Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN HASIL DISKUSI KELOMPOK 2

Topik pembahasan.
Naik-Turunnya Suku Bunga Fluktuasi suku bunga berpengaruh pada keinginan masyarakat
untuk meminjam uang di bank

Kenaikan suku bunga acuan menjadi 5,5% pada Agustus ternyata Tak butuh waktu lama
langsung disikapi pelaku pasar surat utang.

PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyatakan beberapa calon emiten baru surat utang,
baik berupa surat utang jangka menengah (MTN) maupun obligasi publik senilai Rp 20 triliun,
sudah membatalkan rencana penerbitan di semester II tahun ini. Bahasa halusnya adalah
memundurkan jadwal hingga waktu yang tidak ditentukan.

Pefindo adalah salah satu lembaga pemeringkat (rating) utang di pasar domestik selain PT Fitch
Ratings Indonesia, yang menentukan peringkat utang surat utang yang akan diterbitkan emiten.

Di Indonesia, efek surat utang sendiri biasa disebut dengan efek pendapatan tetap (fixed income)
karena umumnya menawarkan bunga tetap tiap tahun. Surat utang tersebut ada yang disebut
surat sanggup (promissory notes/PN), surat komersial (commercial paper/CP), surat utang jangka
menengah (medium term notes/MTN), atau obligasi biasa.

MTN biasa disematkan bagi efek surat utang yang ditawarkan secara terbatas (private placement)
kepada calon investor strategis, berlawanan dengan obligasi yang ditawarkan secara publik. Di
sisi lain, penyebutan PN dan CP pernah ramai digunakan tetapi saat ini tidak familiar lagi.

Setiap penerbitan surat utang diwajibkan memiliki rating dari lembaga pemeringkat sebagai
acuan awal calon investor. Kontrak awal dari calon emiten itulah yang mundur dari rencana awal
dengan pihak Pefindo.

Calon emiten obligasi korporasi yang memundurkan jadwal penerbitan, sebagian kecil yaitu
sekitar Rp 5 triliun dari total Rp 20 triliun, merupakan calon penerbit baru yang tidak terlalu
butuh tahun ini sehingga dapat menunda penerbitan pada tahun depan.
Meskipun faktornya tidak besar atau sudah dikalkulasi lebih awal oleh calon emiten, tentu saja
faktor kenaikan suku bunga yang di luar ekspektasi menjadi faktor pertimbangan calon emiten
surat utang dalam meneruskan niat penerbitannya.

Sebabnya tentu saja jika suku bunga acuan naik, maka akan memicu kenaikan tingkat imbal hasil
(yield) surat utang yang sudah beredar. Hal tersebut mencerminkan kecenderungan investor
untuk melepas obligasi di pasar jika ada kenaikan suku bunga, seiring dengan harapan pelaku
pasar terhadap adanya penyesuaian= kenaikan hasil dari investasi mereka.
Pelepasan obligasi tentu akan menekan harga surat berharga itu di pasar, dan setiap penurunan
suku bunga akan menaikkan yield mereka di pasar. Sudah hukumnya, bahwa yield obligasi di
pasar tersebut akan menjadi acuan bagi penerbitan obligasi yang akan diterbitkan selanjutnya.
Misalnya yield di pasar 8%, maka calon investor obligasi akan menuntut kupon yang minimal
sebesar 8% tersebut, belum lagi jika ada premium atau tambahan yang perlu ditabur di atas
kupon tersebut sebagai pemancing minat pembelian

Bila persentase bunga obligasi melebihi tingkat bunga di pasar, maka harga jual obligasi akan di
atas nilai nominal
Tapi bila tarif bunga obligasi lebih rendah daripada tingkat bunga di pasar maka harganya di
bawah nilai nominal
Serta mengetahui:
1. Risiko Investasi yang menawarkan return tinggi akan memiliki risiko tinggi. Investasi return
kecil, risikonya pun kecil. Misalnya, bila Anda membeli saham atau Reksa Dana dengan nilai
besar. Kemungkinan ada dua, laba yang diterima besar atau Anda justru merugi. Jika tujuan
Anda adalah berinvestasi untuk jangka panjang, merugi satu bulan pun tidak masalah. Dengan
menyadari risiko, jangan memercayai investasi return besar dengan risiko minim.

2. Waktu yaitu Semakin dini Anda berinvestasi, semakin besar hasilnya. Dalam berinvestasi ada
kecenderungan nilai return semakin naik. Apalagi jika investasi di logam mulia atau properti.
Meski demikian investasi tersebut belum memberikan perlindungan kepada Nasabah.

Tak ada salahnya, Anda memilih instrumen investasi sekaligus proteksi. Salah satunya PRULink
Investor Account. Asuransi dari Prudential Indonesia ini mengaitkan perlindungan jiwa sekaligus
investasi. Di sini, perusahaan asuransi memberikan keleluasaan kepada Nasabah untuk memilih
investasi berdasarkan profil risiko. Terdapat 11 jenis dana investasi untuk asuransi ini.

3.Perubahan suku bunga


dari Bank Indonesia (BI) menentukan iklim berinvestasi. Tujuan BI mengubah suku bunga
adalah untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah. Suku bunga turun mendorong investor mengambil
kredit di bank. Hal ini jelas, pihak bank akan menurunkan suku bunga kreditnya.

Jika sebaliknya, investasi mungkin agak sedikit lesu. Tetapi suku bunga deposito naik. Di pasar
modal, hal ini tidak terlalu berpengaruh. Karena ada saham perbankan yang melejit, ada pula
yang melemah. Bila Anda memiliki saham, jangan khawatir soal naik turun suku bunga. Meski
demikian perubahan suku bunga tidak memengaruhi pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Karena masih ada faktor lain.
4.Kondisi Negara
Kondisi negara sangat memengaruhi iklim berinvestasi. Pertama, kestabilan politik membuat
Investor melirik suatu negara untuk investasi. Kondisi hukum, keamanan, makro ekonomi stabil
juga menjadi pertimbangan mereka. Kedua, kebijakan pemerintah yang pro Investor. Seperti
kemudahan administrasi, birokrasi satu atap, hingga peraturan ketenagakerjaan.

5.Sumber Daya Alam Dan Manusia

Ada gula ada semut adalah ungkapan yang pas untuk menggambarkan dunia investasi. Di mana
Sumber Daya Alam (SDA) melimpah, di situ Investor berkumpul. Tetapi kehadiran SDA terasa
tidak lengkap jika tidak ada Sumber Daya Manusia (SDM). Investor juga akan
mempertimbangkan negara dengan penduduk usia produktif tinggi, iklim kreatif dan inovatif,
serta teknologi mendukung untuk membuka perusahaannya.
pembebanan suku bunga kepada debitur dibedakan kepada jenis kredit yang akan diambil. secara
garis besar ada tiga jenis pembebanan suku bunga yang sering dilakukan oleh bank yaitu:

1.pembebanan bunga setiap bulan dihitung dari sisi pinjamannya sehingga jumlah bunga yang
dibayar nasabah setipa bulan menurun seiring dengan turunnya pokok pinjaman dan pembayaran
pokok pinjaman setiap bulannya sama alasannya karena untuk diberikan sektor produktif dengan
masksud nasabah tidak merasa terbebani dengan pinjamannya

2.pembebanan bunga setiap bulan tetap dari jumlah pinjamannnya setiap bulan juga dibayar
sama sehingga cicilan setiap bulan sama sampai cicilan itu lunas alasannya karena untuk
dibeikan kredit yang bersifat konsumtif

3.pembebanan bunga dikaitkan dengan bunga yang ada dipasar uang sehingga bunga yang
dibayar setiap bulan sangant tergantung dengan bunga pasar uang pada bulan tersebut alasannya
untuk mempengauhi cicilan setiap bulannya karena bunga yang dibayarkan setiap bulannya bisa
lebih tinggi da lebih rendah dari bunga yang bersangkutan

Kesimpulan Diskusi yang dapat saya ambil yaitu:

Tingkat perubahan harga dapat dihitung dengan menggunakan metode analisis duration
(macaulay duration) dan convexity. Dari perhitungan tersebut, investor akan memperoleh
perhitungan modified duration, dimana perhitungan tersebut dapat memprediksikan pergerakan
harga obligasi dari perubahan tingkat suku bunga. Perhitungan duration dan convexity tersebut
dapat menjadi dasar bagi calon investor untuk mempelajari perubahan harga obligasi terhadap
perubahan tingkat suku bunga, jika kelak ingin berinvestasi pada obligasi.

bahwa perubahan tingkat suku bunga berpengaruh terhadap pasar obligasi di Indonesia. Korelasi
yang rata – rata dimiliki adalah korelasi negatif. Dimana pada saat suku bunga mengalami
kenaikan, maka harga obligasi akan turun, dan saat suku bunga mengalami penurunan maka
harga obligasi akan meningkat. Kalaupun korelasi yang dimiliki adalah korelasi positif, tingkat
korelasinya adalah lemah.

Pada saat tingkat suku bunga naik, maka aktivitas ekonomi cenderung menurun, dan
pendapatan perusahaan-perusahaan besar juga akan menyusut. Apabila berlangsung secara terus
menerus, maka pada akhirnya dapat mengurangi tingkat pertumbuhan ekonomi.

Kejadian sebaliknya bisa terjadi. Secara teoritis, makin rendah suku bunga, maka semakin tinggi
keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Artinya, pada tingkat suku bunga rendah
maka masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam uang di bank untuk memenuhi
kebutuhan maupun untuk melakukan ekspansi usaha. Sebaliknya, saat suku bunga tinggi, maka
masyarakat akan lebih cenderung menyimpan uang di bank daripada menggunakannya untuk
berbelanja dan memperluas bisnis Para investor akan cenderung terdorong untuk melakukan
ekspansi bisnis atau investasi baru, sedangkan para konsumen akan menaikkan pengeluarannya.

Dalam konteks perekonomian internasional, perubahan suku bunga juga dapat mempengaruhi
persepsi dan minat investor asing untuk membawa dananya masuk ke suatu negara

investor berorientasi treanding sebaiknya memburu obligasi korporasi ketika tren kenaikan suku
bunga acuan berakhir, atau bahkan ketika suku bunga acuan berbalik arah. Dengan begitu,
investor berpeluang memperoleh harga awal yang lebih tinggi ketimbang posisi harga di waktu
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai