruhi
Pengaruh transaksi harga saham karena
harga saham karena
dalam jumlah banyak berdasarkan demand
diperdagangkan
and supply
menurut NAB
Melalui penawaran Ditawarkan kepada
Sifat penawaran saham umum seperti right investor secara
issue terus-menerus
Frekuensi menghitung
Seminggu sekali Setiap hari
NAB
Pemegang saham
Pemegang saham
Proses pembelian dapat menjual
menjual melalui
kembali kembali kepada
bonus
perusahaan
Terjadi aliran dana
Aliran dana Tidak ada aliran dana
terus-menerus
Izin operasional Izin dari Bapepam Izin dari Bapepam
Pasar modal dan Pasar modal dan
Reinvestasi dana
pasar uang pasar uang
Modal yang disetor
Minimum 1% dari Minimum 1% dari
penuh pada saat
modal dasar modal dasar
pendirian

17
Pada dasarnya, reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi

secara terbuka maupun tertutup. Sedangkan reksadana berbentuk KIK

hanya dapat beroperasi secara terbuka.

c. Reksadana berdasarkan Jenis Investasi

Didalam reksadana, dapat dibedakan satu dengan yang lainnya

berdasarkan pada pemilihan jenis dan komposisi efek dalam portofolio

investasi yang dipilih oleh manajer investasi. Jenis-jenis reksadana syariah

dapat dikembangkan menjadi: (Susyanti, 2016: 225-227)

Reksadana Pendapatan Tetap-Tanpa Unsur Saham adalah

reksadana yang mengambil strategi investasi dengan tujuan untuk

mempertahankan nilai awal modal dan pendapatan yang tetap. Reksadana

ini dapat dengan mudah mempertahankan nilai awal modal karena tidak

memiliki risiko kerugian yang umumnya dapat ditimbun oleh efek saham.

Namun reksadana ini sulit untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari

tingkat suku bunga pinjaman.

Reksadana Pendapatan Tetap-Dengan Unsur Saham, yaitu

reksadana yang apabila dalam alokasi investasi ditentukan bahwa sekurang-

kurangnya 80% dari nilai aktivanya diinvestasikan dalam efek saham dan

sisanya dapat diinvestasikan (seluruhnya atau sebagian) dalam efek hutang.

Karena dapat memiliki saham yang secara umum mempunyai risiko yang

lebih tinggi. Reksadana ini sangat sesuai bagi pemodal yang tidak

berkeberatan untuk menanggung risiko kehilangan sebagian kecil dari

18
modal atau dana awal untuk mendapatkan kemungkinan memperoleh

pendapatan yang cukup besar dibandingkan dengan bagi hasil investasi di

deposito.

Reksadana Saham adalah reksadana yang disebut juga reksadana

jenis ekuitas. Reksadana ini harus menginvestasikan sekurang-kurangnya

80% dari asetnya dalam efek ekuitas atau saham. Mengingat investasi di

saham memiliki karakteristik risiko hasil yang lebih tinggi dibandingkan

dengan investasi efek hutang atau pasar uang, maka reksadana saham dalam

jangka panjang secara teratur menyisihkan pendapatan sebagai sumber daya

investasi. Reksadana syariah hanya akan membeli efek yang diterbitkan

oleh perusahaan yang sesuai dengan syariat Islam.

Reksadana Campuran, reksadana ini mempunyai kebebasan

dalam menentukan alokasi aset sehingga dapat sewaktu-waktu mempunyai

portofolio investasi dengan mayoritas saham dan di lain waktu merubah

sehingga menjadi mayoritas obligasi. Dengan demikian, jika nilai dana

sedang tinggi, maka pasar modal umunya lesu dan harga saham cenderung

menurun. Sebaliknya, jika biaya dana sedang rendah, maka pasar modal

umunya akan bergairah dan harga saham cenderung meningkat.

3. Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

Kinerja investasi pengelolaan portofolio reksadana secara sederhana

tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB). Baik tidaknya kinerja investasi

portofolio yang dikelola oleh Manajer Investasi dipengaruhi oleh kebijakan dan

19
strategi investasi yang dijalankan oleh Manajer Investasi yang bersangkutan.

NAB reksadana terbuka per saham dihitung setiap hari dan diumumkan kepada

masyarakat, sedangkan NAB reksadana tertutup dihitung cukup hanya satu kali

dalam seminggu (Nugraha, 2015: 11). Harga aset-aset pada portofolio akan

mempengaruhi reksadana, dengan kata lain nilai aset pada portofolio

berbanding lurus dengan NAB.

Menurut Alwi (Tricahyadinata, 2016), Nilai Aktiva Bersih (NAB)

merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada.

Sedangkan, NAB per unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu

reksadana setelah dikurangi biaya operasional kemudian dibagi jumlah unit

penyertaan yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat tersebut. NAB tidak

bisa dipisahkan dari reksadana karena ini merupakan salah satu tolak ukur

dalam memantau hasil dari suatu reksadana. Rumus untuk menghitung NAB

adalah sebagai berikut:

NAB = Nilai Aktiva − Total Kewajiban

Perhitungan NAB reksadana telah memasukkan semua biaya

pengelolaan investasi oleh Manajer Investasi, biaya Bank Kustodian, biaya

akuntan publik, dan biaya-biaya lainnya. Besarnya NAB dapat befluktuasi

setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dalam portofolio.

Meningkatnya NAB mengindikasikan meningkatnya investasi pemegang unit

penyertaan dan begitu pun sebaliknya.

20
4. Manfaat dan Risiko Reksadana

Menurut Haryo Suwahyo (Manan, 2012: 311), terdapat beberapa

manfaat yang diperoleh investor apabila berinvestasi di reksadana, antara lain:

a. Dapat mendiversifikasi portofolio secara cepat;

b. Keluwesan untuk menukarkan ke jenis portofolio investasi lainnya dalam

satu group reksadana atau diperjualbelikan pada penerbitnya;

c. Kecepatan dalam proses penjualan dan pembelian;

d. Manajemen profesional yang mendapatkan izin otoritas bursa;

e. Banyaknya pilihan dari beragamnya investasi usaha reksadana yang kini

mulai tumbuh pesat.

Farid dan Siswanto (Manan, 2012: 311), menegaskan beberapa manfaat

lain dari reksadana, yaitu sebagai berikut:

a. Peningkatan buying power, melalui reksadana buying power meningkat

dibanding investasi secara individu.

b. Keterbukaan investasi. Pengelolaan reksadana memberikan informasi yang

transparan kepada nasabah mengenai semua aspek investasi, risiko

portofolio, dan biaya-biaya.

c. Manfaat perlindungan investor melalui peraturan yang telah dikeluarkan

oleh BAPEPAM.

Di samping manfaat-manfaat yang investor akan dapatkan, terdapat

juga beberapa risiko dalam melakukan investasi di reksadana, di antaranya

sebagai berikut: (Huda & Nasution, 2014: 116-117)

21
a. Risiko Perubahan Kondisi Ekonomi dan Politik; Sistem ekonomi terbuka

yang dianut oleh Indonesia sangat rentan terhadap perubahan ekonomi

internasional. Perubahan tersebut dapat memepengaruhi kinerja

perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan-perusahaan

yang tercatat di bursa Efek Indonesia yang secara tidak langsung akan

mempengaruhi kinerja portofolio reksadana.

b. Risiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan; Nilai Unit Penyertaan

reksadana dapat berfluktuasi akibat kenaikan atau penurunan Nilai Aktiva

Bersih Reksadana.

c. Risiko Wanprestasi oleh Pihak-pihak Terkait; Risiko ini dapat terjadi

apabila rekan usaha Manajer Investasi gagal memenuhi kewajibannya.

d. Risiko Likuiditas; Penjualan kembali tergantung kepada likuiditas dari

portofolio atau kemampuan Manajer Investasi untuk membeli kembali

dengan menyediakan uang tunai.

e. Risiko Kehilangan Kesempatan Transaksi Investasi pada Saat Pengajuan

Klaim Asuransi; Dalam hal terjadinya kerusakan atau kehilangan atas surat-

surat berharga dan aset reksadana yang disimpan di Bank Kustodian, Bank

Kustodian dilindungi oleh asuransi yang akan menanggung biaya

penggantian surat-surat berharga tersebut. Selama tenggang waktu tersebut,

Manajer Investasi tidak dapat melakukan transaksi investasi atas surat-surat

berharga tersebut.

22
B. Suku Bunga (BI Rate)

1. Pengertian Suku Bunga

Suku bunga dapat mempengaruhi keputusan ekonomi seseorang atau

rumah tangga dalam mengkonsumsi. Suku bunga juga dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi bagi pengusaha untuk melakukan investasi pada proyek

baru, perluasan usaha atau menundanya. Ketika suku bunga tinggi, masyarakat

biasanya akan lebih suka menyimpan uang mereka di bank karena akan

mendapat bunga yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga rendah, masyarakat

cenderung tidak tertarik lagi untuk menyimpan uang di bank dan berinvestasi

di tempat lain yang lebih menguntungkan. (OJK, 2016: 8)

Secara leksikal, bunga sebagai terjemahan dari kata interest. Secara

istilah sebagaimana diungkapkan dalam suatu kamus dinyatakan, bahwa

‘interest is a charge for a financial loan, usually a percentage of the amount

loaned’. Artinya bunga adalah tanggungan pada pinjaman uang yang biasanya

dinyatakan dengan persentase dari uang yang dipinjamkan. (Muhamad, 2016:

135)

Bunga merupakan hal penting bagi suatu bank dalam penarikan dan

penyaluran dana. Penarikan tabungan dan penyaluran kredit selalu

dihubungkan dengan tingkat suku bunganya. Bunga bagi bank bisa menjadi

biaya (cost of fund) yang harus dibayarkan kepada nasabah penabung, tetapi di

lain pihak, bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari

debitur karena kredit yang diberikannya. (Hasibuan, 2015: 18)

23
Dalam kegiatan perbankan konvensional, terdapat dua macam bunga

yang diberikan kepada nasabah, yaitu: (Kasmir, 2014: 154)

a. Bunga Simpanan; merupakan harga beli yang harus dibayar bank kepada

nasabah pemilik simpanan. Bunga ini diberikan sebagai rangsangan atau

balas jasa kepada nasabah yang menyimpan uang di bank.

b. Bunga Pinjaman; merupakan bunga yang dibebankan kepada para

peminjam (debitur) atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah

peminjam kepada bank.

Lalu, mengapa bank meminta bunga atas uang yang dipinjamkan

kepada debitur? Hal ini dapat dijelaskan menurut Teori Bunga, antara lain

sebagai berikut: (Hasibuan, 2015: 19)

a. Teori Nilai

Teori ini didasarkan pada anggapan bahwa nilai ‘sekarang (present

value) lebih besar daripada nilai yang akan datang (future value)’.

Perbedaan nilai ini harus mendapat penggantian dari peminjam atau debitur.

Penggantian nilai inilah yang dimaksudkan dengan bunga.

b. Teori Pengorbanan

Teori ini didasarkan pada pemikiran bahwa ‘pengorbanan yang

diberikan seharusnya mendapatkan balas jasa berupa pembayaran’. Teori

ini mengemukakan bahwa jika pemilik uang meminjamkan uangnya kepada

debitur, selama uang tersebut belum dikembalikan, kreditur tidak dapat

mempergunakan uang tersebut; inilah yang harus dibayar debitur.

24
c. Teori Laba

Teori ini mengemukakan bahwa bunga ada karena adanya motif laba

yang ingin dicapai. Dalam teori ini, laba merupakan pendorong terciptanya

bunga baik bagi pengusaha maupun masyakat SSU (surplus spending unit)

untuk menabungkan uangnya secara efektif dan produktif.

2. Jenis-jenis Bunga

a. Jenis-jenis Bunga Secara Umum

Dalam pasar keuangan, berbagai macam bunga disediakan para

debitur kepada para kreditur untuk melakukan investasi. Secara umum

dikenal lima macam bunga, yaitu: (OJK, 2016: 10-12)

1) Bunga Kupon (Coupon Rate)

Bunga kupon adalah tingkat bunga yang dijanjikan oleh penerbit

sekuritas sesuai dengan kontrak. Penerbit kontrak atau debitur

menyetujui untuk melakukan pertukaran obligasi sekuritas lain.

2) Bunga Sederhana

Bunga sederhana digunakan untuk membebankan kepada

debitur terhadap bunga pinjaman atau obligasi selama jangka waktu

pinjaman. Jumlah pembayaran bunga akan menurun apabila sebagian

pinjaman dilunasi.

3) Add – on Rate of Interest

Add – on Rate of Interest ini meningkatkan jumlah bunga efektif

yang harus dibayar. Sebab jumlah pokok pinjaman dihitung selama satu

25
tahun untuk membebankan bunga. Meskipun pokok pinjaman telah

diangsur, bunga yang harus dibayar sebesar satu tahun.

4) Metode Diskon (Disount Method)

Dalam metode ini, bunga ditentukan sebelum pinjaman

dikeluarkan. Kemudian, bunga dikurangkan dari jumlah pokok

pinjaman. Selanjutnya, selisih diberikan kepada debitur.

5) Compound Interest

Beberapa institusi keuangan membayar compound interest

kepada para nasabahnya pada tanggal tertentu. Pada metode ini, pokok

pinjaman akan meningkat menjadi jumlah pokok pinjaman ditambah

besarnya bunga. Jadi, bunga yang dibebankan pada periode tersebut

akan menambah jumlah pokok untuk perhitungan jumlah bunga periode

selanjutnya.

b. Jenis-jenis Bunga Berdasarkan Pembebanan Suku Bunga Kredit

Pembebanan besaran suku bunga kredit dibedakan kepada jenis

kreditnya. Adapun metode pembebanan bunga yang dimaksud adalah

sebagai berikut: (Kasmir, 2014: 160-161)

1) Flat Rate

Jenis flat rate ini diberikan kepada kredit yang bersifat

konsumtif seperti pembelian rumah atau mobil. Di mana pembayaran

pokok pinjaman dan pembebanan bunga setiap bulan bersifat tetap

sehingga jumlah angsuran setiap bulannya sama sampai kredit tersebut

26
lunas.

2) Sliding Rate

Jenis sliding rate ini biasanya diberikan kepada sektor produktif.

Di mana pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisa pinjamannya

sehingga jumlah bunga yang dibayar nasabah setiap bulan menurun

seiring dengan pokok pinjaman. Akan tetapi, pembayaran pokok

pinjaman setiap bulan sama.

3) Floating Rate

Floating rate menetapkan besar kecilnya bunga kredit dikaitkan

dengan bunga yang berlaku di pasar uang sehingga bunga yang dibayar

setiap bulan sangat tergantung dari bunga pasar pada bulan tersebut.

Jumlah bunga yang dibayarkan dapat lebih tinggi atau lebih rendah atau

sama dari bulan yang bersangkutan. Hal ini juga berpengaruh terhadap

angsuran setiap bulan, yaitu bias tetap, naik atau turun.

3. Bank Indonesia (BI) Rate

Bank Indonesia (BI) rate adalah suku bunga kebiakan yang

mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI rate diumumkan oleh Dewa

Gubernur Bank Indonesia melalui Rapat Dewan Gubernur yang diadakan setiap

bulan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan melalui

pengelolaan likuiditas di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional

kebijakan moneter. BI rate mulai diimplementasikan sejak tahun 2005 (OJK,

27
2016: 23). Namun, pada April 2016, Bank Indonesia menetapkan 7 days

Reverse Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan yang baru pengganti BI rate

untuk transmisi kebijakan. Perubahan suku bunga ini sudah berlaku efektif

mulai tanggal 19 Agustus 2016 (Zuraya, 2016).

C. Inflasi

1. Pengertian Inflasi

Inflasi adalah suatu kondisi atau keadaan terjadinya kenaikan harga

untuk semua barang secara terus menerus yang berlaku pada suatu

perekonomian tertentu. Kenaikan harga dari satu atau dua jenis barang tidak

dapat disebut sebagai inflasi, kecuali kenaikan harga barang tersebut

menyebabkan kenaikan sebagian besar harga barang-barang lain.

Pada saat tingkat harga secara umum naik, pembeli harus mengeluarkan

lebih banyak uang untuk jumlah barang dan jasa yang sama. Jika konsumen

tidak dapat menemukan uang lebih untuk membeli barang demi

mempertahankan tingkat pembelanjaannya, mereka akan membatasi pembelian

dengan membeli lebih sedikit yang kemudian pada akhirnya akan membatasi

kemampuan penjual untuk menaikkan harga. Berdasarkan penjelasan di atas,

ciri-ciri inflasi adalah: (Karya & Syamsuddin, 2016: 89)

a. Jumlah uang beredar lebih banyak dibandingkan dengan jumlah barang

beredar; aggregate demand (AD) lebih besar dari aggregate supply (AS).

28
b. Harga cenderung naik secara terus menerus. Dengan demikian, jika harga

naik hanya seketika dan kemudian turun kembali atau harga naik tidak

terus-menerus, maka belum dapat dikatakan terjadinya inflasi.

c. Nilai tukar uang mengalami penurunan.

Penentuan parah tidaknya inflasi sangat relatif, tidak hanya dilihat dari

sudut laju inflasi saja. Pihak-pihak yang menanggung beban atau memperoleh

keuntungan dari inflasi tersebut perlu diperhatikan. Menurut Samuelson dan

Nordhaus (Kuncoro, 2015: 45), inflasi dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

a. Low Inflation atau disebut juga inflasi satu digit (single digit inflation),

yaitu inflasi di bawah 10%.

b. Galloping inflation atau double digit bahkan triple digit inflation yang

didefinisikan antara 10%-200% per tahun.

c. Hyperinflation, yaitu inflasi di atas 200% per tahun.

Menurut para ekonom Islam, inflasi berakibat sangat buruk bagi

perekonomian karena: (Karim, 2015: 139)

a. Menimbulkan gangguan terhadap fungsi uang, terutama terhadap fungsi

tabungan, fungsi dari pembayaran di muka, dan fungsi dari unit

perhitungan. Orang harus melepaskan diri dari uang dan aset keuangan

akibat dari beban inflasi tersebut.

b. Melemahkan semangat menabung dan sikap terhadap menabung dari

masyarakat (turunnya marginal propensity to save).

29
c. Meningkatnya kecenderungan untuk berbelanja terutama untuk kebutuhan

non-primer dan barang-barang mewah (naiknya marginal propensity to

consume).

d. Mengarahkan investasi pada hal-hal yang non-produktif yaitu penumpukan

kekayaan (hoarding) seperti: tanah, bangunan, logam mulia, mata uang

asing dengan mengorbankan investasi ke arah produktif seperti: pertanian,

industrial, perdagangan, transportasi, dan lainnya.

2. Jenis-jenis dan Indikator Inflasi

a. Inflasi Berdasarkan Karakteristik Pergerakan Harga Komoditas

Pengelompokan ini berdasarkan faktor-faktor penyebab inflasi,

yaitu faktor fundamental ekonomi yang berdampak pada munculnya

tekanan inflasi yang bersifat permanen atau faktor nonfundamental yang

berdampak pada munculnya tekanan inflasi yang bersifat sementara.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi ini dikategorikan menjadi tiga,

yaitu:

1) Inflasi Inti (core inflation) adalah inflasi yang perkembangan harganya

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi secara umum yang akan

berdampak pada perubahan harga-harga secara umum dan lebih bersifat

permanen.

2) Inflasi Makanan yang Bergejolak (volatile food inflation) adalah

inflasi kelompok makanan yang perkembangan harganya sangat

30
bergejolak karena faktor-faktor tertentu (seperti musim panen,

gangguan distribusi, bencana alam, dan hama).

3) Inflasi Harga yang Diatur (administered price inflation) adalah

kelompok komoditas yang perkembangan harganya diatur oleh

pemerintah.

b. Inflasi Berdasarkan Sumbernya

Menurut Boediono (Kuncoro, 2015: 46), inflasi dapat dikategorikan

menjadi dua, yaitu:

1) Inflasi Tarikan Permintaan (demand pull inflation), yaitu kenaikan

harga-harga karena tingginya permintaan, sementara barang tidak

tersedia cukup.

2) Inflasi Dorongan Biaya (cost push inflation), yaitu karena biaya atau

harga faktor produksi meningkat. Akibatnya, produsen harus

menaikkan harga supaya mendapatkan laba dan produksi dapat

berlangsung.

c. Indikator Inflasi

Ada beberapa indikator ekonomi makro yang digunakan untuk

mengetahui laju inflasi selama satu periode tertentu. Di antaranya sebagai

berikut: (Rahardja & Manurung, 2014: 185-187)

1) Indeks Harga Konsume (IHK)

Indeks Harga Konsume (IHK) adalah angka indeks yang

menunjukkan tingkat harga barang dan jasa yang harus dibeli konsumen

31
dalam satu periode tertentu. Di Indonesia, perhitungan IHK dilakukan

dengan mempertimbangkan sekitar beberapa ratus komoditas pokok

dan tingkat inflasi di kota-kota besar. Berikut rumus perhitungan IHK:

IHK − IHK −1
Inflasi = × 100%
IHK −1

2) Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

Jika IHK melihat inflasi dari sisi konsumen, maka IHPB melihat

inflasi dari sisi produsen. IHPB menunjukkan tingkat harga yang

diterima produsen pada berbagai tingkat produsen. Berikut rumus

perhitungan IHPB:

IHPB − IHPB−1
Inflasi = × 100%
IHPB−1

3) Indeks Harga Implisit (IHI)

IHK dan IHPB memberikan gambaran laju inflasi yang sangat

terbatas karena indikator tersebut hanya melingkupi beberapa puluh

atau ratus jenis barang dan jasa di beberapa puluh kota saja. Padahal,

jenis barang dan jasa yang diproduksi atau dikonsumsi dapat mencapai

ribuan atau bahkan lebih. Kegiatan ekonomi juga tidak hanya di

beberapa kota saja, melainkan seluruh pelosok wilayah. Untuk

mendapatkan gambaran inflasi yang paling mewakili keadaan

sebenarnya, ekonom menggunakan IHI (GDP deflator). Berikut rumus

perhitungan IHI:

32
IHI − IHI−1
Inflasi = × 100%
IHI−1

D. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

1. Pengertian Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau

nilai mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain.

Kurs valuta asing dapat juga didefinisikan sebagai jumlah uang domestik yang

dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu

unit mata uang asing (Sukirno, 2015).

Nilai tukar uang merepresentasikan tingkat harga pertukaran dari satu

mata uang ke mata uang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi,

antara lain transaksi perdagangan internasional, turisme, investasi internasional

ataupun aliran uang jangka pendek antarnegara yang melewati batas-batas

geografis ataupun batas-batas hukum. (Yuniarti, 2016: 143)

Penggunaan valuta asing atau mata uang asing sebagai alat pembayaran

dalam perdagangan internasional disyaratkan karena umumnya negara-negara

yang melakukan jual beli hanya menginginkan pembayaran atas barang yang

diberikannya kepada negara lain dengan menggunakan mata uang negaranya,

atau mata uang negara lain yang dianggap perlu atau yang telah ditentukan

sebagai standar, misalnya Yen, USD, dan lain sebagainya.

Dari beberapa banyak mata uang yang beredar di dunia, hanya terdapat

beberapa mata uang yang sering dipergunakan sebagai satuan hitung dan

33
banyak dicari dalam transaksi perdagangan dan alat pembayaran internasional.

Mata uang yang dimaksud umunya adalah mata uang yang berasal dari negara-

negara maju yang perekonomiannya kuat dan relatif stabil, dan biasanya mata

uang tersebut sering mengalami apresiasi (kenaikan nilai) dibandingkan dengan

mata uang lainnya. Mata uang itu diantaranya adalah Yen-Jepang, USD-AS,

Deutchmark-Jerman, Poundsterling-Inggris, Franc-Perancis, dan lain

sebagainya. Mata uang yang dimaksud di atas itulah yang sering disebut

sebagai Hard Currency. (Putong, 2013: 366)

Nilai tukar suatu mata uang dapat ditentukan oleh pemerintah (otoritas

moneter) seperti pada negara-negara yang memakai sistem fixed exchange rate

ataupun ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan-kekuatan pasar yang saling

berinteraksi (bank komersial, perusahaan multinasional, perusahaan

manajemen asset, perusahaan asuransi, bank devisa, bank sentra) serta

kebijakan pemerintah seperti pada negara-negara yang memakai sistem flexible

exchange rate. (Karim, 2015: 157)

Kurs valuta asing dapat mengalami perubahan-perubahan. Kenaikan

nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang asing.

Penurunan nilai tukar uang dalam negeri disebut depresiasi atas mata uang

asing. Adapun devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, sedangkan revaluasi adalah

kebijakan pemerintah untuk menaikkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing (Yuniarti, 2016: 144).

34
Perubahan-perubahan tersebut dipengaruhi oleh: (Murni, 2016: 267-

268)

Tabel. 2.2
Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Perubahan
Faktor- faktor Perubahan yang Terjadi
Kurs
Cita rasa masyarakat • Cita rasa terhadap produk Kurs turun
domestik naik, impor turun.
Permintaan terhadap valuta
asing turun
• Cita rasa terhdapa produk luar Kurs naik
negeri naik, impor naik.
Permintaan terhadap valuta
asing bertambah
Harga barang ekspor • Harga produk domestik murah, Kurs turun
dan impor ekspor turun, supply valuta
asing bertambah
• Harga produk domestic mahal, Kurs naik
ekspor turun, supply valuta
asing berkurang
• Harga barang impor turun, Kurs naik
permintaan valuta asing
bertambah
• Harga barang impor naik, Kurs turun
permintaan valuta asing
berkurang
Terjadinya inflasi • Inflasi menyebabkan harga Kurs naik
produk dalam negeri naik,
impor meningkat, permintaan
valuta asing bertambah
• Inflasi menyebabkan harga Kurs naik
produk domestik naik, ekspor
turun, permintaan valuta asing
bertambah
Suku bunga dan • Suku bunga dan tingkat Kurs naik
tingkat pengembalian pengembalian investasi tinggi,
investasi aliran modal ke dalam negeri
meningkat. Permintaan

35
terhadap mata uang domestik
naik
• Suku bunga dan tingkat Kurs turun
pengembalian investasi rendah,
aliran modal ke luar negeri
meningkat. Permintaan
terhadap valuta asing naik

2. Sistem Nilai Tukar

Dalam suatu negara, satu-satunya institusi resmi yang dapat mengubah

penawaran mata uang adalah Bank Sentral dari negara tersebut. Bank Sentral

dalam kesehariannya acap kali menjual dan membeli mata uang asing. Setiap

Bank Sentral dapat memilih antara dua sistem nilai tukar, yaitu: (Karim, 2015:

160)

a. Fixed Exchange Rate System, yaitu nilai tukar mata uang yang ditetapkan

pada tingkat tertentu terhadap mata uang asing oleh otoritas keuangan suatu

negara.

b. Floating Exchange Rate System, yaitu nilai tukar mata uang suatu negara

ditentukan oleh permintaan dan penawaran mata uang di pasar uang. Dalam

konsep ini, nilai tukar mata uang dibiarkan bergerak secara bebas.

Sedangkan, menurut Nellis (Yuniarti, 2016: 148), sistem nilai tukar

yang digunakan oleh suatu negara adalah sebagai berikut:

a. Nilai Tukar Mengambang (Floating Exchange Rate System)

Sistem nilai tukar mengambang didefinisikan sebagai hasil

keseimbangan yang terus-menerus berubah sesuai dengan berubahnya

permintaan dan penawaran di pasar valuta asing. Dalam sistem ini, nilai

36
mata uang suatu negara ditentukan dari permintaan dan penawaran mata

uangnya dalam bursa pertukaran mata uang internasional.

b. Nilai Tukar Tetap (Fixed Exchange Rate System)

Pemerintah dapat mempertahankan suatu kebijakan yang menjaga

agar nilai mata uangnya tetap pada tingkat yang stabil dengan

mengintervensi di pasar devisa. Pada sistem ini, mata uang suatu negara

ditetapkan secara tetap dengan mata uang asing tersebut.

c. Nilai Tukar Terkendali (Managed Floating Exchange Rate System)

Sistem ini berlaku pada situasi yang menunjukkan bahwa nilai tukar

ditentukan berdasarkan permintaan dan penawaran, tetapi Bank Sentral dari

waktu ke waktu ikut campur tangan untuk menstabilkan nilainya.

E. Hubungan antara Variabel Independen dan Variabel Dependen

1. Bank Indonesia (BI) Rate dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Campuran Syariah

Dari sisi investor, BI rate menjadi penggerak untuk berinvestasi.

Gerakan ini dapat menguatkan investasi ketika BI rate diturunkan sehingga

semua investasi beralih ke Pasar Modal. Seiring dengan itu, maka permintaan

terhadap efek meningkat sehingga harga portofolio reksadana syariah pun

meningkat. Hal ini berimbas pada peningkatan NAB reksadana Syariah.

Sebaliknya, ketika BI rate dinaikkan, investor akan menarik dananya dari Pasar

Modal dan mengalihkannya ke perbankan yang memberikan return lebih tinggi.

37
Hal ini membuat nilai efek dipasaran anjlok, akibatnya harga portofolio

reksadana syariah pun turun dan berimbas pada menurunnya NAB reksadana

syariah. Dengan kata lain, hubungan yang terjadi antara Bank Indonesia (BI)

rate dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana campuran syariah adalah

berlawanan arah. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Nurlaili (2012)

yang menyatakan bahwa Bank Indonesia (BI) rate mempunyai korelasi negatif

signifikan terhadap pembentukkan NAB reksadana.

2. Inflasi dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah

Dari sisi ekonomi, kenaikan inflasi akan menyebabkan harga-harga

barang maupun jasa meningkat. Harga jual yang tinggi menyebabkan

menurunnya daya beli masyarakat sehingga mempengaruhi keuntungan

perusahaan. Selanjutnya, harga portofolio reksadana syariah juga akan dan

diikuti oleh NAB reksadana syariah yang menurun. Di lain sisi, untuk

mengendalikan inflasi yang tinggi, pemerintah akan menaikkan suku bunga

guna mengurangi jumlah uang beredar. Hal ini memungkinkan investor untuk

mengalihkan modalnya ke pasar uang atau perbankan dengan menjual

portofolio yang dimilikinya. Dengan berkurangnya kepemilikan portofolio

reksadana syariah, maka harga portofolio akan turun dan berimbas pada

menurunnya NAB reksadana syariah. Dengan kata lain, hubungan yang terjadi

antara inflasi dan Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana campuran syariah

adalah berlawanan arah. Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Maulana

(2013) yang menyatakan bahwa inflasi memberikan pengaruh negatif

38
signifikan terhadap kinerja reksadana saham.

3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dengan Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Campuran Syariah

Perusahaan yang menggunakan mata uang asing dalam menjalankan

aktivitas operasional dan investasinya akan menghadapi resiko nilai tukar

(kurs). Resiko nilai tukar merupakan resiko yang timbul akibat pengaruh

perubahan nilai tukar mata uang domestik dengan nilai tukar mata uang negara

lain. Perubahan nilai tukar yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan

berpengaruh terhadap nilai perusahaan tersebut. (Rachman dan Mawardi, 2015:

992)

Salah satu faktor yang mempengaruhi nilai mata uang suatu negara

adalah tingkat suku bunga yang mempunyai hubungan erat dengan inflasi.

Ketika inflasi tinggi, maka tingkat bunga cenderung semakin tinggi. Kebijakan

menaikkan tingkat bunga ini bertujuan untuk menekan tingkat inflasi dan

memperkuat kurs mata uang domestik. Dari sisi emiten, pada saat kurs menguat

(nilai tukar mata uang domestik lebih rendah dari nilai sebelumnya), maka akan

menurunkan biaya-biaya produksi terutama biaya impor bahan baku. Dengan

adanya pengurangan biaya bahan baku, maka akan memberikan keuntungan

lebih bagi perusahaan. Hal ini dapat meningkatkan harga portofolio reksadana

syariah sehingga NAB reksadana syariah pun akan meningkat. Dengan kata

lain, hubungan yang terjadi antara Nilai Tukar Rupiah (Kurs) dan Nilai Aktiva

Bersih (NAB) reksadana campuran syariah adalah berlawanan arah.

39
Sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Aurora dan Riyadi (2013) yang

menyatakan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) mempengaruhi indeks LQ-45

dengan korelasi negatif signifikan.

F. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas karena

penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya. Meskipun memiliki

ruang lingkup yang sama, tetapi terdapat perbedaan pada variabel, objek, periode

penelitian, dan penentuan sampel. Berikut ringkasan beberapa penelitian:

Tabel 2.3
Review Penelitian Terdahulu

Metode
No Penulis Judul Kesimpulan
Analisis
1 Ainur Rachman Pengaruh Analisis • Inflasi
dan Imron Inflasi, Nilai regresi linier berpengaruh tidak
Mawardi, JESTT Tukar Rupiah, berganda signifikan
Vol. 2 No. 12, BI Rate • Nilai tukar rupiah
2015 Terhadap Net berpengaruh
Asset Value signifikan
Reksadana • BI rate
Saham Syariah berpengaruh tidak
signifikan
• Inflasi, nilai tukar
rupiah, dan BI rate
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
net asset value
reksadana saham
syariah
2 Denny Pengaruh Analisis • Inflasi
Hermawan dan Inflasi, Suku regresi berpengaruh
Ni Luh Putu Bunga, Ukuran linear negatif terhadap

40
Metode Kesimpulan
No Penulis Judul
Analisis
Wiagustini, E- Reksadana, dan berganda kinerja reksadana
Jurnal Umur saham
Manajemen Reksadana • Suku bunga
UNUD Vol. 5 Terhadap berpengaruh
No. 5, 2016 Kinerja negatif terhadap
Reksadana kinerja reksadana
saham
• Ukuran reksa dana
saham
berpengaruh
positif terhadap
kinerja reksadana
saham
• Umur reksadana
saham
berpengaruh
positif terhadap
kinerja reksadana
saham.
3 Fitria Saraswati, Analisis Analisis • SBIS tidak
Fakultas Pengaruh regresi linier berpengaruh
Ekonomi dan Sertifikat Bank berganda • Inflasi tidak
Bisnis UIN Indonesia berpengaruh
Jakarta, 2013 Syariah, • Nilai tukar rupiah
Inflasi, Nilai berpengaruh
Tukar Rupiah, negatif
dan • Jumlah uang
Jumlah Uang beredar
Beredar berpengaruh
Terhadap positif
Nilai Aktiva • SBIS, inflasi, nilai
tukar rupiah, dan
Bersih
jumlah uang
Reksadana
beredar secara
Syariah simultan
berpengaruh
terhadap NAB
reksadana syariah
4 Kasyfurrohman Pengaruh Analisis • Kurs berpengaruh
Ali dan Dr. Irfan Makroekonomi regresi linier signifikan baik

41
Metode Kesimpulan
No Penulis Judul
Analisis
Syauqi Beik, Terhadap berganda dalam jangka
Iqtishodia Jurnal Reksadana panjang maupun
Ekonomi Islam Syariah jangka pendek
Republika, 2012 • Kurs berpengaruh
signifikan baik
dalam jangka
panjang maupun
jangka pendek
dengan korelasi
positif
• Inflasi
berpengaruh
signifikan dengan
korelasi positif
• IHSG tidak
berpengaruh,
namun secara
signifikan
berpengaruh dalam
jangka panjang
dengan korelasi
negatif
• JII tidak memiliki
pengaruh
signifikan
5 Rowland Pengaruh Suku Analisis • Tingkat suku
Bismark Bunga SBI, regresi bunga SBI
Fernando Tingkat Inflasi, berganda berpengaruh
Pasaribu dan IHSG, dan signifikan
Dionysia Bursa • Inflasi tidak
Kowanda, Jurnal Asing berpengaruh
Akuntansi & Terhadap signifikan
Manajemen, Tingkat • IHSG berpengaruh
2014 Pengembalian signifikan
Reksadana • Bursa asing
Saham berpengaruh
signifikan
• Suku bunga SBI,
tingkat inflasi,
indeks harga

42
Metode Kesimpulan
No Penulis Judul
Analisis
saham gabungan
dan bursa asing
(KLSE dan HSI)
secara simultan
berpengaruh
signifikan terhadap
Tingkat
pengembalian
reksadana saham

Sumber: Data diolah

G. Kerangka Pemikiran Penelitian

Penelitian ini difokuskan untuk menganalisis variabel makroekonomi yang

diduga mempengaruhi NAB reksadana syariah. Adapun variabel-variabel yang

dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu Bank Indonesia (BI) Rate,

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs).

Perkembangan reksadana syariah dapat diukur dengan indikator Nilai

Aktiva Bersih (NAB), di mana semakin tinggi NAB reksadana berarti semakin

berkembang reksadana tersebut. Untuk mengetahui apakah variabel tersebut

memberikan pengaruh terhadap variabel dependen, maka penulis menggunakan

metode analisis regrei linier berganda. Secara skematis dapat dibuat kerangka

pemikiran sebagai berikut:

43
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi


NAB Reksadana Syariah

Bank Indonesia BAPEPAM

Variabel Independen (X): Variabel Dependen


- BI Rate (X1) (Y):
- Inflasi (X2) NAB Reksadana
Syariah Jenis
- Nilai Tukar Rupiah (X3) Campuran

Uji Asumsi Klasik:


- Uji Normalitas
- Uji Multikolinieritas
- Uji Heteroskedastisitas
- Uji Autokolerasi
Estimasi Model Data
Panel:
- Model Common
- Model Fixed
- Model Random

Uji Model Terbaik:


- Uji Chow
- Uji Hausman

Uji Signifikansi:
- Uji Simultan
- Uji Parsial
- Koefisien Determinasi

Analisis dan
Interpretasi Data

44
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dalam penyusunan skripsi ini termasuk dalam penelitian

kuantitatif, yaitu penelitian yang memungkinkan pencatatan hasil penelitian dalam

bentuk angka. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode deskriptif, yaitu

metode yang sifatnya menyajikan, menganalisa, dan menginterpretasi data.

Ruang lingkup penelitian ini hanya mencakup dari pengaruh BI Rate, Inflasi

dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Syariah Periode 2014-2016. Data yang diambil merupakan data bulanan, lebih

tepatnya per akhir bulan. Sedangkan jenis data yang penulis gunakan pada

penelitian ini adalah gabungan dari data runtun waktu (time series) dan cross

section atau biasa disebut dengan istilah Data Panel.

B. Metode Penentuan Sampel

1. Populasi

Populasi merupakan jumlah keseluruhan yang mencakup semua

anggota dari subjek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

Reksadana Syariah yang terdaftar di OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan aktif

hingga tahun 2016. Terhitung hingga akhir tahun 2016, sudah terdapat 136

reksadana syariah yang terdaftar di OJK yang terdiri dari:

45
Tabel 3.1
Daftar Jumlah Reksadana Syariah
Per Desember 2016

No Jenis Reksadana Syariah Jumlah


1 Saham 40
2 Terproteksi 26
3 Pendapatan Tetap 21
4 Campuran 19
5 Pasar Uang 16
6 Efek Luar Negeri 8
7 Sukuk 4
8 Indeks 1
9 ETF – Saham 1
Total 136
Sumber: Data diolah, www.ojk.go.id

Dari banyaknya populasi tersebut, peneliti akan mengambil beberapa

sampel dari reksadana syariah jenis campuran untuk mewakili populasi

tersebut.

2. Sampel

Sampel menurut Siregar (2010: 144) adalah prosedur di mana peneliti

hanya mengambil sebagian populasi saja dan kemudian digunakan untuk

menentukan sifat, ciri, dan jawaban yang mampu mewakili suatu populasi.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan cara non

probability sampling, yaitu setiap unsur dalam populasi tidak memiliki

kesempatan atau peluang yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Metode yang

digunakan adalah purposive sampling, yaitu penentuan sampel atas dasar

strategi kecakapan atau pertimbangan pribadi semata yang disesuaikan dengan

tujuan dan masalah penelitian.

46
Dalam penelitian ini, sampel diambil berdasarkan kriteria yang penulis

tetapkan, yaitu:

a. Reksadana syariah jenis campuran yang terdaftar di OJK selama periode

penelitian.

b. Reksadana syariah jenis campuran yang aktif selama periode penelitian.

c. Total NAB reksadana syariah jenis campuran telah mencapai atau lebih dari

Rp 52.000.000.000 per Desember 2016.

C. Metode Pengumplan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data untuk melakukan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Sekunder (Secondary Data)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua dari

data yang dibutuhkan dan berhubungan dengan masalah yang diteliti. Data-data

sekunder yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

a. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah setiap bulan selama

tahun 2014-2016 yang diperoleh dari laporan statistik reksadana syariah di

aria.bapepam.go.id dan pusatdata.kontan.co.id.

b. Data BI Rate setiap bulan selama tahun 2014-2016 yang diperoleh dari

website Bank Indonesia (www.bi.go.id).

c. Data Inflasi setiap bulan selama tahun 2014-2016 yang diperoleh dari

website Bank Indonesia (www.bi.go.id) dan kemendag.go.id.

47
d. Data Nilai Mata Uang Asing (Kurs) setiap bulan selama tahun 2014-2016

yang diperoleh dari website Pusat Data Kontan (www.kontan.co.id). Data

nilai kurs yang digunakan adalah data kurs tengah.

2. Studi Kepustakaan (Library Research)

Teknik kepustakaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengumpulan data yang berasal dari literature, buku, dokumen, journal, skripsi

terdahulu, dan artikel yang berkaitan dengan penelitian ini. Hal ini dilakukan

untuk mendapatkan tinjauan teori dan konsep yang tersusun. Penulis

melakukan penelitian dengan membaca dan mengutip bahan-bahan yang

berkenaan dengan penelitian.

3. Internet Research

Media teknologi internet juga digunakan untuk mendapakan data yang

up to date guna mendukung penulis dalam melakukan penelitian ini, seperti

www.ojk.go.id, www.kontan.co.id, www.bareksa.com, www.bps.go.id,

www.bi.go.id, aria.bapepam.go.id , dan lain-lain.

D. Metode Analisis

Analisis data merupakan salah satu langkah penting untuk memperoleh

temuan-temuan hasil penelitian. Dalam kegiatan penelitian, data mentah akan

memberi arti apabila dianalisis, ditafsirkan dan dibahas sehingga memperoleh

makna dari setiap temuan yang diperoleh berdasarkan data yang dikumpulkan itu

(Ali, 2010: 321). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan beberapa aplikasi atau

48
software komputer yang dapat membantu penulis dalam mengolah data, yaitu

Microsoft Excel 2016, SPSS versi 16, dan Eviews versi 9.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data panel dengan metode

analisis regresi linier berganda. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan

dalam mengolah data panel pada penelitian ini, yaitu:

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji statistik dalam penelitian ini, terlebih dahulu

dilakukan pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi

dapat digunakan atau tidak. Bila uji asumsi klasik sudah terpenuhi, maka alat

uji regresi dapat digunakan dalam penelitian.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas perlu dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah

model regresi, variabel terikat, variabel bebas atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Dalam analisis multivariat, para peneliti

menggunakan pedoman kalua setiap variabel terdiri dari 30 data, maka data

sudah berdistribusi normal. Meskipun demikian, untuk menguji dengan

lebih akurat, diperlukan alat analisis untuk menguji normalitas data

(Winarno, 2011: 5.37).

Pada prinsipnya, uji normalitas dapat dideteksi dengan melihat

penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat

histogram dari residualnya dengan dasar pengambilan keputusan sebagai

berikut: (Ghozali, 2012: 163)

49
1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis

diagonal atau grafik histogramnya, maka pola berdistribusi normal

sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau grafis histogram, maka

pola tidak berdistribusi normal sehingga model regresi tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Selain dengan grafik atau histogram, uji normalitas dapat dilakukan

dengan uji Jarque-Bera dalam aplikasi Eviews. Jarque-Bera adalah uji

statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Uji

ini mengukur perbedaan antara skewness dan kurtosis data. Uji Jarque-Bera

dihitung dengan menggunakan rumus:

𝑁 − 𝑘 2 (𝐾 − 3)2
𝐽𝐵 = (𝑆 + )
6 4

S adalah skewness, K adalah kurtosis, dan k menggambarkan banyaknya

koefisien yang digunakan di dalam persamaan.

Keputusan terdistribusi normal tidaknya residual secara sederhana

dapat dilihat dengan membandingkan nilai Probabilitas J-B (Jarque-Bera)

hitung dengan tingkat alpha 0,05 (5%). Apabila nilai Prob. J-Bhitung lebih

besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa residual terdistribusi

normal. Sebaliknya, apabila nilai prob. J-Bhitung lebih kecil dari 0,05, maka

tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa residual terdistribusi normal.

(Mansuri, 2016: 38)

50
b. Multikolinearitas

Istilah ‘multikolinearitas’ menunjuk pada pengertian bahwa antar

variabel independen saling berkolerasi secara signifikan. Hal itu dapat

terjadi jika dilakukan analisis regresi linier berganda yang melibatkan lebih

dari satu variabel independen. Jika terjadi korelasi atau ada hubungan yang

linear di antara variabel independen, hal itu akan menyebabkan prediksi

terhadap variabel dependen bias karena ada masalah hubungan di antara

variabel-variabel independen tersebut. (Nurgiyantoro, Gunawan, &

Marzuki, 2015: 405)

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas dapat dilakukan

dengan melihat kolom Centered VIF (Variance Inflation Factor) pada

output pengujian data. Apabila nilai Varianve Inflation Factor tidak lebih

tinggi dari 10 atau 5 (banyak buku yang menyaratkan tidak lebih dari 10,

tapi ada juga yang menyaratkan tidak lebih dari 5), maka dapat disimpulkan

tidak terjadi multikolinearitas. Sebaliknya, apabila nilai Varianve Inflation

Factor lebih tinggi dari 10 atau 5, maka diduga mempunyai persoalan

multikolinearitas. (Mansuri, 2016: 33)

Selain dengan Varianve Inflation Factor, mendeteksi

multikolinearitas juga dapat dilakukan dengan menghitung koefisien

korelasi antarvariabel independen. Apabila hasil korelasi tersebut memiliki

nilai > 0,90, maka dapat dikatakan bahwa model tersebut mempunyai

persoalan multikolinieritas. Sebaliknya, apabila hasil korelasi tersebut

51
memiliki nilai < 0,90, maka dapat disimpulkan bahwa model tersebut tidak

mempunyai persoalan multikolinieritas.

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika variance dari satu pengamatan ke pengamatan lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Uji asumsi ini mengaruskan nilai residual regresi untuk

variabel sebuah variabel bebas terhindar dari ketidaksamaan atau memiliki

varian (keragaman) yang konstan/ tetap/ sama (Nursiyono & Nadeak, 2016:

95).

Heteroskedastisitas terjadi pada saat residual dan nilai prediski

memiliki korelasi atau pola hubungan. Pola hubungan ini tidak hanya

sebatas hubungan linier, tetapi dimungkinkan dalam pola yang berbeda juga

(Mansuri, 2016: 41). Oleh karena itu, dibutuhkan suatu test untuk

mendeteksi adanya heteroskedastisitas. Terdapat beberapa test yang dapat

digunakan untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas, yaitu:

1) Uji Breusch-Pagan-Godfrey. Uji ini mengasumsikan bahwa ketika

varians tidak konstan, maka ia akan berhubungan dengan satu atau lebih

variabel dalam spesifikasi yang linier. (Ariefianto, 2012: 40)

52
2) Uji Park. Uji Park dikembangkan oleh Park pada tahun 1966. Uji ini

menghitung regresi dengan persamaan; 𝑙𝑛 (𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢2 ) = 𝑏0 + 𝑏1 𝑋1 +

𝑏2 𝑋2 + ⋯ + е.

3) Uji Glejser. Uji ini mirip dengan Uji Park, namun perbedaanya hanya

pada variabel dependennya. Kalau pada Uji Park menggunakan

𝑙𝑛 (𝑟𝑒𝑠𝑖𝑑𝑢2 ) sebagai variabel dependen, pada Uji Glesjer variabel ini

diganti dengan nilai absolut residual.

4) Uji White. Uji White menggunakan residual kuadrat sebagai variabel

dependen, dan variabel independennya terdiri atas variabel independen

yang sudah ada, ditambah dengan kuadrat variabel independen,

ditambah lagi dengan perkalian dua variabel independen.

5) Metode Grafik. Metode ini relatif mudah, yaitu dengan menampilkan

grafik sebar (scatter plot) dari variabel residual kuadrat dan variabel

independen. (Winarno, 2011: 5.9-5.14)

d. Autokorelasi

Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya

penyimpangan asumsi klasik autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara

residual pada satu pengamatan dan pengamatan lain pada model regresi.

Fenomena ini umum ditemukan pada regresi data yang bersifat time series,

tetapi kadang juga ditemukan pada data cross section (Ariefianto, 2012: 27).

53
Guna mememastikan model regresi linier terbebas dari autokolerasi,

pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan metode Uji Durbin-

Watson yang memiliki ketentuan sebagai berikut: (Basuki & Prawoto, 2016:

60)

1) Jika d lebih kecil dari dL atau lebih besar dari (4-dL), maka H0 ditolak,

yang berarti terdapat autokorelasi.

2) Jika d terletak antara dU dan (4-dU), maka H0 diterima, yang berarti

tidak ada autokorelasi.

3) Jika d terletak antara dL dan dU atau di antara (4-dU) dan (4-dL), maka

tidak menghasilkan kesimpulan yang berarti.

Selain metode uji Durbin-Watson, uji autokolerasi dapat juga

dilakukan dengan menggunakan metode Breusch-Godfrey LM (Lagrange

Multiplier) Test. Hasil uji LM Test dapat dilihat dari nilai Probabilitas Obs*

R-Squared pada kolom Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test.

Apabila nilai Prob. Obs* R-Squared lebih besar dari tingkat α 0,05 (5%),

maka tidak terjadi autokolerasi. Sebaliknya, apabila nilai Prob. Obs* R-

Squared lebih kecil dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi

autokolerasi. (Mansuri, 2016: 35)

2. Regresi Linier Berganda

Regresi berganda adalah pengembangan dari regresi linier sederhana,

yaitu sama-sama alat yang dapat digunakan untuk memprediksi permintaan di

masa mendatang berdasarkan data masa lalu untuk mengetahui pengaruh satu

54
atau lebih variabel bebas terhadap variabel tidak bebas. Perbedaan metode

regresi berganda, yaitu terletak pada jumlah variabel bebas yang digunakan

lebih dari satu yang mempengaruhi satu variabel tak bebas. (Siregar S., 2013)

Regresi linier berganda bertujuan untuk menghitung besarnya pengaruh

dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat dan memprediksi

variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas. Untuk

menghitung regresi linier berganda digunakan rumus sebagai berikut:

𝑌 = 𝑎 + 𝑏1 𝑋1 + 𝑏2 𝑋2 + 𝑏3 𝑋3 + 𝑒

Di mana:

Y = Nilai Aktiva Bersih (NAB)

X1 = BI Rate

X2 = Inflasi

X3 = Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

a = Konstanta

e = Standar error

a. Estimasi Model Regresi Data Panel

Data panel adalah data yang berdasarkan urut waktu (time series)

sekaligus cross section. Oleh karena data panel merupakan gabungan dari

data time series dan data cross section, maka data panel memberikan data

yang lebih banyak dan lebih informatif. Secara umum, model regresi data

panel dapat ditaksir melalui tiga pendekatan, yaitu Common Effect, Fixed

55
Effect, dan Random Effect. Jika ketiga pendekatan tersebut menghasilkan

model yang signifikan, maka harus dipilih model regresi terbaik dan efisien

berdasarkan hasil uji chow dan uji hausman.

1) Common Effect Model

Common effect model adalah struktur model di mana estimator

akan menghasilkan intercept α dan slope β sama untuk setiap individu.

Model ini mengasumsikan tidak adanya perbedaan karakteristik antar

individu selama waktu observasi. Berikut model regresi data panel pada

common effect model: (Ekananda, 2016: 82)

𝑦𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝛽1 + 𝛽2 + 𝛽3 + 𝑒𝑖𝑡

2) Fixed Effect Model

Fixed effect model adalah model yang memperhatikan adanya

keberagaman individu, terutama pada variabel independen.

Keberagaman individu terlihat dari intercept α yang berbeda untuk

setiap individu. Model ini mengasumsikan adanya pengaruh yang

kostan dari error term dan β, serta faktor penyebab keberagaman antar

individu tetap selama waktu observasi.

Metode ini memerlukan dummy variabel untuk

mengelompokkan data. Penggunaan dummy membuat estimator model

ini sering disebut juga sebagai Least Square Dummy Variabel (LSDV).

56
Berikut model regresi data panel pada fixed effect model: (Kurniawan,

Herrhyanto, & Agustina, 2015: 47)

𝑦𝑖𝑡 = 𝛼𝑖 + 𝑋𝑖𝑡𝑇 𝛽 + 𝑒𝑖𝑡

Pada model tersebut, indeks i yang ada pada intersep

menunjukkan bahwa intersep dari masing-masing cross section

berbeda-beda atau bervariasi. Hal ini juga memberikan asumsi bahwa

slope β tetap sama, baik antar individu maupun antar waktu.

3) Random Effect Model

Dalam random effect model ini, penentuan nilai α dan β

didasarkan pada asumsi bahwa intersep α terdistribusi random. Dengan

kata lain, slope memiliki nilai yang tetap, tetapi intersep bervariasi

untuk setiap individu. Berikut model regresi data panel pada random

effect model: (Ekananda, 2016: 126)

𝑦𝑖𝑡 = 𝛼 + 𝛽′𝑥𝑖𝑡 + 𝜇𝑖 + 𝑒𝑖𝑡

3. Uji Signifikansi Model

a. Uji Simultan (F)

Uji F merupakan tahapan awal mengidentifikasi model regesi yang

diestimasi layak atau tidak. Layak disini maksudnya adalah model yang

diestimasi layak digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel-variabel

bebas terhadap variabel terikat. Menurut Priyatno (2011: 67), Uji F

digunakan untuk mencari apakah semua variabel independen yang

57
digunakan dalam model regresi secara bersama-sama berpengaruh terhadap

variabel dependen.

Cara mengetahui hasil uji F adalah dengan melihat Prob. (F-

statistic) pada kolom weighted statistics yang terdapat pada output model

regresi. Apabila nilai Prob. (F-statistic) lebih kecil dari tingkat kesalahan

atau error dengan nilai α 0,05, maka dapat dikatakan bahwa model regresi

yang diestimasi layak. Sedangkan, apabila nilai Prob. (F-statistic) lebih

besar dari tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05, maka dapat

dikatakan bahwa model regresi yang diestimasi tidak layak. (Mansuri,

2016: 48)

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H0 : Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara

bersama-sama tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva

Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

H1 : Bank Indonesia (BI) Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) secara

bersama-sama memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva

Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

b. Uji t (Parsial)

Uji t dimaksudkan untuk menguji apakah parameter yang diduga

untuk mengestimasi persamaan model regresi signifikan atau tidak.

Parameter yang diestimasi dalam regresi linier meliputi konstanta dan

58
koefisien regresi. Menurut Suliyanto (2011: 55), Nilai thitung digunakan

untuk menguji pengaruh secara parsial (per variabel) terhadap variabel

terikatnya. Apakah variabel tersebut memiliki pengaruh yang berarti

terhadap variabel terikatnya atau tidak.

Hasil uji t dapat dilihat dari nilai Prob. thitung. Apabila nilai Prob.

thitung lebih kecil dari tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05; maka

dapat dikatakan bahwa variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikatnya. Sedangkan, apabila nilai Prob. thitung lebih besar dari

tingkat kesalahan atau error dengan nilai α 0,05; maka dapat dikatakan

bahwa variabel bebas tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

terikatnya. (Mansuri, 2016: 49)

Dalam melakukan uji t, terdapat istilah one tail dan two tail. Uji

hipotesis one tail dipilih jika peneliti mempunyai dasar teori atau dugaan

yang kuat. Sebaliknya, uji hipotesis two tail dipilih jika peneliti tidak

mempunyai landasan teori atau dugaan awal yang kuat (Widarjono, 2015:

22).

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1) Hipotesis 1

a) H0 : BI Rate secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

59
b) H1 : BI Rate secara parsial memberikan pengaruh signifikan

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

2) Hipotesis 2

a) H0 : Inflasi secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

b) H2 : Inflasi secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

3) Hipotesis 3

a) H0 : Kurs secara parsial tidak memberikan pengaruh signifikan

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

b) H3 : Kurs secara parsial memberikan pengaruh signifikan terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

c. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Koefisien determinasi menjelaskan variasi pengaruh variabel-

variabel bebas terhadap variabel terikatnya. Atau dapat pula diakatakan

sebagai proporsi pengaruh seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat.

Koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa baik garis

regresi sesuai dengan data aktualnya (Widarjono, 2015: 17). Nilai koefisien

determinasi dapat diukur oleh nilai R-square atau Adjusted R-square.

Koefisien determinasi memiliki kelemahan, yaitu nilai koefisien

determinasi selalu naik jika terus ditambahkan variabel independent,

walaupun variabel yang ditambahkan tidak berpengaruh terhadap variabel

60
dependent (Widarjono, 2015: 18). Untuk mengurangi kelemahan tersebut,

maka digunakan R-square yang telah disesuaikan (Adjusted R-square).

Koefisien determinasi yang telah disesuaikan berarti bahwa koefisien

tersebut telah dikoreksi dengan memasukkan unsur jumlah variabel dan

ukuran sampel yang digunakan. Dengan menggunakan Adjusted R-square,

maka nilai koefisien determinasi dapat naik atau turun akibat adanya

penambahan variabel baru dalam model (Suliyanto, 2011: 45). Cara

mengetahui hasil koefisien determinasi adalah dengan melihat R-square

dan Adjusted R-square pada kolom weighted statistics yang terdapat pada

output model regresi.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan objek pengamatan atau fenomena yang

diteliti. Adapun yang dijadikan variabel dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas (independen) adalah variabel stimulus atau yang

mempengaruhi variabel lain. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas

adalah BI Rate (X1), Inflasi (X2), dan Nilai Tukar Rupiah (X3).

a. BI Rate

Penetapan BI rate ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RGD)

oleh Dewan Gubernur setiap bulan. BI rate berlaku sejak tanggal ditetapkan

sampai dengan penetapan BI rate berikutnya. Penetapan ini dilakukan

61
dengan memperhatikan efek yang ditumbulkan pada sasaran moneter yang

ingin dicapai. Apabila ternyata terjadi perkembangan di luar prakiraan

semula, penetapan BI rate dapat dilakukan sebelum RGD bulanan melalui

RGD mingguan. Perubahan BI rate dilakukan dalam kelipatan 25 basis

point. Perubahana BI rate dapat dilakukan lebih dari 25 basis point dalam

kelipatan 25 basis point sesuai dengan situasi moneter yang terjadi.

b. Inflasi

Indikator yang sering digunakan untuk mengukur tingkat inflasi

adalah IHK. Secara khusus, IHK merupakan indeks yang diperlukan untuk

mengukur rata-rata perubahan harga secara umum dari sejumlah jenis

barang dalam kurun waktu tertentu. Besarnya inflasi sangat tergantung pada

besarnya kenaikan harga, bobot barang dan jasa yang masuk dalam

perhitungan inflasi tersebut.

Secara sederhana, perhitungan IHK menggunakan formula Indeks

Laspeyres yang telah dimodifikasi dengan rumus sebagai berikut:

(Kuncoro, 2015: 50)

Pni
∑ki=1
P(n−1)i P(n−1)i Qoi
IHK n = × 100
∑ki=1 Poi Qoi

Di mana:

𝑃𝑛𝑖 = Harga jenis barang i, periode ke- n

𝑃(𝑛−1)𝑖 = Harga jenis barang i, periode ke- (𝑛 − 1)

62
𝑃(𝑛−1)𝑖 𝑄𝑜𝑖 = Nilai konsumsi jenis barang i, periode ke- (𝑛 − 1)

𝑃𝑜𝑖 𝑄𝑜𝑖 = Nilai konsumsi jenis barang i pada tahun dasar

𝑘 = Jumlah jenis barang paket komoditas

Selanjutnya, inflasi setiap bulan dihitung dengan mengurangkan

IHK suatu bulan dengan IHK bulan sebelumnya, kemudian dibagi dengan

IHK bulan sebelumnya dan dikalikan 100. Perhitungan inflasi dijabarkan

dengan rumus sebagai berikut:

IHK n − IHK n−1


Inflasi = ×100
IHK n−1

Di mana:

𝐼𝐻𝐾𝑛 = Indeks Harga Kumulatif periode ke- n

𝐼𝐻𝐾(𝑛−1) = Indeks Harga Kumulatif periode ke- (𝑛 − 1)

c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Menurut Adiwarman Karim (Yuniarti, 2016: 143), nilai tukar atau

kurs (foreign exchange rate) adalah harga mata uang suatu negara yang

relatif terhadap mata uang negara lain. Karena nilai tukar ini mencakup dua

mata uang, titik keseimbangannya ditentukan oleh sisi penawaran dan

permintaan dari kedua mata uang tersebut. Untuk mengetahui bahwa rupiah

sejumlah x di Indonesia akan mempunyai daya beli yang sama di negara

lain, diturunkan persamaan paritas daya beli atau purchasing power parity

equation dengan formula sebagai berikut:

P=еṕ

63
Di mana:

P = Tingkat harga domestik

ṕ = Tingkat harga luar negeri

е = Nilai tukar uang

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini, variabel

terikat adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah. Kinerja investasi

pengelolaan portofolio reksadana tercermin dari Nilai Aktiva Bersih (NAB)

atau Net Asset Value (NAV). NAB reksadana pada suatu periode dapat dihitung

dengan formulasi sebagai berikut: (Soemitra, 2016: 170)

Total NAB pada periode tertentu:

Total NAB = Nilai Aktiva − Total Kewajiban

Nilai Aktiva Bersih per unit:

Total Nilai Aktiva Bersih


NAB per unit =
Total Unit penyertaan yang diterbitkan

Di mana:

Total NAB = Jumlah nilai aktiva bersih pada periode tertentu

NAB per unit = Nilai aktiva bersih per Unit Penyertaan pada periode

tertentu

64
BAB IV

ANALISIS HASIL PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sekilas Reksadana Syariah

Menurut Achsien dalam (Farid, 2014, p. 63), Reksadana mulai dikenal

sejak Abad ke-19. Cikal bakal industri ini bisa dirunut pada tahun 1870, ketika

Robert Fleming, seorang tenaga pembukuan pabrik tekstil dari Skotlandia,

dikirim ke Amerika untuk mengelola investasi milik bosnya. Di Amerika, ia

melihat peluang investasi baru yang muncul menyusul berakhirnya perang

saudara. Ketika pulang ke negerinya, Robert Fleming menceritakan

penemuanya tersebut kepada beberapa temannya. Ia berniat untuk

memanfaatkan peluang tersebut, tetapi ia tidak mempunyai cukup modal.

Masalah ini mendorongnya untuk mengumpulkan uang dari teman-temannya

dan kemudaian membentuk The Scottish American Investment Trust,

perusahaan manajemen investasi pertama di Inggris pada tahun 1873.

Perusahaan ini mirip dengan apa yang sekarang dikenal sebagai Reksadana

Tertutup (Close End Fund).

Rekasadana syariah sendiri pertama kali diperkenalkan pada tahun 1995

oleh National Commercial Bank di Saudi Arabia dengan nama Global Trade

Equity dengan kapitalisasi sebesar US $150 juta. Selanjutnya industri ini

berkembang di Malaysia melalui pengembangan industri unit trust mereka yang

65
dimulai pertama kali pada tahun 1959. Perkembangan unit trust di Malaysia

cukup pesat, termasuk juga perkembangan reksadana syariah yang dikenal

dengan nama Islamic Unit Trust. Reksadana syariah di Malaysia ini sudah

mulai berkembang sebelum tahun 1997.

Sedangkan di Indonesia, instrumen reksadana mulai dikenal pada tahun

1995, yaitu dengan berdirinya PT BDNI Reksadana. Seiring dengan hadirnya

UU Pasar Modal pada tahun 1996, mulailah reksadana tumbuh secara aktif.

Hadirnya Bank Muamalat dan mulai menjamurnya lembaga keuangan syariah,

menimbulkan rasa optimis akan gairah berinventasi yang berbasis syariah pada

kalangan investor muslim. Oleh karena itu, pada tahun 1997, perusahaan

sekuritas milik negara PT Dana Reksa Investment Management menjadi pionir

dalam menerbitkan reksadana syariah dengan mengeluarkan produk reksadana

yang berdasarkan pinsip-prinsip syariah. Kemudian pada tahun 2000

dihadirkan kembali produk baru dengan nama Danareksa Syariah Berimbang.

Saat ini, ada banyak pilihan reksadana syariah yang ditawarkan kepada

masyarakat Indonesia. Pada dasarnya, produk-produk tersebut dikategorikan

pada reksadana saham, campuran, pendapatan tetap, terproteksi, pasar uang,

efek luar negeri, sukuk, indeks, dan ETF-saham.

2. Sekilas tentang Objek Penelitian

a. Danareksa Syariah Berimbang

Danareksa Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis

campuran yang berada di bawah naungan PT Danareksa Investment

66
Management (DIM). Danareksa Investment Management didirikan pada

tahun 1992 dan merupakan anak perusahaan dari PT Danareksa. Danareksa

Investment Management adalah Manajer Investasi pertama yang

meluncurkan reksadana di Indonesia pada Juli 1996 dengan mengeluarkan

Danareksa Melati, Danareksa Anggrek, dan Danareksa Mawar.

Danareksa Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di

OJK pada November 2000 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp

95.470.338.767 per Desember 2016. Danareksa Syariah Berimbang

bertujuan untuk mendapatkan nilai investasi dalam jangka panjang dan

memperoleh pendapatan yang berkelanjutan kepada pemodal yang hendak

mengikuti Syariah Islam. Dalam melakukan investasi, kekayaan Danareksa

Syariah Berimbang akan diinvestasikan dengan komposisi sebesar

minimun 25% hingga maksimum 75% pada Efek Ekuitas, dan minimum

25% hingga maksimum 75% pada Efek Hutang dan Instrumen Pasar Uang

dengan mengikuti Syariah Islam.

b. SAM Syariah Berimbang

SAM Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis campuran

yang berbentuk Kontrak Investasi Kolektif. Reksadana syariah ini berada di

bawah naungan PT Samuel Aset Manajemen (SAM) yang berdiri sejak

tahun 1997. SAM menyediakan rangkaian lengkap manajemen investasi

bagi investor domestik dan internasional yang bertujuan untuk memperoleh

penghasilan yang optimal bagi Pemegang Unit Penyertaan.

67
SAM Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di OJK

pada Januari 2012 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp

150.814.539.264 per Desember 2016. SAM Syariah Berimbang melakukan

investasi dengan komposisi investasi sebesar minimun 5% dan maksimum

75% pada Efek Ekuitas Syariah, dan minimum 5% dan maksimum 75%

pada Efek Sukuk, serta minimum 5% dan maksimum 75% pada Instrumen

Pasar Uang yang bersifat syariah sesuai dengan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

c. Schroders Syariah Balanced Fund

Schroders Syariah Balanced Fund adalah reksadana syariah jenis

campuran yang berada di bawah naungan PT Schroder Investment

Management Indonesia yang hadir sejak tahun 1991. Schroders adalah

perusahaan manajemen aset dan private banking group internasional yang

independen. Perusahaan ini sudah berpengalaman lebih dari 200 tahun di

bidang jasa keuangan yang memiliki 41 kantor dan lebih dari 4100 pegawai

di seluruh dunia yang tersebar pada 27 negara di Eropa, Amerika, Asia, dan

Timur Tengah.

Schroders Syariah Balanced Fund sudah mulai aktif dan terdaftar di

OJK pada April 2009. Selama tahun 2016, reksadana syariah ini mengalami

penurunan yang signifikan hingga mencapai nilai Net Asset Value (NAV)

sebesar Rp 408.198.049.533 per Desember 2016. Meskipun demikian,

Schroders Syariah Balanced Fund tetap unggul dan menempati posisi

68
dengan NAV tertinggi dari golongan reksadana syariah jenis campuran.

d. TRIM Syariah Berimbang

TRIM Syariah Berimbang adalah reksadana syariah jenis campuran

yang berada di bawah naungan PT Trimegah Asset Management yang

merupakan anak perusahaan dari PT Trimegah Securities Tbk, salah satu

perusahaan sekuritas terkemuka yang terintegrasi dan berpengalaman lebih

dari 25 tahun di industri Pasar Modal Indonesia. PT Trimegah Asset

Management menyediakan berbagai produk investasi untuk semua kelas

aset yang terdiri dari saham, pendapatan tetap, dan pasar uang melalui

reksadana dan discretionary fund.

TRIM Syariah Berimbang sudah mulai aktif dan terdaftar di OJK

pada Desember 2008 dengan nilai Net Asset Value (NAV) sebesar Rp

52.290.082.164 per Desember 2016. TRIM Syariah Berimbang bertujuan

untuk mempertahankan investasi awal dan memperoleh pertumbuhan nilai

investasi yang optimal dalam jangka panjang sesuai dengan prinsip-prinsip

syariah di Pasar Modal. Dalam melakukan investasi, komposisi investasi

TRIM Syariah Berimbang adalah sebesar minimun 5% dan maksimum 75%

pada Efek Ekuitas, dan minimum 5% dan maksimum 75% pada Efek

Bersifat Hutang, serta minimun 10% dan maksimum 30% pada Efek

Instrumen Pasar Uang.

69
B. Deskripsi Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nilai Aktiva Bersih

(NAB) reksadana syariah jenis campuran. Adapun data reksadana syariah jenis

campuran yang menjadi objek penelitian dapat dilihat pada tabel berikut di bawah

ini:

Tabel 4.1
Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran
Per Desember 2016

Tanggal
No Reksadana Syariah Manajer Investasi
Efektif
PT PNM Investment
1 PNM Syariah 15/05/2000
Management
Danareksa Syariah PT Danareksa Investment
2 24/11/2000
Berimbang Management
Mandiri Syariah Investa PT Mandiri Manajemen
3 14/10/2004
Berimbang Investasi
AAA Amanah Syariah PT AAA Asset
4 17/06/2005
Fund Management
PT Trimegah Asset
5 TRIM Syariah Berimbang 26/12/2008
Management
Syariah BNP Paribas PT BNP Paribas Investment
6 09/04/2007
Pesona Amanah Partners
PT Ciptadana Asset
7 Cipta Syariah Balance 16/04/2008
Management
Schroder Syariah Balanced PT Schroder Investment
8 22/04/2009
Fund Management Indonesia
PT Samuel Aset
9 SAM Syariah Berimbang 20/01/2012
Manajemen
Panin Dana Syariah PT Panin Asset
10 16/08/2012
Berimbang Management
MNC Dana Syariah PT MNC Asset
11 13/12/2012
Kombinasi Management
Insight Syariah Berimbang PT Insight Investment
12 04/06/2013
(I-Share) Management
Arvist Balanced Amar PT Arvist Asset
13 30/09/2013
Syariah Management

70
PT Pasific Capital
14 Pacific Balance Syariah 27/11/2013
Investment
Mega Asset Madania PT Mega Asset
15 06/12/2013
Syariah Management
CIMB-Principal Balanced PT CIMB-Principal Asset
16 14/04/2014
Growth Syariah Management
PT Pratama Capital Assets
17 Pratama Syariah Imbang 24/10/2014
Management
Asia Raya Syariah Taktis
18 PT Asia Raya Kapital 25/01/2016
Berimbang
Cipta Nusantara Syariah PT Ciptadana Asset
19 04/05/2016
Berimbang Management
Sumber: www.ojk.go.id

Dari data tersebut di atas, berikut reksadana-reksadana campuran syariah

yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel penelitian, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.2
Daftar Sampel Penelitian

Tanggal
No Reksadana Syariah Manajer Investasi
Efektif
Danareksa Syariah PT Danareksa Investment
1 24/11/2000
Berimbang Management
PT Samuel Aset
2 SAM Syariah Berimbang 20/01/2012
Manajemen
Schroder Syariah Balanced PT Schroder Investment
3 22/04/2009
Fund Management Indonesia
PT Trimegah Asset
4 TRIM Syariah Berimbang 26/12/2008
Management
Sumber: www.ojk.go.id

Reksadana-reksadana syariah jenis campuran tersebut terpilih karena hanya

reksadana-reksadana tersebut yang terdaftar dan aktif di Bapepam selama periode

penelitian, serta memiliki total NAB mencapai atau lebih dari Rp 52.000.000.000

per Desember 2016. Selain itu, data lain yang digunakan dalam penelitian ini

adalah BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs).

71
1. Bank Indonesia Rate (BI Rate)

BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau

stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan

kepada publik. Pada penelitian ini, BI rate diambil dari data BI rate bulanan

yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Adapun data BI rate pada setiap akhir

bulan selama periode 2014-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3
Data BI Rate
Periode 2014-2016

BI Rate (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 7,5 7,75 7,25
2 Februari 7,5 7,5 7
3 Maret 7,5 7,5 6,75
4 April 7,5 7,5 6,75
5 Mei 7,5 7,5 6,75
6 Juni 7,5 7,5 6,5
7 Juli 7,5 7,5 6,5
8 Agustus 7,5 7,5 5,25
9 September 7,5 7,5 5
10 Oktober 7,5 7,5 4,75
11 November 7,75 7,5 4,75
12 Desember 7,75 7,5 4,75
Rata-rata 7,54 7,52 6
Sumber: www.bi.go.id

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas, nilai BI rate tertinggi selama periode

penelitian terjadi pada November 2014–Januari 2015, yaitu sebesar 7,75% dan

nilai BI rate terendah terjadi pada Oktober–Desember 2016, yaitu sebesar

4,75%. Sedangkan, rata-rata nilai BI rate tetinggi terjadi pada tahun 2014, yaitu

sebesar 7,54% dan rata-rata nilai BI rate terendah terjadi pada tahun 2016, yaitu

72
sebesar 6,00%. Grafik mengenai pertumbuhan BI rate di Indonesia dapat dilihat

pada Gambar 4.1 berikut ini:

Gambar 4.1
BI Rate
Periode 2014-2016

BI Rate
9
8
7
6
5 BI RATE, 4.75
4
3
2
1
0
2014 2015 2016

Sumber: Data diolah

Dapat dilihat pada Gambar 4.1 di atas bahwa pada awal periode

penelitian hingga tahun 2015, BI rate mengalami pertumbuhan yang stagnan.

Sempat meningkat hingga mencapai nilai 7,75% selama beberapa bulan, yaitu

pada November 2014-Januari 2015. Setelah tahun 2015, BI rate terus

mengalami penurunan hingga mencapai nilai terendah pada Desember 2016.

Dikutip dari artikel (Supriyatna, 2016), menurut Darmin Nasution, penurunan

BI rate dilakukan karena inflasi yang terkendali dan untuk mendorong kredit

atau pembiayaan yang pertumbuhannya masih lemah.

73
2. Inflasi

Inflasi merupakan perubahan harga secara agregat atau keseluruhan.

Apabila inflasi naik, akan berdampak pada naiknya harga bahan baku yang pada

akhirnya akan menurunkan daya saing terhadap produk barang yang dihasilkan

suatu perusahaan. Selain itu, meningkatnya inflasi juga akan menaikkan biaya

perusahaan yang mengakibatkan menurunnya profitabilitas perusahaan-

perusahaan yang menerbitkan efek hingga akhirnya akan memperkecil deviden

yang diterima oleh investor. Menurunnya pendapatan dividen yang diterima

oleh investor akan berdampak pada menurunnya minat masyarakat untuk

berinvestasi. Adapun data Inflasi pada setiap akhir bulan selama periode 2014-

2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.4
Data Inflasi
Periode 2014-2016

Inflasi (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 8,22 6,96 4,14
2 Februari 7,75 6,29 4,42
3 Maret 7,32 6,38 4,45
4 April 7,25 6,79 3,6
5 Mei 7,32 7,15 3,33
6 Juni 6,7 7,26 3,45
7 Juli 4,53 7,26 3,21
8 Agustus 3,99 7,18 2,79
9 September 4,53 6,83 3,07
10 Oktober 4,83 6,25 3,31
11 November 6,23 4,89 3,58
12 Desember 8,36 3,35 3,02
Rata-rata 6,42 7,52 3,53
Sumber: www.bi.go.id

74
Berdasarkan Tabel 4.4 diatas, nilai inflasi tertinggi selama periode

penelitian terjadi pada Desember 2014, yaitu sebesar 8,36% dan nilai inflasi

terendah terjadi pada Agustus 2016, yaitu sebesar 2,79%. Sedangkan, rata-rata

nilai inflasi tetinggi terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar 7,52% dan rata-rata

nilai inflasi terendah terjadi pada tahun 2016, yaitu sebesar 3,53%. Grafik

mengenai pertumbuhan inflasi di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 4.2

berikut ini:

Gambar 4.2
Inflasi
Periode 2014-2016

Inflasi
9
8
7
6
5
4
3 INFLASI, 3.02
2
1
0
2014 2015 2016

Sumber: Data diolah

Dapat dilihat pada Gambar 4.2 di atas bahwa selama periode penelitian,

inflasi mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Di mana inflasi terus

mengalami penurunan dan peningkatan hingga akhirnya mencapai nilai

terendah pada Desember 2016. Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia,

75
Perry Warijiyo (Afriyadi, 2017), terdapat empat faktor yang menyebabkan

inflasi pada tahun 2016 rendah. Pertama, adanya koordinasi yang baik antara

pemerintah dan BI. Kedua, tercukupinya permintaan dibanding dengan

ketersediaan barang. Ketiga, pengendalian yang baik dari sisi nilai tukar rupiah

(kurs). Keempat, ekspektasi inflasi yang rendah dari masyarakat.

3. Nilai Tukar Rupiah (Kurs)

Nilai tukar dapat ditafsirkan sebagai sejumlah mata uang lokal yang

dibutuhkan untuk membeli satu unit mata uang asing. Perubahan nilai tukar

yang tidak diantisipasi oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap nilai

perusahaan. Adapun data Nilai Tukar Rupiah (kurs) tengah terhadap 1 USD

pada setiap akhir bulan selama Periode 2014-2016 adalah sebagai berikut:

Tabel 4.5
Data Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah
Periode 2014-2016

Nilai Tukar (Rp)


No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 12.226 12.515 13.889
2 Februari 11.634 12.863 13.395
3 Maret 11.404 13.084 13.276
4 April 11.532 12.937 13.204
5 Mei 11.611 13.211 13.615
6 Juni 11.969 13.332 13.180
7 Juli 11.591 13.481 13.094
8 Agustus 11.717 14.027 13.300
9 September 12.212 14.657 12.998
10 Oktober 12.082 13.639 13.051
11 November 12.196 13.840 13.563
12 Desember 12.440 13.795 13.436
Rata-rata 11.884 13.448 13.333
Sumber: www.kontan.co.id

76
Berdasarkan Tabel 4.5 diatas, nilai kurs tertinggi selama periode

penelitian terjadi pada September 2015, yaitu sebesar Rp 14.657, dan nilai kurs

terendah terjadi pada Maret 2014, yaitu sebesar Rp 11.404. Sedangkan, rata-

rata nilai kurs tetinggi terjadi pada tahun 2015, yaitu sebesar Rp 13.448 dan

rata-rata nilai kurs terendah terjadi pada tahun 2014, yaitu sebesar Rp 11.884.

Grafik mengenai pertumbuhan nilai tukar rupiah (kurs) di Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 4.4 berikut ini:

Gambar 4.3
Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah
Periode 2014-2016

Kurs
16000
14000
12000
10000
8000
6000
4000
2000
0
2014 2015 2016

Sumber: Data diolah

Dapat dilihat pada Gambar 4.3 di atas bahwa dari tahun ke tahun selama

periode penelitian, nilai tukar rupiah (kurs) mengalami pertumbuhan yang

cukup fluktuatif. Di mana selama tahun 2014, kurs cenderung mengalami

penurunan nilai yang mengindikasikan bahwa Rupiah terhadap Dollas AS

77
menguat. Setelah tahun 2014, kurs cenderung mengalami peningkatan hingga

sempat menyentuh angka Rp 14.657 pada Agustus 2015. Hal ini

mengindikasikan bahwa Rupiah terhadap Dollas AS melemah. Meskipun

demikian, pada tahun 2016, kurs sudah mulai menguat kembali yang ditandai

dengan nilai kurs yang lebih rendah dari nilai pada periode sebelumnya.

C. Analisis Data dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, variabel dependen yang digunakan adalah Nilai

Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah jenis campuran dalam bentuk miliar

rupiah. Sedangkan, variabel independen yang digunakan, yaitu Bank Indonesia

Rate (BI Rate) dalam bentuk persentase, Inflasi dalam bentuk persentase, dan Nilai

Tukar Rupiah (Kurs) dalam bentuk ribuan rupiah.

1. Uji Asumsi Klasik

Sebelum melakukan uji signifikansi, terlebih dahulu dilakukan

pengujian asumsi klasik untuk memastikan bahwa alat uji regresi dapat

digunakan atau tidak. Apabila uji asumsi klasik sudah terpenuhi, maka alat uji

regresi dapat digunakan dalam penelitian ini.

Keseluruhan data variabel dalam penelitian ini ditransformasikan ke

dalam bentuk lain yang setara agar data-data tersebut siap untuk diolah. Peneliti

mentransformasikan keseluruhan data variabel ke dalam bentuk logaritma

natural (ln) dengan menggunakan aplikasi SPPS 16. Sedangkan, untuk

pengolahan data, peneliti menggunakan aplikasi Eviews versi 9.

78
a. Uji Normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk menguji apakah nilai residual

pada model regresi berdistribusi normal atau tidak. Sebenarnya normalitas

data dapat dilihat dari gambar histogram, namun seringkali polanya tidak

mengikuti bentuk kurva normal sehingga sulit disimpulkan. Dalam

penelitian ini, peneliti menguji normalitas residual dengan melihat nilai

Prob. Jarque-Bera. Jika lebih besar dari 0,05 (5%), maka data berdistribusi

normal. Jika kurang dari 0,05 (5%), maka data tidak berdistribusi normal.

Berikut adalah hasil dari uji normalitas:

Gambar 4.4
Histogram Normality Test
20
Series: Residuals
Sample 1 144
16 Observations 144

Mean 1.46e-15
12 Median 0.002214
Maximum 0.149593
Minimum -0.108196
Std. Dev. 0.060730
8
Skewness 0.058792
Kurtosis 2.569395
4
Jarque-Bera 1.195479
Probability 0.550054
0
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel pada Gambar 4.4 di atas, terlihat bahwa nilai

Prob. Jarque-Bera sebesar 0,550 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa

residual terdistribusi normal yang artinya asumsi klasik tentang normalitas

telah terpenuhi.

79
b. Uji Multikolinieritas

Multikolinieritas adalah kondisi di mana terdapat hubungan linier

antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi

korelasi di antara variabel independen. Untuk mendeteksi multikolinieritas,

dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

1) Variance Inflation Factor

Nilai Variance Inflation Factor (VIF) dapat dilihat pada kolom

Centered VIF (Variance Inflation Factor) dalam output pengujian data.

Apabila nilai VIF > 5, maka diduga mempunyai persoalan

multikolinieritas. Sebaliknya, jika nilai VIF < 5, maka terbebas dari

persoalan multikolinieritas. Berikut adalah hasil dari uji

multikolinieritas:

Tabel 4.6
Variance Inflation Factors

Variance Inflation Factors


Date: 05/31/17 Time: 08:33
Sample: 1 144
Included observations: 144

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

BI_RATE 0.121797 352.1852 2.050424


INFLASI 0.023393 50.11079 2.114196
KURS 0.356770 24429.02 1.120874
C 33.28164 25452.48 NA

Sumber: Data diolah

Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel 4.6 dalam

kolom Centered VIF. Masing-masing variabel memiliki nilai VIF; BI

80
Rate sebesar 2,050 < 5, Inflasi sebesar 2,114 < 5, dan Kurs sebesar 1,121

< 5. Dari ketiga variabel tersebut di atas, tidak ada nilai yang lebih besar

dari 5, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas

pada model regresi.

2) Koefisien Korelasi Antar variabel Independen

Tabel 4.7
Matriks Koefisien Korelasi

BI_RATE INFLASI KURS

BI_RATE 1.000000 0.714144 -0.275254


INFLASI 0.714144 1.000000 -0.321936
KURS -0.275254 -0.321936 1.000000
Sumber: Data diolah

Berdasarkan output pada Tabel 4.7 di atas, terlihat bahwa nilai

koefisian korelasi antara BI rate dan Inflasi sebesar 0,714; BI rate

dengan Kurs sebesar -0,275; dan Kurs dengan Inflasi sebesar -0,322.

Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi persoalan multikolinieritas

pada model regresi karena semua koefisien korelasi antar variabel

independen < 0,9.

c. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas didefinisikan sebagai kondisi di mana nilai

residual regresi untuk variabel sebuah variabel bebas memiliki variance

yang berbeda (Nursiyono dan Nadaek, 2016: 95). Sebaliknya, jika varian

variabel pada model regresi memiliki nilai yang sama disebut dengan

homoskedastisitas; dan inilah yang diharapkan pada model regresi. Cara

81
mendeteksi heteroskedastisitas adalah dengan melihat nilai Prob. dari Obs*

R-Squared. Jika nilai Prob. Obs* R-Squared < 5%, maka dapat disimpulkan

bahwa data tersebut bersifat heteroskedastisitas. Dalam penelitian ini,

peneliti menggunakan metode Uji White untuk menguji heteroskedastisitas.

Berikut adalah hasil dari uji heteroskedastisitas:

Tabel 4.8
Heteroskedasticity Test: White

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.003007 Prob. F(3,140) 0.9998


Obs*R-squared 0.009277 Prob. Chi-Square(3) 0.9998
Scaled explained SS 0.005559 Prob. Chi-Square(3) 0.9999

Sumber: Data diolah

Berdasarkan output pada dalam tabel 4.8 di atas, nilai Obs* R-

Squared adalah 0,009 dan nilai Prob. Obs* R-Squared adalah 0,999 (lebih

besar dari 𝛼 = 5%), maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut bersifat

homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas pada data tersebut.

d. Uji Autokolerasi

Autokolerasi adalah hubungan antara residual satu pengamatan

dengan residual pengamatan lainnya. Autokolerasi dapat berbentuk positif

dan negatif. Menurut Gujarati (Winarno, 2011, pp. 5.26-5.27), beberapa

penyebab autokolerasi adalah; (1) data mengalami pergerakan naik turun

secara musiman, (2) kekeliruan memanipulasi data, (3) data runtut waktu,

(4) data yang dianalisis tidak bersifat stasioner.

82
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode LM (Lagrange

Multiplier) Test untuk menguji autokolerasi. Cara mendeteksi autokolerasi

adalah dengan melihat nilai Prob. dari Obs* R-Squared. Jika nilai Prob.

Obs* R-Squared > 0,05; maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

autokolerasi pada model regresi. Berikut adalah hasil dari uji autokolerasi:

Tabel 4.9
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 674.9007 Prob. F(2,138) 0.0000


Obs*R-squared 130.6434 Prob. Chi-Square(2) 0.0000

Sumber: Data diolah

Dapat dilihat pada tabel 4.9 di atas, Obs* R-Squared memberikan

nilai sebesar 130,6434 dengan Prob. Chi-Sqare sebesar 0,00. Nilai tersebut

lebih rendah dari nilai α 0,05 (5%). Jadi, dapat disimpulkan bahwa terjadi

persoalan autokolerasi pada model regresi.

Oleh karena terdapat autokolerasi pada model regresi, maka

diperlukan pemulihan. Pemulihan autokolerasi memerlukan nilai rho (ρ)

yang dapat diestimasi dengan Durbin-Watson stat. Nilai Durbin-Watson stat

didapat dari hasil estimasi model regresi pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.10
Durbin Watson Stat

Akaike info criterion 1.195512


Schwarz criterion 1.278007
Hannan-Quinn criter. 1.229034
Durbin-Watson stat 0.089235
Sumber: Data diolah

83
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa nilai Durbin-

Watson stat sebesar 0,089. Selanjutnya, untuk mendapatkan nilai rho (ρ)

dilakukan estimasi seperti di bawah ini:

𝑑 0,089235
𝜌 =1− =1− = 1 − 0,0446175 = 0,9553825 ≅ 𝟎, 𝟗𝟔
2 2

Dari hasil di atas, diketahui nilai rho (ρ) sebesar 0,96. Selanjutnya,

pemulihan autokolerasi dapat dilakukan dengan melakukan regresi

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Langkah-langkah untuk memulihkan autokolerasi adalah sebagai

berikut:

1) Estimasi model regresi dengan persamaan:

[Y − ρ × Y(−1)] c [X − ρ × Y(−1)] =

[NAB − 0,96 × NAB (−1)] c [BI Rate − 0,96 × BI Rate (−1)]

[Inflasi − 0,96 × Inflasi (−1)][Kurs − 0,96 × Kurs (−1)]

2) Hasil regresi diuji kembali dengan Breusch-Godfrey LM (Lagrange

Multiplier) Test untuk mengetahui autokolerasi model tersebut.

Tabel 4.11
Hasil Pemulihan Autokolerasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.097780 Prob. F(2,137) 0.9069


Obs*R-squared 0.203834 Prob. Chi-Square(2) 0.9031

Sumber: Data diolah

84
Berdasarkan tabel 4.11 di atas, terdapat perbedaan hasil sebelum dan

sesudah dilakukan pemulihan autokolerasi. Pada hasil awal sebelum

dilakukan pemulihan, nilai Prob. Obs* R-Squared sebesar 0,00 yang

menandakan bahwa terjadi autokolerasi pada model regresi. Setelah

dilakukan pemulihan, seperti terlihat pada tabel 4.10, nilai Prob. Obs* R-

Squared sebesar 0,9031. Nilai tersebut lebih besar dari nilai α 0,05 (5%)

sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tidak terjadi persoalan

autokolerasi pada model regresi.

2. Estimasi Model Data Panel

Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, langkah selanjutnya adalah

mengestimasi model data panel. Dalam mengestimasi model data panel,

terdapat tiga pendekatan, yaitu pendekatan kuadrat terkecil (Common Effect

Model), pendekatan efek tetap (Fixed Effect Model), dan pendekatan efek acak

(Random Effect Model). Dari ketiga model tersebut akan dipilih model terbaik

dengan melakukan uji chow dan uji hausman.

a. Model Common Effect

Model common effect merupakan model yang paling sederhana

untuk meregresi data panel. Model ini mengkombinasikan data cross

section dan time series sebagai satu kesatuan tanpa melihat adanya

perbedaan waktu dan entitas (individu). Dengan kata lain, metode ini

mengasumsikan bahwa perilaku data antar sampel adalah sama dalam

berbagai kurun waktu. Berikut adalah hasil dari model common effect:

85
Tabel 4.12
Model Common Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:26
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

BI_RATE? -0.071950 0.347307 -0.207166 0.8362


INFLASI? -0.005266 0.152422 -0.034547 0.9725
KURS? 0.850489 0.055210 15.40462 0.0000

R-squared -0.014960 Mean dependent var 7.899663


Adjusted R-squared -0.029356 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.437077 Akaike info criterion 1.203199
Sum squared resid 26.93612 Schwarz criterion 1.265070
Log likelihood -83.63031 Hannan-Quinn criter. 1.228340
Durbin-Watson stat 0.010688

Sumber: Data diolah

b. Model Fixed Effect

Model ini mengasumsikan bahwa intersep dari setiap sampel adalah

berbeda, sedangkan slope antar sampel adalah tetap (sama). Model ini

menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan

intersep antar sampel. Berikut adalah hasil dari model fixed effect:

86
Tabel 4.13
Model Fixed Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:27
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.784534 12.84931 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0358
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0216
Fixed Effects (Cross)
DANARE--C 0.725866
SAM--C -0.340643
SCHRODER--C -0.223323
TRIM--C -0.161900

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.982024 Mean dependent var 7.899663


Adjusted R-squared 0.981237 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.059010 Akaike info criterion -2.774818
Sum squared resid 0.477064 Schwarz criterion -2.630452
Log likelihood 206.7869 Hannan-Quinn criter. -2.716156
F-statistic 1247.386 Durbin-Watson stat 0.218507
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

c. Uji Chow

Uji chow adalah pengujian untuk menentukan model Common

Effect atau Fixed Effect yang paling tepat (terbaik) digunakan dalam

mengestimasi regresi data panel. Cara menentukan model terbaik antara

kedua model tersebut adalah dengan melihat nilai Prob. Chi-Square.

Apabila Prob. Chi-Square > 0,05, maka model terbaik adalah common

87
effect. Sebaliknya, jika Prob. Chi-Square > 0,05, maka model terbaik adalah

common effect. Berikut adalah hasil dari uji chow:

Tabel 4.14
Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Pool: RS
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2477.742324 (3,137) 0.0000


Cross-section Chi-square 577.727626 3 0.0000

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Prob. Chi-

Square sebesar 0,00. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa model terbaik antara common effect dan fixed

effect adalah model fixed effect.

d. Model Random Effect

Model random effect mengestimasi data panel di mana variabel

gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar sampel. Pada

model ini, intersep dianggap sebagai variabel random dan tidak dianggap

konstan. Model ini juga memperhitungkan bahwa error mungkin

berkolerasi sepanjang cross section dan time series. Berikut adalah hasil

dari model random effect:

88
Tabel 4.15
Model Random Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.489460 0.9857


Idiosyncratic random 0.059010 0.0143

Weighted Statistics

R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701


Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.006704 Mean dependent var 7.899663


Sum squared resid 26.36119 Durbin-Watson stat 0.003954

Sumber: Data diolah

e. Uji Hausman

Selanjutnya, untuk menentukan model terbaik antara fixed effect dan

random effect dilakukan pengujian yang disebut dengan uji hausman. Cara

89
menentukan model terbaik antara kedua model tersebut adalah dengan

melihat nilai Prob. Chi-Square. Apabila nilai Prob. Chi-Square > 0,05 (nilai

sig.), maka model terbaik adalah random effect. Sebaliknya, jika Prob. Chi-

Square < 0,05, maka model terbaik adalah fixed effect. Berikut adalah hasil

dari uji hausman:

Tabel 4.16
Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Pool: RS
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.000000 3 1.0000

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat dilihat bahwa nilai Prob. Chi-

Square sebesar 1,00. Di mana nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga

dapat disimpulkan bahwa model terbaik antara fixed effect dan random

effect adalah random effect.

3. Uji Signifikansi

a. Uji Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk menguji apakah model regersi tersebut secara

bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap variabel terikatnya.

Apabila variabel-variabel bebas secara bersama-sama (simultan)

berpengaruh terhadap variabel terikat, maka model persamaan regresi dapat

90
dikatakan layak. Sebaliknya, apabila variabel-variabel bebas secara

bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh terhadap variabel terikat, maka

model persamaan regresi dapat dikatakan tidak layak. Berikut adalah hasil

pengujian hipotesis dari uji F:

Tabel 4.17
Uji Simultan (Uji F)

Weighted Statistics

R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701


Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Model Random Effect

Berdasarkan output pada tabel 4.17 di atas, nilai Prob. (F-statistic)

sebesar 0,000000. Di mana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α 0,05

sehingga dapat dikatakan bahwa model regresi layak. Karena Prob. (F-

statistic) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan

bahwa BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah secara bersama-sama

(simultan) memberikan pengaruh signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih

(NAB) Reksadana Syariah jenis campuran.

b. Uji Parsial (Uji t)

Setelah dilakukan uji simultan (bersama-sama), selanjutnya dilakukan

uji pasrsial (individu) atau uji t dari masing-masing variabel independen.

Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial (individu)

91
variabel independen terhadap variabel dependen. Berikut adalah hasil

pengujian hipotesis dari uji t:

Tabel 4.18
Uji Parsial (Uji t)

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835

Sumber: Model Random Effect

1) Uji t Variabel BI Rate

Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai

Prob. thitung variabel BI Rate sebesar 0,0006 yang mana lebih kecil dari

0,05 dengan nilai Coefficient sebesar -0,166. Karena Prob. (t-statistic)

< 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa BI

Rate secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan dengan

korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

jenis campuran.

92
2) Uji t Variabel Inflasi

Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai

Prob. thitung variabel Inflasi sebesar 0,0357 yang mana lebih besar dari

0,05 dengan nilai Coefficient sebesar -0,044. Karena Prob. (t-statistic) >

0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Hal ini menyatakan bahwa

Inflasi secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan

dengan korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana

Syariah jenis campuran.

3) Uji t Variabel Nilai Tukar (Kurs)

Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.18 di atas, nilai

Prob. thitung variabel Kurs sebesar 0,0215 yang mana lebih kecil dari 0,05

dengan nilai Coefficient sebesar -0,188. Karena Prob. (t-statistic) <

0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini menyatakan bahwa Kurs

secara parsial (individu) memberikan pengaruh signifikan dengan

korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Syariah

jenis campuran.

c. Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)

Koefisien determinasi menunjukkan besaran kontribusi variabel

bebas terhadap variabel terikatnya. Semakin tinggi koefisien determinasi,

semakin tinggi kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variasi

perubahan pada variabel terikatnya. Dalam penelitian ini digunakan

koefisien determinasi yang telah disesuaikan (Adjusted R-Square) untuk

93
mengurangi kelemahan yang terdapat pada R-Square. Berikut adalah hasil

uji Adjusted R-Square:

Tabel 4.19
Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R-Square)

Weighted Statistics

R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701


Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Model Random Effect

Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 4.19 di atas, nilai

Adjusted R-Square adalah 0,252 atau sebesar 25,2%. Dapat disimpulkan

bahwa pengaruh BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar (Kurs) terhadap Nilai

Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah adalah 25,2%.

Sedangkan sisanya sebesar 74,8% (100%-25,2%) dipengaruhi oleh

variabel-variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini misalnya

sepeti Jumlah Uang Beredar, Produk Domestik Bruto, Indeks Harga Saham

Gabungan, Jakarta Islamic Index, dan lain sebagainya.

4. Analisis Regresi Model Data Panel

Berikut ini adalah model regresi data panel dengan menggunakan

Model Random Effect yang terpilih menjadi model regresi data panel terbaik

dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

94
Tabel 4.20
Model Random Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.489460 0.9857


Idiosyncratic random 0.059010 0.0143

Weighted Statistics

R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701


Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, diperoleh persamaan model regresi

antara variabel dependen (Nilai Aktiva Bersih Reksadana Campuran Syariah)

dan variabel independen (BI Rate, Inflasi, dan Kurs) adalah sebagai berikut:

NABit = 10,081 − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡

Dari persamaan tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa:

95
a. Konstanta (C) sebesar 10,081 menunjukkan bahwa variabel independen (BI

Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah

konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Reksadana Campuran

Syariah meningkat sebesar 10,081.

b. Koefisien regresi BI Rate sebesar -0,166, hal ini menunjukkan bahwa jika

nilai BI Rate pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan

menurunkan NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan

periode ke- t sebesar 0,166.

c. Koefisien regresi Inflasi sebesar -0.044, hal ini menunjukkan bahwa jika

nilai Inflasi pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan

menurunkan NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan

periode ke- t sebesar 0,044.

d. Koefisien regresi Kurs sebesar -0,189, hal ini menunjukkan bahwa jika nilai

Kurs pada observari ke- i dan periode ke- t naik 1%, maka akan menurunkan

NAB Reksadana Campuran Syariah pada observari ke- i dan periode ke- t

sebesar 0,189.

5. Persamaan Model Regresi Sampel Penelitian

Tabel 4.21
Cross-section Random Effect

Random Effects (Cross)


DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835
Sumber: Model Random Effect

96
Berdasarkan tabel 4.21 di atas, diperoleh persamaan model regresi

antara variabel dependen (Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah Campuran)

dan variabel independen (BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah) setiap

Reksadana Campuran Syariah yang menjadi sampel penelitian, yaitu:

a. Persamaan Model Regresi Danareksa Syariah Berimbang

NABit = 0,726 − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡

Konstanta (C) sebesar 0,726 menunjukkan bahwa variabel independen (BI

Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah

konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Danareksa Syariah

Berimbang meningkat sebesar 0,726.

b. Persamaan Model Regresi SAM Syariah Berimbang

NABit = (0,341) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡

Konstanta (C) sebesar -0,341 menunjukkan bahwa variabel independen (BI

Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah

konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB SAM Syariah Berimbang

menurun sebesar 0.341.

c. Persamaan Model Regresi Schroders Syariah Balanced Fund

NABit = (0,223) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡

Konstanta (C) sebesar -0,223 menunjukkan bahwa variabel independen (BI

Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah

97
konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB Schroders Syariah Balanced

Fund menurun sebesar 0,223.

d. Persamaan Model Regresi TRIM Syariah Berimbang

NABit = (0,162) − 0,166BI_𝑅𝑎𝑡𝑒it − 0,044Inflasiit − 0,189𝐾𝑢𝑟𝑠𝑖𝑡

Konstanta (C) sebesar -0,162 menunjukkan bahwa variabel independen (BI

Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar) pada observasi ke- i dan periode ke- t adalah

konstan, maka dapat disimpulkan bahwa NAB TRIM Syariah Berimbang

menurun sebesar 0,162.

D. Interpretasi

Setelah dilakukan penelitian dengan tiga variabel bebas, yaitu BI Rate,

Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Reksadana Campuran Syariah, hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel

memberikan pengaruh signifikan terhadap NAB reksadana syariah jenis campuran.

Hal ini dibuktikkan dengan nilai Prob. (F-statistic) sebesar 0,000000. Di mana nilai

tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima.

Adapun interpretasi penulis terhadap penelitian ini secara parsial atau

individu adalah sebagai berikut:

1. Pengaruh BI Rate terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah

Berdasarkan hasil penelitian, variabel BI Rate memiliki nilai

signifikansi lebih kecil dari nilai α, yaitu sebesar 0,0006 < 0,05 dan nilai

98
Coefficient (C) sebesar -0,166. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0

ditolak dan H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel BI Rate secara

parsial atau individu memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif

terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori di mana saat suku bunga Bank

Indonesia (BI rate) naik, investor akan cenderung mengivestasikan dananya

kepada perbankan dalam bentuk tabungan atau deposito karena memilik return

yang tinggi. Sebaliknya, jika suku bunga Bank Indonesia (BI rate) turun, maka

investor akan mengalihkan dana yang dimilikinya kepada investasi yang

memiliki return lebih tinggi daripada perbankan. Hal ini mengakibatkan

permintaan pada efek meningkat sehingga dapat meningkatkan NAB reksadana

syariah.

Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Utami dan Dharmastuti (2014) yang

menunjukkan bahwa suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) memberikan

pengaruh negatif yang signifikan terhadap return investasi pada reksadana

campuran di Indonesia. Hasil penelitian serupa juga diungkapkan oleh Nurlaili

(2012) yang menyatakan bahwa suku bunga berpengaruh negatif signifikan

terhadap nilai aktiva bersih reksadana. Akan tetapi, penelitian ini bertolak

belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Pasaribu dan Kowanda (2014)

yang menyatakan bahwa tingkat suku bunga SBI berpengaruh positif dan

signifikan terhadap tingkat pengembalian reksadana saham.

99
2. Pengaruh Inflasi terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah

Berdasarkan hasil penelitian, variabel Inflasi memiliki nilai signifikansi

lebih besar dari nilai α, yaitu sebesar 0,0357 > 0,05 dan nilai Coefficient (C)

sebesar -0,044. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Inflasi secara parsial atau

individu memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa apabila inflasi suatu negara

tinggi yang ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara terus-

menerus, maka investor akan lebih berhati-hati dalam menanamkan modalnya.

Hal ini dapat menurunkan NAB reksadana syariah yang mengakibatkan

investor kurang tertarik untuk menanamkan modalnya ketika inflasi sedang

tinggi.

Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan Mursyidin (2010) yang menyatakkan bahwa inflasi

berpengaruh negatif signifikan terhadap NAB reksadana syariah. Hasil serupa

juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Hermawan dan Wiagustini

(2016) yang menyatakan bahwa inflasi memiliki pengaruh negatif yang

signifikan terhadap return investasi reksadana campuran. Akan tetapi,

penelitian tersebut bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh

Rachman dan Mawardi (2015) yang menyatakan bahwa inflasi tidak

berpengaruh signifikan secara parsial terhadap NAV reksadana saham syariah.

100
3. Pengaruh Kurs terhadap NAB Reksadana Syariah

Berdasarkan hasil penelitian, variabel Kurs memiliki nilai signifikansi

lebih kecil dari nilai α, yaitu sebesar 0,0215 < 0,05 dan nilai Coefficient (C)

sebesar -0,189. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan H1

diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Kurs secara parsial atau individu

memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva

Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

Pengaruh variabel kurs rupiah terhadap NAB reksadana campuran

syariah menunjukkan hasil signifikan dengan korelasi negatif. Hal ini

mengindikasikan bahwa hubungan antara kurs rupiah dan NAB reksadana

campuran syariah berlawanan arah, artinya semakin kuat kurs (rupiah

terapresiasi), maka akan meningkatkan NAB reksadana campuran syariah.

Sebaliknya, semakin lemah kus (rupiah terdepresiasi), maka akan menurunkan

NAB reksadana campuran syariah.

Berkaitan dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini mendukung

penelitian yang dilakukan oleh Agustina (2011), dan Saraswati (2013) yang

menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah (kurs) berpengaruh signifikan dengan

korelasi negatif terhadap NAB reksadana syariah. Hasil yang berbeda

ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Beik (2012), serta

Rachman dan Mawardi (2015) yang menyatakan bahwa nilai tukar rupiah

(kurs) berpengaruh signifikan baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka

panjang dengan korelasi positif terhadap NAB reksadana syariah.

101
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, dapat diambil kesimpulan, yaitu jika BI rate, inflasi, dan kurs

mengalami peningkatan nilai, maka NAB reksadana campuran syariah akan

menurun. Sebaliknya, jika BI rate, inflasi, dan kurs mengalami penurunan nilai,

maka NAB reksadana campuran syariah akan meningkat. Hal ini dibuktikan

dengan hasil penelitian sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi, menunjukkan bahwa secara simultan (bersama-

sama) BI Rate, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah (Kurs) memberikan pengaruh

signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai Prob. (F-statistic) sebesar 0,000000 < 0,05

yang menandakan bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

2. Hasil uji regresi secara parsial (individu), yaitu sebagai berikut:

a. BI Rate memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung BI Rate sebesar 0,0006 < 0,05 dan nilai

Coefficient sebesar -0,166. Hasil tersebut menandakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima.

102
b. Inflasi memberikan pengaruh signifikan dengan korelasi negatif terhadap

Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran Syariah. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung Inflasi sebesar 0,0357 < 0,05 dan nilai

Coefficient sebesar -0,044. Hasil tersebut menandakan bahwa H0 ditolak

dan H1 diterima.

c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) memberikan pengaruh signifikan dengan

korelasi negatif terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksadana Campuran

Syariah. Hal ini ditunjukkan dengan nilai Prob. thitung Kurs sebesar 0,0215

< 0,05 dan nilai Coefficient sebesar -0,189. Hasil tersebut menandakan

bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dijelaskan

sebelumnya, maka peneliti mencoba mengemukakan implikasi yang mungkin

bermanfaat bagi pihak-pihak terkait, yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Manajer Investasi

Sebaiknya mempertimbangkan BI rate, inflasi, dan kurs dalam

pengambilan keputusan penempatan dana dari masyarakat pemodal agar bisa

mempertahankan atau meningkatkan hasil dari Reskadana Campuran Syariah.

2. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan oleh investor sebagai acuan dalam

menjalankan strategi yang tepat dalam menanamkan investasi di reksadana

103
syariah jenis campuran. Selain itu, variabel BI rate, inflasi dan kurs juga patut

diperhatikan sebelum berinvestasi. Hal ini dikarenakan hasil penelitian

menunjukkan bahwa BI rate, inflasi dan kurs memberikan pengaruh signifikan

dengan korelasi negatif terhadap NAB Reksadana Campuran Syariah.

3. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pemicu dan acuan bagi peneliti

selanjutnya dengan tema serupa. Sebaikya, penelitian selanjutnya dilakukan

dengan membandingkan NAB dari semua jenis reksadana dan Manajer

Investasi yang ada di Indonesia. Selain itu, hendaknya menambah rentan wartu,

variabel-variabel baru, serta pengembangan teori sehingga penelitian

selanjutnya lebih baik dan komprehensif.

104
DAFTAR PUSTAKA

Afriyadi, Ahmad Dwi. “BI Ungkap Penyebab Rendahnya Inflasi di 2016”, diakses
pada tanggal 6 Januari 2017, dari http://bisnis.liputan6.com

Agustina, Winda. “Pengaruh Fluktuasi Jumlah Uang Beredar, Nilai Tukar Rupiah dan
BI Rate Terhadap Nilai Aktiva Bersi per unit (NAB/unit) Reksadana Syariah”.
Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 2011.

Ali, Kasyfurrahman, dan Beik, Syauqi. “Pengaruh Makroekonomi Terhadap


Reksadana Syariah”. Iqtishodia, Jurnal Ekonomi Islam Republika, 2012.

Ali, Mohammad. “Metodologi dan Aplikasi Riset Pendidikan”. Pustaka Cendika


Utama, Jakarta, 2012.

Ariefianto, Moch. Doddy. “EKONOMETRIKA: Esensi dan Aplikasi dengan


Menggunakan Eviews”. Erlangga, Jakarta, 2012.

Aurora, Tona, dan Riyadi, Agus. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, dan Kurs Terhadap
Indeks LQ-45 di Bursa Efek Indonesia". Jurnal Dinamika Manajemen, Vol. 1
No. 3, 2013.

Aziz, Abdul. "Manajemen Investasi Syari'ah". ALFABETA, Bandung, 2012.

Basuki, Agus Tri, dan Prawoto, Nano. "Analisis Regresi Dalam Penelitan Ekonomi &
Bisnis: Dilengkapi Aplikasi SPSS & Eviews”. PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta, 2016.

Dariyus. "Apakah Kinerja dan Risiko Persadana Syariah Lebih Baik Dibandingkan
dengan Reksadana Konvensional?". Edisi ke-VIII , Jurnal Orasi Bisnis, 2012.

DSN. "Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional". DSN MUI-Bank Indonesia,


Jakarta, 2006.

Ekananda, M. "Analisis Ekonometrika Data Panel". Edisi 2. Mitra Wacana Media,


Jakarta, 2016.

105
Farid, Muhammad. "Mekanisme dan Perkembangan Reksadana Syariah". Iqtishoduna,
Vol. 4 No. 1, 2014.

Ghozali, Imam. "Analisis Multivariative Dengan Program IBM SPSS 20". Mitra
Wacana Media, Jakarta, 2012.

Hamid, Abdul. "Pasar Modal Syariah". Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.

Hamzah, Amal, dan Yohanes, Agustinus. "Analisis Perbandingan Kinerja Reksadana


Syariah dengan Reksadana Konvensional Jenis Saham Periode 2008 - 2012".
Jurnal MIX, Volume IV No. 3, 2014.

Hasibuan, Malayu S.P. "Dasar-dasar Perbankan". PT Bumi Aksara, Jakarta, 2015.

Hendrayana, Wawan. "Kinerja Reksadana Campuran Syariah 2016", artikel diakses


pada tanggal 21 Januari 2017, dari https://www.infovesta.com

Hermawan, Denny, dan Wiagustini, Ni Luh Putu. "Pengaruh Inflasi, Suku Bunga,
Ukuran Reksadana, dan Umur Reksadana Terhadap Kinerja Reksadana". E-
Jurnal Manajemen Unud, Vol. 5 No. 5, 2016.

Huda, Nurul, dan Nasution, Mustafa Edwin. "Investasi Pada Pasar Modal Syariah".
Kencana, Jakarta, 2014.

Karim, Adiwarman A. "Ekonomi Makro Islami". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta,


2015.

Karya, Detri, dan Syamsuddin, Syamri. "Makro Ekonomi: Pengantar Untuk


Manajemen". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2016.

Kasmir. "Dasar-dasar Perbankan". PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014.

Kuncoro, Mudrajad. "Mudah Memahami dan Menganalisis Indikator Ekonomi". UPP


STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.

Kurniasih, Agustina, dan Johannes, Leonardo David Yuliandy. "Analisis Variabel


Makroekonomi Terhadap Kinerja Reksadana Campuran". Jurnal Manajemen,
Vol. XIX No. 01, 2015.

106
Kurniawan, Asep Egi, dkk. "Model Regresi Data Panel Berganda". Eurekamatika,
Vol. 3 No. 1, 2015.

Manan, Abdul. "Hukum Ekonomi Syariah: Dalam Perspektif Kewenangan Peradilan


Agama". Kencana, Jakarta, 2012.

Mansuri. "Modul Praktikum Eviews: Analisis Regresi Linier Berganda Menggunakan


Eviews". Fakultas Ekonomi Universitas Borobudur, Jakarta, 2016.

Maulana, Akbar. "Pengaruh SBI, Jumlah Uang Beredar, Inflasi Terhadap Kinerja
Reksadana Saham di Indonesia Periode 2004-2012". Jurnal Ilmu Manajemen |
Volume 1 Nomor 3, 2013.

Muhamad. "Manajemen Keuangan Syari'ah Analisis Fiqh & Keuangan". UPP STIM
YKPN, Yogyakarta, 2016.

Murni, Asfia. "Ekonomika Makro". PT Refika Aditama, Bandung, 2016.

Mursyidin, Ahmad. "Analisis Variabel Makroekonomi dan Indeks Syariah Terhadap


Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah". Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta 2010.

Nugraha, Diko Surya. "Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Investor


Berinvestasi pada Reksadana Syariah". Skripsi, Departemen Ilmu Ekonomi,
Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 2015.

Nurgiyantoro, Burhan, dkk. "Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu Sosial". Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, 2015.

Nurlaili, Nunuk. "Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan dan Rate Bank Indonesia
Terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Saham". Tesis Magister Manajemen,
Universitas Terbuka, Jakarta, 2012.

Nursiyono, Joko Ade, dan Nadeak, Pray P. H. "Setetes Ilmu Regresi Linier". Media
Nusa Creative, Malang, 2016.

OJK. "Perbankan". Otoritas Jasa Keuangan, Jakarta, 2016.

Pandia, Frianto, dkk. "Lembaga Keuangan". PT RINEKA CIPTA, Jakarta, 2009.

107
Pasaribu, Rowland Bismak Fernando, dan Kowanda, Dionysia. "Pengaruh Suku Bunga
SBI, Tingkat Inflasi, IHSG, dan Bursa Asing Terhadap Tingkat Pengembalian
Reksadana Saham". Jurnal Akuntansi & Manajemen, Vol. 25 No. 1, 2014.

Priyatno, Duwi. "Buku Saku Analisis Data SPSS". Media Kom, Yogyakarta, 2011.

Putong, Iskandar. "Economics, Edisi 5: Pengantar Mikro dan Makro". Mitra Wacana
Media, Bogor, 2013.

Rachman, Ainur, dan Mawardi, Imron. "Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, BI Rate
Terhadap Net Asset Value Reksadana Saham Syariah". JESTT, Vol. 2 No. 2,
2015.

Rahardja, Prathama, dan Manurung, Mandala. "Teori Ekonomi Makro". Edisi 5,


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 2014.

Ratnawati, Vince, dan Khairani, Ningrum. "Perbandingan Kinerja Reksadana Syariah


dan Reksadana Konvensional". Jurnal Akuntansi, Vol. 1 No. 1, 2012.

Rodoni, Ahmad. "Investasi Syariah". Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta, 2009.

Saraswati, Fitria. "Analisis Pengaruh Sertifikat Bank Indonesia Syariah, Inflasi, Nilai
Tukar Rupiah, dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Aktiva Bersih
Reksadana Syariah". Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2013.

Siregar, Sofian. "Statistik Deskriptif Untuk Penelitian". PT RajaGrafindo Persada,


Jakarta, 2010.

Siregar, Sofian. "Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi dengan Perhitungan


Manual & SPSS". Prenada Media Group, Jakarta, 2013.

Soemitra, Andri. "Bank dan Lembaga Keuangan Syariah". Edisi Kedua, Kencana,
2016.

Sukirno, Sadono. "Makroekonomi Teori Pengantar". PT Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2015.

108
Suliyanto. "Ekonometrika Terapan: Teori & Aplikasi dengan SPSS". Andi Offset,
Yogyakarta, 2011.

Susyanti, Jeni. "Pengelolaan Lembaga Keuangan Syariah". Empat Dua (Kelompok


Intrans Publishing), Malang, 2016.

Tricahyadinata, Irsan. "Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Interbank
Offered Rate (JIBOR); Kinerja Reksadana Campuran". INOVASI: Jurnal
Ekonomi Keuangan dan Manajemen, Volume 12, 2016.

Utami, Maria Lidwina, dan Dharmastuti, Christiana Fara. "Faktor Eksternal dan
Internal Yang Mempengaruhi Return Investasi Produk Reksadana Campuran
di Indonesia". Media Ekonomi dan Manajemen, Vol. 29 No. 2, 2014.

Widarjono, Agus. "Analisis Multivariat Terapan: Dengan Program SPSS, AMOS, dan
SMARTPLS". UPP STIM YKPN, Yogyakarta, 2015.

Winarno, Wing Wahyu. "Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews". Edisi
3. STIM YKPN Yogyakarta, Yogyakarta, 2011.

Yuniarti, Vinna Sri. "Ekonomi Makro Syariah". CV Pustaka Setia, Bandung, 2016.

Zuraya, Nidia. "BI Tetapkan Suku Bunga Acuan Baru Pengganti BI Rate", artikel
diakses pada tanggal 15 April 2016, dari www.republika.co.id

www.aria.bapepam.go.id

www.bareksa.com

www.bi.go.id

www.bps.go.id

www.kemendag.go.id

www.ojk.go.id

www.pusatdata.kontan.co.id

109
LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1: Daftar Reksadana Syariah Jenis Campuran Per Desember 2016

Tanggal
No Reksadana Syariah Manajer Investasi
Efektif
PT PNM Investment
1 PNM Syariah 15/05/2000
Management
Danareksa Syariah PT Danareksa Investment
2 24/11/2000
Berimbang Management
Mandiri Syariah Investa PT Mandiri Manajemen
3 14/10/2004
Berimbang Investasi
AAA Amanah Syariah PT AAA Asset
4 17/06/2005
Fund Management
PT Trimegah Asset
5 TRIM Syariah Berimbang 26/12/2008
Management
Syariah BNP Paribas PT BNP Paribas Investment
6 09/04/2007
Pesona Amanah Partners
PT Ciptadana Asset
7 Cipta Syariah Balance 16/04/2008
Management
Schroder Syariah Balanced PT Schroder Investment
8 22/04/2009
Fund Management Indonesia
PT Samuel Aset
9 SAM Syariah Berimbang 20/01/2012
Manajemen
Panin Dana Syariah PT Panin Asset
10 16/08/2012
Berimbang Management
MNC Dana Syariah PT MNC Asset
11 13/12/2012
Kombinasi Management
Insight Syariah Berimbang PT Insight Investment
12 04/06/2013
(I-Share) Management
Arvist Balanced Amar PT Arvist Asset
13 30/09/2013
Syariah Management
PT Pasific Capital
14 Pacific Balance Syariah 27/11/2013
Investment
Mega Asset Madania PT Mega Asset
15 06/12/2013
Syariah Management
CIMB-Principal Balanced PT CIMB-Principal Asset
16 14/04/2014
Growth Syariah Management
PT Pratama Capital Assets
17 Pratama Syariah Imbang Management 24/10/2014

110
Asia Raya Syariah Taktis
18 PT Asia Raya Kapital 25/01/2016
Berimbang
Cipta Nusantara Syariah PT Ciptadana Asset
19 04/05/2016
Berimbang Management
Sumber: www.ojk.go.id

Lampiran 2: Daftar Sampel Penelitian

Tanggal
No Reksadana Syariah Manajer Investasi
Efektif
Danareksa Syariah PT Danareksa Investment
1 24/11/2000
Berimbang Management
PT Samuel Aset
2 SAM Syariah Berimbang 20/01/2012
Manajemen
Schroder Syariah Balanced PT Schroder Investment
3 22/04/2009
Fund Management Indonesia
PT Trimegah Asset
4 TRIM Syariah Berimbang 26/12/2008
Management
Sumber: www.ojk.go.id

Lampiran 3: Data Variabel Penelitian

1. Variabel Independen

a. Bank Indonesia (BI) Rate

BI Rate (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 7,5 7,75 7,25
2 Februari 7,5 7,5 7
3 Maret 7,5 7,5 6,75
4 April 7,5 7,5 6,75
5 Mei 7,5 7,5 6,75
6 Juni 7,5 7,5 6,5
7 Juli 7,5 7,5 6,5
8 Agustus 7,5 7,5 5,25
9 September 7,5 7,5 5
10 Oktober 7,5 7,5 4,75
11 November 7,75 7,5 4,75
12 Desember 7,75 7,5 4,75
Rata-rata 7,54 7,52 6
Sumber: www.bi.go.id

111
b. Inflasi

Inflasi (%)
No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 8,22 6,96 4,14
2 Februari 7,75 6,29 4,42
3 Maret 7,32 6,38 4,45
4 April 7,25 6,79 3,6
5 Mei 7,32 7,15 3,33
6 Juni 6,7 7,26 3,45
7 Juli 4,53 7,26 3,21
8 Agustus 3,99 7,18 2,79
9 September 4,53 6,83 3,07
10 Oktober 4,83 6,25 3,31
11 November 6,23 4,89 3,58
12 Desember 8,36 3,35 3,02
Rata-rata 6,42 7,52 3,53
Sumber: www.bi.go.id

c. Nilai Tukar Rupiah (Kurs) Tengah

Nilai Tukar (Rp)


No. Bulan 2014 2015 2016
1 Januari 12.226 12.515 13.889
2 Februari 11.634 12.863 13.395
3 Maret 11.404 13.084 13.276
4 April 11.532 12.937 13.204
5 Mei 11.611 13.211 13.615
6 Juni 11.969 13.332 13.180
7 Juli 11.591 13.481 13.094
8 Agustus 11.717 14.027 13.300
9 September 12.212 14.657 12.998
10 Oktober 12.082 13.639 13.051
11 November 12.196 13.840 13.563
12 Desember 12.440 13.795 13.436
Rata-rata 11.884 13.448 13.333
Sumber: www.kontan.co.id

112
2. Variabel Dependen: NAB Reksadana Campuran Syariah Sampel Penelitian

Schroder
Danareksa SAM TRIM
Syariah
Periode Syariah Syariah Syariah
Balanced
Berimbang Berimbang Berimbang
Fund
Jan-2014 5073,96 1739,67 1857,95 1978,58
Feb-2014 5190,51 1822,53 1909,82 2070,18
Mar-2014 5306,14 1912,49 1958,49 2142,52
Ap-2014 5383,73 1958,35 1971,47 2171,74
Mei-2014 5486,48 1978,5 1991,11 2204,51
Jun-2014 5495,25 1934,58 2005,45 2191,07
Jul-2014 5699,22 2010,54 2078,34 2306,6
Aug-2014 5670,85 2030,35 2084,25 2326,43
Sep-2014 5610,59 1942,49 2040,19 2310,55
Okt-2014 5597,27 1958,02 2023,49 2322,85
Nov-2014 5700,36 2043,15 2075,78 2357,02
Des-2014 5732,28 2143,24 2130,35 2413,37
Jan-2015 5732,95 2185,23 2188,59 2458,45
Feb-2015 5829,32 2244,04 2231,42 2487,51
Mar-2015 5789,16 2143,62 2234,29 2453,02
Ap-2015 5491,93 2010,42 2166,7 2334,82
Mei-2015 5694,05 2046,85 2211,72 2389,65
Jun-2015 5466,27 1926,63 2144,31 2255,92
Jul-2015 5409,51 1884,15 2135,89 2248,61
Aug-2015 5211,42 1690,52 2062,07 2119,87
Sep-2015 5023,61 1624,63 2004,17 2029,17
Okt-2015 5170,61 1745,86 2063,18 2113,65
Nov-2015 5136,35 1712,53 2062,48 2084,38
Des-2015 5268,98 1738,63 2117,45 2141,72
Jan-2016 5335,32 1753,51 2145,09 2188,66
Feb-2016 5497,56 1765,98 2216,85 2258,83
Mar-2016 5602,25 1849,49 2249,74 2299,55
Ap-2016 5646,61 1883,06 2255,4 2311,9
Mei-2016 5627,1 1853,61 2285,81 2326,07
Jun-2016 5846,13 1922,05 2367,96 2450,45
Jul-2016 6057,73 2014,4 2423,89 2526,78
Aug-2016 6208,98 2011,7 2470,08 2552,84
Sep-2016 6168,32 1939,24 2460,81 2520,31
Okt-2016 6103,38 1963,32 2471,21 2540,85
Nov-2016 5773,35 1929,42 2367,2 2425,84
Des-2016 5843,71 1920,12 2391,88 2429,98
Sumber: pusatdata.kontan.co.id

113
Lampiran 4: Uji Normalitas
20
Series: Residuals
Sample 1 144
16 Observations 144

Mean 1.46e-15
12 Median 0.002214
Maximum 0.149593
Minimum -0.108196
Std. Dev. 0.060730
8
Skewness 0.058792
Kurtosis 2.569395
4
Jarque-Bera 1.195479
Probability 0.550054
0
-0.10 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15

Sumber: Data diolah

Lampiran 5: Uji Multikolinieritas

1. Variance Inflation Factor

Variance Inflation Factors


Date: 05/31/17 Time: 08:33
Sample: 1 144
Included observations: 144

Coefficient Uncentered Centered


Variable Variance VIF VIF

BI_RATE 0.121797 352.1852 2.050424


INFLASI 0.023393 50.11079 2.114196
KURS 0.356770 24429.02 1.120874
C 33.28164 25452.48 NA

Sumber: Data diolah

2. Koefisien Korelasi Antar variabel Independen

BI_RATE INFLASI KURS

BI_RATE 1.000000 0.714144 -0.275254


INFLASI 0.714144 1.000000 -0.321936
KURS -0.275254 -0.321936 1.000000
Sumber: Data diolah

114
Lampiran 6: Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.003007 Prob. F(3,140) 0.9998


Obs*R-squared 0.009277 Prob. Chi-Square(3) 0.9998
Scaled explained SS 0.005559 Prob. Chi-Square(3) 0.9999

Sumber: Data diolah

Lampiran 7: Uji Autokolerasi

1. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test; sebelum pemulihan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 674.9007 Prob. F(2,138) 0.0000


Obs*R-squared 130.6434 Prob. Chi-Square(2) 0.0000

Sumber: Data diolah

2. Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test; setelah pemulihan

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 0.097780 Prob. F(2,137) 0.9069


Obs*R-squared 0.203834 Prob. Chi-Square(2) 0.9031

Sumber: Data diolah

115
Lampiran 8: Model Common Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:26
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

BI_RATE? -0.071950 0.347307 -0.207166 0.8362


INFLASI? -0.005266 0.152422 -0.034547 0.9725
KURS? 0.850489 0.055210 15.40462 0.0000

R-squared -0.014960 Mean dependent var 7.899663


Adjusted R-squared -0.029356 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.437077 Akaike info criterion 1.203199
Sum squared resid 26.93612 Schwarz criterion 1.265070
Log likelihood -83.63031 Hannan-Quinn criter. 1.228340
Durbin-Watson stat 0.010688

Sumber: Data diolah

116
Lampiran 9: Model Fixed Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled Least Squares
Date: 05/31/17 Time: 08:27
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.784534 12.84931 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0358
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0216
Fixed Effects (Cross)
DANARE--C 0.725866
SAM--C -0.340643
SCHRODER--C -0.223323
TRIM--C -0.161900

Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables)

R-squared 0.982024 Mean dependent var 7.899663


Adjusted R-squared 0.981237 S.D. dependent var 0.430799
S.E. of regression 0.059010 Akaike info criterion -2.774818
Sum squared resid 0.477064 Schwarz criterion -2.630452
Log likelihood 206.7869 Hannan-Quinn criter. -2.716156
F-statistic 1247.386 Durbin-Watson stat 0.218507
Prob(F-statistic) 0.000000

Sumber: Data diolah

117
Lampiran 10: Model Random Effect

Dependent Variable: NAB?


Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 05/31/17 Time: 08:28
Sample: 2014M01 2016M12
Included observations: 36
Cross-sections included: 4
Total pool (balanced) observations: 144
Swamy and Arora estimator of component variances

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 10.08072 0.821819 12.26635 0.0000


BI_RATE? -0.166153 0.047460 -3.500900 0.0006
INFLASI? -0.044104 0.020799 -2.120434 0.0357
KURS? -0.188825 0.081228 -2.324645 0.0215
Random Effects (Cross)
DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835

Effects Specification
S.D. Rho

Cross-section random 0.489460 0.9857


Idiosyncratic random 0.059010 0.0143

Weighted Statistics

R-squared 0.267367 Mean dependent var 0.158701


Adjusted R-squared 0.251668 S.D. dependent var 0.068215
S.E. of regression 0.059010 Sum squared resid 0.487511
F-statistic 17.03055 Durbin-Watson stat 0.213825
Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.006704 Mean dependent var 7.899663


Sum squared resid 26.36119 Durbin-Watson stat 0.003954

Sumber: Data diolah

118
Lampiran 11: Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests


Pool: RS
Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob.

Cross-section F 2477.742324 (3,137) 0.0000


Cross-section Chi-square 577.727626 3 0.0000

Sumber: Data diolah

Lampiran 12: Uji Hausman

Correlated Random Effects - Hausman Test


Pool: RS
Test cross-section random effects

Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.

Cross-section random 0.000000 3 1.0000

Sumber: Data diolah

Lampiran 13: Cross-section Random Effect

Random Effects (Cross)


DANARE--C 0.725573
SAM--C -0.340506
SCHRODER--C -0.223233
TRIM--C -0.161835
Sumber: Model Random Effect

119

Anda mungkin juga menyukai