Disusun Oleh :
Faldi Azwar
KELAS AKUNTANSI II
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM STUDI
AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
Analisis Dampak Inflasi terhadap Bank Syariah di Indonesia
Faldi Azwar
e-mail : faldo.tr13@gmail.com
(LITERATUR REVIEW)
Abstrak
Tujuan dari pengkajian ini ialah untuk menanggapi bagaimana pandemi
corona dan inflasi rupiah mempengaruhi biaya yang dikenakan oleh Bank
Syariah Indonesia. publik yang teridentifikasi ialah seluruh bank syariah
Indonesia yang telah berdiri dan beroperasi. jenis penelitian yang dipilih
untuk penelitian ini menggunakan metode meninjau. Hasil temuan
menunjukkan bahwa virus corona berdampak positif dan signifikan
terhadap biaya sedangkan inflasi berdampak negatif secara
marginal.Metode pengkajian ini menggunakan metode meninjau sejumlah
temuan penelitian yang telah dilaporkan di sejumlah publikasi.
Faktor inflasi merupakan salah satu unsur yang selama ini "mengganggu" ekspansi
ekonomi Indonesia. Inflasi akan meningkatkan harga, yang akan mendorong produsen untuk
Persoalannya adalah tingkat inflasi Indonesia yang sangat rumit, tinggi, dan berfluktuasi.
Kecenderungan harga untuk meningkat secara konsisten dan umumnya dikenal sebagai
inflasi. Inflasi yang tinggi akan mempersulit perekonomian suatu negara dan menaikkan
sebagai badan penghubung finansial antara kreditur serta debitur yang tujuannya
mengumpulkan dana dari nasabah dan memanifestasikan kembali dana tersebut kepada
nasabah lainnya (Prasetyo, 2011). Dalam perekonomian, bank berfungsi sebagai mediator
penting.
Ada dua kategori bank umum yang berbeda di Indonesia: bank umum serta bank
dengan hukum islam. Penyaluran dana oleh perbankan syariah ini berupa pendanaan dengan
konsep bagi hasil di sektor riil, atau sektor yang menghasilkan output, berbeda pada bank
umum yang memberikan lebih berlimpah dana ke bagian finansial mengarah bisnis.
Perbankan syariah ialah badan keuangan yang berpraktik sesuai dengan hukum dalam
Islam serta usah utamanya ialah penyediaan keuangan dan layanan lainnya dalam lalu lintas
pelunasan dan perputaran dana. Perbankan ini lebih diketahui sebagai bank yang membagi
keuntungan. Perbankan ini malah menggunakan struktur bagi hasil, yang merupakan
kesepakatan untuk membagi keuntungan dan kerugian di antara rekan kerja, bukan berbasis
bunga. sehingga bank syariah dapat menghasilkan keuntungan sejati yang bebas dari
mendapatkan uang dari mereka yang memiliki uang ekstra dan membagikannya kepada
mereka yang membutuhkan. Bank tersebut memperoleh dana dari nasabah dalam wujud
simpanan, obligasi, serta cek, serta mereka menyalurkannya dalam wujud pinjaman, serta
pembelian.
keuntungan, keuntungan pengelolaan dengan etik sewa menghasilkan pendapatan sewa, dan
keuntungan pengelolaan dengan prinsip bagi hasil menghasilkan profit sesuai dengan
perjanjiam (rasio bagi hasil). Yang dilakukan bank syariah dengan tiap-tiap klien (rekan
bisnis). Menurut perjanjian awal, bank dan setiap nasabah yang melakukan penyetoran,
menabung, atau melakukan investasi menerima sebagian dari pendapatan dari pooling fund.
Pelanggan akan menerima bagiannya atau hak pihak ketiga, dan bagian bank akan muncul
sebagai pendapatan operasional utama pada laporan laba rugi. Sementara itu, mudharabah
Kegiatan ekonomi negara dapat terhambat oleh gejala ekonomi makro yang ada di
setiap negara. Hal yang sama berlaku untuk suku bunga dan inflasi. Meskipun bank syariah
memiliki sejarah selamat dari krisis, operasinya terus terpengaruh, seperti halnya sektor
ekonomi lainnya, sejak tahun 1998. Tanda ekonomi makro yang secara signifikan
dalam tingkat biaya ekonomi sebagai akibat dari meningkatnya permintaan atau penawaran
1. Analisis dampak inflasi tentang tabungan mudhrabah pada Bank Syariah di indonesia
Tabungan ini dikenal dengan istilah mudharabah berdampak pada jumlah total uang
pihak ketiga syariah pada bank tersebut. Menyimpan uang adalah salah satu sumber daya
yang paling berharga di masyarakat, sehingga melakukan hal ini bermanfaat.
Bersumber indek diatas, perhitungan thitung inflasi tkolom adalah 3,570, serta perhitungan
sig kolom adalah 0,003. Hipotesis pertama disetujui karena thitung > ttabel, 3,570 > 2,021, dan
nilai 0,003 0,05. Bahwa dampak inflasi pada simpanan mudharabah di bank ini telah
dibuktikan secara statistik. Nilai koefisien standar atau beta pada perbankan syariah adalah
0,139 yang menunjukkan bahwa inflasi memiliki dampak yang menguntungkan pada
simpanan mudharabah. Skor positif menunjukkan bahwa jika inflasi memiliki dampak yang
menguntungkan, sehingga akan menaikkan deposito mudharabah bank syariah yang ada di
Indonesia.
Perhitungan tukar thitung adalah 4,295 serta perhitungan sig adalah 0,000. Perhitungan
thitung > ttabel, atau 4,295 > 2,021, dan nilai 0,000 0,05 mendukung anggapan kedua. Hal ini
menegaskan bahwa dampak tabungan mudharabah terhadap nilai tukar rupiah di perbankan
syariah telah dibuktikan secara statistik. Nilai koefisien baku atau beta sebesar 0,686
memperlihatkan bahwa taksir ganti rupiah berdampak absolut terhadap simpanan
mudharabah di bank tersebut. Tabungan mudharabah di perbankan syariah Indonesia akan
naik jika nilai tukar rupiah berdampak positif, sesuai nilai positifnya.
taksiran thitung BI Rate adalah 3,487, serta perhitungan sig-nya adalah 0,007. Hipotesis
ketiga diterima karena thitung > ttabel, 3,487 > 2,021, dan nilai 0,007 0,05. Hal ini
membuktikan bahwa BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan secara statistik terhadap
simpanan mudharabah di bank shariah . Berdasarkan standar koefisien dan nilai beta sebesar
0,259, BI Rate berdampak baik terhadap tabungan mudharabah di perbankan syariah. Jika BI
Rate berdampak menguntungkan, maka akan menaikkan simpan mudharabah di perbankan
ini, menurut nilai yang absolut.
Berdasarkan pengkajian diatas, telah ditetapkan bahwa simpanan mudharabah
perbankan syariah Indonesia secara statistik dipengaruhi secara absolut oleh variabel inflasi.
Di perbankan syariah, kurs tukar rupiah memiliki dampak yang menguntungkan bagi
tabungan mudharabah. Variabel BI Rate berdampak absolut terhadap simpanan mudharabah
di perbankan tersebut. Dengan dampak gabungan sebesar 88,6%, elastis inflasi, kurs tukar,
serta nilai tukar uang, lalu pada BI Rate semuanya berdampak pada simpanan mudharabah di
perbankan syariah Indonesia.
2. Analisis dampak inflasi tentang profitabilitas pada Bank Syariah di indonesia
Karena nilai signifikansi lebih besar dari 5% maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
tidak terdapat hubungan antara inflasi dan profitabilitas (ROA) pada bank umum syariah
devisa. Berdasarkan uji t terukur yang diarahkan, maka nilai t ROA yang ditentukan untuk
semua bank umum usaha syariah perdagangan asing adalah negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa rasio ROA yang digunakan untuk menghitung profitabilitas bank umum syariah
devisa tidak berdampak terhadap inflasi.
Karena bank umum syariah tidak beroperasi dengan sistem bunga, maka inflasi tidak
berdampak terhadap return on assets (ROA) bank umum syariah devisa. Hal ini disebabkan
fakta bahwa bank syariah dikenal untuk menaikkan suku bunga mereka dalam menanggapi
kenaikan inflasi. Keterbatasan pengkajian ini adalah hanya menguji pengaruh inflasi
terhadap variabel ROA. Diharapkan lebih banyak lagi variabel yang diteliti pada penelitian
selanjutnya.
4. Analisis dampak inflasi tentang kinerja pembiayaan pada Bank Syariah Devisa di
Indonesia
Inflasi yang meningkat akan membuat harga barang menjadi relatif lebih tinggi, yang
akan menurunkan daya beli masyarakat atau kemampuan masyarakat untuk membayar tunai
suatu produk, sehingga memaksa mereka untuk membeli barang secara kredit, salah satunya
melalui penggunaan pembiayaan murabahah. Akibatnya, permintaan pembiayaan murabahah
akan meningkat seiring dengan tingginya inflasi.
Tingkat pertumbuhan ekonomi di suatu negara memperlihatkan standar hidup
warganya. Kemakmuran suatu bangsa berbanding terbalik dengan pendapatan nasionalnya.
Istilah "pendapatan nasional" mengacu pada total pendapatan tahunan yang diperoleh warga
suatu negara serta pendapatan tahunan yang diterima suatu negara yang diukur dengan nilai
mata uangnya.
pengelolaan murabahah adalah perjanjian jual beli antara bank dan nasabah dalam hal
pembiayaan. Bank membeli kebutuhan dan menawarkannya kepada pelanggan. kemudian
pembeli melakukan pembayaran berkala untuk barang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa
nasabah yang menggunakan pembiayaan ini adalah nasabah yang kekurangan dana untuk
membeli suatu barang yang dibutuhkannya, sehingga perlu menggunakan jasa perbankan
yaitu pembiayaan murabahah. Ketika pertumbuhan ekonomi meningkat, demikian juga
pendapatan masyarakat, meningkatkan daya beli mereka dalam prosesnya. Akibatnya tingkat
daya beli masyarakat meningkat sehingga menurunkan permintaan terhadap jasa perbankan
syariah, khususnya pembiayaan murabahah.
6. Analisis dampak inflasi tentang bagi hasil pada Bank Syariah di indonesia.
Bagi hasil biasa dipahami sebagai keuntungan dalam kamus ekonomi. Pembagian
keuntungan digambarkan sebagai "distribusi beberapa persentase keuntungan kepada
karyawan perusahaan" dalam definisi resminya. Menurut Antonio, ekonomi Islam
menggunakan mekanisme yang disebut "bagi hasil", yang membagi keuntungan perusahaan
antara pengelola dan pemilik modal (shahibul maal) (Mudharib). Antonio.
Pengujian secara meyakinkan menunjukkan bahwa bagi hasil bank syariah Indonesia
tidak terpengaruh oleh inflasi. Pengujian ini menunjukkan bahwa bank syariah di Indonesia
masih kompeten dan tidak terpengaruh oleh fenomena ekonomi seperti inflasi, meskipun
inflasi berfluktuasi tetapi tidak akan berubah.
bagian keuntungan yang dibagikan nasabah Bank Syariah Indonesia. Bagi hasil untuk
bank syariah didasarkan pada berapa banyak hasil dari pengelolaan modal yang diberikan
kembali kepada masyarakat karena bank syariah membagi pendapatan dari memberikan
simpanan dan akses nasabah tabungan ke uang. Hal ini sejalan dengan apa yang terjadi pada
saat krisis keuangan tahun 1998. Bank syariah selamat dari krisis keuangan ketika banyak
bank konvensional yang dinyatakan bangkrut.
Dari hasil analisis regresi linier berganda dapat disimpulkan bahwa variabel inflasi
dan suku bunga berdampak pada bagi hasil bank syariah secara bersamaan dengan tingkat
kepercayaan 95%.
Analisis data yang ditunjukkan sebelumnya menjadi dasar untuk kesimpulan ini. Hasil
Eviews, yang memiliki nilai p 0,0069—kurang dari nilai 5%—menjelaskan hal ini. Inflasi
(INF) secara parsial tidak berdampak pada bagi hasil bank syariah. sehingga perubahan
fluktuasi bagi hasil bank syariah tidak dapat diukur dengan variabel inflasi.
Inflasi serta suku bunga, yang secara serentak menyumbang 24,10 persen dari efek
tersebut, merupakan faktor independen yang dapat digunakan untuk menjelaskan variasi bagi
hasil di antara bank syariah. Faktor-faktor lain yang tidak diperhatikan atau yang berada di
luar model menyumbang 75,9% sisanya.
7. Faktor dampak inflasi tentang pembiayaan pada Bank Syariah Indonesia
Inflasi ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan ketika masyarakat
mengedarkan lebih banyak uang daripada yang diperlukan. Biaya barang akan meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah uang yang tersedia untuk konsumsi, dan seringkali
peningkatan ini tidak diimbangi dengan peningkatan gaji individu. Konsekuensinya, orang-
orang mengalami kesulitan dan kerugian finansial sebagai akibat dari peningkatan
pengeluaran dan pendapatan yang stagnan.
Bank suku bunga harus diperoleh sebagai tambahan dari suku bunga tabungan oleh
negara yang sekarang mengambil sebagian besar rakyatnya jika ingin terus bekerja untuk
memperoleh inflasi ini. Untuk meningkatkan jumlah uang yang dapat dipindahkan sebelum
akhir tahun, hal ini dilakukan untuk mendorong masyarakat berinvestasi dan mentransfer
dana ekstra ke bank.
Karena praktik perbankan syariah tidak menggunakan sistem berbasis bunga,
kebijakan pengaturan suku bunga bank ini tidak dapat diterapkan pada bank syariah. Jika
bank konvensional adalah satu-satunya yang terpengaruh oleh kenaikan suku bunga karena
transaksi lembaga tersebut terkait erat dengan transaksi yang menghasilkan pendapatan
bunga.
Kenaikan harga biasanya merupakan akibat dari inflasi. Orang membelanjakan lebih
banyak untuk makanan saat terjadi inflasi karena mereka tidak yakin dengan situasi ekonomi
makro negara. Inflasi dan peminjaman yang tidak efektif Ketika terjadi inflasi, daya beli
individu menurun akibat penurunan pendapatan. Permintaan barang dan jasa menurun seiring
dengan konsumsi barang dan jasa tersebut. Tingkat pendapatan akhir produsen pada akhirnya
dipengaruhi oleh tingkat dukungan berkelanjutan yang mereka terima. Akibatnya,
berpengaruh pada kemampuan kreditur untuk menagih; Produsen harus membayar kembali
pinjaman dalam hal ini26. Masyarakat tidak memiliki cukup uang untuk memenuhi
kebutuhannya karena harga semua barang sudah naik, padahal nilai tukar turun dan
pendapatan masyarakat tidak berubah.
8. Analisis dampak inflasi tentang tabungan pada Bank Syariah di indonesia
Untuk memahami apakah ada hubungan antara kesalahan perancu pada periode 11 t
serta kelengahan pada masa t-1 (sebelumnya), dilakukan uji autokorelasi model regresi linier.
Ketika ada korelasi, masalah autokorelasi muncul. Model regresi yang layak adalah model
tanpa autokorelasi. Untuk menentukan autokorelasi, gunakan uji Durbin-Watson (D-W).
Adapun model persamaan regresi yang dapat diperoleh dalam analisis tersebut adalah:
Y = 1.7941 – 0.3155X
Nilai konstanta adalah 1,7941, seperti yang ditunjukkan oleh persamaan regresi.
Dengan demikian, tabungan (Y) akan bernilai 1,7941 jika inflasi (X) tetap (0). Setiap satu
persen peningkatan tingkat inflasi (X) akan mengakibatkan kemerosotan simpanan sebesar
0,315% karena nilai koefisien regresi (X) sebesar -0,3155.
Bergantung pada apakah tingkat perluasannya parah, perluasan dapat memiliki efek
menguntungkan dan negatif. Inflasi ringan akan berdampak positif, sedangkan inflasi ekstrim
akan berdampak negatif (hiper inflasi). Orang menjadi kurang tertarik untuk berinvestasi,
menabung, dan bekerja. Orang-orang yang mendapat gaji tetap, seperti pegawai negeri dan
pegawai swasta, juga akan berjuang untuk mengatasi dan mengimbangi harga, yang
terkadang membuat hidup mereka semakin buruk.
9. Analisis dampak inflasi tentang pembiayaan pada Bank Syariah di indonesia
Saat ini, bank dipandang sebagai faktor ekonomi yang signifikan di sebagian besar
negara. Fungsi dan peran bank dalam penghimpunan dan pengelolaan uang rakyat merupakan
bagian integral dari berfungsinya sistem ekonomi global. Ekspansi di industri perbankan
tidak selalu berjalan mulus seperti yang diharapkan. Beberapa faktor dapat berdampak pada
ekspansi tersebut.
Salah satu unsur yang “mengganggu” kemajuan ekonomi Indonesia selama ini ialah
komponen inflasi. Ketika harga naik sebagai akibat dari inflasi ini, produsen dapat melihat
keuntungan jangka pendek karena mereka dapat meningkatkan jumlah atau kualitas output
mereka. Namun, masalah inflasi yang besar, tidak stabil, dan berbelit-belit di Indonesia
menjadi perhatian utama. Dari sisi kebijakan moneter Indonesia, pemerintah akan melakukan
langkah-langkah moneter kontraktif untuk merespons kenaikan inflasi, seperti kenaikan suku
bunga dan penjualan surat berharga (SBI). sehingga bank tradisional dapat berinvestasi di
SBI dengan suku bunga tinggi dan risiko rendah. Operasi pasar terbuka adalah salah satu
rencana moneter yang digunakan oleh BI untuk mengatur aliran dana.
Berdasarkan temuan analisis VED yang disajikan pada tabel 5, dampak shock yang
terjadi pada NPF menguraikan bahwa perubahan inflasi pada awal periode dipengaruhi oleh
kontribusi variabel inflasi itu sendiri terhadap sebesar sebagai 100% dan variabel lainnya
menjadi 0%. Selama periode pertama, variabel NPF itu sendiri tidak terpengaruh oleh salah
satu variabel dependen. Periode kedua menunjukkan kontribusi variabel lain, dengan variabel
FDR memberikan kontribusi sebesar 3,6611% terhadap NPF dan variabel inflasi memberikan
kontribusi sebesar 5,2936 persen. Variabel FDR memberikan kontribusi sebesar 5,6908%
terhadap NPF dan variabel inflasi memberikan kontribusi sebesar 11,6637 persen terhadap
NPF hingga akhir periode. Jika dibandingkan dengan FDR, inflasi merupakan faktor yang
paling besar pengaruhnya terhadap pembentukan NPF.
Hasil pengkajian memperlihatkan bahwa variabel inflasi berpengaruh absolut atau
destruktif terhadap Non Performing Financing (NPF) dan Financing to Depocit Ratio (FDR).
Menurut uji grafik IRF respon inflasi terhadap FDR atau grafik respon inflasi IRF terhadap
NPF, hal ini menunjukkan bahwa pengaruhnya sangat bervariasi dari periode ke periode.
Dapat dikatakan bahwa inflasi berpengaruh absolut terhadap variabel lain selama periode
waktu tersebut jika kurva biru (respons inflasi) berada di atas sumbu horizontal. Di sisi lain,
inflasi dapat dikatakan berdampak destruktif terhadap variabel lain selama periode waktu
tersebut jika kurva biru (respons inflasi) bergerak di bawah sumbu horizontal. Meskipun
demikian, efeknya kecil atau hanya sementara. Namun model IRF dapat menunjukkan bahwa
jika inflasi jangka panjang berlanjut akan berdampak signifikan yang ditunjukkan oleh
pergerakan kurva biru (respons inflasi) yang bergerak signifikan di bawah atau di atas sumbu
horizontal. Oleh karena itu, jika inflasi, rasio pembiayaan terhadap defisit, dan pembiayaan
bermasalah dikatakan memiliki pengaruh dan dampak yang saling terkait tetapi tidak terlalu
signifikan dalam industri perbankan syariah.
10. Analisis dampak inflasi tentang pembiayaan murabahah pada Bank Syariah di
indonesia pada masa pandemi covid-19
Inflasi ialah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kenaikan biaya barang
tertentu. Ketika nilai rupiah turun, terjadilah inflasi yang menaikkan harga komoditas dengan
jumlah yang telah ditentukan sebelumnya. Ini disebut sebagai nilai tukar rupiah dalam istilah
moneter. Jika terjadi inflasi, ada dua faktor yang tidak bisa dihindari: pertama, harga
komoditas terus meningkat. Biaya semua produk dan layanan yang dipertukarkan naik.
Inflasi didefinisikan sebagai kenaikan harga barang dan jasa yang terus-menerus oleh
Indeks Harga Konsumen (IHK), yang melacak perubahan harga barang dan jasa yang
diperdagangkan oleh masyarakat umum selama periode waktu tertentu. CPI memberikan
pembenaran ini.
Jika dibandingkan dengan tabel nilai koefisien yang diperoleh untuk t hitung inflasi
sebesar -0,357 ternyata nilai yang diperoleh lebih rendah dari t tabel. Rumus tabel T adalah /2
(0,05/2 = 0,025); n-k-1 = 10-3 = 7; dan hasilnya t tabel dengan nilai 2,364. Hasilnya, t hitung
penelitian ini lebih kecil dari t tabelnya (-0,357 2,364). Temuan tersebut mengarahkan
peneliti pada kesimpulan bahwa H0 disetujui tetapi Ha ditolak. Tingkat signifikansi variabel
inflasi adalah 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 (0,731 > 0,05). Estimasi ini menunjukkan
bahwa inflasi mungkin memiliki efek merugikan yang kecil pada keuangan murabahah.
Nilai sig variabel Coronavirus adalah 0,003, yang dapat dinyatakan sebagai 0,003
0,05. Fakta tersebut dapat menunjukkan bahwa Ha telah disetujui sedangkan H0 telah
dinyatakan ditolak. Membandingkan t hitung dan t tabel untuk variabel Covid-19 diperoleh
nilai t hitung sebesar 4,352 dan definisi t tabel sebesar 2,364. Berdasarkan temuan tersebut,
nilai t hitung sebesar 4,352 lebih tinggi dari nilai t tabel sebesar 2,364 (4,352 > 2,364). Data
perolehan menunjukkan bahwa Ha diterima dan H0 ditolak. Berdasarkan temuan perhitungan
mereka, para peneliti menyimpulkan bahwa virus corona memiliki dampak yang
menguntungkan dan cukup besar terhadap keuangan murabahah.
KESIMPULAN
Faktor inflasi merupakan salah satu unsur yang selama ini "mengganggu" ekspansi
ekonomi Indonesia. Inflasi akan meningkatkan harga, yang akan mendorong produsen untuk
meningkatkan output mereka, sehingga menguntungkan mereka dalam waktu dekat.
Persoalannya adalah tingkat inflasi Indonesia yang sangat rumit, tinggi, dan berfluktuasi.
Kecenderungan harga untuk meningkat secara konsisten dan umumnya dikenal sebagai
inflasi. Inflasi yang tinggi akan mempersulit perekonomian suatu negara dan menaikkan
biaya hidup masyarakat. Perbankan syariah ialah badan keuangan yang berpraktik sesuai
dengan hukum dalam Islam serta usah utamanya ialah penyediaan keuangan dan layanan
lainnya dalam lalu lintas pelunasan dan perputaran dana.
DAFTAR PUSTAKA
Batubara, Z., & Nopiandi, E. (2020). Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Dan Bi Rate
Terhadap Tabungan Mudharabah Pada Perbankan Syariah Di Indonesia. JPS (Jurnal
Perbankan Syariah), 1(1), 53-68.
Haslamiyanto, K., & Dev, M. (2017). Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Jumlah Uang
Beredar, Nilai Tukar Rupiah Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia
Periode 2014–2016 (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Maisaroh, A. N. (2017). Analisis Pengaruh Inflasi Tingkat Bunga Nilai Tukar dan Tingkat
Bagi Hasil Terhadap Jumlah Penghimpunan Deposito Pihak Ketiga (Deposito Mudharabah
1 Bulan)(Studi Pada Bank Syariah Mandiri Periode 2011-2015) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Haryadi, P., Addiarrahman, A., & Fusfita, N. (2022). PENGARUH INFLASI DAN BI RATE
TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BANK SYARIAH INDONESIA AREA JAMBI
(2016-2020) (Doctoral dissertation, UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi).
Perdana, K., Hamzah, E., & Lubis, P. (2020). Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga BI, dan
Pertumbuhan Ekonomi Terhadap Pembiyaan Murabahah pada Bank Syariah di Indonesia
(Periode Januari 2013–Desember 2017). Journal of Islamic Economic and Finance Najaha
Iqtishod, 1(1), 1-9.
Arumingtyas, F., & Muliati, L. (2019). Analisis Pengaruh Inflasi terhadap Profitabilitas Bank
Umum Syariah Devisa di Indonesia. Simposium Nasional Mulitidisiplin (SinaMu), 1.