ABSTRACT
This research examined the analysis of the effect of the Inflation, Rupiah Exchange Rate
and BI Rate on the Net Asset Value (NAV) of Islamic Mutual Fund. Data used in this research is
annualy, data start from 2013 until 2017. Sampling method used in this research is purposive
sampling. This research used quantitative approach method and the analysis techniques used is
multiple linear regression that using Eviews Version 10.
Based on the result of this research showed that Inflation, Rupiah Exchange Rate and BI
Rate stimultaneously has significant effect to Net Asset Value (NAV) of Sharia Mutual Balanced
Fund. The results also show that inflation has a significant negative effect on the NAV of Islamic
mutual funds. The Rupiah Exchange Rate (Exchange Rate) has a significant negative effect on the
NAV of Islamic mutual funds and Bank Indonesia (BI) Rate significant positive effect of the NAV of
Islamic mutual funds.
Keywords : Inflation, Rupiah Exchange Rate, BI Rate and Net Asset Value (NAV) of Islamic
Mutual Fund
1. PENDAHULUAN
Sebagai salah satu bentuk investasi, reksadana syariah memiliki kriteria yang berbeda
dengan reksadana konvensional pada umumnya. Menurut (Firdaus et al, 2005), perbedaan paling
mendasar antara reksadana konvensional dengan reksadana syariah terletak pada proses
screening, dimana proses tersebut berfungsi untuk mengeluarkan segala aktivitas riba, amoral,
haram dan lainnya. (Ryandono, 2009) menjelaskan bahwa: ”Islam memandang semua perbuatan
yang dilakukan manusia dalam kehidupan sehari-hari, termasuk aktivitas ekonominya sebagai
investasi yang akan mendapatkan hasil (return). Return investasi dalam Islam sesuai dengan
besarnya sumber daya yang dikorbankan dan Islam mengajarkan untuk selalu mendahulukan
perintah Allah dan menjauhkan diri dari larangan-Nya”.
Salah satu ukuran kinerja investasi di reksa dana syariah adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB).
Nilai Aktiva Bersih (NAB) berkaitan dengan nilai portofolio reksa dana yang bersangkutan.
Besarnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) bisa berfluktuatif setiap hari, tergantung pada perubahan nilai
efek dalam portofolio reksadana. Meningkatnya Nilai Aktiva Bersih (NAB) mengindifikasikan
meningkatnya investasi pemegang saham per unit pernyertaan.
Tabel 1.1
Perkembangan NAB Reksadana Syariah di Indonesia Tahun 2013 – 2017
Tahun Jumlah Reksadana Syariah NAB Reksadana Syariah (Miliar)
2013 65 9.432,19
2014 74 11.158,00
2015 93 11.019,43
Berdasarkan Grafik 1.1 dan Tabel 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah dan total nilai
aktiva bersih reksadana syariah terus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data statistik
hingga tahun 2017 jumlah nilai aktiva bersih mencapai Rp 28.311,77 miliar dengan jumlah
reksadana syariah sebanyak 181. Hal ini membuktikan bahwa reksadana syariah mendapat
sambutan yang baik di masyarakat Indonesia yang mayoritas muslim. Akan tetapi, di tahun 2015
nilai aktiva bersih reksadana syariah mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena
adanya berbagai pergeseran fundamental dalam perekonomian dunia. Kondisi ekonomi global
yang tidak stabil akan memberikan dampak pada kondisi perekonomian Indonesia.
Variabel kedua yaitu nilai tukar rupiah. Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara
terhadap negara lain. Jika nilai tukar menurun maka biaya produksi akan meningkat dan hutang
perusahaan akan meningkat, sehingga bagi hasil yang diberikan pun akan menurun hal tersebut
menyebabkan investasi tidak lagi menarik, sehingga menurunkan nilai investasi yang berdampak
pada menurunnya NAB suatu reksadana. Dalam penilitian (Ali, 2012; Wiradiyasa,2016)
menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh positif dan signifikan. Namun hasil (Ali, 2012;
Wiradiyasa,2016) bertentangan dengan penelitian Rachman (2015) yang menyatakan bahwa nilai
tukar rupiah berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB.
Variabel ketiga yaitu Bi Rate. BI rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan
sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh BI dan diumumkan kepada publik. Jika
BI rate naik maka pengembalian terhadap pinjaman yang di lakukan emiten juka akan mengalami
kenaikan, akibatnya return yang dibagi akan mengalami penurunan. Sehingga NAB juga akan
mengalami penurunan. Dalam penilitian Rachman (2015) menunjukkan bahwa Bi Rate
berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap NAB.
2. KAJIAN TEORI
2.1 Signalling theory
Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan oleh
perusahaan terhadap keputusan investasi pihak eksternal. Teori ini menjelaskan bagaimana
perusahaan memberikan sinyal kepada para pengguna laporan keuangan. Menurut Jama’an
(2008) dalam Lestari (2017) sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan
bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Pada saat informasi diumumkan
dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar akan
mnginterpretasikan dan menganalisis apakah informasi tersebut tergolong sebagai sinyal yang
baik (good news) atau sinyal yang buruk (bad news). Sinyal ini dapat mempengaruhi opini investor
dan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pada penelitian ini, perusahaan mengirimkan sinyal melalui laporan keuangan, dimana
kinerja perusahaan digambarkan oleh rasio-rasio didalamnya. Calon investor akan menerima
sinyal-sinyal tersebut dan akan mempengaruhi keputusan investasi mereka. Hal ini akan
berpengaruh terhadap harga reksadana di pasar bursa, karena harga reksadana terbentuk akibat
adanya penawaran dan permintaan antara penjual dan pembeli.
𝑰𝑯𝑲 − 𝑰𝑯𝑲−𝟏
𝐈𝐧𝐟𝐥𝐚𝐬𝐢 = 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝑰𝑯𝑲−𝟏
P=еṕ
Ha3
BI Rate (X3)
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah reksadana syariah yang terdaftar di OJK
(Otoritas Jasa Keuangan) dan aktif hingga tahun 2017. Dengan periode pengamatan selama 5
tahun yaitu pada tahun 2013 hingga 2017. Terhitung hingga tahun 2017, sudah terdapat 181
reksadana syariah yang terdapat di OJK. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini yaitu
purposive sampling. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam penilaian pengambilan
sampel penelitian ini yaitu reksadana syariah yang terdaftar di OJK pada periode 2013-2017,
reksadana syariah jenis campuran yang efektif di OJK selama periode 2013-2017 dan reksadana
syariah jenis campuran yang memiliki nilai NAB Sehingga diperoleh sampel penelitian sebagai
berikut:
Keterangan:
α : Konstanta
X1 : Inflasi
X3 : BI Rate
e : residual (error)
Observations 73 73 73 73
Sumber: Output Eviews 10, data diolah 2018
Dapat dilihat pada tabel 4.1, bahwa pada variabel NAB, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Bi
Rate memiliki nilai standar deviasi lebih kecil dari mean. Hal ini menunjukkan sebaran data
variabel NAB, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah dan Bi Rate memiliki penyimpangan data yang sedikit,
karena perubahan datanya tidak bergerak secara variatif
Uji Chow
Diketahui probabilitas chi-square hasil regresi persamaan dengan fixed effect sebesar
0.0000. Nilai tersebut lebih kecil dari tingkat signifikan 0.05. Dengan demikian H0 dapat ditolak
atau dapat dinyatakan tidak diterima, sehingga dikatan bahwa hasil regresi persamaan dalam
penelitian ini menggunakan model fixed effect dan dilanjutkan ke uji Hausman.
Uji Hausman
Chi-Sq.
Test Summary Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Diketahui probabilitas cross section random sebesar 0.0508. Nilai probabilitas ini lebih
tinggi dari kriteria batasan Cross-section Random yaitu sebesar 0.05 (Widarjono,2009). Dengan
7
Uji Normalitas
10
Series: Standardized Residuals
Sample 2013 2017
8
Observations 73
6 Mean 0.116816
Median -0.038114
Maximum 3.122793
4 Minimum -3.215145
Std. Dev. 1.368974
2
Skewness 0.120542
Kurtosis 3.149993
0 Jarque-Bera 0.245216
-3 -2 -1 0 1 2 3
Probability 0.884610
Uji Multikolinieritas
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinieritas
INFLASI NTR BIRA
INFLASI 1 -0.7350732601816066 0.6794994609539904
NTR -0.7350732601816066 1 -0.4220576455222029
BIRA 0.6794994609539904 -0.4220576455222029 1
Sumber: Output Eviews 10, data diolah 2018
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa tidak terdapat multikolinearitas karena semua
variabel memiliki nilai kurang dari 0.08 antar variabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya multikolinearitas antar variabel independen.
Uji Autokorelasi
DW-stat 2.011129
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa nilai DW adalah sebesar 2.011129 setelah dilakukan
treatment. Pengujian ini menggunakan signifikan sebesaar 0,05 (5%) dengan 73 observasi (n) 3
variabel independen (k) sehingga akan didapatkan dL = 1.5360 dan dU = 1.7067 dilihat dari tabel
DW. Berdasarkan pada penjelasan bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pada penelitian ini
tidak terdapat autokorelasi karena nilai dU < nilai DW dan nilai DW < nilai 4-dU maka menerima H0
yaitu tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif.
Pada tabel 4.6 diatas, terlihat bahwa probabilitas chi-square sebesar 0.5309 dimana
nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa dalam
penelitian ini tidak ditemukan adanya heteroskedastisitas antar variabel independen dalam
penelitian ini
Analisis Regresi
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut:
10
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, disimpulkan bahwa Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva Bersih Reksadana Syariah di Indonesia
periode 2013-2017. Sedangkan Bi Rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap Nilai Aktiva
Bersih Reksadana Syariah di Indonesia periode 2013-2017.
SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diajukan pada penelitian ini
sebagai berikut :
1. Peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan obyek penelitian bukan dari
Nilai Aktiva Bersih reksadana campuran syariah tetapi bisa mengambil jenis reksadana
syariah yang lain. Serta peneliti selanjutnya dapat menambahkan variable lain yang
mempengaruhi Nilai Aktiva Bersih reksadana syariah selain inflasi, nilai tukar rupiah dan Bi
Rate.
2. Manajer investasi disarankan untuk tetap memperhatikan faktor-faktor ekonomi makro
seperti inflasi, nilai tukar rupiah dan BI Rate. Supaya dalam berinvestasi pada reksa dana
syariah dapat memberikan konstribusi laba yang maksimal.
3. Untuk masyarakat berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada masyarakat jika
hendak berinvestasi ke reksadana syariah untuk tetap melihat faktor-faktor makro ekonomi
seperti inflasi, nilai tukar rupiah dan BI rate, agar dapat mengurangi resiko terjadinya
kerugian dalam berinvestasi pada reksa dana syariah.
11
12
13