Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di perkembangan zaman seperti ini permasalahan ekonomi tidak bisa

lepas dari sektor perbankan. Bank merupakan perusahaaan yang beraktivitas

dalam bidang keuangan. Perbankan dikenal sebagai lembaga keuangan yang

kegiatannya menerima simpan giro, tabungan dan deposito. Sektor perbankan

itu memiliki beberapa peran penting dalam pertumbuhan ekonomi. Dalam

pertumbuhan ekonomi yang semakin terintegrasi secara global maka akan

saling berkaitan dengan perekonomian di satu negara lainnya. Hal tersebut

yang akan menyebabkan krisisnya perekonomian di suatu negara. Di salam

sektor perbankan bank memiliki fungsi utama yaitu menyalurkan dana ke

masyarakat, menghimpun dana dari masyarakat dan menyediakan jasa

perbankan lainnya. Dalam menciptakan dan memelihara perbankan yang

sehat diperlukan lembaga perbankan yang dapat membina dan mengawasi

bank-bank tersebut secara efektif. Kesehatan bank mencerminkan kondisi

bank saat ini dan di waktu yang akan datang.

Kondisi kesehatan bank atau kinerja pada suatu bank dapat kita analisis

melalui laporan keuangan yaitu dengan tujuan melaporkan keuangan untuk

memberikan informasi bagi para pengguna laporan keuangan untuk

pengambilan keputusan. Laporan keuangan mencerminkan kinerja bank yang

sebenarnya. Dengan memiliki kinerja yang baik bagi masyarakat pemodal

menanamkan dana pada saham bank tersebut. Hal ini menunjukkan adanya

1
kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat memenuhi harapannya. Bank

yang memperoleh dana dari masyarakat bahwa bank tersebut memiliki

tanggung jawab untuk mengelola asset serta sumber-sumber dana yang

memiliki secara profesional. Alasan peneliti menggunakan Earning Per

Share, karena dengan adanya Earning Per Share daya tarik yang ditawarkan

beraneka ragam dibandingkan dengan produk investasi lainnya yang

berbentuk financial asset. Pasar modal (Capital market) merupakan sarana

pendanaan bagi perusahaan maupun instansi untuk sarana kegiatan

berinvestasi. Pasar modal yang menjadi salah satu sasaran bagi bank untuk

memperoleh dana dari masyarakat yang dibutuhkan bagi kegiatan usahanya.

Dengan adanya pasar modal ini akan menarik minat para investor untuk

menanamkan modalnya di pasar modal, bank harus mampu menawarkan

saham yang telah memberikan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan

dengan perusahaan lain yang menjadi pesaing antar perusahaan perbankan.

Satu hal penting bagi investor/pemegang saham saat melakukan investasi

dana ke instrument saham perusahaan pasti akan mengharapkan return yang

setinggi-tingginya. Dengan semakin banyak peminat untuk berinvestasi di

bank maka semakin tinggi pula harga sahamnya. Hal ini menunjukkan

perusahaan mampu memberikan dividen yang besar bagi pasar investor.

Dalam penetapan harga saham yang diberikan pada pasar dipengaruhi

variabel-variabel kondisi perusahaan sejenis (perbankan).

Investasi merupakan suatu kegiatan untuk menempatkan sejumlah dana

atau penanaman modal dari suatu asset selama periode tertentu dengan tujuan

2
untuk memperoleh penghasilan dan meningkatkan suatu nilai investasi.

Semua investor mengharapkan keuntungan dengan sebanyak-banyaknya,

akan tetapi tidak semua investor dapat memperoleh keuntungan dengan

mudah, agar mendapatkan keuntungan yang diharapkan investor harus

menganalisis pergerakan harga per lembar saham dan bisa menentukan kapan

waktu yang tepat untuk membeli maupun menjual saham. Investasi dalam

bentuk saham mempunyai berbagai risiko sesuai dengan prinsip semakin

tinggi potensi keuntungan dari suatu instrument investasi, maka semakin

tinggi pula kemungkinan risiko yang diderita investor, dan sebaliknya. Untuk

mengurangi risiko investasi saham maka dibutuhkan suatu informasi yang

actual, akurat dan transparan.

Harga saham merupakan harga penutupan pasar saham selama periode

pengamatan untuk tiap-tiap jenis saham yang dijadikan sampel dan

pergerakan senantiasa diamati oleh para investor. Fluktuasi yang terjadi pada

harga saham bisa ditentukan oleh kekuatan antara penawaran dan permintaan

yang terjadi di bursa. Apabila semakin banyak investor yang membeli suatu

saham maka harga saham tersebut semakin naik dan sebaliknya semakin

banyak investor yang ingin menjual atau melepaskan suatu harga saham maka

harga saham tersebut akan semakin turun. Semakin baik operasional suatu

perusahaan, maka semakin tinggi pula laba usahanya dan semakin banyak

keuntungan yang didapat, semakin besar kemungkinan harga saham naik.

Saham yang memiliki kinerja baik meskipun harganya menurun drastic

3
karena keadaan pasar yang jelek akan menyebabkan kepercayaan investor

terguncang.

Loan to Funding Ratio (LFR) yaitu menunjukkan suatu jumlah kredit

yang telah diberikan dan dibiayai dengan dana pihak ketiga serta mengukur

tingkat kemampuan bank untuk membayar dana pihak ketiga dari

pengambilan kredit yang telah diberikan (Dendawijaya, 2009:116). Bank

akan mendapatkan tambahan pendapatan bunga yang telah diberikan dengan

asumsi tidak ada kredit macet maka bank akan mampu menyalurkan

kreditnya secara efisien semakin rendah peringkat kesahatan bank tersebut.

Namun, LFR yang sangat kecil bukan berarti bank tersebut telah menjalankan

fungsi intermediasi dengan baik. Karena itu, bank tetap harus

mempertahankan LFR minimum 50%. Rendahnya peringkat kesehatan bank

menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang

bersangkutan sehingga mengurangi kepercayaan investor. Investor akan

merespon negative terhadap informasi tersebut (bad news). Hasil akhir

penilaian aspek-aspek tersebut dapat digunakan oleh perbankan sebagai salah

satu sarana dalam menetapkan strategi usaha di waktu yang akan datang.

Sedangkan bagi investor dapat digunakan sebagai salah satu sinyal yang

dapat membantu dalam pengambilan keputusan investasi. Investor yang

sudah meningkat kepercayaannya akan melakukan sebaliknya. Harga saham

akan bertambah jika investor yang menginterprestasikan sebagai good news

melebihi investor yang menginterpretasikan sebagai bad news, dan

sebaliknya. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan dan penawaran.

4
Dilihat dari fungsi bank yang dikenal sebagai lembaga keuangan yang

kegiatan usahanya menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit

maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan perkreditan itu merupakan

jantungnya dari kegiatan perbankan. Kredit merupakan suatu jenis kegiatan

penanaman dana yang menyebabkan suatu bank dalam menghadapi masalah

besar yaitu dimana kesalahan nasabah sudah tidak sanggup lagi untuk

membayar kewajibannya kepada bank yang sudah ada diperjanjian. Hal

tersebut dapat menimbulkan suatu kredit bermasalah yang bernama kredit

macet atau sering disebut dengan Non Performing Loan (NPL).

Non Performing Loan (NPL) yaitu risiko dari kemungkinan terjadinya

kerugian bank sebagai akibat dari tidak dilunasinya kembali kredit yang

diberikan bank kepada debitur. Semakin tinggi rasio NPL maka semakin

buruk kualitas kredit yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin

besar sehingga dapat menyebabkan kemungkinan suatu bank dalam kondisi

bermasalah semakin besar (Kasmir, 2010:103). Kredit bermasalah dapat

diklasifikasikan dalam 3 macam kredit yaitu kredit kurang lancar, diragukan,

dan macet. Kredit bermasalah dihitung secara kotor dengan tidak

mengurangkan dengan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Suatu bank

dapat menjalankan operasinya dengan baik jika NPL mempunyai nilai di

bawah 5%. Dengan adanya kenaikan NPL maka menyebabkan cadangan

penyisihan penghapusan aktiva produktif yang ada tidak mencakupi sehingga

kredit macet harus diperhitungkan sebagai beban biaya yang langsung

berpengaruh terhadap keuntungan bank. Kredit yang diberikan kepada

5
masyarakat sebagai salah satu bentuk produk jasa yang ditawarkan oleh

industri perbankan, semakin tinggi tingkat kredit bermasalah maka risiko

yang ditanggung oleh bank menggambarkan kinerja perbankan tersebut tidak

baik atau tidak sehat.

Peneliti ini memilih Perusahaan Bank Umum Konvensional karena

kepentingan pemilik dana (deposan) memperoleh imbalan berupa bunga

simpanan yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah

diantaranya memperoleh spread yang dioptimalkan antara suku bunga

simapanan dan suku bunga pinjaman (mengoptimalkan interest difference).

Dialin pihak kepentingan pemakai dana (debitor) adalah memperoleh tingkat

bunga yang rendah (biaya murah). Dengan demikian terhadap ketiga

kepentingan dari tiga pihak terjadi antagonism yang sulit diharmoniskan.

Dalam hal ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga perantara saja,

tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham, Pengelola

Bank, dan Nasabah.

Penelitian ini memilih perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia sebagai objek penelitian karena beberapa alasan, alasan yang

pertama yaitu bank adalah cerminan kepercayaan investor pada stabilitas

system keuangan dan system perbankan di suatu negara, alasan kedua yaitu

bank konvensional sudah banyak yang go public sehingga memudahkan

dalam melihat posisi keuangan dan kinerja suatu bank serta meningkatkan

harga per lembar saham perbankan di Indoensia menunjukkan harapan besar

investor pada pertumbuhan perekonomian negara tersebut. Perusahaan yang

6
telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia wajib melaporkan laporan keuangan

disetiap tahun. Laporan keuangan merupakan informasi yang

menggambarkan suatu kinerja perusahaan baik buruknya perusahaan terutama

bagi perusahaan yang sahamnya sudah tercatat dan diperdagangkan di pasar

modal. Dalam Bursa Efek Indonesia informasi yang telah diterbitkan dalam

bentuk laporan keuangan dapat memberikan suatu gambaran tentang kinerja

perusahaan.

Terdapat hasil penelitian yang berbeda mengenai pengaruh Loan to

Funding Ratio (LFR), dan Non Performing Loan (NPL) terhadap Harga per

lembar saham (Earning Per Share) pada Industri Jasa Perbankan Indonesia.

Penelitian tersebut diantaranya adalah yang dilakukan oleh Ningky

Martanorika tahun 2018, yang menunjukkan bahwa Loan to Funding Ratio

(LFR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga saham, sedangkan

penelitian Setia Chandra Kesuma tahun 2018, dan Suri Chairani tahun 2009

menunjukkan bahwa Loan to Funding Ratio (LFR) berpengaruh positif dan

signifikan terhadap harga saham, selanjutnya Ningky Martanorika tahun

2018, Nurul Letni Reskita 2016, dan Suri Chairani tahun 2009 menunjukkan

bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh Negatif dan signifikan

terhadap harga saham.

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka penulis tertarik untuk

mengangkat judul “Pengaruh Loan to Funding Ratio dan Non Performing

Loan terhadap Earning per Share Pada Industri Jasa Perbankan di Indonesia”.

7
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka yang

menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah :

a. Apakah pengaruh Loan to Funding Ratio terhadap Earning Per

Share pada Industri Jasa Perbankan Indonesia yang terdaftar di

BEI periode 2014-2018?

b. Apakah pengaruh Non Performing Loan terhadap Earning Per

Share pada Industri Jasa Perbankan Indonesia yang terdaftar di

BEI periode 2014-2018?

c. Apakah pengaruh Loan to Funding Ratio dan Non Performing

Loan secara bersama-sama terhadap Earning Per Share pada

Industri Jasa Perbankan Indonesia yang terdaftar di BEI periode

2014-2018?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan

Sehubungan dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan

pelaksanaan penelitian ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengaruh Loan to Funding Ratio terhadap

Earning Per Share.

b. Untuk mengetahui pengaruh Non Performing Loan terhadap

Earning Per Share.

c. Untuk mengetahui Loan to Funding Ratio dan Non Performing

Loan secara bersama berpengaruh terhadap Earning Per Share.

8
2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

a. Untuk manajemen bank, sebagai bahan masukan dan informasi akan

tingkat kesehatan bank yang dilihat dari Loan to Funding Ratio dan

Non performing Loan.

b. Untuk Investor, sebagai sumber informasi untuk bahan pertimbangan

dalam pengambilan keputusan investasi dana pada Perbankan.

c. Untuk Ilmu Pengetahuan, diharapkan dapat memberikan kontribusi

dalam pengembangan ilmu keuangan dan perbankan serta sebagai

bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinajuan Pustaka

1. Bank

a. Pengertian Bank

Peranan perbankan sangat penting dan sangat mempengaruhi

kegiatan perekonomian suatu negara. Karena itu kemajuan suatu bank

disuatu negara dapat dijadikan ukuran negara tersebut maju atau tidak.

Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan

dalam suatu negara.

Menurut Khasmir (2011:2) pengertian bank secara sederhana adalah

sebagai berikut :

“Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan usahanya


adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan
kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa
bank lainnya”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun

1998:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat


dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam
bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Menurut Howard D. Crose dan George J. Hemple dalam Veihzal

Rivai Dkk., (2013:1) menyatakan :

“Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia


dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan fungsi bank

10
dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk
memperoleh keuntungan bagi pemilik”.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bank

merupakan lembaga keuntungan atau organisasi dimana kegiatannya

adalah menghimpun dana, menyalurkan dank ke masyarakat dan

memberikan jasa-jasa bank lainnya. Juga dapat disimpulkan, bank

merupakan lembaga keuangan perantara keuangan antara masyarakat

yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana.

Perbankan ini berbicara tentang segala sesuatu yang menyangkut

tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Pengertian perbankan menurut Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 10 Tahun 1998 :

“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,

mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses

dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.

b. Kegiatan Bank

Menurut Khasmir (2010: 43) bahwa kegiatan-kegiatan bank umum

adalah sebagai berikut :

1. Menghimpun dana dari masyarakat (funding) dalam bentuk :

a. Simpanan Giro (Demand Deposit), yang merupakan simpanan

pada bank dimana penarikannya dapat dilakukan setiap saat

dengan menggunakan cek atau bilyet giro.

11
b. Simpanan tabungan (Saving Deposit), yaitu simpanan pada

bank yang penarikannya dapat dilakukan sesuai perjanjian

antara bank dengan nasabah dan penarikannya dengan

menggunakan slip penarikan, buku tabungan, kartu ATM atau

sarana penarikan lainnya.

c. Simpanan deposito (Time Deposit) merupakan simpanan pada

bank yang penarikannya sesuai jangka waktu (jatuh tempo) dan

dapat ditarik dengan bilyet deposito atau sertifikat deposito.

2. Menyalurkan dana ke masyarakat (Lending) dalam bentuk :

a. Kredit investasi adalah kredit yang diberikan kepada para

investor untuk investasi yang penggunaannya jangka panjang.

b. Kredit modal kerja merupakan kredit yang diberikan untuk

membiayai kegiatan suatu usaha dan biasanya bersifat jangka

pendek guna memperlancar transaksi perdagangan.

c. Kredit perdagangan adalah kredit yang diberikan kepada para

pedagang, baik agen-agen maupun pengecer.

d. Kredit komsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk

dikomsumsi atau dipakai untuk keperluan pribadi.

e. Kredit produktif adalah kredit yang digunakan untuk

menghasilkan barang atau jasa.

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya (services) seperti :

a. Menerima setoran-setoran seperti pembayaran pajak, telepon,

air, listrik dan uang kuliah.

12
b. Melayani pembayaran-pembayaran seperti gaji, dividen, kupon

dan bonus.

c. Di dalam pasar modal perbankan dapat memberikan atau

menjadi penjamin emisi (underwriter), penanggung

(guarantor), wali amanat (trustee), perantara perdagangan efek

(pialang/broker), pedagang efek (dealer), dan perusahaan

pengelola dana (Investment company).

d. Transfer (kiriman uang) merupakan jasa kiriman uang antar

bank baik antar bank yang sama maupun bank yang berbeda.

e. Inkaso (collection) merupakan jasa penagihan warkat antar

bank yang berasal dari luar kota berupa cek, bilyet giro atau

surat-surat berharga lainnya yang baik berasal dari warkat bank

dalam negeri maupun luar negeri.

f. Kliring (cliring merupakan jasa penarikan warkat (cek atau

BG) yang berasal dari dalam satu kota, termasuk transfer dalam

kota antar bank.

g. Safe deposit box merupakan jasa penyimpanan dokumen,

berupa surat-surat atau benda berharga.

h. Bank card merupakan jasa penerbitan kartu-kartu kredit yang

dapat digunakan dalam berbagai transaksi dan penarikan uang

tunai di ATM setiap hari.

i. Bank Notes (Valas) merupakan kegiatan jual beli mata uang

asing.

13
j. Bank garansi merupakan jaminan yang diberikan kepada

nasabah dalam pembiayaan proyek tertentu.

k. Referensi bank merupakan surat referensi yang dikeluarkan

oleh bank.

l. Bank draft merupakan wesel yang diterbitkan oleh bank.

m. Letter of Credit (L/C) merupakan jasa yang diberikan dalam

rangka mendukung kegiatan transaksi ekspor impor.

n. Cek wisata (tranvellers cheque) merupakan cek perjalankan

yang biasa digunakan oleh para turis dan dibelanjakan di

berbagai tempat pembelanjaan.

2. Laporan Keuangan

a. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara

keseluruhan. Dari laporan keuangan akan terbaca bagaimana

kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan

kekuatan yang dimiliki, selain itu menunjukkan kinerja manajemen

bank selama satu periode. Menurut Harahap (2008 : 105) laporan

keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu

perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu.

Menurut Aleandri (2009: 30) dalam bukunya Manajemen Keuangan

Bisnis merupakan definisi dari laporan keuangan adalah sebagai

berikut :

14
“laporan keuangan adalah media yang dipakai untuk meneliti

kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

laba-rugi, ikhtisar laba yang ditahan, dan laporan posisi keuangan”.

Definisi lain dari laporan keuangan

“laporan keuangan merupakan sarana utama membuat laporan


informasi keuangan kepada orang-orang dalam perusahaan
(manajemen dan para karyawan) dan kepada masyarakat di luar
perusahaan (bank, investor, pemasok, dan lain-lain)”.

Sedangkan definisi laporan keuangan menurut Sutrisno (2012: 9)

adalah sebagai berikut :

“Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi


yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan laba
rugi, yang disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi
keuangan suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan sebagai pertimbangan didalam mengambil
keputusan”.

b. Tujuan Laporan Keuangan

c. Pihak – Pihak yang Berkepentingan

d.

3. Saham

4. RGEC (Risk, GCG, Earning, Capital)

RGEC yang terdiri dari Risk atau Risiko (R), Good Corporate

Governance (G), Earning (E), dan Capital (C) dan penilaian

menggunakan skala 1 sampai 5 emakin kecil poin yang diterima itu

menandakan kesehatan bank semakin baik. Berikut penjelasan indikator

RGEC :

15
a. Risk

Dalam dunia bisnis, risiko (risk) didefenisikan sebagai

kemungkinan akan adanya kerugian di masa mendatang. Perbankan

dikatakan sehat jika ia mampu meminimalkan risiko-risiko yang ada

dalam dunia perbankan. Risiko yang dihadapi perbankan dalam dunia

finansial bisa berupa risiko kredit macet, risiko likuiditas (kemampuan

membayar utang jangka pendek), risiko reputasi, hokum, dan lain

sebagainya. Semakin mampu perbankan meminimalisasi risiko tersebut

maka perbankan tersebut akan semakin sehat.

b. Good Corporate Governance

Konsep GCG di abad ke-21 sekana menjadi prasyarat utama untuk

menjaga eksistensi agar tidak bangkrut. Bukan hanya perbankan, namun

setiap korporasi harus menjunjung tinggi nilai-nilai GCG untuk

mewujudkan dan membangun sistem bisnis yang kokoh. GCG yang baik

akan menghasilkan hubungan baik dan berkelanjutan antara pihak

internal (manajemen) dan pihak luar (pemegang saham, dan masyarakat).

Dengan demikian, jika bank gagal mengimplementasikan konsep GCG

maka berarti ia “sakit” di mata Bank Indonesia maupun dimata nasabah

dan pihak lainnya yang berkepentingan. Beberapa indikator dalam GCG

yang harus diterpakan oleh bank adalah transparansi, akuntabilitas,

fairness (keadilan), responsibilitas, dan independensi.

16
c. Earning

Bank dikatakan sehat atau tidak, dilihat dari earning (kinerja

keuangan dalam menghasilkan laba). Dalam hal ini Bank Indonesia

sebagai pemegang otoritas tertinggi untuk menilai, menggunakan

pendekatan rasio ROE (Return On Equity). ROE adalah konsep untuk

melihat seberapa besar modal yang dimiliki perbankan dalam

menghasilkan laba setelah pajak.

d. Capital

Indikator ini untuk menentukan apakah bank tersebut sehat atau

tidak adalah dengan melihat tingkat kecukupan modal yaitu CAR

(Capital Adequacy Ratio)

5. Regresi Linear Berganda

Regresi Linear Berganda adalah model regresi linear dengan

melibatkan lebih dari satu variabel bebas atau predictor. Dalam bahasa

inggris, istilah ini disebut dengan multiple linear regression. Pada

dasarnya regresi linear berganda adalah model prediksi atau peramalan

dengan menggunakan data berskala interval atau rasio serta terdapat lebih

dari satu predictor. Skala data yang dimaksud diatas adalah pada semua

variabel terutama variabel terikat. Pada regresi linear, tidak menutup

kemungkinan digunakannya data dummy pada variabel bebas. Yaitu pada

regresi linear dengan dummy.

Model regresi linear berganda dilukiskan dengan persamaan sebagai

berikut : Y = α + β1 χ1 + β2 χ2 + e

17
6. Likuiditas

Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk

memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas,

dan/ atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa

mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank.

Menurut Harahap (2011:301) “rasio likuiditas menggambarkan

kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka

pendeknya, rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi

tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar”.

7. Loan to Funding Ratio (LFR)

a. Pengertian Loan to Funding Ratio

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No.17/11/PBI/2015

tanggal 26 Juni 2015, Formula Loan to Deposit Ratio (LDR) di

ubah dengan mengikutsertakan surat-surat berharga ke dalam

perhitungan LDR, sehingga namanya diganti menjadi Loan to

Funding Ratio (LFR).

Loan to Funding Ratio (LFR) digunakan untuk menilai risiko

likuiditas yang merupakan rasio antara besarnya seluruh volume

kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari

berbagai sumber. Sumber dana bank pada umumnya berasal dari

dana pihak ketiga yang dihimpun bank kemudian disalurkan dalam

bentuk kredit, namun kualitas likuidutas baik. Sebaliknya, apabila

rasio LFR tinggi berarti penyaluran dana dalam bentuk kredit

18
optimal, namun kemampuan likuiditas bank kurang baik. Tingkat

LFR merupakan indikator kesahatan bank dalam menjalankan

operasinya.

b. Pengukuran Loan to Funding Ratio

Jumlah Kredit Yang Diberikan


LFR = x 100%
Dana Pihak Ketiga

Menurut Kasmir (2010: 73) kredit yang diberikan adalah

kredit yang diberikan bank yang sudah ditarik atau dicairkan bank.

Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain,

sedangkan yang termasuk dalam pengertian dana pihak ketiga

adalah :

1) Giro adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan

menggunakan cek, surat perintah pembayaran lainnya atau

dengan cara pemindah bukuan.

2) Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak

ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat

dilakukan dalam jangka waktu tertentu menurut perjanjian

antara pihak ketiga dan bank yang bersangkutan.

3) Tabungan masyarakat adalah simpanan pihak ketiga pada

bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut

syarat-syarat tertentu.

19
8. Non-Performing Loan (NPL)

a. Pengertian Non Performing Loan (NPL)

Dalam melakukan pemberian kredit kepada nasabah, bank

akan dihadapai pada risiko kredit yang tidak mampu dibayar oleh

debitur sehingga menimbulkan kredit bermasalah.

Menurut Mohmoeddin (2010:2) memberikan penjelasan

tentang Non Performing Loan sebagai berikut:

“NPL merupakan kredir bermasalah dapat diartikan sebagai


pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor
kesengajaan dan atau faktor eksternal di luar kemampuan kendali
debitur. Pengertian kredit bermasalah adalah suatu keadaan di mana
nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluru
kewajibannya kepada bank seperti yang telah diperjanjikannya.”

NPL adalah tingkat pengembalian kredit yang diberikan

kepada bank dengan kata lain NPL Merupakan tingkat kredit macet

pada bank tersebut. NPL diketahui dengan cara menghitung

pembiayaan Non lancer terhadap total pembiayaan. Apabila

semakin rendah NPL maka bank tersebut akan semakin mengalami

keuntungan, sebaliknya bila tingkat NPL tinggi bank tersebut akan

mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit

macet. Sehingga bila hal ini dibiarkan maka akan berpengaruh

terhadap kepercayaan masyarakat.

b. Pengukuran Non Performing Loan (NPL)

Risiko Kredit dengan menggunakan rasio Non-Performing

Loan (NPL) dihitung dengan rumus :

Total Kredit Bermasalah

20
NPL = x 100%
Total Kredit Yang Diberikan

Tabel 2.1 Kriteria penerapan peringkat profil risiko Non-


Performing Loan (NPL)

Peringkat Keterangan Kriteria


1 Sangat Sehat NPL < 2%
2 Sehat 2%≤ NPL < 5%
3 Cukup Sehat 5%≤ NPL < 8%
4 Kurang Sehat 8%≤ NPL < 12%
5 Tidak Sehat NPL≥ 12%
Sumber : Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.13/24/DPNP
Tahun 2011.

9. Earning Per Share (Laba Per lembar Saham)

atau Laba Per Lembar Saham merupakan informasi penting suatu

perusahaan yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap

dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Earning Per Share atau

laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dalam suatu

periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi mengenai laba per

lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk menentukan

deviden yang akan dibagikan. Informasi ini juga berguna bagi investor untuk

mengetahui perkembangan perusahaan.

Laba Bersih
Rumus EPS dasar adalah =
Jumlah Saham Beredar

B. Penelitian Terdahulu

Pengambilan penelitian terdahulu bertujuan untuk mendapatkan bahan

perbandingan dan acuan. Selain itu, untuk menghindari anggapan kesamaan

dengan peneliti terdahulu yang dilakukan adalah dengan mencantumkan

hasil-hasil penelitian terdahulu sebagai berikut :

21
No. Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1 Ninky Pengaruh Loan To 1 . Loan to Deposit Ratio


Martanorika Deposit Ratio (LDR), berpengaruh negative dan
(2018) Non Performing Loan signifikan terhadap Harga
(NPL), Capita Saham, terbukti koefisien
Adequacy Ratio regresi = -14,939; nilai thitung
(CAR), Net Interest <ttabel yaitu -0,383<-1,67303;
Margin (NIM) dan nilai sig. 0,703>0,05.
Terhadap Harga
Saham Bank Umum 2 . Non Performing Loan
Konvensional Yang berpengaruh negative dan
Terdaftar di Bursa signifikan terhadap Harga
Efek Indonesia Pada Saham, terbukti koefisien
Tahun 2014-2016 regresi =-368,068; nilai thitung
<ttabel yaitu -3,105<-1,67303;
dan nilai sig. 0,003<0,05.
3 . Loan to Deposit Ratio, dan
Non Performing Loan secara
simultan berpengaruh
terhadap Harga Saham

2 Setia Chandra Analisis pengaruh 1 . Variabel independen LDR,


Kesuma tingkat kesehatan dan EPS terhadap harga
(2018) Bank, BI Rate, dan saham sebesar 89% sedangkan
Earning per Share sisanya 11% dipengaruhi oleh
(EPS), terhadap harga faktor lain diluar penelitian.
saham Industri 2 . LDR berpengaruh positif
Perbankan di BEI dan tidak signifikan terhadap
harga saham.
3 . Variabel EPS berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
harga saham.
3 Diah Pengaruh Capital 1 . Secara parsial, variabel
Purnamasari1,
Adequacy Ratio, LDR tidak berpengaruh
Elva Nuraina2
Loan to Deposit terhadap harga saham.
(2017) Ratio, dan Return on 2 . Secara simultan, variabel
Asset Terhadap Harga LDR berpengaruh terhadap
Saham Perusahaan harga saham perusahaan
Perbankan perbankan.
4 Nurul Letni Pengaruh Capital 1 . Variabel Non Performing
Reskita Adequacy Ratio dan Loan memiliki pengaruh
(2016) Non Performing Loan negatif dan signifikan
terhadap Return on terhadap harga saham.
Equity dan harga

22
saham pada
perbankan yang
terdaftar di BEI
5 Suri Chairani Analisis Pengaruh 1 . Secara simultan LDR dan
(2009) NPM, LAR, LDR, NPL berpengaruh signifikan
dan NPL terhadap terhadap price earning ratio
Price Earning Ratio (PER)
pada Perusahaan 2 . Secara parsial
Perbankan yang menunjukkan variabel LDR
terdaftar di Bursa mempunyai pengaruh positif
Efek Indonesia dan signifikan terhadap PER,
sedangkan variabel NPL tidak
mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap PER

C. Kerangka Konseptual

1. Pengaruh Loan to Funding Ratio (LFR) terhadap Earning Per Share

(EPS)

Dari aspek likuiditas, Loan to Funding Ratio (LFR) yang tinggi artinya

jumlah kredit yang telah diberikan dan dibiayai dengan dana pihak

ketiga serta mengukur tingkat kemampuan bank untuk membayar dana

pihak ketiga dari pengambilan kredit yang telah diberikan. Rendahnya

peringkat kesehatan bank menunjukkan semakin rendahnya kemampuan

likuiditas bank yang bersangkutan sehingga mengurangi kepercayaan

investor. Investor akan merespon negatif terhadap informasi teserbut.

Dalam likuiditas yang tinggi dalam hal ini telah ditetapkan Bank

Indonesia maksimal sebasar 90% maka hal tersebut akan meningkatkan

konsumen pada bank tersebut. Investor akan melirik perusahaan

perbankan untuk menanam modal dan akan berdampak terhadap

23
kenaikan Earning Per Share atau harga per lembar saham. Loan to

Funding Ratio (LFR) berpengaruh terhadap Earning Per Share.

2. Pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap Earning Per Share

(EPS)

Non Performing Loan (NPL) yaitu tingkat kredit bermasalah

dibandingkan dengan total kredit yang telah diberikan kepada pihak

ketiga namun tidak termasuk kredit yang diberikan ke bank lain. Kredit

bermasalah tersebut yaitu kredit yang diklasifikasikan dalam kredit

kurang lancer, diragukan, macet, sedangkan kredit bermasalah itu sendiri

dihitung secara kotor dengan tidak mengurangkan dengan penyisihan

penghapusan aktiva produktif. Suatu bank dapat menjalankan operasinya

dengan baik jika NPL mempunyai nilai di bawah 5%. Dengan adanya

kenaikan NPL makan akan menyebabkan cadangan penyisihant

penghapusan aktiva produktif yang tidak mencukupi sehingga

pemacetan kredit tersebut harus diperhitungkan sebagai beban biaya

yang langsung berpengaruh terhadap keuntungan bank. Kredit yang

diberikan kepada masyarakat sebagai salah satu bentuk produk jasa yang

ditawarkan oleh industri perbankan, semakin tinggi tingkat kredit

bermasalah maka risiko yang ditanggung oleh bank menggambarkan

kinerja perbankan tersebut tidak baikatau tidak sehat. Hal tersebut akan

mempengaruhi keputusan investor dalam menanamkan modal dan

mampu mempengaruhi harga per lembar saham, jadi NPL berpengaruh

terhadap EPS.

24
LFR (X1)
H1

EPS (Y)
H2
NPL (X2)

H3

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

D. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara dari rumusan

masalah. Hipotesis dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

H1 : Terjadi pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel Loan to

Funding Ratio terhadap Earning Per Share

H2 : Terjadi pengaruh yang signifikan secara parsial dari variabel Non

Performing Loan terhadap Earning Per Share

H3 : Terjadi pengaruh yang signifikan secara simultan dari Loan to Funding

Ratio dan Loan to Funding Ratio terhadap Earning Per Share

25
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menurut pendekatannya merupakan penelitian ex post

facto. Penelitian ex post facto yaitu penelitian yang dilakukan untuk meneliti

peristiwa yang telah terjadi dan kemudian meruntut kebelakang untuk

mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya kejadian tersebut

(Husein Umar, 2011: 28). Berdasarkan tingkat eksplanasinya penelitian ini

merupakan penelitian kausal komparatif. Penelitian kausal komparatif yaitu

penelitian dengan karakteristik masalah berupa sebab akibat atara dua

variabel atau lebih (Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, 2009: 27).

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu penelitian yang

analisisnya lebih focus pada data numerik yang diolah menggunakan metode

statistika. Metode Statistika adalah bagaimana cara-cara mengumpulkan data

atau fakta, mengolah, menyajikan, dan menganalisa, penarikan kesimpulan

serta pembuatan keputusan yang cukup beralasan berdasarkan fakta dan

penganalisaan yang dilakukan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2019 pada Industri Jasa

Perbankan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2018

yang diperoleh dari laporan keuangan yang telah di publikasikan dan diaudit

pada http://www/idx.co.id

26
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya, (Sugiyono, 2009). Pupulasi data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah Industri Jasa Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI) periode 2014-2018 yaitu sebanyak 45 perusahaan yang

tercatat. Penelitian ini memilih Industri Jasa Perbankan yang terdaftar di

BEI karena beberapa alasan, alasan pertama yaitu bank cerminan

kepercayaan investor pada stabilitas sistem keuangan dan sistem

perbankan di suatu negara, alasan kedua yaitu bank konvensional sudah

banyak yang go public sehingga memudahkan dalam melihat posisi

keuangan dan kinerja suatu bank serta meningkatkan harga per lembar

saham perbankan di Indonesia menunjukkan harapan besar investor pada

pertumbuhan perekonomian negara tersebut.

Tabel 3.1

Populasi Penelitian

No Kode Nama Perusahaan Tanggal


Perusahaan Pencatatan
1 AGRO Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk 08/08/2003
2 AGRS Bank Agris Tbk 22/12/2014
3 ARTO Bank Artos Indonesia Tbk 12/01/2016
4 BABP Bank MNC Internasional Tbk 15/07/2002
5 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04/10/2007
6 BBCA Bank Central Asia Tbk 31/05/2000
7 BBHI Bank Harda Internasional Tbk 12/08/2015

27
8 BBKP Bank Bukopin Tbk 10/07/2006
9 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08/07/2013
10 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25/11/1996
11 BBNP Bank Nusantara Parahyangan Tbk 10/01/2001
12 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10/11/2003
13 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17/12/2009
14 BBYB Bank Yudha Bhakti Tbk 13/01/2015
15 BCIC Bank Trust Indonesia Tbk 25/06/1997
16 BDMN Bank Danamon Indonesia Tbk 06/12/1989
17 BEKS Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk 13/07/2001
18 BGTG Bank Ganesha Tbk 12/05/2016
19 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16/01/2014
20 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk 08/07/2010
21 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012
22 BKSW Bank QNB Indonesia Tbk 21/11/2002
23 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11/07/2013
24 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14/07/2003
25 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 01/06/2006
26 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29/11/1989
27 BNII Bank Maybank Indonesia 21/11/1989
28 BNLI Bank Permata Tbk 15/01/1990
29 BRIS Bank BRIsyariah Tbk 01/01/1911
30 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13/12/2010
31 BSWD Bank Of India Indonesia Tbk 01/05/2002
32 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12/03/2008
33 BTPS Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah 08/05/2018
34 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30/06/1999
35 DNAR Bank Dinar Indonesia 11/07/2014
36 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29/08/1990
37 MAYA Bank Mayapada Internasional Tbk 29/08/1997
38 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia 03/07/2007
39 MEGA Bank Mega Tbk 17/04/2000
40 NAGA Bank Mitraniaga Tbk 09/07/2013
41 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20/10/1994
42 NOUB Bank Nasional Nobu Tbk 20/05/2013
43 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29/12/1982
44 PNBS Bank Panin Dubai Syariah Tbk 15/01/2014
45 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 15/12/2006
Sumber : http://www.sahamok.com

28
2. Teknik Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009).

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel penelitian ini

adalah purposive sampling, yaitu penarikan sampel dengan pertimbangan

tertentu. Pertimbangan tersebut didasarkan pada kepentingan atau tujuan

penelitian (Suharyadi:dkk, 2004:332).

Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah :

a. Perusahaan tersebut termasuk dalam kelompok Industri Jasa

Perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

b. Perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 5 tahun terakhir

c. Perusahaan yang mempublikasikan Laporan Tahunan di Bursa

Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2018.

d. Perusahaan yang memiliki Laba Positif

Adapun nama-nama perusahaan yang akan dijadikan sampel adalah

Table 3.2
Daftar Nama Sampel Industri Jasa Perbankan

No Kode Nama Perusahaan Tanggal


Perusahaan Pencatatan
1 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04/10/2007
2 BBKP Bank Bukopin Tbk 10/07/2006
3 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08/07/2013
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25/11/1996
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10/11/2003
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17/12/2009
7 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16/01/2014
8 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk 08/07/2010

29
9 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012
10 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11/07/2013
11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14/07/2003
12 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 01/06/2006
13 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29/11/1989
14 BNII Bank Maybank Indonesia 21/11/1989
15 BRIS Bank BRIsyariah Tbk 01/01/1911
16 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13/12/2010
17 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12/03/2008
18 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30/06/1999
19 DNAR Bank Dinar Indonesia 11/07/2014
20 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29/08/1990
21 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia 03/07/2007
22 MEGA Bank Mega Tbk 17/04/2000
23 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20/10/1994
24 NOUB Bank Nasional Nobu Tbk 20/05/2013
25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29/12/1982
26 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 15/12/2006

D. Definisi Operasional

1. Variabel Indenden (X)

Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini sebagai

berikut :

a) Loan to Funding Ratio (LFR)

Loan to Funding Ratio (LFR) yaitu sebuah rasio untuk mengukur

jumlah kredit yang diberikan atas simpanan pihak ketiga serta

menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali

penarikan-penarikan yang dilakukan oleh nasabah dengan

mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Menurut Riyadi (2208: 195) rumus menghitung Loan to Funding

Ratio :

30
Jumlah Kredit Yang Diberikan
LFR = x 100%
Dana Pihak Ketiga

b) Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) yaitu risiko kredit yang digunakan

dalam mengukur tingkat kesehatan bank dari aspek Risk Profile yaitu

dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL). Menurut Riyadi

(2008: 160) rumus menghitung rasio Non Performing Loan (NPL)

sebagai berikut :

Total Kredit Bermasalah


NPL = x 100%
Total Kredit Yang Diberikan

2. Varibael Dependen (Y)

Variabel dependen yaitu variabel yang terkait yang dipengaruhi oleh

variabel independen. Variabel dalam penelitian ini yaitu Earning Per

Share. Earning Per Share yaitu harga per lembar saham.

E. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder

berupa data-data laporan keuangan perusahaan perbankan yang telah terdaftar

di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016. Teknik pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini yaitu dokumentasi. Teknik pengumpulan data

dengan dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data-data perusahaan

yang diambil melalui website www.idx.co.id

31
F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif bertujuan bertujuan untuk memberikan

gambaran mengenai variabel-variabel dalam penelitian. Statistik

deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat

dari nilai rata-rata, standar deviasi, varian, maksimum, sum, range,

kurtosis dan skewness (Imam Ghozali, 20111: 19). Metode analisis data

dilakukan dengan bantuan program aplikasi komputer SPSS.

2. Analisis Asumsi Klasik

Model regresi yang digunakan menunjukkan hubungan yang

signifikan dan representative apabila model regresi tersebut memenuhi

asumsi dasar klasik regresi. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis maka

lebih terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi

pengujian normalitas data, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan

autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Uji Normalitas berfungsi untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel dependen (X) dan variabel independen (Y) mempunyai

distribusi yang normal atau tidak. Untuk mencapai model regresi

yang baik yaitu harus memiliki ditribusi normal atau mendekati

normal.

Dasar Pengambilan Keputusan :

32
- Jika nilai signifikansi > 0,05, maka nilai residual berdistribusi

normal

- Jika nilai signifikansi > 0,05, maka nilai residual tidak

berdistribusi normal

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Gendro (2011: 157) Uji Multikolinearitas digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

multikolinearitas, yaitu adanya hubungan linear atau variabel

independen dalam model regresi. Persyaratan yang harus terpenuhi

dalam model regresi ini yaitu tidak adanya multikolinearitas. Ada

tidaknya multikolinearitas terdapat cara untuk mendeteksi dalam

model regresi yaitu dengan dilihat dari tolerance value yaitu untuk

mengukur variabel independen yang sudah terpilih dan variance

inflation factor. Nilai ini pada umumnya dipakai jika nilai tolerance

> 10% dan nilai variance inflation factor <10% maka disimpulkan

bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam

model regresi dan jika nilai tolerance <10% dan anomaly variance

inflation factor >10%, maka dapat disimpulkan bahwa ada

multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

c. Uji Heteroskedastisitas

Menurut Gendro (2011: 165) Uji Heteroskedastisitas digunakan

untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

heteroskedastisitas, yaitu adanya ketidaksamaan varian dari residual

33
untuk semua pengamatan pada model regresi. Model regresi yang

baik adalah yang homokesdastisitas atau yang tidak terjadi

heteroskedastisitas. Deteksi ini dapat dilakukan dengan

menggunakan uji model grafis yaitu dengan melihat ada tidaknya

pola tertentu yang tergambar pada scatterplot. Uji heteroskedastisitas

bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan

ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika

berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah

model regresi yang homokedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011: 139). Pada penelitian ini,

uji heteroskedastisitas menggunakan uji Scatterplot. Apabila variabel

independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel

dependen maka terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya model regresi

tidak mengandung adanya heteroskedastisitas apabila probabilitas

signikansinya diatas tingkat kepercayaan 5 persen.

d. Uji Autokorelasi

Menurut Gendro (2011: 165) Uji Autokolerasi digunakan untuk

mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik

autokorelasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu

pengamatan dengan pengamatan lainnya pada model regresi.

Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang saling berurutan

34
sepanjang waktu yang saling berkaitan satu sama lainnya. Hal ini

akan sering ditemukan pada time series. Pada data cross

section,masalah autokorelasi relative tidak terjadi. Cara untuk

mendeteksi adanya gejala autokorelasi yaitu dengan cara melihat

nilai durbin waston. Dengan kriteria sebagai berikut :

1. 0 < d < dl = ditolak

2. dl ≤ d ≤ du = tidak ada kesimpulan

3. 4 – dl < d < 4 = ditolak

4. 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl = tidak ada kesimpulan

5. du < d < 4 – du = tidak ditolak

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Metode analisis yang digunakan adalah model regresi linear

berganda. Menurut Sugiyono (2014: 277) bahwa :

“Analisis regresi linier berganda bermaksud meramalkan bagaimana


keadaan (naik turunnya) variabel dependen (kriterium), bila dua atau
lebih variabel independen sebagai faktor prediator dimanipulasi
(dinaik turunkan nailainya). Jadi analisis regresi berganda akan
dilakukan bila jumlah variabel independennya minimal 2”.

Menurut Sugiyono (2014: 277) persamaan regresi linier berganda

yang ditetapkan adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan :

Y = Manajemen Laba
a = Koefisien Konstanta
b1 b2 = Koefisien Regresi

35
X1 = Loan to Funding Ratio
X2 = Non Performing Loan
e = Error, variabel gangguan

Uji t Parsial

Uji F Simultan

36
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Data Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Industri Jasa Perbankan yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia pada tahun 2014 sampai dengan tahun 2018. Data

penelitian yang digunakan adalah data sekunder dengan tahun 2016. Data

penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang kemudian dianalisis

dengan menggunakan model regresi linier. Data tersebut diperoleh melalui

situs resmi Bursa Efek Indonesia yaitu www.id.co.id dan web resmi dari

Industri Jasa Perbankan. Pengambilan sampel dalam penilaian ini

menggunakan teknik purposive sampling dengan cara melakukan

pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria yang dibutuhkan dalam

penilaian ini.

Adapun yang menjadi kriteria pemilihan sampel adalah :

a. Perusahaan tersebut termasuk dalam kelompok Industri Jasa Perbankan

yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

b. Perusahaan yang telah beroperasi lebih dari 5 tahun terakhir serta

mempublikasikan laporan keuangannya di Bursa Efek Indonesia (BEI)

c. Perusahaan yang memiliki Laba Positif

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Industri Jasa

Perbankan yang telah terdaftar di BEI periode 2014-2018 yaitu sebanyak 45

perusahaan. Berdasarkan kriteria-kriteria pengambilan sampel yang

37
ditentukan, terdapat 10 Perusahaan terpilih. Berikut adalah daftar Industri

Jasa Perbankan yang menjadi sampel dalam penelitian ini :

Table 4.2
Daftar Nama Sampel Industri Jasa Perbankan

No Kode Nama Perusahaan Tanggal


Perusahaan Pencatatan
1 BACA Bank Capital Indonesia Tbk 04/10/2007
2 BBKP Bank Bukopin Tbk 10/07/2006
3 BBMD Bank Mestika Dharma Tbk 08/07/2013
4 BBNI Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk 25/11/1996
5 BBRI Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk 10/11/2003
6 BBTN Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk 17/12/2009
7 BINA Bank Ina Perdana Tbk 16/01/2014
8 BJBR Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk 08/07/2010
9 BJTM Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk 12/07/2012
10 BMAS Bank Maspion Indonesia Tbk 11/07/2013
11 BMRI Bank Mandiri (Persero) Tbk 14/07/2003
12 BNBA Bank Bumi Arta Tbk 01/06/2006
13 BNGA Bank CIMB Niaga Tbk 29/11/1989
14 BNII Bank Maybank Indonesia 21/11/1989
15 BRIS Bank BRIsyariah Tbk 01/01/1911
16 BSIM Bank Sinarmas Tbk 13/12/2010
17 BTPN Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk 12/03/2008
18 BVIC Bank Victoria Internasional Tbk 30/06/1999
19 DNAR Bank Dinar Indonesia 11/07/2014
20 INPC Bank Artha Graha Internasional Tbk 29/08/1990
21 MCOR Bank China Construction Bank Indonesia 03/07/2007
22 MEGA Bank Mega Tbk 17/04/2000
23 NISP Bank OCBC NISP Tbk 20/10/1994
24 NOUB Bank Nasional Nobu Tbk 20/05/2013
25 PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 29/12/1982
26 SDRA Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk 15/12/2006

B. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriftif ini bertujuan untuk memberikan suatu

gambaran tentang variabel-variabel dalam suatu penelitian. Statistik Deskriptif

38
memberikan suatu gambaran atau data yang terlihat dari nilai rata-rata, standar

deviasi maksimum dan minimum. Variabel dependen pada penelitian ini adalah

Earning Per Share (Harga per lembar saham) dan variabel independennya

menggunakan Loan to Funding Ratio, dan Non Performing Loan.

Tabel 4.1

Analisis Statistik Deskriptif Variabel Penelitian

N Mean Standar Deviation

Loan to Funding Ratio 130 84.6518 14.22571

Non Performing Loan 130 1.7961 1.28887

Earning Per Share 130 3.7567 1.60957

Sumber : Data sekunder yang diolah

1. Earning Per Share

atau Laba Per Lembar Saham merupakan informasi penting suatu

perusahaan yang menunjukkan besarnya laba bersih perusahaan yang siap

dibagikan untuk semua pemegang saham perusahaan. Earning Per Share

atau laba per lembar saham adalah jumlah pendapatan yang diperoleh

dalam suatu periode untuk tiap lembar saham yang beredar. Informasi

mengenai laba per lembar saham dapat digunakan oleh pimpinan

perusahaan untuk menentukan deviden yang akan dibagikan. Informasi ini

juga berguna bagi investor untuk mengetahui perkembangan perusahaan.

Variabel ini diukur dengan menggunakan nilai Laba per lembar saham dari

tahun terakhir. Hasil analisis deskriftif variabel earning per share

diperoleh nilai mean sebesar 3.7567 dan standar deviasi sebesar 1.60957.

39
2. Loan to Funding Ratio (LFR)

Loan to Funding Ratio (LFR) yaitu sebuah rasio untuk mengukur

jumlah kredit yang diberikan atas simpanan pihak ketiga serta

menggambarkan kemampuan bank untuk membayar kembali penarikan –

penarikan yang dilakukan oleh nasabah dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Menurut Riyadi (2008: 195)

rumus menghitung Loan to Funding Ratio (LFR) yaitu sebagai berikut :

Total Kredit yang diberikan


LFR = x 100%
Total Dana Pihak Ketiga

Hasil analisis deskriftif variabel Loan to Funding Ratio diperoleh

nilai mean sebesar 84.6518 dan standar deviasi sebesar 14.22571.

3. Non Performing Loan (NPL)

Non Performing Loan (NPL) yaitu risiko kredit yang digunakan

dalam mengukur tingkat kesehatan bank dari aspek Risk Profile yaitu

dengan menggunakan Non Performing Loan (NPL). Menurut Riyadi

(2008: 160) rumus menghitung rasio Non Performing Loan (NPL) sebagai

berikut :

Total Kredit Bermasalah


NPL = x 100%
Total Kredit yang diberikan

Hasil analisis deskriftif variabel Non Performing Loan diperoleh

nilai nilai mean sebesar 1.7961 dan standar deviasi sebesar 1.28887.

40
C. Hasil Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dala model

regresi variabel pengganggu atau residual berdistribusi normal atau tidak.

Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang berdistribusi

normal (imam Ghozali, 2011: 160). Normal atau tidaknya suatu data

dapat dilihat dengan menunjukkan uji One Sampel Kolmogorov Smirnov.

Penelitian ini menggunakan taraf signifikasi 5% maka distribusi data

penelitian dinyatakan normal apabila memiliki nilai probabilitas (sig)

>0.05. Data dapat dikategorikan normal apabila mempunyai jumlah

sampel sebesar 30. Penelitian ini telah memenuhi persyaratan tersebut

karena telah menggunakan sampel sejumlah 130 Industri Jasa Perbankan

di Indonesia. Hasil Uji Normalitas pada penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Tabel 4.1 Hasil pengujian Normalitas Uji One Sampel Kolmogrov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 130
Mean .0000000
Normal Parametersa,b
Std. Deviation 1.49041866
Absolute .057
Most Extreme Differences Positive .057
Negative -.034
Kolmogorov-Smirnov Z .653
Asymp. Sig. (2-tailed) .787

a. Test distribution is Normal.


b. Calculated from data.

41
Berdasarkan hasil uji normalitas diketahui nilai signifikansi

0,787 > 0,05 , maka dapat disimpulkan bahwa nilai residual berdistribusi

normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Model regresi yang baik yaitu tidak terjadi korelasi diantara variabel

independen (Imam Ghozali, 2011: 105). Regresi bebas dari masalah

multikolinearitas jika nilai Tolerance lebih dari 10 persen (> 0,10) dan

nilai VIF < 10,00.

Tabel 4.2 Hasil Pengujian Multikolinearitas

Coefficientsa

Model Unstandardized Standardized t Sig. Collinearity Statistics


Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta Tolerance VIF

(Constant) .459 .841 .546 .586

1 LFR (X1) .041 .009 .362 4.386 .000 .990 1.010

NPL (X2) -.095 .103 -.076 -.925 .357 .990 1.010

a. Dependent Variable: EPS (Y)

Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas di atas

menunjukkan bahwa nilai VIF untuk kedua variabel lebih kecil dari

10,00. Selain itu, nilai Tolerance kedua variabel menunjukkan angka

lebih besar dari 0.10. Berdasarkan pengujian tersebut dapat disimpulkan

42
bahwa tidak ada gejala multikolinearitas untuk kedua variabel atau

memenuhi syarat.

3. Uji Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1. Model regresi

yang baik, tidak terjadi autokorelasi. Pada penelitian ini menggunakan Uji

Durbin Watson, yang didapatkan dari nilai DW hitung (d) dan nilai DW

table (dl dan du). Imam Ghozali (2011: 111) menyatakan bahwa tidak ada

gejala autokorelasi, jika nilai Durbin Watson terletak antara du sampai

dengan (4-du).

Tabel 4.3 Hasil Pengujian Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the Durbin-Watson


Square Estimate

1 .378 a
.143 .129 1.50211 .608

a. Predictors: (Constant), NPL (X2), LFR (X1)


b. Dependent Variable: EPS (Y)

Berdasarkan hasil pengujian autokorelasi pada tabel 4

menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson sebesar 0.608 sedangkan dari

tabel Durbin-Watson dengan signifikansi 0,05, jumlah sampel sebanyak

130 (N), serta jumlah variabel dependen sebanyak 2 variabel (k=2)

diperoleh nilai dl sebesar 1,6825 dan du sebesar 1,7449.

43
4. Uji Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah model regresi yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Imam Ghozali,

2011: 139). Pada penelitian ini, uji heteroskedastisitas menggunakan uji

Scatterplot. Apabila variabel independen signifikan secara statistic

mempengaruhi variabel dependen maka terjadi heteroskedastisitas,

sebaliknya model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas

apabila probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5 persen.

(Imam Ghozali, 2011: 143).

Gambar 1 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas penelitian ini

bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

44
ketidaksamaan variance dari residual pengamatan satu ke pengamatan

yang lain. Setelah diuji dengan grafik scatterplot dapat dilihat bahwa

tidak ada pola yang jelas , serta titik-titik menyebar di atas dan dibawah 0

pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan tidak terjadi heteroskedastisitas

pada model regresi ini.

D. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis yang digunakan penelitian ini adalah analisis

regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda. Teknik analisis

regresi linier sederhana digunakan untuk memenuhi pengaruh antara variabel

independen terhadap variabel dependen secara parsial. Hal ini dilakukan

untuk menguji hipotesis pertama, kedua. Hipotesis ketiga diuji menggunakan

teknik analisis regresi linier berganda. Hal ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen secara

bersama-sama.

1. Analisis Regresi Sederhana

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi

berganda. Analisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh

variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat. Data yang diperoleh dari

tiap indikator variabel, akan dihitung secara bersama-sama melalui suatu

persamaan regresi berganda.

a. Pengujian Hipotesis Pertama

1) Pengujian Signifikansi koefisien korelasi dengan uji t

45
Berdasarkan hasil pengujian, nilai thitung sebesar 4,386 > ttabel

2,364 sementara nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh Loan to Funding Ratio (X1)

terhadap Earning Per Share (Y) yaitu berpengaruh positif dan

signifikan terhadap Earning Per Share. Dengan demikian hipotesis

pertama menyatakan “Loan to Funding Ratio berpengaruh positif

dan signifikan terhadap Earning Per Share Industri Jasa Perbankan

di Indonesia Tahun 2014-2018” diterima.

b. Pengujian Hipotesis Kedua

1) Pengujian Signifikansi koefisien korelasi dengan uji t

Berdasarkan hasil pengujian, nilai thitung sebesar -,925 < ttabel

2,364 sementara nilai signifikansi sebesar 0.357 < 0.05. Hal ini

menunjukkan bahwa pengaruh Non Performing Loan (X2)

terhadap Earning Per Share (Y) yaitu berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap Earning Per Share. Dengan demikian

hipotesis kedua menyatakan “Non Performing Loan berpengaruh

negatif dan tidak signifikan terhadap Earning Per Share Industri

Jasa Perbankan di Indonesia Tahun 2014-2018” tidak diterima.

2. Analisis Regresi Berganda

1) Menentukan Garis Persamaan Dua Prediktor

Tabel Hasil Perhitungan Regresi Berganda

Variabel Independen Koefisien Regresi T Sig

Konstanta 0.459 0.546 0.586

46
X1 0.41 4.386 0.000

X2 -.095 -.925 0.357

Koefisien Determinasi (Adjusted R2) 0.129

Fhitung 10.558

Sig F 0.000

Ftabel 3.09

Berdasarkan hasil regresi linier berganda, maka dapat disusun

persamaan faktor-faktor yang mempengaruhi Earning Per Share yaitu :

Y = 0.459 + 0.41 X1 -0.95 X2. Nilai Koefisien X1 sebesar 0.41 yang

berarti Loan to Funding Ratio meningkat 1 satuan maka Earning Per

Share akan meningkat sebesar 0.41 dengan asumsi X2 tetap. Nilai koefisien

X2 sebesar -0.95 yang berarti Non Performing Loan meningkat 1 satuan

maka Earning Per Share akan turun sebesar 0.95 dengan asumsi X1 tetap.

Nilai signifikansi dari dari kedua variabel adalah 0.000 lebih kecil

bila dibandingkan dengan nilai probabilitas yang telah ditentukan yaitu

0.05. Dengan demikian, 0.000 < 0.05 menunjukkan bahwa pengaruh Non

Performing Loan, Non Performing Loan, terhadap Earning Per Share

signifikan.

47
2) Menguji signifikansi regresi linier berganda dengan uji F

Berdasarkan tabel …, menunjukkan hasil dari uji F yaitu Fhitung

lebih besar dari Ftabel dengan nilai sebesar 10.558 > 3.09. Hal ini dapat

diartikan bahwa variabel Loan to Funding Ratio, Non Performing Loan

secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap Earning Per

Share. Dengan demikian hipotesis ketiga yaitu “Loan to Funding Ratio,

Non Performing Loan secara simultan berpengaruh terhadap Earning Per

Share Industri Jasa Perbankan di Indonesia tahun 2014-2018” dapat

diterima.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Loan to Funding Ratio

(X1), Non Performing Loan (X2) terhadap Earning Per Share Industri Jasa

Perbankan di Indonesia pada tahun 2014-2018. Berdasarkan hasil analisis,

maka pembahasan mengenai hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh Loan to Funding Ratio terhadap Earning Per Share

Hasil penelitian hipotesis pertama menunjukkan bahwa variabel

Loan to Funding Ratio berpengaruh positif terhadap earning per share

Industri Jasa Perbankan di Indonesia pada tahun 2014-2018. Nilai

signifikansi variabel Loan to Funding Ratio lebih kecil dari 0,05 yaitu

sebesar 0,000 yang berarti berpengaruh signifikan. Nilai t hitung sebesar

4,386 sementara ttabel sebesar. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh Loan

to Funding Ratio (X1) terhadap Earning Per Share (Y) adalah signifikan.

48
Berdasarkan hasil uji hipotesis bahwa variabel Loan to Funding

Ratio berpengaruh terhadap Earning Per Share. LFR menyatakan

seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana

yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Jika kondisi perekonomian membaik dan

tingkat kolektibilitas tinggi, semakin tinggi LFR berarti interst margin

bank akan semakin besar yang akan mengakibatkan laba bank juga akan

mengalami peningkatan. Peningkatan laba akan berdampak pada Laba per

lembar saham yang ada di Bursa Efek Indonesia.

2. Pengaruh Non Performing Loan terhadap Earning Per Share

3. Pengaruh LFR, NPL terhadap Earning Per Share

4. Keterbatasan Penelitian

49
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

50
DAFTAR PUSTAKA
As, Mohmoeddin. 2010. Melacak Kredit bermasalah. Cetakan Pertama. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan.
Harahap, Sofyan Safri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Irham, Fahmi. 2014. Manajemen Perkreditan. Bandung : Alfabeta.
Kasmir. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi, cetakan
keempatbelas.Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Kasmir. 2014. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi, Cetakan ke
duabelas.Jakarta : PT.RajaGrafindo Persada.
Kasmir. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, edisi revisi, cetakan
12.Jakarta: Rajawali Pers.
Puspita, R.Mentari Lingga. 2015. Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal
Dalam Mencegah Terjadinya Kredit Macet Pada PT.Bank Rakyat Indonesia
Unit Bandung Selatan. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama
Bandung.

Ningki Martanorika. 2018. Pengaruh Loan To Deposit Ratio, Non Performing


Loan, Capita Adequacy Ratio , Net Interest Margin terhadap harga saham
Bank Umum Konvensional Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Pada
Tahun 2014-2016.

Setia Chandra Kesuma. 2018. Analisis pengaruh tingkat kesehatan Bank, BI Rate,
dan Earning per Share terhadap harga saham Industri Perbankan di BEI.

Diah Purnamasari. Elva Nuraina. 2017. Pengaruh Capital Adequacy Ratio, Loan
to Deposit Ratio, dan Return on Asset Terhadap Harga saham perusahaan
Perbankan.

Nurul Letni Reskita. 2016. Pengaruh Capital Adequacy Ratio dan Non Performing
Loan terhadap Return on Equity dan harga saham pada perbankan yang
terdaftar di BEI.

51
Suri Charani. 2009. Analisis Pengaruh NPM, LAR, LDR, dan NPL terhadap Price
Earning Ratio pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.
Peraturan Bank Indonesia. 2013. Nomor 15/15/PBI/2013 Tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum dalam Rupiah dan Valuta Asing bagi Bank Umum
Konvensional.(www.bi.go.id).
Surat Edaran Bank Indoneisa. 2011. Nomor.13/24/DPNP Tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan bank Umum.
(https://www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/SE
%20No.13_24_DPNP_2011.aspx)
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.14/SEOJK.03/2017 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum.
(https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/ regulasi/surat - edaran - ojk/
Pages /Surat-Edaran-Otoritas- Jasa- Keuangan -Nomor-14-SEOJK.03-
2017.aspx)
Peraturan Bank Indonesia Nomor 19/6/PBI/2017 tentang Perubahan Kelima Atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/15/PBI/2013 Tentang Giro Wajib
Minimum Bank Umum Dalam Rupiah Dan Valuta Asing Bagi Bank Umum
Konvensional.
(https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:1i47qUBbrLcJ:https://www.bi.go.id/id/peraturan/moneter/
Documents/PBI_190617.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana diubah
dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998.
(https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:KjqegUT8y1EJ:https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/
undang-undang /Pages / undang-undang-nomor-7-tahun-1992-tentang-
perbankan-sebagaimana- diubah-dengan-undang-undang-nomor-10-tahun-
1998.aspx+&cd=5&hl=id &ct=clnk&gl=id)
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 18/POJK.03/2016 Tentang Penerapan
Manajemen Risiko Bagi Bank Umum.
(https://webcache.googleusercontent.com/search?
q=cache:sl0fIS6kLNYJ:https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/
peraturan-ojk/Documents/Pages/POJK-Nomor-18.POJK.03.2016/SAL
%2520-%2520POJK%2520Manajemen%2520Risiko
%2520.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id)

52
Junaeni, Irawati .2016. Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Risiko (Risk Based
Bank Rating-RBBR).Online.(https://dosen.perbanas.id/tingkat-kesehatan-bank-
berdasarkan-risiko-risk-based-bank-rating-rbbr/). Diakses tanggal 15 April 2018+
Wikipedia. 2016. Risiko Likuiditas .(Online)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Risiko_likuiditas). Diakses tanggal 10 april 2018+

Peringkat Bank berdasarkan Total Aset terbanyak per Q1 2019. Online


(https://www.kinerjabank.com/bank_rankings)
(https://www.alinea.id/bisnis/kinerja-10-bank-terbesar-indonesia-sangat-positif-
b1Uwb9NK)

Pembagian deviden
(https://finansial.bisnis.com/read/20190517/90/923940/3-bank-bumn-sudah-
umumkan-dividen-berapa-dividen-btn)
(https://katadata.co.id/grafik/2019/06/04/10-bumn-pemberi-dividen-terbesar)
(https://www.rti.co.id/?m_id=1&sub_m=s9&sub_sub_m=1)

https://bursanom.com/rgec-kesehatan-bank/

53

Anda mungkin juga menyukai