Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

EKONOMI BISNIS

“SUKU BUNGA DAN INFLASI”

KELOMPOK 14 :
Marcellino Tumiwang 210811020148

Yohanes Sahala 210811020062

Ecclesia Tandaju 210811020050

Gerald Tulangow 210811020056

Fellicia Worotjikan 210811020054

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
MANADO
2022
Kata Pengantar

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini
membahas tentang Suku bunga dan inflasi. Selain sebagai tugas,
makalah yang kami buat ini bertujuan memberi informasi kepada para
pembaca tentang lembaga keuangan lainnya lebih khususnya suku
bunga dan inflasi.
Kami sadar, bahwa dalam makalah ini banyak sekali kekurangan dan
kelemahan, masih memerlukan penyempurnaan terutama pada bagian
isi. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat di
harapkan demi perbaikan yang semestinya pada makalah ini. Sangat
kami harapkan pada semua pihak yang berkenan memperhatikan isi dan
penulisannya. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, kami
memohon maaf.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
SUKU BUNGA
Apa Itu Suku Bunga
Jenis jenis Suku Bunga
BAB II PEMBAHASAN
Inflasi
Apa Itu Inflasi
Penyebab Terjadinya Inflasi
Keuntungan Koperasi
Penggolongan Dan Macam Inflasi
Dampak Inflasi
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

Apa itu suku bunga?


Banyak sekali sebenarnya pengertian dari suku bunga sendiri. Ada yang mengatakan
bahwa suku bunga adalah biaya meminjam uang atau imbalan. Seperti menurut
buku literasi keuangan yang diterbitkan oleh OJK atau Otoritas Jasa Keuangan, yang
memiliki beberapa definisi mengenai apa itu suku bunga? Pertama suku bunga
adalah biaya yang harus dibayarkan peminjam atas pinjaman yang diterima, dan
imbalan untuk lender atas investasinya. Namun, ada juga ahli lain yang mengatakan
bahwa suku bunga adalah harga yang harus dibayarkan atas penyewaan atau
pinjaman dana.

Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga acuan yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Penetapan suku bunga acuan ini dilakukan tiap bulannya melalui
rapat dewan gubernur. Hasil dari rapat tersebut akan di umumkan ke publik, sebagai
suku bunga acuan. Oleh karena itu, BI rate ini sangat mempengaruhi suku bunga dari
bank atau leasing untuk kegiatan kredit.

Dilihat dari segi perbankan, suku bunga bank ini dapat diartikan sebagai imbalan jasa
yang diberikan bank kepada para nasabahnya yang membeli atau menjual produk
bank. Selain itu, bunga bank dapat dikatakan sebagai harga yang perlu dibayarkan
nasabah yang memiliki simpanan, dan biaya yang dibayarkan oleh nasabah kepada
bank, jika nasabah yang mendapatkan pinjaman.

Jadi, apa itu suku bunga? Dapat disimpulkan bahwa suku bunga adalah bayaran atau
biaya atas pinjaman uang dan biasanya dinyatakan dalam persentase. Biaya yang
dibayarkan Anda tersebut karena telah meminjamkan uang orang lain atau biaya
yang Anda bebankan kepada orang lain yang telah Anda pinjami uang.

Suku bunga ini dapat dihitung dengan berbagai cara yang berbeda, namun tujuannya
selalu sama, yaitu untuk membuat pihak-pihak yang terlibat merasa nyaman telah
meminjamkan uangnya. Mengingat aktivitas pinjam meminjam ini terdapat biaya
peluang dan risiko yang ditimbulkan.

Jenis-Jenis Suku Bunga


Setelah membahas panjang lebar mengenai apa itu suku bunga, dapat disimpulkan
bahwa suku bunga merupakan imbalan jasa yang bank berikan kepada nasabah yang
percaya menggunakan bank tersebut. Bunga itu sendiri diartikan sebagai harga atau
biaya yang perlu dibayarkan. 
Jadi, dari segi perbankan suku bunga dikenal sebagai bunga bank, yang terbagi
menjadi dua jenis yaitu, bunga simpanan dan bunga pinjaman. Selain jenis bunga
bank tersebut, dalam industri perbankan suku bunga sendiri dibagi menjadi lima
jenis. Berikut ini penjelasan mengenai jenis-jenis suku bunga yang perlu Anda
ketahui.

1. Suku bunga tetap (fixed)

Suku bunga tetap atau fixed ini adalah jenis suku bunga yang sifatnya tetap, tidak
berubah hingga jangka waktu tanggal jatuh tempo. Jangka waktu ini sesuai dengan
persetujuan di awal kredit. Contoh suku bunga tetap ini adalah bunga KPR rumah
subsidi. Kredit Pemilikan Rumah Subsidi atau yang sering dikenal KPR ini menerapkan
suku bunga tetap. Karena, jangka waktu KPR ini biasanya panjang sehingga dengan
suku bunga yang tetap, tidak ada risiko yang mengancam. Selain KPR subsidi, contoh
suku bunga tetap ini juga ada dalam kredit kendaraan bermotor.

2.  Suku bunga mengambang (floating)

Suku bunga mengambang atau floating ini adalah suku bunga yang nilainya selalu
berubah-ubah. Perubahan tersebut mengikuti suku bunga di pasaran. Jadi, jika suku
bunga tengah naik, maka jenis floating juga turut naik, begitupun sebaliknya. Contoh
suku bunga mengambang ini suku bunga KPR untuk periode tertentu. Seperti saat
Anda mengambil KPR, suku bunga dua tahun pertama diberlakukan suku bunga
tetap, namun untuk periode selanjutnya akan berlaku suku bunga mengambang
atau floating, yang bisa naik dan bisa turun tergantung suku bunga di pasaran.

3. Suku bunga flat

Suku bunga flat ini adalah suku bunga yang perhitungannya sederhana dibandingkan


dengan yang lainnya. Perhitungannya ini mengacu pada pokok pinjaman pada awal
untuk setiap periode cicilan. Biasanya suku bunga flat ini digunakan untuk transaksi
kredit jangka pendek, seperti handphone, motor, peralatan rumah tangga, atau
kredit tanpa agunan (KTA). Cara menghitungnya dapat dengan rumus:

Bunga perbulan= (P x I x t): Jb      

         P = pokok pinjaman awal

         I = suku bunga pertahun

         T = jumlah tahun jangka kredit

         Jb = jumlah bulan dalam jangka waktu kredit

Contohnya, jika bank memberikan kredit dengan jangka waktu 12 bulan sebesar
Rp20.000.000 dengan  bunga 15% per tahun flat. Dengan begitu asumsinya bahwa
suku bunga kredit tidak berubah selama jangka waktu kredit tersebut.
4. Suku bunga efektif

Suku bunga efektif ini adalah hitungan suku bunga diambil dari jumlah pokok
pinjaman tiap bulan, menyusut seiring dengan utang yang dibayarkan. Maksudnya,
semakin sedikit jumlah pokok pinjaman Anda, semakin sedikit juga suku bunga yang
telah dibayarkan. Jenis suku bunga ini terkesan lebih adil untuk nasabah
dibandingkan dengan suku bunga flat.

5. Suku bunga anuitas

Terakhir ada jenis suku bunga anuitas, yang menggunakan aturan jumlah angsuran
pokok ditambah dengan angsuran bunga yang dibayar. Tujuannya agar pembayaran
sama setiap bulannya. Perhitungan anuitas ini porsi bunga di masa awal terbilang
sangat besar, sedangkan angsuran pokoknya terbilang sangat kecil. Setelah itu,
mendekati berakhirnya masa kredit, keadaan menjadi terbalik, yaitu angsuran pokok
terbilang sangat besar sedangkan porsi bunganya menjadi kecil.

Jenis suku bunga ini biasanya diterapkan untuk pinjaman jangka panjang, seperti
kredit investasi atau KPR. Rumus perhitungannya tergolong sama dengan rumus
perhitungan suku bunga efektif. Sebagai berikut:

Bunga = SP x i x (30/360)

Ket:

SP = Saldo pokok pinjaman sebelumnya

i = suku bunga pertahun

30 = jumlah hari dalam sebulan

360 = jumlah hari dalam setahun

TA (Total Angsuran) = Angsuran pokok + Angsuran Bunga

Dengan begitu biasanya bank akan mengombinasi skema suku bunga dalam kredit,
contohnya flat-fixed, dengan menggunakan sistem flat dan sifatnya tetap selama
masa kredit berlangsung dan juga efektif-floating, dengan menggunakan aturan
bunga efektif dan jumlah bunga dapat berubah yang bergantung dengan kondisi
pasar finansial.

Jenis suku bunga bank berdasarkan pembebanannya


Setelah membahas mengenai jenis suku bunga, kali ini juga ada beberapa jenis suku
bunga bank yang dapat dilihat berdasarkan beban setiap jenisnya. Hal ini perlu
dipelajari agar, Anda mengerti jenis suku bunga bank yang diterapkan. Dengan
begitu, memudahkan Anda dalam menghitung besaran suku bunga bank.
1. Flat rate (bunga merata)

Jenis bunga bank yang pertama ada flat rate. Penerapan jenis suku bunga bank flat
rate ini jumlah yang dibebankan setiap bulannya bersifat tetap dan perhitungannya
dilihat dari jumlah pokok awal pinjamannya. Bagaimana dengan cicilan pokoknya?
Cicilan pokok pinjaman dibagi rata setiap bulannya, sehingga angsuran setiap
bulannya juga sama sampai kredit tersebut lunas. 

Penerapannya, flat rate ini dikenakan kepada debitur dan bersifat tetap, jadi


perubahan suku bunga di pasaran tidak berpengaruh kepada kewajiban angsuran
debitur. Jenis suku bunga bank ini banyak ditemukan pada kredit kendaraan
bermotor dan kredit mikro.

2. Sliding rate (bunga menurun)

Jenis bunga bank selanjutnya adalah sliding rate atau dikenal dengan bunga


menurun. Pembebanan bunga menurun ini dihitung berdasarkan sisa dari pinjaman
setiap bulannya, sehingga jumlah bunganya menurun setiap bulannya seiring dengan
turunnya pokok pinjaman. Namun, jumlah pembayaran pokok pinjaman setiap
bulannya sama. 

Angsuran yang meliputi pokok pinjaman ditambah bunga otomatis akan semakin
menurun setiap bulannya.  Jenis sliding rate ini juga dapat disebut bunga efektif.
Oleh karena itu, penerapan suku bunga sliding rate ini sering ditemukan di kredit
investasi jangka panjang, seperti suku bunga deposito.

3. Annuity rate (bunga anuitas)

Annuity rate atau bunga anuitas biasanya diterapkan sebagai suku bunga KPR atau
Kredit Pemilikan Rumah. Suku bunga KPR 2021 ini bisa juga disebut bunga efektif, di
mana jumlah bunga yang dibebankan di setiap angsuran kredit dihitung secara
matematis. Dengan begitu, total angsuran tiap bulannya bernilai sama dan beban
bunganya dihitung dari sisa pinjaman. Jadi, bagi Anda yang berminat KPR Anda perlu
mengetahui mengenai suku bunga KPR 2020 dan 2021 ini, agar jelas berapa bunga di
setiap cicilan KPR Anda.

4. Floating rate (bunga mengambang)

Jenis suku bunga bank terakhir ada metode floating rate atau bunga mengambang.
Biasanya metode ini digunakan perbankan pada produk investasi mereka, yaitu salah
satunya deposito. Floating rate sendiri sebenarnya bunga kredit yang besar kecilnya
tergantung dengan bunga yang berlaku di pasaran. 

Jadi, pembayaran bunga tersebut menyesuaikan dengan suku bunga dipasaran, bisa
lebih tinggi maupun rendah. Seperti produk investasi dengan suku bunga deposito
yang dikenal memiliki suku bunga yang kecil dan bergantung dengan suku bunga
deposito bank tersebut. Selain suku bunga deposito, metode floating rate ini juga
banyak diterapkan  pada kredit modal kerja dan kredit investasi.

Apa faktor penentu suku bunga di pasar?


Dari berbagai jenis suku bunga yang sudah dipaparkan di atas, ada satu hal yang
menjadi pertanyaan, yaitu apa faktor penentu suku bunga di pasar? Persoalan suku
bunga di berbagai aspek jelasnya dibangun oleh sistem perbankan di negara ini.
Siapa yang mengatur itu semuanya? Di sini jelas peran Bank Indonesia besar memiliki
kewenangan dalam menentukan suku bunga acuan atau dasar. Dengan begitu,
perjalanan dari suku bunga bisa berjalan dengan baik.

Bank Indonesia sendiri juga perlu banyak pertimbangan dalam penentuan tersebut,
oleh karenanya ada beberapa faktor yang mempengaruhi suku bunga Indonesia,
yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari pendapatan nasional,
jumlah uang yang beredar, dan tingkat inflasi. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
suku bunga luar negeri dan perubahan nilai tukar valuta asing.

Jadi, sudah jelas bagaimana Bank Indonesia sendiri menentukan suku bunga acuan
atau dasar sebagai referensi dalam suku bunga negara. Dengan begitu, suku bunga
bank lain pun tidak diperkenankan memasang jumlah bunga untuk nasabah
terlampau jauh dari suku bunga acuan. Tidak dipungkiri perbedaan suku bunga di
beberapa bank dapat mempengaruhi langkah bisnis dan target simpanan
masyarakat.

Pengertian Inflasi
Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
mempengaruhi.

Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang,
berat, dan hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah
angka 10% setahun; inflasi sedang antara 10%—30% setahun; berat antara 30%—
100% setahun; dan hiperinflasi atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan
harga berada di atas 100% setahun. Inflasi diukur dengan menghitung perubahan
tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di
antaranya:
 Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI) :  Indeks yang
mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.
 Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI).
 Indeks harga produsen : Indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-
barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering
digunakan untuk meramalkan tingkat IHK pada masa depan karena perubahan
harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan
meningkatkan harga barang-barang konsumsi.
 Indeks harga komoditas : Indeks yang mengukur harga dari komoditas-
komoditas tertentu.
 Indeks harga barang-barang modal
 Deflator PDB menunjukkan besarnya perubahan harga dari semua barang baru,
barang produksi lokal, barang jadi, dan jasa.
Penyebab Terjadinya Inflasi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya inflasi. Secara umum, penyebab
inflasi adalah karena terjadinya kenaikan permintaan dan biaya produksi. Secara
rincinya, berikut adalah beberapa penyebab inflasi:

1. Meningkatnya Permintaan
Inflasi yang terjadi disebabkan karena peningkatan permintaan untuk jenis barang
atau jasa tertentu. Dalam hal ini, peningkatan permintaan jenis barang atau jasa
tersebut terjadi secara menyeluruh (agregat demand). Hal ini bisa disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya Meningkatnya belanja pemerintah, Meningkatnya
permintaan barang untuk diekspor, Meningkatnya permintaan barang untuk swasta

2. Meningkatnya Biaya Produksi (Cost Pull Inflation)


Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi. Adapun peningkatan biaya
produksi disebabkan oleh kenaikan harga bahan-bahan baku, misalnya Harga bahan
bakar naik, Upah buruh naik

3. Tingginya Peredaran Uang


Inflasi yang terjadi karena uang yang beredar di masyarakat lebih banyak dibanding
yang dibutuhkan. Ketika jumlah barang tetap, sedangkan uang yang beredar
meningkat dua kali lipat, maka bisa terjadi kenaikan harga-harga hingga 100%.

Penggolongan dan Macam Inflasi


Berdasarkan asalnya, inflasi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang
berasal dari dalam negeri dan inflasi yang berasal dari luar negeri. Inflasi berasal dari
dalam negeri misalnya akibat terjadinya defisit anggaran belanja yang dibiayai
dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan
makanan menjadi mahal.

Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat
naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar
negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang. Inflasi juga dapat dibagi
berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga.

Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang
tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila
kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut
sebagai inflasi terbuka (Open Inflation).

Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-
harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih
lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hiperinflasi). Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan:

 Inflasi Ringan, yaitu inflasi yang mudah untuk dikendalikan dan belum begitu
mengganggu perekonomian suatu negara. Terjadi kenaikan harga barang/jasa
secara umum, yaitu di bawah 10% per tahun dan dapat dikendalikan.
 Inflasi Sedang, yaitu inflasi yang dapat menurunkan tingkat kesejahteraan
masyarakat berpenghasilan tetap, namun belum membahayakan aktivitas
perekonomian suatu negara. Inflasi ini berada di kisaran 10% – 30% per tahun.
 Inflasi Tinggi, yaitu inflasi yang paling parah akibatnya harga – harga naik sampai
5 atau 6 kali. Masyarakat tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang sebab
nilai uang merosot dengan tajam sehingga ingin ditukarkan dengan uang
sehingga perputaran uang semakin cepat dan harga naik secara akselerasi.
Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah mengalami defisit anggaran
belanja yang dibelanjakan dan ditutupi dengan mencetak uang.
 Inflasi Sangat Berat (Hyperinflation), yaitu inflasi yang telah mengacaukan
perekonomian suatu negara dan sangat sulit untuk dikendalikan meskipun
dilakukan kebijakan moneter dan fiskal. Inflasi ini berada di kisaran 100% ke atas
per tahun.
Jenis Inflasi Menurut Sebabnya

Laju Inflasi dapat berbeda antara satu negara dengan negara lain atau dalam satu
negara dalam waktu yang berbeda.Demand-pull inflation Inflasi ini bermula dari
adanya kenaikan permintaan total (aggregate demand), sedangkan produksi telah
berada pada keadaan kesempatan kerja penuh atau hampir mendekati kesempatan
kerja penuh.
Dalam keadaan hampir kesempatan kerja penuh, kenaikan permintaan total di
samping kenaikan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output). Cost-push
inflation Berbeda dengan demand-pull inflation, cost-push inflation biasanya
ditandai dengan kenaikan harga serta turunnya produksi. Jadi, inflasi yang dibarengi
dengan resesi.

Keadaan ini timbul biasanya dimulai dengan adanya penurunan dalam penawaran
total (aggregate supply) sebagai akibat kenaikan biaya produksi. Kenaikan biaya
produksi ini dapat timbul karena beberapa faktor diantaranya : perjuangan serikat
buruh yang berhasil untuk menuntut kenaikan upah Suatu industri yang sifatnya
monopolistis, manajer dapat menggunakan kekuasaannya di pasar untuk
menentukan harga (yang lebih tinggi).

Dampak Inflasi
Inflasi memiliki dampak positif dan negatif bagi suatu negara maupun rakyatnya.
Dampak-dampak ini dapat kita lihat melalui beberapa aspek kehidupan masyarakat.
Berikut adalah beberapa dampak inflasi secara umum:

1. Dampak Inflasi Terhadap Pendapatan


Inflasi dapat memberikan dampak positif dan negatif terhadap pendapatan
masyarakat. Pada kondisi tertentu, misalnya inflasi lunak, justru akan mendorong
para pengusaha untuk memperluas produksi sehingga meningkatkan perekonomian.
Namun, inflasi akan berdampak buruk bagi mereka yang berpenghasilan tetap
karena nilai uangnya tetap, sedangkan harga barang atau jasa naik.

2. Dampak Inflasi Terhadap Minat


Pada kondisi inflasi, minat menabung sebagian besar orang akan berkurang.
Alasannya, karena pendapatan dari bunga tabungan jauh lebih kecil, sedangkan
penabung harus membayar biaya administrasi tabungannya.

3. Dampak Inflasi Terhadap Kalkulasi


Kondisi inflasi akan mengakibatkan perhitungan penetapan harga pokok menjadi
sulit, karena bisa menjadi terlalu kecil atau terlalu besar. Persentase inflasi yang
terjadi di masa depan seringkali tidak dapat diprediksi dengan akurat.

4. Dampak Inflasi Terhadap Ekspor


Kemampuan ekspor suatu negara akan berkurang ketika mengalami inflasi, karena
biaya ekspor akan lebih mahal. Selain itu, daya saing barang ekspor juga mengalami
penurunan, yang pada akhirnya pendapatan dari devisa pun berkurang.
5. Dampak Inflasi Terhadap Efisiensi
Inflasi dapat pula mengubah pola alokasi faktor-faktor produksi. Perubahan ini dapat
terjadi melalui kenaikan permintaan akan berbagai macam barang yang kemudian
dapat mendorong terjadinya perubahan dalam produksi beberapa barang tertentu
sehingga mengakibatkan alokasi faktor produksi menjadi tidak efisien.

Inflasi dan Perkembangan Ekonomi Inflasi yang tinggi tingkatnya tidak akan
menggalakkan perkembangan ekonomi. Biaya yang terus menerus naik
menyebabkan kegiatan produktif sangat tidak menguntungkan. Maka pemilik modal
biasanya lebih suka menggunakan uangnya untuk tujuan spekulasi. Antara lain
tujuan ini dicapai dengan pembeli harta-harta tetap seperti tanah, rumah dan
bangunan. Oleh karena pengusaha lebih suka menjalankan kegiatan investasi yang
bersifat seperti ini, investasi produktif akan berkurang dan tingkat kegiatan ekonomi
menurun. Sebagai akibatnya lebih banyak pengangguran akan wujud.

Peran Bank Sentral dalam Mengendalikan Inflasi


Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral
suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat
yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen
dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak diluar bank
sentral -termasuk pemerintah.

Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang
kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan
menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian—akan
mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan tingkat suku bunga
sebagai instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga
berkewajiban mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini
disebabkan nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat
inflasi) maupun eksternal (kurs).

Saat ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia,
termasuk oleh Bank Indonesia. Bank sentral melalui kebijakan moneter dapat
mengontrol jumlah uang beredar untuk mengendalikan inflasi dengan menggunakan
tiga kebijakan moneter utama sebagai berikut.

 Operasi Pasar Terbuka – Bank sentral membeli dan menjual obligasi negara
dengan cara bank sentral menginstruksikan para pialang obligasi untuk membeli
dari publik di pasar obligasi nasional. Uang yang dibayarkan bank sentral untuk
obligasi tersebut meningkatkan jumlah uang beredar di suatu negara. Untuk
mengurangi jumlah uang beredar, pemerintah melakukan hal yang sebaliknya.
 Tingkat Diskonto – Bank sentral melalui regulasinya dapat menaikkan atau
menurunkan tingkat bunga pinjaman untuk bank-bank umum di bawahnya.
Bank umum meminjam dari bank sentral jika memiliki sedikit cadangan untuk
memenuhi persyaratan cadangan, ketika bank sentral memberikan pinjaman
kepada bank umum tersebut, sistem perbankan memiliki lebih banyak cadangan
dibandingkan dengan yang seharusnya sehingga cadangan tambahan ini
memungkinkan sistem perbankan menciptakan lebih banyak uang. Semakin
tinggi tingkat diskonto yang ditetapkan bank sentral terhadap bank umum, maka
semakin enggan bank meminjam cadangan dari bank sentral. Oleh karena itu,
kenaikan tingkat diskonto mengurangi cadangan dalam sistem perbankan yang
kemudian mengurangi jumlah uang beredar.
 Syarat Cadangan Kas Minimum – Bank sentral dapat meningkatkan atau
mengurangi syarat cadangan kas minimum yang harus dimiliki oleh bank umum
di negaranya. Kenaikan syarat cadangan kas minimum berarti bahwa bank-bank
harus memegang lebih banyak cadangan sehingga mengurangi pinjaman dari
setiap unit yang disimpan, akibatnya hal tersebut meningkatkan rasio cadangan
menurunkan penggandaan uang, dan menurunkan jumlah uang yang beredar.
Sebaliknya penurunan syarat cadangan minimum menurunkan rasio cadangan,
meningkatkan penggandaan uang, dan meningkatkan jumlah uang yang
beredar.

KESIMPULAN
Suku bunga Bank Indonesia adalah suku bunga acuan yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia. Penetapan suku bunga acuan ini dilakukan tiap bulannya melalui
rapat dewan gubernur. Hasil dari rapat tersebut akan di umumkan ke publik, sebagai
suku bunga acuan. Oleh karena itu, BI rate ini sangat mempengaruhi suku bunga dari
bank atau leasing untuk kegiatan kredit.Dari berbagai jenis suku bunga yang sudah
dipaparkan di atas, ada satu hal yang menjadi pertanyaan, yaitu apa faktor penentu
suku bunga di pasar? Persoalan suku bunga di berbagai aspek jelasnya dibangun oleh
sistem perbankan di negara ini. Siapa yang mengatur itu semuanya? Di sini jelas
peran Bank Indonesia besar memiliki kewenangan dalam menentukan suku bunga
acuan atau dasar. Dengan begitu, perjalanan dari suku bunga bisa berjalan dengan
baik.

Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
merupakan indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-
mempengaruhi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.gicindonesia.com/jurnal/trivia/suku-
bunga/

https://majoo.id/solusi/detail/pengertian-jenis-rumus-
suku-bunga

https://www.gramedia.com/literasi/inflasi/

https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/
default.aspx

Anda mungkin juga menyukai